mioma uteri 2.docx
TRANSCRIPT
MIOMA UTERI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Mioma Uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang men.pangnya (Sarwono Prawirohardjo, 2005).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal
dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya,
sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan
lunak serta otot rahimnya dominan ( Manuaba, 2007).
2. Klasifikasi
a. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam kavum uteri. Jenis
ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete
bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi
tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah
jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat
keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt
atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi
dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia
dan sepsis karena proses di atas.
b. Mioma intramural (mioma intraepitelial)
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim
dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak
pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti
kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa
dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim
dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim
dominan).
c. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh
di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
d. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya
ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan
satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat
menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit.
3. Etiologi
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum
diketahui, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri,
yaitu:
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri
b. Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
estrogen.
Faktor risiko terjadinya miomi uteri :
a. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007).
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan
haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan
sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari
hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa
hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada level
yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa
konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dibandingkan
jaringan miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari siklus
menstruasi (Djuwantono, 2004).
c. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a
myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma
yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker,
2007).
d. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh
enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya
terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan
pprevalensi mioma uteri (Parker, 2007).
e. Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan
prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging
sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan
insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma
uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau
phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker, 2007).
f. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus
kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri
(Manuaba, 2007).
g. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992)
h. Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan
penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen
menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin
(Parker, 2007).
4. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma
sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus
(corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh
diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila
tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada
beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan
menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi
atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin
terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan
bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat
menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya
pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
Pathway
5. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin
timbul diantaranya:
a. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan
metroragia. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
1) Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
2) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
3) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
mioma di antara serabut miometrium
b. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi
c. Pembesaran perut bagian bawah
d. Uterus membesar merata
e. Infertilitas
f. Perdarahan setelah bersenggama
g. Dismenore
h. Abortus berulang
i. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri
panggul.
(Chelmow, 2005)
6. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
a. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
b. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia
lanjut.
c. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan
yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d. Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
e. Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi.
f. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi
hialin. Sarwono Prawirohardjo :2005 :340)
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :
a. Degenerasi ganas.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan hihistologi
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
c. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. (Sarwono
Prawirohardjo :2005 :340)
Komplikasi yang ditimbulkan myom uteri antara lain :
a. Perdarahan pervaginam yang berat juga menimbulkan kondisi kurang
darah (anemia),yang boleh diatasi dengan pemberian obat preparat besi
(iron)
b. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit BAB
atau hemoroid.
c. Uterus robek dalam keadaan hamil.Atau placenta acreta (akar jaringan
placenta menyusup sampai otot jaringan placenta) dan increta,atau
tonus utrus yang kurang dan kemudian perdarahan uterus.
d. Ada yang melaporkan terjadi kehamilan ektopik di jaringan myom
(dr.Faisal Yatim:2005:64)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan vagina tucher
1) Vulva/uretra/vagina kesannya adalah infiltral atau tidak
2) Portio adalah nyeri goyang atau tidak ada seberapa besarnya
3) Orifisium uretra externium apakah tertutup atau terbuka
4) Cavum uteri seberapa besarnya
5) Adneksa/parametrium bagaimana kesannya
6) Cavum dauglas bagaimana kesannya
b. Pemeriksaan rectal tucher
Tonus spingterani bagaimana kedaan dan kesannya ada atau tidak
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin : Hb, leukosit, trombosit
Darah lengkap : ureum, kreatinin, natrium, kalium, HbSAg,
golongan darah, SGOT, SGPT
Urin lengkap : pemeriksaan fisik, kimia, sedimen
2) Pemeriksaan USG
Merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan
ultrasonografi, sehingga alat reproduksi bagian dalam terlihat ada
pembesaran pada abdomen atau tidak.
3) Uji sonde
Uji sonde pada kasus myoma uteri harus lebih besar dari 10 cm.
d. Pap Smear
Displasia seluler menunjukkan kemungkinan / adanya kanker
e. Ultrasound / CT-Scan
Membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa
f. Palpasi abdomen
Adanya mioma dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor
yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit, biasanya
letak tumor ditengah – tengah
g. Pemeriksaan bimanual
Dilakukan jika pemeriksaan belum jelas , terutama pada waniat gemuk
dan nerveus.Kadang perlu anastesia, corpus uteri tidak dapat teraba
tersendiri.
h. Laparaskopi
Dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial.
Laparatomi mungkin dilakukan untuk membuat tahapan kanker atau
untuk mengkaji efek kemoterapi.
i. D & K dengan biopsy ( endometrial/servikal )
Memungkinkan pemeriksaan histopatologis sel untuk menentukan
adanya/lokasi kanker.
j. Hysterografi atau Hysteroscopy
Untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial, dilakukan
untuk membuat tahapan mioma atau untuk mengkaji efek terapi
k. USG abdominal dan transvaginal
Dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis
l. Tes Schiller ( bercak serviks dengan iodine )
Berguna dalam identifikasi sel abnormal.
m. HDL
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis, sementara penurunan
Hct menduga kehilangan darah aktif.Peningkatan SDP dapat
mengindikasikan proses inflamasi/infeksi.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan
ukuran tumor, dan terbagi atas :
1) Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-
6 bulan.
b) Monitor keadaan Hb
c) Pemberian zat besi
d) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
2) Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri
adalah :
a) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita
anemia
b) Nyeri pelvis yang hebat
c) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya
karena mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar
tinju dewasa)
d) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
e) Pertumbuhan mioma setelah menopause
f) Infertilitas
g) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih
sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum.
Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang
belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2005).
b) Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri
ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo,
2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki
mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua
cara histerektomi, yaitu :
(1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan
ooforektomi
(2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran <
uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di
vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan,
2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians
Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai
berikut :
(1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang
dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
(2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang
banyak dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama
lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut
atau kronis.
(3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri
hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut
bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika
urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2005).
b. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif
selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan
indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak
janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Pernah mengalami infeksi pada organ reproduksi atau tidak.
2) Pernah dilakukan pembedahan contohnya miomektomi atau tidak.
3) Pernah dilakukan kuretase atau tidak.
d. Riwayat kehamilan
1) Gravida: jarang atau tidak pernah hamil.
2) Partus: multipara / nulipara.
3) Abortus: apakah terdapat riwayat abortus atau tidak.
4) Prematur: apakah pernah terjadi persalinan prematur ataukah tidak.
e. Riwayat hormonal
Apakah pasien mengkonsumsi obat hormonal atau tidak sehingga ada
peningkatan estrogen.
f. Riwayat menstruasi
Adakah gangguan haid dan usia berapa haid pertama,pernah mengalami :
1) Dysminore yaitu nyeri yang berhubungan dengan menstruasi dan
paling kuat dan bersifat kolik atau terus menerus.
2) Metrorhagi yaitu perdarahan pervaginam yang berlebih yang tidak
teratur dan tidak ada hubungan dengan siklus haid.
3) Menoraghi yaitu pengeluaran darah menstruasi yang lebih banyak
daripada biasanya dan terjadi pada siklus yang teratur atau normal
g. Pemeriksaan persistem
1) Breath ( B1): Pola nafas efektif/tidak, ekspansi dada, suara nafas
tambahan.
2) Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah
bisa naik atau turun, bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih
dari 2 detik.
3) Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).
4) Bladder (B4):
a) Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.
b) Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.
c) Nyeri tekan pada vesika urinaria.
d) Hematuria.
5) Bowel (B5):
a) Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan
kenyal pada perut bagian bawah.
b) Konstipasi
c) Auskultasi : peristaltik menurun
6) Bone (B6): terdapat varises, odema tungkai, kelemahan ekstremitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan
otot dan sistem saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.
b. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya.
c. Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,
akibat pada hubungan seksual.
d. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya
perdarahan yang berulang-ulang.
e. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi Rasional
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh mioma
Klien dapat mengontrol nyerinya dengan criteria hasil mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Kolaborasi pemberian analgesic
Memudahkan tindakan keperawatan.
Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien.
Mengurangi nyeri.
Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil ibu memahami terjadinya
1.Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
2.Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya
Melihat perubahan pola eliminasi klien
Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan
neoplasma pada daerah sekitarnya.
retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
3.Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.
oleh klien
Mencegah terjadinya retensi urine
Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
Konsep diri klien tidak mengalami gangguan dengan criteria hasil menerima keadaan dirinya, menyatakan bersedia untuk dilakukan tindakan termasuk tindakan pembedahan
1.Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
2.Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3.Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien.
4.Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan keluhan-keluhannya.
Mengurangi kecemasan dan meningatkan harga diri klien
Identifikasi kekuatan dan kelemahan klien
Mengurangi kecemasan
Meningkatkan harga diri klien dan berperan aktif dalam perencanaan perawatan bagi diri klien
Resiko tinggi Tidak terjadi 1.Monitor keadaan Untuk memonitor
syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang berulang-ulang.
syok hipovolemikKriteria : Tanda Vital dalam batas normal, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis.
umum pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
3. Berikan oksigenasi
4. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium (Hb).
kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
Untuk mempertahankan supply oksigen ke seluruh tubuh.
Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Untuk memantau perdarahan dan menentukan tindakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing
Chelmow.D.2005.GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2007. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,