model belajar dan pembelajaran berorientasi kompetensi siswa

56
MODEL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI KOMPETENSI SISWA Ditulis oleh Erman S. Ar. Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. adalah dosen tetap pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung Abstrak: Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Kata Kunci: model belajar, model pembelajaran, potensi siswa, kompetensi, life skill, suasana belajar A. Pendahuluan Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan

Upload: ichaceria

Post on 03-Jul-2015

395 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

MODEL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI KOMPETENSI SISWA Ditulis oleh Erman S. Ar.    Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. adalah dosen tetap pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung

Abstrak: Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa  dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Kata Kunci: model belajar, model pembelajaran, potensi siswa, kompetensi, life skill, suasana belajar

A.    Pendahuluan

Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri. 

Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima  dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk  membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan,

Page 2: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.

Tulisan sederhana ini sengaja dibuat untuk para guru, yang saya hormati dan saya banggakan, untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, semoga dengan sajian sederhana ini dapat dijadikan bekal untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, sehingga kualitas amal sholehnya melalui profesi guru menjadi meningkat pula. Tulisan ini membahas tentang kompetensi siswa sesuai tuntutan kurikulum untuk sekedar mengingatkan, model-model belajar agar memahami benar bagaimana siswa belajar yang efektif, dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri.

B.    Kompetensi Siswa

Kompetensi (competency) adalah kata baru dalam bahasa Indonesia yang artinya setara dengan kemampuan atau pangabisa dalam bahasa Sunda. Siswa yang telah memiliki kompetensi mengandung arti bahwa siswa telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, ia telah bisa melakukan (psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Inilah hakikat pembelajaran, yaitu membekali siswa untuk bisa hidup mandiri kelak setelah ia dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki komptensi, kecakapan hidup. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami.

Kompetensi siswa yang harus dimilki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan  argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer, kompetensi / kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik, terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap sukses individu sebesar 40 % . Sedangkan kompetensi lainnya yang berkenaan dengan afektif dan psikomotorik  yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri    disebut dengan soft skill, yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%. Suatu informasi yang sangat penting dan sekaligus peringatan bagi kita semua.

C.    Model-model Belajar

Uraian berikut ini adalah untuk menjawab pertanyaan, bagaimana siswa belajar? Dengan memahami uraian ini, guru (kita) bisa menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi siswa. Bukankah pemberian harus diselaraskan dengan mereka yang akan menerima pemberian sehingga dapat bermanfaat secara optimal, dan tidak sebaliknya.

Page 3: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Model-model belajar yang dimaksud pada judul di atas adalah berbagai cara-gaya belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antar sesama temannya atau orang yang lebih tua. Dengan memahami model-model belajar ini, diharapkan para guru (kita semua) dapat membelajarkan siswa secara efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Ada berbagai model belajar yang akan dibahas, yaitu:

1.      Peta Pikiran

Buzan (1993) mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal  berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Bajuri, maka akan terkait dengan kata lain secara fungsional, seperti gemuk, supir bajay, kocak, sederhana, atau ke tokoh lain Oneng, Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya. Demikian pula kata dalam pikiran kita terlintas FKIP Universitas Langlangbuana Bandung akan terkait alamatnya, pejabatnya, dosen-dosen dan staf administrasi, dan besar penghargaan untuk perkuliahan per-sks. Silakan anda mencoba menuliskan / menggambarkan  peta pikiran tentang Bajuri dan FKIP Unla di atas. Kalau dibuat narasinya akan ada perbedaan redaksi, meskipun dengan makna yang tidak berbeda.

Dalam bidang studi keahlian anda, misalnya ambil satu materi dalam pelajaran Matematika, Akuntansi, Agama, atau yang lainnya. Silakan buat (tulis-gambar) peta pikiran yang terlintas kemudian narasikan secara lisan. Tulisan atau gambar peta pikiran tersebut dinamakan dengan peta konsep (concept map).

Selanjutnya Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif  yang merupakan peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Dengan demikian konsep mendapat retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat dan dikembangkan pada konsep lainnya. Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis. Mengingat hal itu, sajian guru dalam pembelajaran harus pula dikondisikan berupa sajian peta konsep, guru membumbuinya dengan narasi yang kreatif.

