misi penyelamatan 03

6
MISI PENYELAMATAN Tidak ada alasan yang sulit untuk sekedar mengakui adanya kebahagiaan tersendiri di saat guru pengajar telat datang ke kelas. Tak usah ditanya, apalagi bagi kami yang tinggal di sekolah berasrama. Dimana kami dituntut untuk mengikuti segala kegiatan kegiatan yang tak bisa dijumlahkan seberapa banyaknya. Seperti sekarang ini, kami para siswi VIII C sedang menanti Miss Chusnul yang tak kunjung datang. Seperti yang terlihat pada saat jam kosong diantara dari kami pasti ada yang mengobrol, membaca novel, mengerjakan PR, dan mungkin hanya bagi segelintir murid yang berkutat dengan buku notesnya, contohnya saja aku sendiri. Berimajinasi bisa saja dianggap perbuatan yang membuang-buang waktu, tapi menurutku itu bukanlah suatu masalah asalkan bisa digunakan untuk menghibur diri. “Sal,awas...!” teriakku secara berusaha mengingatkan Salfa. Tapi tak sampai aku melanjutkan kata-kataku. “Salfa, please give your novel to me!”teriak Miss Chusnul. Aisshh, rutukku dalam batin. “Eh, bukan Miss. Ini bukan novel,”elak Salfa sambil berusaha menyembunyikan novel. “Sudah, tak usah berbohong. Berikan segera atau saya laporkan ke tatib,”. Hertakan Miss Chusnul membuat kelas hening seketika. __________ “Teeeet....!” bel pergantian pelajaran akhirnya berbunyi juga. Gerah. Huh, Miss.Chusnul cukup membuat suasana hati jadi bad mood. Sial,novelku kesita. “Ge,Gea! Ma’af ya, novelmu kesita. Ntar aku ganti deh?! Yayaya?,” ucap Salfa dengan wajah memelas. “Iya, gak apa-apa kok. Santai aja.” “Beneran kan?” “Yups,”jawabku sambil memaksakan diri untuk tersenyum.

Upload: elokflh

Post on 20-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cerpen friendship

TRANSCRIPT

MISI PENYELAMATAN

Tidak ada alasan yang sulit untuk sekedar mengakui adanya kebahagiaan tersendiri di saat guru pengajar telat datang ke kelas. Tak usah ditanya, apalagi bagi kami yang tinggal di sekolah berasrama. Dimana kami dituntut untuk mengikuti segala kegiatan kegiatan yang tak bisa dijumlahkan seberapa banyaknya.

Seperti sekarang ini, kami para siswi VIII C sedang menanti Miss Chusnul yang tak kunjung datang. Seperti yang terlihat pada saat jam kosong diantara dari kami pasti ada yang mengobrol, membaca novel, mengerjakan PR, dan mungkin hanya bagi segelintir murid yang berkutat dengan buku notesnya, contohnya saja aku sendiri. Berimajinasi bisa saja dianggap perbuatan yang membuang-buang waktu, tapi menurutku itu bukanlah suatu masalah asalkan bisa digunakan untuk menghibur diri. Sal,awas...! teriakku secara berusaha mengingatkan Salfa. Tapi tak sampai aku melanjutkan kata-kataku. Salfa, please give your novel to me!teriak Miss Chusnul. Aisshh, rutukku dalam batin.

Eh, bukan Miss. Ini bukan novel,elak Salfa sambil berusaha menyembunyikan novel.

Sudah, tak usah berbohong. Berikan segera atau saya laporkan ke tatib,. Hertakan Miss Chusnul membuat kelas hening seketika. __________

Teeeet....! bel pergantian pelajaran akhirnya berbunyi juga. Gerah. Huh, Miss.Chusnul cukup membuat suasana hati jadi bad mood. Sial,novelku kesita. Ge,Gea! Maaf ya, novelmu kesita. Ntar aku ganti deh?! Yayaya?, ucap Salfa dengan wajah memelas.

Iya, gak apa-apa kok. Santai aja.

Beneran kan?

Yups,jawabku sambil memaksakan diri untuk tersenyum.

___________

Jam istirahat itu adalah waktu yang paling tepat untuk merefreshkan pikiran.Daan disinalah-di sudut kantinlah tempat favorit kami- aku,Reisa,Salfa dan Ifa menikmati snack masing-masing sambil bercanda ringan.

Sal,diapain aja kamu sama Miss Chusnul?, celetuk Chira.

Halah, biasa. Dapet siraman rohani.

Jawaban Salfa yang acuh tak acuh membuat kami semua tertawa.

Chira pun dengan semangat menambahi,Iya, kalo kayak gitu mesti ujung-ujungnya dapet kultum. Selebihnya yaa dapet point. Aku udah kebal.Ya, beginilah reaksi kami setiap ada siswi yang ketahuan melanggar. Pasti menjadi trending topic saat ngerumpi.

Eh,Rei. Kamu kok diem aja sih? tanyaku heran. Tak ada jawaban dari mulut Rei yang terlihat sibuk mencoret-coret notesnya.

Rei! panggil Chira seraya menyenggol lengan Rei.

Rei hanya memalingkan muka dan berkata, Eh, iya iya. Sorry,kenapa sih?

Hmm, kamu ngapain sih? Kok kayaknya serius banget,

Ini, jawab Rei singkat sembari menunjukkan apa yang telah ditulisnya.

___________

Ternyata Rei sedari tadi sibuk menuliskan suatu rencana besar. Dan malam ini, kami akan melancarkan aksi kami. Sejak pukul 09.30 kami berkumpul di kamar Rei yang kami gunakan sebagai basecamp . Aku diberi inisial 3003, Reisa 2206,Salfa 2106 dan Ifa 0203. Gea, Chira. Kalian udah nyiapin semuanya kan?, komando Reisa selaku ketua misi kali ini.Beres! Chira mengacungkan kedua jempolnya.

Cuma butuh tiga senter kan?! kataku meyakinkan sang komando.Rei hanya mengangguk.

Sssstt, hei, di luar udah aman nih, suara Salfa dari luar kamar membuat kami serentak menoleh ke arah pintu dan menyatakan bahwa Misi Penyelamatan akan di mulai.

___________

Rek, kalian masuk ke kantor duluan. Habis ini aku nyusul, mau ngecek sikon di luar, kata Salfa.

Aku, Reisa dan Chira mengendap-ngendap melewati lorong kelas yang gelap untuk mencapai gudang yang teletak di penghujung koridor. Begitu sunyi senyap, seolah jika kami melakukan sedikit saja kegaduhan dapat dipastikan akan mengundang perhatian security untuk kesini. Gila, ini adalah perbuatan yang nekat.Hei, ayo masuk!, bisik Rei.

Jangan arahkan senter terlalu tinggi, arahkan ke bawah aja! lanjutnya.

Tak banyak bicara, kami langsung menggeledah isi gudang. Karena penerangan yang kurang, kami agak terhambat untuk menemukan apa yang kami cari.

Wah, banyak banget kardusnya. Yang mana ini? ujarku.

Buka aja satu-satu, pasti ada di ruangan ini kok,Ge.

Iya, bener kata Chira. sahut Rei.

Sepuluh menit telah berlalu, tapi belum juga membuahkan hasil.

Tap,tap,tap...

Terdengar langkah kami semakin mendekat. Hah? Siapa itu? Riwayat nih! batinku penuh was-was.

Heh, cepet sembunyi! perintah Rei

Semakin dekat, sangat dekat.

Krieek

Pintu terbuka perlahan. Terdengar langkahnya memasuki gudang, sangat lambat.

Gea,Rei,Chira! Kalian udah nemuin barangnya? suara Salfa memecahkan keheningan.

Ealah, celetukku

Hei! Ngagetin aja kamu! Kirain satpam. gerutu Chira.

Salfa menyeringai , Di luar sepi, gak ada tanda-tanda ada satpam.

Guys, aku nemu kardusnya! wajah Rei berbinar-binar.

Serentak kami menuju kardus itu. Serasa menemukan kotak harta karun yang telah lama terpendam. Yes, Roro Jongrang-ku kembali! pekik Chira.

Selamat yaa?! Wah, kayaknya bisa dipinjem tuh! kata Rei pada Chira. Chira tesenyum sambil mengacungkan jempol sebagai tanda setuju.

Ge, ini juga ada novelmu! tambah Salfa.

Akhirnya ketemu juga. Bahagia rasanya bisa mendapatkan kembali sesuatu yang dianggap berharga.

Well, misi kita berhasil! Memuaskan! Rei menarik napas sebentar kemudian melanjutkan, Gimana kalau kita melakukan satu aksi lagi. Nanggung nih kalo mau balik ke kamar, keliling kompleks yuk?! mumpung udah tengah melem, sepi. Yaaaa! jawabku hampir bersamaan dengan Salfa dan Chira.

__________

Udara tengah malam sangat dingin dan membuat sesak. Dinginnya serasa menembus kulit hingga ke tulang-tulang. Sepi dan hanya terdengar suara pesta para penghuni kolam. Suara jangkrik dan katak saling bersahutan. Begitu juga detak jantungku, ritmenya tidak konstan, terlalu cepat. Rasa was-was selalu muncul saat berbuat sesuatu yang dianggap kurang benar.Sal, pak satpam masih ada di posnya gak? tanya Rei.Gawat, satpamnya gak ada di pos! jawab Salfa.

Wah, berarti satpamnya lagi keliling komplek ni! tambah Chira.Ayo , cepetan sembunyi di bangunan baru! komando Rei.

Ya apa ini? Gak ada jalan penghubungnya, haruskah kita lompat? tanyaku bingung.Sini, aku aja yang turun duluan. Ntar kubantu turun dari atas. Chira pun langsung melompat ke bawah tanpa ragu.

Aku menyusul lompat. Bagus, aku mendarat dengan mulus tanpa bantuan Chira.

Salfa juga berhasil melompat dengan baik. Tapi sayang, tidak bagi Rei. Ia salah memijakkan kakinya pada tanah gambut. Allhasil, Rei jatuh terperosok. Ups!Rei! seru kami secara spontan.

Ah, gak apa-apa. Lanjutin aja jalannya. jawab Rei dengan wajah menahan rasa nyeri.

Kamu yakin mau ngelanjutin aksi ini? tanyaku prihatin.

Iyalah, kita uda hampir nyampek finish kok. Masa mau mundur?

Yakin nih? Gak tega aku liat kamu jalan kayak gitu.

Udahlah, santai aja.

Aku hanya bisa mengiyakan, Salfa dan Chira hanya tersenyum sebagai pemakluman atas keputusan Rei.Kami tak memakan waktu yang lama untuk berkeliling kompleks bangunan baru, hanya sekedar mengamati suasana malam di sekitar.

Setelah sekiranya kami puas berkeliling, kami pun langsung kembali ke basecamp. Waktu serasa berjalan dengan lambat. Masih tetap sunyi. Kami berjalan mengiringi Rei. Aku, Salfa dan Chira bergantian memapahnya sampai ke kamar. Kaki Rei terkilir dan membengkak. Semoga Rei besok tetap bisa masuk sekolah.___________

Seperti pagi sebelumnya, aku, Salfa dan Chira menjemput Rei untuk berangkat bersama. Sesampainya kami di kamar Rei, kami langsung diserbu berbagai pertanyaan dari teman sekamarnya.Gea,Salfa,Chira. Lha Rei kok bisa kepleset sih?

Dimana?

Kapan?

Kami yang ditanya hanya diam, pura-pura tak tahu. Rei hanya tersenyum penuh rahasia ketika semuanya bingung menanti jawaban.

Hanya kami yang tahu atas semua kronologi kejadian ini. Dan kami kira, kejadian yang menimpa Rei adalah peringatan dariNya. Iya, peringatan agar kami selalu melakukan introspeksi diri.