pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

62
Harmasto H.K. Naskah Buku 2 (Final) ---------------------------------------------------------------------------- Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | i

Upload: astozone

Post on 13-Apr-2017

1.171 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | i

Page 2: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | ii

KATA PENGANTAR

Salam Pramuka!

Alhamdulillah, telah terselesaikan penyusunan buku yang membahas tentang

keterlibatan Pramuka dalam penanggulangan bencana alam. Di dalamnya tidak membahas

liputan Pramuka dalam setiap penanganan bencana alam, tetapi akan lebih banyak membahas

tentang persiapan apa saja yang harus dilalui oleh seorang anggota Pramuka yang siaga terjun

menangani bencana alam.

Musibah tsunami yang menyapu Aceh Nanggroe Darussalam 2004 meninggalkan

kisah paradoksal. Seorang anak berkewarganegaraan Inggris usia 10 tahun bernama Tilly Smith

ketika itu sedang berada di pantai Phuket, Thailand bersama keluarganya. Sesaat setelah terjadi

guncangan gempa, ia menyampaikan kepada ayahnya bahwa akan terjadi tsunami. Hal itu

didasarkan oleh apa yang pernah dia dapatkan selama di bangku sekolah, yakni pelajaran

Geografi. Sang ayah pun segera melapor kepada penjaga pantai setelah melihat air pantai

menyurut dan di cakrawala terlihat garis putih yang menandakan gelombang tinggi berbuih.

Diperkirakan sekitar 20-30 menit berikutnya, gelombang tersebut akan mencapai pantai.

Dengan sigap, petugas pantai pun memberikan peringatan dini kepada seluruh

wisatawan untuk meninggalkan pantai. Upaya sang anak ini membuahkan hasil. Banyak nyawa

yang terselamatkan karena ilmu yang telah terinternalisasi dalam dirinya, hingga dia diberi gelar

“Angle of Beach”.

Hal yang bertolak belakang terjadi di Indonesia, khususnya Nanggroe Aceh

Darussalam. Ketika air pantai surut sesaat setelah terjadi gempa, masyarakat lebih memilih

berebut ikan yang tertinggal di dasar pantai daripada menjauhi pantai. Akibatnya, lebih dari

150.000 jiwa hilang ditelan dahsyatnya gelombang tsunami.

Selain karena sudah menjadi garis takdir dari Tuhan, sudah selayaknya kita

merancang dan menyiapkan diri ketika menghadapi setiap musibah yang hadir.

Semoga buku yang memuat ringkasan ini memberikan manfaat banyak dan menjadi

bagian dari amal jariah. Aamiin.

Salam Pramuka.

Penyusun

Page 3: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii

Bab 1 – Peta Indonesia ..................................................................................................... 1

A. Potensi Bencana .......................................................................................... 1

B. Karakteristik Bencana ................................................................................. 1

C. Perubahan Paradigma Penanggulangan Bencana ........................................ 9

D. Tahapan Penanggulangan Bencana ............................................................. 11

Bab 2 – Siap Siaga ........................................................................................................... 14

A. Program Latihan Dasar ................................................................................ 14

B. Program Latihan Menengah ........................................................................ 18

Bab 3 – Simulasi Mahir ................................................................................................... 21

A. Persiapan ..................................................................................................... 21

B. Evakuasi Air (Water Rescue) ...................................................................... 22

C. Camp dan Dapur Umum (DUM) ................................................................ 25

D. Vertical Rescue ............................................................................................ 29

E. Long March dan Navigasi Darat ................................................................. 36

F. Survival ........................................................................................................ 39

G. Catatan Khusus Keselamatan ...................................................................... 41

Bab 4 – Panduan Rencana Standard Operating Procedure .............................................. 43

A. Sebelum Terjadi Bencana ............................................................................ 43

B. Saat Bencana ............................................................................................... 44

C. Pendidikan ................................................................................................... 45

Lampiran

1 – Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 230 Tahun

2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Peduli ................................. 46

Glossarium ............................................................................................................................ 57

Bahan Pustaka ....................................................................................................................... 58

Page 4: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 1

BAB 1

PETA INDONESIA

A. Potensi Bencana

Kerak bumi akan senantiasa menyesuaikan diri mengikuti masa dan perkembangan

perlakuan (treatment) yang diberlakukan padanya. Penyesuaian ini memang menjadi hukum

alam (baca: sunnatullah) yang membawa efek pengiring berupa gempa, banjir, tanah

longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gelombang ekstrim dan abrasi, angin puting

beliung/topan/badai tropis.

Salah satu kekayaan Indonesia yang berpotensi mengubah peta muka bumi adalah

gunung yang tersebar dari barat ke timur, dari utara ke selatan Indonesia.

Gunung yang „rutin‟ menyemburkan erupsi adalah gunung Merapi yang terletak pada

perbatasan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Magelang provinsi Jawa Tengah.

Erupsi terakhir terjadi tahun 2010. Musibah di awal tahun 2014 adalah erupsi gunung

Sinabung yang bahkan menyita perhatian dunia internasional, diikuti erupsi gunung Kelud

di Jawa Timur di mana hujan abu vulkaniknya mencapai Jakarta.

Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi mengalami bencana tsunami 500

tahun sekali dengan ketinggian ombak lebih kurang enam meter selain negara Peru

(UNISDR, 2009). Indonesia memiliki lebih dari lima juta orang tinggal di daerah yang

berpotensi terkena tsunami.

Gambar 1. Peta risiko bencana alam di Indonesia

B. Karakteristik Bencana

Setiap jenis bencana mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan masalah yang

diakibatkannya di mana penetapannya ditentukan oleh komponen penyebab bencana itu

sendiri dan besarnya dampak yang ditimbulkan. Dengan memahami karakteristik setiap

ancaman bencana, maka dapat diketahui perilaku ancaman tersebut sehingga dapat disusun

langkah langkah penanganannya.

Page 5: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 2

Terdapat dua kondisi yang dapat menghadirkan bencana, yakni adanya peristiwa atau

gangguan yang mengancam dan merusak (hazard), dan kerentanan (vulnerability)

masyarakat. Bila gangguan atau ancaman tersebut muncul kepermukaan tetapi masyarakat

tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu

tersebut. Sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak terjadi peristiwa yang

mengancam, maka tidak akan terjadi bencana. Hal tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga

kategori, yaitu:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Gambar 2. Musibah tanah longsor

2. Bencana non – alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Gambar 3. Musibah wabah penyakit

Page 6: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 3

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial

antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Gambar 4. Tawuran antar-warga

Sedangkan terdapat ciri-ciri ancaman bencana alam yang penting kita ketahui,

sehingga kita berharap dapat segera mengambil tindakan ketika mengalami kondisi tersebut.

1. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi

akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang

seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng

bumi).

Gambar 5. Akibat gempa tektonik

Page 7: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 4

2. Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar hingga menghantam pesisir

dengan kecepatan tinggi. Tsunami terjadi karena adanya aktivitas di dasar laut

yang disebabkan oleh lentingan lempeng di bawah laut, letusan gunung api di

bawah laut, maupun longsor yang terjadi di dasar laut. Ciri-ciri umum terjadinya

tsunami adalah gempa bumi, letusan gunung api atau jatuhnya meteor di dasar

laut yang menimbulkan gelombang besar menuju pesisir laut. Getaran sebelum

tsunami dapat dirasakan sebelum tsunami datang, namun juga tidak dapat

dirasakan sebelumnya atau biasanya disebut tsunami kiriman. Di laut dalam,

gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.

Setara dengan kecepatan pesawat terbang.

Gambar 6. Tsunami yang menerpa pantai

3. Gunung api merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam

perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah

cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi,

yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam

bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.

Letusan gunung api yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai

sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh

radius 90 km.

Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus

disebut gunung berapi aktif.

Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara

lain:

- Suhu di sekitar gunung naik.

Page 8: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 5

- Mata air menjadi kering.

- Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa).

- Tumbuhan di sekitar gunung layu.

- Binatang di sekitar gunung bermigrasi.

Gambar 7. Lava pijar yang menuruni gunung

4. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika

air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan

oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan

yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya.

Air banjir juga membawa lumpur berbau yang menutup segalanya setelah air

surut. Banjir adalah hal yang rutin, setiap tahun pasti datang. Banjir dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:

- Rusaknya areal pemukiman penduduk.

- Sulitnya mendapatkan air bersih.

- Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.

- Rusaknya areal pertanian.

- Timbulnya wabah penyakit.

- Menghambat transportasi darat.

Page 9: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 6

Gambar 8. Banjir yang merendam rumah warga

5. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam

masa yang berkepanjangan, beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Biasanya

kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah

hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan

kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),

transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi

bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber

pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.

Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga

batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian,

suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan

yang signifikan.

Page 10: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 7

Gambar 9. Kemarau panjang menyurutkan air sungai

6. Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau

lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan,

kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin

topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatusistem cuaca. Angin paling

kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan

kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan

sekitar 20 km/jam.

Gambar 10. Angin topan dahsyat melanda pantai

Page 11: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 8

7. Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah longsor adalah suatu peristiwa

geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai

tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum

kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor

pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi

material itu sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan

bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah

gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, ada pula faktor-faktor

lainnya yang turut berpengaruh, yaitu:

- Erosi yang disebabkan oleh sungai-sungai atau gelombang laut yang

menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam.

- Lereng bebatuan dan tanah lemah melalui yang diakibatkan hujan lebat.

- Gempa bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-

lereng yang lemah.

- Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat, dan

aliran debu-debu.

- Getaran mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir.

- Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.

Dalam bencana alam geologis, terdapat gejala ikutan yang dapat berpotensi

menimbulkan musibah baru, diantaranya:

No. Jenis Gejala Ikutan

Alamiah Akibat 1 2 3 4

1 Gempa bumi Tsunami, tanah longsor, tanah

amblas, banjir bandang, banjir.

Bencana lingkungan akibat

terganggunya bahan kimia,

pecahnya pipa-pipa minyak,

gas/bahan beracun berbahaya,

kebakaran, bendungan jebol.

2 Tsunami

Hantaman langsung

gelombang, banjir bandang,

banjir.

Pendangkalan dan

tersumbatnya saluran akibat

puing-puing, tercemarnya

sumber air bersih.

3 Erupsi

Banjir bandang aliran lahar,

aliran lava, aliran awan panas,

jatuhan bebatuan letusan, hujan

abu, pendangkalan sungai,

banjir.

Pelumpuran dan pendangkalan

pada saluran, hilangnya sumber

air bersih, terganggunya

saluran pernapasan.

4 Longsor

Tanah retak, banjir bandang,

lumpur, tanah amblas,

pelumpuran, pendangkalan

sungai.

Pecahnya pipa-pipa minyak

dan gas atau bahan beracun dan

berbahaya.

Tabel 1. Gejala ikutan bencana

Page 12: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 9

C. Perubahan Paradigma Penanggulangan Bencana

1. Pandangan konvensional

Bencana merupakan sifat alam (berupa takdir), kejadiannya dianggap merupakan suatu

musibah, kecelakaan atau ujian dari Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, bencana

dianggap tidak dapat diprediksi, tidak menentu terjadinya, tidak terhindarkan, dan tidak

dapat dikendalikan. Dalam pandangan ini, masyarakat hanya dianggap sebagai „korban‟

dan terkadang hanya „penerima bantuan‟ dari pihak luar.

2. Pandangan ilmu pengetahuan alam

Pandangan ini menganggap semua bencana adalah peristiwa alamiah, tidak

memperhitungkan adanya faktor manusia sebagai penyebab. Bencana merupakan proses

geofisik, geologi, dan hidrometeorologi.

3. Pandangan ilmu terapan

Pandangan ini dianut dan dikembangkan dari ilmu teknik sipil bangunan/konstruksi.