Selanjutnya, Buzan mengemukakan bahwa kemampuan otak manusia dapat memproses informasi berupa bahasa sebanyak 600 – 800 kata permenit. Dengan kemampuan otak seperti itu dibandingkan dengan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar dimanfaatkan secara optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran diri dalam segala hal. Hanya sayang banyak orang yang mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan, menonton, mengobrol atau

Page 4: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

bercanda tanpa makna. Bagaimana dengan anda?.

2.      Kecerdasan Ganda

Goldman (2005) mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan  bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitasa negatif, misal kenakalan atau lamunan, inlah yang disebut dengan sia-sia atau mubadzir (at tubadziru minasy-syaithon).

Sebaliknya jika tuntutan kerja otak tinggi akan terjadi kecemasan-kelelahan. Kondisi ini akan bisa dinetralisir  dengan relaksasi melalui penciptaan suasana  kondusif, misalnya keramahan, kelembutan, senyum-tertawa, suasana nyaman dan menyenangkan, atau meditasi keheningan dengan prinsip kepasrahan kepada sang Pencipta. Dengan demikian aktivitas otak kiri semestinya dibarengi dengan aktivitas otak kanan.

Sel syaraf pada otak kiri berfungsi sebagai alat kecerdasan yang sifatnya logis, sekuensial, linier, rasional, teratur, verbal, realitas, ide, abstrak, dan simbolik. Sedangkan sela syaraf otak kanan berkaitan dengan kecerdasan yang sifatnya acak, intuitif, holistic, emosional, kesadaran diri, spasial, musik, dan kreativitas. Penting untuk diketahui bahawa kecerdasan intelkektual berkontribusi untuk sukses individu sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosional sebesar 40%, siswanya sebanyak 40% dipengaruhi oleh hal lainnya.

Ary Ginanjar (2002) dan Jalaluddin Rahmat (2006) mengukakan kecerdasan ketiga, yaitu Kecerdasan Spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang berkenaan dengan nilai-nilai kehidupan beragama. Sebagai orang beragama, kita semestinya berkeyakinan tinggi terhadap kecerdasan ini, bukankah ada ikhtiar dan ada pula taqdir, ada do’a sebagai permintaan dan harapan, dan ibadah lainnya. Bukankan ketentraman individu karena keyakinan beragama ini.

Gardner (1983) mengemukakan tentang kecerdasan ganda yang sifatnya mulkti dengan akronim Slim n Bill, yaitu Spacial-visual , Linguistic-verbal, Interpersonal-communication, Musical-rithmic, natural, Body-kinestic, Intrapersonal-reflective, Logic-thinking-reasoning.

 

3.      Metakognitif

Secara harfiah, metakognitif  bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berfikir, berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya,  yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pikiran terdahulu. Sharples & Mathew (1998) mengemukakan pendapat bahwa metakognitrif dapat dimanfaatkan untuk menerapkan pola pikir pada situasi lain yang dihadapi.

Page 5: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Kemampuan metakognitif setiap individu akan berlainan, tergantung dari variabel meta kognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas, pengetahuan, pengalaman, manfaat, dan strategi berpikir. Holler, dkk. (2002) mengemukakan bahwa aktivitas metakognitif tergantung pada kesadaran individu, monitoring, dan regulasi.

Komponen meta kognitif menurut Sharples & Mathew ada 7, yaitu: refleksi kognitif, strategi, prediksi, koneksi, pertanyaan, bantuan, dan aplikasi. Sedangkan Holler berpendapat tentang komponen metakognitif, yaitu: kesadaran, monitoring, dan regulasi.

Metakognitif bisa digolongkan pada kemampuan kognitif tinggi karena memuat unsure analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai cikal bakal tumbuhkembangnya kemampuan inkuiri dan kreativitas. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran semestinya membiasakan siswa untuk melatih kemampuan metakognitif ini, tidak hanya berpikir sepintas dengan makna yang dangkal.

4.      Komunikasi

Siswa dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada pula yang berkpribadian negatif.

Perhatikan hasil penelitian Jack Canfield (1992), untuk kita simak dan renungkan,  bahwa seorang anak ayang masih polos-natural, setiap hari biasa menerima 460 komentar negatif dan 75 koentar positif dari oarng yang lebih tua dalam kehidupannya. Akibatnya sungguh mengejutkan, anak yang pada awalnya secara alami penuh keyakinan, keberanian, suka tantangan, ingin mencoba, ingin tahu dengan pengaruh komunikasi negatif yang  lebih dominant dari orang sekelilingnya, ternyata lama kelamaan keyakinannya terguncang dan rasa percaya dirinya menurun, sehingga dia tumbuh menjadi penakut, pemalu, ragu-ragu, menghindar, membiarkan, dan cemas. Dampak selanjutnya pada waktu bwersekolah, belajar menjadi  beban dan rasa ercaya dirinya berkurang. Makin lama ia makin dewasa, pribadinya berpola negative, seperti pesimis, m\udah menyerah, dikendalikan keadaan , prasangka, pembenaran, menimpakan kesalahan, dan sibuk dengan alasan. Berbeda dengan individu yang memiliki pribadi positif, yaitu optimis, mengendalikan keadaan, ada kebebasan memilih, punya alternative, partisipatidf, dan mau memperbaiki diri.

Sebagai guru, tentunya akan berhadapan dengan siswa yang berkepribadian negative seperti di atas dan tentunya tidak untuk dibiarkan karena profesi guru adalah amanat. Bagaimanakh menghadapi siswa dengan pola pribadi seperti irtu? Caranya anatar lain dengan cara tidak memvonis, katakana “saya ….” bukan katanya, jangan sungkan untuk apologi jika kesalahan, tumbuhkan citra positif, bersikap mengajak dan bukan memerintah, dan jaga komunikasi non verbal (eksprsi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok panutan). Mengapa demikian? Karena cara berkomunikasi akan langsung berkenaan dengan akal dan rasa, yang selanjutnya mempengaruhi poses pembelajaran.

Page 6: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

5.      Kebermaknaan Belajar

Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi).

Dalam bahasa Sunda ada pepatah “pok-pek-prak” yang berarti bahwa belajar mempunya indikator berkata-pok (bertanya-menjawab-diskusi,presentasi). Mencoba-pek (menyelidiki, meng-identifikasi, menduga, menyimpulkan, menemukan), dan melaksanakan-prak (mengaplikasikan, menggunakan, memanfaatkan, mengembangkan).  Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro (1908) mengemukakan tiga prinsip pembelajaran ing ngarso sung tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam pembelajaran membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill sehingga mereka menjadi pribadi mandiri). Dengan perkataan lain, pembelajaran adalah solusi tepat untuk pelaksanaan kurikulum 2006, dan bukan dengan kegiatan mengajar.

Selanjutnya, Vernon A Madnesen (1983) san Peter Sheal (1989) mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cbelajar. Jika belajar hanya dngan membaca kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70 %, da belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan besa mencapai 90%.

Drai uraian di atas implikasi terhadap pembelajaran adalah bahwa kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukuop dengan mendengar dan melihat, tepai harus dengan hands-on, minds-on, konstruksivis, dan daily life (kontekstual).

6.      Konstruksivisme

Dalam paradigma pembelajaran, guru menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkonjektur, menggeneralisasi, dan inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang disajikan. Sehingga jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa tidak lagi bersifat transmisi sehingga menimbulkan imposisi (pembebanan), melainkan lebih bersifat negosiasi sehingga tumbuh suasana fasilitasi.

Dalam kondisi tersebut suasana menjadi kondusif (tut wuri handayani) sehingga dalam belajar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuan dan opengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh guru. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri ang mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa lainnya berbeda, atau mungkin terjadi eksalahan, di sinilah tugas guru memberikan bantuan dan arahan (scalfolding) sebagai fasilitator dan pembimbing. Keslahan siswa merupakan bagian dari belajar, jadi harus dihargai karena hal itu

Page 7: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

cirinya ia sedang belajar, ikut partisipasi dan tidak menghindar dari aktivitas pembelajaran.

Hal inilah yang disebut dengan konstruksivisme dalam pembelajaran, dan memang pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnbya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Agar konstruksicvisme dapat terlaksana secara optimal, Confrey (1990) menyarankan konstruksivisme secara utuh (powerfull constructivism), yaitu: konsistensi internal, keterpaduan, kekonvergenan, refeleksi-eksplanasi, kontinuitas historical, simbolisasi, koherensi, tindak lanjut, justifikasi, dan sintaks (SOP).

7.      Prinsip Belajar Aktif

Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangakan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajart, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.

Dari indikator belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran di atas, maka prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa harus sebaga subjek, belajar dengan melakukan-mengkomunikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri.     Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok,diskusi, presentasi, tanya-jawab, sehingga terpuku rasa tanggung jawab dan disiplin diri.

Prinsip belajar yang dikemuakan leh Treffers (1991) adalah memiliki indikatro mechanistic (latihan, mengerjakan), structuralistic (terstrutur, sitematik, aksionmatik), empiristic (pngelaman induktif-deduktif), dan realistic-human activity (aktivitas kehidupan nyata). Prisip tersebut akan terwujud dengan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keterlibatan intelektual-emosional, kontekstual-trealistik, konstruksivis-inkuiri, melakukan-mengkomunikasikan, dan inklusif life skill.

D.   Model-model Pembelajaran

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya  belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas

Page 8: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

para guru sangat tinggi.

1.      Koperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep,  menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2.      Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).

3.      Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu

Page 9: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

4.      Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

5.      Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.  Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

6.      Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

7.      Problem Posing

Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan  melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

8.      Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Page 10: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna  secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adlaha menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan,  membuat kesimpulan.

9.      Probing-prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan  dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

10.  Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)

Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

11.  Reciprocal Learning

Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan

Page 11: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.

12.  SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic  yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

13.  TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok  sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:

a.      Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan

b.      Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.

Page 12: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

c.      Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa  dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar)  superior, very good, good, medium.

d.      Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e.      Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

14.              VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)

Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

15.  AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

16.  TAI  (Team Assisted Individualy)

Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok  secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

 

17.  STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat

Page 13: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

18.  NHT (Numbered Head Together)

NHT  adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

19.  Jigsaw

Model p[embeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, iformasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

20.  TPS (Think Pairs Share)

Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan  kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat  skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

21.  GI (Group Investigation)

Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

22.  MEA (Means-Ends Analysis)

Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub  masalah

Page 14: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi

23.  CPS (Creative Problem Solving)

Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

24.  TTW (Think Talk Write)

Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

25.  TS-TS (Two Stay – Two Stray)

Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal,  kerja kelompok, laporan kelompok.

26.  CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)

Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

27.  SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh

28.  SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)

SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.

Page 15: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

29.  MID (Meaningful Instructionnal Design)

Model ini adalah pembnelajaran yang mengutyamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in  dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep

30.  KUASAI

Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.

31.  CRI (Certainly of Response Index)

CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa  tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan  yang telah dimilikinya.  Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.

32.  DLPS (Double Loop Problem Solving)

DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa.  Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.

Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

33.  DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)

DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan  berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.

34.  CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)

Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –

Page 16: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang,  guru memberikan wacana  bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.

35.  IOC (Inside Outside Circle)

IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan  yang berbeda  dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah:  Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam,  siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya

36.              Tari Bambu

Model  pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.

37.  Artikulasi

Artikulasi adlah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

38.  Debate

Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.

39.  Role Playing

Sintak dari model pembelajaran ini adalah:  guru menyiapkan scenario pembelajaran,  menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut,  pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya,

Page 17: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.

40.  Talking Stick

Suintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.

41.  Snowball Throwing

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok,  pemanggilan ketua dan diberi tugas  membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi

42.  Student Facilitator and Explaining

Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.

43.  Course Review Horay

Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa  yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

44.  Demostration

Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen.  Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

45.  Explicit Instruction

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah:  sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Page 18: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

46.  Scramble

Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

47.  Pair Checks

Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran,  penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

48.  Make-A Match

Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya,  setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelaarn seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

49.  Mind Mapping

Pembelajara ni sangat cocok untuk mereviu pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat ksimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.

50.  Examples Non Examples

Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.

51.  Picture and Picture

Sajian informasi kompetensi,  sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

52.  Cooperative Script

Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana  materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain

Page 19: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

53.  LAPS-Heuristik

Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.

54.  Improve

Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.

55.  Generatif

Basi gneratif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi

56.  Circuit Learning

Pembelajaran ini  adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan  situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi

57.  Complette Sentence

Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.

58.  Concept Sentence

Proseduirnya adalah poenyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.

59.  Time Token

Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah  kondisikan

Page 20: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.

60.  Take and Give

Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi

61.  Superitem

Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah  ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

62.  Hibrid

Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.

63.  Treffinger

Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.

64.  Kumon

Pembelajarn dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.

65.  Quantum

Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan

Page 21: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.

E.    Penutup

Kehidupan akan terasa indah ap[abila ada variasi, sebaliknya akan terasa membosankan jika segalanya monoton tak berubah. Perubahan kea rah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang menjadi kebutuhan setiap insane dalam setiap kehidupan.

