minyak sumbawa

17
OBSERVASI KLINIK EFEK ANTI NYERI MINYAK SUMBAWA PADA PENDERITA ARTRITIS DI NTB PUBLIKASI ILMIAH Oleh Aldy Valentino Maehca Rendak H1A 007 001

Upload: alen-rendak

Post on 06-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Uji Klinis

TRANSCRIPT

Page 1: Minyak Sumbawa

OBSERVASI KLINIK EFEK ANTI NYERI MINYAK SUMBAWA PADA PENDERITA ARTRITIS DI NTB

PUBLIKASI ILMIAH

OlehAldy Valentino Maehca Rendak

H1A 007 001

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM

MATARAM2012

Page 2: Minyak Sumbawa

ABSTRAK

OBSERVASI KLINIK EFEK ANTI NYERI MINYAK SUMBAWA PADA PENDERITA ARTRITIS DI NTB

Aldy Valentino Maehca Rendak, Hamsu Kadriyan, Nurhidayati

Latar belakang, tujuan dan manfaat: Artritis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam masyarakat, dengan keluhan nyeri sendi sebagai keluhan utama. Masyarakat di NTB mengenal minyak sumbawa sebagai obat untuk mengatasi berbagai macam keluhan penyakit, termasuk untuk mengatasi keluhan nyeri sendi. Belum ada penelitian yang menguji secara klinis efek anti nyeri minyak sumbawa pada penderita artritis dan menilai keamanannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti nyeri minyak sumbawa pada penderita artritis di NTB. Manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan terapi yang aman bagi penderita artritis.

Metode dan subyek penelitian: Penelitian menggunakan desain observasional, yaitu mengamati pasien artritis yang mendapatkan aplikasi minyak sumbawa sebagai kelompok perlakuan (n=36 sampel) dan pasien artritis yang mendapat aplikasi minyak kelapa sebagai kontrol (n=36 sampel). Sampel adalah penderita artritis yang memenuhi kriteria inklusi, diambil dengan metode purposive-sampling di Puskesmas Cakranegara dan Ampenan kota Mataram (n total=72 sampel) selama periobe Oktober-November 2011. Penelitian membandingkan derajat nyeri kelompok kontrol dan perlakuan. Pengukuran derajat nyeri menggunakan Verbal Numerical Rating System (VNRS) dan dibagi dalam skala tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat dan nyeri sangat berat. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney.

Hasil dan simpulan: Terdapat perbedaan derajat nyeri pada pasien artritis yang mendapatkan aplikasi minyak sumbawa dengan pasien artritis yang tidak mendapatkan aplikasi minyak sumbawa setelah 72 jam aplikasi minyak sumbawa (p=0.031).

Kata kunci: Minyak sumbawa, nyeri sendi, artritis

Page 3: Minyak Sumbawa

ABSTRACTCLINICAL OBSERVATION OF MINYAK SUMBAWA’S ANALGETIC

EFFECT IN ARTHRITIS PATIENT IN WEST NUSA TENGGARA

Aldy Valentino Maehca Rendak, Hamsu Kadriyan, Nurhidayati

Background, purposes, and benefits of the studies: Arthritis is disease that common in community with join pain as symptom. Peoples in West Nusa Tenggara had known minyak sumbawa as drug that use to treat many kind of disease. There is no study was conduct to testing clinical anelgetic effect of minyak sumbawa in arthritis patient and it safety. This study aim was to testing clinical anelgetic effext of minyak sumabwa in arthritis patients in West Nusa Tenggara. This study benefit was to develop safety treatment for arthritis patient.

Subject and Methods: This study using observational design therefore this study aim was observing arthritis patients who received minyak sumbawa application as case (n=36 sampelts) and arthritis patients who received virgin oil application as control (n=36 sampelts). Sampelts of this study were arthritis patients that match inclusion criteria, purposive-sampling method was used in this study to collect samples in Cakranegara and Ampenan Community Health Center in October-November 2011 periods. This study was conducted to compare control and case pain degree. Pain degree assessment using Verbal Numerical Rating System (VNRS) and divide into no pain, slightly pain, mild pain, hard pain and very hard pain scales. Data analyze using Mann-Whitney test.