Dalam aspek ini pengkajian bencana lebih ditujukan pada upaya untuk meningkatkan

kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil kerusakan. Pandangan ini melihat

bencana didasarkan pada besarnya ketahanan atau tingkat kerusakan akibat bencana.

4. Pandangan progresif

Bencana merupakan masalah yang tidak pernah berhenti dan tidak terselesaikan dalam

proses pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus mengenali

bencana tersebut dan mengambil peran dalam mengendalikannya.

5. Pandangan ilmu sosial

Pandangan ini memfokuskan pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat

menghadapi bahaya. Bahaya adalah fenomena alam, akan tetapi bencana bukanlah

alami. Besarnya risiko sebuah bencana tergantung pada perbedaan tingkat kerentanan

masyarakat menghadapi bahaya atau besar-kecilnya suatu ancaman bencana.

6. Pandangan holistik

Pendekatan ini menekankan pada bahaya dan kerentanan, serta kemampuan masyarakat

dalam menghadapi bahaya dan risiko. Gejala alam dapat menjadi bahaya, jika

mengancam manusia dan harta benda. Bahaya akan berubah menjadi bencana, jika

bertemu dengan kerentanan dan ketidakmampuan masyarakat. Pandangan holistik ini

juga merupakan kombinasi dari pandangan lainnya secara terpadu.

Kesadaran akan pentingnya penanggulangan bencana, bergeliat mulai tahun 1990 yang

ditindaklanjuti dengan kajian bersama negara-negara di Yokohama, Jepang bulan Mei 1994.

Keseriusan ini akhirnya menghasilkan Strategi dan Rencana Aksi yang disepakati tanggal 30

Juli 1999. PBB pun terlibat dalam kepedulian ini dengan mengeluarkan Resolusi No. 63

tahun 1999 tentang Dekade Pengurangan Risiko Bencana Internasional (1990-1999).

Hingga kini, telah terjadi pergeseran paradigma dalam penanggulangan bencana yang

dapat dibuat fase:

1. Paradigma tanggap darurat (tahun 1960-an)

Pada paradigma relief/tanggap darurat ini adalah penanggulangan bencana yang

difokuskan pada saat kejadian bencana melalui upaya pemberian bantuan darurat

(relief) berupa pangan, tempat penampungan, dan kesehatan. Tujuan utama penanganan

adalah untuk meringankan penderitaan korban dan memperbaiki kerusakan akibat

kejadian bencana dan segera mempercepat upaya pemulihan (recovery).

Page 13: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 10

2. Paradigma mitigasi (tahun 1980-an)

Pada paradigma mitigasi, penanggulangan bencana memfokuskan pada upaya

pengenalan bahaya yang mengancam dan pola perilaku individu/masyarakat yang

menimbulkan kerentanan terhadap bencana. Mitigasi atau meminimalkan dampak

terhadap bencana dilakukan secara fisik/struktural, sedangkan mitigasi terhadap pola

perilaku yang rentan melalui non-struktural, seperti penyuluhan, relokasi pemukiman,

peraturan-peraturan bangunan, dan penataan ruang.

3. Paradigma pembangunan (tahun 1990-an)

Paradigma pembangunan adalah paradigma dimana manajemen bencana yang

memfokuskan pada faktor-faktor penyebab dasar dan proses terjadinya kerentanan

masyarakat terhadap bencana. Manajemen bencana dikaitkan dengan sektor-sektor

pembangunan, seperti masalah kemiskinan, kualitas hidup, pemilikan lahan, akses

terhadap modal, pendidikan yang rendah, inovasi teknologi, dan sebagainya.

4. Paradigma reduksi risiko (tahun 2000-an)

Paradigma ini merupakan kombinasi dari sudut pandang teknis dan ilmiah terhadap

kondisi sosial, ekonomi, politis, dan lingkungan. Penanggulangan bencana diawali dari

menganalisis risiko bencana berdasarkan ancaman/bahaya dan kerentanan, untuk

meningkatkan kemampuan dalam mengelola dan mengurangi risiko, serta mengurangi

dampak bencana yang ditimbulkan. Manajemen bencana dilakukan bersama oleh semua

pemangku kepentingan (stakeholder), lintas sektor, dan dengan pemberdayaan

masyarakat.

Setelah memahami perubahan paradigma penanggulangan bencana alam, dapat kita

simpulkan beberapa prinsip yang lahir dari perubahan paradigma sebagai upaya mengurangi

risiko bencana dengan mengidentifikasi beberapa hal berikut:

1. Ancaman/bahaya (Hazard)

Apakah beda antara ancaman/bahaya dengan bencana?

Ancaman atau bahaya adalah fenomena atau situasi yang memiliki potensi untuk

menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta benda, fasilitas, maupun

lingkungan.

Sebaliknya, bencana merupakan suatu peristiwa, baik akibat ulah manusia maupun

alam, tiba-tiba maupun bertahap, menyebabkan kerugian yang luas pada manusia,

materi, maupun lingkungan.

Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN – ISDR),

bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia, yang dapat

dikelompokkan menjadi bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya biologi,

bahaya teknologi, dan penurunan kualitas lingkungan.

2. Kerentanan (Vulnaribility)

Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kemampuan seseorang atau

komunitas masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hidup, atau merespon potensi

bahaya. Kerentanan masyarakat secara kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

kemiskinan, pendidikan, sosial, dan budaya. Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga

berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya kerentanan.

3. Kapasitas (Capacity)

Page 14: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 11

Kapasitas adalah kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan lingkungan

yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi, dan pulih dari akibat

bencana dengan cepat.

4. Risiko bencana (Risk)

Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang ada.

Ancaman bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami,

sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam menghadapi

ancaman bencana semakin meningkat.

Langkah-langkah yang selayaknya dilakukan oleh anggota Pramuka dalam

keterlibatannya menanggulangi bencana (sesuai dengan Undang-undang nomor 24 tahun

2007) adalah sebagai berikut:

1. Cepat dan tepat; sigap dalam merespon bencana dan menangani atau menanggulangi

bencana dengan cara-cara yang tepat.

2. Prioritas; mendahulukan kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

3. Koordinasi dan keterpaduan; prinsip koordinasi adalah intensitas komunikasi dengan

badan atau lembaga yang berwenang, sedang prinsip keterpaduan bermakna bahwa

penanggulangan harus di tangani oleh berbagai sektor dengan terpadu dan tetap

memperhatikan pembagian tugas dan kerjasama.

4. Efektif dan efisien; bahwa penanggulangan bencana selayaknya memperhatikan

kebutuhan waktu, besaran tenaga, banyaknya objek, dan biaya yang dibutuhkan.

5. Transparansi dan akuntabilitas; prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan

bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan prinsip

akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara profesional,

terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

6. Kemitraan; menangani bencana tidak dapat dilakukan sendiri. Kemitraan dalam

penanggulangan bencana dapat dilakukan oleh pemerintah dengan masyarakat secara

luas maupun organisasi.

7. Pemberdayaan; yakni upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengetahui,

memahami, dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan, dan pemulihan

bencana.

8. Nondiskriminatif; bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan

perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik

apapun.

9. Nonproletisi; adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat

keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat

bencana.

D. Tahapan Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan meliputi

kegiatan pencegahan, mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi, baik sebelum,

pada saat maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi.

Berdasarkan pengertian tersebut, penanggulangan bencana tidak hanya pada saat dan

setelah terjadinya bencana tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke dalam kegiatan

Page 15: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 12

penanggulangan bencana. Karena itu, penanggulangan bencana dilakukan melalui beberapa

tahapan.

1. Tahap preventif (pencegahan)

Pada tahap ini, berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari

bencana alam. Contoh-contoh kegiatan pada tahap ini adalah:

a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.

b. Penanaman pohon bakau/mangrove di sepanjang pantai untuk menghambat

gelombang tsunami.

c. Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir.

d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk wilayah pemukiman.

e. Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir.

f. Dan sebagainya.

2. Tahap tanggap darurat

Pada tahap tanggap darurat, hal paling pokok adalah penyelamatan korban bencana.

Inilah sasaran utama tahap tanggap darurat. Selain itu, tahap tanggap darurat bertujuan

membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan

dasarnya yang paling minimal, tempat sementara yang lebih layak dan lebih aman.

Pada tahap ini, dilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik yang cepat dan tepat

sasaran kepada seluruh korban bencana. Penanganan bencana dapat dilakukan kegiatan:

a. Penanganan korban bencana termasuk memakamkan korban meninggal dan

menangani korban luka.

b. Penanganan pengungsi.

c. Pemberian bantuan darurat.

d. Pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih.

e. Penyiapan penampungan sementara.

f. Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki sarana

dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para

korban.

3. Tahap rehabilitasi

Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki fisik dan

non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini bertujuan

mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak

untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana

dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.

Sasaran utama dari tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan publik

sampai pada tingkat memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan

penyelesaian berbagai masalah yang terkait dengan aspek psikologis melalui

penanganan trauma korban bencana.

4. Tahap rekonstruksi

Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan kembali sarana,

prasarana, serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar kehidupan masyarakat

kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga

Page 16: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 13

swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah

terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat

mungkin juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses.

Page 17: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 14

BAB 2

SIAP SIAGA

A. Program Latihan Dasar

Untuk mendukung revitalisasi Gerakan Pramuka, diperlukan optimalisasi program

latihan sebagai sarana pendidikan dan latihan kematangan Gerakan Pramuka. Dalam

program latihan pula dapat mempercepat usaha pencapaian dalam kecakapan.

Berikut adalah salah satu bentuk program latihan yang dikemas dalam bentuk

supercamp yang mencakup muatan edukatif yang memberikan pendidikan ruhani, wawasan,

dan jasmani. Muatan relijius, heroik, rekreatif, dan kebersamaan.

Perlu kiranya dijabarkan sekilas tentang aspek ruhani yang menjadi stressing dalam

setiap kegiatan. Karena „nyawa‟ dari setiap misi adalah jika bersandar pada keteguhan

hubungan dengan Tuhan yang Maha Esa. Di mana aspek ruhani ini terklasifikasikan dalam

kekuatan niat atau tekad, kebersamaan, kepatuhan, dan kesiagaan.

Aspek ruhani:

Kekuatan niat ini mencakup nilai-nilai keikhlasan, keyakinan, keridhoan/kerelaan,

kesederhanaan, berorientasi ketuhanan, kepedulian lingkungan, dan kepasrahan.

Kebersamaan merupakan rangkaian nilai-nilai saling mengenal, saling memahami, saling

meringankan beban, berprasangka baik, mendahulukan teman yang lebih memerlukan,

dan kepedulian sosial.

Aspek kepatuhan di sini merupakan rangkaian nilai-nilai kedisiplinan, ketaatan, saling

percaya, etika kepemimpinan, dan kerja sama.

Aspek kesiagaan meliputi nilai-nilai kesiapsiagaan, pengorbanan, keteguhan, dan

kewaspadaan.

Aspek wawasan:

Wawasan kepramukaan.

Manajemen kepemimpinan.

Napak tilas pejuang.

Revitalisasi Gerakan Pramuka.

Pengetahuan life skill.

Aspek jasmani:

Senam pramuka.

Jogging.

Evakuasi.

Life skill.

Long march.

Untuk memenuhi kematangan anggota Gerakan Pramuka, program supercamp

tersebut dapat dikemas dalam beberapa paket sesuai dengan target yang akan dicapai.

Berikut adalah beberapa contoh konsep kegiatan di lapangan yang dapat menjadi panduan

Page 18: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 15

sepenuhnya atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Komposisi kegiatan dapat dibuat

klasifikasi tingkat Dasar (Skenario 1 dan Skenario 2), Menengah (Skenario 3 dan Skenario

4), dan Mahir (Skenario 5).

Skenario 1 dilakukan dalam 2 (dua) hari 1 (satu) malam yang terangkum dalam tabel

kegiatan dan dilengkapi tujuan instruksional pada tiap kegiatan.

