model analisis kependudukan dalam perencanaan lingkungan

22
1 MODEL ANALISIS KEPENDUDUKAN DALAM PERENCANAAN LINGKUNGAN 1. Pendahuluan Apakah perencanaan itu? Untuk apakah sebenarnya perencanaan itu dilakukan? Untuk siapakah perencanaan itu dibuat? Di negara yang menjamin penduduknya berhak memilih tempat tinggalnya dan menentukan pilihan atas mata penca hariannya, tentu saja tidak mungkin melarang penduduk pindah tempat tinggalnya. Hal ini mengakibatkan proses perpindahan penduduk dapat terjadi dengan leluasa dengan segala dampaknya. Hal selanjutnya ialah bahwa pemencaran penduduk yang tidak merata mengakibatkan tidak meratanya pertumbuhan penduduk dengan segala problematiknya. Kenyataan seperti ini mendorong agar dalam perencanaan wilayah dititik-beratkan maslaah penduduk. Kebijaksanaan transmigrasi dan keluarga berencana merupakan usaha ke arah peningkatan kesejahteraan penduduk. Penduduk merupakan aspek utama perencanaan, peren canaan disusun untuk penduduk, oleh penduduk, dan penduduk itu sendiri juga direncanakan. Perewncanaan dibuat untuk penduduk karena penduduk yang akan merasakan akibat dari perencanaan itu. Oleh karena itu dalam seluruh lingkup perencanaan wilayah, penduduk tidak mungkin diabaikan. Pada hakekatnya pengertian mengenai penduduk lebih di-tekankan pada komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas; tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lainnya, tetapi juga klasifikasi tenagakerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri sosial, dan angka statistik lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi. Selain itu komposisi penduduk juga menyatakan pergerakan sosial yang memperlihatkan perubahan status penduduk. Perubahan ini tidak hanya melalui pertambahan secara alami tetapi juga melalui berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. 2. Pencatatan data penduduk Pengetahuan mengenai tingkah-laku dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam perencanaan. Untuk dapat mengamati kegiatan dan

Upload: dawai-senja

Post on 02-Aug-2015

43 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

1

MODEL ANALISIS KEPENDUDUKAN DALAM PERENCANAAN LINGKUNGAN

1. Pendahuluan

Apakah perencanaan itu? Untuk apakah sebenarnya perencanaan itu dilakukan? Untuk siapakah perencanaan itu dibuat?

Di negara yang menjamin penduduknya berhak memilih tempat ting-galnya dan menentukan pilihan atas mata penca hariannya, tentu saja tidak mungkin melarang penduduk pindah tempat tinggalnya. Hal ini mengakibatkan proses perpindahan penduduk dapat terjadi dengan leluasa dengan segala dampaknya. Hal selanjutnya ialah bahwa pemencaran penduduk yang tidak merata mengakibatkan tidak meratanya pertumbuhan penduduk dengan segala problematiknya. Kenyataan seperti ini mendorong agar dalam perencanaan wilayah dititik-beratkan maslaah penduduk. Kebijaksanaan transmigrasi dan keluarga berencana merupakan usaha ke arah peningkatan kesejahteraan penduduk.

Penduduk merupakan aspek utama perencanaan, peren canaan disusun untuk penduduk, oleh penduduk, dan penduduk itu sendiri juga direncanakan. Perewncanaan dibuat untuk penduduk karena penduduk yang akan merasakan akibat dari perencanaan itu. Oleh karena itu dalam seluruh lingkup perencanaan wilayah, penduduk tidak mungkin diabaikan.

Pada hakekatnya pengertian mengenai penduduk lebih di-tekankan pada komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas; tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lainnya, tetapi juga klasifikasi tenagakerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri sosial, dan angka statistik lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi. Selain itu komposisi penduduk juga menyatakan pergerakan sosial yang memperlihatkan perubahan status penduduk. Perubahan ini tidak hanya melalui pertambahan secara alami tetapi juga melalui berbagai kegiatan ekonomi dan sosial.

2. Pencatatan data pendudukPengetahuan mengenai tingkah-laku dan perkembangan penduduk

merupakan bagian pokok dalam perencanaan. Untuk dapat mengamati kegiatan dan perkembangan penduduk, dilakukan pencatatan dari waktu ke waktu. Penduduk, selain berkembang jumlahnya, juga melakukan pergerakan dari satu tempat ke lainnya. Pergerakan ini dapat bersifat tetap atau sementara.

2.1. Jumlah pendudukPencatatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu sekaligus memberi

keterangan akan perkembangan jumlah penduduk per periode waktu yang digunakan.

2.2. Susunan penduduk

Page 2: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

2

Penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menurut berbagai susunan, yaitu: Golongan keturunan, Usia dan kelamin, Mata pencaharian, Pendidikan, Agama, Tempat tinggal, dan status per kawinan.

Susunan penduduk dapat diketahui dari sensus, dalam sensus penduduk dihitung cacah jiwa, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebangsaan dan lainnya.

2.3. Kelahiran dan kematianPerubahan jumlah penduduk secara alam terjadi karena ada selisih

antara banyaknya kematian dan banyaknya kelahiran. Angka jumlah kemtian yang besar tidak akan berarti apa-apa, kalau angka itu berdiri sendiri. Angka itu baru mempunyai arti apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk daerah yang bersangkutan. Demikian juga dengan angka kelahiran. Perbandingan antara angka kelahiran dengan jumlah penduduk disebut "tingkat kelahiran", yang biasanya dinyatakan dengan per seratus (atau per seribu). Sedangkan "tingkat kematian" adalah perbandingan antara jumlah kematian dengan jumlah penduduk.