Result and conclusion: There was a different of pain degree between athritis patient that recieved minyak sumbawa application and arthritis patien that not recieved minyak sumbawa application after 72 hours minyak sumbawa application (p=0.031).

Key words: Minyak sumbawa, joint pain, arthritis

Page 4: Minyak Sumbawa

OBSERVASI KLINIK EFEK ANTI NYERI MINYAK SUMBAWA PADA PENDERITA ARTRITIS DI NTB

Pendahuluan

Artritis merupakan penyakit degeneratif dengan keluhan nyeri sendi sebagai keluhan utama dan merupakan penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat (Riyanto, 2010; Michael dan Ellis, 2006). Proses peradangan dan nyeri yang dirasakan oleh penderita artritis dapat menyebabkan aktivitas sehari-hari dapat terganggu (Tamsuri, 2006). Penderita artritis harus mengkonsumsi obat anti nyeri seperti golongan Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID) dan golongan steroid jangka panjang, dimana obat-obatan ini memiliki efek samping yang cukup banyak dan berat (Burke, dkk, 2006; Rachmawati dkk, 2006).

Minyak sumbawa merupakan salah satu obat tradisonal Propinsi NTB yang telah dikenal luas di masyarakat dan yang telah terbukti secara empiris keefektifannya (Kadriyan, 2010). Minyak sumbawa juga dipergunakan untuk mengatsi keluhan nyeri sendi. Namun sampai saat ini, belum ada pembuktian secara klinis mengenai efek anti nyeri minyak sumbawa pada penderita artritis serta belum ada uji klinis yang menjelaskan keamanan penggunaan minyak sumbawa pada penderita astritis.

Berdasarkan uraian hal tersebut, peneliti menganggap perlu untuk melakukan observasi klinik efek anti nyeri minyak sumbawa pada penderita artritis di NTB. Dimana rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan derajat nyeri sendi pada pasien artritis sebelum dan setelah aplikasi minyak sumbawa?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti nyeri minyak sumbawa pada penderita artritis di NTB. Hipotesis yang ingin diuji dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan derajat nyeri pada pasien artritis yang mendapatkan aplikasi minyak sumbawa dengan pasien artritis yang tidak mendapatkan aplikasi minyak sumbawa”.

Metodologi Penelitian

Penelitian efek anti nyeri minyak sumbawa pada pada penderita artritis di NTB ini dilakukan pada bulan September-Desember 2011. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat observasional. Dimana pada penderita artritis yang memenuhi kriteria inklusi akan diberikan minyak Sumbawa. Aplikasi pertama diberikan di Puskesmas oleh Batantra. Aplikasi selanjutnya dilakukan oleh pasien sendiri di rumah, selama 3 hari berturut-turut, diaplikasikan 3 kali sehari pada daerah sendi yang nyeri, sedangkan untuk kelompok kontrol, diberikan minyak kelapa asli yang dibuat secara tradisional, dimana metode dan orang yang memberikan aplikasinya sama dengan kelompok perlakuan, kemudian akan dilakukan observasi penilaian derajat nyeri pada sampel. Pengambilan sampel dilakukan di Puskesmas Ampenan dan Puskesmas Cakranegara kota Mataram yang merupakan Puskesmas binaan pelayanan kesehatan tradisional. Pengambilan sampel dilakukan bulan Oktober-November 2011, dimana sampel dalam penelitian ini adalah penderita artritis yang berobat ke Puskesmas Ampenan dan Puskesmas Cakranegara pada bulan Juni-Agustus 2011 yang memenuhi kriteria inklusi.Untuk kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing sampel berjumlah 36 orang sampel, sehingga sampel total dalam penelitian ini adalah 72 orang

Page 5: Minyak Sumbawa

sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive-sampling.

Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian

Pengumpulan data sampel menggunakan kuisioner, kuisioner berisi data demografi sampel, kepatuhan aplikasi minyak sumbawa, data penggunaan obat, riwayat artritis, derajat nyeri sebelum aplikasi minyak sumbawa, derajat nyeri 24 jam, derajat nyeri 48 jam dan derajat nyeri 72 jam setelah aplikasi minyak sumbawa, serta data efek samping minyak sumbawa. Penilaian derajat nyeri menggunakan Skala penilaian numerik verbal (Verbal Numerical Rating Scales, VNRS), yang kemudian dikategorikan dalam 5 kategori, yaitu: 0, Tidak nyeri; 1 – 2, Nyeri ringan; 3 – 5, Nyeri sedang; 6 – 7, Nyeri berat; 8 – 10, Nyeri sangat berat.

Aplikasi minyak hari kedua (Hari 2), hari ketiga (Hari 3), dan hari keempat (Hari 4)Evaluasi derajat nyeri sampel

(Pengisian Kuisoner II, III, dan IV)

Menggunakan obat selain NSAID

Tidak mematuhi aturan aplikasi minyak

Kriteria Inklusi

Penderita artritis dengan gejala atralgia

Menyetujui Informed consent

Randomisasi Sampel

Kelompok Perlakuan(Aplikasi Minyak Sumbawa)

(36 Sampel)

Sampel Penelitian(72 Sampel)

Penilaian derajat nyeri(Pengisian Kuisioner I)

Aplikasi minyak hari pertama (Hari 1)

Kelompok Kontrol(Aplikasi Minyak Kelapa)

(36 Sampel)

Pengolahan Data

Analisis Data

Eksklusi

Page 6: Minyak Sumbawa

Gambar 2. Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scales, NRS)

Data derajat nyeri dan efek samping minyak sumbawa, serta data NSAID yang digunakan penderita artritis akan diolah dan disajikan dalam bentuk narasi serta tabel. Derajat nyeri kelompok kontrol dan perlakuan untuk akan dibandingkan untuk mengetahui perbedaan derajat nyeri antar kelompok sebelum aplikasi minyak sumbawa (H0), setelah 24 jam aplikasi minyak sumbawa (H1), setelah 48 jam aplikasi (H2) minyak sumbawa, dan setelah 72 jam aplikasi minyak sumbawa (H3). Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan derajat nyeri antar kelompok adalah uji Mann-Whitney. Analisis data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.

Hasil Penelitian

Pada penelitian ini dari total 72 sampel penelitian, 59 sampel adalah perempuan (81.9%) dan 13 sampel adalah laki-laki (18.1%). Untuk karakteristik umur, sebaran terbesar umur sampel berada dalam rentang umur 50-70 tahun, yaitu sebanyak 44 orang sampel (61.1%). Terdapat 13 sampel dengan umur ≤ 50 tahun (18.1%) dan terdapat 15 sampel dengan umur ≥ 70 tahun (20.8%). Sebanyak 62 orang sampel pada penelitian ini berasal dari Puskesmas Cakranegara (86.1%) dan 10 orang sampel berasal dari Puskesmas Ampenan (13.9%). Pada penelitian ini 42 orang sampel (58.3%) menderita artritis ≤ 1 tahun, 21 reponden (29.2%) menderita artritis dalam rentang waktu 1-5 tahun, dan 9 orang sampel (12.5%) telah menderita artritis ≥ 5 tahun. Untuk obat yang dikonsumsi 43 sampel (57.9%) mengkonsumsi Ibuprofen selama proses observasi berlangsung, 5 orang reponden (6.9%) mengkonsumsi Parasetamol dan 24 sampel (33.3%) mengkonsumsi Piroxicam. Berdasarkan penelitian, tidak diperoleh adanya efek samping yang muncul pada pasien selama observasi aplikasi minyak sumbawa.

