mining reklamation

37
Proposal PKP PT.ADARO INDONESIA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah memberikan kemampuan dan pengetahuan sehingga proposal Praktek Kerja Profesi (PKP) ini dapat terselesaikan. Proposal ini berisi tentang rencana kegiatan PKP yang terdiri dari materi umum dan khusus. Kedua materi tersebut mencakup aspek perencanaan, sistem silvikultur, pembinaan hutan, perlindungan hutan, dan pemberdayaan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menambah dan memperkaya pemahaman materi-materi yang telah diperoleh di bangku kuliah, maka mahasiswa diwajibkan menempuh Praktek Kerja Profesi (PKP) sebagai sarana untuk menghubungkan teori yang telah diperoleh di ruang kuliah dengan aplikasi di lapangan. Di satu pihak teori merupakan hal yang obyektif dan tidak mengenal dimensi waktu dan tempat, sedangkan aplikasi bersifat subyektif dan kondisional, yakni terikat dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan tempat. Selain itu, praktek juga berguna untuk membekali mahasiswa sebagai calon rimbawan dengan pengetahuan serta keterampilan teknis dalam pengelolaan serta perencanaan hutan. Sebagai sarana evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan materi praktek tersebut, maka dilakukan penilaian melalui diskusi dan penyusunan laporan. Mahasiswa PKP dibekali dengan teori dan pengetahuan, namun disadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan rencana pelaksanaan PKP ini. Oleh karena itu, diharapkan masukkan, koreksi dan kritik yang membangun demi kelancaran pelaksanaan Praktek Kerja Profesi (PKP) mendatang. Bogor, 25 Mei 2010

Upload: abel-yuki-edwar

Post on 06-Aug-2015

86 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mining Reklamation

Proposal PKP PT.ADARO INDONESIAKATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah memberikan kemampuan dan pengetahuan sehingga proposal Praktek Kerja Profesi (PKP) ini dapat terselesaikan. Proposal ini berisi tentang rencana kegiatan PKP yang terdiri dari materi umum dan khusus. Kedua materi tersebut mencakup aspek perencanaan, sistem silvikultur, pembinaan hutan, perlindungan hutan, dan pemberdayaan masyarakat.Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menambah dan memperkaya pemahaman materi-materi yang telah diperoleh di bangku kuliah, maka mahasiswa diwajibkan menempuh Praktek Kerja Profesi (PKP) sebagai sarana untuk menghubungkan teori yang telah diperoleh di ruang kuliah dengan aplikasi di lapangan. Di satu pihak teori merupakan hal yang obyektif dan tidak mengenal dimensi waktu dan tempat, sedangkan aplikasi bersifat subyektif dan kondisional, yakni terikat dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan tempat. Selain itu, praktek juga berguna untuk membekali mahasiswa sebagai calon rimbawan dengan pengetahuan serta keterampilan teknis dalam pengelolaan serta perencanaan hutan.Sebagai sarana evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan materi praktek tersebut, maka dilakukan penilaian melalui diskusi dan penyusunan laporan. Mahasiswa PKP dibekali dengan teori dan pengetahuan, namun disadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan rencana pelaksanaan PKP ini. Oleh karena itu, diharapkan masukkan, koreksi dan kritik yang membangun demi kelancaran pelaksanaan Praktek Kerja Profesi (PKP) mendatang.

Bogor, 25 Mei 2010

Tim Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSebagai sebuah institusi pendidikan yang akan menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, selain memberikan ilmu pengetahuan perguruan tinggi juga harus melengkapi mahasiswa dengan pengalaman Praktek Kerja Profesi. Institut Pertanian Bogor memiliki misi pendidikan yaitu mendukung terciptanya lulusan berkualitas yang mampu mengembangkan dan menerapkan IPTEK. Salah satu langkah yang ditempuh IPB adalah menyeimbangkan antara teori yang diberikan

Page 2: Mining Reklamation

di bangku kuliah dengan aspek praktek melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP).Praktek Kerja Profesi (PKP) bagi mahasiswa Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB adalah suatu rangkaian kegiatan penerapan ilmu pengetahuan kehutanan secara umum dan ilmu silvikultur secara khusus langsung di lapangan. Dalam PKP ini mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, analisis, peragaan, perancangan dan uji coba yang mencakup seluruh aspek pengelolaan hutan.Di Indonesia banyak perusahaan pertambangan yang areal konsesinya mencakup kawasan hutan yang diberi izin oleh pemerintah untuk diusahakan, diantaranya adalah dalam bidang pertambangan minyak bumi, batubara, emas, timah, nikel, dll. Usaha penambangannya ada yang berupa penambangan tertutup dan banyak juga yang berupa penambangan terbuka. Pada setiap areal bekas penambangan harus dilakukan kegiatan reklamasi/revegetasi lahan. Dalam reklamasi lahan bekas penambangan ini mahasiswa program studi silvikultur yang melaksanakan PKP dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam reklamasi lahan di “areal khusus” ini, sekaligus dapat berpartisipasi dalam upaya menerapkan ilmu dan teknologi kehutanan, khususnya silvikultur yang telah diperolehnya. Dalam melaksanakan PKP mahasiswa dapat membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah-masalah rehabilitasi lahan bekas tambang, khususnya yang berkaitan dengan budidaya tanaman hutan (revegetasi).