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

Hari ke-1

……. – 09:00 Tiba di lokasi

Bersama-sama menggunakan

kendaraan yang ditentukan

panitia.

Membangun jiwa kebersamaan,

kesederhanaan, keridhoan,

kedisiplinan, dan ketaatan

09:00 – 10:00 Pasang tenda Briefing peserta. Jarak antar tenda

regu peserta adalah 10 m.

Membangun jiwa kebersamaan,

kesederhanaan, keridhoan,

kedisiplinan, dan ketaatan

10:00 – 10:30 Pembukaan

Upacara untuk pengkondisian

peserta oleh instruktur, panitia,

dan pengurus terkait.

Peserta memahami gambaran

umum, tujuan, dan tata tertib

supercamp

10:30 – 12:00 Olahraga Peregangan, Senam pramuka,

Teori Urgensi Beladiri

Peserta mempunyai persiapan

fisik untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya. Di samping

itu, peserta memahami

pentingnya beladiri dalam

menunjang aktivitas.

12:00 – 13:00 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta. Makanan dan

minuman disiapkan oleh masing-

masing regu.

Recovery ruhani dan jasmani

13:00 – 15:00 Tali-temali Teori, simulasi, dan praktik tali-

temali dasar 1. Pembekalan life skill

15:00 – 15:30 Istirahat

Apabila tidak dalam kondisi

musafir, shalat berjamaah seluruh

elemen supercamp Muslim.

Kultum oleh seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

15:30 – 17:00 PBB Teori, simulasi, dan praktik PBB

Dasar 1.

Membangun kedisiplinan,

ketaatan, manajemen

kepemimpinan

17:00 – 18:00 Outbound Low

Impact

Simulasi manajemen

kepemimpinan.

Membangun jiwa kebersamaan,

manajemen kepemimpinan

18:00 – 19:30 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

19:30 – 21:00 Wawasan

Gerakan Pramuka Ceramah dan tanya jawab.

Peserta memahami visi, misi, dan

profil Pramuka

21:00 – 02:00 Istirahat & Ronda Ronda dilakukan oleh tiap regu

secara bergiliran.

Keikhlasan, kesiapsiagaan,

kedisiplinan, pengorbanan

Hari ke-2

02:00 – 03:30 Caraka

Simulasi kegiatan malam

perorangan dengan tugas, waktu,

dan lokasi tertentu.

Kesiapsiagaan, saling percaya,

dan kedisiplinan

03:30 – 05:00 Tahajjud & shalat

shubuh

Dilakukan secara berjamaah bagi

seluruh elemen supercamp

Muslim.

Ibadah

05:00 – 05:30 Dzikir Dilakukan secara berjamaah atau

beregu. Ibadah

05:30 – 06:00 Persiapan

olahraga pagi

Berbenah tenda, MCK,

menyiapkan perlengkapan Kesiapsiagaan

06:00 – 07:30 Olahraga Peregangan, lari, dan Senam

pramuka.

Peserta mempunyai persiapan

fisik untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya

07:30 – 08:30 Istirahat &

sarapan Recovery jasmani

08:30 – 10:00 P3M Teori, simulasi, dan praktik RJP

(Resusitasi Jantung dan Paru-

Pembekalan life skill penanganan

korban musibah

Page 19: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 16

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

paru) dan rawat luka darurat.

10:00 – 11:00 Persiapan Long

march

Bongkar tenda, packing,

pembekalan, operasi semut.

Persiapan jasmani, wawasan, dan

ruhani

11:00 – 13:00 Long march Jalan kaki medan datar beregu

sejauh 5 km.

Memahami hakikat/makna

kehidupan melalui interaksi antar

peserta dan interaksi antara

peserta dengan lingkungan dan

masyarakat

13:00 – 14:00 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan

pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp

Tabel 2. Aktivitas Skenario 1

Jalan jauh atau long march bertujuan untuk melatih kekuatan fisik dan mental dengan

menilik kondisi peta kontur Indonesia yang penuh hutan dan bebukitan. Sehingga, latihan ini

dapat kita asosiasikan pada misi penyelamatan yang tidak dapat dijangkau kecuali harus

ditempuh dengan jalan kaki.

Pada Skenario 1 ini belum memuat banyak materi dan masih bersifat have fun.

Sehingga, target pencapaian untuk kematangan anggota pun belum sepenuhnya tercapai.

Untuk Skenario 2 berikut ini dilakukan dalam 3 (tiga) hari 2 (dua) malam, di mana

muatan nilai dan bobot kegiatan sedikit bertambah dibanding pada Skenario 1 dengan

memberikan porsi long march berlipat dibanding Skenario 1 hingga pada tahap ambang

standar komando militer.

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

Hari ke-1

…… – 09:00 Tiba di lokasi

Bersama-sama menggunakan

kendaraan yang ditentukan

panitia.

Membangun jiwa kebersamaan,

kesederhanaan, keridhoan,

kedisiplinan dan ketaatan

09:00 – 10:00 Pasang tenda Briefing peserta. Jarak antar tenda

regu peserta adalah 10 m.

Membangun jiwa kebersamaan,

kesederhanaan, keridhoan,

kedisiplinan dan ketaatan

10:00 – 10:30 Pembukaan

Upacara untuk pengkondisian

peserta oleh instruktur, panitia,

dan pengurus terkait.

Peserta memahami gambaran

umum, tujuan, dan tata tertib

supercamp

10:30 – 13:00 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta. Makanan dan

minuman disiapkan oleh masing-

masing regu.

Recovery ruhani dan jasmani

13:00 – 15:00 Olahraga Peregangan, Senam pramuka,

Teori Urgensi Beladiri.

Peserta mempunyai persiapan

fisik untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya. Di samping

itu peserta memahami pentingnya

beladiri dalam menunjang

aktivitas.

15:00 – 16:30 PBB Teori, simulasi, dan praktik PBB

Dasar 2.

Membangun kedisiplinan,

ketaatan, manajemen

kepemimpinan

17:00 – 18:00 P3M

Teori, simulasi, dan praktik

penanganan patah tulang, gigitan

binatang dan evakuasi korban.

Pembekalan life skill penanganan

korban musibah

18:00 – 19:30 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

19:30 – 21:30 Ceramah Kilasan perjuangan pahlawan

(saksi hidup).

Meningkatkan semangat

perjuangan

21:30 – 03:00 Istirahat & Ronda Ronda dilakukan oleh tiap regu

secara bergiliran.

Keikhlasan, kesiapsiagaan,

kedisiplinan, pengorbanan,

kewaspadaan

Page 20: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 17

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

Hari ke-2

03:00 – 05:00 Tahajjud & shalat

shubuh Dilakukan secara berjamaah. Ibadah

05:00 – 05:30 Dzikir Dilakukan secara berjamaah atau

beregu. Ibadah

05:30 – 06:00 Persiapan

olahraga pagi

Berbenah tenda, MCK,

menyiapkan perlengkapan. Kesiapsiagaan

06:00 – 07:00 Olahraga Peregangan, lari, dan Senam

pramuka.

Peserta mempunyai persiapan

fisik untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya

07:00 – 08:30 P3M Teori dan simulasi rescue dasar. Pembekalan life skill rescue

korban musibah

08:30 – 09:30 Istirahat &

sarapan Recovery jasmani

09:30 – 11:00 Tali-temali Teori, Simulasi, Praktik tali-temali

dasar 2. Pembekalan life skill

11:00 – 11:30 Wawasan

Kepramukaan Ceramah dan tanya jawab

Peserta mampu memahami

urgensi Gerakan Pramuka dalam

pengokohan jati diri bangsa

11:30 – 12:30 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta. Makanan dan

minuman disiapkan oleh masing-

masing regu.

Recovery ruhani dan jasmani

12:30 – 15:00 Outbound Middle

Impact

Minimal dua permainan: Spider-

Net, Electric-Fence, Dragon Tail,

Dangerous Spider Tunnel.

Membangun jiwa kebersamaan,

manajemen kepemimpinan

15:00 – 18:00 Halang-rintang

Landing Net, Merayap, Balok

Keseimbangan, Palang Bertingkat,

Bandul Balistik.

Melatih kekuatan, kelenturan, dan

kelincahan fisik

18:00 – 19:30 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

19:30 – 21:00 Pentas Seni

Dilakukan per regu, bersifat

menghibur dan mengandung

hikmah.

Membangun kebersamaan dan

keceriaan

21:00 – 01:30 Istirahat & Ronda Ronda dilakukan oleh tiap regu

secara bergiliran.

Keikhlasan, kesiapsiagaan,

kedisiplinan, pengorbanan,

kewaspadaan

Hari ke-3

01:30 – 04:30 Buru-Sergap

Simulasi kegiatan malam secara

beregu dengan tugas

mengidentifikasi regu lain dalam

waktu dan lokasi tertentu.

Kesiapsiagaan, saling percaya,

kejujuran, kedisiplinan,

kewaspadaan

04:30 – 05:00 Shalat shubuh &

Dzikir

Dilakukan secara berjamaah atau

beregu. Ibadah

05:00 – 06:30 Istirahat Recovery jasmani

06:30 – 07:30 Evaluasi Buru-

Sergap

Memberikan pemahaman tentang

hikmah yang bisa diambil dari

Buru-Sergap

07:30 – 08:00 olahraga Peregangan, lari, dan Senam

pramuka.

Peserta mempunyai persiapan

fisik untuk mengikuti kegiatan

berikutnya

08:00 – 10:00 Persiapan long

march

Bongkar tenda, packing,

pembekalan, operasi semut.

Persiapan jasmani, wawasan, dan

jasmani

10:00 – 15:00 Long march

Jalan kaki beregu minimal 4 jam

berjalan normal non stop 15-20

km medan berbukit dengan

toleransi tambahan waktu

maksimal 4 jam (istirahat panjang

kali + jam).

Memahami hakikat/makna

kehidupan dan perjuangan

melalui interaksi antar peserta dan

interaksi antara peserta dengan

lingkungan dan masyarakat

15:00 – 16:00 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan

pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp

Tabel 3. Aktivitas Skenario 2

Page 21: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 18

B. Program Latihan Menengah

Agenda supercamp berikut ini telah memasuki tahap Menengah yang meliputi

Skenario 3 dan Skenario 4, di mana pada tingkat ini dibutuhkan keseriusan berlatih yang

lebih. Agenda latihan berikut ini adalah minimum grade yang harus dijalani ketika kita

(misal) terjun dalam misi penyelamatan musibah seperti pasca tsunami di Nanggroe Aceh

Darussalam, di mana seluruh akses jalan tidak dapat dilalui oleh kendaraan dan harus

ditempuh dengan jalan kaki –meski pun di tengah kota. Pada latihan berikut, dibutuhkan

waktu 3 (tiga) hari 2 (dua) malam.

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

Hari ke-1

24:00 – 04:30 Kedatangan

peserta

Briefing, pembuatan bivak,

istirahat, ronda, shalat, dzikir.

Pengarahan dan pendampingan

peserta dalam mempersiapkan

kegiatan selanjutnya

06:00 – 07:00 Pembukaan

Upacara untuk pengkondisian

peserta oleh instruktur, panitia,

dan pengurus terkait.

Peserta memahami gambaran

umum, tujuan, dan tata tertib

supercamp

07:00 – 09:00 Olahraga

Stretching (peregangan),

pengenalan medan dan Senam

pramuka.

Peserta mempunyai persiapan

fisik untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya serta

mengenal medan/lokasi Ranger

Patrol

09:00 – 10:00 Istirahat dan

sarapan Recovery jasmani

10:00 – 12:00 PBB Teori, simulasi, dan praktik PBB

Menengah 2.

Membangun kedisiplinan,

ketaatan, manajemen

kepemimpinan

12:00 – 13:00 Wawasan

Kepramukaan Ceramah dan tanya jawab

Peserta mampu memahami

urgensi Gerakan Pramuka dalam

kebutuhan negara

13:00 – 14:00 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

14:00 – 16:00 P3M Teori dan simulasi rescue dasar. Pembekalan life skill rescue

korban musibah

16:00 – 18:00 P3M Teori dan simulasi rescue

lanjutan.

Pembekalan life skill rescue

korban musibah

18:00 – 19:00 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

19:00 – 22:00 Ceramah

Penggugah

Bedah Kisah Pahlawan (saksi

hidup).

Meningkatkan semangat

perjuangan

22:00 – 02:00 Istirahat dan

ronda

Ronda dilakukan oleh setiap regu

secara bergiliran.

Keikhlasan, kesiapsiagaan,

kedisiplinan, pengorbanan,

kewaspadaan

Hari ke-2

02:00 – 05:00 Ranger Patrol

Simulasi kegiatan malam secara

beregu dengan tugas berpatroli

dengan waktu dan lokasi tertentu.

Tahajjud dan shalat shubuh dalam

kegiatan/perjalanan.

Kesiapsiagaan, saling percaya,

kejujuran, kedisiplinan,

kewaspadaan, manajemen

kepemimpinan

05:00 – 06:00 Istirahat Recovery jasmani

06:00 – 06:30 Evaluasi Ranger

Patrol

Memberikan pemahaman tentang

hikmah yang bisa diambil dari

Ranger Patrol

06:30 – 07:00 Olahraga Peregangan dan Senam pramuka

Peserta mempunyai persiapan

fisik untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya

07:00 – 08:00 Survival Teori, simulasi, dan praktik botani

dan zoologi praktis.

Keridhoan, kesederhanaan,

pengorbanan, dan tawakkal

08:00 – 08:30 Istirahat &

sarapan Recovery jasmani

08:30 – 12:00 Outbound High Rappeling, Two Lines Bridge, dan Keberanian, life skill, manajemen

Page 22: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 19

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

Impact Flying Fox. kepemimpinan

12:00 – 13:00 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

13:00 – 15:00 Persiapan long

march

Bongkar tenda, packing,

pembekalan, operasi semut.

Persiapan jasmani, wawasan, dan

ruhani

15:00 – 21:00 Long march etape

I Perjalanan beregu minimal 12 jam

efektif berjalan pada medan

gunung (ketinggian + 3.000 m)

dengan istirahat 6 kali dengan

toleransi tambahan waktu

maksimal 18 jam (istirahat maks.

12 kali).

Memahami hakikat/makna

perjuangan, penyelamatan, dan

kerja sama melalui interaksi antar

peserta dan antara peserta dengan

lingkungan dan masyarakat

21:00 – 04:30 Istirahat & ronda

Hari ke-3

04:30 – 06:00

Shalat shubuh,

dzikir, dan

persiapan

perjalanan

06:00 – 13:00 Long march etape

II

13:00 – 14:30 Istirahat Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Recovery ruhani dan jasmani

14:30 – 15:30 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan

pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp

Tabel 4. Aktivitas Skenario 3

Pada kelas Menengah (Skenario 4) ini, materi kegiatan lebih berat dibandingkan

Skenario-skenario sebelumnya. Dibutuhkan kondisi tubuh, mental, dan kecerdasan yang

benar-benar ekstra. Ada manfaat besar ketika menerapkan Skenario ini, yakni kita akan

mendapatkan energi luar biasa ketika kita benar-benar telah melalui titik terendah keletihan

(fisik maupun mental).

Keprimaan luarbiasa dapat kita rasakan ketika fisik telah benar-benar melewati

„kemanjaannya‟. Lebih cekatan, lebih ringan, lebih segar. Keletihan mental yang sering

disibukkan oleh sifat asli masing-masing anggota pun akan menjadi ikatan batin yang kuat

dan saling memahami ketika puncak egosentris mulai terlalui.

„Musuh-musuh‟ dalam diri kita lah yang mesti kita lumpuhkan terlebih dahulu melalui

program kegiatan seperti itu sebelum benar-benar kita diuji dengan terjun menolong pihak

lain yang tentunya akan lebih banyak membutuhkan kepedulian kita.

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

Hari ke-1

09:00 – 10:00 Kedatangan

peserta

Briefing tentang pembuatan

bivak.

Pengarahan dan pendampingan

peserta dalam mempersiapkan

bivak

10:00 – 11:00 Pembukaan

Upacara untuk pengkondisian

peserta oleh instruktur, panitia,

dan pengurus terkait.

Peserta memahami gambaran

umum, tujuan, dan tata tertib

supercamp

11:00 – 12:00 Wawasan

Kepramukaan

Strategi-strategi dalam

pertolongan/evakuasi.

Meningkatan wawasan dan

pemahaman evakuasi

12:00 – 13:00 Istirahat+Kultum

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

13:00 – 15:00 Olahraga

Stretching (peregangan),

pengenalan medan, dan senam

pramuka.

Peserta mempunyai persiapan fisik

(jasmani) untuk mengikuti

kegiatan berikutnya serta

mengenal medan

15:00 – 16:00 ABB (Aplikasi

Baris berbaris)

Teori, simulasi, dan praktik ABB

Menengah 2.

Membangun kedisiplinan,

ketaatan, manajemen

kepemimpinan

16:00 – 18:00 P3M Teori dan simulasi rescue dasar. Pembekalan life skill rescue

korban musibah

Page 23: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 20

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj

18:00 – 19:30 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

19:30 – 22:00 Ceramah

Penggugah

Bedah Kisah Pahlawan (saksi

hidup penyelamat).

Meningkatkan semangat

perjuangan

22:00 – 03:00 Istirahat dan

ronda

Ronda dilakukan oleh setiap regu

secara bergiliran.

Keikhlasan, kesiapsiagaan,

kedisiplinan, pengorbanan,

kewaspadaan

Hari ke-2

03:00 – 04:00 Tahajjud Dilakukan sendiri-sendiri. Ibadah

04:00 – 05:30 Shalat shubuh,

dzikir, dan kultum

Dilakukan secara berjamaah,

kultum dari peserta. Ibadah

05:30 – 06:00 Persiapan

olahraga pagi

Berbenah tenda, MCK,

menyiapkan perlengkapan. Kesiapsiagaan

06:00 – 08:00 Olahraga Evaluasi ronda, stretching, dan

Senam pramuka.

Peserta mempunyai persiapan fisik

(jasmani) untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya

08:00 – 09:30 Istirahat &

sarapan

Sarapan masak beregu (tidak

disediakan) Recovery jasmani

09:30 – 12:00 Pola hidup sehat Ceramah, tanya jawab, dan test

kebugaran anggota.

Meningkatkan pemahaman dan

kesadaran pola makan, pola

istirahat, dan pola olahraga yang

benar

12:00 – 13:00 Istirahat

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

13:00 – 17:00 Outbound Low &

High Impach

Low Impact: „Fire Canal‟, Trap

Field; High Impact: Rappeling &

Bamboo Net.

Keberanian, life skill, manajemen

kepemimpinan

17:00 – 19:30 IstirahatKultum

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Kultum oleh

seorang peserta.

Recovery ruhani dan jasmani

19:30 – 21:00 Renungan Renungan diri berjamaah (prolog

ada nasihat).

Mengevaluasi kontribusi dan

peran peserta dalam kebaikan

21:00 – 04:30 Istirahat & ronda Ronda dilakukan oleh setiap regu

secara bergiliran.

Keikhlasan, kesiapsiagaan,

kedisiplinan, pengorbanan,

kewaspadaan

Hari ke-3

04:30 – 05:00 Shalat shubuh dan

dzikir

Shalat berjamaah seluruh elemen

supercamp Muslim. Ibadah

05:00 – 06:30 Istirahat Recovery jasmani

06:30 – 07:00 Olahraga Peregangan dan Senam pramuka.

Peserta mempunyai persiapan fisik

(jasmani) untuk mengikuti seluruh

kegiatan berikutnya

07:00 – 08:30 Persiapan

pemberangkatan

Bongkar bivak, packing,

pembekalan, operasi semut.

Persiapan jasmani, wawasan, dan

ruhani

08:30 – 15:00 Long march

Jalan kaki beregu minimal 4 jam

berjalan normal non stop 10-15

km medan berbukit dengan

toleransi tambahan waktu

maksimal 4 jam (istirahat panjang

1 kali + 1 jam)

Memahami hakikat/makna

perjuangan, penyelamatan, dan

kerja sama melalui interaksi antar

peserta dan antara peserta dengan

lingkungan dan masyarakat

15:00 – 16:00 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan

pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp

Tabel 5. Aktivitas Skenario 4

Page 24: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 21

BAB 3

SIMULASI MAHIR

A. Persiapan

Untuk tahap Mahir (Skenario 5), akan dijelaskan dalam bentuk naratif di mana akan

dipaparkan pula pokok-pokok materi tiap harinya.

Pada Skenario ini, muatan materinya akan lebih banyak dan lebih padat.

Pelaksanaannya pun akan memakan waktu lebih lama, yakni sekitar 7 hari dengan cara

nomaden (berpindah tempat) sesuai dengan kebutuhan materi pelatihan.

Untuk tetap menjaga keterikatan kita dengan Tuhan, aktivitas peribadahan secara

individu maupun bersama harus senantiasa dijaga. Karena pada Skenario berikut, hanya

dijelaskan kegiatan pokok yang berhubungan dengan kompetensi pertolongan pada musibah.

Dimulai pada hari pertama program latihan tingkat mahir.

Setelah memenuhi standar manajemen kepesertaan, peserta latihan diwajibkan untuk

membangun kekhasan regu dan membangun bivak. Untuk lokasi, dapat menempati sekitar

danau. Selain berfungsi sebagai sumber kebutuhan air, juga dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi target materi pada tahap berikutnya.

Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan pengarahan dari panitia dan pihak

terkait sesuai dengan kompetensi tujuan pelatihan. Memaparkan kondisi demografi

Indonesia yang rawan bencana dan memang berpotensi akan sering mengalami musibah

disebabkan proses penyesuaian kerak bumi.

Aktivitas pada hari pertama adalah belajar administrasi yang harus ada dalam

penanganan musibah bencana alam.

1. Form Kondisi Sarana

2. Form Orang Hilang

3. Form Jumlah Korban

Setelah tengah hari, peserta belajar menangani Pos Kesehatan, di mana peserta dilatih

mengenal dan menguasai nama dan kegunaan obat-obatan penyakit ringan, cara menangani

pasien/merawat, dan melayani konseling kesehatan.

Menjelang sore hari, peserta belajar memilih lokasi dan menyiapkan kebutuhan air

bersih dan juga sanitasi untuk pengungsi. Pembuatan jamban umum pun dibuat dengan jarak

maksimal 50 meter dari tenda pengungsi dengan norma 1 jamban untuk 20 orang, kemudian

dibangun jamban yang terpisah antara jamban untuk pengungsi laki-laki dan perempuan.

Selain itu, peserta dilatih pula mengelola kebersihan lingkungan dengan memperhatikan

tempat mandi, jamban, tempat cuci pakaian, saluran limbah/selokan, dan pembuangan

sampah.

Untuk kenyamanan pengungsi, perhatikan pula kebutuhan rumah tangga seperti

pakaian, selimut, alas tidur, perlengkapan makan, dan penerangan.

Page 25: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 22

B. Evakuasi Air (Water Rescue)

Evakuasi air (water rescue) dilaksanakan pada hari kedua. Peserta dikenalkan dengan

perahu karet, bagian-bagiannya, fungsi-fungsinya, cara perlakuannya, dan perlengkapan

yang mengiringinya.

Perahu karet adalah perangkat yang besar dan berat untuk dapat dipindahkan seorang

diri. Sehingga dibutuhkan beberapa orang untuk memindahkan perahu karet dan perlu

perlakuan yang hati-hati agar tidak mengalami kerusakan ketika memindahkan dalam

kondisi sudah terpompa.