2.4. Pergerakan pendudukPertambahan jumlah penduduk tidak hanya ditentukan oleh selisih

jumlah kelahiran dan kematian. Selisih jumlah penduduk yang pindah ke luar daerah dengan penduduk pendatang turut menentukan perkembangan jumlah penduduk sutau daerah. Perpindahan ini dapat bersifat tetap (untuk jangka waktu lebih dari satu tahun) atau sementara (beberapa hari atau minggu). Untuk kepentingan perencanaan kepariwisataan, pencatatan pergerakan penduduk sangat diperlukan.

3. Taksiran Jumlah PendudukPenduduk sebagai subyek dan sekaligus obyek perencanaan merupa-

kan bagian dari faktor sosial yang selalu berubah baik jumlahnya maupun mutunya. Perencanaan yang disusun untuk pen-duduk, tidak dapat lepas dari perkiraan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Namun demikian, perencanaan merupakan usaha merubah atau mempengaruhi satu atau beberapa faktor sistem kegiatan masyarakat. Usaha ini disebut "kebijaksanaan ke-pendudukan".

Kebijaksanaan kependudukan yang kita anut sekarang untuk men-gendalikan perkembangan jumlah penduduk adalah melalui (1) keluarga berencana dan (2) pemencaran ependuduk (transmigrasi). Kedua macam kebijaksanaan ini merupakan kebijaksanaan kuantitatif.

Sa;lah satu aspek penting yang harus dianalisis adalah perkembangan penduduk. "Perkembangan" ini mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Secara kualitatif, proyeksi penduduk ke masa depan berarti meramalkan mutu penduduk di masa depan. Masalah ini merupakan maslaah kualitatif yang tidak dapat diukur secara eksak. Walaupun dmeikian masih ada cara pendekatan lain, yaitu inventarisasi jumlah penduduk pada berbgaai tingkatan sekolah, jumlah tenaga medis, jumlah fasilitas umum, dan lainnya.

3.1. Perkiraan perbandinganMetode perbandingan merupakan metode yang paling sederhana,

cara ini digunakan kalau kita menghadapi suatu wilayah yang datanya tidak lengkap. Perkiraan perbandingan dilakukan dengan menganggap pertumbuhan wilayah yang dikaji mengikuti pola pertumbuhan wilayah yang

Page 3: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

3

lebih tua yang mempunyai ciri sama dengan wilayah kajian. Dengan memilih "daerah pola" yang mempunyai ciri sama, dapatlah diperkirakan pertumbuhan daerah yang sedang dikaji di masa mendatang. Menurut Isard (1972), beberapa masalah yang dihadapi dalam memilih daerah pola adalah: (1) harus dicari dulu daerah pola yang mempunyai ciri pertumbuhan sosial, ekonomi dan politik dapat diperbandingkan dengan daerah kajian, (2) apabi-la daerah pola telah ditemukan, pertanyaan yang timbul adalah Apakah pertumbuhan daerah kajian di masa mendatang tetap sejalan dengan daerah pola?. Cara yang lazim digunakan ialah menggunakan daerah pola yang cukup luas dimana daerah kajian menjadi bagian dari daerah pola.

3.2. Proyeksi dengan ekstrapolasi

(1). Teknik GrafikTujuan utama dari cara ini adalah mengetahui kecen-derungan

perkembangan penduduk. Cara meramal jumlah penduduk dengan teknik grafik adalah sbb: (1) jumlah penduduk dari tahun-tahun yang lampau sampai terakhir digambarkan dalam susunan koordinat- salib, (2) dengan justifikasi peramal, ditarik garis mengikuti titik yang telah dibuat di atas, (3) memperpanjang garis ini untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa yang akan datang.

Penduduk sebagai peubah tidak bebas, dan waktu sebagai peubah bebas. Cara menggambarkan garis ekstrapolasi dari data yang ada, bermacam-macam: (1) menghubungkan dua titik terakhir, kemudian diperpanjang. Hal ini memberi pengertian bahwa ciri perkembangan terakhir diharapkan akan terus berlangsung; (2) menghubungkan titik awal dan titik terakhir, kemudian garis yang terjadi diperpanjang. Hal ini dilakukan dengan anggapan bahwa pertumbuhan masa yang akan datang memperlihatkan kombinasi sifat perkembangan terakhir dengan waktu terdahulu, (3) sebagai epenghalusan proses terakhir ini, garis lurus tersebut dapat dipilih sehingga menghasilkan garis yang secara visual kira-kira sama dengan garis regresi.

Suatu kurva non-linear yang dihasilkan dari pengamatan atau penggambaran pada kertas koordinat biasa mempunyai indikasi yang lain daripada pertumbuhan konstan. Metode ini mungkin dapat digunakan kalau dapat dibuktikan adanya hubungan yang sinambung antara berbagai faktor penentu perkembangan penduduk secara sosial, ekonomi, dan politik. Dengan kata lain, struktur sosial, ekonomi dan politik tidak berubah.

(2). Ekstrapolasi dengna Fungsi MatematikaEkstrapolasi secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk persa-

maan matematika, sehingga ekstrapolasi dapat dilakukan dengan matematika. Hubungan ini dapat digambarkan dengan persamaan matematika sbb:

Pt+@ = Pt + f(@)

Pt+@= penduduk daerah kajian pada tahun t+@Pt = penduduk daerah kajian pada tahun dasar t@ = selisih tahun dari tahun dasar t ke tahun t+@f = fungsi perkembangan penduduk yang mencerminkan faktor biologi, sosial, ekonomi dan politik.

