mioma uteri 2.docx

28
MIOMA UTERI A. Konsep Dasar 1. Pengertian Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003). Mioma Uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang men.pangnya (Sarwono Prawirohardjo, 2005). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007). Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat

Upload: nanda

Post on 15-Jan-2016

81 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MIOMA UTERI 2.docx

MIOMA UTERI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,

yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut

fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini

merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus

genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,

disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,

abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

Mioma Uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan

jaringan ikat yang men.pangnya (Sarwono Prawirohardjo, 2005).

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan

jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal

dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).

Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya,

sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan

lunak serta otot rahimnya dominan ( Manuaba, 2007).

Page 2: MIOMA UTERI 2.docx

2. Klasifikasi

a. Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam kavum uteri. Jenis

ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan

keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar

mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma

submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan

perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan

kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete

bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi

tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada

mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah

jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat

keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt

atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi

dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia

dan sepsis karena proses di atas.

Page 3: MIOMA UTERI 2.docx

b. Mioma intramural (mioma intraepitelial)

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena

pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan

terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim

dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang

berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak

pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan

mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan

keluhan miksi. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti

kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut

sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa

dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim

dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim

dominan).

c. Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh

di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma

intraligamenter.

d. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya

ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus

sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan

satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat

menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum

berbentuk bulan sabit.

Page 4: MIOMA UTERI 2.docx

3. Etiologi

Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum

diketahui, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri,

yaitu:

a. Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :

1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche

3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma

uteri

b. Teori Cellnest atau Genitoblas

Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat

pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh

estrogen.

Faktor risiko terjadinya miomi uteri :

a. Usia penderita

Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan

sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007).

Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan

haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan

sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).

b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari

hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa

hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada level

yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa

konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dibandingkan

jaringan miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari siklus

menstruasi (Djuwantono, 2004).

Page 5: MIOMA UTERI 2.docx

c. Riwayat Keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma

uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma

dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma

uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita

mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a

myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma

yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker,

2007).

d. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin

berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh

enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya

terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan

pprevalensi mioma uteri (Parker, 2007).

e. Makanan

Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan

prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging

sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan

insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma

uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau

phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker, 2007).

f. Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar

esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus

kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri

(Manuaba, 2007).

g. Paritas

Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara

dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi

melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992)

Page 6: MIOMA UTERI 2.docx

h. Kebiasaan merokok

Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan

penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen

menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin

(Parker, 2007).

4. Patofisiologi

Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal

tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma

sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus

(corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh

diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila

tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat

terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada

beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan

menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi

atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin

terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan

bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat

menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya

pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

Page 7: MIOMA UTERI 2.docx

Pathway

Page 8: MIOMA UTERI 2.docx

5. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya

tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin

timbul diantaranya:

a. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan

metroragia. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:

1) Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma

endometrium karena pengaruh ovarium

2) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya

3) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum

4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya

mioma di antara serabut miometrium

b. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah

pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan

peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi

c. Pembesaran perut bagian bawah

d. Uterus membesar merata

e. Infertilitas

f. Perdarahan setelah bersenggama

g. Dismenore

h. Abortus berulang

i. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri

panggul.

(Chelmow, 2005)

6. Komplikasi

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat

degenerasi. Perubahan sekunder tersebut antara lain :

a. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri

menjadi kecil.

Page 9: MIOMA UTERI 2.docx

b. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia

lanjut.

c. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana

sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan

yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan

yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.

d. Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada

wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.

e. Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada

kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis

subakut sebagai gangguan vaskularisasi.

f. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi

hialin. Sarwono Prawirohardjo :2005 :340)

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :

a. Degenerasi ganas.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan hihistologi

uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila

mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang

mioma dalam menopause.

b. Torsi (putaran tangkai).