Gambar 11. Cara mengangkat perahu karet dengan aba-aba

Gambar 12. Simulasi cara membawa perahu karet dengan benar

Page 26: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 23

Dengan berbekal perahu karet beserta perlengkapan keamanan lainnya, peserta diajak

untuk menyesuaikan diri dengan berdayung perahu karet di danau. Peserta dilatih untuk

menguasai penggunaan perahu karet dengan mengarungi seluruh bagian danau.

Adakalanya korban yang akan ditolong berjarak beberapa meter dari perahu karet.

Sehingga dibutuhkan cara untuk mendekatkan korban ke perahu karet. Upaya tersebut dapat

dilakukan dengan cara melemparkan ban pelampung yang telah terikat dengan tali ke perahu

karet kepada korban. Upayakan pula agar korban dapat menggapai dan memegang erat ban

pelampung tersebut kemudian dapat ditarik mendekat ke perahu karet.

Gambar 13. Proses evakuasi air

Pada tahap berikutnya, peserta dilatih untuk terjun dan menaiki kembali perahu karet.

Kegiatan ini melatih peserta untuk tetap sigap, mengatur energi, melatih keseimbangan

perahu, mengetahui tabiat pergerakan dalam air, dan dapat menolong dengan sigap. Lakukan

kegiatan ini beberapa kali untuk tiap peserta hingga dapat dengan lincah melakukannya.

Lakukan juga tahap menolong dengan cara membantu menangkap dan menaikkan teman

dengan menarik jaket pelampung sebagai simulasi menolong korban.

Page 27: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 24

Gambar 14. Menangkap dan menaikkan korban dari air dengan jaring

Gambar 15. Teknik menaikkan korban ke dalam perahu karet dengan menarik life jacket

Kegiatan selanjutnya adalah dengan berlatih membalikkan perahu karet dan

mengembalikan pada posisi semula (swift water). Kegiatan ini mengharuskan semua peserta

untuk terjun ke dalam air dan menjadikan air atau danau sebagai tempat „bermain‟ yang

harus mereka kuasai. Dan „permainan‟ ini dilakukan selama satu hari.

Page 28: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 25

Gambar 16. Kegiatan swift water

Pada tataran aplikatif, menolong pada musibah banjir sangat diperlukan keberanian

mental untuk terjun ke dalam air, kelincahan pergerakan di air, mengatur stamina, serta

kecekatan menangani masalah di air. Pada umumnya, keterlibatan anggota Pramuka dalam

penyelamatan korban banjir tidak berhadapan dengan kondisi ekstrim seperti halnya dalam

latihan. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk anggota Pramuka dapat menemui kondisi

yang demikian.

Kegiatan malam hari diisi dengan pentas seni, di mana tiap regu wajib menampilkan

kekhasannya dan materi hiburan. Hal ini berguna untuk sarana keakraban antar peserta

maupun antar regu.

C. Camp dan Dapur Umum (DUM)

Aktivitas di hari ketiga di awali dengan kegiatan olahraga dan kegiatan ketahanan fisik

lainnya yang dikemas dalam permainan. Hal ini untuk mengendurkan kembali otot badan

yang sempat kaku ketika sehari sebelumnya digunakan untuk aktivitas dalam air. Latihan

beladiri pun disajikan dalam hari ini. Hal ini bertujuan untuk melatih keamanan tenda

pengungsi dan dapur umum (DUM) dengan dilengkapi Buku Tamu.

Berikutnya, peserta diajak untuk simulasi mempersiapkan lokasi pengungsian.

Perhatikan pemilihan lokasi yang aman dan akses jalan yang bersih dari segala hambatan.

Kemudian peserta diberikan pelatihan cara mendirikan tenda peleton dengan kapasitas

hingga 30 orang. Hal ini bertujuan untuk melatih peserta dalam menyiapkan tempat

berlindung sementara bagi pihak yang mengalami musibah. Meski berbentuk simulasi, tetapi

hal ini menjadi miniatur kegiatan dan kegiatan sebenarnya ketika anggota Pramuka harus

menangani hal nyata ketika musibah benar-benar terjadi. Prinsip dasar pendirian tenda

adalah umum. Karena ukurannya lebih besar, perlu kerjasama dan sedikit tenaga ekstra

untuk mendirikannya.

Page 29: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 26

Gambar 17. Proses mendirikan tenda peleton

Perhatikan juga kebutuhan untuk mobilisasi. Kendaraan bermotor seperti sepeda motor

hingga kemungkinan kebutuhan sarana angkut massal seperti truk besar pun harus

diperhitungkan untuk selalu siaga. Penggunaan alat transportasi tersebut untuk mengangkut

korban-korban luka, warga yang rentan (bayi, anak-anak, perempuan hamil, perempuan

menyusui, orang lanjut usia), disabilitas, orang sakit, dan warga yang membutuhkan

kepindahan dengan segera.

Selanjutnya adalah menyiapkan dapur umum (DUM). Dapur umum ini sengaja

dirancang agar mudah dipindah-pindah tempat (mobile) sesuai dengan kebutuhan dan

perlengkapannya pun dibuat sedemikian rupa agar mudah di bawa (portable).

Materi yang perlu dipahami dan dikuasai dalam pelatihan ini adalah cara memasak

dengan volume besar dan dapat layak siap saji dalam waktu singkat serta cara mengemas/

membungkus paket logistik dengan cepat.

Dalam manajemen dapur umum (DUM), ada pekerjaan yang harus difokuskan hingga

dapur umum ini menjadi bagian sangat penting dalam setiap pertolongan. Mengatur dan

berbagi tugas sesuai pos-pos yang mana dalam pelaksanaannya terbagi dalam 3 proses,

yakni Persiapan, Proses Produksi, dan Distribusi.

1. Persiapan

Pos ini sangat vital untuk dasar bekerjanya pos-pos lain. Relawan yang bertugas pada

pos ini mendapat tugas untuk mendata jumlah pengungsi atau korban musibah serta

wilayah sebaran korban. Berdasarkan database tersebut, relawan pada pos ini pun dapat

menyediakan volume logistik (bahan baku) makanan dan juga peralatan dapur umum

yang akan digunakan.

Langkah selanjutnya adalah mengolah bahan baku menjadi makanan siap saji dengan

menu dan jumlah berdasarkan database korban. Kebutuhan perut bagi korban musibah,

Page 30: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 27

harus segera dipenuhi, sehingga pada tahap ini dibutuhkan ilmu yang khusus bagaimana

cara mengolah makanan dalam jumlah besar dan dapat siap saji dalam waktu cepat.

Selain itu, dibutuhkan pula cara membungkus makanan dengan cepat. Setelah itu,

distribusi dapat dilakukan.

2. Proses Produksi

Pekerjaan bagi relawan yang bertugas pada pos ini adalah menjadi bagian dari pos

Persiapan, yakni mengelompokkan relawan menjadi beberapa regu nasi, regu sayur, dan

regu lauk pauk.

Regu nasi bertugas dari mencuci beras hingga memprosesnya menjadi nasi yang siap

saji dengan jumlah yang telah ditentukan sesuai database.

Gambar 18. Proses memasak dalam dapur umum (DUM)

Regu sayur bertugas memilih, membersihkan, menyiapkan, dan memasak sayur sesuai

dengan porsi dan menu yang telah ditentukan sesuai database.

Page 31: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 28

Gambar 19. Proses menyiapkan sayur dalam dapur umum (DUM)

Regu lauk pauk bertugas untuk memroses lauk pauk dari bahan mentah siap olah

menjadi sajian yang siap makan sesuai dengan menu dan volume yang tertera pada

database.

Page 32: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 29

Gambar 20. Aktivitas aparat dalam dapur umum (DUM)

3. Distribusi

Menu makanan yang telah disiapkan regu lain (nasi, sayur, dan lauk) ditangani dalam

proses distribusi ini. makanan yang siap saji dibungkus dengan kertas minyak dan diikat

dengan karet gelang. Sehingga, perlu disiapkan kertas minyak dan karet gelang yang

lumayan banyak. Kemudian didistribusikan kepada korban, baik secara langsung atau

melalui koordinator tempat-tempat pengungsian korban.

Dalam latihan ini, nasi bungkus digunakan sebagai bekal untuk melakukan kegiatan

berikutnya, yakni berpindah tempat meninggalkan lapangan tempat dapur umum dengan

terlebih dahulu membongkar dan merapikan kembali tenda peleton yang digunakan untuk

melakukan kegiatan dapur umum.

Kegiatan selanjutnya adalah bergerak meninggalkan lokasi kegiatan dapur umum

menuju ke lokasi bertebing.

D. Vertical Rescue

Hari keempat dalam kegiatan vertical rescue ini, kita mendirikan bivak yang akan kita

gunakan untuk berlindung sejenak atau menyimpan perbekalan selama kita melakukan

latihan vertical rescue.

Umumnya kontur bertebing kita temui pada kondisi tanah yang berbatu atau berkapur.

Oleh karenanya, kita perlu menyiasati dengan beberapa cara untuk tetap tercukupi

kebutuhan air untuk tubuh.

Page 33: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 30

Bangunlah bivak memanfaatkan ponco atau jas hujan yang dapat kita ikat keempat

ujungnya dengan tali dan kita sangga dengan tiang tongkat atau kita ikatkan pada batang

pohon terdekat dengan bivak. Kemudian ikatlah ruang untuk kepala dengan ikatan yang

rapat agar tidak terjadi kebocoran dan juga sebagai pemberat. Manfaatkan bentuk tersebut

sebagai sarana berlindung dari panas atau hujan dan sekaligus sebagai penampung air jika

terjadi hujan. Untuk selanjutnya air tampungan tersebut dapat diisikan dalam botol-botol

persediaan minuman kita.

Kembali membahas tentang berlatih vertical rescue, kita dapat menyimak dan

mempelajari terlebih dahulu ilmu tentang tebing, panjat tebing, perlengkapan panjat tebing

(pertolongan vertikal), dan juga sisi keamanan dan keselamatan selama menjalankan latihan

dan misi tersebut.

Selanjutnya, kita dapat berlatih menangani korban musibah jika hal itu terjadi pada

posisi kemiringan yang curam atau bahkan di sisi tebing dengan cara berlatih membuat

tandu sekaligus tali temali yang berhubungan dengan penyelamatan secara vertikal.

Gambar 21. Perlengkapan vertival rescue

Karena medan yang disimulasikan begitu curam, prinsip penyelamatan pada bidang

vertikal ini yang perlu diperhatikan adalah ikatan yang rapat dan kuat pada korban di atas

tandu yang pada proses evakuasi mempunyai risiko tinggi. Hal itu untuk mengindari

terjatuhnya korban dari tandu atau agar disposisi/refraksi yang terjadi pada bagian tubuh

tidak bertambah parah.

Page 34: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 31

Gambar 22. Cara mengikat yang aman dan menyertai evakuasi

Page 35: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 32

Gamber 23. Latihan evakuasi korban dari tebing

Page 36: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 33

Gambar 24. Latihan evakuasi korban dari ketinggian gedung

Page 37: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 34

Gambar 25. Latihan proses evakuasi pada tebing curam menggunakan alat bantu

Page 38: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 35

Gambar 26. Latihan proses evakuasi korban pada tebing

Page 39: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 36

Gambar 27. Latihan proses evakuasi tanpa pendamping

Sore dan malam hari digunakan untuk istirahat, ibadah, dan ceramah menggugah

berhubungan dengan misi penyelamatan. Selanjutnya semua peserta diwajibkan istirahat di

bivak masing-masing sampai pada tanda di mana semua peserta untuk bersiaga untuk segera

meninggalkan lokasi pada tengah malam dan melakukan kegiatan berikutnya, yakni long

march dengan bekal yang tersisa.

E. Long March dan Navigasi Darat

Long march di hari kelima memberikan pelajaran untuk melatih ketahanan fisik dan

mental selama melaksanakan misi penyelamatan. Perjalanan jauh ini dilakukan dari malam

hingga pagi. Dan tak jarang anggota harus tidur sambil berjalan dengan kesadaran yang

tinggal setengah dengan cara melekat atau mengikuti teman yang ada di depannya.

Menyusuri rel kereta api dalam perjalanan jauh ini membutuhkan keterampilan tersendiri,

karena jarang kita temui sumber-sumber air kecuali milik rumah warga.

Setelah pagi hari, kita dapat istirahat beberapa waktu untuk sekedar sarapan dan

mengumpulkan energi untuk kegiatan perjalanan seharian nanti.

Page 40: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 37

Gambar 28. Kegiatan long march susur rel

Kita berlatih navigasi darat sebagai sarana berlatih simulasi mencari dan menolong

korban di medan yang belum kita kenal sebelumnya dengan berbekal perlengkapan navigasi

darat berupa kompas bidik, alat tulis, protaktor, dan penggaris.

Dalam simulasi ini, kita dilatih untuk mencari korban dan kembali ke tempat yang

memungkinkan korban untuk ditangani lebih lanjut. Dan latihan ini dilakukan selama sehari

penuh, bahkan boleh jadi dilanjutkan long march kembali menuju titik latihan untuk esok

harinya.

Page 41: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 38

Gambar 29. Kompas Silva dan bagian-bagiannya

Gambar 30. Kompas Bidik

Page 42: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 39

F. Survival

Materi latihan pada hari ke-6 ini lebih menitikberatkan pada kemampuan survival para

anggota. Latihan diawali dengan melakukan kegiatan peregangan otot dan diikuti dengan

kegiatan penyeberangan basah.

Penyeberangan basah atau dalam istilah militer disebut “brangsah” adalah kegiatan

menyeberangi sungai atau perairan yang tidak dapat dilalui kecuali dengan menceburkan diri

menyeberangi apa adanya dengan bantuan tali atau sarana yang memungkinkan untuk itu.

Sehingga anggota harus menyeberanginya dengan perlengkapan penuh seperti tas

carrier/ransel, pakaian lengkap dengan sepatu.

Gambar 31. Teknik penyeberangan basah dengan bantuan tali

Gambar 32. Penyeberangan basah menggunakan tali

Dalam latihan ini pun kita dapat membuat kreasi yang menjadi kelaziman para

survivor dalam melakukan penyeberangan basah, yakni menjadikan tas carrier/ransel kita

sebagai pelampung dengan cara membungkus tas dengan plastik kresek sampah dan

mengikat ujungnya dengan rapat kemudian kita lapisi dengan memanfaatkan ponco atau jas

hujan sebagai pembungkus luarnya. Ikat bagian-bagian yang terbuka agar meminimalkan

masuknya air ke dalam „pelampung‟ tersebut. Selanjutnya adalah menceburkan „pelampung‟

Page 43: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 40

tersebut ke dalam air dan kita dapat melakukan penyeberangan dengan cara mendorong

„pelampung‟ tersebut di depan kita.

Gambar 33. Proses membuat pelampung buatan dengan tas dan jas hujan

Gambar 34. Proses penyeberangan basah dengan pelampung buatan

Selesai melakukan latihan penyeberangan basah, anggota dilatih untuk survival, yakni

mencari makan dengan potensi alam yang ada. Dari cara berburu binatang, ikan, hingga cara

menyajikan makanan dengan teknik-teknik dasar survival.

Page 44: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 41

Gambar 35. Sumber air dari tebasan akar gantung (liana)

Gambar 36. Belalang adalah salah satu serangga yang diperbolehkan untuk di makan

Demikian kegiatan yang dapat dilakukan dalam latihan penanganan bencana, lebih

banyak mengeksplorasi potensi skill yang multiguna dengan melibatkan potensi-potensi

Satuan Karya (Saka) Gerakan Pramuka yang ada di Indonesia.

G. Catatan Khusus Keselamatan

Untuk menghindari terjadinya risiko kecelakaan pada waktu mengikuti program

latihan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1) Dalam pembuatan bivak dan pemasangan tenda, seluruh elemen kegiatan supercamp

harus menempati lokasi yang aman dari bahaya cuaca, binatang, dan kondisi geografis.

Page 45: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 42

2) Dalam kegiatan fisik, harus memperhatikan:

a. Panitia mendata kondisi fisik setiap peserta;

b. Tidak melukai dan tidak mencederai;

c. Tidak menggunakan alat yang membahayakan.

3) Prinsip-prinsip pokok outbound:

First thing first is safety (Keselamatan adalah yang paling utama);

Maximum challenge but minimum risk (Tantangan maksimal tetapi risiko minimal);

No taking risk at all (Sama sekali tidak boleh mengambil/menantang risiko).

4) Prosedur standar pengamanan outbound:

Briefing (penjelasan pengamanan);

Choose safe location (pilih lokasi yang aman);

Always use standard equipments (gunakan selalu peralatan standar);

Always use belays and no vacuum-belay (selalu pakai pengaman dan tidak boleh

ada kekosongan pengaman);

All systems must be locked properly (semua sistem pengamanan harus „terkunci‟);

Double safety (pengamanan berganda);

Check and recheck plus cross-checking (cek ulang dan dicek oleh minimal 2

orang);

Installation should be tried first by instructors (instalasi harus dicoba dulu oleh

instruktur);

Belayers and vertical rescuers must be well trained (personil pengaman harus

orang-orang yang terlatih dengan baik);

Overestimate is higher value than underestimate (jangan meremehkan);

Continous monitoring and control (pengawasan dan kontrol yang

berkesinambungan);

Vigilant until the last participant (senantiasa waspada sampai peserta terakhir

selamat);

Much Prayers and Tawakkal Ilallah (banyak berdoa dan bertawakkal kepada Allah

setelah usaha yang maksimal).

5) Dalam long march:

a. Rute long march harus disurvey dan aman dari bahaya.

b. Dipandu dan dipimpin oleh orang yang mengenal rute dengan baik.

c. Setiap regu harus didampingi 1 orang panitia atau instruktur.

d. Didukung dengan perangkat radio komunikasi dan navigasi.

e. Didukung oleh tim sweeper untuk membantu peserta yang memerlukan bantuan.

f. Didukung oleh tim medis yang terdiri dari minimal 1 orang dokter, 2 orang asisten,

dan dilengkapi dengan peralatan, dan obat-obatan yang cukup; sebagai bagian dari

tim sweeper.

g. Setiap peserta harus membekali diri dengan logistik, alat penerangan, dan

perlengkapan standar yang ditentukan.

h. Menekankan kepada peserta yang fisiknya lemah dengan menempatkannya dalam

barisan paling depan. (Namun apabila tidak memungkinkan mengikuti long march,

agar tidak memaksakan diri).

i. Regu tidak boleh meninggalkan anggota regunya, demikian juga anggota regu tidak

boleh meninggalkan regunya.

Page 46: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 43

BAB 4

PANDUAN RENCANA STANDARD OPERATION PROCEDURE

A. Sebelum Terjadi Bencana

1. Fase Persiapan

Fase ini dibutuhkan beberapa hal yang diperlukan untuk tindakan pertolongan korban

musibah, yakni:

a. Ilmu pengetahuan

1. Pengetahuan tentang radio komunikasi meliputi teknik radio dan prosedur

operating untuk bencana dan SAR;

2. Pengetahuan tentang self rescue dan manajemen bencana;

3. Pengetahuan psikologi pada bencana;

4. Paham hierarki koordinasi dengan instansi terkait.

b. Personil

1. Utamakan punya callsign;

2. Mampu berkoordinasi dengan sekeliling;

3. Utamakan yang bersertifikat atau paling tidak punya pengalaman;

4. Tiap station 3 personil yang bertugas minimal 12 jam selama 5 hari.

c. Pemetaan wilayah personil

1. Dasar area adalah luas kecamatan.

2. Khusus daerah perbatasan, dapat dilakukan koordinasi dengan borderless.

3. Visualkan pada peta dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000.

4. Lengkapi peta dengan data pemancar dan antena serta kekuatan pancar.

5. Tampilkan daerah rentan komunikasi sebagai alternatif posisi repeater.

d. Pemetaan wilayah rawan

1. Koordinasikan dengan instansi terkait masalah daerah rawan dan daerah dampak

dari:

a. Bencana industri;

b. Banjir dan longsor;

c. Daerah patahan aktif;

d. Gunung api aktif;

e. Bencana lainnya.

2. Visualkan pada peta dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000.

e. Koordinasi

Lakukan kepada unsur terkait dalam jajaran TNI/Polri, Satkorlak/Satlak,

Basarnas/Kantor SAR, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Sosial/Tagana, Dinas

Kesehatan, Menwa, PMI, PMK.

f. Infrastruktur komunikasi

1. Jaringan komunikasi dari sentral amatir radio terhadap institusi terkait.

2. Jaringan komunikasi lokal dan sentral antar wilayah sesama amatir radio.

3. Jaringan komunikasi antar wilayah institusi terkait.

4. Jaringan komunikasi administrasi dan supply logistik.

2. Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang sekitar Anda - Periksa keadaan

bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang mengancam keselamatan

Anda, orang lain dan korban. Dekati korban setelah kondisi benar-benar aman.

Page 47: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 44

3. Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian. Kirim orang lain untuk segera

cari pertolongan. Bila Anda satu-satunya orang yang berada di tempat kejadian dan

bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa pergi tinggalkan korban untuk cari pertolongan.

4. Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat. Pesan yang diberikan kepada

layanan gawat darurat harus singkat: di mana lokasi korban, kondisi korban, dan berapa

banyak korban.

5. Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian belakang tanpa tandu.

6. Jangan berikan makanan atau minuman kepada korban.

B. Saat Bencana

1. Tahap awal bencana

a. Pelaporan berita bencana kepada institusi terkait.

b. Jenis musibah yang terjadi.

c. Aktifkan stasiun komunikasi terdekat lokasi musibah berjenjang ke pusat.

d. Melaporkan secara berkala perkembangan situasi tiap 30 menit.

e. Gunakan sistem administrasi yang baku.

2. Tahap persiapan tindakan awal

a) Tentukan petugas dan stasiun pendukung operasi dan jejaring (network) termasuk

tetapkan communication officer.

b) Aktifkan semua stasiun pada institusi terkait.

c) Pantau dan atasi daerah rentan komunikasi.

d) Persiapkan personil, administrasi, dan logistik untuk tim perintis.

e) Briefing kepada semua petugas dan stasiun.

No. Formulir Diberikan kepada 1 2 3

1 Daftar Komunikasi Harian. Semua pihak yang berhubungan luar.

2 Buku Tamu. Regu Administrasi dan Dokumentasi.

3 Laporan Kondisi Sarana. Regu Survey.

4 Permohonan Pencarian. Regu Administrasi dan Dokumentasi.

5 Daftar Orang Hilang. Regu Administrasi dan Dokumentasi.

6 Daftar Kelompok Kondisi

Korban. Regu Administrasi dan Dokumentasi.

7 Laporan Jatuh Korban. Regu Administrasi dan Dokumentasi.

8 Daftar Penentuan Kebutuhan

Darurat. Regu Logistik.

Tabel 6. Administrasi yang dibutuhkan dalam pertolongan musibah

3. Saat pelaksanaan operasi

a) Dikoordinir seorang communication officer BKO IC/SMC resmi.

b) Data selalu update tiap 3 jam dan harus mengikuti perkembangan menit per-menit.

c) Mendukung operasi yang dipimpin oleh incident commander atau SMC.

d) Semua berita masuk dalam jurnal harian.

e) Aktif/siaga dalam 24 jam penuh.

f) Jalankan administrasi dan logistik dengan tertib dan ketat.

4. Akhir penugasan

a) Debriefing team.

b) Inventarisasi ulang peralatan.

Page 48: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 45

c) Inventarisasi permasalahan komunikasi radio.

d) Evaluasi kerentanan koordinasi.

C. Pendidikan

1. Self rescue

Kemampuan untuk menyelamatkan diri sebelum menolong orang lain (sebagai dasar

pokok keamanan atau menyelamatkan diri sendiri.

Materi yang harus dikuasai:

a. Pengetahuan dasar navigasi darat.

b. Pengetahuan dasar meteorologi.

c. Medical First Responder (MFR).

d. Tips penyelamatan diri (gempa, erupsi, banjir bandang, bahaya kimia).

2. Emergency Communication Code – peristilahan yang dipakai dalam emergency (SAR,

Disaster code, Medical Communication/Medico, USAR, Q-code and Ten-code).

3. Pengetahuan E-QSO dan Automatic Packet Reporting System (APRS).

4. Disaster management

a. Incident Command System (ICS).

b. Penggunaan ICS-form dalam operasi penanggulangan bencana.

c. Jangan melupakan kearifan lokal (local wisdom).

Page 49: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 46

Lampiran

KEPUTUSAN

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

NOMOR: 230 TAHUN 2007

TENTANG

PETUNJUK PENYELENGGARAAN PRAMUKA PEDULI

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya mengimplementasikan tugas pokok Gerakan Pramuka,

Kwarnas Gerakan Pramuka telah menetapkan Program Pramuka Peduli

sebagaimana tercantum dalam Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka

Nomor 148 dan 149 Tahun 1999;

b. bahwa Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penanggulangan Bencana,

dan Pelestarian Lingkungan Hidup yang merupakan sasaran akhir Program

Pramuka Peduli perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan

Gerakan Pramuka dewasa ini;

c. bahwa sehubungan dengan itu perlu ditetapkan dengan surat keputusan.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.

2. Rencana Strategik Gerakan Pramuka Tahun 2004 – 2009.

3. Rencana Kerja Kwarnas Gerakan Pramuka Tahun 2003 – 2008.

4. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 148 Tahun 1999 tentang

Pedoman Umum Pramuka Peduli.

5. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 149 Tahun 1999 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pramuka Peduli Bidang Pengembangan Sumber

Daya Manusia, Bidang Pengentasan Kemiskinan, dan Bidang

Penanggulangan Bencana.

Memperhatikan : 1. Arahan Pimpinan Kwarnas, Andalan Nasional, dan saran Staf Kwarnas

Gerakan Pramuka.

2. Hasil Rapat Pleno Subtim Pokja PP Pramuka Peduli.

M E M U T U S K A N

Menetapkan :

Pertama : Mencabut Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 148 Tahun 1999,

dan Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 149 Tahun 1999.

Kedua : petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Peduli, sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I keputusan ini.

Ketiga : Bagan Organisasi Satuan Tugas Pramuka Peduli, sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II keputusan ini.

Keempat : Menginstruksikan kepada kwartir dan satuan Gerakan Pramuka di seluruh

Indonesia untuk melaksanakan keputusan ini.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Page 50: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 47

Apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan pembetulan sebagaimana

mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 30 November 2007

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Ketua,

ttd

Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar, MPH

Page 51: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 48

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

NOMOR: 230 TAHUN 2007

TENTANG

PETUNJUK PENYELENGGARAAN PRAMUKA PEDULI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan yang selama ini telah banyak melakukan

kegiatan bakti masyarakat (community service) dan pembangunan masyarakat (community

development) sebagai wujud dari pengamalan Satya dan Darma Pramuka, terpanggil untuk

bersama-sama masyarakat dan pemerintah mengembangkan upaya Pengembangan Sumber

Daya Manusia, Penanggulangan Bencana dan Pelestarian Lingkungan Hidup melalui

Program Pramuka Peduli dengan pendekatan Tri Bina, yakni Bina Diri, Bina Satuan dan

Bina Masyarakat.

Upaya mengembangkan diri baik sebagai subjek maupun objek pembangunan, yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota Gerakan

Pramuka, telah diluncurkan Program Pramuka Peduli yang dilaksanakan sejak tahun 2002.

Program ini dimaksudkan untuk lebih memberikan arah kepada anggota Gerakan Pramuka

agar lebih peduli terhadap lingkungan masyarakat yang pada saat ini sedang mengalami

musibah dan bencana, serta tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa

depan.

Penajaman terhadap tujuan dan sasaran Program Pramuka Peduli bagi Pramuka Siaga,

Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega serta Pembina Pramuka

yang ada di gugusdepan sebagai pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode

Kepramukaan, diharapkan akan dapat membantu menyukseskan pelaksanaan kegiatan

kepedulian yang dilaksanakan bersama masyarakat, pemerintah, serta Lembaga Swadaya

dan Organisasi Masyarakat lainnya.

Sebagai panduan untuk melaksanakan program tersebut, maka disusunlah Petunjuk

Penyelenggaraan Pramuka Peduli bagi jajaran Gerakan Pramuka.

2. Dasar

a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.

b. Rencana Strategik Gerakan Pramuka 2004-2009.

c. Rencana Kerja Kwarnas Gerakan Pramuka Tahun 2003-2008.

d. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 148 Tahun 1999 tentang Pedoman

Umum dan Susunan Personalia Satuan Tugas Pramuka Peduli Kwartir Nasional.

e. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 149 Tahun 1999 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pramuka Peduli Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bidang

Pengentasan Kemiskinan dan Bidang Penanggulangan Bencana.

Page 52: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 49

3. Pengertian

a. Pramuka Peduli adalah bentuk kepedulian pramuka dalam menghadapi situasi yang

tidak menguntungkan bagi sebagian masyarakat Indonesia.

b. Satuan Tugas (Satgas) Pramuka Peduli adalah wadah yang dibentuk oleh kwartir untuk

mengelola kegiatan Pramuka Peduli.

c. Unit Pramuka Peduli adalah satuan gerak yang dibentuk oleh Satgas Pramuka Peduli

atau anggota Gerakan Pramuka bersama masyarakat dengan koordinasi Kwartir

Cabang.

d. Aksi Pramuka Peduli adalah kegiatan bakti Pramuka bersama-sama masyarakat,

pemerintah, serta Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat lainnya yang

terintegrasi dan dikoordinasikan oleh Gerakan Pramuka untuk mengembangkan sumber

daya manusia, penanggulangan bencana, dan pelestarian lingkungan hidup.

e. Sasaran Pramuka Peduli adalah kelompok yang merupakan objek dari Program

Pramuka Peduli.

BAB II

TUJUAN, SASARAN, DAN RUANG LINGKUP

1. Tujuan

a. Umum

Mengembangkan potensi pramuka, baik sebagai pribadi, kelompok maupun organisasi

untuk menyukseskan pelaksanaan upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia,

Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup yang diselenggarakan

bersama masyarakat, pemerintah, serta Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat

lainnya.

b. Khusus

1) Menumbuhkembangkan kesetiakawanan sosial dalam diri anggota Gerakan

Pramuka agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, memahami kondisi

lingkungan dan masyarakat.

2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka

mengenai berbagai masalah yang terkait dengan upaya Pengembangan Sumber

Daya Manusia, Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

3) Membantu mencegah dan menanggulangi dampak bahaya Narkoba/Napza,

HIV/AIDS, serta masalah kesehatan masyarakat lainnya.

4) Membantu meringankan beban penderitaan masyarakat yang tertimpa musibah

akibat bencana alam (gempa, longsor, banjir, angin ribut, dll) kebakaran, dan

konflik (pengungsi) serta berupaya pencegahan terjadinya bencana.

5) Mengembangkan potensi pramuka, baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,

kelompok maupun organisasi untuk meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat

dengan berperanserta membantu masyarakat terhadap masalah-masalah lain yang

dihadapi masyarakat, terutama generasi muda.

6) Meningkatkan jumlah dan penyebaran anggota Gerakan Pramuka di seluruh

pelosok tanah air yang ikut-serta dalam pelaksanaan Program Pramuka Peduli.

Page 53: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 50

2. Sasaran

a. Anggota Gerakan Pramuka yang terdiri atas Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka

Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun), Pramuka Pandega (21-25

tahun) dan anggota Dewasa yang dihimpun dalam gugusdepan, Satuan Karya Pramuka,

kwartir dan kelompok-kelompok yang dikembangkan oleh Gerakan Pramuka.

b. Masyarakat dan kaum dhuafa yang menjadi sasaran program pemerintah serta Lembaga

Swadaya dan Organisasi Masyarakat lainnya.

c. Masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat di daerah potensi bencana.

BAB III

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

1. Kebijakan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas maka disusun kebijakan pelaksanaan

Program Pramuka Peduli sebagai berikut:

a. Mengembangkan dan mengefektifkan Aksi Pramuka Peduli.

Untuk melaksanakan Program Pramuka Peduli maka jajaran Kwartir Gerakan Pramuka

perlu mengembangkan potensi pramuka, baik sebagai pribadi, kelompok maupun

organisasi untuk menyukseskan pelaksanaan upaya Pengembangan Sumber Daya

Manusia, Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup yang

diselenggarakan bersama masyarakat, pemerintah, serta Lembaga Swadaya dan

Organisasi Masyarakat lainnya.

b. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat.

Melalui Program Pramuka Peduli; Pengembangan Sumber Daya Manusia,

Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup dengan melibatkan

sebanyak mungkin masyarakat dalam pelaksanaan pengidentifikasian sasaran,

penentuan kebutuhan dukungan program, pelaksanaan, pengendalian, dan penilaiannya.

2. Strategi

Program Pramuka Peduli dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan mengembangkan

prinsip 7M sebagai berikut:

a. Mendidik

Kegiatan Pramuka Peduli harus mengandung pendidikan nyata untuk pribadi,

khususnya Pramuka (dalam rangka mempersiapkan diri untuk membangun masyakarat)

maupun bagi anggota masyarakat, antara lain memberi keterampilan dasar untuk hidup

(Basic Life Skills).

b. Mudah

Merupakan kegiatan praktis yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dengan

menyertakan masyarakat dan mengupayakannya menjadi kegiatan berkesinambungan

dengan mengembangkan ide dan kreatifitas.

c. Manfaat

Page 54: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 51

Dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat dan pramuka, guna mendapatkan

kesempatan untuk aktualisasi diri dan berlatih.

d. Murah

Dalam mencapai tujuan kegiatannya, harus memanfaatkan semaksimal mungkin media/

barang-barang yang ada atau dengan biaya yang semurah-murahnya.

e. Massal

Selalu melibatkan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan dan peningkatan sumber

daya manusia dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai azas gotong-royong.

f. Mitra kerja

Dalam setiap kegiatan perlu melibatkan mitra kerja; pemerintah/departemen/instansi

terkait, swasta dan organisasi kemasyarakatan, baik nasional maupun internasional guna

mendapatkan dukungan teknis dan finansial.

g. Media Massa

Melibatkan media massa, baik media cetak maupun elektronik dalam menyebarluaskan

informasi demi peningkatan kepedulian masyarakat terhadap keadaan sekitar dan

peningkatan citra Gerakan Pramuka.

BAB IV

KEGIATAN

1. Pembidangan

Program Pramuka Peduli diarahkan pada kegiatan anggota Gerakan Pramuka dalam upaya

Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian

Lingkungan Hidup yang dilaksanakan dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan

dan Metode Kepramukaan, serta melibatkan masyarakat, pemerintah, serta Lembaga

Swadaya dan Organisasi Masyarakat lainnya.

Pengelompokan Bidang dalam Pramuka Peduli diatur sebagai berikut:

a. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Program Pengembangan Sumber Daya Manusia diarahkan pada upaya meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka mengenai berbagai

masalah yang terkait dengan upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia dan

mencerdaskan kehidupan bangsa agar dapat menggerakkan partisipasi masyarakat untuk

membudayakan kehidupan belajar, bekerja, dan membangun dalam masyarakat.