Pada pengukuran derajat nyeri, didapatkan bahwa sebelum aplikasi minyak sumbawa, 49 sampel mengalami nyeri sedang (68.1%). Setelah 24 jam aplikasi minyak sumbawa didapati sebanyak 51 sampel mengalami nyeri ringan (70.8%), selain itu ditemukan sebanyak 4 orang sampel (5.6%) pada kelompok perlakuan yang berada dalam skala tidak nyeri. Pada pengukuran derajat nyeri setelah 48 jam ditemukan sebanyak 58 sampel mengalami nyeri ringan (80.6%), selain itu ditemukan sebanyak 7 orang sampel (19.4%) pada kelompok perlakuan dan 1 orang sampel (2.8%) kelompok kontrol berada dalam skala tidak nyeri.

Pada pengukuran derajat nyeri setelah 72 jam, ditemukan 61 sampel berada dalam kategori nyeri ringan (84.7%), selain itu ditemukan sebanyak 7 orang sampel (19.4%) pada kelompok perlakuan dan 1 orang sampel kelompok kontrol (2.8%) berada dalam skala tidak nyeri, hal ini juga ditemukan pada.

Pada penelitian ini derajat nyeri kelompok akan dibandingkan dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney.

Page 7: Minyak Sumbawa

Tabel 1. Derajat Nyeri

Waktu Pengukuran

Kelompok

Derajat Nyeri Jumlah

n (%)Tidak Nyeri

n (%)

Nyeri Ringan

n (%)

Nyeri Sedang

n (%)

Nyeri Berat

n (%)

Sebelum Aplikasi Minyak Sumbawa

Kontrol 0 (0.0%) 4 (5.6%) 27 (37.5%) 5 (6.9%) 36 (50.0%)

Perlakuan 0 (0.0%) 9 (12.5%) 22 (30.6%) 5 (6.9%) 36 (50.0%)

Jumlah 0 (0.0%) 13 (18.1%) 49 (68.1%) 10 (13.9%) 72 (100.0%)

Setelah 24 Jam Aplikasi Minya Sumbawa

Kontrol 0 (0.0%) 26 (36.1%) 9 (12.5%) 1 (1.4%) 36 (50.0%)

Perlakuan 4 (5.6%) 25 (34.7%) 6 (8.3%) 1 (1.4%) 56 (50.0%)

Jumlah 4 (5.6%) 51 (70.8%) 15 (20.8%) 2 (2.8%) 72 (100.0%)

Setelah 24 Jam Aplikasi Minya Sumbawa

Kontrol 1 (1.4%) 32 (44.4%) 2 (2.8%) 1 (1.4%) 36 (50.0%)

Perlakuan 7 (9.7%) 26 (36.1%) 3 (4.2%) 0 (0.0%) 36 (50.0%)

Jumlah 8 (11.1%) 58 (80.6%) 5 (6.9%) 1 (1.4%) 72 (100.0%)

Setelah 24 Jam Aplikasi Minya Sumbawa

Kontrol 1 (1.4%) 33 (45.8%) 1 (1.4%) 1 (1.4%) 36 (50.0%)

Perlakuan 7 (9.7%) 28 (38.9%) 1 (1.4%) 0 (0.0%) 36 (50.0%)

Jumlah 8 (11.1%) 61 (84.7%) 2 (2.8%) 1 (1.4%) 72 (100.0%)

Tabel 2. Uji Mann-Whitney Derajat Nyeri Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Derajat Nyeri p

Sebelum Aplikasi Minyak Sumbawa 0.289

24 Jam Setelah Aplikasi Minyak Sumbawa 0.140

48 Jam Setelah Aplikasi Minyak Sumbawa 0.101

72 Jam Setelah Aplikasi Minyak Sumbawa 0.031

Hasil uji menunjukkan bahwa p untuk derajat nyeri sebelum aplikasi minyak sumbawa 0.289, p derajat nyeri setelah 24 jam 0.140, p 48 jam 0.101 dan p 72 jam 0.031. Berdasarkan data tersebut, hanya uji derajat nyeri kelompok kontrol dan perlakuan setelah 72 jam aplikasi minyak sumbawa yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p derajat nyeri setelah72 jam 0.031; p<0.05).