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.

c. Nekrosis dan infeksi.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya. (Sarwono

Prawirohardjo :2005 :340)

Page 10: MIOMA UTERI 2.docx

Komplikasi yang ditimbulkan myom uteri antara lain :

a. Perdarahan pervaginam yang berat juga menimbulkan kondisi kurang

darah (anemia),yang boleh diatasi dengan pemberian obat preparat besi

(iron)

b. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit BAB

atau hemoroid.

c. Uterus robek dalam keadaan hamil.Atau placenta acreta (akar jaringan

placenta menyusup sampai otot jaringan placenta) dan increta,atau

tonus utrus yang kurang dan kemudian perdarahan uterus.

d. Ada yang melaporkan terjadi kehamilan ektopik di jaringan myom

(dr.Faisal Yatim:2005:64)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pada pemeriksaan vagina tucher

1) Vulva/uretra/vagina kesannya adalah infiltral atau tidak

2) Portio adalah nyeri goyang atau tidak ada seberapa besarnya

3) Orifisium uretra externium apakah tertutup atau terbuka

4) Cavum uteri seberapa besarnya

5) Adneksa/parametrium bagaimana kesannya

6) Cavum dauglas bagaimana kesannya

b. Pemeriksaan rectal tucher

Tonus spingterani bagaimana kedaan dan kesannya ada atau tidak

c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Darah rutin            : Hb, leukosit, trombosit

Darah lengkap       : ureum, kreatinin, natrium, kalium, HbSAg, 

golongan darah, SGOT, SGPT

Urin lengkap         : pemeriksaan fisik, kimia, sedimen

Page 11: MIOMA UTERI 2.docx

2) Pemeriksaan USG

Merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan

ultrasonografi, sehingga alat reproduksi bagian dalam terlihat ada

pembesaran pada abdomen atau tidak.

3) Uji sonde

Uji sonde pada kasus myoma uteri harus lebih besar dari 10 cm.

d. Pap Smear

Displasia seluler menunjukkan kemungkinan / adanya kanker

e. Ultrasound / CT-Scan

Membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa

f. Palpasi abdomen

Adanya mioma dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor

yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit, biasanya

letak tumor ditengah – tengah

g. Pemeriksaan bimanual

Dilakukan jika pemeriksaan belum jelas , terutama pada waniat gemuk

dan nerveus.Kadang perlu anastesia, corpus uteri tidak dapat teraba

tersendiri.

h. Laparaskopi

Dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial.

Laparatomi mungkin dilakukan untuk membuat tahapan kanker atau

untuk mengkaji efek kemoterapi.

i. D & K dengan biopsy ( endometrial/servikal )

Memungkinkan pemeriksaan histopatologis sel untuk menentukan

adanya/lokasi kanker.

j. Hysterografi atau Hysteroscopy

Untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial, dilakukan

untuk membuat tahapan mioma atau untuk mengkaji efek terapi

k. USG abdominal dan transvaginal

Dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis

Page 12: MIOMA UTERI 2.docx

l. Tes Schiller ( bercak serviks dengan iodine )

Berguna dalam identifikasi sel abnormal.

m. HDL

Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis, sementara penurunan

Hct menduga kehilangan darah aktif.Peningkatan SDP dapat

mengindikasikan proses inflamasi/infeksi.

8. Penatalaksanaan Medis

a. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan

ukuran tumor, dan terbagi atas :

1) Penanganan konservatif

Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-

6 bulan.

b) Monitor keadaan Hb

c) Pemberian zat besi

d) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma

2) Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri

adalah :

a) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita

anemia

b) Nyeri pelvis yang hebat

c) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya

karena mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar

tinju dewasa)

d) Gangguan buang air kecil (retensi urin)

e) Pertumbuhan mioma setelah menopause

f) Infertilitas

Page 13: MIOMA UTERI 2.docx

g) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

a) Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa

pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih

sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum.

Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang

belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan

(Chelmow, 2005).

b) Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk

mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri

ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo,

2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak

menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki

mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua

cara histerektomi, yaitu :

(1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama

mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan

ooforektomi

(2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran <

uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di

vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan,

2005).

Kriteria menurut American College of Obstetricians

Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai

berikut :

(1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang

dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.

(2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang

banyak dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama

Page 14: MIOMA UTERI 2.docx

lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut

atau kronis.

(3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri

hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut

bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika

urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering

(Chelmow, 2005).

b. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,

analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif

selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan

indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak

janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Riwayat Penyakit Sekarang

c. Riwayat Penyakit Dahulu

1) Pernah mengalami infeksi pada organ reproduksi atau tidak.

2) Pernah dilakukan pembedahan contohnya miomektomi atau tidak.

3) Pernah dilakukan kuretase atau tidak.

d. Riwayat kehamilan

1) Gravida: jarang atau tidak pernah hamil.

2) Partus: multipara / nulipara.

3) Abortus: apakah terdapat riwayat abortus atau tidak.

4) Prematur: apakah pernah terjadi persalinan prematur ataukah tidak.

e. Riwayat hormonal

Apakah pasien mengkonsumsi obat hormonal atau tidak sehingga ada

peningkatan estrogen.

Page 15: MIOMA UTERI 2.docx

f. Riwayat menstruasi

Adakah gangguan haid dan usia berapa haid pertama,pernah mengalami :

1) Dysminore yaitu nyeri yang berhubungan dengan menstruasi dan

paling kuat dan bersifat kolik atau terus menerus.

2) Metrorhagi yaitu perdarahan pervaginam yang berlebih yang tidak

teratur dan tidak ada hubungan dengan siklus haid.

3) Menoraghi yaitu pengeluaran darah menstruasi yang lebih banyak

daripada biasanya dan terjadi pada siklus yang teratur atau normal

g. Pemeriksaan persistem

1) Breath ( B1): Pola nafas efektif/tidak, ekspansi dada, suara nafas

tambahan.

2) Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah

bisa naik atau turun, bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih

dari 2 detik.

3) Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).

4) Bladder (B4):

a) Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.

b) Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.

c) Nyeri tekan pada vesika urinaria.

d) Hematuria.

5) Bowel (B5):

a) Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan

kenyal pada perut bagian bawah.

b) Konstipasi

c) Auskultasi : peristaltik menurun

6) Bone (B6): terdapat varises, odema tungkai, kelemahan ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan

otot dan sistem saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.

Page 16: MIOMA UTERI 2.docx

b. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh

massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya.

c. Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang

ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,

akibat pada hubungan seksual.

d. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya

perdarahan yang berulang-ulang.

e. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,

prognosis dan kebutuhan pengobatan.

3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi Rasional

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh mioma

Klien dapat mengontrol nyerinya dengan criteria hasil mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.

1.  Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.

2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Kolaborasi pemberian analgesic

Memudahkan tindakan keperawatan.

Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.

Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien.

Mengurangi nyeri.

Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan

Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil ibu memahami terjadinya

1.Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine

2.Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya

Melihat perubahan pola eliminasi klien

Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan

Page 17: MIOMA UTERI 2.docx

neoplasma pada daerah sekitarnya.

retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.

ketidaknyamanan dan rasa nyeri.

3.Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.

oleh klien

Mencegah terjadinya retensi urine

Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.

Konsep diri klien tidak mengalami gangguan dengan criteria hasil menerima keadaan dirinya, menyatakan bersedia untuk dilakukan tindakan termasuk tindakan pembedahan

1.Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi

2.Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.

3.Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien.

4.Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan keluhan-keluhannya.

Mengurangi kecemasan dan meningatkan harga diri klien

Identifikasi kekuatan dan kelemahan klien

Mengurangi kecemasan

Meningkatkan harga diri klien dan berperan aktif dalam perencanaan perawatan bagi diri klien

Resiko tinggi Tidak terjadi 1.Monitor keadaan Untuk memonitor

Page 18: MIOMA UTERI 2.docx

syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang berulang-ulang.

syok hipovolemikKriteria : Tanda Vital dalam batas normal, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis.

umum pasien.

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.

3. Berikan oksigenasi

4. Kolaborasi pemberian cairan intravena.

5. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium (Hb).

kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.

Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.

Untuk mempertahankan supply oksigen ke seluruh tubuh.

Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

Untuk memantau perdarahan dan menentukan tindakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: MIOMA UTERI 2.docx

Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing

Chelmow.D.2005.GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html

Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders

Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.

Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta

Joedosapoetro MS. 2005.  Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Manuaba IBG. 2007. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates

Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.

Widya Medika,