artikel solusi

25
1 PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS KOMPOS LIMBAH MEDIA JAMUR MERANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEMBANG KOL (B r as s i ca oleracea.L var botrytis s ub var. ca uliflora D C)   DENGAN TEKNOLOGI MULSA DI DATARAN RENDAH PADA MUSIM KEMARAU Oleh:  Netti Nurlenawati, Sulisty o Sidik Purnomo dan Endah Fitriyah Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang Abstract: The objective of the experiment was to get the planting distance and dosage of mushroom compost waste that gives the best effect on the growth and yield of cauliflower (Brassica oleracea .L var botrytis sub var. cauliflora DC) with mulch technology during the dry season in lowland.  Experiment was conducted in Karang Ligar village Telukjambe Karawang  from July to September 2012.  Experimental design used was Split Plot Design with planting distance (J) as main factor, while dosage of mushroom compost waste ( K) as split plot. Planting distance has 3 levels: j 1 : 50 cm x 50 cm, j 2 : 60 cm x 40 cm, and j 3 : 40 cm x 40 cm.  Dosage of compost has 3 levels: k 1 : 5 tonnes/ha, k 2 : 10 tonnes/ha and k 3 : 15 tonnes/ha. Each treatment was repeated 3 times. The result showed: a. There was an interaction effect of planting distance and dosage of mushroom compost waste on flower diameter. b. There was a main effect of planting distance on plant height at 14 days after  planting and yield per plot . c. There was a main effect of dosage of mushroom compost waste on plant height, number of leaves, s tem diameter , the average area per leaf, flower diameter, curd weight per plant, and yield per plot. d.  Planting distance of 40 cm x 40 cm gave the highest yield (18.26 kg per plot or 30.43 tons per hektare).

Upload: yuda-anggara

Post on 31-Oct-2015

175 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

solusi

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 1/25

1

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS KOMPOS LIMBAH MEDIA

JAMUR MERANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KEMBANG KOL (Brassica oleracea. L var botrytis sub var. caul if lora DC)  DENGAN TEKNOLOGI MULSA DI DATARAN RENDAH PADA MUSIM

KEMARAU

Oleh:

 Netti Nurlenawati, Sulistyo Sidik Purnomo dan Endah Fitriyah

Fakultas Pertanian

Universitas Singaperbangsa Karawang

Abstract:

The objective of the experiment was to get the planting distance and dosage

of mushroom compost waste  that gives the best effect on the growth and yield of 

cauliflower (Brassica oleracea .L var botrytis sub var. cauliflora DC) with mulch

technology during the dry season in lowland.

 Experiment was conducted in Karang Ligar village Telukjambe Karawang 

 from July to September 2012.

 Experimental design used was Split Plot Design with planting distance (J) as

main factor, while dosage of mushroom compost waste (K) as split plot. Planting 

distance has 3 levels: j1 : 50 cm x 50 cm, j2 : 60 cm x 40 cm, and j3 : 40 cm x 40 cm.

 Dosage of compost has 3 levels: k 1 : 5 tonnes/ha, k 2: 10 tonnes/ha and k 3: 15

tonnes/ha. Each treatment was repeated 3 times.

The result showed:

a.  There was an interaction effect of planting distance and dosage of mushroom

compost waste on flower diameter.

b.  There was a main effect of planting distance on plant height at 14 days after 

 planting and yield per plot .c.  There was a main effect of dosage of mushroom compost waste on plant height,

number of leaves, stem diameter, the average area per leaf, flower diameter,

curd weight per plant, and yield per plot.

d.   Planting distance of 40 cm x 40 cm gave the highest yield (18.26 kg per plot or 

30.43 tons per hektare).

Page 2: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 2/25

2

e.  Compost dosage of 15 tons per hectare gave the highest yield (17.00 kg per plot 

or 28.33 tons per hectare).

 Keywords: cauliflower plant, planting distance, dosage of mushroom compost waste

PENDAHULUAN

Sayuran merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Selama ini daerah sentra sayuran terdapat di dataran tinggi, tetapi pada dua tiga tahun

terakhir Kementrian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia telah mengembangkan jenis tanaman sayuran dataran tinggi untuk ditanam di dataran rendah yang

dipadukan dengan tanaman pangan lainnya di lima kabupaten di sepanjang Pantai

Utara (Pantura) Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu,

Majalengka dan Cirebon. Walaupun program tersebut cukup ideal, tetapi tampaknya

tidak semua petani tertarik untuk membudidayakan sayuran. Hal ini disebabkan

 petani belum terbiasa membudidayakan sayuran, mereka lebih terbiasa menanam

 padi, selain belum banyak informasi yang mereka peroleh tentang jenis sayuran yang

menguntungkan mereka juga belum mengenal pasar sayuran, sehingga ada

kekhawatiran tidak berhasil.

Berdasarkan keadaan tersebut ada baiknya apabila memanfaatkan waktu

antara panen padi dan waktu tanam berikutnya dengan cara membudidayakan sayuran

 berumur pendek serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga petani

memperoleh tambahan pendapatan. Apabila petani bertanam padi dua kali setahun

yaitu padi  – padi - bera, maka waktu yang ideal untuk bertanam sayuran adalah pada

 bulan Juni sampai dengan Agustus, setelah panen padi yang kedua. Sedangkan pada

 pola tanam padi  – padi  – padi maka budidaya sayuran dapat dilakukan menggantikan

 budidaya padi yang ke tiga sehingga pola tanam tersebut menjadi padi  –  padi  –  

sayuran. Dengan pengaturan pola tanam tersebut selain meningkatkan pendapatan

 petani juga dapat memotong siklus hidup hama, penyakit dan gulma.

Page 3: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 3/25

3

Kembang kol ( Brassica oleracea.  L. var botrytis sub var. cauliflora DC )

merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau

 Brassicaceae. Tanaman sayuran ini pada awalnya hanya dibudidayakan di dataran

tinggi. Namun saat ini sayuran yang biasanya tumbuh di dataran tinggi ini dapat

dibudidayakan di dataran rendah. Salah satu kultivar kembang kol yang bisa ditanam

di dataran rendah adalah PM 126 F1. Seperti tanaman hibrida lainnya, kultivar PM

126 F1 ini dapat tumbuh dan memberikan hasil dengan baik apabila lingkungan

tumbuhnya baik klimatik maupun edafiknya sesuai dengan syarat tumbuh kembang

kol tersebut.

Berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman

kembang kol ( Brassica oleracea.  L var botrytis sub var. cauliflora DC ), antara lain

kerapatan tanaman, sifat fisik tanah serta ketersediaan air.

Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun

antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsurr hara, air, cahaya matahari

maupun ruang tumbuh. Jika tanaman terlalu rapat maka berpengaruh pada

 pertumbuhan tanaman akibat dari menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan

daun. Kerapatan tanam sangat mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman dan

 juga mempengaruhi tingat produksi panen suatu tanaman (Gardner dkk  , 1991).

Semakin rapat suatu populasi tanaman maka semakin sedikit jumlah intensitas

cahaya matahari yang didapat oleh tanaman dan semakin tinggi tingkat kompetisi

antar tanaman untuk mendapatkan sinar matahari tersebut. Di pihak lain dengan

 populasi yang tinggi akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman serta

menurunkan evapotransipari.

Gardner  et. al  (1991)  menyatakan bahwa jika tanaman terlalu rapat maka

 berpengaruh pada pertumbuhan tanaman akibat dari menurunnya laju fotosintesis dan

 perkembangan daun. Kerapatan tanam sangat mempengaruhi perkembangan vegetatif 

tanaman dan juga mempengaruhi tingkat produksi panen suatu tanaman.

Kartasapoetra (1989) menambahkan bahwa persaingan antar tanaman dalam

mendapatkan air maupun cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan

Page 4: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 4/25

4

vegetatif. Sehingga jarak tanam yang lebih lebar akan memacu pertumbuhan vegetatif 

tanaman. Jarak tanam yang longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang

lebih besar daripada berat kering pada penanaman pada jarak tanam yang rapat. Hal

ini terjadi karena pada jarak tanam yang rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan

cahaya matahari yang berpengaruh pula terhadap pengambilan unsur hara, air 

maupun udara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah

dengan pengaturan jarak tanam.

Menurut Rukmana (1994) jarak tanam kultivar kembang kol yang bertajuk 

lebar adalah 50 cm x 50 cm, sedangkan untuk kultivar yang bertajuk sempit 60 cm x

45 cm.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada jarak tanam yang

lebar akan diperoleh hasil per tanaman yang tinggi, tetapi hasil per hektar yang

rendah karena populasinya rendah. Sedangkan pada populasi yang terlalu rapat akan

diperoleh hasil per tanaman yang rendah, tetapi dengan populasi yang tinggi

diharapkan akan diperoleh hasil per hektar yang tinggi.

Kembang kol memiliki akar yang dangkal dan tidak terlalu kuat untuk 

melakukan penetrasi serta tidak tahan genangan, sehingga memerlukan tanah yang

cukup poreus, memiliki drainase dan aerasi yang baik. Oleh karena itu pada budidaya

kembang kol biasanya menggunakan kompos. Salah satu kompos yang dapat

dimanfaatkan di daerah pantura adalah yang berasal dari limbah media jamur merang.

Dari hasil penelitian Juliardi dan Suprihatno (1995) diperoleh bahwa dengan

menggunakan 5 ton kompos jerami padi per hektar yang dikombinasikan dengan

anorganik memberikan hasil gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya

diberikan pupuk anorganik saja. Pemberian bahan organik juga dapat memberikan

 peningkatan hasil rata-rata 6,1 – 

9,4 % dibandingkan tanpa bahan organik. Hal ini

sejalan dengan penedlitian Kuswana (2006) yang menyatakan bahwa pemberian 7,5

ton per hektar kompos limbah media jamur merang yang dikombinasikan dengan

 pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil gabah kering panen sebesar 3%

dibandingkan tanpa bahan organik.

Page 5: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 5/25

5

Hasil penelitian Nurlenawati dkk (2011) menunjukkan bahwa bokashi limbah

media jamur merang sebanyak 10 sampai 20 ton per hektar yang dikombinasikan

dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil cabai merah sebesar 41%

dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan organik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dosis kompos limbah

media jamur yang berbeda diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol.

Pada populasi yang tinggi, pemberian kompos per tanaman menjadi lebih

rendah dibandingkan dengan populasi yang rendah. Tetapi dengan populasi yang

tinggi akan menurunkan penguapan serta tanah menjadi lebih lembab.

Pada populasi yang rendah, pemberian kompos per tanaman akan menjadi

lebih tinggi sehingga struktur tanah menjadi lebih remah. Selain itu kompos juga

dapat mempertahankan kelembaban tanah.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara

 jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merang. Selain itu terdapat salah

satu dosis kompos limbah media jamur merang yang tepat untuk jarak tanam tertentu.

Permasalahan lainnya adalah waktu tanam pada musim kemarau

meningkatkan penguapan, juga menyebabkan meningkatnya suhu tanah. Hal ini

menyebabkan meningkatnya kehilangan air serta unsur hara yang mudah menguap

misalnya nitrogen, padahal tanaman kembang kol memerlukan nitrogen dalam dosis

yang tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian mulsa. Di daerah pesawahan

kebutuhan mulsa ini dapat diatasi dengan pemanfaatan jerami.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jarak tanam dosis dan

kompos limbah media jamur merang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

kembang kol ( Brassica oleracea.   L var botrytis sub var. cauliflora DC ) yang

dibudidayakan dengan penggunaan mulsa jerami di dataran rendah pada musim

kemarau.

Page 6: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 6/25

6

METODE PENELITIAN

Percobaan ini dilaksanakan di lahan sawah di Desa Karang Ligar Kecamatan

Telukjambe Barat, Karawang. Daerah ini memiliki jenis tanah asosiasi podzolik 

kuning dan hidromorf kelabu, tekstur lempung berdebu dengan pH H2O 5,5, kadar 

C-organik rendah (1,72 %), N total rendah (0,18 %), C/N rasio rendah (9 %), dan

KTK tinggi (30,16 me/100g). Lokasi percobaan berada pada ketinggian 14 m di atas

 permukaan laut. Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) tipe iklim untuk Desa

Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat Kabupaten Karawang adalah tipe iklim D

(Sedang).

Percobaan dilaksanakan pada musim kemarau 2012 setelah panen padi kedua

yaitu pada awal bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Suhu rata-rata harian selama

 percobaan berlangsung antara 21oC sampai 36,4

oC dengan kelembaban relatif udara

 berkisar antara 25 % sampai dengan 88 %

Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Petak 

Terpisah (Split Plot Design). Sebagai petak besar ( Main Plot ) adalah jarak tanam

terdiri dari tiga taraf yaitu j1 = 50 cm x 50 cm, j2 = 60 cm x 40 cm, dan j3 = 40 cm x

40 cm. Sedangkan anak petak (Split plot ) adalah adalah dosis kompos limbah media

 jamur merang terdiri dari tiga taraf yaitu k 1 = 5 ton/ha, k 2 = 10 ton/ha, k 3 = 15

ton/ha. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Pelaksanaan percobaan meliputi pengolahan tanah, pembuatan kompos

limbah media jamur merang, pembuatan lubang tanam dan pemberian mulsa jerami,

 pemberian kompos limbah media jamur merang, penanaman, penyulaman, pemberian

 pupuk anorganik, pemeliharaan tanaman dan panen.

Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum tanam, dengan cara tanah

dibajak, digaru, kemudian dicangkul sedalam 20-30cm sebanyak dua kali sehingga

tanah menjadi gembur kemudian diratakan. Setelah itu diberikan kapur pertanian

sesuai kebutuhan. Selanjutnya lahan percobaan dibagi menjadi tiga blok sesuai

dengan banyaknya ulangan, jarak antar blok 75 cm. Pada tiap blok dibuat tiga petak 

utama. Setiap petak utama dibuat plot-plot dengan ukuran 3 m x 2 m sesuai dengan

Page 7: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 7/25

7

 banyaknya anak petak, antar plot dibuat saluran drainase sedalam 15 cm dengan lebar 

50 cm.

Pembuatan kompos limbah media jamur merang dilakukan dengan cara

limbah media jamur merang dihamparkan di atas karung, kemudian dikeringanginkan

selama satu bulan. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Kesuburan Tanah dan

 Nutrisi Tanaman Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian

Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung (2012) kompos limbah media jamur 

merang tersebut mengandung kadar C-organik 10,42 % dan CN rasio 8,76 serta unsur 

hara makro yaitu 1,19%, N, 3,83% P2O5, serta 0,96% K 2O.

Lubang tanam dibuat sehari sebelum tanam dengan ukuran 30 cm x 30 xm x

30 cm. Setelah itu jerami padi yang telah kering dihamparkan di atas petakan

dengan ketebalan 5 cm atau setara dengan 5 kg per petak. Kompos diberikan sesuai

 perlakuan dengan cara dimasukan ke dalam lubang tanam pada saat tanam.

Penanaman dilakukan setelah bibit berdaun 3 helai. Satu bibit di tanam di

dalam lubang tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi lembab. Penyulaman

dilakukan pada 4 sampai dengan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan sebagai

 pengganti tanaman yang rusak atau mati.

Pupuk yang diberikan yaitu pupuk ZA, Urea dan KCl. Dosis pupuk 

anorganik adalah Urea sebanyak 220 kg per hektar, 470 kg per hektar, dan 225 kg per 

hektar. Pada percobaan ini tidak diberikan pupuk fosfat mengingat kandungan P

total di lahan percobaan ini tinggi. Pemupukan tidak dilakukan sekaligus namun

secara bertahap dengan 3 kali pemupukan susulan. Sebagai pupuk dasar adalah 188 

kg/ha ZA, 88 kg/ha urea, 90 kg/ha KCl. Pupuk susulan I diberikan 7-10 hst terdiri

dari ZA 94 kg/ha, urea 44 kg/ha dan KCl 45 kg/ha. Pupuk susulan II diberikan 20

hst terdiri atas ZA 94 kg/ha, urea 44 kg/ha, KCl 45 kg/ha. Pupuk susulan III

diberikan 30-35 hst terdiri atas ZA 94 kg/ha, Urea 44 kg/ha, dan KCl 45 kg/ha.

Pemeliharaaan tanaman meliputi penyiraman, pengendalian hama dan gulma.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari terutama pada saat tanaman berada pada fase

Page 8: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 8/25

8

 pertumbuhan awal dan pembentukan bunga. Selama percobaan dilaksanakan tidak 

ditemukan adanya serangan penyakit. Hama yang menyerang adalah ulat plutella

( Plutella xylostella L), ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller ) dan belalang

(Valanga nigricornis). Hama ulat dikendalikan secara kimiawi yaitu menggunakan

Insektisida Decis 25 EC. Sedangkan belalang dikendalikan secara mekanis karena

 populasinya sedikit.

Selain hama, terdapat juga organisme pengganggu tanaman lainnya berupa

gulma. Jenis gulma yang berada di lokasi percobaan yaitu rumput teki (Cyperus

rotundus), jukut kakawatan (Cynodon dactilon) , cacabean ( Ludwigia octovalvis),

 papayungan (Fimbrystilis litoralis, dan  Fimbrystilis millicea). Pengendalian gulma

dilakukan secara mekanik yaitu dengan cara penyiangan/ mencabut gulma.

Penyiangan gulma dilakukan tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur pada 18, 25

dan 32 hst.

Pemanenan kembang kol dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran

maksimal dan mampat yaitu pada saat tanaman berumur 40 sampai dengan 54 hst.

Pengamatan utama meliputi tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman,

diameter batang, luas per helai daun, diameter bunga, berat bunga per tanaman serta

 berat bunga per petak. Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman sampel per petak.

Sedangkan untuk menunjang pengamatan utama dilakukan juga pengamatan pada

 berat kering tanaman akar dan analisis serapan hara di akhir fase pertumbuhan

vegetatif.

Pengaruh perlakuan pada pengamatan utama dianalisis dengan sidik ragam

dan apabila uji F taraf 5% signifikan, maka untuk mengetahui perlakuan yang paling

 baik dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.

Page 9: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 9/25

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan Utama

Pengamatan utama yaitu hasil pengamatan yang datanya diuji dan dianalisis

secara statistik meliputi : .tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, diameter 

 bunga, luas daun per tanaman, berat segar per tanaman, dan berat segar bunga per 

tanaman.

Tinggi Tanaman

Tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara jarak tanam dan dosis

kompos limbah media jamur merang terhadap tinggi tanaman kembang kol dari

umur 7 sampai dengan 28 hst.

Tabel 1. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merang

terhadap tinggi tanaman kembang kol ( Brassica oleracea L. var botrytis sub

var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1pada umur 7, 14, 21 dan 28 hst

PerlakuanRata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 

7 hst 14 hst 21 hst 28 hstJarak tanam (J) j1 = 50 cm x 50 cm

 j2 = 60 cm x 40 cm

 j3 = 40 cm x 40 cm

13,53a 

11,63a 

13,77a 

18,28a 

16,13 b 

16,13 b 

22,47a 

20,00a 

22,81a 

27,37a 

24,27a 

29,54a 

Koefisien Keragaman (%) 11,10 13,80 11,97 9,22

Dosis kompos limbah media

 jamur merang (K)

k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar 

k 3 = 15 ton per hektar 

12,65a 

12,89a 

13,39a 

16,16c 

16,77 b

17,62a 

20,32c 

21,80 b

 23,16

24,24c 

27,51 b

 29,42

Koefisien Keragaman (%) 5,04 9,91 3,44 5,25

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf 

5%.

Page 10: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 10/25

10

Pada umur 7 hst belum tampak adanya pengaruh yang nyata dari masing-

masing faktor terhadap tinggi tanaman, namun pengaruh mandiri mulai tampak sejak 

umur 14 hst. Pada 14 hst baik jarak tanam maupun dosis kompos limbah media

tanam jamur merang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kembang kol. Jarak 

tanam 50 cm x 50 cm memberikan tinggi tanaman terbaik berbeda nyata dengan jarak 

tanam 60 cm x 40 cm dan 40 cm x 40 cm. Sedangkan pada umur yang sama dosis

kompos limbah media jamur merang yang memberikan tingi tanaman tertinggi adalah

dosis 15 ton per hektar berbeda nyata dengan dosis 5 ton per hektar maupun 10 ton

 per hektar.

Pada umur 21 dan 28 hst, jarak tanam tidak memberikan pengaruh secara

nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan dosis kompos limbah media jamur merang

memberikan pengaruh yang nyata. Dosis kompos yang memberikan tinggi tanaman

tertinggi adalah 15 ton per hektar serta berbeda nyata dengan perlakuan dosis kompos

lainnya.

Jumlah Daun

Tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara jarak tanam dan dosis

kompos limbah media jamur merang terhadap jumlah daun kembang kol dari umur 

7 sampai dengan 28 hst. Namun demikian terdapat pengaruh mandiri faktor dosis

kompos limbah media jamur merang.

Dari mulai umur 7 sampai dengan 28 hst faktor jarak tanam tidak 

memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman kembang kol,

sebaliknya faktor dosis kompos limbah media tanam jamur merang memberikan

 pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman kembang kol.

Page 11: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 11/25

11

Tabel 2. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media tanam jamur 

merang terhadap jumlah daun kembang kol ( Brassica oleracea L. var 

botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1

PerlakuanRata-rata jumlah daun (lembar) pada umur 

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst

Jarak tanam (J)

1 = 50 cm x 50 cm

2 = 60 cm x 40 cm

3 = 40 cm x 40 cm

4,10a 

4,26a 

4,69a 

6,80a 

6,41a 

6,49a 

8,50a 

8,37a 

8,49a 

11,00a

10,30a 

11,70a 

Koefisien Keragaman (%) 11,83 21,52 8,61 15,30

Dosis kompos limbah mediaamur merang (K)k 1 = 5 ton per hektar 

k 2 = 10 ton per hektar 

k 3 = 15 ton per hektar 

4,11 b 

4,29 b 

4,61a 

6,22 b

 

6,51 b

 

6,94a 

8,07 b 

8,39 b 

8,89a 

10,33 b

 

10,87 b

12,01a 

Koefisien Keragaman (%) 7,40 4,84 5,47 4,80

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf 

5%.

Dari Tabel 2 tampak dosis kompos limbah media tanam jamur merang yang

memberikan rata-rata jumlah daun tertinggi adalah dosis kompos limbah media tanam

 jamur merang 15 ton per hektar, berbeda nyata dengan pemberian kompos 5 ton per 

hektar maupun 10 ton per hektar.

4.1.2.1 Diameter Batang

Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos

limbah media jamur merang terhadap diameter batang tanaman kembang kol.

Tidak terdapat pengaruh mandiri jarak tanam terhadap diameter batang, namun

demikian terdapat pengaruh mandiri dosis kompos limbah media jamur merang

terhadap diameter batang dari 7 sampai dengan 28 hst.

Page 12: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 12/25

12

Tabel 3. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media tanam jamur merang

terhadap diameter batang kembang kol ( Brassica oleracea L. var botrytis

 sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1

PerlakuanRata-rata diameter batang (mm) pada umur 

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst

Jarak tanam (J)

1 = 50 cm x 50 cm

2 = 60 cm x 40 cm

3 = 40 cm x 40 cm

2,80a 

3,00a

3,23a 

3,80a 

3,40a 

4,06a 

5,20a 

4,80a 

5,39a 

8,30a 

6,90a

7,94a 

Koefisien Keragaman (%) 19,96 19,82 9,50 13,77

Dosis kompos limbah media

amur merang (K)

k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar k 3 = 15 ton per hektar 

2,87

 b

 3,02ab

 3,14

3,63

 b

3,79a 

3,91a 

4,80

c

5,12 b 

5,53a 

7,01

c

 7,73 b 

8,38a 

Koefisien Keragaman (%) 6,88 14,27 5,47 5,71

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf 

5%.

Pada umur 7 dan 14 hst dosis kompos 15 ton per hektar memberikan diameter 

 batang terbesar berbeda nyata dengan dosis kompos 5 ton per hektar. Demikian juga

 pada 21 dan 28 hst dosis kompos 15 ton per hektar memberikan diameter batang

terbesar berbeda nyata dengan perlakuan kompos lainnya.

Rata-rata Luas per Helai Daun

Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos

limbah media jamur merang terhadap luas per helai daun tanaman kembang kol.

Tidak terdapat pengaruh mandiri jarak tanam terhadap luas daun tanaman kembang

kol, namun demikian terdapat pengaruh mandiri dosis kompos limbah media jamur 

merang terhadap luas per helai daun saat panen.

Page 13: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 13/25

13

Tabel 4. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media tanam jamur 

merang terhadap rata-rata luas per helai daun tanaman kembang kol

( Brassica oleracea L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126F1

Perlakuan Rata-rata luas per helai daun (cm2)

Jarak tanam (J)

1 = 50 cm x 50 cm

2 = 60 cm x 40 cm

3 = 40 cm x 40 cm

357,49a 

338.49a 

339,45a 

Koefisien Keragaman (%) 6,97

Dosis kompos limbah media

amur merang (K)k 1 = 5 ton per hektar 

k 2 = 10 ton per hektar k 3 = 15 ton per hektar 

301,74 b

357,90a 

375,79a 

Koefisien Keragaman (%) 8,99

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf 

5%.

Dari hasil uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5% yang terdapat pada Tabel 4

tampak bahwa rata-rata luas per helai daun tertinggi diperoleh dari perlakuan dosis

kompos limbah media jamur merang 15 ton per hektar berbeda nyata dengan dosis

kompos 5 ton per hektar tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis kompos 10 ton per 

hektar.

4.1.2.2  Diameter Bunga

Terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos limbahmedia jamur merang terhadap diameter bunga kembang kol. Tidak terdapat

 pengaruh mandiri jarak tanam terhadap luas daun tanaman kembang kol, namun dosis

kompos limbah media jamur merang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

diameter bunga kembang kol.

Page 14: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 14/25

14

Hasil uji Beda Nyata Terkecil diameter kembang kol terdapat pada Tabel 5.

Pada jarak tanam 50 cm x 50 cm dan jarak tanam 60 cm x 40 cm dosis kompos 15 ton

 per hektar memberikan diameter bunga terbesar berbeda nyata dengan dosis kompos

5 ton per hektar. Sedangkan pada jarak tanam 40 cm x 40 cm semua dosis kompos

memberikan diameter yang tidak berbeda nyata.

Tabel 5. Pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos limbah media

tanam jamur merang terhadap diameter bunga kembang kol ( Brassicaoleracea L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1

Dosis kompos

(K)

Rata-rata diameter bunga (cm)

Jarak tanam (J)

 j1 (50 cm x 50 cm) j2 (60 cm x 40 cm) j3 (40 cm x 40 cm)

k 1 (5 ton per 

hektar)

13,02

A

12,45

A

13,20a 

A

k 2 (10 ton per 

hektar)

14,03a 

A

13,16a

 

A

13,50a 

A

k 3 (15 ton per 

hektar)

14,33a 

A

13,73a 

A

14,01a 

A

CV(a) =8,82%

CV(b) = 3,44 %

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf 

5%. Huruf besar berlaku horizontal, huruf kecil berlaku vertikal.

4.1.2.3  Berat Bunga per Tanaman

Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos

limbah media jamur merang terhadap berat bunga per tanaman kembang kol. Tidak 

terdapat pengaruh mandiri jarak tanam terhadap berat bunga per tanaman kembang

kol, namun demikian terdapat pengaruh mandiri dosis kompos limbah media jamur 

merang terhadap variabel yang sama.

Page 15: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 15/25

15

Hasil uji Beda Nyata Terkecil rata-rata berat bunga tanaman kembang kol

terdapat pada Tabel 6.

Berat bunga per tanaman yang paling tinggi diperoleh dari perlakuan dosis

kompos 15 ton per hektar berbeda nyata dengan kedua dosis lainnya.

Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merangterhadap berat bunga per tanaman kembang kol ( Brassica oleracea L. var 

botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1

Perlakuan Berat bunga per tanaman (kg)

Jarak tanam (J)

1 = 50 cm x 50 cm

2 = 60 cm x 40 cm

3 = 40 cm x 40 cm

0,51 a 0,49

0,53a 

Koefisien Keragaman 9,50

Dosis kompos limbah

media jamur merang (K)

k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar 

k 3 = 15 ton per hektar 

0,44c 

0,50 b

 

0,59a 

Koefisien Keragaman 11,50Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf 

5%.

Berat Bunga per Petak 

Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos

limbah media jamur merang terhadap berat bunga kembang kol per petak. Namun

terdapat pengaruh mandiri baik dari jarak tanam maupun dosis kompos limbah media

 jamur merang terhadap variabel yang sama.

Hasil uji Beda Nyata Terkecil rata-rata berat bunga tanaman kembang kol

 per petak terdapat pada Tabel 7.

Page 16: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 16/25

16

Jarak tanam yang memberikan hasil tertinggi berupa berat bunga per petak 

adalah jarak tanam 40 cm x 40 cm berbeda nyata dengan kedua jarak tanam lainnya,

sedangkan perlakuan dosis kompos yang memberikan hasil tertinggi adalah dosis 15

ton per hektar berbeda nyata dengan kedua dosis lainnya.

Tabel 7. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merangterhadap berat bunga per petak tanaman kembang kol ( Brassica oleracea

L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1

PerlakuanBerat bunga per petak 

(kg)

Jarak tanam (J)

1 = 50 cm x 50 cm

2 = 60 cm x 40 cm

3 = 40 cm x 40 cm

13,31 b

12,99 b

18,26 a

Koefisien Keragaman 18,93

Dosis kompos limbah media jamur merang (K)k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar k 3 = 15 ton per hektar 

13,01 c14,56 b

17,00 a

Koefisien Keragaman 9,28

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf 

5%.

Berat Kering Akar Tanaman dan Serapan Hara

Hasil analisis berat kering akar tanaman yang dilakukan oleh Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (2012) menunjukkan bahwa pada tanaman sampel pemberian

kompos dapat meningkatkan berat kering akar tanaman. Sedangkan tanaman sampel

yang diambil dari jarak tanam terapat (40 cm x 40 cm) memiliki berat akar tertinggi,

sedangkan berat akar terendah diperoleh dari tanaman sampel dengan jarak tanam 60

cm x 40 cm.

Pada setiap jarak tanam serapan hara tanaman sampel terhadap unsur nitrogen

dan kalium yang tertinggi diperoleh dari tanaman sampel yang diberi kompos 15 ton

Page 17: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 17/25

17

 per hektar. Jika dibandingkan sampel dari ketiga jarak tanam yang berbeda, tanaman

sampel dari jarak tanam 50 cm x 50 cm mendapatkan serapan hara N dan K tertinggi,

sedangkan serapan hara terendah diperoleh dari tanaman sampel dengan jarak tanam

60 cm x 40 cm.

Tabel 8. Rata-rata berat kering akar dan serapan hara per tanaman kembang kol( Brassica oleracea L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126

F1

Jarak 

tanam Dosis kompos Rata-rata Rata-rata serapan hara(ton per hektar)  berat kering akar (mg per tanaman)

(g) N K 

 j1 k1(5) 0,96 321,70 194,20

k2 (10) 1,08 340,57 222,97

k3 (15) 1,27 730,60 511,80

Rata-rata pada j1 1,00 428,54 288,08

 j2 k1 (5) 0,36 61,97 38,83

k2 (10) 0,98 248,07 151,20

k3 (15) 1,60 384,57 255,53

Rata-rata pada j2 0,98 231,53 148,52

 j3 k1 (5) 0,53 94,00 80,63

k2 (10) 1,38 188,00 136,73

k3 (15) 2,26 516,67 354,30

Rata-rata pada j3 1,39 266,22 190,56

Pembahasan

1.  Keadaan Lingkungan Awal Lokasi Percobaan serta Pengaruhnya terhadap

Kembang Kol

Tanaman kembang kol termasuk tanaman sayuran yang memerlukan hara

tinggi serta perlu kecukupan air. Oleh karena itu menurut Rukmana (1994) tanaman

kembang kol harus ditanam pada tanah dengan pengairan dan drainase yang

Page 18: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 18/25

18

memadai. Tanaman ini menyaratkan tanah harus subur, gembur dan mengandung

 banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum

(Mo) dan boron (Bo) kecuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari

 pupuk.

Lahan yang dijadikan tempat percobaan merupakan lahan sawah yang

memiliki kandungan C-organik rendah. Menurut Handayanto (1999), sistem

 pertanian bisa menjadi  sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik 

tanah lebih dari 2 %. Berdasarkan hal itu maka tanah tersebut memerlukan asupan

 bahan organik. Kompos Limbah media jamur merang memiliki kandungan N yang

sangat tinggi, P2O5 dan K 2O yang sangat rendah, tetapi yang paling penting

 penambahan kompos limbah media tanam jamur merang sebagai bahan organik 

diharapkan memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah serta menambah unsur hara

mikro.

Kompos limbah media jamur merang yang digunakan dalam penelitian ini

memiliki C/N rasio yang rendah yaitu 8,7. Hal ini menunjukkan bahwa kompos

tersebut sudah terdekomposisi dengan sempurna. Menurut Sutedjo (2008) akhir 

fermentasi rasio C/N kompos adalah sebesar 15  –  17. Sedangkan Sutanto (2002)

menyatakan bahwa bahan organik yang mengalami proses pengomposan baik dan

telah menjadi pupuk organik yang stabil mempunyai rasio C/N kurang dari 15.

Pemberian kompos dapat menurunkan suhu tanah dan meningkatkan

kelembaban tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Simamora dan Salundik (2008)

yang menyatakan bahwa salah satu fungsi kompos adalah meningkatkan kapasitas

mengikat air, sehingga sangat sesuai jika digunakan di lahan kering pada musim

kemarau.

Tipe iklim di lokasi penelitian menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson

(1951 ) yang dikutip oleh Kartasapoetra (2006) termasuk tipe iklim sedang, namun

karena percobaan ini dilakukan pada musim kemarau, maka lingkungan juga relatif 

kering. Selama percobaan hujan hanya turun satu kali yaitu pada saat tanaman

kembang kol berumur 8 hst. Suhu dan kelembaban relatif udara kurang sesuai untuk 

Page 19: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 19/25

19

 pertumbuhan tanaman kembang kol. Walaupun kembang kol kultivar PM 126 F1 ini

termasuk jenis yang adaptif di dataran rendah, tapi untuk dapat tumbuh dan

 berkembang dengan baik tanaman ini memerlukan kondisi lingkungan yang

optimum. Menurut Rukmana (1994) suhu yang ideal bagi tanaman kembang kol

adalah 15,5 sampai dengan 24oC, dengan kelembaban optimum antara 80 sampai

90%. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol tidak 

maksimal. Menurut deskripsi kembang kol kultivar PM 126 F1 memiliki tinggi

tanaman 51,1 cm sedangkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi hasil percobaan hanya

sekitar 29 cm.

Demikian juga berat bunga per tanaman pada deskripsi mencapai 1 sampai 1,5

kg sedangkan hasil percobaan berat bunga tertinggi hanya mencapai 0,59 kg. Hal

ini diduga suhu udara yang tinggi sehingga menghambat proses metabolisme

tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1992) pada suhu yang tinggi stomata akan

menutup dan menghambat masuknya CO2 ke dalam daun, sehingga terjadi penurunan

efisiensi fotosintesis. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman kembang

kol tidak maksimal.

2.  Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Kembang Kol

Dari hasil analisis, pada umumnya jarak tanam tidak berpengaruh secara

mandiri terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol, kecuali pada tinggi

tanaman 14 hst, dan berat segar bunga per petak. Tidak berpengaruhnya jarak tanam

tersebut menandakan bahwa belum terdapat kompetisi antar tanaman, sekalipun pada

 jarak tanam yang paling rapat. Pada jarak tanam yang rapat biasanya terjadi kompetisi

sinar matahari, unsur hara, air, dan ruang tumbuh. Pada masa pertumbuhan

tampaknya tidak ada kompetisi secara nyata karena tanaman kembang kol merupakan

tanaman yang pendek. Pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (jarak tanam terapat) tidak 

ada tanaman yang tajuknya saling menutupi. Selain itu kebutuhan hara terpenuhi,

serta penyiramanpun tetap dilakukan secara rutin. 

Page 20: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 20/25

20

Jarak tanam mempengaruhi berat segar bunga per petak. Jarak tanam

yang paling rapat yaitu 40 cm x 40 cm memberikan hasil tertinggi, karena

memiliki populasi yang lebih tinggi dibandingkan kedua jarak tanam lainnya.

Menurut Musa dkk. (2007) dengan pengaturan jarak tanam yang baik, maka

 pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman dan kapasitas

 penyangga terhadap peristiwa yang merugikan dapat diefisienkan.

3.  Pengaruh Dosis Kompos Limbah Media Jamur Merang terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kembang Kol

Dosis kompos mempengaruhi secara nyata seluruh variabel pengamatan.

Dosis kompos 15 ton per hektar memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik. Dari

 pengamatan penunjang berat akar tertinggi diperoleh pada tanaman sampel yang

diberikan kompos 15 ton per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian

kompos yang tinggi maka sifat fisik tanah sawah dapat diperbaiki. Faktor pembatas

dalam percobaan ini bukan unsur hara dan jumlah air yang diberikan, tetapi keadaan

lingkungan yang kering, serta sifat fisik tanah yang buruk. Dalam keadaan suhu

udara yang tinggi maka penguapanpun menjadi tinggi, sehingga seringkali air yang

diberikan akan lebih cepat menguap sebelum air terserap oleh tanah. Walaupun

setiap petakan diberikan mulsa jerami setebal 5 cm, namun pada tanah yang

memiliki struktur berat pergerakan air secara vertikal tetap lamban, sehingga

 penyerapan air oleh tanahpun menjadi lamban. Tampaknya penambahan kompos

sebagai bahan organik menyebabkan tanah sawah yang berstruktur berat menjadi

lebih remah. Infiltrasi dapat diperbaiki sehingga tanah lebih cepat dapat menyerap

air. Demikian juga aerasi tanah menjadi lebih baik karena porositas tanah bertambah

akibat terbentuknya agregat, sehingga mempermudah tumbuh kembangnya akar.

Semakin baik perkembangan akar maka semakin tinggi kemampuan

menyerap hara. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 8. Pada tabel tersebut tampak bahwa

serapan hara nitrogen dan kalium tertinggi adalah pada tanaman sampel dengan dosis

kompos 15 ton per hektar. Nitrogen dan kalium adalah unsur makro yang

Page 21: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 21/25

21

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Nitrogen berpengaruh dalam sintesis asam

amino, protein, asam nukleat, dan koenzim. Protein mempunyai fungsi penting

dalam pertumbuhan sel vegetatif tanaman sebagai katalisator dan pengatur 

metabolisme (Grunes dan Allaway, 1985). Protein merupakan bagian dari

 protoplasma, sehingga adanya unsur N akan mendorong pertumbuhan tanaman di atas

 permukaan tanah. Sedangkan kalium terlibat dalam banyak proses biokimia dan

fisiologi yang sangat vital bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, serta ketahanan

terhadap cekaman (Marshner dan Cakmak dalam Ali Munawar, 2011). Unsur kalium

esensial dalam fotosintesis karena terlibat di dalam sintesis ATP, produksi dalam

aktivitas enzim-enzim fotosintesis, penyerapan CO2 melalui mulut daun, dan berperan

selama fosforilasi di dalam kloroplas, selain itu K juga terlibat dalam pengangkutan

hasil-hasil fotosintesis dari daun melalui floem ke jaringan organ reproduktif dan

 penyimpan (buah, biji, umbi, dan lain-lain) (Havlin et al , 2005). Pada tanaman

sayuran pasokan K dapat memperbaiki ukuran, warna, dan rasa (Munawar, 2011).

4.  Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Dosis Kompos Limbah Media Jamur

Merang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kembang Kol

Terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos limbah

media jamur merang terhadap diameter bunga kembang kol.

Pada jarak tanam 50 cm x 50 cm (j1) dan 60 cm x 40 cm (j2) diameter bunga

tertinggi terdapat pada dosis kompos 15 ton per hektar, berbeda nyata dengan dosis

kompos 5 ton per hektar. Hal ini sejalan dengan serapan hara. Tabel 8 menunjukkan

 bahwa serapan hara khususnya K pada j1 dan j2 penambahan dosis kompos dari k 1 ke

k 3 menyebabkan serapan haranya meningkat. Menurut Hasan Basri Jumin (1989)

salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan hara oleh akar adalah serapan air.

Fungsi air bagi tanaman adalah sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses

hidrolitik, bagian esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman, pengatur suhu bagi

tanaman, merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik serta transport bagi garam-garam, gas dan material lainnya dalam tubuh

Page 22: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 22/25

22

tanaman (Jumin, 1989). Salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh

tanaman adalah sirkulasi udara tanah (aerasi tanah). Hal ini dapat menjelaskan

 penyebab tercapainya diameter bunga tertinggi pada dosis kompos 15 ton per hektar.

Sedangkan pada jarak tanam 40 cm x 40 cm penambahan dosis kompos tidak dapat

meningkatkan diameter bunga secara nyata. Pada saat tanaman berbunga, mulai

terjadi kompetisi dalam penggunaan ruang tumbuh. Walaupun serapan haranya

tinggi akan tetapi jarak tanamnya sempit, maka diameter bunganya tidak akan

mencapai maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2010. Jenis Tanah di kabupaten

Karawang. Karawang.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2004. Profil Komoditas Kubis. Departemen

Pertanian, Jakarta.

Laboratorium Penguji Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2012. Hasil Analisis

Tanah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991. Kesuburan Tanah. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan., Jakarta.

Gardner, F.,P.,R.B.Peace, dan R.L.Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Universitas Indonesia (UI) Press. Jakarta.

Gomes, K. A. dan A. A. Gomes. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian

Edisi Kedua (Terjemahan). UI Press, Jakarta.

Grunes. D. L. and W. H. Allaway. 1985.  Nutritional Quality of plants in Relation to

 Fertilizer Use. p : 589-616. in Englstad O. P (ed.)  Fertilizer Technology and 

Use Soil Science Society of   America Inc. Madison Wiscounsin.

Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta.

Harjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo,

Jakarta.

Page 23: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 23/25

23

Hasibuan, B. E. 2008. Pupuk Dan Pemupukan. Fakultas Pertanian , USU. Medan.

Hegde, D.M. and B.S, Dwivedi. 1993. Integrated Nutrient Supply and Managementas a Strategy To Meet Nutrient Demand  In : Fert News. 38: 49-59.

Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman, Suatu Pendekatan Fisiologis. Penerbit CV

Rajawali, Jakarta.

Kartasapoetra, AG. 2006. Klimatologi (Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan

Tanaman). Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2011. Kementan Kembangkan Sayuran Dataran Rendah.

Jawa Barat. http://www.florabiz.net/news/kemtan-kembangkan-tanaman-

sayuran-dataran-rendah.html. (Diakses tanggal 21 Pebruari 2012)

Kuswana, N. 2006. Pengaruh Kombinasi Kompos Limbah Jamur Merang dan Pupuk 

Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.)Varietas Cibogo. (Skripsi). Universitas Singaperbangsa Karawang,

Karawang.

Lingga dan Marsono. 2003. Pupuk dan Pemupukan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mariano, A.S.A. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Mulsa Jerami terhadap

Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Tanah serta Produksi Kedelai (Glycine L.

Merr). Program Studi Ilmu Tanah , Departemen Tanah, Fakultas Pertanian,

IPB, Bogor.

Munawar. 2011. Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor.

 Nasih, 2006. Kategori Pupuk. http://nasih midia

yunomo.staff.ugm.ac.id/p/002%20kat.htm (Diakses tanggal 27 maret 2010)

 Nurlenawati, N., A. Jannah, Nimih. 2011. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Varietas Prabu terhadap Berbagai Dosis

Pupuk Fosfat dan Bokashi Jerami Limbah Jamur Merang. Majalah Ilmiah

Solusi Vol 9 No. 18, Maret- Mei 2011.

Perum Jasa Tirta II. 2012. Data Curah Hujan Kecamatan Telukjambe Barat selama10 Tahun Terakhir. Purwakarta.

PT East West. 2010. Deskripsi Kembang Kol ( Brassica oleraceae var botrytis L sub

var cauliflora kultivar PM 126 F1.

Rahayu, Y.S., N.Nurlenawati, E. Fitriyah. 2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Kembang Kol (( Brassica oleracea.   L Var botrytis sub var.

Page 24: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 24/25

24

cauliflora DC ) terhadap Dosis Nitrogen dan Pupuk Kandang Sapi di Dataran

Rendah pada Musim Kemarau. Laporan Penelitian. LPPM-Unsika.

Karawang

Resiworo, D. 1992. Pengendalian Gulma dengan Pengaturan Jarak Tanam dan Cara

Penyiangan pada Pertanaman Kedelai. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu

Gulma Indonesia. Ujung Pandang.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius ,Yogyakarta.

Salisbury, B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 (Terjemahan).Penerbit ITB, Bandung.

Sarief, E.S. 1984. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Simamora, S. , Salundik. 2008. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agro Media,

Jakarta.

Simanungkalit, et al., 2006. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian .

Supardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor.

Susila, A. D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Agroforestry andSustainable Vegetable Production in Southeast Asian Wathershed Project

.SANREM- CRSP- USAID.

Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.

Sutedjo, MM. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyatno, P.T. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Kompos Limbah

Media Jamur Merang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang

Hijau (Vigna radiata L). Varietas Walet. Skripsi. UniversitasSingaperbangsa Karawang.

Syekhfani. 2002. Peran Bahan Organik Dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan.

Pelatihan Pembentukan Wirausaha Pupuk Bokashi, Pakan Ternak, danIndustri Batako Berbasis Pemanfaatan Sampah Kota. Malang, 29 Juni  –  10

Juli 2002.

Page 25: Artikel Solusi

7/16/2019 Artikel Solusi

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 25/25

Umboh, H.A. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.