Page 4: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

4

Kelemahan metod eini ialah bahwa hubungan masa lampau digunakan untuk memperkirakan pertumbuhan di masa yang akan datang, jadi sama dengan metode grafik.

(a). Kurva Polinomiala.1. Garis lurus Proyeksi garis lurus ini mengikuti model persamaan:Pt+@ = Pt + b(@)

b = rata-rata tambahan jumlah penduduk setiap tahun pada masa lalu hingga sekarang.

Kelemahan metode ini ialah karena laju perkembangan jumlah penduduk dianggap tetap. Untuk perkiraan jangka pendek hal ini masih mungkin dibenarkan, tetapi untuk jangka panjang jelas kurang dapat dipercaya ketepatannya. Rata-rata tambahan jumlah penduduk setiap tahun dapat diperoleh dengan rumus rata-rata:

b = (S bn)/(t-1).

a.2. Garis RegresiCara ini lazim juga disebut dengan metode selisih kuadrat minimum

(least square). Cara ini dianggap penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus, karena garis regresi memberikan penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau (dengan mengganggap ciri perkembangan penduduk di masa lampau berlaku unsuk masa mendatang).

Rumus: Pt+X = a + b (X)

Pt+X = jumlah penduduk pada tahun (t+X)X = tambahan tahun terhitung dari tahun dasara, b = konstanta.

(b). Bunga berbunga (Bunga berganda)Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan

berganda dengan sendirinya. Tambahan jumlah penduduk dianggap akan membawa konsekwensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk. Hal ini analog dengan "bunga berbunga", sehingga rumus yang digunakan:

Pt+@ = Pt (1+r)@

r = rataan persentase tambahan jumlah penduduk daerah kajian berdasarkan data masa lampau.

Dengan anggapan bahwa perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya, maka teknik ini tidak mem pertimbangkan kenyataan empiris bahwa sesudah waktu tertentu (jangka panjang) derajat pertambahan relatif menurun. Dengan kata lain, kurva perkembangan jumlah penduduk mempunyhai "batas atas".

(c). Kurva Gompertz atau Logistikc.1. Kurva GompertzCara ini merupakan perbaikan dari kurva eksponensial. Kurva

Gompertz mempunyai bentuk umum seperti huruf S yang mempunyai

Page 5: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

5

asimtot pada kedua belah sisinya. Pembuatan kurva S didasarkan pada pertimbangan bahwa pertumbuhan penduduk di daerah yang sudah maju adalah rendah yang kemudian pada periode berikutnya diikuti suatu epertumbuhan yang pesat, dan periode lebih lanjut pertumbuhannya menurun kalau jumlah dan kepadatan penduduk mendekati maksimumnya. Persamaan umum dari kurve ini adalah : (Croxton et al., 1967)

Pt+x = k . abx atau log Pt+x = log k + bx (log a) Metode ini sering digunakan karena di dalamnya kita mempertim-

bangkan faktor perkembangan penduduk pada setiap periode waktu. Teknik langsung pada umumnya didasarkan pada data jumlah penduduk masa lampau sampai sekarang, demikian pula halnya dengan teknik Gompertz. Bentuk umum kurva Gompertz adalah sbb:

.....(a) log a < 0, b < 1 (b) log a < 0, b >1. . . . . . . . ... (c) log a > 0, b < 1 (d) log a > 0, b > 1.............

Harga titik bertanda (o) pada sumbu tegak adalah antilog (log X + log a). Kalau derajat perkembangan menurun, harga b > 1. Hal ini didasarkan pada prinsip Gompertz yang menyatakan:

"Pertambahan permulaan penduduk relatif lambat, yang kemudian apabila penduduk menjadi mantap dan maju akan diikuti suatu periode

Page 6: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

6

yang relatif cepat pertambahannya. Dan sesudah sutau titik tertentu, derajat pertambahan menurun dan menjadi suatu pertambahan mantap apabila jumlah dan kepadatan penduduk mendekati maksimum".

c.2. Kurva LogistikKurva ini lebih sering digunakan untuk perkiraan daripada perkiraan

lainnya. kurva ini juga dikenal sebagai kurva Pearl-Reed, dengan persamaan:

1 / (Pt+@) = k + a.b@

Kurva ini merupakan modifikasi kurva eksponensial dan lebih umum digunakan bentuk persamaan:

Pt+@ = k / (1+ea+b@)

Dalam bentuk ini kurva logistik selalu mempunyai limit atas k, dan b merupakan konstante negatif.

3.3. Angka banding (Rasio) dan KorelasiPerkembangan penduduk ada kaitannya dengan perkem bangan

faktor sosial, ekonomi, politik dan biologi. Perkembangan penduduk di suatu wilayah ada kaitannya pula dengan perkem bangan penduduk di wilayah lainnya, jika kedua wilayah mempunyai hubungan timbal balik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan biologi. Adanya hubungan ini harus dapat dibuktikan dulu dengan menggunakan koefisien korelasi. Kalau ternyata hubungan antara perkembangan jumlah penduduk dengan faktor tertentu mempunyai koefisien korelasi cukup tinggi, metode angka banding (ratio) dapat digunakan untuk proyeksi penduduk.

