model pembelajaran inovatif tipe jigsaw

16
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TIPE JIGSAW Makalah dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Model Pembelajaran Inovatif pada Semester 4 Dosen Pengampu : Dr. Elly Susanti, M.Pd Weni Dwi Pratiwi, S.Pd., M.Sc Dibuat oleh : Adelia Afissa (06081381520045) Kiki Ismayanti (06081181520008) Renni Juli Yanna (06081181520076) Robi’atul Bangka Wiyah (06081281520069) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016/2017

Upload: adelia-ibrahim

Post on 24-Jan-2018

259 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TIPE JIGSAW

Makalah dibuat untuk memenuhi

Tugas Mata Kuliah Model Pembelajaran Inovatif

pada Semester 4

Dosen Pengampu :

Dr. Elly Susanti, M.Pd

Weni Dwi Pratiwi, S.Pd., M.Sc

Dibuat oleh :

Adelia Afissa (06081381520045)

Kiki Ismayanti (06081181520008)

Renni Juli Yanna (06081181520076)

Robi’atul Bangka Wiyah (06081281520069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016/2017

Page 2: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

Kata Pengantar

Penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah

SWT karena masih diberi nikmat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TIPE

JIGSAW” tanpa ada hambatan tempat dan waktu. Makalah ini dibuat untuk

memenuhi Tugas Mata Kuliah Model Pembelajaran Inovatif pada semester empat.

Atas dukungan dari dosen pengampu dan teman-teman, penulis

mengucapkan terima kasih. Selain itu, untuk orang tua dan keluarga penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena atas motivasinyalah

penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis yakin makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak

kekurangan seperti pepatah mengatakan tidak ada gading yang tak retak. Untuk

itu, penulis meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam makalah

ini.

Selesainya penulisan makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca

untuk memberikan kritik maupun saran agar penulis dapat membuat makalah

yang lebih baik lagi. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

Indralaya, 20 April 2017

Penulis

Page 3: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan

rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,

tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang

dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses

pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah

dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran

ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode

konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga

suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada

penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan

pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam

penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa

hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit

peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran

menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor

yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat

membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan

Page 4: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh

kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat

diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar

berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar

suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan

dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw

dalam Pembelajaran”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian Pembelajaran Cooperative Learning?

1.2.2 Apa tujuan Pembelajaran Cooperative Learning?

1.2.3 Apa pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Jigsaw?

1.2.4 Apa Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Jigsaw?

1.2.5 Apa Faktor Penghambat Model Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Jigsaw?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Pembelajaran Cooperative Learning

1.3.2 Untuk mengetahui tujuan Pembelajaran Cooperative Learning

1.3.3 Untuk mengetahui pengertian Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Jigsaw

1.3.4 Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Jigsaw

1.3.5 Untuk mengetahui Faktor Penghambat Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Page 5: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran,

guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami

berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa

untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran

Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok

yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok

(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab

individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw adalah satu jenis pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw

menggabungkan konsep pengajaran pada teman sekelompok atau teman sebaya

dalam usaha membantu belajar. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajarankooperatif yang berpusat

pada siswa. Siswa mempunyai peran dan tanggung jawab besar dalam

pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilisator dan motifator. Tujuan model

Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif

dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh

siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw

ini siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok

ahli”. Setiap siswa yang ada dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri pada

satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam “kelompok awal” ini

kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompoka ahli”

untukmendiskusikanmateri yang berbeda. Siswa kemudian kembalike “kelompok

Page 6: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

awal” untuk mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok

awal”. Dalam konsep ini siswa harus bisa mendapat kesempatan dalam proses

belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui.

Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab

atas ketuntasan bagian pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi

tersebut kepada anggota kelompok lainnya.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran

gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di

antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri

dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model

pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok,

tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok

yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus

diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas

sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya

sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

Page 7: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

2. Tanggung jawab perseorangan.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk

melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran

Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa

sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung

jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka.

Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan

memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan

semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga

bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan

berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses

ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk

memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan

emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran

kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada

table berikut ini

Page 8: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE – FASE TINGKAH LAKU GURU

FASE 1. Menyampaikan

tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar

FASE 2. Menyajikan

informasi

Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan

demontsrasi atau lewat bahan bacaan

FASE 3. Mengorganisasikan

siswa kedalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa begaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efesien

FASE 4. Membimbing

kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

FASE 5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

FASE 6. Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok

2.2 Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional

yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan

pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Page 9: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.

(2000), yaitu:

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa

ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa

model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok

bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa

dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung

pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan

sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang

dalam keterampilan sosial.

2.3 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan

teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

Page 10: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode

Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,

menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang

pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,

1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6

orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,

1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic

pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali

pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain

tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan

Page 11: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal.

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

• Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap

kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok

ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan

dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi

tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa

dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang

disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa

mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana

bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.

Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal

suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai

sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,

maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa

dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan

kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau

dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang

ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

• Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan

pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang

telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran

yang telah didiskusikan.

• Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

Page 12: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

• Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke

skor kuis berikutnya.

• Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi

pembelajaran.

• Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru

maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan

mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat

menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran

Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative

Learning.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap

proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang

menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

Cooperative Learning.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat

mendukung proses pembelajaran.

Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan

baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran

Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan.

Page 13: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas

heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative

Learning.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan

informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Jigsaw

Kelebihan

1. Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggung jawab terhadap

proses belajarnya.

2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis

3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki

untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam

kelompok tersebut.

4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa

dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Kekurangan

1. Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding

model yang lain.

2. Bagi guru model ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap

kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.

2.5 Faktor Penghambat Model Jigsaw

Tidak selamanya proses belajar dengan model jigsaw berjalan dengan lancar.

Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi adalah

Page 14: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini.Peserta didik dan

pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian

materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu,

proses model ini membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu

pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

Page 15: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan

nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat.

Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara

bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan

menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning dapat

mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan

kreativitas siswa.

Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative

Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini

benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw

belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat

membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

3.2 Saran

Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari

dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa

berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah,

model pembelajaran Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan karena

suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih

terdorong untuk belajar dan berpikir.

Page 16: Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw

Daftar Pustaka

https://fhinajeparaz.wordpress.com/2013/01/03/model-pembelajaran-jigsaw-2/

(Dipublikasikan pada 3 Januari 2013oleh Fhinajeparaz)

https://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/06/model-pembelajaran-cooperative-

learning-tipe-jigsaw/ (Dipublikasikan pada 6 September 2009 oleh Nurman

Karim)