Manusia telah dibekali akal dan rasa untuk berkreasi, menciptakan inovasi, agar segalanya berubah ke arah yang lebih baik dengan ikhtiar mulai dari diri sendiri. Begitu pulal dalam pembelajaran, penciptaan suasan kondusif perlu dilakukan, karena unsur rasa dalam berpikir selalu turut serta dan tak  bisa dipisahkan. Oleh karena itu penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi takut dalam berpartisipasi, tidak lagi dirasakan sebagai kewajiban, melainkan memnjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan yang nyaman dan menyenangkan.

Salah satu cara untuk menciptakan suasan yang nyaman dan menyenangkan sert terhndar dari kevbiosanan adalah dengan memahami dan melaksanakan  model belajar yang dilakukan siswa, komunikasi positif yang efektif, dan model pembelajaran yang inovatif. Semoga.

Daftar Pustaka

Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.

Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan University.

Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.

Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.

De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.

Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.

 

Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-

Page 22: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

FPMIPA.

Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.

Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books. 

< Sebelumnya [ Kembali ]

Definisi Masalah Belajar

Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat

sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai

suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah

sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain,

ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat

didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

 “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari

pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”

( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).

Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku        (dalam arti

luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.

Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu

organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar

maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :

Page 23: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat

kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan”.

Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan

dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-

masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya,

tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar

selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan

dengan bahan belajar.

Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh

terhadap proses belajar:

1.      Faktor-Faktor Internal Belajar

Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat

mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik.

• Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri

sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima,

menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa

akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap

belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini

akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa

mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang

kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar

akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak pesuli terhadap belajar

Page 24: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya

mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.

• Motivasi Belajar                                   

Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan

semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi

dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan

kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus.

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.

Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa

perlu diperkuat terus menerus.

Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan

mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa

besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk

menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa

membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa

akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan

hal ini akan memudahkan proses belajar.

• Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan

perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk

memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan

memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan oleh guru ketika

memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran

namun seorang guru harus memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan

pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana

Page 25: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian dengan berbagai

strategi.

Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah

mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit.

Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu

membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian

dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.

• Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan

ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu

ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam

mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.

Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan,

sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah

bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga

seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan memusatkan

perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

• Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara

perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang

pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan ,

proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang

disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan

terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.

Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan,

serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak

mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta

Page 26: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan

dalam jangka panjang akan semakin kuat.

• Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah

diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali

atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil

atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada

kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut

bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut

dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak

memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jikasiswa

tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.

• Kemampuan Berprestasi

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada

tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa

ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari

pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi

dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan,

pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan

pesan dan pengalaman.

• Rasa Percaya Diri Siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi

perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam

proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diriyang

diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya

dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi

maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.

Page 27: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

• Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar

Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak

secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan

tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-

hari.

Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau

kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini

akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong

untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.

• Kebiasaan Belajar

Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan

menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa

belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah

hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok.

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar,

kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan

arti belajar bagi diri sendiri.

• Cita-Cita Siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan

sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu

termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan

pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi

sesuai dengan kemampuannya sendiri.

2.      Faktor-Faktor Ekstern Belajar

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat

terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain

Page 28: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program

pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar.

Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada

aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

• Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan

keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar

siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu.

Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri

yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri,

pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.

Dengan penghasilan yang diterimanya setiap bula ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai

seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan

tugasnya. Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari

profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan

pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan

mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.

• Prasarana Dan Sarana Pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat ibadah,

ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku

bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain.

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal

ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses

pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan

prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.

• Kebijakan Penilaian

Page 29: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Kegiatan penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau

unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut maka proses belajar

berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar.

Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan

demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil

belajar merupak tingkat perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan pada saat pra

belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif,

dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat

nasional. Jika digolonhkan lulus maka dapay dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar

guru berhenti sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa

dan mengajar ulang bagi guru.

• Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah

Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial

tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam

kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing,

konflik atau perkelahian.

• Kurikulum Sekolah

Kurikulum yang diberlakukan di sekolahadalah kurikulum nasional yang disahkan oleh

pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan

masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan

akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan

kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan

dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta

evaluasi berubah.

3.      Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar

Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan

(manifestasi). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia

Page 30: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan

dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.

Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam masalah belajar murid di SD,

cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya ( penyebabnya ). Seorang

guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa

yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-

sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah

menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung

sangat kompleks.

Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :

1)      Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ),

antara lain:

• Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara,

gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).

• Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), pertimenampakkan

kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.

• Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri

(maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.

• Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat

terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

2)      Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu

berasal dari

a). Sekolah, antara lain :

Page 31: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

         Sifat kurikulum yang kurang fleksibel

         Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)

         Metode mengajar yang kurang memadai

         Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar

b). Keluarga (rumah), antara lain :

         Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.

         Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya

         Keadaan ekonomi.

 

Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab

dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau

murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan

hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari,

guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-

muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.

Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha

murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas

belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar.

Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti

guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.

Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-

anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual

lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.

Page 32: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah :

1) Identifikasi masalah siswa, 2) Diagnosa, 3) Prognosa, 4) Pemberian Bantuan, 5) Follow up

(tindak lanjut)

1. Identifikasi Masalah Siswa

Identifkasi masalah siswa adalah untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar

yang sangat memerlukan bantuan. Langkah ini "sangat mendasar sekali" dan merupakan awal

kegiatan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah, untuk menentukan masalah yang

dialaminya.

Dalam bimbingan belajar siswa, masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Dikandung maksud

agar siswa yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut

mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi,

wawancara, instrumen.

2. Diagnosa

Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan sebagai rumusanrumusan masalah siswa,

jenis kesulitan serta latar belakang kesulitan dalam pelajaran, serta kesulitan belajar atau masalah

yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sehingga mempengaruhi belajarnya.

4. Prognosa

Prognosa merupakan kegiatan memperkirakan permasalahan, apabila siswa yang mengalami

kesulitan belajar tidak segera mendapat bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang

dapat diberikan kepadanya.

4. Pemberian Bantuan

Page 33: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi

masalah kesulitan belajar melalui latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok,

secara rutin.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok siswa agar yang bersangkutan

dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya agar

selanjutnya dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam menentukan jalan

hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami

lingkungannya secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya.

Langkah-langkah bimbingan belajar:

1. Mengenal siswa yang mendapat kesulitan belajar dengan menggunakan norma atau ukuran

kriteria tertentu.

2. Mencari sebab-sebab siswa mendapat kesulitan.

3. Mencari usaha untuk membantu memecahkan kesulitan-kesulitan itu.

4. Mengadakan pencegahan supaya kesulitan yang dialami seseorang tidak menular kepada yang

lain (Sutijono, S, 1991 : 49).

Jika permasalahan siswa tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan

atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya

prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar (S. Sucitae, 1972 : 2).

 

 

5.      Tindak Lanjut                                                                                              

Tindak lanjut kegiatan bimbingan belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan atau

ketidakberhasilan, usaha-usaha memberikan bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan.

Page 34: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :

(a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e)

learning disabilities.

Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

 1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar

seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang

mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu

atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang

dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa

dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan

dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak

berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya

subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang

yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley,

namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai

permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi

intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :

siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat

unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

 

Page 35: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga

ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki

taraf potensi intelektual yang sama.

 

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak

mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh

kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa

yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal

dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,

dusta dan sebagainya.

e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak

mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat

pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung,

pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam

menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami

Page 36: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan

belajar.

Menurut  Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :

1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan

atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah

ditetapkan oleh guru (criterion reference).

2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran

tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke

dalam under achiever.

3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat

bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner

atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan

belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat

ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat

ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2)

kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi;

dan (4) kepribadian.

 

Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar

1. Perhatikan Mood

Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak.

Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana

hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia

merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena

Page 37: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk

menyenangkan hati si anak.

 

2. Siapkan Ruang Belajar

Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba

sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya

dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana

dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut

dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya

sekarang.

 

3. Komunikasi

Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa

dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di

kelas.

Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka

mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk

bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi

ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif

dan pandai menyampaikan pendapatnya. Selamat mencoba.

 

4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

Page 38: Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.

a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami

kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi

b) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian dibandingkan

dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang

dituntut.

c) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.

d) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu

mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam

kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah melalui check list

e) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan guru pembimbing.

5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi

kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas,

ketidakhadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar.

 

6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai

kesulitan.

 

7. Memperkirakan alternatif pertolongan. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik

yang bersifat mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif).