modal sosial masyarakat turatea sebagai solusi …
TRANSCRIPT
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
223
MODAL SOSIAL MASYARAKAT TURATEA SEBAGAI
SOLUSI MENGATASI KEMISKINAN PADA PETANI
RUMPUT LAUT
DI KELURAHAN PABIRINGA
Rezky Juniarsih Nur1, Nurul Indah Ramadani
2
Universitas Muhammadiyah Makassar
Alamat Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Tingkat kemiskinan di Sulsel terus meningkat. Masyarakat miskin kabupaten Jeneponto
didominan oleh para petani, salah satunya petani rumput laut. Ketidakmampuan melepaskan
diri dari kemiskinan menyebabkan sebagian besar masyarakat Jeneponto memilih untuk
menjadi petani rumput laut. Budidaya rumput laut di Kabupaten Jeneponto adalah salah satu
mata pencaharian utama oleh masyarakat pesisir Kelurahan Pabiringa. Budidaya rumput laut
tidak memerlukan sebuah kerampilan tinggi yang di perlukan adalah hanya rangkaian kerja
sama antar sesama petani rumput laut. Oleh karena itu, dalam budidaya rumput laut ini perlu
melibatkan seluruh anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan dan anak-anak.
Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan yang terjadi di kabupaten Jeneponto
khususnya pada msayarakat petani rumput laut di kelurahan pabiringa maka diperlukan
modal sosial. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode pedekatan
studi kasus. Dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan
penelitan adalah masyarakat petani rumput laut dengan jumlah informan sebanyak enam
orang. Fokus penelitian dilakukan dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan rumusan masalah. Peneliti melakukan pendalaman terhadap topik terlebih dahuluh
dan melengkapi informasi terkait yang akan diteliti. Metode pengumpulan data dilakukan
oleh peneliti adalah dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan untuk
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, dan mengkategorikan data-data
yang telah diperoleh dilapangan sehingga dapat diperoleh hasil temuan baru berdasarkan
fokus dan permasalahan yang ingin dijawab. Berdasarkan hasil pengatamatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya modal sosial yang dimiliki dan dikelola dengan baik dan
merepakan dalam pekerjaan maka dapat membantu petani rumput laut untuk keluar dari garis
kemiskinan.
Kata kunci : Kemiskinan, Modal Sosial, Petani Rumput Laut
ABSTRACT
The poverty rate in South Sulawesi continues to increase. The poor people of Jeneponto district
are dominated by farmers, one of which is seaweed farmers. The inability to escape poverty
changed most of the Jeneponto people who chose to become seaweed farmers. Seaweed
cultivation in its development has become part of the main livelihood by the Pabiringa Urban
Coastal community. Cultivation systems that do not require high skills can quickly be adopted.
Therefore, the characteristics of this seaweed cultivation system can also involve all family
members, both men and women and children. As one of the efforts to overcome poverty in the
Jeneponto district specifically in the seaweed farming community in the village of pabiringa,
social capital is needed. Researchers used this type of qualitative research, with the case study
approach method. Attended by observation, interview and documentation. The research
informants were seaweed farming communities with six informants. The focus of the study was
carried out by gathering questions relating to the formulation of the problem. The researcher
deepens the topic first and completes the relevant information to be launched. Data collection
methods carried out by researchers are interviews and interviews. Data analysis techniques
are used to collect, sort, group, code, and categorize data that has been obtained in the field so
that new findings can be obtained based on the focus and thoughts to be answered. Based on
observations that can conclude that with the social capital that is needed and well managed
and work in the job it can help seaweed farmers to get out of the poverty line.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
224
Keyword: Poverty, Social Capital, Seaweed Farmers
PENDAHULUAN
Presiden Jokowi telah menetapkan 122 kabupaten sebagai daerah
tertinggal 2015-2019. Penetapan itu tertuang dalam Peraturan Presiden (perpres)
Nomor 131/2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019. Dalam
Perpres disebutkan, daerah tertinggal yakni daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala
nasional. Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria
perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
kemampuan keuangan daerah aksesibilitas, dan karakteristik daerah (Syukri,
2015).
Tingkat kemiskinan di Sulsel terus meningkat. Jumlah penduduk miskin
pada September 2017 meningkat menjadi sebanyak 825,97 ribu jiwa. Jumlah
tersebut meningkat 29,16 ribu jiwa atau sekitar 0,24 persen jika dibandingkan
pada September 2016. Tiga daerah di Sulsel tercatat yang menjadi penyumbang
terbesar jumlah penduduk miskin di Sulsel. Ketiganya yakni, Pangkep sebesar
16,22 persen dengan jumlah penduduk miskin 53,380 ribu jiwa. Jeneponto dengan
persentase 15,40 persen atau sekitar 55,350 ribu jiwa. Dan Toraja Utara sebesar
14,41 persen dengan jumlah penduduk miskin 32,850 ribu jiwa (Astuti, 2018).
Hingga sekarang ini, masih 52 ribu masyarakat kita masuk kategori
miskin. Artinya masih ada 15 persen dari jumlah total penduduk kita yang
berstatus miskinData dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapi)
Jeneponto Tahun 2017, total jumlah penduduk Jeneponto mencapai 409.693 jiwa
(Wardana, 2018). Masyarakat miskin kabupaten Jeneponto didominan oleh para
petani, salah satunya petani rumput laut. Ketidakmampuan melepaskan diri dari
kemiskinan menyebabkan sebagian besar masyarakat Jeneponto memilih untuk
menjadi petani rumput laut. Budidaya rumput laut di kabupaten jeneponto dalam
merupakan mata pencaharian utama oleh masyarakat pesisir Kelurahan Pabiringa.