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan derajat nyeri antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang signifikan hanya terjadi setelah 72 jam aplikasi minyak sumbawa (p=0.031). Hal ini secara jelas menggambarkan bahwa terdapat perubahan derajat nyeri pada kelompok kontrol dan perlakuan, sehingga terjadi perbedaan derajat nyeri. Perubahan derajat nyeri ini kemungkinan dapat disebabkan oleh efek dari masing-masing komponen minyak sumbawa, pemberian obat anti

Page 8: Minyak Sumbawa

inflamasi non steroid, dan metode pemijatan yang dilakukan pada saat aplikasinya minyak dilakukan.

Menurut batantra, minyak sumbawa yang penulis pergunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan Andrografis peniculata, Hedyotis corymbosa, Phylantus urinaria, Elephantopus scaber, Peperomia pellucid, Ageratum conyzoides, Kayu tulang, Zingiberis rhizome, dan Oleum cocus yang merupakan obat-obatan herbal. Dari komponen tersebut, yang memiliki khasiat untuk menurunkan proses inflamasi dan mengurangi nyeri adalah Andrografis peniculata atau sambiloto dengan zat aktif yang memiliki efek anti inflamasi, Zingiberis rhizome atau rimpang jahe yang merupakan agen anti inflamasi, Elephantopus scaber atau tapak liman yang merupakan anti radang, Hedyotis corymbosa atau lebih dikenal dengan nama daun mutiara yang merupakan anti radang, dan Peperomia pellucid yang memiliki efek anti inflamasi (Wijaya dan Monica, 2004; Tanaman Obat Indonesia, 2005). Berdasarkan data mengenai kandungan dari minyak sumbawa ini, maka dapat disimpulkan bahwa minyak sumbawa juga memiliki peran dalam menurunkan proses inflamasi karena memiliki berbagai kandungan yang bersifat agen anti inflamasi atau anti radang.

Pemberian anti inflamasi non steroid terdiri dari 2 jenis obat, yaitu Piroxicam dan Ibuprofen, sementara Parasetamol merupakan obat golongan asetaminofen, yang merupakan analgetik serta antipiretik. Sampel pada penelitian ini diberikan satu macam obat dengan jenis berbeda sesuai dengan kebijakan pusat pelayanan kesehatan. Sebanyak 43 sampel (57.9%) mengkonsumsi Ibuprofen selama proses observasi penelitian berlangsung. Menurut Lelo dkk (2004) Tubuh kita kaya dengan serabut-serabut syaraf yang hanya berfungsi untuk mentransmisikan berbagai informasi dari dan ke sistem syaraf pusat. Adanya picuan nyeri fisik atau kimiawi pada awalnya diterima oleh reseptor khusus nosiseptor yang diikuti dengan transmisi nyeri disepanjang syaraf sensorik. Bila nosiseptor perifer disensitisasi, respon nyeri terhadap stimulus sakit ditingkatkan. Fenomena ini disebut hiperalgesia. Di perifer, kepekaan nociceptor terhadap stimulus yang menyakitkan makin meningkat oleh adanya prostaglandin, bradikinin, histamin dan lainnya. Dengan demikian mekanisme modulasi nyeri di perifer adalah berawal dari adanya sensitisasi ujung syaraf oleh mediator prostaglandin E 2 yang terbentuk akibat cedera jaringan dan peningkatan jumlah COX 2. Jadi dengan pemberian inhibitor COX 2 atau NSAID, maka proses modulasi nyeri dapat dihambat, sehingga nyeri dapat berkurang atau tidak muncul. Pemberian Ibuprofen yang merupakan NSAID yang mampu menghambat nyeri di perifer dan sentral melalui aktivitas anti inflamasinya dan Piroxicam yang juga bekerja menghambat sintesis prostaglandin serta menurunkan sensitivitas reseptor nyeri, tentu saja akan berakibat pada pengurangan derajat nyeri pada sampel. Begitu juga dengan pemberian parasetamol yang memiliki efek hambat modulasi nyeri di daerah sentral, tentu juga memberikan efek penurunan nyeri pada sampel. Menurut Lelo dkk (2004) Pemberian NSAID atau parasetamol sebaiknya dikombinasikan untuk dapat memberikan efek penurunan nyeri yang maksimal. Pada penelitian ini kondisi maksimal ini akan dicapai dengan pemberian piroxicam, parasetamol, serta ibuprofen yang dikombinasikan dengan pemberian minyak sumbawa. Adanya kombinasi ini akan menyebabkan penggandaan efek dari anti nyeri dari obat-obatan tersebut. Karena sebagaimana dijelaskan di atas bahwa minyak sumbawa memiliki kandungan zat anti inflamasi, sehingga penulis mengasumsikan bahwa pemberian minyak sumbawa juga menghambat proses modulasi nyeri di perifer dengan menghambat sintesis prostaglandin. Hal ini

Page 9: Minyak Sumbawa

masih bersifat dugaan, karena belum ada literatur yang mampu menjelaskan kerja minyak sumbawa dalam menurunkan nyeri. Efek kombinasi antara minyak sumbawa dan obat-obatan ini menurut penulis memiliki implikasi penting pada terapi nyeri, yaitu penggunaan obat dapat diminimalkan dengan dosis teraupetik yang minimal karena telah dikombinasikan dengan minyak sumbawa, serta durasi penggunaan obat dapat dikurangi karena adanya efek kombinasi ini. Namun dengan adanya dugaan penguatan efek anti nyeri karena kombinasi obat dan minyak sumbawa ini, penulis merasa kesulitan menentukan apakah benar minyak sumbawa dapat menurunkan derajat nyeri, karena adanya bias akibat pengunaan obat-obatan tambahan. Hal ini menjadi salah satu kekurangan dari penelitian ini.

Metode pemijatan menjadi faktor penting dalam penurunan derajat nyeri pada sampel, sebagaimana dijelaskan dalam Snell (1998) bahwa proses pemijatan pada daerah nyeri dapat mengurangi nyeri berdasarkan gating theory. Dalam teori ini diduga bahwa tempat masuknya serabut nyeri ke susunan saraf pusat, dapat terjadi inhibisi melalui neuron-neuron penghubung yang dieksitasi oleh serabut aferen besar dan bermielin yang membawa informasi raba dan tekanan yang tidka nyeri. Stimulasi taktil yang berlebihan-seperti yang ditimbulkan oleh pijatan-“menutup gerbang” untuk nyeri. Begitu stimulasis raba yang tidak nyeri hilang, maka “gerbang dibuka” dan informasi stimulus nyeri naik melalui traktus spinothalamikus lateralis.

Penulis belum dapat menjelaskan peebedaan derajat nyeri yang signifikan yang baru terjadi setelah 72 jam aplikasi minyak sumbawa. Penulis menduga bahwa hal ini terjadi karena adanya proses patologi nyeri yang cukup lama, dimana rata-rata sampel mengeluhkan adanya gejala arthritis sekitar satu atau kurang dari satu tahun. Dengan asumsi ini, dapat disimpulkan bahwa nyeri kemungkinan merupakan proses yang kronik, sehingga untuk proses peredaan nyerinya butuh waktu yang lebih lama.

Pada kelompok kontrol dan perlakuan, hingga observasi setelah 72 jam menunjukkan bahwa hanya 8 orang sampel (11.1%) dari 72 orang sampel yang tidak mengalami nyeri setelah aplikasi minyak, dan hanya 7 orang sampel (19.4%) dari 36 orang sampel kelompok perlakuan yang tidak mengalami nyeri. Hal ini mungkin disebabkan karena 59 sampel yang menderita artritis pada penelitian ini adalah perempuan (81.9%), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Paradowski, et all (2006) dalam Wisdanora (2010) yang menyatakan bahwa hormon seks memiliki peranan dalam meningkatkan persepsi nyeri pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hasil studinya menunjukkan bahwa gejala nyeri yang memburuk secara dramatis terlihat pada perempuan dengan rentang usia yang lebih tua hal ini mungkin berhubungan dengan kejadian menopouse. Hilangnya estrogen pada perempuan menopouse seringkali menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis yang bermakna pada fungsi tubuh termasuk gelisah, letih, dan ansietas (Guyton, 1997). Penjelasan dari literatur ini memberikan suatu kesimpulan bahwa ada kecenderungan pada perempuan untuk mengalami derajat nyeri yang lebih tinggi akibat keparahan atritis dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian bahwa rentang usia sampel terbesar adalah pada rentang usia 50-70 tahun yaitu sebanyak 44 orang sampel (61.1%), sehingga diasumsikan sebagian besar sampel telah mengalami masa menopouse. Hasil penelitian yang berkaitan dengan usia menopause ini tidak bisa digenarilasi karena jumlah sampel laki-laki sebanyak 13 orang dan jumlah ini tidak mewakili sampel nyeri secara keseluruhan dan juga Paradowski, dkk (2006) dalam Wisdanora (2010) menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

