misoprostol
DESCRIPTION
fdbnfgxjnytydjtedykm fjhnfgbczxhk skjyhfuieh dkjsx dfgbdfh dfghtrsh cTRANSCRIPT
Ringkasan Misoprostol
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 1
Tutor 6
Amartiwi (220110100065)
Putri Fatma K (220110100005)
Melia Rahmayanti (2201101000 )
Rd.Gita Mujahidah (2201101000 )
Putri Utami (2201101000 )
Putri Yani Lubis (2201101000 )
Vrian Agus Ramdhan (2201101000 )
Dina Sonyah (2201101000 )
Sri Hadiyani (2201101000 )
Desi Mayangsari (2201101000 )
Fitri Putri (2201101000 )
Indah Robiatul Adawiah( 2201101000 )
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
MISOPROSTOL
1. Deskripsi
Misoprostol merupakan analog prostaglandin E1 sintetik yang dipasarkan dalam dua bentuk
sediaan yaitu tablet 100 μg dan 200 μg. Nama kimianya adalah Methyl 7-{3-hydroxy-2-[(E)-4-
hydroxy-4-methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopentyl}heptanoate, dengan berat molekul 382,5 g/mol.
Misoprostol bersifat stabil dan larut dalam air. Formula empirisnya adalah C22H38O5. Struktur
kimia misoprostol adalah sebagai berikut
Pada organ reproduksi wanita, prostaglandin E1
merangsang kontraksi uterus. Sensitivitas uterus meningkat
dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada serviks,
misoprostol menyebabkan peningkatan aktivitas kolagenase
dan mengubah komposisi proteoglikan sehingga menyebabkan
pelembutan dan penipisan serviks. Di bidang obstetri-
ginekologi, efek ini dimanfaatkan untuk aborsi elektif, induksi persalinan, dan untuk evakuasi
uterus dalam kasus kematian janin intrauterin. Efek kontraksi uterus juga bermanfaat untuk
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum. Walaupun tidak satupun dari indikasi obstetri
ini yang telah diakui oleh FDA (Food and Drug Administration), namun pemakaian off-label
dapat dibenarkan dalam kondisi tertentu.
2. Indikasi
Pada dasarnya misoprostol diindikasi untuk pencegahan dan pengobatan ulkus lambung
akibat pemakaian antiinflamasi non steroid. Indikasi ini didasarkan pada efeknya yang
merangsang sintesis mukus dan bikarbonat di lambung dan mengurangi produksi asam lambung.
3. Kontra indikasi
a. Kehamilan, masa menyusui
b. Hipersensitivitas
c. Penyakit radang usus
d. Penyakit pembuluh darah serebral atau koroner (pelemasan otot-otot polos pembuluh
darah hipotensi)
4. Dosis
5. Cara kerja obat
Konsentrasi asam misoprostol didalam plasma mencapai puncak setelah kira-kira 30
menit dan akan menurun dengan cepat. Bioavailibilitas misoprostol menurun apabila
diberikan bersamaan dengan makanan atau pada pemberian antasid.1 Setelah pemberian per
oral, asam misoprostol mencapai kadar puncak (Tmaks) setelah 12±3 menit dengan waktu
paruh 20-40 menit. Misoprostol terutama mengalami metabolisme di hati tetapi tidak
menginduksi sistem enzim sitokrom hepatik P-450 sehingga interaksinya dengan obat-obat
lain dapat diabaikan.2 Misoprostol diekskresikan melalui ginjal sekitar 80% dan melalui
feses 15%. Sekitar 1% dari metabolit aktif akan diekskresikan juga di dalam urin
6. Cara pemberian obat
Misoprostol dapat diberikan secara
a. Oral
Absorbsi terjadi sangat cepat, tetapi yang paling cepat bila misoprostol diberikan
secara oral (mencapai konsentrasi puncak setelah 12 menit, waktu paruh 20-30
menit).
b. Sublingual
c. Vaginal maupun rektal.
Misoprostol yang diberikan melalui vagina membutuhkan waktu lebih lama untuk
bekerja, memiliki nilai puncak lebih rendah (konsentrasi puncak setelah 60 menit),
tetapi efeknya lebih menetap. Jika misoprostol diberikan pervaginam, maka efek pada
saluran reproduksi akan meningkat sedangkan di saluran cerna akan menurun. Jika
tablet misoprostol diletakkan di forniks posterior vagina, konsentrasi asam
misoprostol di dalam plasma mencapai puncak setelah dua jam dan menurun dengan
perlahan
Rute pemberian misoprostol Onset Reaksi Lama Reaksi
Oral 8 menit 2jam
Sublingual 11menit 3jam
Vaginal 20menit 4jam
Rektal 100menit 4jam
7. Efek samping
a. Diare (4.1%) namun biasanya ringan dan sembuh dengan sendirinya
b. Mual dan muntah juga sering terjadi (10,2%) dan akan menghilang dalam 2 hingga 6 jam.
c. menggigil (17,3%)
d. nyeri abdomen/kram perut (79,6%)
e. nyeri kepala (7,1%)
f. demam, dan kulit kemerahan
g. Kram perut pada induksi abortus seringkali dirasakan lebih berat dibandingkan nyeri
pada saat haid.
h. Efek teratogenik misoprostol pada manusia umumnya terjadi pada percobaan aborsi yang
gagal. Diduga kontraksi uterus akibat pemakaian misoprostol menyebabkan perdarahan
pada janin dan pada plasenta sehingga mengurangi suplai darah dan mengakibatkan
hipoksia dan hipoperfusi plasenta, yang berakhir pada kelainan bawaan.
8. Aspek legal dan penggunaan misoprostol pada keadaan khusus
a. Berdasarkan aspek legal, misoprostol tidak dapat digunakan pada kehamilan karena
sampai saat ini misoprostol hanya diregistrasikan untuk penatalaksanaan ulkus gaster dan
duodenal yang refrakter terhadap antagonis H2-reseptor.13
b. Di bidang obstetrik, misoprostol diberikan untuk induksi pada aborsi trimester pertama
dan kedua, menginduksi persalinan pada trimester ketiga, dan mengendalikan HPP. Tidak
satupun dari penggunaan diatas disetujui oleh FDA.
c. Dosis yang digunakan adalah dosis yang tepat dan terbagi. Pemberian dimulai dengan
dosis terkecil yang memberikan reaksi efektif (lihat grafik keamanan dosis: hindari dosis
inefektif dan dosis bahaya)
- Dosis akumulatif dalam 12 jam tidak lebih dari 2000 ug
- Sebelum pemberian misoprostol selalu dilakukan konseling dan informed consent
tindakan jika terjadi efek samping, komplikasi dan kegagalan induksi.
- Untuk trimester ke-3, pemberian misoprostol harus disertai dengan fasilitas
pengawasan yang ketat dan akses untuk memungkinkan tindakan operasi segera
(kurang dari 30 menit).
- Misoprostol tidak boleh digunakan pada kasus dengan resiko (lihat kontraindikasi dan
kondisi yang perlu perhatian).
d. Pada abortus infeksiosa. Walaupun secara teori memungkinkan menggunakan
misoprostol sebagai regimen tunggal untuk induksi pada kasus-kasus ini, namun pada
abortus infeksiosa dan missed abortion: sering kali telah terjadi perlekatan dalam kavum
uteri, hingga penggunaan misoprostol tidak cukup untuk mengeluarkan seluruh jaringan.
Kondisi ini meningkatkan resiko sepsis.
9. Merk dagang
a. Cytotec Misoprostol 200mcg
b. Arthrotec atau Artrotec 50 atau 75
c. Cyprostol
d. Gymiso
e. Mibetec
10. Cara penyimpanan obat
Berikut ini tips penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan di rumah:
a. Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang mudah terlihat agar
mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat yang kosong ditempat itu dan
simpan obatnya pada tempat yang tidak mudah dijangkau anak-anak
b. Simpan sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada suhu kamar
yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan terhadap cahaya maka dapat digunakan
botol bewarna coklat atau botol plastik yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus
disimpan di lemari pendingin tapi jangan disimpan di freezer.
c. Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena pada etiket obat
tersebut tertera cara penggunaan dan informasi penggunaan obat yang penting. Ini penting
agar Anda selalu mengetahui keterangan obat dengan lengkap.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
Simpan obat dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan jangan terkena sinar
matahari langsung karena obat akan rusak jika terkena sinar matahari langsung. Jangan
menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas atau lembab karena dapat menyebabkan obat
tersebut rusak.
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali disebutkan pada
etiket atau kemasan obat
Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan suhu
dapat merusak obat
Sebelum minum obat selalu lihat tanggal kadaluarsa pada kemasan obat dan jangan
simpan obat yang telah kadaluarsa, apalagi sampai mencampur obat kadaluarsa dengan
obat yang masih baik
Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah
Jadi, ingatlah bahwa menyimpan obat secara aman, bukanlah hal yang remeh.
Kenyataannya, tidaklah jarang terjadi seseorang mengalami keracunan obat akibat salah
minum obat, atau meminum obat yang sudah rusak.
Daftar Pustaka
Schmitz, Gery. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi : 3. Alih Bahasa : Joseph I Sigit,
Amalia Hanif. Jakarta : EGC
Deglin, Judith Hopfer dkk. 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta:EGC
PENGGUNAAN MISOPROSTOL DI BIDANG OBSTETRI DAN GINEKOLOGI.2008