Budidaya rumput laut memerlukan kerja sama yang baik dan komunikasi yang
baik pula antar sesama petani rumput laut. Oleh karena itu, dalam sistem budidaya
rumput laut ini harus melibatkan seluruh anggota keluarga baik laki-laki maupun
perempuan dan anak-anak. Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
225
yang terjadi di kabupaten Jeneponto khususnya pada msayarakat petani rumput
laut di kelurahan pabiringa maka diperlukan modal sosial.
Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai
investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu
modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan
kebersamaan, mobilitas ide, kesaling percayaan dan kesaling menguntungkan
untuk mencapai kemajuan bersama. Modal sosial memegang peranan yang sangat
penting dalam memfungsikan dan dan memperkuat kehidupan masyarakat
modern. Di dalamnya merupakan komponen cultural bagi kehidupan masyarakat
modern. Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai
Negara, determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di
tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong
royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan
menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Berkembangnya modal sosial di tengah masyarakat akan menciptakan suatu
situasi masyarakat yang toleran, dan merangsang tumbuhnya empati dan simpati
terhadap kelompok masyarakat di luar kelompoknya.
Penelitian tentang modal sosial telah diteliti oleh beberapa peneliti
sebelumnya diantaranya: (1) Penelitian A.Jeniwari Elvina (2017) Modal Sosial
Pada Kelompok Peternak Sapi Potong Program APBNP di Desa Towata, Desa
Timbuseng dan Kelurahan Mallewang, Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar, dimana unsur Trust, Network, Reciprocity dan Norms kurang
termanfaatkan secara baik (Kurang Baik) dalam hubungan interaksi sosial. (2) Tri
Siwi Nugrahani (2019) modal sosial dan partisipasi masyarakat dapat
mempengaruhi pembangunan desa. Modal sosial adalah modal yang diberikan di
setiap dusun di desa Tlogoadi, Kabupaten Mlati, Sleman, yang bisa jadi
digunakan sebagai aset dalam pembangunan desa. Sosial modal dapat
memanifestasikan potensi yang ada keliling desa baik dari sumber daya alam dan
sumber daya manusia.
Berdasarkan dari hasil beberapa Penelitian tersebut, modal sosial seperti
rasa tanggung jawab atas kerja sama yang dibangun antar keduanya, saling
menghormati, kejujuran, yang kesemuanya diperuntukkan agar jaringan usaha
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
226
tetap terjaga, sehingga modal sosial sangat baik dalam menanggulangi masalah
kemiskinan. Selain itu, Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan
membuka kemungkinan menyelesaikan persoalan dengan lebih mudah. Hal ini
memungkinkan terjadi pada masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa saling
mempercayai yang tinggi. Adanya modal sosial menekankan pada kebersamaan
masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas hidupnya, sehingga
perlu pengembangan nilainilai yang harus dianut oleh anggotanya, seperti: sikap
partisipatif, sikap saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, dan
saling percaya mempercayai. Dimensi modal sosial menggambarkan segala
sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas
dasar kebersamaan, serta didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma
yang tumbuh dan dipatuhi. Dalam kehidupan sehari-hari modal sosial dapat
dikatakan sebagai usaha kerjasama antara warga yang saling menguntungkan.
KEMISIKINAN
Menurut Ritonga (Satria, 2016) memberikan definisi bahwa kemiskinan
adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seorang atau
rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau yang
layak bagi kehidupannya. Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud adalah yang
berkaitan dengan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan sosial
yang diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya secara layak. Kemiskinan adalah salah satu masalah global yang
dihadapi dan menjadi perhatian penting bagi orang-orang di dunia. Negara yang
masih berkembang dihadapkan berbagai macam masalah diantaranya adalah
masalah pertumbuhan dan distribusi pendapatan penduduk yang tidak merata
selain itu, banyaknya negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi namun, kurang dan tidak memberikan manfaat bagi masyarakat
miskin. Kemiskinan merupakan keadaan kekurangan harta dan benda berharga
yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang yang hidup dalam lingkungan
serba miskin dan kekurangan. Baik itu kekurangan dalam hal modal, uang, ilmu
pengetahuan, kekuatan sosial, politik, hukum, maupun akses dan, kesempatan
berusaha dan bekerja. Kemiskinan juga diartikan sebagai suatu kondisi dimana
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
227
orang atau kelompok orang tidak mempunyai kebebasan, asset, kemampuan dan
akses untuk memenuhi kebutuhan di waktu yang akan dating.
Lingkaran perangkap kemiskinan (the vicious circle of poverty) Menurut
Juliantono (2016) adalah serangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi
sehingga menimbulkan suatu keadaan dimana sesuatu negara akan tetap dalam
kondisi miskin dan akan tetap mengalami banyak kesulitan untuk mencapai
pembangunan yang lebih tinggi dan lebih baik. Teori kemiskinan ini dikaitkan
kepada nama Nurkse, seorang ahli ekonomi yang merintis tentang masalah
pembentukan modal di negara yang sedang berkembang. Secara garis besar,
kemiskinan terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek primer dan aspek sekunder.
Aspek primer merupakan miskin dalam hal aset (harta), organisasi sosial politik,
keterampilan, dan pengetahuan. Sementara aspek sekunder merupakan miskin
dalam hal jaringan sosial yang rendah, sumber-sumber keuangan yang kurang dan
minimnya sumber informasi. Kemiskinan suatu kondisi yang absolut atau relatif
di dimana seseorang atau kelompok masyarakat tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya sesuai tata nilai atau norma dan aturan yang berlaku. Jika
dipandang dari aspek ekonomi, kemiskinan terjadi karena lemahnya purchasing
power dan rendahnya keinginan dalam memenuhi kebutuhan dasar (Rini, 2016).
Secara konsep, kemiskinan dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut menganggap bahwa kemiskinan dalam
suatu ukuran yang besifat mutlak yang berwujud sebagai garis, titik, atau batas
kemiskinan. Sementara kemiskinan relatif, memandang kemiskinan ukuran yang
dipengaruhi ukuran-ukuran lain yang saling berhubungan dengan proporsi atau
distribusi. Seseorang atau keluarga dapat kategorikan miskin ketika pendapatan
atau akses mereka terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan
kebanyakan orang lain dalam perekonomian. Selain itu, kemiskinan juga sebagai
tingkat absolut dari pendapatan atau standar hidup seseorang ataupun sekelompok
orang.
MODAL SOSIAL
Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang
dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang
masyarakat dan komunitas. Modal sosial menjadi khasanah perdebatan yang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
228
menarik bagi ahli-ahli sosial dan pembangunan khususnya awal tahun 1990-an.
Teori tentang modal sosial ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiolog
Perancis bernama Pierre Bourdieu, dan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat
bernama James Coleman.
Menurut World Bank (Putra, 2018: 11) modal sosial merupakan
sekelompok masyarakat mencakup institusi, sikap, hubungan, dan nilai yang
mengatur interaksi di antara orang-orang dan adanya berkontribusi pada
pembangunan social dan ekonomi. Selain itu, modal sosial (Rifaldhy, 2018:13)
adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga
masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu
yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran
sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial
tersebut. Menurut pendapat Fukuyama (Velayati, 2018:13-14) Modal sosial
merupakan adanya kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam beraktivitas
untuk mencapai tujuan bersama di dalam organisasi, komunitas, dan masyarakat.
Kata modal sosial banyak digunakan di kalangan ekonomi; modal tidak selalu
identic dengan harta kekayaan, tanah, mesin, peralatan, tetapi modal juga bisa
diartikan dala hal memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Maka modal sosial
dapat dikatakan kemampuan untuk beraktivitas dalam bagian yang saling terkait
dengan orang lain.
KOMPONEN MODAL SOSIAL
1) Kepercayaan (Trust)
Menurut Fukuyama, (Balady, 2018:10-11) kepercayaan adalah harapan
yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku
jujur, teratur dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama demi
kepentingan anggota yang lain dari komunitas atau masyarakat tersebut.
Kepercayaan yaitu adanya kekuatan untuk mempengaruhi orang lain dengan
prinsip-prinsip yang melandasi kemakmuran social sehingga membuat orang lain
percaya. Sementara Eric M. Uslaner (Wibowo, 2012:24) membagi kepercayaan
menjadi dua yaitu kepercayaan moralistik dan kepercayaan strategis. Kepercayaan
moralistik adalah tentang bagaimana seharusnya orang lakukan. Sementara
kepercayaan strategis adalah harapan kita tentang apa yang akan dilakukan oleh
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
229
seseorang. Kepercayaan moralistik merupakan keyakinan bahwa orang lain
memiliki nilai-nilai dasar moral dan karena itu harus diperlakukan seperti kita
ingin diperlakukan oleh orang lain.
Berdasarkan menurut para tokoh tersebut, peneliti mengambil sebuah
benang merah dimana, kepercayaan adalah harapan-harapan yang tumbuh dan
diyakini oleh seseorang dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan dengan
adanya perilaku dan sifat jujur, adil, toleransi, dan kerja sama berdasarkan norma-
norma atau aturan yang dianut bersama. Adanya kepercayaan berfungsi untuk
memimalisir adanya bahaya yang berasal dari aktivitas tertentu. Kerjasama tidak
akan bisa terjalin dengan baik ketika tidak adanya rasa saling percaya diantara
sesama pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi
terhadap ketidakpastian. Rasa saling percaya dan mempercayai menentukan
kemampuan suatu bangsa untuk membangun masyarakat dan institusi-institusi
didalamnya untuk mencapai kemajuan dan kesejahtraan masyarakat. Rasa saling
mempercayai ini juga akan mempengaruhi semangat dan kemampuan
berkompetisi dan dalam menjalin kerjasama secara sehat di tengah masyarakat.
Rasa saling percaya ini tumbuh dan berakar dari niai-nilai yang melekat pada
budaya masyarakat.
2) Norma (Norms)
Fukuyama (Nasution, 2018:19) menjelaskan bahwa kepercayaan akan
meningkat apabila individu atau masyarakat secara bersama-sama menerapkan
norma kejujuran dan norma timbal balik dan karena itu dapat bekerja sama satu
sama lain. Norma-norma yang dapat menciptakan modal sosial adalah norma atau
aturan yang mengandung adanya nilai-nilai seperti berkata dengan jujur, dan taat
pada asas timbal balik dan menunaikan kewajiban.
Rajibianto (Rifaldhy, 2018:20), berpendapat bahwa norma sosial
merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota
masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Karenanya norma sosial akan
berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam
masyarakat. Norma ini mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu
berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
230
Jika dalam komunitas, asosiasi, group atau kelompok, norma tersebut tumbuh,
dipertahankan dan kuat akan memperkuat masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka peneliti dapat menarik sebuah
kesimpulan bahwa norma atau aturan-aturan adalah salah satu sangsi, baik itu
sangsi fisik maupun sangsi moral, bagi orang atau sekelompok orang yang telah
melakukan pelanggaran atas nilai-nilai social dalam kehidupan bermasyarakat.
Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala perbuatan yang
dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama.
Norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Norma
mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam masyarakat.
Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan
oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh
karismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu
kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara
spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan
pribadi dan kepentingan kelompok.
3) Jaringan Sosial (networks)
Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi,
memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat
yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Jaringan-
jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya
serta manfaat-manfaat dari partisipasinya (Shabrina, 2015:10).
Selain itu, Jaringan sosial adalah salah satu dimensi kapital sosial selain
dari adanya kepercayaan dan norma. Konsep jaringan dalam kapital sosial lebih
menitik beratkan pada aspek ikatan antar simpul yang bisa berupa orang atau
kelompok (organisasi). Dalam hal ini terdapat pengertian adanya hubungan-
hubingan sosial yang terjalin dan diikat oleh adanya kepercayaan yang mana
kepercayaan itu dipertahankan dan dijaga oleh adanya norma-norma yang berlaku.
Pada konsep jaringan ini, terdapat unsur kerja, yang melaluimedia hubungan
sosial menjadi kerja sama. Pada dasarnya jaringan sosial terbentuk karena adanya
rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, dan saling
membantu dalam melaksanakan ataupun mengatasi sesuatu. Intinya, konsep
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
231
jaringan dalam modal sosial menitikberatkan pada semua hubungan yang terjalin
dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan dapat berjalan
baik dan secara efisien dan efektif (Velayati, 2018:28-29).
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut maka peneliti menarik
suatu kesimpulan bahwa, Jaringan merupakan hubungan yang terjadi antar
individu atau sekelompok orang yang memiliki makna subjektif yang
berhubungan atau dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan. Jaringan
dapat terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan
politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain sebagainya. Pembentukan
jaringan dalam masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan
dalam suatu institusi dengan perlakuan khusus. Dengan adanya jaringan naka,
akan menciptakan suatu interkasi dan hubungan sosial yang terjadi dimasyarakat.
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode pedekatan
studi kasus. Dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Informan penelitan adalah masyarakat petani rumput laut dengan jumlah informan
sebanyak 6 orang. Lokasi penelitian ini bertempat di Kabupaten Jeneponto
kecamatan Binamu Kelurahan Pabiringa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Penelitian
ini dilakukan dalam kurung waktu lima bulan. Selama lima bulan itu peneliti
melaksanakan tugasnya untuk menganalisis dan mengamati terkait modal sosial
yang dimiliki massyarakat Turatea khususnya pada petani rumput laut pada
kecamatan Binamu Kelurahan Pabiringa.
B. FOKUS PENELITIAN
Titik fokus pada penelitian ini adalah para petani rumput laut dengan
mengamati terkait modal sosial yang dimiliki oleh petani rumput laut tersebut.
Fokus penelitian dilakukan dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan rumusan masalah. Peneliti melakukan pendalaman terhadap
topik terlebih dahuluh dan melengkapi informasi terkait yang akan diteliti.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data dilakukan oleh peneliti adalah dokumentasi dan
wawancara. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mecari data-data pada
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
232
jurnal, buku dan artikel ilmiah terikait dengan apa yang diteliti. Metode
wawancara dilakukan setelah selesai observasi dilakukan. Wawancara dilakukan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan tekait dengan hal-hal yang ingin diteliti
dan sesuai dengan pendoman penelitian yang telah dibuat.
D. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dilakukan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode, dan mengkategorikan data-data yang telah
diperoleh dilapangan sehingga dapat diperoleh hasil temuan baru berdasarkan
fokus dan permasalahan yang ingin dijawab.
E. TAHAPAN PENELITIAN
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Tahapan Penelitian
F. INDIKATOR CAPAIAN
Adapun indikator capaian yang diharapakan adalah sebagai berikut:
1. menjawab permasalahan yang telah dipaparkan
2. Sebagai bentuk penyelesaian masalah kemiskinan pada petani rumput laut
Jeneponto
3. menghsilkan suatu teori baru dalam hal mengatasi kemiskinan
G. TEKNIK PENGABSAHAN DATA
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi.