Metode rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:(1). Angka banding (rasio) terhadap jumlah penduduk daerah lain atau

daerah pola.Metode ini hampir sama dengan konsepsi perkiraan perbandingan,

yaitu menggunakan perkembangan penduduk daerah lain untuk menentukan perkiraan penduduk daerah yang dikaji. Bentuk umum angka banding sebgaia fungsi angka banding masa lampau dan masa kini adalah:

Pt+@ Pt Pt-1 Pt-2 Pt-n------- = ( -----, ------- , -------, ........., --------) Nt+0 Nt Nt-1 Nt-2 Nt-n P = penduduk daerah yang dikaji, N = penduduk atau besaran dasar

daerah pola, n = jumlah tahun sebelum tahun dasar t. (2). Angka banding terhadap komponen pendudukMetode ini menganggap ada hubungan antara pertambahan jumlah

penduduk di suatu daerah dengan beberapa unsur penduduk tersebut, atau penduduk daerah yang lebih besar (kecil). Faktor pendidikan dan tenagakerja merupakan suatu unsur yang seringkali dapat dipakai sebagai faktor penyebut.

..

Page 7: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

7

.

penduduk pendudukContoh: ------------ atau ----------------, dengan Px sebagai kelompok anak sekolah Px

penduduk dalam kegiatan, dapat dipakai sebagai angka banding. Angka banding antara pertambahan jumlah penduduk dengan faktor X ditentukan berdasarkan daerah pola, dan kemu dian jumlah penduduk daerah yang dikaji dapat diperkirakan. Apa bila korelasi ini sangat kuat maka hubungan angka banding (rasio) dapat dilakukan dengan regresi linear.

3.4. KorelasiPerkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang bekerja di daerah tersebut, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor luar. Dalam matematika, faktor yang mempengaruhi perkembangan penduduk ini disebut sebagai "faktor penentu" atau peubah bebas. Hubungan antara variabel bebas Xi dengan jumlah penduduk (variabel tidak bebas Yi) perlu dibuktikan derajat kaitannya dengan menggunakan koefisien korelasi (r).

3.5. RegresiCara perkiraan jumlah penduduk dengan menggunakan metode angka

banding dapat diperhalus dengan cara regresi dan korelasi. Biasanya dalam menggambarkan perkembangan penduduk secara statistik dapat pula dihubungkan dengan faktor tenagakerja, penanaman modal, pendapatan, ekspor, kepadatan penduduk, bunga dan lainnya. Dalam hal ini penduduk dianggap sebagai variabel tidak bebas.

3.5.1. Regresi LinearCara ini dapat dianggap sebagai penghalusan dari ekstra polasi garis

lurus Pt+@ = Pt + b(@), karena garis regresi memberikan penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau dengan anggapan bahwa karakteristik perkembangan penduduk masa lampau berlaku untuk masa depan. Secara matematika, garis regresi dinyatakan dengan persamaan:

P = a + bXdimana P = penduduk daerah yang diselidiki, X = nilai yang diambil dari variabel bebas; a dan b adalah konstante.

3.5.2. Regresi bergandaDalam regresi berganda, kita mempunyai variabel tidak bebas Y yang

tergantung pada sejumlah variabel bebas X1, X2, ..... Xp. Dalam persamaan matematika dinyatakan sebagai berikut:

Y1 = a + b1 X1i + b2 X2i + ....... + bp Xpi

dimana a, b1, b2, ....., bp adalah parameter, dan X1i, X2i, .... Xpi adalah variabel yang ditentukan atau diketahui.

Metode ini dpaat dipakai untuk menaksir jumlah penduduk suatu kota (Isard, 1969) dengan menggunakan variabel bebas berupa (1) kepadatan

Page 8: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

8

penduduk di pusat kota (X1) , (2) umur baku metropolitan (X2), (3) derajat industrialisasi (X3), (4) perubahan industrialisasi (X4), (5) jarak logaritmis ke daerah metropolitan yang terdekat (X5), dan (6) laju pertumbuhan metropolitan (X6).

.

.

.3.5.3. Regresi Tak-LinearPenggunaan garis linear untuk menggambarkan dua variabel yang

tidak berasosiasi secara linear akan menghasilkan garis taksir yang kurang tepat. Hasil perhitungan koefisien determinasi r2 nya jika digunakan sebagai ukuran korelasi akan membawa serta berbagai kekurangan. Secara teori model regresi kuadratik ini dapat dinyatakan sebagai:

Y' = a + bX + cX2 3.6. Analisis Kovarian (Analisis Peragam)Metode ini merupakan perkembangan dari regresi berganda. Bebera-

pa langkah analisisnya adalah (1) menggambarkan hubungan penduduk dengan faktor X untuk setiap daerah, (2) menghitung rata- rata hubungan penduduk dengan faktor X ini. Harga rataan ini digambarkan sebagai garis lurus yang disebut sebagai garis lurus rata-rata (grand mean line), (3) selanjutnya dapat diketahui penyimpangan eperkembanagn penduduk semua daerah yang digambarkan, yaitu dengan jalan menarik garis tegak lurus terhadap garis rata-rata tadi.

Metode ini masih jarang dipakai untuk alat proyeksi, tetapi sanagty baik untuk mengetahui hubungan dengan faktor yang merupakan variabel bebas dalam hubungannya dengan daerah lain.

