model pembelajaran bahasa inggris di kampung …

60
DP 18 Proposal Penelitian | 1 MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG INGGRIS PARE, KEDIRI Oleh: Slamet Wiyono, M.Pd. (Ketua) Nur Kamila Amrullah, S.Pd., M.M. (Asisten peneliti) Agus Imron Mashadi, S.Pd. (Asisten peneliti) Prahastuti Nastiti Hadari, S.S. (Asisten peneliti) Ahzan Mustofa, S.Kom. (Asisten peneliti) SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL 2020

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 18 Proposal Penelitian | 1

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG INGGRIS PARE, KEDIRI

Oleh: Slamet Wiyono, M.Pd. (Ketua)

Nur Kamila Amrullah, S.Pd., M.M. (Asisten peneliti) Agus Imron Mashadi, S.Pd. (Asisten peneliti)

Prahastuti Nastiti Hadari, S.S. (Asisten peneliti) Ahzan Mustofa, S.Kom. (Asisten peneliti)

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL 2020

Page 2: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 2

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG INGGRIS PARE, KEDIRI

HALAMAN PENGESAHAN

Slamet Wiyono, M.Pd. (Ketua)

Nur Kamila Amrullah, S.Pd., M.M. (Asisten peneliti) Agus Imron Mashadi, S.Pd. (Asisten peneliti)

Prahastuti Nastiti Hadari, S.S. (Asisten peneliti) Ahzan Mustofa, S.Kom. (Asisten peneliti)

Telah diseminarkan pada Seminar Hasil Penelitian pada tanggal ...... Oktober 2020

di hadapan Reviewer.

Mengetahui Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

M. Nazir Salim NIP. 197706012011011001

Page 3: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ 1 HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................ 2 DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3 DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 4 DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... 5 DAFTAR SUMMARY ................................................................................................................... 6 BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 7

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 7 B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

a. Tujuan ..................................................................................................................... 9 b. Manfaat .................................................................................................................. 9

BAB II LITERATURE REVIEW ............................................................................................. 10 A. Kajian Terdahulu ..................................................................................................... 10 B. Keaslian Penelitian ................................................................................................. 12 C. Kerangka Teori ......................................................................................................... 14

a. Empat Keterampilan Berbahasa ................................................................. 14 b. Metode Pengajaran .......................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................... 39 A. Format Penelitian ................................................................................................... 39 B. Lokasi atau Obyek Penelitian ............................................................................. 39 C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan ................................................. 39 D. Definisi Operasional Konsep atau Variabel .................................................. 40 E. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 40 F. Analisis Data .............................................................................................................. 42

BAB IV SETTING WILAYAH PENELITIAN ..................................................................... 43 A. Gambaran Umum .................................................................................................... 43 B. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat .................................... 45

BAB V HASIL TEMUAN ........................................................................................................... 49 A. Profil Lembaga Kursus Bahasa Inggris ........................................................... 49 B. Kurikulum Pembelajaran ..................................................................................... 52 C. Metode Pembelajaran ............................................................................................ 57 D. Evaluasi Pembelajaran ......................................................................................... 57 E. Lingkungan Pembelajaran ................................................................................... 57

BAB VI PENUTUP ...................................................................................................................... 58 A. Kesimpulan ................................................................................................................ 58 B. Rekomendasi ............................................................................................................ 58 C. The Proposed Learning Model for STPN ........................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 62

Page 4: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Inggris, sampai saat ini, masih menduduki dominasi paling

tinggi sebagai alat komunikasi atau bahasa sehari-hari. Kenyataan ini

terdapat pada (Republika, Jumat, 3 October, 1997) dimana ditemukan

data bahwa terdapat 1 milliar penutur bahasa Inggris baik berupa

bahasa ibu, bahasa kedua, maupun bahasa asing. Delapan puluh lima

persen dari data itu berupa pembicaraan telepon, dan delapan puluh

persen berupa ratusan juta data di dalam komputer menggunakan

bahasa Inggris. Jurnal ilmiah (scholarly journals) yaitu 28.131 judul dan

45,24% juga masih didominasi oleh bahasa Inggris.

Beberapa orang berpendapat bahwa bahasa internasional adalah

bahasa yang memiliki penutur asli dengan jumlah besar sekali. Jika

demikian halnya, maka bahasa Manadrin, bahasa Spanyol, bahasa

Hindi, bahasa Arab dan bahasa Inggris itu adalah bahasa internasional

karena lima bahasa itu berpenutur asli paling banyak dewasa ini.

Namun, tidak semua itu dituturkan oleh penutur asli bahasa lain,

kecuali bahasa Inggris karena 4 bahasa yang lain tidak dapat berfungsi

sebagai bahasa dengan penutur berjumlah besar. Di samping itu, dalam

banyak hal, bahasa Inggris merupakan bahasa dengan penutur terbesar

karena bahasa itu dituturkan oleh, baik individu-individu dari negara

yang berbeda maupun oleh individu dalam satu negara. Dalam hal ini

bahasa Inggris merupakan bahasa internasional dalam pengertian

global maupun lokal (Mc Key 2002: 5) Crystal (1997) dalam Key (2002:

2) dan Crystal (2003: 3) meyatakan bahwa suatu bahasa dapat

mencapai statusnya sebagai sebagai bahasa global manakala bahasa itu

dapat mengembangkan peran khusus yang dikenali di setiap negara.

Page 5: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 5

Pada era 4.0 ini, apa yang tejadi di pelbagai belahan dunia bisa

disakasikan secara langsung dari tempat lain pada saat yang sama

hanya dengan melalui sebuah alat sebesar genggaman manusia. Alat

itu namanya telepon pintar (smart phone) atau lebih populer disebut

dengan telepon genggam (hand phone). Dunia ini sudah betul-betul

tanpa batas (borderless). Anak-anak dikatakan sebagai ‘digital native’

karena mereka tumbuh dengan alat-alat digital seperti computer,

multimedia, teknologi telepon seluler (Palfrey and Grasser 2008 Rosen

2007 in Burns and Richards, (Eds.) 2012:113).

Tidak hanya anak-anak, dewasa ini manusia dewasa maupun anak-

anak sudah dilingkupi oleh alat-alat seperti tersebut di atas. Tidaklah

terlalu berlebihan jika dikatakan segalanya sudah terdigitalkan

(digitalized) karena jika seseorang ingin bepergian ada fasilitas gojek,

grab baik sepeda motor maupun mobil, ingin makanan, apapun

makanan atau minuman dan kapanpun, jam berapapun tersedia faslitas

go food, grab food dan sebagainya.

Semua keragaman dan kemajuan teknologi itu masih, memang dari

sisi bahasa, memperkaya kosa kata, di samping penguasaan aplikasi

teknologi modern. Bahkan ada tawaran kursus bahasa Inggris tanpa

menghadirkan guru karena segalanya dapat ditemukan pada aplikasi

tertentu. Jika laboratorim bahasa bisa disebut dengan “the teaching

machine” dan ada alat yang dapat menjual minuman yang dinamakan

dengan “the vending machine” namun tidak atau belum ada yang

mengganti “the loving machine”. Maksud pernyataan di atas adalah bisa

saja teknologi maju akan tetapi ada yang tidak dapat diganti dengan alat

yan serba digital. Wahyu (2019) menyatakan bahwa tatapan, interaksi

hangat, serta perbincangan penuh cinta tak dapat disediakan oleh

peralatan digital. Dengan kata lain sumber daya manusia di balik

teknologi itu masih diperlukan. Interaksi guru murid ibarat loving

machine yang setiap saat guru mengetahui perkembangan peserta

didik atau peserta latih baik perkembangan emosional maupun

Page 6: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 6

perkambangan intelektual. Dari asumsi di atas itulah Kampung Inggris

di Pare Kediri tetap terjaga esksitansinya.

B. Rumusan Masalah

a. Mengapa peserta kursus memilih belajar bahasa Inggris di

Kampung Inggris Pare, Kediri?

b. Bagaimana Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung?

c. Seperti apa hasil belajar nya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:

1. mengidentifikasi motivasi peserta mengikuti kursus bahasa

Inggris di Kampung Inggris Pare;

2. menganalisis sistem pembelajaran bahasa Inggris di Kampung

Inggris Pare;

3. mengidentifikasi dan menganalisis hasil pembelajaran bahasa

Inggris di Kampung Inggris Pare; dan

4. menciptakan model pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah

Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta.

b. Manfaat

Penyelenggaraan penelitian ini bermanfaat untuk:

1. mengetahui motivasi peserta kursus bahasa Inggris di

Kampung Inggris Pare;

2. memahami sistem pembelajaran bahasa Inggris di Kampung

Inggris Pare;

3. mengetahui hasil pembelajaran Bahasa Inggris di Kampung

Inggris Pare; dan

4. menemukan model pembelajaran bahasa Inggris untuk dapat

diterapkan di STPN.

Page 7: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 7

BAB II

LITRERATURE REVIEW

A. Kajian Terdahulu

Keberadaan Kampung Inggris (KI) yang fenomenal memang menjadikan

ketertarikan baik lembaga maupun peroranagan untuk mengadakan

pengamatan dan bahkan penelitian bukan hanya dari sisi keberhasilan

pengajaran dan pelatihan dan bahkan dari sisi yang lain serperti pertanahan

(Fathoni, 2011) dan peningkatatan income masyarakat lingkungan setempat

(Wiyono, 2011) seperti para pedagang yang berada di sekitar lokasi kursus.

Dari penelitian Wiyono (2011) diketahui bahwa pedagang pada ring satu bisa

mendapatkan income atau penghasilan yang cukup untuk membiayai hidup

sehari-hari dan bahkan untuk mebayar uang kuliah anaknya di sebuah

akademi. Pedagang yang berada pada ring dua pun tidak jauh berbeda

penghasilanya jika dibanding dengan pedagang yang berada pada ring satu

Kajian lebih lanjut dilakukan oleh Trianawati (2012) yang meneliti

tentang Penerapan Sistem Pembelajaran Pondok dalam Meningkatkan

Penguasaan Materi dan Keberhasilan Alumni di Lembaga Kursus BEC (Basic

Enlglish Course) Singgahan Pelem Pare Kabupaten Kediri. Kajian di atas

mengidentifikasi 10 komponen sistem Pondok yaitu:

1. kurikulum (ditentukan oleh Bapak Kalend)

2. Strategi Pembelajran (PAKEM yang merupakan kependekan dari

Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenagkan) di mana guru dan

siswa aktif dlam meniptalan lingkungan belajar

3. metode Pembelajaran (ceramah, diskusi, kerja kelompok, hafalan

dengan sistem halaqah serta pemberian tugas)

4. Media Pembelajaran (sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, misal:

kartu untuk tenses, papan untuk menjelaskan materi, gambar untuk

listening, dan ular tangga untuk grammar

Page 8: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 8

5. Tenaga Pendidik dan Kependidikan (Pamong Belajar mengatur dan

menyelenggrakan program, menyediakan materi ajar dan bekerja

sama dengan tutor dslsm rsngka mengembangkan matteri ajar dan

memanatu perkembangan peserta didik)

6. Model/ Pola Pembelajaran (Tradisional sistem Pondok dengan media

seadanya seperberuti papan, kapur, dan menganut paham Teacher-

centered);

7. Sumber Belajar (berupa guru, tenaga kepepndidikan, buku atau daya

yang bisa dimanfaatkan untuk belajar)

8. Peserta didik (siapapun segala usia bahkan ada ynag di atas 50 tahun

dan dari berbagai profesi (siswa, mahasiswa, dari berbagai daerah di

Indonesia dan Negara-negara Asean)

9. Lingkungan Belajar (berupa ruang kelas, kamar mandi, mushola, toko

buku, café, siswa, pegawai dan masyarakat)

10. Hasil Belajar (sebagian besar menguasai Bahasa Inggris dengan

kelulusan nilai 65, 70% di antaranya menjadi guru bahsa Inggris, 80%

mampu membuka program pembelajaran sendiri

Analisis hasil Peningkatan Penguasaan Materi dan Keberhasilan Alumni

dipaparkan agak detail di bawah:

a. Keberhasilan Penguasaan Kosa kata

Dari tingkatan atau level belum tahu, kurang lebih 95% kosa kata

diluasia dangan rata-rata nilai 80 dengan predikat lancar dalam arti

dapat digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.

b. Penguasaan Tenses

Mereka dapat bercerita dalam waktu sekarang, lampau dan besok

di dalam kelas, di luar kelas mereka membentuk kelompok belajar

(study club).

c. Penguasaan Percakapan

Enam bulan di BEC mereka bisa berkomunikasi baik secara lisan

maupun tulisan. Mereka dapat menerima memahami informasi dalam

Page 9: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 9

Bahasa Inggris.

d. Para Lulusan

1) Ada yang menjadi pengajar di Sekolah Hotel Surabaya (SHS)

sebagai mitra kerja BEC. Yang tidak lulus mengulang

denga prinsip bahwa kursus Bahasa Inggris harus

menngkatkan manfaat dan dapat menambah pengetahauan

dan keterampilan.

2) Ada pula yang menjadi pemamdu Wisata (Tourist Guide) di

Yogyakarta.

3) Ada yang bekartja di kantor Kedutaan

Kajian selanjutnya dilakukan oleh Wibowo (2015). Kajian diadakan di

Madrasah Aliyah MA) Al-Itihad Poncokusumo Malang, Jawa Timur. Melihat

keberhasilan Short course yang ada di Kampung Inggris Pare, peneliti ini

mentransformasikannya dalam dalam wadah yang berbeda namanya yaitu

English Camp. English Camp adalah Kampung Inggris berbasis sekolah.

Temuannya berpengaruh terhadap siswa MA Al Itihad dalam memperoleh

kemampuan berbahasa Inggris karena minat siswa meningkat sebesar 80%.

Speaking practice secara bebas diterapkan dan siswa mendapat keberanian

(encouraged) untuk berbicara ditunjang praktek para tutor dengan partner

siswa atau antara siswa dan siswa. Sebuah Teknik Total Physical Response

(TPR) diterapkan untuk bermain game. Puncak kegaiatan adalah para siswa

diajak berwisata ke Kebun Raya Purwodadi Malang.

B. Keaslian Penelitian

Di kampung Inggris di daerah Pare, Kediri, Jawa Timur, sistem

pembelajaran yang digunakan di beberapa lembaga pengajaran bahasa Inggris

relatif sama. Dengan menggunakan prinsip-prinsip, teori, dan metode

pengajaran bahasa Inggris yang sudah ada. Beberapa lembaga juga

mengembangkan dan berinovasi dengan model pembelajaran baru. Hal ini

dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat mengikuti perkembangan

jaman dan juga mengikuti perkembanagan latar belakang peserta ajar.

Page 10: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 10

Lembaga-lembaga pengajaran bahasa Inggris di kampung Pare terkadang

masih menggunakan metode seperti di sekolah pada umumnya. Hanya saja

lembaga-lembaga tersebut lebih menitikberatkan pada pendekatan peserta

ajar baik secara invidu maupun kelompok di dalam kelas.teknik dan metode

ini cukup signifikan dalam membantu peserta ajar untuk berkembang.

Selain itu, dilakukan juga pembelajaran diluar kelas dan juga games atau

permainan yang dapat memancing keaktifan peserta ajar dalam proses

belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat mengasah kemampuan peserta

ajar dalam menggunakan bahasa Inggris seperti yang sudah dipelajari di kelas-

kelas sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya motivasi peserta

ajar dalam belajar dan mengembangkan kemampuannya.

English Area juga merupakan salah satu metode yang digunakan oleh

lembaga-lembaga pengajaran bahasa Inggris di Pare. English Area adalah

sebuah program dimana peserta diwajibkan untuk berbahasa Inggris di

kehidupan sehari-hari mereka selama belajar di kampung Inggris tersebut.

Sanksi akan diberikan kepada peserta ajar apabila mereka tidak menggunakan

bahasa Inggris di program English Area ini yang berdampak pada sertifikat

atau piagam yang akan mereka terima di akhir program. Dengan adanya

program ini membuat peserta ajar akan mendorong mereka agar lebih sering

menggunakan bahasa Inggris. Dan pada akhirnya program ini membuat

peserta ajar terbiasa dalam berbahasa Inggris.

Selain penerapan metode-metode pengajaran bahasa Inggris diatas,

lembaga pengajaran bahasa Inggris di Pare juga mempunyai pengajar atau

tentor yang handal dan fasilitas pembelajaran yang lengkap. Selain menguasai

bahasa Inggris dan teknik-teknik pengajarannya, para tentor ini juga telah

mendapatkan training atau pelatihan dari lembaga tersebut. Hal ini bertujuan

agar tentor atau pelatih atau guru dapat mengajar sesuai dengan program-

program yang sudah ditentukan oleh lembaga dan diatur dalam SOP atau

Standar Operasional Prosedur. Sementara itu fasilitas yang lengkap juga

berperan dalam membuat peserta ajar lebih mudah dan nyaman ketika proses

belajar.

Page 11: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 11

Metode, pendekatan, dan teknik pengajaran bahasa Inggris telah

diterapkan oleh lembaga-lembaga pengajaran bahasa Inggris di Kampung

Inggris Pare. Selain berupa English exposure atatu paparan bahasa Inggris,

peserta ajar juga diberikan pengajar dan fasilitas pendukung yang sangat baik

sehingga mereka mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam

berbahasa Inggris sesuai dengan tujuan dari pembelajaran bahasa Inggris

yang mereka pilih.

C. Kerangka Teori

a. Empat Keterampilan Berbahasa

Menurut Widdowson (1978) kemampuan berbahasa biasa

merujuk pada empat kemampuan, yakni menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis. Sayangnya, keempat kemampuan tersebut seringkali

dipelajari secara terpisah, padahal keempatnya saling berkaitan dalam

mendukung kemampuan seseorang dalam berbahasa. Ketika dipelajari

secara terpisah, masing-masing kemampuan dipelajari dengan fokus

hanya pada tataran cara penggunaannya (usage) saja. Kemampuan

berbahasa yang ideal tidak hanya terbatas pada cara penggunaan, tetapi

pula fungsinya (use). Dalam hal ini, fungsi bahasa adalah sebagai alat

berkomunikasi.

Bahasa sebagai alat komunikasi berkaitan dengan kalimat,

proposisi, dan tindak ilokusi. Dalam berbicara dan menulis, seseorang

tidak hanya menyampaikan kalimat, tetapi pula hal yang ingin ia

sampaikan (proposisi). Dengan itu otomatis ia bertindak melalui

tuturan/tulisan yang ia sampaikan kepada pendengar/pembaca (tindak

ilokusi). Ketika maksud dari penutur/penulis tersampaikan inilah fungsi

dari bahasa terwujud, yakni sebagai alat untuk berkomunikasi. Dari sini

dapat dilihat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi diwujudkan dengan

kemampuan berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.

Menyimak berkaitan erat dengan berbicara, sedangkan membaca

berkaitan erat dengan menulis. Menyimak dan berbicara mempunyai

Page 12: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 12

hubungan timbal balik: untuk menyimak seseorang memerlukan orang

lain yang berbicara; dalam berbicara seseorang perlu, meski tidak selalu,

orang lain yang menyimak. Membaca dan menulis tidak memiliki

hubungan timbal balik langsung seperti berbicara dan menyimak. Namun,

untuk menulis seseorang perlu memiliki kemampuan membaca.

Kemampuan Membaca

Dalam membedakan cara penggunaan (use) dan fungsi (usage),

Widdowson menyebutkan dua istilah untuk masing-masing keterampilan.

Untuk kemampuan membaca, terdapat istilah reading dan comprehending.

Membaca tanpa memahami suatu teks secara keseluruhan belum dapat

dikatakan membaca; Widdowson menyebut kegiatan ini comprehending.

Ketika seseorang bisa memahami keseluruhan isi teks pada tataran

wacana, bukan sekadar kalimat atau kata, barulah kegiatan ini disebut

reading. Comprehending ada pada level usage, sedangkan reading ada pada

level use.

Dalam buku Sutarsyah yang berjudul Reading Theory and Practice

(2013) terdapat setidaknya tiga hal yang perlu diperhatikan terkait

dengan kemampuan membaca, yaitu pengetahuan bahasa, pengalaman,

dan kemampuan berpikir. Beliau berargumen bahwa ciri khas bahasa

yang sistematis memungkinkan pembaca untuk menguasai struktur dan

tata bahasa asing. Akan tetapi, beliau juga menyampaikan bahwa masalah

utama dalam melatih kemampuan membaca adalah menguasai kosakata.

Studi beliau membuktikan bahwa dalam setiap 2000 kata, setengah

hingga tiga-perempat dari kosakata di dalamnya tidak mengalami

pengulangan, sedangkan kapasitas ingatan manusia pada tahap awal

pemerolehan bahasa asing biasanya lebih pendek dibanding pemerolehan

bahasa ibu. Selain itu, kemampuan berpikir turut memengaruhi

kemampuan membaca karena pada dasarnya membaca tidak hanya

memahami kata, frasa, dan kalimat, tetapi juga memahami wacana yang

disajikan dalam sebuah teks.

Page 13: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 13

Merujuk kembali ke Widdowson, latihan membaca yang dilakukan

perlu dilakukan secara komprehensif. Biasanya, untuk menguji

pemahaman materi, siswa akan diberi pertanyaan-pertanyaan seputar isi

teks. Namun, pertanyaan-pertanyaan seperti ‘di mana’, ‘kapan’, dan ‘apa’

yang merujuk pada aspek kecil teks tidak akan cukup untuk membantu

siswa menyaring intisari dari teks. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini

berguna dalam proses assimilation atau pemahaman terhadap isi teks,

utamanya informasi-informasi di dalam teks yang tersedia secara

tersurat. Untuk bisa menyerap intisari teks pada tataran wacana,

diperlukan adanya proses discrimination atau memilah bagian teks mana

yang menjadi inti dan yang hanya bersifat mendukung inti teks tersebut.

Ketika siswa dapat melakukan assimilation dan discrimination sekaligus

inilah fungsi komunikasi dari bahasa tulis dapat tercapai.

Keterampilan Menulis

Untuk keterampilan menulis Widdowson menyebutkan dua istilah,

yaitu writing dan composing. Ketika seseorang hanya sekadar

memproduksi susunan kalimat, ia belum dapat dikatakan menulis, atau

dalam istilah Widdowson writing. Kegiatan menyusun kalimat adalah apa

yang ia sebut composing. Writing tidak hanya sekadar menyusun kalimat,

tetapi pula membangun diskusi dan menyusunnya ke dalam poin-poin

yang memiliki efek tertentu terhadap pembaca. Pada saat inilah tindak

tutur ilokusi dapat tercapai melalui proposisi yang dibangun melalui

kalimat-kalimat, sehingga tercapailah fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi. Dalam hal ini composing ada pada level usage, sedangkan

writing ada pada level use.

Horning (1987) dalam bukunya yang berjudul Teaching Writing as

a Second Language mengatakan bahwa menulis bahasa kedua cukup

menantang. Hal ini terjadi karena siswa, atau dalam konteks Horning

mahasiswa yang baru saja masuk ke lingkungan akademis tingkat

universitas, perlu menguasai tata bahasa, kosakata, dan sintaks sekaligus,

Page 14: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 14

termasuk pula sistematika penulisan yang logis. Selain permasalahan

teknis, mahasiswa yang sedang belajar menulis dalam bahasa Inggris juga

menghadapi masalah perbedaan budaya, yang otomatis memengaruhi

gaya penulisan.

Clark (2008) dalam bukunya yang berjudul Concepts in

Composition: Theory and Practice in the Teaching of Writing menuliskan

bahwa latar belakang budaya yang berbeda memengaruhi pola penulisan

seseorang. Bahasa Inggris memiliki pola penulisan vertikal, sementara

pola penulisan bahasa-bahasa oriental, termasuk bahasa Indonesia,

adalah spiral. Maka, ketika orang Indonesia menulis dalam bahasa Inggris,

kemungkinan besar pola penulisannya akan tetap spiral. Dalam hal ini, ada

distorsi budaya yang menyebabkan tulisan tidak sesuai standar penulisan

orang berbahasa Inggris pada umumnya. Akan tetapi, hal ini bukan berarti

bahwa tulisan tersebut tidak logis; hanya standarnya saja yang berbeda.

Kemampuan Mendengarkan

Menurut Harmer (2002) ada dua alasan seseorang dalam

mendengarkan yaitu menggunakannya sebagai sebuah instrument dan

menggunakannya untuk mendapatkan kesenangan. Dalam penggunaannya

sebagai sebuah instrument, kemampuan mendengarkan dapat membantu

dalam mendapatkan apa yang kita perlukan dalam melakukan sesuatu.

Untuk mendapatkan informasi giliran, kita mendengarkan suara dari

petugas loket. Kita juga perlu mendengarkan ketika dokter memberikan

nasehat dan saran untuk penyembuhan penyakit kita. Selain itu,

kemampuan mendengarkan juga berguna bagi seseorang agar bisa

mengambil bagian atau berpartisipasi dalam percakapan. Agar percakapan

dapat berjalan dengan lancar, selain perlua adanya pembicara yang baik,

perlu juga adanya pendengar yang memiliki kemampuan mendengar yang

baik, sehingga transaksi informasi dapat terlaksana dan tercapai.

Selain sebagai sebuah instrument, kemampuan mendengarkan juga

digunakan untuk mendapatkan kesenangan. Mendengarkan music-musik

Page 15: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 15

yang memberikan relaksasi, mendengarkan drama radio yang

menggerakkan hati, dan juga mendengarkan ceramah keagamaan yang

dapat menentramkan hati adalah fungsi dari kemampuan mendengarkan

yang berkaitan dengan kesenangan. Oleh karena itu, sangat penting dalam

kehidupan seseorang untuk mempunyai kemampuan mendengarkan yang

baik.

Pada kenyataannya, kemampauan mendengarkan bahasa Inggris

merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang lebih sulit daripada

yang dibayangkan. Pada umumnya, siswa mengalami kesulitan dalam

memahami isi dari percakapan atau monolog dalam listening tersebut.

Apabila para siswa harus focus pada beberapa kata, mereka akan

ketinggalan untuk memahami percakapan secara keseluruhan. Padahal,

untuk memahami sebuah ujaran kita perlu mengerti sebanyak 95% arti dari

kosakata yang diucapkan. Ketika para siswa melakukan listening dan

mereka tidak mampu memahami setengah dari kosakata yang diucapkan

maka mereka tidak akan bisa memahami topic dan maksud dari ujaran yang

diucapkan. Kesulitan dalam mencerna dan memahami input suara yang

mereka dapatkan, akan membuat siswa kehilangan motivasi dalam belajar

atau dalam melakukan listening.

Dalam kelas mendengarkan, biasanya siswa diminta untuk

mendengarkan sebuah rekaman dan memahaminya. Kemudian siswa akan

diminta untuk menjawab pertanyaan, biasanya berupa pilihan ganda,

terkait dengan rekaman tersebut. Meskipun terlihat sederhana dan mudah

dilaksanakan didalam kelas, namun Siegel dalam Harmer (2015)

menyatakan jika kegiatan seperti itu mempunyai manfaat yang sangat

sedikit. Kegiatan tersebut lebih cenderung menguji siswa dibandingkan

dengan mengajarinya.