Triangulasi ini meliputi triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi
data/analisis. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara croos-check data dengan
adanya fakta yang di peroleh dari informan. Triangulasi data analisis dilakukan
dengan cara meminta umpan balik dari informan dan peneliti kembali mengecek
jawaban yang diberikan informan dengan cara menayakan kembali maksud dari
jawabn informan untuk memastikan kenenaran jawaban. Trianggulasi peneliti
Reduksi Data Penyajian Data
Verifikasi data Kesimpulan Akhir
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
233
maksudnya peneliti melihat atau memeriksa kembali hasil data yang telah
didapatkan atau diperoleh di lapangan dengan cara mencocokkan hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah didapatkan dari beberapa
sumber yang terkait dalam masalah yang diangkat oleh peneliti. Dengan
melakukan cara seperti itu maka hasil yang diperoleh peneliti dapat lebih
dipercaya.
HASIL ATAU PEMBAHASAN
Modal sosial merupakan hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan
sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi
sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola
kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang
mendasari hubungan sosial tersebut. Adapun fungsi dari modal sosial yaitu
sebagai suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya,
memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai
dengan tanggung jawabnya. Sarana ini menghasilkan rasa kebersamaan,
kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung jawab akan kemajuan bersama. Modal
sosial yang dimiliki oleh masyarakat yaitu adanya norma-norma atau nilai-nilai
yang memfasilitasi dan membangun kerja sama melalui interaksi sosial dan
komunikasi yang harmonis dan kondusif sesama masyarakat. Modal sosial
memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam
masyarakat. Adanya modal sosial dalam suatu masyarakat maka dapat dijadikan
sebagai Alat untuk menyelesaikan segala macam konflik yang ada di masyarakat,
Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial, Membentuk
solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan, Membangun partisipasi
masyarakat, dan Sebagai pilar demokrasi. Modal sosial memiliki tiga kompenen
utama yakni Kepercayaan, Norma dan Nilai, dan Jaringan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada petani rumput laut di
kelurahan Pabiringa, Kecamatan Binamu Kabupaten Jenponto maka dapat
diperoleh bahwa masyarakat petani rumput laut juga memiliki tiga kompenen
utama yakni Kepercayaan, Norma dan Nilai, dan Jaringan. Dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya sebagai petani rumput laut. Hal ini dapat dibuktikan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
234
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, adapun hasilnya yaitu sebagai
berikut:
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan harapan yang tumbuh di dalam sebuah
masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, toleransi, dan adil
berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan berfungsi untuk
mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang berasal dari aktivitas tertentu.
Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling
percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan
toleransi terhadap ketidakpastian. Rasa saling percaya dan mempercayai
menentukan kemampuan suatu bangsa untuk membangun masyarakat dan
institusi-institusi di dalamnya guna mencapai kemajuan. Rasa saling mempercayai
ini juga akan mempengaruhi semangat dan kemampuan berkompetisi secara sehat
di tengah masyarakat. Rasa saling percaya ini tumbuh dan berakar dari niai-nilai
yang melekat pada budaya masyarakat. Salah satu unsur terpenting dalam
kepercayaan adalah adanya perilaku jujur, toleransi, dan adil.
a. Jujur
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 6 orang informan
semuanya mengatakan bahwa masyarakat petani tetap menjunjung tinggi sifat
kejujuran. Seperti yang dikatakan oleh Bapak NR Sesungguhnya kejujuran itu ada
tiga macam, Pertama; jujur kepada Allah SWT, yakni dengan tidak melalaikan
(perintahnya dan menghindari larangannya), Kedua; jujur kepada manusia, yakni
tidak mengharapkan imbalan dari seseorang, Ketiga; jujur pada diri sendiri, yakni
dengan senantiasa menjaga dan mengawasi mulut dari perkataan dusta. Dan
dalam usaha rumput laut belum pernah ada satupun yang terdapat masalah
kecurangan baik dalam hal ma’bentang maupun dalam sistem jual beli tumput
laut. Sama halnya dengan Ibu DC yang mengatakan bahwa sifat jujur sudah harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bidang usaha rumput laut.
Mislanya, ketika cuaca baik maka hasil panen rumput laut juga akan baik, tatapi
jika cuacanya kurang bagus maka hasil panen rumput laut juga tidak akan bagus
hasilnya. Pembeli sudah pasti mengetahui kerika kondisi rumput laut sedang tidak
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
235
bagus hasilnya, dan selama ini juga belum pernah Ibu DC mendapatkan ada kasus
dalam sistem jual beli rumput laut.
b. Toleransi
Berdasarkan hasil wawancara dengan enam informan semua hampir
memiliki jawaban yang sama bahwa masyarakat sampai saat ini masih
mengedepankan budaya toleransi salingmneghargai satu sama lain. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu SD maksudnya adalah masyarakat Jeneponto tetap saling
menghormati tanpa memandan status siapapun dia, dia tetap dihormati. Itulah
ketika masyarakat jeneponto dalam setiap perkataanya selalu melibatkan kata
Karaeng sebagai bentuk penghargaan. Sedangkan Ibu DL mengatakan bahwa
Jeneponto adalah daerah yang memiliki adat, sampai sekarang masih diterapkan
adat assipangaliki yang artinya saling menghargai sesama manusia. Apalagi
sesama petani rumpu laut sudah harus saling menghargai dan saling membantu
satu sama lain.
c. Adil
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa
masyarakat Jeneponto masih memegang prinsip berlaku adil. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak DG para pekerja rumput laut yang disebut dengan pa’bibi’
akan diberikan upah sesuai hasil kerjanya dimana ketika otang pa’bibi’
meneyelesaikan satu bentang maka akan diberi upah sebesar 3000 rupiah. Selain
itu, Ibu DL mengatakan bahwa ketika musim panen tiba maka para petani saling
bantu untuk panen rumput laut dan tidak diberi upah, kecuali oran yang bukan
petani rumput laut tetapi juga datang membantu pada saat panen sebagai ucapan
terimakasi petani memberikan 1 bentang rumput laut kepada orang tersebut. Dan
untuk pekerja pa’bibi’ akan diberikan upah sebesar 3000 rupiah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa memiliki sistem kepercayaan yang sangat tinggi sesama petani rumput laut
dengan menerpakan sifat jujur, toleransi dan adil. Hal ini sesuai dengan Menurut
Fukuyama, (Balady, 2018:10-11) kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di
dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan
kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama demi kepentingan
anggota yang lain dari komunitas atau masyarakat tersebut. kepercayaan memiliki
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
236
kekuatan untuk mempengaruhi prinsip-prinsip yang melandasi kemakmuran
sosial.
2. Norma dan Nilai
Norma dan Nilai adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara
kolektif atau bersama yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral
maupun sangsi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan
pelanggaran atas nilai-nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota
masyarakat agar segala perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang telah disepakati bersama. Norma adalah hal dasar yang terdapat
pada proses interaksi sosial. Norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu
bertindak dalam masyarakat. Norma merupakan bagian dari modal sosial yang
terbentuknya tidak diciptakan oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk
melalui tradisi, sejarah, tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara
perilaku seseorang atau sesuatu kelompok masyarakat, didalamnya kemudian
akan timbul modal sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan
yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok.
a. Taat pada Aturan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam
melakukan usaha rumput laut tidak ada aturan yang mengikat tetapi ada suatu
kebiasaan yang harus dilaksanakan setiap kali panen rumput laut. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu DC bahwa tidak ada sama sekali aturan yang mengikat, hanya
saja petani rmuput laut memiliki kebiasaan dimana ketika salah satu dari petani
rumput laut mengadakan panen rumput laut maka, petani lainnya harus ikut
membamtu. Dan para petani rumput laut yang ikut membantu tidak diberikan
upah dan saling memabtnu dengan ihklas tanpa mengharapkan imbalan.
Sedangkan Bapak AR juga mengatakan hal yang serupa yaitu dalam bertani
rumput laut tidak ada aturan-aturan tetapi ada nilai-nilai yang harus direapkan
yaitu nilai bekerja sama dan gotong royong dimana setiap kali petani rumput laut
panen, maka petani lainnya ikut membantu.
b. Sanksi
Berdasarkan hasil wawancara dengan keenam informa tersebut, hampir
semua informan yang mengatakan bahwa dalam usaha rumput lauti tidak terdapat
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
237
aturan-aturan yang ada adalah aturan adat-adat dalam masyarakat yang tidak
boleh dilanggar. Dalam usaha rumput laut tidak ada sanksi yang dibuat yang ada
hanyalah sanksi sosial apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi adat-ada
orang Jeneponto. Tetapi dalam usaha rumput laut terdapat kesepakatan terhadap
semua petani rumput laut bahwa ketika ada salah satu penati yang panen maka
petani lainnya ikut membantu. Apabila terdapat petani yang tidak ingin ikut
bekerja sama dalam panen rumput laut maka sebagai hukuman atau sanksinya
adalah petani tersebut tidak akan dibantu ketika melakukan panen rumput laut.
Seperti hanya yang dikatakan oleh Bapak DG yang mengatakan bahwa dalam
usaha rumput laut tidak memiliki sanksi yang ada hanyalah sanksi adat ketika
dilanggar. Selain itu, Ibu SD juga mengatakan bahwa ketika petani rumput laut
tidak mematuhi kesepakatan kerja sama maka sebagai hukumannya ketika petani
tersebut panen maka petani lainnya tidak akan ikut membantu.
c. Kerja Sama
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa petani
rumput laut masih memiliki kerja sama yang kuat. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak NR bahwa di desa memiliki tingakat persaudaraan yang erat berebde
dengan dikota. Masyarakat desa masih menerpakan budaya kerja sama dan gotong
royong. Kerja sama yang dilakukan oleh petani rumput laut atas dasar keikhlasn
semata dan tidsk memiliki unur lain maupun adanya pengharapa npemberian
upah. Sedangkan Ibu SD mengatakan bahwa petani masih memiliki kerja sama
yang kuat dan saling membantu satu sama lain ketika sedang panen rumput laut.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa norma-
norma kerja sama sosial adalah kepercayaan. Kepercayaan meningkat apabila
sama-sama menerapkan norma kejujuran dan norma timbal balik dan karena itu
dapat bekerja sama satu sama lain Akan tetapi, tidak semua norma dapat
menciptakan modal sosial. Norma-norma yang dapat menciptakan modal sosial
adalah norma yang mengandung nilai-nilai seperti berkata jujur, menunaikan
kewajiban, dan taat pada asas timbal balik. Sama halnya dalam usaha petani
rumput laut terdapat norma dan nilai-nilai kerja sama, saling membantu, dan
gotong royong antar sesam petani rumput laut.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
238
3. Jaringan
Jaringan sosial merupakan salah satu dimensi kapital sosial selain
kepercayaan dan norma. Konsep jaringan dalam kapital sosial lebih memfokuskan
pada aspek ikatan antar simpul yang bisa berupa orang atau kelompok
(organisasi). Dalam hal ini terdapat pengertian adanya hubungan sosial yang
diikat oleh adanya kepercayaan yang mana kepercayaan itu dipertahankan dan
dijaga oleh norma-norma yang ada. Pada konsep jaringan ini, terdapat unsur kerja,
yang melalui media hubungan sosial menjadi kerja sama. Pada dasarnya jaringan
sosial terbentuk karena adanya rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling
mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataupun mengatasi
sesuatu. Intinya, konsep jaringan dalam kapital sosial menunjuk pada semua
hubungan dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan dapat
berjalan secara efisien dan efektif.
a. Bertukar Informasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan enam informan tersebut, dapat
diketahui bahwa dengan memiliki jaringan antar sesama petani dapat membuat
komunikasi sesama petani rumput laut menjadi lancar dan dapat saling bertukar
informasi. Seperti yang dikatakan oleh bapak DG terkadang sesama petani saling
bertukar informasi dan ketika ada petani lain yang selesai panen dan ingin
menjual rumput lautnya maka petani yang lain akan menghubungi pembeli untuk
datang membeli agar. Dan untuk komunikasi petani lebih sering komunikasi
langsung dengan petani yang lain karena memiliki jarak rumah yang dekat. Selain
itu, menurut Ibu SD petani lebih sering menjalin komunikasi langsung karena
beberapa petani memiliki jarak rumah yang berdekatan.
b. Hubungan Sosial yang baik
Berdasarkan hasil wawancara dengan enam informan tersebut, maka hasil
yang diperoleh adalah sesama petani rumput laut memiliki hubungan sosial yang
baik dan tidak pernah terjadi konflik antara sesama petani. Hal ini dapat
dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Ibu SD yang mengatakan bahwa
masyarakat petani rumput laut memiliki hubungan persaudaraan yang sangat erat
dan rasa persaudaraan yang dijunjung tinggi dan sesama petani rumput laut tidak
pernah terjadi konflik. Selain itu, menurut Bapak DG mengatakan bahwa
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
239
masyarakat Jeneponto tidak perlu lagi dipertanyakan mengenai hubungan
sosialnya, sebab masyarakat Jeneponto memiliki adat yang tinggi. Walaupun
bukan petani rumput laut semua memang harus saling menjalin hubungan yang
baik dengan semua orang. Dan disini tidak pernah ada terjadi konflik apalagi
sesama petani rumput laut itu tidak penah.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa petani
rumput laut khususnya dikelurahan pabiringa memiliki jaringan yang bagus
dibukyikan dengan hubungan sesama petani yang begitu akrab dan memiliki
hubungan sosial yang bagus. Hal ini sesuai dengan Jaringan yang membentuk
hubungan antar individu memiliki makna subjektif yang berhubungan atau
dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan. Jaringan terbentuk karena
berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama,
hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan masyarakat untuk
mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu institusi dengan
perlakuan khusus. Dengan adanya jaringan naka, akan menciptakan suatu
interkasi dan hubungan sosial yang terjadi dimasyarakat.
Hasil pengamatan, observasi dan hasil wawancara menujukkan bahwa
masyarakat petani rumput laut di kelurahan Pabiringa kecamatan Binamu,
kabupaten Jeneponto memiliki 3 komponen modal sosial yaitu kepercayaan,
norma dan nilai dan jaringan. Sehingga Modal sosial dapt dijadikan hubungan
yang dibuat dari norma sosial menjadi perekat sosial yaitu terciptanya sebuah
kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama. Modal sosial mampu
memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial, Membentuk
solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan, Membangun partisipasi
masyarakat. Dengan adanya 3 kompenen tersbut dalam masyarakat petani maka
ini sesuai dengan teori dari Mollering (Harahap, 2016) menyebutkan bahwa
modal sosial mempunyai lima fungsi penting yaitu :
1) Percaya diri dalam arti confidence yang merupakan ranah psikologis individual
sebagai sikap yang akan mendorong seseorang dalam mengambil keputusan
setelah menimbang resiko yang akan diterima.;
2) Kerjasama yang menempatkan trust sebagai dasar hubungan antar individu
tanpa rasa saling curiga;
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
240
3) Penyederhanaan pekerjaan yang memfungsikan trust sebagai sumber untuk
membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja kelembagaan-
kelembagaan sosial;
4) Ketertiban dimana trust sebagai inducing behaviour setiap individu untuk
menciptakan kedamaian dan meredam kekacauan sosial;
5) Pemelihara kohesivitas sosial yang membantu merekatkan setiap komponen
sosial yang hidup dalam komunitas menjadi kesatuan
Adanya kepercayaan, norma dan nilai, dan jaringan dalam masyarakat petani
maka terdapat ikatan yang kuat yakni adanya perekat sosial pada sebuah sistem
kemasyarakatan. Sehingga terciptalah sebuah ikatan sosial sebagai reaksi terhadap
berbagai macam karakteristik kelompoknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
modal sosial yang dimiliki oleh petani rumput laut kelurahan Pabiringa
kecamatan Binamu kabupaten Jeneponto adalah Adanya kepercayaan, norma dan
nilai, dan jaringan yang menjadi modal utama dalam menjalani kehidupan sehari-
hari sebagai petani rumput laut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Maka dapat ditarik sebuah interpretasi bahwa terjadi kesesuain antara hasil
wawancara dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa dengan adanya modal sosial yang dimiliki oleh
petani rumput laut maka akan dapat membantu kebutuhan sehari-hari petani dan
merupakan sum,ber penghasila utama. Sehingga dapat dikatan bahwa modal
sosial mampu menjadi sebuah solusi untuk membantu petani keluar dari garis
kemiskinan. Sebab, ketika petani rumput laut tidak memiliki modal sosial atau
tidak menerepkan unsur-unsur modal sosial dalam kehidupan sehari-hari makan
proses pekerjaan rumput laut tidak akan selesai dan tidak akan berjalan dengan
baik. Sebab pekerjaan petani rumput laut memerlukan modal sosial yang baik
antar sesama petani. Sehinnga dengan adanya modal sosial yang dimiliki oelh
petani rumput laut dapat dilihat bahwa dapat membantu mengtasi kemiskinan
khususnya pada masyarakat petani.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti laukukan tepatnya di petani
rumput laut kelurahan pabiringa Kabupaten Jeneponto dengan enam orang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
241
informan yang berprofesi sebagai petani rumput laut dapa dilihat bahwa dengan
memiliki pekerjaan sebagai petani rumput laut tentulah harus memiliki modal
sosial yang harus dikelola dengan baik dijalan dan diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat untuk mencapai suatu tujuan yang akan dicapai bersama. Modal
sosial memiliki 3 unsur yaitu kepercayaan, norma dan nilai serta jaringan.
Berdasarkan hasil obeservasi maka yang peneliti dapat simpulkan bahwa petani
rumput laut memiliki ketiga unsur tersebut dan masih menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari utama dalam menjalankan profesinya sebagai seorang
petani rumput laut. Sebab pekerjaan petani rumput laut memerlukan banyak orang
sehingga mengharuskan kepada petani untuk saling bekerja sama, bergotong
royong dan menjalin hubungan yang baik. Dan berdasarkan hasil pengamatan
peneliti petani rumput laut hidup rukun dengan sesama petani rumput laut maupun
tetangga yang bukan oetani rumput laut dan tidak pernah terdapat kasus konflik
ataupun kasus kecurangan dalam proses jual beli rumput laut. Hal tersebut
memperlihatkan bbahwa dalam petani rumput laut memiliki rasa saling percaya
yang kuat. Dan dengan adanya modal sosial yang dimiliki maka dapat
memudahkan pekerjaan petani rumput laut dalam meyelesaikan pekerjaannya.
Sehingga proses petani rumput laut berjalan dengan baik dan menghasilkan
keuntungan yang baik pula dan dapat menghidupi kelurga petani rumput laut seta
dapat memenuhi kebutuhan petani rumput laut dalam setiap bulannya. Sehingga
berdasarkan hasil pengatamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
modal sosial yang dimiliki dan dikelola dengan baik dan merepakan dalam
pekerjaan maka dapat membantu petani rumput laut untuk keluar dari garis
kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Jeniwari Elvina. 2017. Modal Sosial Pada Kelompok Peternak Sapi Potong Di
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar . Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Astuti, Sri Wahyudi. 2018. Jeneponto, dan Torut Jadi Daerah dengan Penduduk
Miskin Terbesar di Sulsel. (Online). https://www.sulselsatu.com.
Balady, Ashfin. 2018. Aktualisasi Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Komunitas
(Studi Kasus Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
242
Komunitas Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman).
Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Juliantono, F. J., & Munandar, A. (2016). Fenomena Kemiskinan Nelayan:
Perspektif Teori Strukturasi. POLITIK, 12(2), 1857-1866.
Nasution, Atikah Marwa. 2018. Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi
Pedagang Sekitar Kalijodo Pasca Penggusuran (Studi Kasus: Pedagang
Pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat). Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Putra, Muhammad Hari Karyaman. 2018. Modal Sosial Dalam Sistem Produksi
Pada Aktifitas Budidaya Petani Rumput Laut Di Kabupaten Bantaeng.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar.
Rifaldhy, Conny Pindo. 2018. Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan
Industri Pengrajin Genteng Di Desa Jati Agung Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Pringsewu. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Lampung Bandar Lampung.
Rini, Ayu Setyo, dkk. 2016. Faktor-Faktor Penentu Kemiskinan Di Indonesia:
Analisis Rumah Tangga. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan. Desember 2016;
01(2): 17-33 ISSN 2085-4617
Shabrina, Gina Nefstia. 2015. Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan
Efektivitas Program Corporate Social Responsibility Dan Taraf Hidup
Masyarakat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor Bogor.
Velayati, Inun 2018. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Di Pasar Pagi (Studi
kasus Perumahan Kopkar Dwi Karya kecamatan Way Pengubuan
Kabupaten Lampung Tengah). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Lampung Bandar Lampung.
Wibowo, Yogo Mukti. 2012. Modal Sosial Pada Komunitas Motor Di Yogyakarta
(Studi Pada Jogja Automotive Community Yogyakarta). Skripsi. Program
Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta.