mn, cu, cl, mo.docx
TRANSCRIPT
Keterkaitan Unsur Mn, Cu, Cl, dan Mo Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Mangan (Mn)
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein,
karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs,
dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi dibutuhkan
dalam sintesis klorofil.
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat
diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn
dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain
yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan
silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan
rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro
magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan
batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar
Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++
atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan
pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn.
Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan sebagai koenzim,
sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan
fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tunbuhan
yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan
mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam
pemecahannyamenjadi hidrogen dan oksigen.
Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang
dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mengsubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn
dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan
oleh Hewith pada tahun 1948.
Kadar normal dalam tanaman berkisar antara 20-500 ppm. Kekurangan Mn biasanya
terjadi bila kadarnya dalam bagian atas menjadi 15-25 ppm. Mangan diabsorpsi tanaman dalam
bentuk ion mangano, Mn2+ dan juga dalam bentuk molekul senyawa kompleks organik. Bentuk-
bentuk ini dapat juga diserap melalui daun.
Mangan tidak mobil dalam tanaman sehingga gejala defisiensinya muncul mula-mula
pada bagian yang muda. Pada tahap pendahuluannya gejalanya berupa chlorosis diantara
tulang-tulang daun.
Pada tanah-tanah yang masa dimana biasanya kadar Mn tinggi, tanaman akan
keracunan. Daun-daun akan mengkerut ataupun timbul bercak-bercak keratan pada daun.
Terlihatnya Mn dalam fotosintesis terutama adalah pada evaluasi O2. Mn juga berperan
dalam proses-proses oksidasi reduksi dan reaksi-reaksi dekarboksilasi dan hidrolisis. Mn juga
dapat mengganti Mg dalam banyak reaksi fosforilasi dan reaksi-reaksi tranfer. Mn juga
dilukiskan dalam banyak reaksi enzym dalam siklus asam sitrat. Dalam hal transformasi enzym
Mn sama efektif seperti Mg. Mn mempengaruhi kadar enzym dalam tanaman dan nampaknya
kadar Mn tinggi mendorong pemecahan dari indolencetic acid (IAA). Mn juga merupakan
aktivator khusus dari enzym prolidase dan glutamyl transferase.
Defisiensi unsur Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada
daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua,
pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada
bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.
Akhir-akhir ini diketemukan bahwa Mn mempunyai peranan dalam salah satu proses
fotokimia seperti reaksi Hill. Penelitian-penelitian Australia menemukan bahwa Mn merupakan
bagian dari chloroplast tomat. Dalam usaha mengisolasi Mn dari chloroplast dengan
konsentrasi KCN yang tinggi ternyata reaksi Hill terhalang sama sekali. Dari kenyataan ini
disimpulkan bahwa Mn secara langsung mengambil bagian di dalam reaksi Hill pada
chloroplast.
Mn seperti halnya dengan unsur-unsur mikro yang lain dibutuhkan dalam jumlah yang
kecil sedangakan dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun. Cara mengatasinya biasanya
dengan jalan pengapuran sampai pH 5.5.
Tembaga (Cu)
Kadar normal Cu jaringan tanaman berkisar antara 5-20 ppm. Defisiensi muncul bila
kadarnya menjadi lebih kecil dari 4 ppm dalam bahan kering. Tembaga diambil tanaman dalam
bentuk ion kupri Cu2+, dan juga dalam bentuk molekul kompleks organik. Bentuk-bentuk ini
(garam-garam Cu dan Cu kompleks) dapat juga diambil melalui daun, sehingga untuk
mengatasi kekurangan Cu biasanya dilakukan penyemprotan pada daun.
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk
senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan
Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem
maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu
dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.
Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S),
kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit
[(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit
[(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa
ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu
atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase,
asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat,
berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara
simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain :
pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun
lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan
tangkai daun lemah.
Kekurangan Cu biasanya dijumpai di tanah-tanah organosol tetapi juga pada tanah-
tanah berkapur dan berpasir kuarsa. Tanaman yang biasanya respons terhadap pemupukan Cu
ialah bit, clover, carrots, jagung, gandum, dan pohon buah-buahan. Gejala defisiensinya untuk
tiap jenis tanaman berbeda. Pada tanaman jagung daun-daun termuda berwarna kuning dan
pertumbuhannya tertekan, dan apabila keadaan kekurangan makin parah maka daun-daun
yang muda menjadi putih pucat sedangkan daun yang tua mati. Pada tingkat yang lebih lanjut
jaringan-jaringan pada ujung-ujung dan tepi daun mati dan memberikan gejala kekurangan Cu
mula-mula berupa warna pucat dari daun-daun muda dan ujung-ujungnya mati. Sedangkan
banyak tanaman sayuran yang kekurangan Cu memperlihatkan tanah layu, kemudian timbul
bercak-bercak hijau kebiruan, menjadi chlorotik, mengeriting dan bunga-bunga biasa tidak
terbentuk.
Cu berfungsi sebagai aktivator untuk berbagi enzym yang meliputi tyrosinase, laktase,
oksidase asam askorbat. Juga berfungsi pada photosynthetic electron transport dan dalam
pembentukkan nodule (tidak langsung. Cu juga berperan membantu kelancaran proses
fotosintesis. Pembentuk klorofil , dan berperan dalam fungsi reproduksi.
Kekurangan Cu dapat menyebabkan akumulasi besi pada tanaman jagung dan
terutama pada nodenya. Seperti halnya dengan besi dan Mn, jumlah Cu yang harus ada di
dalam tanaman harus dihubungkan dengan jumlah logam-logam berat yang lain. Hal ini
mungkin lebih penting daripada jumlah absolutnya, agar tanaman dapat berfungsi dengan baik.
Selain itu kekurangan Cu dapat menyebabkan daun berwarna hijau kebiruan , tunas daun
menguncup dan tumbuh kecil , pertumbuhan bunga terhambat.
Molibdenum (Mo)
Kadar normal dalam bahan kering tanaman adalah kurang dari 1 ppm, tetapi kurang dari
0.2 ppm tanaman akan kekurangan Mo. Tetapi dalam kasus-kasus ekstrim kadar Mo dalam
tanaman dapat mencapai 1000-2000 ppm. Kadar Mo dalam nodule kacang-kacangan dapat
mencapai 10 kali kadarnya dalam daun.
Peranan Mo sebagai unsur essensiil baru saja ditetapkan dibandingkan dengan unsur-
unsur lain. Mo mungkin sekali diambil tanaman dalam bentuk MoO42-. Dibutuhkan dalam jumlah
yang sangat kecil, dan kelebihan sedikit saja dapat bersifat racun bagi ternak yang memakan
bahan hijauan hasil perlakuan Mo. Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah
nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.
Kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pemupukan Mo terutama disebabkan karena
jumlah yang terlalu kecil. Di Australia biasanya hanya dicampur 24 oz oksida Molibdat dengan
2240 lb superfosfat. Untuk mendapatkan suatu campuran yang meratapun merupakan suatu
masalah.
Gejala defisiensinya banyak dikemukakan pada berbagai tanaman dan biasanya dimulai
dengan gejala chlorosis diantara tulang-tulang daun. Pada tanaman polong-polongan daun-
daun biasanya menjadi kuning pucat dan pertumbuhannya tertekan. Gejala ini juga merupakan
ciri khas dari kekurangan nitrogen. Hal ini disebabkan karena Mo dibutuhkan oleh Rhizobium
untuk fiksasi N. Mo juga dibutuhkan oleh tanaman-tanaman bukan polong-polongan, untuk
reduksi nitrat.
Kekurangan Mo akan menggangu fiksasi nitrogen, asimilasi nitrogen dan reduksi nitrat yang
berarti mengganggu sintesa asam-asam amino dan protein. Mo juga mempengaruhi akumulasi
nitrat dan menekan aktivitas oksidase asam askorbat dan merupakan aktivator bagi enzym
reduksi nitrat dan oksidase xanthine. Kekurangan Mo pada tanaman akan ditunjukkan dengan
munculnya klorosis di daun tua , kemudian menjalar ke daun muda. Sedangkan apabila terjadi
kelebihan unsur Mo tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium.
Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif
besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang
memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar
Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral
lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O.
Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah
organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa
organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang
disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena
dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan
xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N.
Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan
pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah.
Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila
defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun
lebih dominan.
Chlor (Cl)
Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat
diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam
tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman
adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah
tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber
Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan
defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai
pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak
seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap
hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis,
khususnya dalam evolusi oksigen.
Adapun defisiensi klor adalah antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala
wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun
berbentuk mangkuk.
Kadar Cl dalam tanaman biasanya berkisar antara 0.2 – 2 %, tetapi kadar 10% tidak
biasa ditemukan. Chlor diabsorpsi tanaman dalam bentuk Cl- dan baru saja ditetapkan sebagai
unsur essensiil (pertengan 1950). Brom dalam konsentrasi yang agak tinggi dapat mengganti
sebagian fungsi dari chlorseperti halnya antara natrium dengan kalium.
Didalam tanaman, kelebihan Cl ditunjukkan dalam keterlibatannya dalam osmosis
(pergerakan air atau zat terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman
untuk mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis. Sedangkan kekurangannya Cl dapat
menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-
sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga.
Hingga saat ini kekurangan chlor terbanyak dikenal dalam penelitian dengan kultur hara
di rumah kaca. Tetapi beberapa tanaman dilapangan menunjukkan respons terhadap unsur ini,
seperti tembakau, tomat, lobak, kol, bit, gandum, jagung, kentang, kapas, carrots dan erces.
Chlor dalam jumlah yang berlebihan dapat merusak tanaman seperti pada tembakau
dan kentang. Untuk kedua specien ini, daun-daun menebal dan cenderung menggulung. Dalam
keadaan yang berlebihan ini, maka kwalitas penyimpanan dari kentang dan kwalitas bakar dari
tembakau akan berkurang.
Gejala defisiensi chlor sukar dikenal. Dikatakan bahwa tanaman yang kekuranagn chlor
memperlihatkan warna daun seperti perung. Pada percobaan dengan kultur hara di rumah
kaca, kekurangan chlor menekan perkembangan akar. Pengetahuan tentang fungsi chlor dalam
nutrisi tanaman relatif belum ada. Cl belum ditemukan dalam hasil metabolisme sehingga
peranannya diduga erat kaitannya dengan tekanan osmotik cairan sel, dan kemungkinan dalam
hubungan dengan peranan netralisasi dari kation yang berdampak pada proses-proses biokimia
dan biofisik. Cl juga dapat menjadi counter ion pada saat kadar K+ meningkat, jadi dengan
demikian menjaga turgar daun dan bagian tanaman yang lain. Cl juga ternyata berperan dalam
evolusi O2 pada photosystem II dalam proses photosintesa. Serapan NO3- dan SO4
= dapat
berkurang karena bersaing dengan Cl-.
http://wedang-kopi-item-manis.blogspot.com/2011/11/pengaruh-unsur-hara-terhadap-
tanaman.html
http://mentari-dunia.blogspot.com/2013/01/makalah-managemen-unsur-hara-
tanaman.html