3.7. Komposisi PendudukDalam analisis pertambahan penduduk, semua faktor perubahan

jumlah penduduk harus diperhatikan. Perubahan jumlah penduduk disebabkan oleh: (1) pertambahan dan pengurangan secara alamiah, (2) migarsi mausk dan ke luar, (3) perubahan batas administrasi wilayah, yaitu pengurangan (abandonment) atau penambahan (annexation). Semua unsur ini sangat penting kalau dihubungkan dengan faktor sosial politik. Pada kenyataannya, perubahan jumlah penduduk memang disebabkan oleh berbagai faktor yang kait mengkait secara pelik. Perubahan secara alam sendiri sudah menyangkut berbagai aspek sosial, ekonomi, dan politiki; demikian juga halnya dengan merubahan akibat migrasi. Disamping itu, faktor alam yang sukar diramalkan, seperti bencana alam, perang dan lainnya, juga sangat berpengaruh atas jumlah penduduk.

Secara matematika jumlah penduduk dapat dinyatakan dengan persa-maan:

Pt+@ = Pt + N@ + M@ + P' N@ = perubahan karena pertambahan atau pengurangan secara ala-

mialh; M@ = perubahan karena migrasi, termasuk transmigrasi; dan P' = perubahan akibat berubahnya batas wilayah administrasi.

Apabila tidak ada perubahan batas wilayah (P' = 0) maka persamaan menjadi:

Page 9: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

9

Pt+@ = Pt + N@ + M@

Perubahan penduduk secara alamiah merupakan selisih antara jumlah kelahiran dengan kematian, sedangkan perubahan migrasi adalah selisih antara jumlah penduduk yang masuk dengan yang ke luar. Berdasarkan ini maka rumus dapat diperhalus penyajiannya menjadi:

Pt+@ = Pt + (aPt + g Pt) - (ßPt + d Pt)

a = angka atau laju kelahiran selama periode @ß = angka atau laju kemtian selama periode @g = angka taau laju migrasi ke luar selama periode @d = angka atau laju migrasi masuk selama periode @.

3.7.1. Laju kelahiran dan kematianLaju kelahiran dan kematian dinyatakan dengan angka banding yang

seringpula dinyatakan sebagai kecenderungan, dan yang dimaksudkan ialah suatu angka yang menunjukkan perbandingan antara sejumlah atau sekelompok penduduk (yang dilahirkan atau yang meninggal) dengan jumlah semua penduduk, kali 1000.

Kecenderungan kelahiran = (jumlah kelahiran)/(jumlah penduduk) dikalikan 1000 disebut pula angka atau laju kelahiran.

jumlah kematianKecenderungan kematian = ---------------------- x 1000 jumlah penduduk Kecenderungan kelahiran spesifik = Jumlah kelahiran dalam suatu kelompok khusus penduduk ---------------------------------------------------------- x 1000 Jumlah penduduk dalam kelompok tersebut ..

Tabel 1 . Laju kelahiran spesifik dan jumlah kelahiran menurut umur

Gol Jml Jml Laju kelahiran spesifik:Umur Wanita kelahiran ((3) x 1000 ) / (2) 14 8000 8 115-19 7900 500 63.320-24 7800 1400 179.5

Sumber:Warpani, 1980 3.8. Metode KelompokTeknik proyeksi penduduk yang lebih mendekati kebenaran ialah

"Metode Kelompok Tetap Hidup (Cohort Survival Method). Perhitungan

Page 10: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

10

didasarkan pada selisih antara angka kematian dan angka tetap hidup berbagai kelompok umur, kelamin, dan lain-lain. Biasanya penduduk dikelompokkan menurut usia (Tabel 2). Untuk mengetahui pertambahan keseluruhan, penduduk masing-masing kelompok umur yang tetap hidup dijumlahkan. Hal ini berarti harus ada data kematian setiap kelompok umur yang dapat dipercaya.

Tabel 2. Pengelompokkan penduduk menruut usia

Usia Laki-laki Perempuan0-4 th l1 p15-9 l2 p210-14 l3 p315-19 l4 p4dst

Untuk mengetahui laju pertambahan penduduk masing-masing kelompok umur, dapat digunakan daftar kematian setiap kelompok umur, dan juga angka kesuburan wanita pada setiap kelompok umur. Untuk setiap selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk diperhitungkan dari (1) jumlah wanita melahirkan pada setiap kelompok usia, dan (2) jumlah tetap hidup (dengan menggunakan angka laju kematian) pada setiap kelompok usia.

Metode Kelompok ini menn\untut persyaratan kelengkapan data yang meliputi: usia, kelahiran dan kematian, migrasi, tingkat kesehatan, umur rata-rata dan lainnya. Data ini tidak cukup hanya setahun, melainkan data beberapa tahun sebelumnya. Bagan Cohort dapat diabstraksikan sbb:

Tahun 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 dst1965 X11 X12 X13 X14 X151970 X21 X22 X23 X24 X251975 X31 X32 X33 X34 X351980 X41 X42 X43 X44 X451985 X51 X52 X53 X54 X55

Jumlah penduduk pada tahun 1965 adalah: P1965 = S X1n

Jumlah penduduk pada tahun 1970 adalah: P1970 = S X2n

Jumlah penduduk tahun 1970 belum mencakup migrasi yang terjadi selama tahun 1966-1970. Jadi jumlah penduduk tahun 1970 secara kesluruhan adalah:

S X2n + M(1966-1970) Migrasi selama 1966-1970 dapat diperkirakan dari laju migrasi tahun-

tahun sebelumnya. Akan lebih teliti lagi kalau laju migrasi dapat diketahui dalam setiap kelompok umur. Untuk dapat menggunakan Metode Kelompok pada periode berikutnya, mapa pada akhir tahun 1970 jumlah penduduk harus sudah dapat dikelompokkan berdasarkan usia dan kelamin. Data penduduk tahun 1970 yang digunakan untuk memperoleh atau memper

Page 11: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

11

kirakan jumlah penduduk tahun 1975 harus sudah mencakup tambahan penduduk akibat migrasi. Metode ini menuntut penca tatan data dan pengamatan perkembangan penduduk secara sinambung dan teliti seperti dicontohkan pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Pencatatan data pengamatan perkembangan penduduk secara sinambung, berdasarkan angka kelahiran spesifik perempuan

Usia Perempuan melahirkan/100 orang/tahun

15-19 0.0820-24 0.2025-29 1.1030-34 1.0035-39 0.1040-44 0.02

.

.

.

Tabel 4. Pencatatan data dan pengamtan perkembangan penduduk secara sinambung, berdasarkan angka kematian spesifik menurut golongan usia

Usia Kematian/100 jiwa/tahun L P0-4 0.001 0.0025-9 0.001 0.00110-14 0.002 0.00215-19 0.002 0.00120-24 0.001 0.00125-29 0.001 0.00130-34 0.003 0.00235-39 0.002 0.00140-44 0.010 0.01045-49 0.010 0.01050-54 0.300 0.20055-59 0.200 0.30060-64 0.100 0.05065-69 0.900 0.80070 ke atas 90.00 95.00

4. Pergerakan PendudukPertambahan jumlah penduduk disebabkan oleh per tambahan secara

alamiah dan pertambahan akibat migrasi. Pertambahan penduduk pendatang ini telah banyak merisaukan banyak kota besar di Indonesia. Penduduk ada yang pindah tempat tinggalnyua dengan berbagai alasan, dan ada pula penduduk yang tinggal sementara di kota besar dan kemudian

Page 12: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

12

pindah lagi ke kota lainnya atau kembali ke daerah asalnya. Kedua golongan penduduk seperti ini dapat dikatakan sebagai penduduk yang "bergerak". Golongan pertama merupakan pergerakan dengan frekuensi rendah, sedangkan golongan ke dua adalah pergerakan dengan frekuensi tinggi.

Untuk kepentingan perencanaan wilayah, pengetahuan mengenai pergerakan penduduk ini sangat penting. Pergerakan penduduk berbeda-beda, tergantung pada sifatnya. Hal ini merupakan masalah kualitatif yang harus dikaji secraa lebih mendalam dan tentu saja memerlukan data yang sangat lengkap. Data termudah yang dapat diperoleh adalah data kuantitatif. Bagi daerah yang tertutup, dimana migrasi dibatasi dan diawasi, taksiran migrasi tidak begitu diperlukan. Tetapi bagi daerah yang terbuka, yang aliran penduduknya secara tidak langsung ditentukan oleh kebijaksanaan pemerintah maka taksiran migrasi sangat diperlukan.

4.1. Taksiran jumlah migrasi pendudukTaksiran migrasi menyangkut dua periode waktu, yaitu: (1) taksiran

migrasi masa lampau dan sekarang, dan (2) taksiran migrasi masa depan.Penggunaan teknik taksiran migrasi tergantung pada :(1). Ketelitian penaksir. Kalau ketelitian tidak dipentingkan dalam

perhitungan ependuduk, maka S N + S M tidak dianggap perlu. Kalau diperlukan ketelitian yang tinggi maka semua faktor yang dianggap penting harus dimasukkan.

(2). Data oertambahan secraa alamiah. Faktor ini di luar kemampuan penaksir, karena menyangkut pencatatan dan dokumentasi data. Data ini dapat diperoleh dari berbagai sumber.

(3). Data migrasi.

Migrasi dipengaruhi oleh:(1). Ukuran atau luas dan bentuk kesatuan daerah yang menjadi

sasaran penelitian. Semakin luas suatu kesatuan daerah, persoalan migrasi menunjukkan jumlah yang relatif kecil. Pemencaran penduduk dalam sistem kesatuan itu mempengaruhi besarnya migrasi. Hal ini tebrukti dari rumus:

Mij = Pi/dij f(Zj) Mij = jumlah migrasi dari daerah i ke daerah j,Pi = jumlah penduduk i,dij = jarak dari daerah i ke daerah j,Zj = faktor Z pada daerah j yang menarik migrasi.

Suatu konsentrasi ependuduk yang padat kadangkala memberi eptun-juk bahwa migrasi terjadi dalam jumlah yang relatif besar.

(2). Kurun waktuJika kurun waktu semakin panjang, jumlah migrasi akan semakin

besar, tetapi biasanya jumlah migrasi per satuan waktu (migrasi rata-rata) menurun.

Bagan dalam Gambar 2 menunjukkan peranan migrasi bagi perkem-bangan jumlah penduduk suatu daerah, terutama dihu-bungkan dengan taksiran jumlah penduduk.

Page 13: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

13

.

.

.

.

DAERAH

Tertutup Terbuka

Migrasi tercatat Migrasi sebagai hasil (mudah diperoleh) kebijakan pemerintah

Perpindahan penduduk bebas

Perbedaan migrasi masuk dan Perbedaan migrasi masuk danke luar tidak terlalu besar ke luar cukup besar Proyeksi penduduk mendekati Proyeksi penduduk tidak te- kebenaran pat (jauh menyimpang)

Gambar 2. Bagan peranan migrasi bagi perkembangan jumlah penduduk suatu daerah.

4.1.1. Taksiran migrasi masa lampau

(1). Metode SisaMetode ini didasarkan pada anggapan bahwa dengan mengabaikan

migrasi penduduk, pertambahan jumlah penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu sama dengan selisih antara jumlah kelahiran dengan kematian dalam daerah tersebut. Setiap selisih antara perubahan secara teori dengan perubahan sebe narnya, dinyatakan sebagai migrasi selama kurun waktu tersebut. Persamaan matematikanya adalah:

M@ = (Pt+@ - Pt) - N@ M@ = migrasi selama kurn waktu @, Pt+@ = jumlah penduduk pada

tahun (t+@), Pt = jumlah penduduk pada tahun t; N@ = pertambahan secara alamiah selama kurun waktu @.

Berlakunya prosedur ini tergantung pada ketelitian pertambahan secara alamiah selama kurun waktu tersebut. Kalau dari data statistik

Page 14: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

14

diperoleh data kelahiran dan kematian selama kurun waktu itu, dapatlah selisih dari kelahiran dan kematian menunjukkan pertambahan alamiah. Dengan demikian modelnya menjadi:

M@ = (Pt+@ - Pt) - (B@ - D@) B@ = jumlah kelahiran selama kurun waktu @, D@ = jumlah kematian

selama kurun waktu @....

(2). SensusDalam metode ini digunakan "Data Kelahiran" untuk membandingkan

tempat lahir dan tempat tinggal sekarang, atau "data asal" untuk membandingkan tempat tinggal sekarang dengan sebelumnya. Derajat ketelitian aliran ependuduk tergantung pada ukuran satuan data sensus. Dalam data kelahiran, setiap orang dicatat tempat kelahirannya, dan dalam data asal tercatat tempat dia tinggal pada tahun (t+@). Dengan demikian jumlah ornag yang lahir hidup dalam setiap daerah tertentu p, pada tahun t; dan orang yang tetap hidup pada tahun t, dapat digolongkan orang yang tinggal di daerah tersebut pada tahun t. Dari golongan ini dapat ditentukan jumlah migrasi.

(3). Pencatatan Penduduk (Registrasi)Registrasi adalah pencatatan penduduk secara berke-sinambungan

dan mencatat setiap perpindahan setiap penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya. Dalam analisis penduduk, registrasi ini mempunyai daya guna yang sangat penting apabila registrasi benar-benar mencatat perihal penduduk secara lengkap. Keuntungan pemakaian cara ini ialah data dapat diklasifikasikan menurut berbagai macam cara yang secara relatif mencakup keterangna lengkap perihal ciri ruang migrasi. Metode ini belum digunakan secara luas karena berbagai kesulitan administratif, seperti arsip yang hilang atau rusak, laporan yang kurang teratur kepada BPS, sistem administrasi yang tidak seragam.

.

.

.4.1.2. Taksiran Migrasi Pada Masa Mendatang

(1). Proyeksi Data Masa Lampaua. EkstrapolasiMetode ini merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan

migrasi yang akan datang. Prosedurnya adalah sbb:(a). Menentukan jumlah migrasi atau kecenderungan migrasi untuk

beberaoa kurun waktu tertentu di masa lampau dengan menggunakan metode yang ada.

(b). Menggambarkan suatu garis kecenderungan atau kurva secara grafik atau secara metoda matematik

Page 15: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

15

(c). Membuat ekstrapolasi untuk menentukan jumlah migrasi untuk kurun tertentu di masa yang akan datang atau untuk menentukan kecenderungan pergerakan yang akan datang.

Untuk memperkirakan migrasi pada masa mendatang banyak sekali faktor penentunya (determinant) yang mempengaruhi pergerakan penduduk. Semakin banyak faktor penentu yang diikut-sertakan dalam pergerakan penduduk, semakin halus hasil yang diperoleh. Selain itu, perubahan faktor penentupun sangat cepat, sehingga sulit sekali menduga keadaan pada masa yang akan datang. Seyogyanya diambil beberapa faktor pokok saja yang sangat berpengaruh.

b. Metode angka bandingMetode angka banding ini merupakan perbaikan metode ekstrapolasi

linear. Migrasi bukanlah suatu gejala yang berdiri sendiri, dan bahwa perkiraan tidak seluruhnya tergantung pada faktor migrasi masa lampau saja, melainkan tergantung pula pada faktor masa depan. Derajat ketelitiannya tergantung pada kebenaran faktor kaitan yang dipilih untuk menentukan angka banding. Kelemahan utama metode ini terletak pada penggunaan kecen derungan masa lampau yang dipergunakan untuk menentukan angka banding pada masa mendatang. Kelemahan utama metode ini terletak pada penggunaan kecenderungan masa lampau yang dipergunakan untuk menentukan angka banding pada masa mendatang.

Perkiraan migrasi tidak sekedar tergantung pada migrasi masa lampau, melainkan juga tergantung pada hubungannya dengan berbagai aspek perkembangan penduduk melalui peng-ukuran angka banding. Sebagai teladan disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah migrasi dan buruh industri antara 1965-1972

Tahun Migrasi Jumlah buruh industri1965 m1 l11966 m2 l21967 m3 l31968 m4 l41969 m5 l51970 m6 l61971 m7 l71972 m8 l8

m1/l1 + m2/l2 + m3/l3 + ...... m8/l8r = ------------------------------------- 8 ..Kalau diketahui jumlah buruh tahun 1980 (Hasil perkiraan), maka : M80 = r . l80 Perkiraan akan lebih halus kalau digunakan rasio berbagai determinan

yang mungkin ada dalam proses migrasi. Salah satu determinan adalah

Page 16: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

16

tujuan yang bersifat ekonomis. Misalnya, migrasi merupakan fungsi dari pendapatan per kapita atau kesempatan kerja.

c. Proyeksi SubyektifPerkiraan migrasi di daerah terbuka biasanya dibuat secara subyektif.

Prosedur ini merupakan konsekuensi cepatnya pergerakan penduduk yang mengakibatkan berbagai macam perubahan dalam bidang sosial, ekonomi dan fisik. Determinan ini sangat sukar diukur dan dikendali karena tidak beroperasi dalam kombinasi yang sama atau beroperasi dengan beberapa hal yang relatif penting.

(2). Model TeoritisDalam metode ini digunakan model secara teori untuk me nentukan

besranya migrasi pada suatu daerah. Perumusan model ini secara teori sangat erat hubungannya dengan "model Gravitasi". Logika dasar yang digunakan ialah bahwa kondisi tertentu suatu daerah, misalnya pembukaan lapangan kerja baru, dapat menarik sejumlah migrasi dari daerah lain. Besarnya arus migrasi tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk di daerah asal.

Model yang sering digunakan adalah Model Ravenstein:

PiMij = ------- . f(Zj) dij

Mij = migrasi dari daerah i ke daerah jPi = Penduduk daerah idij = jarak dari daerah i ke daerah jf(Zj) = fungsi Zj, dan Zj adalah ukuran daya tarik daerah j.

4.2. Migrasi DiferensialBeberapa ciri penting penduduk yang bermigrasi adalah komposisi

umur dan kelamin, status ekonomi, tingkat pendidikan, pola pekerjaan, dan lainnya. Untuk suatu komponen x yang berbeda dari penduduk suatu daerah, migrasi selama kurun tertentu adalah:

xM@ = (xPt+@ - xPt) - xN@

xM@ = migrasi komponen x selama @ di daerah yg sdg dikajixPt+@ = jumlah penduduk dalam komponen x pd tahun t+@ xPt = jumlah penduduk yang ada dalam komponen x pd tahun t xN@ = pertambahan secara alamiah dalam komponen x selama @.

Dengan dmeikian jumlah migrasi adalah: M@ = S (xPt+@ - xPt) - S (xB@ - xD@). Metode sisa yang sering digunakan untuk mengukur migrasi difer-

ensial ialah ukuran kecenderungan hidup, dan ukuran yang sering dipakai komponen diferensial didsdarkan pada usia, kelamin. Semua komponen ini biasanya ditentukan dalam golongan setiap periode umur lima tahun. Jumlah penduduk pada tahun t dibagi dalam beberapa kelompok atau Cohort

Page 17: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

17

menurut usia dan kelamin. Kecenderungan hidup beberapa kelompok dihitung dari tabel kehidupan (life tables) atau pembagian umur dalam sensus untuk kurun @.

Kecenderungan ini kemudian dipergunakan dalam ke-lompok untuk menentukan jumlah hidup (survival) pada tahun (t+@). Jumlah yang hidup secara teori ini kemudian dibandingkan dengan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dan kelamin. Untuk menentukan taksiran migrasi setiap kelompok, bentuk persamaannya adalah:

M@ = S [(xPt+@ - xPt+@) - xÕ(xPt)]

xPt+@ = jumlah penduduk dalam komponen x yang berumur kurang dari @ pada tahun (t+@)

xÕ = kecenderungan hidup penduduk dalam komponen x. Ketepatan metode ini tergantung pada ketelitian data komponen

penduduk yang berbeda-beda, baik untuk tahun t ataupun tahun (t+@), dan juga tergantung pada ketelitian kecen derungan hidup.

4.3. Migrasi dari Perdesaan ke PerkotaanPada umumnya pergerakan penduduk dari perdesaan ke perkotaan

berhubungan erat dengan persoalan sosial-ekonomi. Beberapa pengukuran pernah dilakukan dalam hubungannya dengan migrasi desa-kota, a.l. mengenai kualitas dan ciri penduduk yang bermigrasi. Misalnya apakah penduduk yang meninggalkan per-desaan mempunyai pendidikan, pengetahuan, dan faktor produktif yang lebih tinggi?

Daerah II Daerah I Daerah

Perkotaan

Daerah III Pedesaan

Pergerakan penduduk antara daerah Migrasi penduduk desa- kota Daya tarik kota tergantung pada perbedaan tingkat kemak muran

kota dengan pedesaan. Semakin besar perbedaan tersebut akan semakin besar pula arus migrasi penduduk ke kota. Ekstra polasi migrasi pedesaan ke kota banyak mengnadung kelemahan. Prinsip yang mendasari teknik proyeksi ini adalah:" kecenderungan yang akan datang dapat diketahui hanya dengan mendasarkan pada hubungan masa lampaui".

Migrasi dapat dinyatakan dengan persamaan: PiMij = ---------- f(Zj) dij

Page 18: Model Analisis Kependudukan Dalam Perencanaan Lingkungan

18

f(Zj) dapat terdiri satu faktor tunggal (misalnya mutasi pegawai), atau gabungan berbagai faktor (faktor sosial, ekonomi, dan politik). Teladan yang populer dari f(Zj) ialah terbukanya kesempatan kerja di kota.