mobilitas penduduk
TRANSCRIPT
DASAR-DASAR ILMU KEPENDUDUKAN
MAKALAH
MOBILITAS PENDUDUK
KELOMPOK V:
Laela Diky Eka Putri (G1B012074)
Helistia Yuniarni (G1B012076)
Sidiq Dwi Pamungkas (G1B012077)
Ikha Solikha (G1B012079)
Denada Labda P. (G1B012083)
Arvita Kumala Sari (G1B012084)
Anggita Purnamasari (G1B012085)
Putri Sahati Utami BR. M. (G1B012086)
Citra Yunila Lestari (G1B012087)
Muhammad Adiyaksa F. (G1B012093)
Moh. Iqbal Agung Prabowo (G1B012096)
Natasya Dea P. (G1B012099)
Awwalina Zulfa H. (G1B012100)
Elia Umami (G1B012101)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilitas penduduk yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain.
Mobilitas dibedakan 2 yaitu mobilitas non permanen (tidak tetap) dan mobilitas permanen
(tetap). Apabila perpindahan bertujuan untuk menetapkan di daerah tujuan maka disebut
migrasi. Jadi migrasi artinya perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain untuk
menetap.
Jenis-jenis mobilitas permanen (migrasi):
a. Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.
b. Transmigrasi, yatiu perpindahan penduduk dari pulau yang padat ke pulau yang kurang
padat penduduknya. Transmigrasi diatur oleh pemerintah.
c. Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari satu negara ke negara lain.
d. Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk suatu negara untuk masuk ke negara lain.
e. Remigrasi, yaitu kembalinya penduduk ke negara asalnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk:
a. Faktor dari daerah asal yang disebut faktor pendorong seperti adanya bencana alam,
panen yang gagal, lapangan kerja terbatas, kemanan terganggu, dan kurangnya sarana
pendidikan.
b. Faktor yang ada di daerah tujuan yang disebut faktor penarik seperti tersedianya lapangan
kerja, upah tinggi, tersedia sarana pendidikan, kesehatan dan hiburan.
c. Faktor yang terletak di antara daerah asal dan daerah tujuan yang disebut penghalang.
Yang termasuk faktor ini misalnya jarak, jenis alat transport dan biaya transport. Jarak
yang tidak jauh dan mudahnya transportasi mendorong mobilitas penduduk.
d. Faktor yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor ini sangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan mobilitas atau tidak. Contoh faktor
individu ini antara lain umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
Perhatikan skema di bawah ini.
Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk.
B. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui pengaruh dari Mobilitas Penduduk terhadap
Kesehatan Masyarakat serta pemecahan dari masalah yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mobilitas Penduduk
Secara garis besar, mobilitas penduduk dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas vertikal dan
mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal adalah semua gerakan penduduk dalam usaha
perubahan status sosial. Contohnya, seorang buruh tani yang berganti pekerjaan menjadi
pedagang termasuk gejala perubahan status sosial. Begitu pula, seorang dokter gigi beralih
pekerjaan menjadi seorang aktor film juga termasuk mobilitas vertikal. Sedangkan mobilitas
horizontal adalah semua gerakan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu dalam
periode waktu tertentu. Batas wilayah yang umumnya adalah batas adminitrasi, seperti
provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan. Mobilitas horizontal dibagi menjadi dua, yaitu
mobilitas permanen dan mobilitas nonpermanen.
1. Mobilitas Permanen
Mobilitas permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas permanen secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu migrasi internasional dam migrasi dalam negeri.
- Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain
dengan tujuan menetap. Perhatian para analis demografi cukup besar pada migrasi
internasional. Hal itu dikarenakan selain datanya lebih lengkap juga karena sering
menimbulkan ketegangan sosial. Seringkali terjadi pertentangan antara orang-orang
dengan latar belakang kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Migrasi internasional
merupakan masalah politik pada tingkat nasional. Sebab-sebab terjadinya perpindahan
dapat karena secara paksa atau mengungsi. Pada rentang waktu tahun 1953 – 1960
perpindahan terjadi karena ketegangan politik antara negara yang satu dengan yang lain.
Migrasi internasioanal meliputi:
a. Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan
menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran.
b. Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang
melakukan emigrasi disebut emigran.
c. Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya.
- Migrasi Dalam Negeri, merupakan gerakan perpindahan penduduk dari suatu tempat
ketempat lain melintasi wilayah provinsi atau kabupaten dalam wilayah negara. Migrasi
nasional meliputi:
a. Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduk ke pulau
yang jarang penduduknya di dalam wilayah republik Indonesia. Transmigrasi pertama
kali dilakukan di Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal
dengan nama kolonisasi.
b. Urbanisasi, yaitu perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Terjadinya
urbanisasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
- Ingin mencari pekerjaan, karena di kota lebih banyak lapangan kerja dan upahnya
tinggi.
- Ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
- Ingin mencari pengalaman di kota.
c. Rulasasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa dengan tujuan menetap.
Ruralisasi merupakan kebalikan dari urbanisasi.
- Evakuasi, selain migrasi internasional dan migrasi nasional (dalam negeri), ada jenis
perpidahan penduduk lain suatu negara ke negara lain atau daerah satu ke daerah lain
untuk menghindari suatu bahaya yang mengancam (peperangan, bencana alam, atau
wabah penyakit). Contohnya sebagai berikut.
a. Perpindahan penduduk sekitar lereng gunung Merapi menuju ke kawasan-kawasan
sekitarnya guna menghindari dampak letusan gunung merapi.
b. Perpindahan penduduk Irak ke Yordania akibat peperangan.
Migrasi penduduk dalam negeri menyebabkan perpindahan penduduk secara besar-
besaran baik di negara maju maupun negara berkembang. Perpindahan penduduk dari
desa ke kota merupakan komponen utama dari migrasi dalam negeri sehingga dianggap
sebagai satu bagian dari proses modernisasi yang tidak dapat dipisahkan. Jenis migrasi
dalam negeri yang menarik untuk dibahas adalah transmigrasi. Hal ini disebabkan
masalah transmigrasi khususnya di Indonesia merupakan bagian penting dalam era
pembangunan.
2. Mobilitas Nonpermanen (Sirkuler)
Mobilitas Nonpermanen merupakan gerakan penduduk dari satu wilayah satu ke wilayah
lain dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas nonpermanen disebut
juga dengan sirkulasi. Dan beberapa hasil penelitian mobilitas penduduk yang dilakukan di
Jawa oleh Suharso (1976), Hugo (1975), Koenjaraningrat (1957), dan Matras (1978),
ditemukan bahwa mobilitas penduduk nonpermanen lebih banyak terjadi daripada mobilitas
penduduk permanen. Hal ini disebabkan, antara lain faktor sentrifugal dan sentripetal;
perbaikan sarana transportasi serta kesempatan kerja di sektor informal lebih besar dibanding
sekitar formal.
Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang terdapat di suatu wilayah yang mendorong
penduduk untuk meninggalkan daerahnya. Sementara itu, kekuatan sentripetal adalah
kekuatan yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di daerahnya. Kedua kekuasaan ini
tarik-menarik. Kurangnya kesempatan kerja di bidang pertanian, nonpertanian, dan
terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada mendorong orang untuk pergi ke daerah yang
tersedia fasilitas yang lebih lengkap. Hal-hal yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di
desa, antara lain sebagai berikut.
1. Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan di antara warga desa yang sangat erat.
2. Adanya sistem gotong-royong yang kuat di pedesaan.
3. Penduduk sangat erat dengan tanah pertaniannya.
4. Warga desa terikat pada desa tempat mereka tinggal.
Adanya kekuatan yang terik-menarik tersebut mengakibatkan penduduk yang
bersangkutan melaksanakan mobilitas sirkuler. Mobilitas sirkuler, yaitu meinggalkan daerah
tempat tinggalnya untuk memperbaiki perekonomiannya tanpa mempunyai tujuan menetap di
daerah tujuan. Dorongan untuk melaksanakan mobilitas sirkuler dipengaruhi oleh adanya
perbaikan sarana transportasi yang menghubungi antardesa dan kota. Sebelumnya, penduduk
desa yang bekerja di kota terpaksa mondok di kota, tetapi setelah jalan-jalan diperbaiki dan
banyaknya kendaraan umum, mereka mejadi pengalaju (malaju; pagi berangkat ke kota sore
pulang ke desa).
Kesempatan kerja di sektor imformal lebih besar dibanding sektor formal. Proses
urbanisasi di Indonesia tidak diikuti oleh perluasan lapangan pekerjaan dan upah yang rendah
tidak menentu. Kecilnya pendapatan migran dari desa yang bekerja di kota dan tingginya
biaya hidup di kota, tidaklah mungkin bagi mereka untuk betempat bersama keluarganya di
kota. Hal ini yang menyebabkan menjadi pengalaju.
B. Dampak Mobilitas Penduduk
Kegiatan migrasi juga memberikan dampak positif maupun negatif. Beberapa dampak
positif dari kegiatan secara umum, antara lain:
1. Meningkatkan kesejahteraan penduduk secara umum.
2. Menambah pengalaman hidup dan pengetahuan
3. Membantu kesempatan kerja dan usaha.
4. Membantu program pemerataan pembangunan di daerah-daerah.
5. Meningkatkan persatuan dan kesatuan serta memperkukuh pertahanan dan ketahanan
negara.
Selain dampak positif, migrasi juga menimbulkan beberapa dampak negatif, diantaranya
sebagai berikut:
1. Kurangnya perlindungan bagi para migran, terutama bagi TKI yang bekerja diluar negeri
sehingga menimbulkan permasalahan bagi negara.
2. Menimbulkan masalah di daerah tujuan, terutama bagi mereka yang tidak berbekal
keterampilan.
Urbanisasi memiliki dampak negatif dan dampak positif bagi desa yang ditinggalkan serta
menimbulkan dampak negatif bagi kota yang dituju.
Dampak negatif urbanisasi bagi desa adalah:
a) tenaga kerja usia muda berkurang,
b) produksi pertanian menurun, dan
c) pembangunan terhambat.
Dampak positif urbanisasi bagi desa adalah:
a) jumlah pengangguran di desa berkurang dan
b) taraf hidup penduduk di desa meningkat.
Dampak negatif urbanisasi bagi kota adalah:
a) banyak berdirinya rumah-rumah kumuh;
b) tingkat pengangguran di kota semakin tinggi;
c) pengangguran yang tinggi berpengaruh terhadap tingkat kejahatan yang tinggi. Seperti
perampokan, penjambretan dan penipuan;
d) kepadatan penduduk di kota semakin meningkat; dan
e) kepadatan penduduk berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, seperti
pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran suara.
Untuk menghindari dampak negatif dari urbanisasi, maka harus dilakukan upaya untuk
menanggulanginya. Usaha pemerintah untuk mengurangi terjadinya peningkatan urbanisasi
di kota adalah:
1. melakukan pembangunan di daerah-daerah,
2. meningkatkan sarana transportasi di desa,
3. meningkatkan sarana komunikasi di desa,
4. meningkatkan kegiatan industri kecil di desa untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak,
5. menambah fasilitas seperti fasilitas pendidikan, perumahan, dan kesehatan.
Dampak yang ditimbulkan dari migrasi, beberapa usaha yang telah ditempuh oleh
pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat migrasi, antara lain:
1. Mengidentifikasi program KB.
2. Mengidentifikasi program transmigrasi agar tidak terjadi pemusatan kepadatan penduduk.
3. Menggalakkan program modernisasi desa.
4. Menempatkan lokasi-lokasi industri yang ada ke pedesaan atau pinggiran kota.
5. Menggiatkan pembangunan pedesaan sehingga tidak terlalu jauh dengan keadaan kota.
6. Menciptakan peluang kerja dan berusaha di desa.
7. Disentralisasi pembangunan ke daerah-daerah melalui otonomi daerah.
8. Mengintensifkan usaha-usaha pertanian.
9. Meningkatkan keterampilan masyarakat desa.
C. Pengaruh Mobilitas Penduduk Terhadap Kesehatan Masyarakat dan Solusinya
Kesehatan masyarakat sangat erat kaitannya dengan lingkungan. Seiring dengan mobilitas
penduduk yang tinggi, maka kebutuhan sarana pengangkut para komuter semakin besar
jumlahnya. Kendaraan bermotor merupakan alternatif yang efektif sebagai sarana pengangkut
apabila ditinjau dari kenyamanan dan kecepatannya. Sisa pembakaran bahan bakar minyak
yang digunakan kendaraan bermotor ini berupa gas karbon dioksida (CO2), gas sisa
pembakaran kendaraan ini bersifat beracun (toxic) apabila dihirup oleh manusia, sehingga
dianggap polusi. Tingginya polusi akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Jumlah penduduk kota yang besar serta pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat
kawasan hijau atau green belt yang seharusnya menjadi penetral dari gas karbon dijadikan
sebagai kawasan hunian atau kawasan yang dianggap bernilai ekonomi tinggi lainnya.
Perubahan tata guna lahan menjadi masalah yang patut diperhatikan. Banyak daerah hijau
(green belts) telah menjadi daerah industri atau daerah pemukiman, keadaan ini berpengaruh
terhadap kehidupan dan lingkungan. Pencemaran udara, pencemaran suara dan pencemaran
air akan melanda kota apabila masalah ini tidak mendapat perhatian dan pengaturan melalui
program-program perencanaan kota.
Tanaman melalui fotosintesis, akan merubah gas karbon dioksida yang bersifat racun
menjadi oksigen yang bisa digunakan manusia untuk bernafas. Oleh karena itu, penghijauan
dan kepedulian terhadap taman kota harus ditingkatkan. Kesadaran akan lingkungan demi
kesehatan harus diterapkan kepada semua kalangan dan usia baik individu atau masyarakat.
Salah satu jenis mobilitas penduduk adalah urbanisasi, yaitu perpindahan masyarakat dari
desa ke kota. Kecepatan urbanisasi di Indonesia tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a. Tingkat pendidikan
b. Tingkat kesehatan masyarakat
c. Latar belakang pertanian di daerah pedesaan
d. Kondisi geografis
e. Fungsi serta peranan kota-kota sebagai faktor penarik.
Banyaknya penduduk di kota menyebabkan pemerataan penduduk yang tidak seimbang.
Akibatnya terjadi desentralisasi atau pembangunan yang lebih berpusat pada kota-kota
tertentu saja, tidak merata di wilayah negara Indonesia. Urbanisasi juga menyebabkan
banayak masalah di kota-kota besar, seperti kemacetan lalu lintas, pergeseran fungsi lahan,
kurangnnya air bersih, dan timbulnya permukiman kumuh. Hal ini biasanya disebabkan
banyak penduduk berpindah dari desa ke kota hanya bemodalkan nekat tanpa skill untuk
mencari apalagi menciptakan lapangan pekerjaan karena pada umumnya penduduk desa
memiliki tingkat pendidikan lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat kota.
Penekanan angka urbanisasi dapat diatasi dengan menciptakan lapangan pekerjaan oleh
pemerintah di desa-desa. Untuk program pemerintah seperti transmigrasi diupayakan agar
daerah tujuan transmigrasi tidak terlalu jauh dari prasarana umum. Hal ini merupakan tugas
pemerintah juga untuk memeratakan prasarana umum, tidak hanya di pusat-pusat kota,
sehingga banyak penduduk yang berminat untuk mengikuti program transmigrasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Mobilitas penduduk yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain.
Mobilitas dibedakan 2 yaitu mobilitas non permanen (tidak tetap) dan mobilitas permanen
(tetap). Apabila perpindahan bertujuan untuk menetapkan di daerah tujuan maka disebut
migrasi. Jadi migrasi artinya perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain untuk
menetap.
Salah satu jenis mobilitas penduduk adalah urbanisasi, yaitu perpindahan masyarakat dari
desa ke kota. Kecepatan urbanisasi di Indonesia tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a. Tingkat pendidikan
b. Tingkat kesehatan masyarakat
c. Latar belakang pertanian di daerah pedesaan
d. Kondisi geografis
e. Fungsi serta peranan kota-kota sebagai faktor penarik.
Dampak yang ditimbulkan dari migrasi, beberapa usaha yang telah ditempuh oleh
pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat migrasi, antara lain:
1. Mengidentifikasi program KB.
2. Mengidentifikasi program transmigrasi agar tidak terjadi pemusatan kepadatan penduduk.
3. Menggalakkan program modernisasi desa.
4. Menempatkan lokasi-lokasi industri yang ada ke pedesaan atau pinggiran kota.
5. Menggiatkan pembangunan pedesaan sehingga tidak terlalu jauh dengan keadaan kota.
6. Menciptakan peluang kerja dan berusaha di desa.
7. Disentralisasi pembangunan ke daerah-daerah melalui otonomi daerah.
8. Mengintensifkan usaha-usaha pertanian.
9. Meningkatkan keterampilan masyarakat desa.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Nurmala. 2009. Geografi 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
Endarto, Danang. 2002. Mengkaji Ilmu Geografi 2. Jakarta: Erlangga.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_011762_chapter2.pdf (diakses pada tanggal
14 April 2013)