Page 10: Minyak Sumbawa

perubahan derajat nyeri dan fungsi. Hal lain yang dapat mempengaruhi sehingga hanya beberapa sampel yang tidak mengalami nyeri setelah observasi berakhir adalah umur sampel, dimana 69 orang sampel berada di atas umur 50 tahun, dimana menurut penulis dengan adanya pasien pada rentang umur ini tingkat keparahan artritis pasien berada dalam tahap lebih lanjut karena proses penuaan yang terjadi.

Kesimpulan

Terdapat perbedaan derajat nyeri pada pasien artritis yang mendapatkan aplikasi minyak sumbawa dengan pasien artritis yag tidak mendapatkan aplikasi minyak sumbawa setelah 72 jam aplikasi minyak sumbawa (p=0.031).

KEPUSTAKAAN

Burke A., Smyth E., Fitzgerald G A., 2006, Chapter 26, Analgesic-Antipyretic Agents; Pharmacotherapy Of Gout In Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis Of Therapeutics, 11th Ed, The Mcgraw-Hill Companies Inc, USA.

Guyton A.C., Hall J.E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kadriyan, H., 2010, Local wisdom in health delivery in West Nusa Tenggara, Proceeding of World Conference on Culture, Science and Education, Jogjakarta.

Lelo, A., Rangkuty, Z., dan Pane, Y.S., 2004, Manfaat AINS Terhadap Nyeri Gangguan Muskuloskeletal Pada Usia Lanjut, Fakultas Kedokteran Bagian Farmakologi dan Terapeutik Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Michael, H., Ellis, R., 2006, Structural abnormalities in Textbook of Musculoskeletal Medicine , 1st Edition, 2006 Oxford University Press, USA.

Rachmawati, M.R., et al, 2005, Nyeri musculoskeletal dan hubungannya dengan kemampuan fungsional fisik pada lanjut usia, Universa Medicina, Vol. 25 No.4, pp. 179-186.

Riyanto, D., 2010, Hubungan pengetahuan sikap dan perilaku tentang nyeri pada lansia di Posyandu Lansia Kusuma Desa Palur Mojolaban Sukoharjo, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Snell, R.S., 2002, Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed 5, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Stoelting, R.K., 1999, Pharmacology and Physiology in Anesthesia Practice, 3rd Ed, Lippincott Raven, Philadelphia.

Tamsuri, A., 2006, Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tanaman Obat Indonesia, 2005, Bandotan, IPTEKnet. Available at http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=63 (Accessed January 20th, 2012).

Page 11: Minyak Sumbawa

Tanaman Obat Indonesia, 2005, Rumput mutiara, IPTEKnet. Available at http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=54 (Accessed January 20th, 2012).

Tanaman Obat Indonesia, 2005, Tapak Liman, IPTEKnet. Available at http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=18 (Accessed January 20th, 2012).

Wijaya and Monica, 2004, Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Herba Suruhan (Peperomia pellucid L.Kunth) pada Tikus Putih Jantan, 115-118, Available at http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9204115118.pdf (Accessed January 20th, 2012).

Wisdanora, A., 2010, Pengaruh Kompres Dingin Kirbat Es terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid Artritis, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, Sumatera Utara.