Kegiatan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia antara lain:

1) Pelatihan/pendidikan:

a) Pembinaan Anak Jalanan (pendampingan di bidang kewirausahaan).

b) Kemah Sastra.

c) Pemberantasan buta aksara.

d) Penyuluhan Pertanian.

e) Penyuluhan pemberantasan penyakit

2) Aksi Pramuka Peduli, antara lain:

a) Karya Bakti Lebaran.

b) Yatim Piatu dan Kaum Dhuafa.

Page 55: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 52

c) Pendidikan.

d) Kesehatan/Gizi.

b. Bidang penanggulangan bencana.

Program Penanggulangan Bencana diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka mengenai berbagai masalah yang terkait

dengan upaya penanggulangan bencana, dan upaya-upaya pencegahan terjadinya

bencana.

Melaksanakan koordinasi dengan unsur terkait dalam penanggulangan bencana dan ikut

serta membantu mengatasi keadaan darurat dalam bentuk bantuan kemanusiaan kepada

masyarakat yang terkena bencana.

Kegiatan Bidang Penanggulangan Bencana antara lain:

1) Pelatihan (Tahap Pra Bencana).

a) Pelatihan Manajemen Bencana.

b) Pelatihan Penanggulangan bencana berbasis masyarakat.

c) Sosialisasi penanggulangan bencana.

d) Pelatihan Brigade Penolong.

2) Aksi Pramuka Peduli.

a) Tahap Terjadi Bencana.

(1) Kelompok Brigade Penolong/SAR.

(2) Kelompok Kesehatan.

(3) Kelompok Bantuan Sosial (dapur umum, logistik, pendataan, dll).

(4) Kelompok Pekerjaan Umum (rehabilitasi sarana/prasarana).

b) Tahap Pasca Bencana

(1) Aksi Peduli banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, Tsunami,

kebakaran, dll.

(2) Bantuan kemanusiaan (bumbung kemanusiaan, natura, pakaian layak

pakai, dll).

(3) Kemah Bakti.

c. Bidang pelestarian lingkungan hidup.

Program Pelestarian Lingkungan Hidup dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka mengenai berbagai masalah yang

terkait dengan upaya Pelestarian Lingkungan Hidup.

Kegiatan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup:

1) Pelatihan, antara lain:

a) Pelatihan Budidaya Tanaman.

b) Pelatihan Sarana/Prasarana Air Bersih.

c) Pelatihan Pengelolaan Sampah Terpadu (Reduce, Reuse, Recycle, Replant).

d) Pelatihan Daur Ulang.

e) Pelatihan pencegahan pemanasan global dan perubahan iklim.

2) Aksi Pramuka Peduli, antara lain:

Lingkungan; bersih pantai, laut, daerah aliran sungai (DAS), penghijauan, dll.

a) Pelestarian alam (flora dan fauna).

b) Wisata alam.

2. Rencana Kerja

a. Pembentukan Satgas Pramuka Peduli Kwartir Daerah dan Kwartir Cabang.

Page 56: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 53

b. Koordinasi dengan unsur terkait.

c. Indentifikasi potensi pramuka serta potensi masyarakat dan wilayahnya.

d. Perencanaan program, pembinaan serta komunikasi, informasi dan edukasi.

e. Perencanaan dan pelaksanaan Aksi Pramuka Peduli.

f. Pelaporan, monitoring dan evaluasi.

BAB V

ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA

1. Organisasi

Satuan Tugas Pramuka Peduli terdiri atas unsur Pimpinan Kwartir, Andalan, Dewan Kerja

Penegak dan Pandega, Staf Kwartir, Pimpinan Satuan Karya Pramuka dan unsur-unsur lain

yang dapat mendukung program.

Kepengurusan Satuan Tugas Pramuka Peduli terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan

Anggota yang dibagi atas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bidang

Penanggulangan Bencana, dan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup.

Unit Pramuka Peduli dapat terdiri atas anggota Gerakan Pramuka bersama masyarakat di

lingkungannya dengan koordinasi Kwartir Cabang, dan melakukan koordinasi dengan

institusi masyarakat setempat untuk mendapatkan dukungan.

(Bagan organisasi terlampir)

2. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja Pramuka Peduli diatur sebagai berikut:

a. Unit-unit Pramuka Peduli sebagai unsur pelaksana Aksi Pramuka Peduli yang dibina

oleh Satgas Pramuka Peduli Kwartir Cabang bersama-sama unsur terkait dengan

mempertimbangkan potensi pramuka dan potensi wilayahnya.

b. Satgas Pramuka Peduli Kwartir Daerah bersama unsur-unsur terkait melaksanakan

koordinasi untuk memberikan pelayanan dan informasi kepada Satuan-satuan Tugas

Pramuka Peduli Kwartir Cabang.

c. Satgas Pramuka Peduli Kwartir Nasional bersama unsur-unsur terkait dapat membentuk

Kelompok Kerja guna menyusun kebijakan untuk mendukung upaya yang dilakukan

oleh Satuan Tugas Pramuka Peduli.

d. Satgas Pramuka Peduli Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang

melaksanakan koordinasi dengan unsur-unsur terkait dalam melaksanakan Aksi

Pramuka Peduli.

BAB VI

DANA

Untuk melaksanakan kegiatan Pramuka Peduli diperlukan dana yang bersumber dari:

1. Gerakan Pramuka.

Page 57: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 54

2. Pemerintah.

3. Sumbangan dari masyarakat dan bantuan mitra kerja lain yang tidak mengikat.

BAB VII

PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI

1. Pelaporan

Laporan diperlukan sebagai alat pengendali kegiatan lapangan. Maka secara berjenjang,

Satgas dan Unit-unit Pramuka Peduli perlu menyampaikan laporan tertulis untuk setiap

Program Pramuka Peduli yang dilaksanakan dan laporan tahunannya.

2. Monitoring

Monitoring secara periodik dan terpadu dilakukan oleh Satuan Tugas Pramuka Peduli pada

setiap tingkatan.

Ruang lingkup monitoring adalah:

a. Proses perencanaan, pelaksanaan Program Pramuka Peduli yang dikaitkan dengan

rencana Aksi Pramuka Peduli yang telah disepakati bersama.

b. Monitoring dilakukan secara periodik, minimal 3 bulan sekali dan secara insidental

setiap Aksi Pramuka Peduli.

3. Evaluasi

Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh Satgas Pramuka Peduli mencakup tiga hal yang

berhubungan dengan proses, hasil dan dampak Program Pramuka Peduli.

a. Evaluasi proses; mencakup:

Evaluasi pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian Evaluasi pada aspek

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Aksi Pramuka Peduli.

b. Evaluasi hasil; mencakup:

1) Evaluasi yang dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dari Program Pramuka

Peduli.

2) Analisa faktor pendukung dan atau penghambat keberhasilan Program Pramuka

Peduli.

c. Evaluasi dampak program; mencakup:

menilai pengaruh dari hasil Program Pramuka Peduli terhadap peningkatan citra

Gerakan Pramuka, kesejahteraan masyarakat serta kinerja Satgas dan Unit-unit Pramuka

Peduli.

BAB VIII

TANDA PENGHARGAAN

Page 58: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 55

Penghargaan Pramuka Peduli dilaksanakan dalam rangka pembinaan watak anggota Gerakan

Pramuka dan diselenggarakan menurut aturan yang berlaku. Tanda penghargaan ini diberikan

sebagai sosialisasi tanda penghargaan Gerakan Pramuka; Tanda Kecakapan Khusus (TKK),

Tanda Ikut Serta Kegiatan (TISKA), Tanda Ikut Serta Gotong Royong (TIGOR) atau

Surat/Piagam penghargaan.

BAB IX

PENUTUP

Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Peduli ini disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan

Program Pramuka Peduli bagi Gerakan Pramuka.

Jakarta, 30 November 2007

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Ketua,

ttd

Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar, MPH

Page 59: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 56

LAMPIRAN II

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

NOMOR: 230 TAHUN 2007

BAGAN ORGANISASI

SATUAN TUGAS (SATGAS) PRAMUKA PEDULI

Jakarta, 30 November 2007

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Ketua,

ttd

Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar, MPH

SATGAS PRAMUKA PEDULI

KWARNAS

KWARNAS

DKN

UNSUR TERKAIT

SATGAS PRAMUKA PEDULI

KWARDA

KWARDA

DKD

UNSUR TERKAIT

SATGAS PRAMUKA PEDULI

KWARCAB

KWARCAB

DKC

UNSUR TERKAIT

UNIT PRAMUKA PEDULI

UNIT PRAMUKA PEDULI

UNIT PRAMUKA PEDULI

MASYARAKAT ANGGOTA

GERAKAN

PRAMUKA

Page 60: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 57

GLOSSARIUM

Bantuan : segala sesuatu yang diperoleh dari hasil bantuan dan atau sumbangan dari

berbagai pihak yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan.

Bencana : peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan merusak (hazard)

sehingga mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bivak : tempat berlindung sementara (darurat) dengan memanfaatkan fasilitas

seadanya agar terhindar dari cuaca buruk dan memberi rasa aman.

Logistik : segala sesuatu yang berujud dan dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri atas sandang, pangan dan

papan atau turunannya. Termasuk dalam kategori logistik adalah barang

yang habis pakai atau dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan bahan

pokok), obat-obatan, pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur, dan

sebagainya.

Manajemen : ilmu dan seni dalam mengelola suatu kegiatan yang biasanya dalam

kegiatan tersebut digunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen seperti

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Pengadaan : suatu proses tersedia barang dan jasa sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Peralatan : segala bentuk alat yang dapat dipergunakan untuk membantu

penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, pemenuhan

kebutuhan dasar dan untuk pemulihan segera prasarana dan sarana vital.

Termasuk dalam kategori peralatan ini misalnya peralatan perahu karet,

mobil rescue tactical unit, mobil dapur umum, mobil tangki air, tenda,

pompa, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, dan alat-alat berat.

Page 61: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 58

BAHAN PUSTAKA

1. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 230 Tahun 2007 tentang Petunjuk

Penyelenggaraan Pramuka Peduli.

2. Materi Pelatihan Pemuda Peduli Bencana Provinsi Jawa Barat tahun 2009.

3. Juklak PMI tentang Pendirian Dapur Umum untuk Bencana Alam.

4. Kurikulum Pelatihan Manajemen Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan

Bencana; Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB 2010.

5. Kurikulum Pelatihan Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana;

Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB 2010.

6. Penanggulangan Bencana Cuaca dan Iklim di Indonesia; Kedeputian Pencegahan dan

Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

7. Karakteristik Bencana dan Siklus Penanggulangannya; Tim Ilmu Alamiah Dasar Universitas

Airlangga.

Page 62: Pramuka; sigap membantu penyelamatan bencana alam

Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------

Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 59

Referensi Internet

1. id.wikipedia.org

2. www.depsos.go.id

3. http://menwauad.wordpress.com

Sumber Gambar

1. http://www.preventionweb.net

2. http://media.viva.co.id

3. http://1.bp.blogspot.com

4. http://statik.tempo.co

5. http://data.tribunnews.com

6. http://postmediaprovince.files.wordpress.com

7. http://sumutpos.co

8. http://2.bp.blogspot.com

9. http://smkpenghulusaad.files.wordpress.com

10. http://kutaikartanegara.com

11. http://danger.mongabay.com

12. http://www.boatstogo.com

13. http://media.arkansasonline.com

14. pribadi

15. http://blokbojonegoro.com

16. http://4.bp.blogspot.com

17. http://v-images2.antarafoto.com

18. http://bsar.org

19. http://www.skedco.com

20. http://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net

21. http://nhichocs.files.wordpress.com

22. http://gepramansel.files.wordpress.com

23. http://korem031.mil.id

24. http://greenerz.files.wordpress.com

25. http://johnxsafaris.files.wordpress.com

26. http://www.survival-gear-guide.com