Harmer (2015) berpendapat bahwa kegiatan kelas mendengarkan

yang ideal adalah kegiatan yang membantu siswa mendapatkan strategi

yang efektif dalam kaitannya dengan tugas listening. Strategi yang bisa

digunakan oleh siswa adalah berfokus pada topik dan isu bahasan,

Page 16: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 16

memprediksi kosakata yang biasanya muncul sesuai topic bahasan, dan

juga mencatat kata kunci untuk membantu mengingat apa yang telah

diucapkan. Dalam hal ini, guru harus memberikan pengalaman

mendengarkan sebanyak mungkin kepada siswa. Kegiatan mendengarkan

juga harus beraneka ragam agar pengalaman mendengarkan mereka juga

beraneka ragam. Dan hal inilah yang akan membantu mereka dalam

kaitannya dengan tugas mendengarkan.

Ada beberapa pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan

didalam kelas. Pendekatan seperti Top-down listening, Bottom-up

listening, dan extensive listening merupakan beberapa pendekatan yang

bagus untuk meningkatkan kemampuan mendengar siswa. Sama halnya

dengan strategi dan teknik seperti kegiatan mendengarkan secara langsung

dan rekaman, dan juga penggunaan film dan video.

Dalam Top-down listening siswa focus kepada keseluruhan teks

yang diucapkan dan artinya secara umum. Dalam kegiatan ini, guru dapat

meminta siswa untuk memprediksi tentang isi rekaman. Hal ini dapat

membuat siswa nyaman dan focus terhadap rekaman yang akan mereka

dengarkan. Dengan merasa nyaman dan siap, siswa dapat menggunakan

latar belakang pengetahuan mereka terkait dengan topik teks yang akan

diperdengarkan sehingga siswa dapat memahami teks dengan lebih baik.

Disisi lain, bottom-up listening berfokus kepada kata-kata yang

harus dipahami siswa untuk kemudian memahami teks yang

diperdengarkan secara utuh. Dalam kegiatan ini, guru bisa mendikte siswa

dengan beberapa kata, frasa, atau ekspresi yang diulang-ulang. Selain itu,

guru juga bisa memberikan rekaman teks lain yang lebih pendek tetapi

masih dengan tema yang sama dengan teks rekaman sebelumnya. Dengan

kegiatan ini, siswa dapat mengidentifikasi kosakata yang sama yang

berkaitan dengan topic dan tema tersebut.

Selain guru juga bisa meminta siswa untuk mendengarkan secara

mandiri. Mereka dapat memilih sendiri rekaman atau video yang ingin

mereka dengarkan. Dengan meberikan kesempatan siswa untuk memilih

Page 17: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 17

sendiri teks apa yang ingin mereka dengarkan, dapat memotivasi siswa dan

pastibya motivasi tinggi dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut

Sumber kegiatan mendengarkan bisa berupa mendegarkan

langsung maupun rekaman. Dalam kegiatan mendegarkan langsung, guru

ataupun seseorang yang diundang oleh guru tersebut, yang tentunya

mempunyai kompetensi berbahasa Inggris yang baik, dapat menjadi

sumber yang ideal. Dengan membaca teks dengan keras, bercerita didepan

kelas, dan melakukan Tanya jawab, baik secara langsung ataupun direkam,

siswa akan mendapatkan paparan sumber suara yang baik dan cenderung

mudah mereka ikuti dan pahami, secara mereka mendengarkan dengan

tatap muka ataupun familiar dengan sumber suara.

Guru juga bisa menggunakan film maupun video sebagai sumber

suara bagi siswa. Dengan film atau video, siswa dapat memahami

percakapan maupun ucapan yang mereka dengar karena dibantu secara

visual. Sehingga siswa dapat mengidentifikasi intonasi suara dengan

ekspresi wajah sumber suara yang dikemudian hari dapat membantu siswa

untuk menggambarkan maksud atau tujuan dari sebuah teks yang

dperdengarkan dengan memahami intonasinya.

Dengan menggunakan pendekatan dan strategi diatas, guru

diharapkan mampu membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan

mendengarkan. Selain itu guru juga diharapkan untuk membantu siswa

mendapatkan strategi mendengarkan yang baik sehingga siswa mampu

menghadapi menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan mendengarkan.

Kemampuan Berbicara

Dalam berbicara, agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar, kita

perlu menyusun wacana sedemikan rupa sehingga dapat dipahami oleh

pendengar kita. Dalam percakapan, agar konstruksi wacana dapat berjalan

peserta percakapan harus mengetahui kapan harus menimpali sebuah

ujaran, bagaimana merespon terhadap sebuah pertanyaan, maupun

memancing sebuah pernyataan. Selain itu, pembicara juga harus

Page 18: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 18

memperhatikan aturan dalam berbicara, bentuk pembicaraan, dan cara

berinteraksi dengan pendengar.

Dalam kelas berbicara, guru tugas utama guru adalah membantu

siswa agar bisa berbicara dan berkomunikasi secara kompeten. Karena

gaya dan ekspresi yang digunakan dalam berbicara berbeda dari gaya dan

ekspresi dalam menulis, guru harus mampu membuat siswa dapat

berbicara sesuai dengan gaya dan ekspresi sebagaimana lazimnya dalam

berbicara, bukan sekedar mengucapkan tulisan. Selain itu, guru juga harus

memastikan siswa mengetahui fungsi dari ujaran dalam bahasa Inggris,

memotivasi mereka untuk aktif dalam berbicara dan berkomunikasi, dan

juga memberikan mereka kesempatan agar mahir dalam strategi berbicara.

Dengan begitu mereka dapat berpartisipasi dengan baik dalam berbicara

dan berkomunikasi.

Menurut Harmer (2015), guru harus bisa menghadapi dan

menanggulangi keengganan siswa untuk berpartisipasi dalam kelas

berbicara. Lingkungan yang kondusif dan rileks dapat mengurangi

kekhawatiran, rasa malu, dan kurang percaya diri siswa terhadap kelas

speaking. Dengan guru membuat lingkungan yang lebih santai untuk

berbicara dapat mendorong siswa untuk lebih mau berkontribusi dalam

kelas speaking. Selain itu, siswa akan lebih berani dan percaya diri apabila

yang mereka kerjakan dan pelajari sesuai dengan level mereka. Guru harus

bisa memilih level yang pas, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, untuk

siswa sehingga ada ruang bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan.

Ketika lingkungan dan level materi yang siswa dapatkan sudah sesuai,

siswa tidak akan enggan lagi untuk berpartisipasi dalam kelas dan ini

merupakan langkah awal yang baik dalam tujuan meningkatkan

kemampuan siswa.

Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan guru dan siswa di dalam kelas

berbicara. Kegiatan-kegiatan ini bervariasi dalam bentuk dan teknik yang

akan memberikan siswa kesempatan yang lebih luas lagi untuk

mengembangkan kemampuan berbicaranya. Menurut Harmer (2015)

Page 19: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 19

kegiatan-kegiatan seperti memainkan drama atau berakting, memainkan

role play, permainan komunikasi, diskusi, dapat membantu siswa dalam

mengembangkan teknik dan kemampuan berbicara dua arah. Sama halnya

dengan kegiatan pidato, presentasi dan bercerita (Storytelling) juga dapat

meningkatkan kemampuan siswa berbicara satu arah.

Dalam kegiatan memainkan drama, siswa harus menganggap

kegiatan ini sebagai kegiatan acting sungguhan. Guru dapat berperan

sebagai sutradara drama dengan memberikan arahan penekanan, intonasi

dalam pengucapan naskah. Guru juga dapat meminta siswa untuk memilih

ekspresi apa yang tepat untuk naskah yang mereka dapatkan. Mark Almond

dalam Harmer (2015) mengatakan jika drama melatih empati siswa

terhadap karakter yang mereka mainkan. Selain itu, drama menumbuhkan

kepercayaan diri siswa, meningkatkan pelafalan bahasa dan penggunaan

bahasa secara umum.

Selain memainkan drama, guru juga bisa membuat kegiatan role

play atau bermain peran. Dalam role play ini, berbeda dengan drama

dimana siswa memainkan karakter dalam cerita, siswa dapat memilih

untuk memerankan diri, misalnya, sebagai seorang turis yang akan

berbincang dengan temannya yang memilih peran pengemudi taksi. Dari

sini siswa bisa mengembangkan percakapan sesuai dengan situasi yang

mereka hadapi dalam peran. Guru dapat memberikan contoh konteks dan

situasi yang kemudian akan diterjemahkan oleh siswa menjadi sebuah

percakapan yang alami dan seperti didalam dunia nyata. Dengan kegiatan

seperti ini, kelas akan lebih menyenangkan dan pastinya dapat lebih

memotivasi siswa dalam berbicara. Selain itu, dengan memasukkan situasi

dunia nyata ke dalam kelas akan memberikan kesempatan siswa untuk

memperluas cakupan bahasa mereka.

Berbicara satu arah juga merupakan kemampuan berbicara yang

harus dikuasai siswa. Bentuk kegiatan seperti pidato, presentasi, dan story

telling (bercerita) adalah kegiatan yang sangat bagus untuk meningkatkan

kemampuan itu. Dalam kegiatan ini, guru dapat mendampingi siswa dalam

Page 20: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 20

mempersiapkan teks yang akan mereka bawakan. Mulai dari membuat

draft teks, merevisinya, hingga melakukan gladi bersih sebelum mereka

menampilkan pidato, guru dapat memberikan pendampingan dan menjadi

pemberi saran. Kegiatan ini bisa menjadi kegiatan yang paling paripurna

setelah siswa mempelajari percakapan sederhana.

Dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang variatif dikelas seperti

yang disebutkan diatas, guru diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan berbicara siswa. Sehingga siswa mampu menjadi pembicara

yang kompeten yang dapat berpartisipasi dalam percakapan dan berbicara,

baik secara dua arah maupun satu arah.

b. Metode Pengajaran

Menurut Harmer (2002) metode adalah realisasi dari teori tentang

pengajaran itu sendiri, dalam hal ini teori tentang pengajaran bahasa.

Metode pengajaran akan menentukan aktifitas, peran pengajar dan

peserta ajar, materi pembelajaran yang akan digunakan selama proses

belajar mengajar. Sehingga bisa disimpulkan bahwa metode pengajaran

membuat pengajar mampu menentukan seperti apa dan bagaimana

sebuah proses belajar mengajar itu akan dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, metode pengajaran

dapat memberikan dampak terhadap proses kegiatan tersebut. Ketika

metode yang digunakan tepat maka akan tercapai tujuan dari kegiatan

tersebut berupa meningkatnya kemampuan dan performa peserta ajar. Di

sisi lain, apabila metode yang digunakan tidak sesuai dengan konteks

situasi dalam sebuah lingkup pembelajaran akan berakibat terhalangnya

perkembangan kemampuan peserta ajar. Oleh karena itu, metode

pengajaran perlu diatur dan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga

dapat mempermudah peserta ajar dalam memahami materi ajar,

mempraktikkan hasil belajar, dan mengembangkan diri yang berkaitan

dengan pelajaran tersebut.

Dalam pengajaran bahasa Inggris, terdapat berbagai macam metode

Page 21: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 21

yang dapat digunakan oleh pengajar. Harmer (2002) menyebutkan

beberapa metode yang memberikan pengaruh dalam pengajaran bahasa

Inggris seperti Grammar translation method, PPP (Presentation, Practice,

and Production), direct method, Communicative Language Teaching, dan

lainnya. Metode-metode ini dapat berjalan dengan baik apabila pengajar

mampu melihat kondisi dan situasi para peserta ajar seperti latar

belakang budaya, tingkat kognitif, keinginan dan juga ekpektasi peserta

ajar. Ketika pengajar mampu melihat hal-hal ini, pengajar akan mampu

memilih dan menentukan metode apa yang tepat untuk digunakan.

Sekilas tentang pendekatan (approaches) pengajaran bahasa

Tren sebelum abad dua puluh

Sembilan Pendekatan Pengajaran Bahasa abad dua puluh dari Murcia

(2001, 3-8):

a. Tata Bahasa Terjemahan (The Grammar Tranlation Approach)

Pendekatan ini adalah perluasan pendekatan yang digunakan

untuk mengajarkan bahasa-bahasa klasik terhadap pengajaran bahasa

modern. Adapun pedekatan ini bercirikan:

a) perintah atau instruksi diberikan dalam bahasa asli si siswa;

b) bahasa sasaran digunakan dalam porsi kecil;

c) titik berat pada tata bahasa;

d) diawali dengan bacaan teks yang sulit;

e) latihan penerjemahan baik dari bahasa sasaran ke bahasa asli

ataupun sebaliknya;

f) hasil pendekatan ini adalah ketidakmampuan siswa dalam

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi; dan

g) guru tidak harus dapat berbiccra dalam bahasa sasaran.

b. Pendekatan Langsung (Direct Approach)

Pendekatan ini merupaka reaksi terhadap pendekatan tata bahasa

terjemahan di atas dan kegagalan dalam menghasilkan pembelajar

menggunakan Bahsa yang sedang mereka pelajari. Ciri-cirinya adalah

Page 22: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 22

sebagai berikut:

a) tidak boleh menggunakan bahasa ibu (yaitu guru tidak perlu

tahu bahasa siswa);

b) pelajaran dimulai dengan dialog, anekdot, dan gaya percakapan

modern;

c) tindakan dan gambar untuk menjelaskan makna;

d) tata bahasa dipelajari secara induktif;

e) teks sastra dipelajari untuk kesenangan dan tidak dianalisis

secara gramatikal;

f) sasaran budya juga dipelajarisecara induktif; dan

g) gurunya harus penutur asli atau seseoarag yang memiliki

kemampuan seperti penutur asli.

c. Pendekatan Membaca (Reading Approach)

Pendekatan ini adalah reaksi terhadap penerapan Pendekatan

Langsung di atas karena membaca dipandang sebagai keterampilan

yang sangat bermanfaat dalam bahasa asing karena tidak banyak

orang berwisata ke luar negeri saat itu. Begitu juga hanya sedikit guru

yang dapat mnggunakan Bahasa asing dalam pendekatan langsung

secara efektif. Ciri-cirinya adalah sebagi berikut:

a) hanya tata bahasa yang bermanfaat untuk membaca yang

diajarkan;

b) awalnya kosa kata di amati (berdasar pada kemanfaatan) dan

kemudian diperluas;

c) penerjemahan merupakan prosedur pembelajaran yang layak;

d) membaca pemahamna adalah satu-satunya keterampilsn yang

ditekankan; dan

e) guru tidak perlu memiliki kacakapan lisan dalam Bahasa

sasaran.

d. Audiolingualisme (Amerika Serikat)

Page 23: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 23

Pendekantan in merupakan reaksi dari Pendekatan Membaca dan

kekurangan penekannnya pada keterampilan lisan-dengar (oral-aural).

Pendekatan ini dominan pada tahn 1960. Pendekatan itu diambil dari

Gerakan Reformasi dan Pendekatan Langsung akan tetapi ditambah

fitur-fitur dari linguistic structural (Bloomfield 1933) dan psikologi

behavioral (Skinner 1957). Ciri-cirinya ini adalah:

a) pelajaran dimulai dengan dialog

b) mimikri-memorisasi digunakan berdasar asumsi bahwa bahasa

adalah pembentukan kebiasaan

c) tata bahasa diurutkan dan kaidah djarkan secara induktif

d) keterampilan diurutkan: menyimak, berbicara—membaca dan

menulis ditunda

e) pelafalan ditekankan sejak awal pembelajaran

f) kosa kata dibatasi secara ketat pada tahap awal

g) diusahakan sekuat tenaga untuk mencegah kesalahan

h) bahasa itu sering dimanipulasi tanpa menganggap makna dan

konteks, dan

i) guru harus mahir dalam struktur, kosa kata yang ia ajarkan

karena kegiatan pembelajaran dan materi ajar diawasi secara

cermat.

e. Pendekatan Lisan–situasional (Oral-situational Approach)

Pendekatan ini adalah sebuah reaksi terhadap Pendekatan

Membaca dan kekurangan penekannya pada ketrampilan lisan dengar

(oral-aural). Pendekatan ini dominan di Ingrris pada tahun 1940-an.

1950an, dan 1960-an. Ini diambil dari Gerakan Reformasi dan

Pendekatan Langsung ditambah fitur-fitur dari Linguistik aliran Firth

dan memunculkan bidang professional dalam pendidikan Bahasa. Ciri-

cirinya adalah:

a) bahasa lisan diutamakan;

b) semua materi Bahasa dipraktikkan secara lisan sebelum

Page 24: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 24

dipresentasikan dalam bentuk tulisan (membaca dan menulis

diajarkan setelah dasar-dasar lisan dalam bentuk leksikal dan

gramatikal telah mapan);

c) hanya bahasa sasaran yang boleh diginakan di kelas;

d) usaha dilakukukan untuk meyakinkan bahwa butir-butir

leksikal yang bermanfaat yang disajikan;

e) Sturktur gramatikal di tahapan dari yang sederhana ke yang

rumit; dan

f) Buitr-butir baru (leksikal dan gmatikal) dikenalkna dan

dilatihkan sesuasi situasinya (misal, di bank, di meja makan).

f. Pendekatan Kognitif (Cognitive Approach)

Pendekatan ini merupakan reaksi terhadap fitur-fitur behavioris

Pendekatan Audiolingual dan dipengaruhi oleh psikologi kohnitif (Neisser

1967) dan linguistik aliran (Chomsky 1959, 1965). Pendekatan ini

berpandangan:

a) pembelajaran bahasa dipandang sebagai pemerolehan kaidah,

bukan pembentukan kebiasaan;

b) instruksi diberikan secar individu, pembelajar sering bertanggung

jawab terhadap dirinya sendiri;

c) tata bahasa harus diajakan tetapi dapat diajarkan secara deduktif

(kaidah dulu baru latihan) dan/atau secar induktif (kaidah dapat

diterangkan setekah latihan atau dibiarkan sebagai informasi

implisit untuk pembelajar supaya dipahami sendiri);

d) pelafalan tidak ditekankan, kesempurnaan dipandang sebagai

tidak realistis dan mustahil untuk bisa dicapai;

e) membaca dan menulis sama pentingmya seperti menyimak dan

berbicara;

f) pengajaran kosa kata itu penting terutama pada tingkat

intermediate dan advanced;

g) kesalahan dipandang sebagai keniscayaan, untuk dapat digunakan

Page 25: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 25

secara konstruktif dalam proses belajar; dan

h) guru diharapkan memiliki kemahiran yang bagus secara umum

dalam Bahasa target begitu juga kemampuan menganalisis bahasa

sasaran.

g. Pendekatan Afektif-Humanistik (Affective-Humanistic Approach)

Pendekatan ini merupakan reaksi terhadap kekurangan umum pada

pertimbangan afektif baik dalam audiolingualisme maupun dalam

Pendekatan Kognitif. (Moskowitz 1978 dan Curran 1976). Cirinya adalah:

a) penekanan pada menghormati (murid, guru secara pribadi) dank

arena perasaan mereka;

b) komunikasi yang bermakna terhdap pembelajar perlu ditekankan;

c) pembelajaran banyak melibatkan kerja berpasangan dan

kelompok-kelompok kecil;

d) kenyamanan kelas dipandang lebih penting daripada materi dan

metode;

e) dukungan dan interaksi sebaya diapdang perlu dalam belajar;

f) belajar bahasa asing dipandang sebagai pengalaman penyadaran

diri;

g) guru sebagai pembimbing dan fasilitator; dan

h) guru harus ahli dalam bahasa sasaran dan Bahasa asli siswa

penerjemahan mungkin digunakan pada tingkat awal untuk

membantu pembelajar merasa nyaman yang nantinya dihilangkan.

h. Pendekatan berbasis Pemahaman (Comprehension-Based Approach)

Sebuah riset yang tumbuh dalam pepemrolehan Bahasa pertama yang

meyrbabakan beberapa ahli metodologi yang menduga bahwa

pembelajaran Bahasa kedua dan Bahasa asing sangta serupa dengan

pemerolehan Bahasa pertama (Postosvsky 1974; Winitz; Krashen dan

Terrell 1983). Pandangannya:

a) menyimak pemahaman itu amat penting dan dipandang sebagai

Page 26: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 26

keterampilan dasar yang memungkinkan berbicara, membaca,

dan menulis untuk berkembang secara spontan dan sepanjang

waktu jika dikondisikan dengan tepat;

b) pembelajar harus menuimak tuturan bermakna dan merespon

secara non verbal dengan cara yang bermakna sebelum dapat

meghasilkan bahasa secara mandiri;

c) pembelajar tidak usah berbicara sebelum siap. Ini akan

menghasilka pelafalan yang lebih baik daripada jika pembelajar

haruds dipaksa berbicara segera;

d) pembelajar maju karena diekspos input ynag bermakna yang itu

hanya merupakan satu langkah di luar tingkat kompetensinya;

e) pembelajaran kaidah mungkin membantu memantau (atau

menjadi sadar) akan yang mereka lakukan tetapi tidak akan

membantu pepemrolehan atau pengguanaan spontan bahasa

target;

f) Koreksi kesalahan dianggap tidak perlu kakrean akan

menyebabkan konter produktif; yang penting adalah pembelajaar

paham dan dapat membuatnya paham; dan

g) jika gurunya bukan penutur atau mendekati penutur asli, materi

yang layak seperti audio tapes atau video tapes harus tersedia

untuk melengkapi input bagi pembelajar.

i. Pedekatan Komunikatif (Communicative Approah)

Karya Linguistik Antropolgi yang menonjol (seperti Hymes 1972) dan

ahli Bahasa aliran Firth (seperi Halliday 1973) yang memandang Bahasa

yang pertama dan paling utama sebagai sistem komunikasi; lihat bab

Savignon di dalam volume ini). Krakteristiknya:

a) diduga bahwa tujuan pengajaran bahasa adalah kemampuan

pembelajar untuk berkomunikasi dalam bahasa sasaran;

Page 27: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 27

b) diduga bahwa isi pembelajaran bahasa mencakup nosi semantik

dan fungsi sosial, dan tidak hanya struktur linguistik;

c) pembelajar secara teratur bekerja kelompok atau berpasangan

untuk saling bertukar (dan jika perlu, negosiasi) makna dalam

situasi yang seseorang memiliki informasinya sedangkan yang lain

tidak memilikinya;

d) pembelajar sering terlbat dalam bermain peran atau dramatisasi

untuk memyesuaikan diri dengan Bahasa sasaran dengan konteks

soaial yang berbeda-beda;

e) materi dan kegiatan kelas sering kali autentik untuk

mencerminkan situasi dan kebutuhan kehidupan nyata;

f) keterampilan diintegrasikan sejak awal; kegiatan yang sedang

beglangsuang mungkin menyangkut reading, speaking, listening,

dan juga writing (diasumsikan bahwa pembelajar terdidik dan bisa

membaca sekaligus menulis);

g) peran guru yang urama adlah memfasilitasi komunikasi dan peran

yag lain adlah mengoreksi kesalahan; dan

h) guru seharusnya dapat mengguanakan bahasa sasaran dengan

fasih dan pantas.

Kurikulum Pendidikan formal (Bahasa Inggris) yang pernah berlaku di

Indonesia. (Kasiani, 2000 dalam Emilia, 2005: 22, dalam Emilia 2011: 1) dan

(Widodo 2016) dalam (Pattrick 2016), Mistar 2005, dalam Wiyono (2012) dalam

DeCoursey (2012) hlm. (198-199)

Mistar dalam Braine (2005) dalam Wiyono (2012) dalam DeCoursey (2012,

198-199) mencatat ada tiga tahapan perubahan kurikulum di Indonesia yang

masing-masing adalah tahapan sebelum kemerdekaan yaitu sebelum 1945, awal

kekmerdekaan, yaitu tahun 1945-1950 dan masa pembangunan yaitu setelah

tahun 1950. Sementara itu Nurhadi (2004) mencatat beberapa tahapan yang

berbeda dengan tahapan sebelumnya yaitu masing-masing kurikulum 1968,

1975, 1984,1994 dan 2004. Tiga pertama yaitu 1968, 1984, dan 1994

Page 28: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 28

dinamakan Kurikulum berbais isi (Content-based Currikulum), 1994 adalah

Kurikulum Berbasis Tujuan (Objective-based Curriculum) dan 2004 adalah

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-based Curriculum).

Menurut (Kasiani, 2000 dalam Emilia 2005, 22, dalam Emilia 2011, 1),

perkembangan kurikulum Bahasa Inggris untuk SMP dan SMA di Indonesia mulai

zaman kemerdekaan sampai kurikulum 1994.

(a) Tahun 1945 – 1950. Pada waktu itu pendidikan formal tidak dapat

dilaksanakan karena situasi politik. Indonesia masih baru sja merdeka dan tentu

saja Negara itu masih berbenah dan malah datang tentara sekutu untuk melucuti

senjata tentara Jepang dan ingin mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Artinya, Indonesia masih menghadapi peperanagn setelah merdeka

(b) Tahun 1954 adalah tahun direrapkannya Kurikulum Gaya Lama. Adapu

tujuan pengakaran Bahasa Ingrris tidak jelas dan walau Bahasa Inggris diajarkan

empat jam dalam satu minggu. Metode yang digunakan adalah Grammar

Translation Method.

(c) Tahun1962 Kurikulum pada tahun ini disenut dengan Kurikulum Gaya

Baru. Pendekatan (Approach) nya adalah Audio-Lingual danterdapat materi ajar

dengan sebutan “Materi Salatiga” untuk SMP. Pendekataan itu memang popular

pada tahun 1960 di seluruh dunia.

(d) Tahun 1968 adalah saat Krikulum Gaya Baru yang disempurnakan.

Kurikulum ini masih mengguanakan pendekatan Aidio-lingual seperti di atas,

namun dilengkapi dengan materi ajar yang dinamakan English for the SLTA.

(e) Tahun 1975 adalah Kurikulum yang diterapakn berdasarkan Keptusan

Menteri Pendidikan No. 008-E/U/1975. Kurikulum ini lebih baik daripada

kurikulum sebelumnya karena memiliki tujuan instrusional yang jelas, banum

pendekatannya masih sama seperti pendkatan di atas; Audio-lingual.

(f) Tahun 1984. KUrkulum tahun ini dibuat berdasarkan kurikulum tahun

sebelumnya yaitu tahun 1975. Kurikulum in menekankan Cara Belajar Siswa

Aktif (CBSA). Pendekatan yang digunaka adalah Pendekatan Komunikatif.

Pendekatan in dianggap pendekatan yang paling baik.

(g) Tahun 1994. Kurikulum ini dibuat berdasarka pada revisi kurikulum

Page 29: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 29

1984 dan mengacu pada masukan dan hasil penelitian secara nasional tentnag

pemahaman Bahasa Inggris siswa.

Sejak tahun 2000 kurikulum Bahasa Inggris mengalami tiga kali perubahan

yang masing-masing sebagai berikut (Emilia 2011, 2).

(a) Tahun 2001. Kurikulm ini berdasarkan pada kompetensi dan disebut

dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (The competency-Based Curriculum).

Adapun tujuan kurikulum iniadalah mengembangkan Bahasa Inggris dengan

menggunakan kompetensi target

(b) Kurikulum 2004. Kurikulum ini dibuat dengan melibatkan Linguistik

Sistemik Fungsional (Systemic Functional Linguistics) atau SFL dan Pendekatan

Genre (Genre-based). Siswa belajar berbagai teks dan didorong untuk menulis

berbagai teks dalam Bahasa Inggris.

(c) Kurikulum 2006. Kurikulum ini disebut dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan atau KTSP. KTSP hanya mencakup Standar kompetensi dan

Kompetensi dasar yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Materi dan

tujuan yang rinci untuk setiap pembelajaran serta apa yang harus dilakukan di

kelas oleh guru tidak dideskripsikan secara detail. Guru memliki keleuasaan

untuk melekukan inovasi di kelas untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

SFLGBA dapat merupakan salah satu alternatif untuk mencapai tujuan

pembelajaran seperti yang telah digariskan dalam KTSP.

Memang (Hamid 2011) pembelajaran berbasis teks dan literasi dengan

kegiatan membaca dan meulis secara intensif dapat menyebabkan siawa berpikir

kritis. Dalam era infoamisi da reformasi ini, berpikir krtis amt diperlukan. Namun

begitu terdapat bebrapa catatan yang harus diperhayikan yaitu: (a) guru-guru

bahasa Inggris harus memiliki kapabilitas yang bagus untuk mentyerap simber-

sumber kehabasaan yang terkait denga berbagai ragam teks dan; (b) guru-guru

dituntut keuletannya untuk dapat mengukuti setiap langkah pembelajaran SFL

GBA untuk dapat mengembangkan empat keterampilan yaitu menyimak

(listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing), (c)

jumlah siswa yang relative besar dalam setiap kelasnya, dan (d) menhgahapi

Page 30: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 30

Ujian Nasional yang mungkin menyebakan guru mengajar sekedar untuk

persiapan ujian,

Tokoh lain yaitu Widodo (2016) dalam Kickpatrick (Ed.) (2016)

mengikhtisarkan tentang kurikulum 2004, 2006 dan 2013 sebagaimna terurai

berikut. Kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) berpayung hukum pada Undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dilaksanakan secara nasional dengan

tujuan sebagai untuk a) mengembangkan kompetensi komunikatif yang

memberikan titik berat pada keterampilan makro seperti menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis dan kompetensi lain seperti kompetensi linguistis,

kompetensi wacana, kompetensi sosiokultural, kompetensi aksional dan

kompetensi strategis; b) membangun dan membangkitkan kesadaran diri dalam

memperoleh Bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan sebagai instrument

pembelajaran dan instrument berkomukasi; dan c) membangun dan

mengembangkan pemahaman dan hunbungan yang erat antara Bahasa dengan

budaya serta untuk meningkatkan pemahaman antarbudaya. Kurikulum 2004

juga dikenali sebagai penerapan tiga metafungsi Halliday untuk mengajarkan

empat keteramlilan yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca

(reading) dan menulis (writing).

Konsep dasarnya adalah peserta didik diharapkan dapat melakukan

keterampilan yang integratif dan penguasaan berbagai kemampunan situasi

komunikatif. Namun dalam kenyataanya, para guru enggan menciptakan materi

ajar sendiri. Di samping itu, mereka juga mencari-cari pendekatan apa yang di

anut oleh kurikulum itu. Mereka lebih cenderung mempercayakan pada buku-

buku teks yang diterbitkan secara komersial.

Terdapat pula beberapa faktor penghambat dalam penerapan kurikulum

2004 yang antara lain adalah a) manajemen kelas yang kurang memadai; b)

kurangnya dasar-dasar pendidikan dan pengetahuan tentang konteks; c)

pengunaan Bahasa Inggris oleh para guru tidak ekstensif; d) pengajaran bahasa

Inggris yang terarah pada tes; e) nilai-nilai tradisi pedagogis yang kaku; dan f)

asesmem Bahasa yang dikendalikan oleh pemerintah. Hal di atas biasa terjadi di

Page 31: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 31

Negara-negara Asia terhadap Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran di sekolah.

(Littlewood,2007; Priyanto, 2009; Richards, 2010) dalam dalam (Pattrick: 2016).

Untuk membantu peserta didik memperolah Bahasa Inggris sebagai instrument

komunikasi di jagad internasional pemerintah Republik Indonesia melalui

Kementerian Pendidikan Nasional menggabungkan Kurikulum Berbasis Sekolah

ke Kurikulum 2006. Maka dari tiu kurikulum 2004 diubah nemanya memnjadi

Kurikulum Tingkat Satuam Penddikan (KTSP) atau School Based Curriculum

(SBC) dalam Bahasa Inggris.

Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 diterapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

sebagai berikut; antara lain kebutuhan sosioinstitusional, ekonomi, kultural, dan

latar belakang pendidikan serta untuk mengenali relaita bahwa tiap-tiap sekolah

di wilayah yang berbeda-beda perlu dilayaani dan denan memanfaatkan sumber

daya lokal. Revisi ini dimaksudkan untuk memenuhi tantangan globalisasi dan

teknologi informasi dan komunikasi yang harus dihahadpi oleh Indonesia.

Bersamaan itu pula KTSP diterapkan untuk memberi kesempatan pada

sekolah untuk merancang kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi pada

tingkat sekolah dengan menggunakan sumber daya lokal atau disebut juga

dengan muatan lokal dengan dimensi sosiokultural yang lebih luas, dan

kebutuhan pesert didik. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Tidak ada

ketentuan dalam hal materi ajar akan tetapi ada seperangkat garis besar

kompetensi inti yang harus dikelani oleh para pendidik. Kurikulum dirancang

oleh para guru yang bekerja dalam tim dan mereka dapat berbagi dengan guru-

guru dari sekolah lain dalam wilayah yang sama melalui Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP). Melalui forum ini para guru dapat berbagi umpan balik

tentang materi kurikulum seperti silabi, recana pembelajaran (lesson plan) unit

belajar. Lembaga ini dapat menunjuk seorang supervisor, atau guru yang

berpengalaman, untuk memberikan pendampingan (mentoring) dan supervisi

terhadap guru kelas dalam hal standar isi, proses dan kompetensi dan

sebagainya. Paket kurikulum 2006 dirancang oleh sekolah yamg meliputi a)

Page 32: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 32

kebutuhan stake holders dan peserta didik; b) intergritas; c) kepekaan terhadap

sains dan teknologi; d) keserasian pada kebutuhan hidup; e) kepahaman dan

leberlanjutan; f) pembelajran sepanjang hayat; g) keseimbangan antara

kebutuhan nasional dan kebutuhan lokal.

Pada hakikatnya, pelaksanaan kurikulum 2006 adalah kurilulum 2004

ditambah kemampuan komunikatif berdasar pada kompentensi dan kerangka

sistemik fungsional. Perbedaan antara kedua kurikulum itu adalah bahwa

Pemerintah tidak menentukan kurikulum diamanatkan secara nasional, sehingga

masing-masing sekolah dapat merancang, melaksanakan dan mengevaulasi

kurikulumnya sendiri dengan penagwasan dari supervisor setempat atau lokal.

Walau begitu Kementerian Pendidikan nasional masih mengenadlikan ujian

nasional yang sama sekali tidak mencerminkan inti dari kurikulum 2006. Yang

terjadi pada pembelajaran bahasa Inggris adalah sebagian beasr pembelajaran

diarahkan pada Ujian Nasional yang standar kompetensinya dtentukan olehpara

pembuat kebijakan.

Terdapat keresahan sekitar penerapan KTSP dari anggota masyarakat,

(sebut saja para guru) Solo Pos 16 Desember 2006. Kebingungan itu antara lain

adalah a) ada sosialisai tetapi masih membingungkan, b) KTSP terlalu cepat

penerapannya, c) Di dalam KTSP sekolah diberi kewenangkan untuk

mengembangkan secara mandiri tetapi mengapa masih ada Ujian Nasional?

Bahkan ada yang berpendapat lebih keras daripada pernyataan di atas yang

mengatakan bahwa Kurikulum 1994, KBK dan KTSP sama saja, tidak ada

bedanya.

Kurikulum 2013

Pelaksanaan kurikulum 2013 mempunyai tujuan untuk memersiapkan

warga Negara Indonesia agar memiliki sikap a) religious; b) produkif; c) inovatif;

d) bergairah sehinga dapat berkontribusi terhadap masyarakat, bangsa dan

peradaban dunia. Pembelajaran dirancang oleh guru, pengalaman belajar

didasarkan pada latar belakang sosiokultural dan kemampuan. Selain itu,

kurikulum itu jaga diarahkan untk mencapai delapan standar yaitu standar

nasional yang mencakup standar isi, proses dan kompetensi. Setidaknya ini

Page 33: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 33

standar kelulusan. Kemudian standar guru, tenaga administrasi, fasilitas,

manajemen, keuangan dan asesmen. Standar-standar itu digunakan untuk

meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan dan kebutuhan dunia

yaitu sumber daya manusia dengan kebutuhan tempat bekerja secara global.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2012 adalah a) pendidkan

berpusat pada peserta didik; b) pendidikan yang interaktif yaitu antara peserta

didik dengan pendidik, peserta didik dengan materi ajar, peserta didik denga

lingkungan sosialnya; c) pendidikan integratif yaitu apa yang diperlukan untuk

dipelajar, hubungan antara berbagai materi terhadap internet; d) Keterlibatan

proses belajar mengajar dalam inquiry-discovery melalui observasi, bertanya,

explorasi, pengalaman, dan asosiasi dan komunikasi; e) dasar-dasar

pembelajaran kolaboratif; f) penggunaan teknologi yang memperkaya proses

belajar mengajar; g) kebutuhan peserta didik; dan h) pendekatan interdisiplin

yang kritis. Standar minimu untuk para lulusan seyidaknya adalah kompetensi

inti, komprtensi dasar, buku tekintuk peserta didik, buku pedoman untuk guru,

pernacanaan pembelajaran dan sebagainya.

Sebagaimana Kurikulum 2004 dan kurikulum 2006, dalam kurikulum ini

juga terdapat dua kompetensi; kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Kompetensi ini mencakup empat ranah yaitu sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi ini kemudian di urai menjadi

kompetenisi dasar.

Secara pedagogis, kurikulum 2013 memilik lima siklus pembelajaran:

1. Observasi: peserta didik memngamati sesuatu (tempat, fenomena sosial/alam,

kegiatan sosial atau dapat juga berupa kunjungan, video, dan atau presentasi

digital lainnya.

2. Bertanya: pertanyaan dimaksudkanuntuk meyakinkan terhadap apa yang

diamati Kegiatan ini dapat dilakukan secra kelompok berpasangan.

3. Eksplorasi/Pengalaman: pada tahapan ini peserta didik diminta untuk

memperhatikan, menciptakan atau mengkonstrusikan konteks yang relevan

dengan apa yang diamatiatau mencari sumber lain,

4. Asosiasi: peserta didik diminta menghubungkan antara fitur-fitur linguistik

Page 34: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 34

sumber-sumber retorika dari hal-hal yang berbeda atau kegistan sosial atau

peristiwa yang diamati.

5. Komunikasi: peserta didik diminta memperagakan tugas yang relevan baik secara

individu maupun berpasangan.

Hilangnya muatan lokal pada Kurikuulm 2006 menyisakan duka bagi

beberapa guru Bahasa Inggris. Di kabupaten Bantul, ada 120 guru Bahasa Inggris

yang bekerja di berbagai Sekolah Dasar. Lima belas di antaranya telah menjadi

penagawi negeri karena mereka dipindahkan ke baik Sekolah Menegah Pertama

(SMP) maupn Sekolah Menengah Atas (SMA). Lima belas lagi mennggu

penemptan posisi lebih lanjut. Sembilan puluh guru masih bekerja paruh waktu

dan masih menunggu penunjukan posisi guru tetap dari peperintah daerah (Solo

Pos, 14 Desember 2013)

Keresahan itu menggelitik peneliti untuk mengadakan survey. Survey

dimaksudkan untuk melihat sejauh mana muatan lokal itu meresahkan tiga guru

bahasa Inggris di dua tempat yaitu dua dari Gunung Kidul dan satu dari Kulon

Progo.

Sita (nama samara) dari Gunung Kidul memiliki enam tahun

berpengalaman sebagai guru paruh waktu di Sekolah Dasar (SD) dan SMP. Dia

begitu sedih mendengar bahwa muatan lokal akan dihilangkan pada Kurikulum

berikut (Kurikulum2013). Dia memdapat tawaran mengajar Bahasa Jawa sebagai

muatan lokal di SMP tempat dia bekerja tetapi dia menolaknya. Dia berpikir tidak

mungkin baginya uuntuk memjadi guru SMP karena untuk memjadi guru tetap

seseornag harus mempunyai 24 jam pelajaran dan harus memiliki sertifikat. Dia

lebih baik mengundurkan diri.

Sarmi (nama samaran) dari Kulon Progo mempunyai pengalaman 13

tahun mengajar di terima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun itu akan

tetapi tidak ditempatkan di SMP sebab sekolah itu sudah kebutuhan guru bahasa

Inggris sudah terpenuhi. Maka dari itu dia ditempatkan di SD dan harus

menempuh pendidikan Pendidikan Duru Sekolah Dasar (PGSD) selama tiga

semester. Walau dia menerima tawaran itu, dia kurang senang, sebenarnya,

Page 35: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 35

karena dia tidak bisa memanfaatkan kemampuan berbahsa Inggrisnya sebagai

pemegang ijazah Strata Satu Pendidikan Bahasa Inggris.

Ratri (nama samaran) dari Gunung Kidul mempunyai pengalaman

mengajar selama sembilan tahun di SD. Dia lulus dari Pendidikan Bahasa Inggris

dan sekarang menjalani PGSD selama tiga semester supaya dapat memjadi guru

SD sebagai guru kelas dan bukan sebagai guru Bahasa Inggris. Dia tidak ingi

pindah dari Sekolah itu karena menyayangkan pengalaman yang sembilan tahun

itu menjadi salah satu pertimbangannya.

Page 36: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Format Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di kampung inggris Pare Kediri Jawa Timur

menggunakan basis penelitian lapangan yakni ikhtiar komprehensif dari

peneliti untuk menjelaskan secara rinci fenomena terkait isu penelitian

berdasarkan pada pengamatan langsung dan penelahaan mendalam,

sedangkan pendekatan penelitian adalah deskriptif kualitatif pada fokus

penelitian pendidikan. Arikunto (1998) mengemukakan bahwa penelitian

pendidikan dapat diselenggarakan di sekolah atau lembaga pendidikan,

komunitas, ataupun kelompok tertentu yang memiliki tujuan utamanya adalah

pendidikan. Berkaitan dengan upaya mendapatkan tujuan penelitian, peneliti

menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan, Arikunto (1998: 151) menyatakan bahwa sebuah metode

penelitian adalah sebuah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Untuk itu peneliti akan menggunakan pendekatan

penelitian deskriptif kualitatif untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

B. Lokasi atau Obyek Penelitian

Lokus penelitian lapangan berfokus pada empat lembaga kursus bahasa

Inggris yang berlokasi di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri

yaitu Lembaga Basic English Couse (BEC), Effective English Conversation Course

(EECC), MAHESA Institute, dan Future English Education Center.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan

Peneliti mempertimbangkan subyek penelitian yang terdiri dari populasi

dan sample. Arikunto (1998: 115) mengatakan bahwa populasi adalah

Page 37: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 37

keseluruhan subyek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah lembaga –

lembaga kursus bahasa inggris di pare kediri jawa timur. Pemilihan populasi

ini didasarkan atas pertimbangan bahwa lokasi tersebut sudah sangat

terkenal mampu membuat siswanya menguasai bahasa inggris dalam waktu

yang relatif singkat.

Sample adalah bagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1998: 118),

dalam penelitian ini jumlah sample yang diteliti adalah empat lembaga

pendidikan kursus bahasa inggris yaitu lembaga kursus bahasa inggris yaitu

Lembaga Basic English Couse (BEC), Effective English Conversation Course

(EECC), MAHESA Institute, dan Future English Education Center. Pemilihan

empat lembaga kursus ini dilakukan secara sengaja oleh peneliti berdasarkan

riset pendahuluan dan fakta-fakta lapangan. Pertimbangan pemilihan ada dua,

yakni berdasarkan profil lembaga kursus yang telah berpengalaman lebih dari

sepuluh tahun dan telah meluluskan banyak alumni, serta pertimbangan

bahwa empat lembaga ini masih eksis disaat pandemic Covid19 melanda

khususnya di kampong Inggris Pare Kediri.

D. Definisi Operasional Konsep atau Variabel

Konsepsi definisi operasional variabel dalam penelitian telah dikenalkan

oleh para ahli metodologi penelitian, menurut Sugiyono (2015, h.38) definisi

operasional adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan

yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variable penelitian

dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam

penelitian ini, definisi operasional variabelnya adalah Metode Pembelajaran

yakni teknis atau strategi tertentu yang digunakan untuk menyampaikan

bahan pelajaran secara terencana, jadi dalam penelitian ini mengggali hal-

ihwal tentang metode pmebalajaran yang terdapat di lembaga-lembaga kursus

Bahasa Inggris di Kampung Pare Kediri serta aspek-aspek terkait dengan

metode pembelajaran.

Page 38: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 38

E. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terkatagori sebagai data

kualitatif, yaitu data verbal deskriptif mengenai objek penelitian yang dihasil

peneliti selama melakukan tinjauan lapangan. Beberapa data kualitatif

tersebut adalah gambaran umum lokasi penelitian, profil lembaga kursus

bahasa inggris, kurikulum kursus, metode pembelajaran, dan setting

lingkungan kursus bahasa inggris.

Sumber data merupakan penjelasan darimana data diperoleh, dalam

penelitian ini sumber data ada dua, yakni pertama data primer yang peneliti

peroleh dari hasil tinjauan lapangan dari sumber-sumber terpercaya, kedua

data sekunder yang peneliti dapatkan sebagai penunjang data primer.

Peneliti ini menggunakan instrument teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan data yang tepat. Menurut Arikunto (2005: 134) instrument

penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

mendapatkan hasil yang terbaik. Dalam pengumpulan data, peneliti

menggunakan teknik alat observasi lapangan secara langsung dengan dibantu

alat dokumentasi berupa foto atau video recorder.

Selanjutnya, dalam melaksanakan tahapan-tahapan tersebut, peneliti

menggunakan beberapa teknik sebagai berikut.

1) Observasi

Pada tahap ini tingkat partisipasi peneliti dalam penelitian ini bergerak

dari tingkat pastisipasi pasif ke tingkat partisipasi moderat. Adapun

aspek-aspek yang diobservasi meliputi seluruh peristiwa yang

berhubungan dengan pembelajaran/pendidikan yang dipraktikkan di

kampong inggris.

2) Wawancara Intensif

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

terstruktur dan wawancara terstruktur. Pada tahap awal peneliti

menggunakan wawancara tidak terstruktur karena pada tahapan ini

memiliki tujuan untuk mendapatkan pemahaman umum menganai suatu

Page 39: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 39

topik. Pada tahap selanjutnya, wawancara yang digunakan adalah

terstruktur dengan maksud untuk memfokuskan pada topik-topik

tertentu sesuai dengan permasalahan. Demikian juga pada wawancara

terstruktur ini peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan

maksud untuk lebih mengarahkan pada fokus utama dalam penelitian

tersebut.

3) Dokumentasi

Dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi dokumen tertulis

yang berhubungan dengan masalah penelitian disamping catatan-catatan

lain yang dapat menambah data yang diperlukan dalam penelitian ini

seperti buku-buku ajar/modul, struktur kurikulum, hasil evaluasi

pembelajaran, dan lain-lain.

F. Analisis Data Penganalisasian data dalam penelitian ini, secara garis besar merangkum

beberapa mekanisme yang digunakan oleh para pakar penelitian seperti,

Moleong (2001:103) dan Nasution (1996:126-129). Adapun mekanisme

tersebut sebagaimana tergambar pada langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membaca dengan cermat dan mempelajari data yang terkumpul serta

menganalisa pola-pola yang menarik dan menonjol.

2. Menyelidiki hubungan diantara data yang peneliti dapatkan, apakah

terdapat persamaan atau justru kontradiksi dalam pandangan

berbagai responden.

3. Sambil membaca, peneliti berusaha mengajukan pertanyaan kepada

data, sebagaimana pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk

mendapatkan kesimpulan-kesimpulan.

4. Menyelidiki berbagai makna istilah yang dikemukakan oleh para

responden, dalam upaya menemukan satu persepsi yang akomodatif.

5. Langkah selanjutnya adalah peneliti berupaya mencari hubungan

antara konsep - konsep dalam usaha untuk mengembangkan suatu

teori.

Page 40: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 40

BAB IV

SETTING WILAYAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Kampung Inggris merupakan istilah yang pertama kali dipopulerkan

oleh wartawan yang secara kebetulan singgah dan melakukan peliputan

terhadap masyarakat di daerah Pare Kediri1, penggunaan diksi Kampung

Inggris diilhami karena di kampung tersebut banyak lembaga kursus

Bahasa Inggris. Penyebutan kampung Inggris akhirnya seperti disetujui

oleh masyarakat setempat pada awal-awalnya, dan dikemudian hari

penyebutan kampung inggris menjadi sebutan resmi bagi masyarakat.

Lokus penelitian lapangan berfokus pada empat lembaga kursus bahasa

Inggris yang berlokasi di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten

Kediri yang merupakan daerah awal mula penyematan nama kampung

Inggris serta desa yang paling banyak memiliki keberadaan lembaga

kursus Bahasa Inggris.

Desa Tulungrejo adalah satu diantara sepuluh desa/kelurahan yang

terletak di Kecamatan Pare, secara administrasif memiliki 88 RT, 22 RW,

dan 5 Dusun yang menduduki luasan wilayah 532,80 ha. Batas Wilayah

Desa Tulungrejo diantaranya sebelah utara adalah Desa Bringin

Kecamatan Badas, Sebelah selatan adalah Desa Gedangsewu Kecamatan

Pare, dan sebelah timur adalah Desa Lamong Kecamatan Badas. Desa

Tulungrejo yang popular karena sebutan kampong Inggis ini berdasarkan

Laporan BPS dalam Kecamatan Pare Dalam Angka 2019, dihuni oleh

16.840 penduduk/jiwa. Desa Tulungrejo secara geografis mudah

ditemukan di Kecamatan Pare, karena Desa ini hanya berjarak 3km dari

pusat kota Kecamatan Kare, lebih lagi keberadaa desa Tulungrejo sangat

1 Hasil Wawancara dengan Mr.Taufiq, Tim Manajemen FEE Center Kampung Inggris

Page 41: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 41

populer bagi masyarakat.

Gambar Peta Kampung Inggris

Kampung Inggris Desa Tulungrejo, Kec.Pare, Kab.Kediri

Table Data Kependudukan

Kampung Inggris Desa Tulungrejo, Kec.Pare, Kab.Kediri

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 9.407

2 Perempuan 9.242

Total 18 649

Sumber: Pare dalam Angka 2019

Keberadaan kampung inggris di desa Tulungrejo relatif padat dari

sisi permukiman, lebih-lebih setiap tahunnya masyarakat dari luar daerah

banyak berdatangan untuk menjadi peserta diberbagai Lembaga kursus

Bahasa inggris. Pendatang musiman yang belajar bahasa inggris di

lembaga kursus bahasa inggris kampung inggris Pare Kediri berjumlah

ribuan dalam kondisi normal, hal ini membuat padat dan dinamis secara

kependudukan.

Page 42: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 42

B. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat

Kampung inggris di Desa Tulungrejo lebih mirip situasi sosial di

pinggiran kota, permukiman padat, banyak tempat-tempat usaha

masyarakat rumahan, bahkan suasana khas tempat-tempat nongkrong

anak-anak muda berupa angkringan atau coffeeshop marak ditemukan.

Kehadiran konsep kampung inggris membawa transformasi sosial,

ekonomi, dan budaya bagi masyarakat Desa Tulungrejo, jika sebelumnya

mayoritas masyarakat perprofesi sebagai petani dan hidup ala kadarnya,

setelah banyak Lembaga kursus Bahasa Inggris dan desa dinobatkan

sebagai kampung inggris, kehidupan masyarakat mengalami peningkatan

social dan ekonomi. Dampak positif yang dinikmati masyarakat dari

komunitas kampung inggris, mengerek laju pertumbuhan pembangunan

desa.

Berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Tulungrejo,

tercatat di desa ini ada beberapa Lembaga Pendidikan baik formal

maupun non formal. Lembaga Pendidikan formal mulai Sekolah Dasar

sampai Sekolah Menengah Atas/Kejuruan, bahkan perguruan tinggi ada di

desa Tulungrejo, artinya secara Pendidikan desa Tulungrejo termasuk

desa maju. Sedangkan Lembaga Pendidikan non formal didominasi oleh

Lembaga Kursus Bahasa Inggris, kemudian kursus computer, menjahit,

dll.

Data Lembaga Pendidikan

Kampung Inggris Desa Tulungrejo, Kec.Pare, Kab.Kediri

No Lembaga Pendidikan Status

Jumlah Negeri Swasta

1 Sekolah Dasar/MI 2 4 6

2 SMP/MTs 1 2 3

3 SMA/SMK/MA 1 5 6

4 Perguruan Tinggi - 1 1

Page 43: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 43

5 Lembaga Kursus - 104 104

6 Pondok Pesantren - 3 3

Jumlah 4 119 123

Sumber: diolah dari Pare Dalam Angka 2019

Memiliki lembaga pendidikan sejumlah 123 lembaga bagi sebuah

desa adalah hal yang istimewa, ini dapat dinilai sebagai sebuah kemajuan

dari sisi sosial pendidikan, budaya dan ekonomi, karena keberadaan

lembaga-lembaga pendidikan itu mampu meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia, derajat sosial masyarakat, serta menggerakkan

ekonomi masyarakat. Terkait dengan isu penelitian yang diangkat,

menyorot tentang keberadaan lembaga bimbingan belajar atau kursus,

dapat diidentifikasi bahwa dari 104 lembaga kursus yang berada di

kampung inggris desa Tulungrejo, mayoritas adalah lembaga bimbingan

belajar bahasa asing khususnya bahasa inggris, sisanya lembaga kursus di

bidang komputer, menjahit dan kecantikan.

Data Lembaga Kursus/Bimbingan Belajar

Kampung Inggris Desa Tulungrejo, Kec.Pare, Kab.Kediri

No Jenis Kursus Jumlah

1 Bahasa Asing 98

2 Komputer 2

3 Menjahit 2

4 Kecantikan 2

Jumlah 104

Sumber: diolah dari Pare Dalam Angka 2019

Data yang ditunjukkan tabel di atas memperlihatkan jumlah lembaga

kursus bahasa asing berjumlah 98 lembaga, lembaga kursus komputer

berjumlah 2 lembaga, lembaga kursus menjahit berjumlah 2 lembaga, dan

lembaga kursus kecantikan berjumlah 2 lembaga. Keberadaan lembaga-

Page 44: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 44

lembaga kursus ini semakin meneguhkan bahwa Desa Tulungrejo sebagai

kawasan pendidikan non formal memperoleh perhatian masyarakat

secara luas.

Bidang ekonomi, kampung inggris Desa Tulungrejo berdasarkan

Pare dalam Angka 2019 memiliki beberapa pasar sebagai pusat

perdagangan, diantara sepuluh desa dikawasan kecamatan Pare hanya

tiga desa saja yang memiliki pasar. Bahkan berdasarkan wawancara

dengan ketua paguyuban pedagang, praktik transaksi jual beli yang

dilakukan pedagang setempat dengan beberapa peserta kursus bahasa

inggris sering kali menggunakan bahasa komunikasi bahasa Inggris.

Kemampuan berbahasa inggris para pedagang ini dibenarkan oleh ketua

Forum Lembaga Kursus Bahasa Inggris, bahkan Forum memberikan

beasiswa belajar bahasa Inggris bagi para pedagang dan pelaku ekonomi

di lingkungan kampung Inggris.

Geliat ekonomi juga ditunjukkan dengan banyaknya pertokoan di

lingkungan kampung inggris, keberadaan peserta kursus yang mencapai

ribuan dalam kondisi normal, meningkatkan kebutuhan sehari-hari yang

diperjual-belikan. Pertokoan paling banyak adalah warung makan minum

berjumlah 437, disusul toko/warung kelontong 127, minimarket modern

sebanyak 10, dan restoran berjumlah 3. Pertokoan-pertokoan tersebut

muncul seiring dengan kemunculan dan semakin berkembangnya

kampung Inggris. Bahkan berdasarkan pengakuan masyarakat pelaku

ekonomi di kampung Inggris, keberadaan identitas kampung inggris turut

mengerek harga jual beli tanah dan ada beberapa pergeseran

pemanfaatan tanah dari pertanian ke non-pertanian.

Tabel Unit Usaha Ekonomi

Kampung Inggris Desa Tulungrejo, Kec.Pare, Kab.Kediri

No Jenis Usaha Ekonomi Jumlah

1 Pasar Permanen 1

2 Pasar Semi Permanen 1

Page 45: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 45

3 Pasar tanpa bangunan 1

4 Warung makan minum 437

5 Toko/warung kelontong 127

6 Minimarket 10

7 Restoran 3

Jumalah 580

Sumber: diolah dari Pare Dalam Angka 2019

Kondisi faktual perekonomian di kampung inggis desa Tulungrejo

juga ditunjukkan adanya hotel berjumlah 3 unit, ini merupakan jumlah

terbanyak di kecamatan Pare desa yang terdapat hotel, apalagi di pusat

kecamatan Pare yakni Desa/Kelurahan Pare hanya terdapat 1 hotel.

Keberadaan hotel di desa tulungrejo sebagai kampung inggris adalah

bentuk peluang bisnis dari banyaknya peserta kursus bahasa Inggris atau

sekedar wisatawan yang penasaran dengan keberadaan kampung inggris.

Disamping hotel, masuknya peserta kursus dari beragam daerah, ternyata

juga dibaca sebagai peluang berbisnis tempat karaoke atau diskotik,

keberadaan karaoke atau diskotik ini tentu membawa dampak negatif

pada budaya masyarakat yang sebelumnya tidak ada, yakni kebiasaan

sebagian orang untuk dugem atau mencari hiburan di diskotik atau

tempat karaoke.

Masyarakat asli kampung inggris di desa Tulungrejo, dalam

perkembangannya juga disuguhi kebiasaan nongkrong atau duduk-duduk

di warung atau kafe oleh pendatang, dan sekarang kebiasaan ini telah

terinternalisasi di kebiasaan masyarakat kampung inggris. Kebiasaan

nongkrong, oleh sebagian peserta kursus dimanfaatkan untuk wahana

praktik berbahasa inggris dalam perbincangan atau obrolan mereka.

Page 46: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 46

BAB V

HASIL TEMUAN

A. Profil Lembaga Kursus Bahasa Inggris

Penelitian lapangan mengkaji secara mendalam empat lembaga

kursus bahasa inggris di kampung inggris desa Tulungrejo, Kecamatan

Pare, yaitu Lembaga Basic English Couse (BEC), Effective English

Conversation Course (EECC), MAHESA Institute, dan Future English

Education Center. Peneliti turun ke lapangan penelitian pada tanggal 24-

30 Agustus 2020, pada masa itu masih ada pandemi Covid19 termasuk

memiliki dampak terhadap lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris di

kampung Inggris, banyak lembaga kursus bahasa Inggris tidak

beroperasi/tutup sejak pandemi Covid19 pada bulan Maret 2020. Dari

empat lembaga kursus yang peneliti dalami, hanya lembaga EECC yang

berstatus masih tutup/tidak beroperasi dan baru akan mulai beroperasi

pada bulan September 2020, sedangnya ketiga lembaga kursus lainnya

telah beroperasi dan melayani proses pendidikan bahasa inggris kepada

peserta didiknya.

Profil lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris peneliti uraikan

sebagai berikut:

1. Basic English Couse (BEC)

BEC merupakan lembaga kursus bahasa inggris pioner di kampung

Inggris, pendirinya Mr.Kalend Oseng resmi menginisiasi nama Basic

English Couse pada tanggal 15 Juni 1977, tanggal itu setiap tahunnya

diperingati sebagai hari ulang tahun BEC. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Mr.Kalend, sebenarnya kiprah mengajar bahasa

inggris dilakukannya sebelum tanggal 15 Juni 1977 dimulai dari teras

masjid. Keberhasilannya mengajari bahasa Inggris pada beberapa

pemuda di tahun 1977, secara cepat menyebar di masyarakat sehingga

Mr.Kalend selalu kedatangan orang-orang yang ingin belajar bahasa

Page 47: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 47

Inggris.

Dari sisi bisnis, BEC dapat dikatagorikan sebagai bisnis keluarga

karena tim manajemen dilakoni oleh keluarga besar Mr.Kalend,

sedangkan tim pengajar diambil dari SDM lulusan BEC yang telah

mengikuti master program. BEC sejak berdirinya sampai sekarang

telah meluluskan ribuan alumni yang bekerja di dalam dan luar negeri.

Lahan yang dijadikan kampus BEC merupakan tanah hibah dari

mertua angkat Mr.Kalend seluas 3025m2 yang sekarang terlihat

berdiri megah bangunannya.

Fasilitas di BEC sarana-prasaranya cukup lengkap, mulai dari

kelas-kelas dengan setting small class, aula, tempat ibadah, kantor,

beberapa miniatur tempat wisata, dan lahan parkir. SDM pengajar di

BEC dipilih secara ketat dari alumni-alumni BEC, dan dalam

menjalankan program pengajaran kursus bahasa inggris selalu

mendapat evaluasi dan peningkatan kemampuan secara

berkelanjutan, ini diyakini oleh tim manajemen BEC sebagai ikhtiar

untuk menjaga kualitas pengajaran yang dilakukan oleh para

tutor/pengajar.

BEC telah memperoleh legalitas sebagai lembaga kursus bahasa

inggris dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Nomor

Surat Keputusan. 421.91/562/418.47/2011 dan Nomor Induk

Lembaga Kursus 05109.1.0079, jadi secara hokum BEC telah diakui

oleh Negara. BEC beralamat di Jalan Anyelir No.08 RT.01, RW.XII, Desa

Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

2. Effective English Conversation Course (EECC)

EECC merupakan lembaga kursus bahasa Inggris yang berdiri sejak

tahun 1992, pendirian EECC tidak lepas dari dorongan Mr.Kalend.

Pendiri EECC adalah alumni BEC sekaligus tenaga turor di BEC

bernama Mr.Nur Akhlis (Almarhum), sekarang kepemimpinan

manajemen di EECC diteruskan istrinya Mrs. Lilik Sosiowati.

Page 48: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 48

EECC beralamat di Jalan Flamboyan Nomor 109, Desa Tungrejo,

Kecamatan Pare, Kabupaten Madiun. Lembaga kursus EECC telah

mendapatkan legalitas dari pemerintah dengan nomor Ijin Pendidikan

nasional No. 421.9/218/418.47/2015, meskipun EECC berdiri pada

1992 namun legalitasnya baru diurus pada tahun 2015. Nomor Induk

Lembaga Kursus EECC adalah 05109.4.1.0068.09, EECC merupakan

cabang BEC yang pertama, atau dengan kata lain keberadaan EECC

secara kurikulum, system pendidikan, dan kebijakan lembaga

mengikuti BEC.

3. MAHESA Institute

Mahesa (Mahir Bahasa) Institute adalah lembaga kursus bahasa

inggris yang berdiri pada tanggal 28 September 1998 di

perkampungan bahasa inggris Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare,

Kabupaten Kediri. Lembaga ini telah memperoleh izin dari Dinas

Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kediri dengan Nomor SK

421.9/532/418.47/2014, sedangkan untuk akreditasi telah

dinyatakan terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan

Non Formal (BAN-PNF) No. KP.3506 00001 1 2015.

Mahesa Institute berada di bawah naungan Yayasan Mahir Bahasa

(MAHESA) yang juga memiliki semangat arti Maha Esa, yayasan

Mahesa memiliki akta notaris Enita SH. No.99 tanggal 15 Mei 2013,

terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor AHU-

4635.AH.01.04.2013. Sebagai lembaga kursus bahasa inggris, Mahesa

Institute telah banyak memiliki alumni yang tersebar di seluruh

Indonesia berjumlah ribuan.

Visi dari Mahesa Institute adalah mempersiapkan generasi muda

dalam kapasitas kemampuan untuk menyongsong estafet

pembangunan antar generasi, sedangkan misinya ada tiga yaitu, (1)

Mengembangkan sumber daya manusia yang mahir berkomunikasi di

tingkat nasional, regional, dan internasional, (2) mengembangkan

Page 49: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 49

potensi keilmuan, kreatifitas, dan kepedulian sosial, (3)

menumbuhkan jiwa kemandirian dan wirausaha.

Selain menyelenggarakan kursus bahasa inggris bagi peserta di

kampung inggris Desa Tulungrejo, Kecamatan pare, Kabupaten Kediri,

Mahesa Institute juga mengembangkan kerjasama dengan instansi-

instansi dalam dan luar negeri dalam bentuk kemitraan pendidikan

bahasa inggris yang bisa dilaksanakan di kampung inggris maupun

diluar kampung inggris.

4. Future English Education Center (FEE Center)

FEE Center merupakan lembaga kursus bahasa inggris yang

mengusung platform pendidikan fun learning, disini konsepnya adalah

berbasis boarding school yang mirip dengan pesantren/sekolah

berasrama. Kegiatan yang dilakukan selain kecakapan berbahasa

inggris, peserta didiknya juga ditanamkan nilai-nilai karakter mulia

(character building), dan pembiasaan ibadah sesuai agama.

FEE Center dipimpin oleh seorang alumni BEC yang telah

menempuh pendidikan di Negara Jepang bernama Mr. Abdul Malik,

eksistensi FEE Center memadukan konsep belajar bahasa inggris yang

awalmula diajarkan oleh Mr.Kalend yang selanjutnya dikembangkan

sendiri oleh pemiliknya berdasarkan pengalamannya belajar di

Jepang. FEE Center banyak menjalin kerjasama penyelenggaraan

kursus bahasa Inggris dengan instansi dalam dan luar negeri.

B. Kurikulum Pembelajaran

Kurikulum merupakan bahan belajar yang disusun secara sistematis

untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dalam konsep kurikulum

lembaga kursus bahasa inggris, berikut disajikan hasil kajian lapangan

terhadap empat lembaga kursus yang menjadi objek penelitian.

1. Basic English Couse (BEC)

1.1. Candidate Training Class (CTC) Program

Page 50: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 50

CTC Program, merupakan program kelas awal yang sifatnya wajib diikuti oleh peserta kursus di BEC. Apapun latar pendidikan peserta kursus yang bersangkutan, wajib melalui tahapan belajar di CTC Program. Program ini berdurasi selama 3 bulan, dengan target peserta sudah mampu memeiliki keterampilan dasar dalam percakapan dan gramatikal bahasa Inggris. Materi kurikulum utama CTC Program adalah: a. EIU (English In Use) b. Grammar: 16 Tenses, Pronoun, Conditional Sentence, No-Any,

Modal Auxiliary, Question Tag, Passive Voice, Direct Indirect,

Degrees of Comparison c. Hafalan New Concept English (No 1-15) Materi kurikulum tambahan :

a. Speaking and Pronunciation

b. Grammar and Structure

c. Vocabulary

1.2. Training Class (TC)

Kelas TC ini dirancang sebagai kelanjutan dari CTC Program,

maka kurikulumnya merupakan pengembangan dan kelanjutan

dari program sebelumnya. Peserta kursus yang telah lulus CTC

dan ingin melanjutkan belajar bahasa Inggris, maka dimasukkan

dalam katagori TC. Sebagai kelas yang lebih tinggi dibanding CTC,

maka peserta kursus TC dalam pembelajaran maupun kehidupan

sehari-hari diwajibkan menggunakan bahasa Inggris selama

mengikuti program tiga bulan.

Materi kurikulum utama TC adalah:

a. EIU (English In Use): Discuss, Daily Conversation

b. Grammar: Relative Pronoun, Gerund , Elliptical Structure,

Causative Form

c. Listening and Describing Picture:

Melatih pendengan kita dari CD/kaset dengan mengisi soal-

soal yang tersedia dan praktek bercerita gambar yang

tersedia ke depan kelas.

Page 51: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 51

d. New Concept English:

Menghafalkan, merangkum cerita dari No. 16 sampai 30

e. Dictation Program:

Mengerjakan soal-soal terjemah Bahasa Indonesia ke Bahasa

Inggris

1.3. Mastering System (MS)

Mastering System merupakan program yang dirancang untuk peserta kursus yang telah lulus program CTC dan TC. Tujuan program MS adalah membentuk pendewasaan pola fikir bagi peserta kursus dan aktif mengaplikasikan bahasa Inggris. Durasi pelaksanaan selama 3 bulan dengan pembagian, dua bulan pertama adalah teori dan praktik di kampung Inggris, sedang satu bulan terakhir adalah praktik mengajar di lembaga-lembaga yang telah bekerjasama dengan BEC. Materi kurikulum MS adalah:

a. Grammar: 16 tenses, Question Words, Conditional Sentences, Passive Voice, Reported Speech, Degrees of Comparison, Speaking, Semantics, Toefl, ect, and Linguistics: Phonology, Morphology, Syntax.

b. Structure: Main Verbs, Logical Conclusion, Past Custom, Advisability, Negative Imperative, Causatives, Factual Conditional, Contrary to Fact Conditionals, Subjunctive, Prepositions, Conjunctions, Adverbs, Point of View ,Agreement , Apparel Structure, Word Choice.

c. Teaching Methods, Handling of Study Club and Speaking, Education Psychology, Problem of Teaching, Micro teaching, How to teach English, How to be a good teacher, How to make syllabus and lesson plan, Management of conflict, Knowing ourselves

2. Effective English Conversation Course (EECC)

EECC memiliki kurikulum yang ringkas, pada program regular yang

berdurasi tiga bulan, materi kurikulum utamanya adalah Speaking,

Pronounciation and Listening, Grammar and reading, writing and

vacabulary. Disamping program regular, EECC juga menyelenggarakan

program Holiday, Privat, dan Pre-TOEFL, untuk program Holiday dan

Privat, materi kurikulum disesuaikan dengan permintaan/kebutuhan

Page 52: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 52

peserta kursus. Guna mendukung pembelajaran, maka disusun

modul/bahan ajar sebagai pegangan peserta kursus dalam mengikuti

pembelajaran.

3. MAHESA Institute

Mahesa Institute memiliki 27 program dengan rancangan kurikulum

sebagai berikut:

3.1. Speaking Introduction

Program dengan durasi dua minggu, materi pokok meliputi ;

Greeting and farewell, introduction, alphabet, let’s tell our class,

number, describing object, telling time, i like it, family, and

relative.

3.2. Speaking Intermediate

Program dengan durasi dua minggu, materi pokok meliputi ;

Daily activity, telephone conversation, telling story from picture,

direction, how to describe a process, describing person, invitation,

what did you do yesterday, advice and suggestion, future plan,

reading passage.

3.3. Speaking Advance

Program dengan durasi dua minggu, materi pokok meliputi ;

classroom expression, how far do you pass a brick your dude,

questionnare, cross culture understanding, chained story, open

plot story, the mother day, discuss abaout tv, men and women are

from different planet, phoenic symbol, verbal idiom, and listening

skill.

3.4. Speaking 1

Program dengan durasi satu bulan materi pokok meliputi ;

Greeting and farewell, introduction, alphabet, describing class

room, number, describing an object, telling time, i like it, daily

activity, telephone conversation, telling story from picture,

direction, etc.

Page 53: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 53

3.5. Grammar

Program penguasaan grammar yang mempelajari secara tuntas

grammar dalam beberapa tahap pembelajaran, dengan rata-rata

durasi belajar selama dua minggu.

• Grammar Introduction

• Grammar Intermediate

• Grammar Advance

• Grammar 1

• Grammar 2

3.6. Translation

Program yang melayani peserta kursus yang ingin mahir dalam

penerjemahan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dengan

menggunakan pemilihan kata yang tepat dan mengidentifikasi

beberapa conjuction yang tidak tambak dalam sebuah kalimat,

durasi pemebalajaran selama dua minggu.

3.7. Academic IELTS

Program yang dirancang untuk mempersiapkan peserta kursus

agar mampu menganalisa dan menjawab soal IELTS, dengan

fokus kurikulum pada listening skill, reading skill, writing skill,

dan speaking skill. Durasi pelaksanaan program selama satu

bulan dengan 60 kali tatap muka intens.

3.8. Vocabulary 1 dan Vocabulary 2

Program yang dirancang untuk memberi kemampuan

penguasaan vocabulary dan selanjutnya mampu

mempraktikkan penggunaannya dalam kehidupan sehari hari,

durasi program masing-masing selama dua minggu.

3.9. General English Course (GEC)

• Speaking • Grammar • Translation • Listening • Pronunciation

Page 54: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 54

• Public speaking • Teaching • Tourism Guide

4. Future English Education Center (FEE Center)

FEE Center memiliki peserta kursus yang beragam, namun fokus

kurikulumnya dirancang dalam memenuhi skil berbahasa inggris

(Speaking, Grammar, dan Listening), pembangunan karakter, dan

pembiasaan ibadah sesuai agama peserta kursus.

C. Metode Pembelajaran

Pelaksanaan pendidikan di empat lembaga kursus yaitu, BEC, EECC,

Mahesa Institute, dan FEE Center hampir sama secara konsep

pembelajaran. Pembelajaran sebelum dimulai selalu dilakukan placement

test untuk pemetaan pengelompokan kelas peserta, saat memasuki tahap

pembelajaran, menggunakan konsep kelas kecil dengan pendekatan fun

learning dengan memperbanyak praktik dari teori yang telah

disampaikan.

D. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran dari keempat lembaga kursus juga relatif sama,

dengan menggunakan pendekatan evaluasi langsung peserta kursus oleh

tutor, mingguan, bulanan, dan akhir program.

E. Lingkungan Pembelajaran

Kesuksesan pelaksanaan kursus bahasa Inggris di empat lembaga juga

ditunjang dengan penciptaan lingkungan pembelajaran di kelas, luar

kelas, maupun tempat hunian yang semuanya sangat mendukung praktik

penggunaan bahasa inggris.

Page 55: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 55

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran bahsa Inggris di Pare beraneka ragam sesuai selera

pengembang dan atau pemilik lembaga itu, Satu bukti bahwa ada lembaga

yang mengembangkan proses belajar- mengajarnya setelahpengembang itu

belajar di Jepang. Banyak pula sebenarnya lembaga-lambaga kursus yang

beersal dari satu orang tokoh dan kemudian mendidirkan lembaga itu sendiri.

Banyak pula peminat meneliti apa yang terjadi di Kampung Inggris Pare, yang

tidak saja meneliti pembekajaran bahasa Ingrrisnya, akan tetapi ad peneliti

yang memnghsilkan telitian dari bidang lain seperti bidang Pertanahan, dari

bidang income para penjual makanan di sekitar kampung Inggris.

B. Rekomendasi

Pembelajaran bahasa Inggris di Pare sekiranya perlu mengembangkan

sistem Learner-centred agar dapat mengikuti perkambangam pengajaran

bahasa Inggris abad 21. Dalam Learner-centered teaching, peserta diberi

kebebasan mencari materi dari manapun mereka suka dan dengan demikian

apa yang di konstruksikan ulang dari sistem itu tercapai dan fungisi guru

sebagai fasilitator terpenuhi.

C. The Proposed Learning Model for STPN

Dari sekian banyak model pembelajaran baik secara teori maupun yang

dipraktekkan di Pare, Kediri, ditemukanlah model pembelajaran yang

diusulkan untuk dilaksanakan di STPN.

1. Untuk dosen dan karyawan

Bagan di bawah adalah sebuah usulan Model Pembelajaran Bahasa

Page 56: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 56

Inggris untuk Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) setelah mengamati,

meneliti Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare,

Kediri.

Terdapat tiga level di dalamnya. Ketiga level tersebut adalah refresher

course one, (I), refresher course two (II) dan refresher course three (III). Pada

I Rasio 85% di banding 15 % beramakna bahwa pada level I pelajaran

terfokus pada pengetahuan Tata Bahasa dan sebagian besar pembelajaran

dilaksanakan dalam bahasa Indonesia dan 15% untuk penyajian secara lisan

baik berupa latihan pelafalan (pronunciation), maupun sedikit latihan

membaca keras (loud reading) kalimat-kalimat dalam latihan-latihan Tata

Bahasa. Pada tingkat ini pembelajaran terpusat pada pengajar (Teacher-

centered)

Pada level II, Refreser Course Two, perbandingan Oral Activities dan

Pembelajaran Tata Bahasa sama yaitu 50%: 50%. Ini dimaksudkan pada tahap

itu peserta diaharapkan sudah dapat berkomunikasi sederhana dengan

sedikit keselahan Tata Bahasa karena mereka sudah belajar Tata Bahasa pada

level sebelumnya yaitu level I. Pada tingkat ini pembelajaran berpusat pada

pengajar untuk Tata Bahasa (Teacher-centered) dan untuk penyjian oral, misal

penciptaan dialog seperti At the Post Office, dapat diciptaka oleh peserta dan

Page 57: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 57

pengajar memfasilitasi (Learner-centered)

Pada level III (Refresher Course Three) peserta diminta mencari topik

sendiri dan disajikan di depan peserta lainnya sebagimana presentasi dalam

seminar dan kesalahan Tata Bahasa, pelafalan di sana sini dibetulkan setelah

selesia presentasi. Tata Bahasa tidak diajarkan tetapi diberikan pada tiap-tiap

sesi penyajian dalam bentuk koreksi kesalahan karena diasumsikan kesalahan

Tata Bahasa sudah berkurang pada tahap II. Pada tahapan ini betul betul

pembelajaran berpusat pada peserta (learner-centered). Bagan I, II, dan III

adalah untuk para dosen dan karyawan STPN setelah mereka mengikuti

Placement Test untuk memngetahui pada level apa pelatihan yang harus

diikuti.

2. Untuk Mahasiswa

Mahasiswa STPN, terutama yang baru mengenal istilah-istilah agaria dan

pertnahan pertama kali di kampus ini, mereka perlu dibekali dengan kosa kata

agraria dan pertanahan terutama yang terkait dengan mata kuliah ya

diajarkan di kampus, misalnya unting-unting yang bahasa Inggrisnya plumb

bob. Kata itu spesifik dan teknis yang hanay ditemui di kampus-kampus yang

menggunakan alat-alat survei sepeeti Teodolit dan sebagainya. Pembudayaan

pengguanaan kata-kata teknis ini diasumsikan dapat membentuk budaya baca

tulis di kamus ini.

Untuk keperluan itu maka usulan pembelajaran bahasa Inggris di STPN

yaitu melalui tahapan yang dinamakan dengan FIRST THING S FIRST sebagai

berikut.

a. Untuk pengenalan istilah yang terkait suvei

A THEODOLITE AND ITS PARTS

There are three main parts of a Theodolite

The upper part, Middle part, and Lower trip Part

The upper part consists of.............

The middle part consists of.............

Page 58: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 58

The lower part consists of...............

(saya merancang rekaman, baik audio dan visual, ini dengan

dosen yang

terkait dengan alat itu)

A TRIPOD

A tripod is............ It has three pointed sharp ends. They are

called tripod

shoes. (dst)

b. Yang berkaitan denga hukum

What is UUPA in English? It is Basic Agrarian Law (BAL)

What is pasal in English and what is ayat in Enlgish.

Pasal is Article and ayat is paragraph etc.

First Things First artinya apa saja yang harus diketahui pada saat

seseorang mengenal benda dan atau program, kegiatan baru. Dalam catatan

peneliti ini ada beberapa dan bahkan cederung banyak kata- kata yang

membingungkan yang disebut dengan confusing words.

Dalam peralatan survei ada istilah hair yang dlam bahasa sehari-hari

adalah rambut dan pada istilah surveying artinya benang. Begitu pula pada

istilah hukum ada article yang artinya pasal tang dalam bahasa sehar-hari

maknanya naskah, artikel , pun juga ayat yang berarti paragraph, sedangkan

kata iti juga bermakna alenia dalam bidang bahasa. Istilah lain seperti act=

akta, tetapi akta tanah= land deed, parcel= bidang/ persil yang dapat pula

bermakna parsel/bingkisan. Kata –kata itu perlu didaftar dan bekerja sama

dengan para dosen bidang lain agar kampus ini memiliki kekhasan dibanding

dengan kampus lain.

Page 59: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 59

DAFTAR PUSTAKA Braine, George (Ed.) 2005, Teaching English to the world: history, curriculum and

practice, Lawrence Erlbaum Associates, Inc Publisher, New Jersey. Burns, Anne and Jack Richards (Eds) 2012, The Cambridge guide to pedagogy and

practice in second language teaching, Cambridge University Press, Cambridge.

Clark, Irene L 2008, Concepts in composition: theory and practice in the teaching of writing, Lawrence Erlabum Associates, Inc. Publishers, London.

Coleman, Hywel (Ed.) 2014, Tenth International Conference, Language Curriculum and Assessment, Institut Teknologi Bandung, The University of Leeds and British Council, Bandung.

Crystal, David 2003, English as a global language, Second edition, Cambridge University Pres, Cambridge.

De Coursey C.A (Ed.) 2012, Language arts in Asia: literature and drama in English Putonghua and Chinese, Cambridge Scholars Publishing, UK.

Emilia, Emi 2011. Pendekatan genre-based dalam pengajaran bahasa Inggris: petunjuk untuk guru, Risqi Press, Bandung.

Harmer, Jeremy 2002, The practice of English language teaching (Longman handbooks for language teachers), Third Edition, Pearson Education Ltd, New York.

Horning, Alice S 1987, Teaching writing as a second language, Conference on College Composition and Communication, Southern Illinois University Press, Illinois.

Kirkpatrick, Robert 2016, English language education policy in Asia, Springer International Publishing, Switzelrland.

Murcia, Marianne Celce (Ed.) 2001, Teaching English as a second or foreign language (third edition), Heinei & Heinei, a division of Thomsomn learning, United Kingdom.

Mc Key, Sandra Lee 2002, Teaching English as an international language: rethinking goals and approaches, Oxford University Press, Oxford.

Moleong, Lexy J 2001, Metode penelitian kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung. Nasution 1996, Metodologi penelitian naturalistik kualitatif, Tarsito, Bandung. Rahman, M. Farid n.d., Model pembelajaran bahasa Inggris di kampung Inggris

(studi deskriptif model pembelajaran kognitifisme bahasa Inggris pada lembaga kursus LC di Pare, Kabupaten Kediri), Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga.

Sutarsyah, Cucu 2015, Reading theory and practice, Graha Ilmu, Yogyakarta. Wahyu, Aryani 2019, “Ibadah Ibu Membaca Buku”, Solo Pos, 21 Desember 2019. Widdowson, HG 1978, Teaching language as communication, Oxford University

Press, Oxford. Solo Pos, 16 Desember 2006 Solo Pos, 21 Desember 2019

Page 60: MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG …

DP 21 Laporan Penelitian | 60

https://www.google.com/search?q=how+many+percent+of+scientific+books+wriiten+in+english&oq=how+many+percent+of+scientific+books+wriiten+in+english&aqs=chrome..69i57.38866j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8.

Kampung%20Inggris%20di%20Lingkup%20Sekolah%20Sebagai%20Prasaran

a%20Alternatif%20Pembelajaran%20Bahasa%20Inggris%20Intensif.pdf file:///C:/Users/user/Downloads/SISTEM%20PEMBELAJARAN%20PONDOK%

20DI%20LEMBAGA%20KURSUS%20BEC%20PARE.pdf