B. Tujuan Praktek Kerja ProfesiTujuan dari kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) di areal penambangan secara umum adalah :1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh aktivitas penambangan terhadap lingkungan2. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem dan unsur reklamasi lahan bekas penambangan secara menyeluruh, yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan, mencakup perencanaan reklamasi (luas areal, kondisi lahan, teknik reklamasi), pembinaan hutan (penyediaan bibit, pengelolaan/perlakuan lahan, penanaman, pemeliharaan/perlindungan tanaman dari gangguan/perlindungan hutan, administrasi/tata usaha reklamasi3. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan keputusan dalam kegiatan reklamasi lahan berdasarkan ilmu pengetahuan silvikultur mencakup identifikasi masalah, perumusan masalah, pengumpulan data, analisis dan sintesis.

BAB IIMATERI DAN PELAKSANAAN PRAKTEK

1. Lokasi dan Waktu Praktek

Page 3: Mining Reklamation

Kegiatan Praktik Kerja Profesi akan dilaksanakan selama 2 bulan (60 hari) pada periode II (Juli-Agustus) di Perusahaan tambang PT. Adaro Indonesia Tanjung Tabalong Kalmantan Selatan..2. Rencana Kegiatan PraktekA. Evaluasi legalitas aspek pelaksanaan reklamasi hutanMemahami serta mengevaluasi kegiatan reklamasi hutan di areal lahan bekas tambang berdasarkan peraturan-peraturan pemerintah sebagai berikut :1. UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan2. PP No. 76 tahun 2008 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan3. PP No. 2 tahun 2008 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari penggunaan kawasan hutan4. Kepmenhut No. 146 /Kpts-II/1999 tentang pedoman reklamasi bekas tambang dalam kawasan hutan5. PP No. 60 tahun 2009 tentang keberhasilan evaluasi tambangB. Pembinaan Hutan1. Pemilihan jenis tanamanPemilihan jenis-jenis tanaman potensial untuk kepentingan revegetasi lahan bekas tambang berdasarkan kriteria pemilihan jenis. Output dari kegiatan ini berupa list spesies-spesies tanaman potensial untuk kegiatan revegetasi lahan bekas tambang.2. Pengadaan dan perbanyakan beniha) Pengambilan bahan tanaman/benih spesies terpilihb) Teknik perbanyakan tanaman3. Persemaiana) Pembangunan persemaian1. Pemilihan lokasi dan tipe persemaian2. Penentuan luas areal dan pemancangan batas3. Pengukuran luas persemaian dan pembuatan peta4. Lay out persemaian5. Sarana prasarana persemaian (jenis, ukuran, jumlah)b) Pengadaan bibit dari benih1. Media (jenis, teknik penyiapan media) dan wadah media2. Perlakuan benih, daya kecambah benih3. Teknik penyemaian4. Teknik pemeliharaan bibita. Penyiraman (cara, waktu, frekuensi)b. Pemupukan (cara, jenis, pupuk, dosis, waktu dan frekuensi)c. Pengendalian gulma (cara, waktu, frekuensi)5. Seleksi bibit (kriteria bibit berkualitas)6. Produksi bibit 5 tahun terakhir (rencana, realisasi)a. Pengadaan bibit dari stek1) Pemilihan pohon induk

Page 4: Mining Reklamation

2) “Propagation house” (tipe, luas, jumlah)3) Teknik pembuatan stek : media stek, persyaratan bahan stek, cara pembuatan stek, zat pengatur tumbuh, penanaman stek, pemeliharaan dan penyapihan stel4) Teknik pemeliharaan bibit5) Persentase stek berakar, lamanya proses berakar6) Seleksi bibit (criteria bibit berkualitas)7) Produksi bibit 5 tahun terakhir (rencana, realisasi)b. Pengadaan bibit : alat angkut, kapasitas angkut, cara dan waktu pengangkutanc. Manajemen persemaian1) Struktur oragnisasi persemaian2) Jumlah dan kualifikasi SDM, sistem upah3) Prestasi kerja setiap kegiatan di persemaian4) Administrasi persemaian : jadwal kegiatan, bak/bedeng perkecambahan, bedeng penyapihan, dan daftar mutasi bibit, dsb.d. Permasalahan yang dihadapi dalam teknik dan manajemen persemaian.C. Kegiatan reklamasi1) Pengumpulan data areal yang akan di reklamasi (kondisi tanah, lereng, jenis vegetasi yang ada)2) Rencana luas areal yang di reklamasi (pengukuran areal yang akan di reklamasi)3) Penentuan jenis vegetasi yang akan di tanam4) Rencana teknik reklamasi yang diterapkan (hydroseeding, penanaman langsung, dll)5) Evaluasi dan monitoring kegiatan reklamasiD. Persiapan lahan1) Mengidentifikasi kondisi tanah2) Penentuan teknik persiapan lahan (re-countoring, stabilitasi lahan, saluran drainase)3) Penggunaan pupuk, bioremedyE. Penanaman1) Persiapan lapangana. Penentuan luas areal penanamanb. Pembuatan lay out penanaman (pengaturan jarak tanam)c. Pembuatan larikan tanaman dan pemasangan ajird. Pembuatan lubang tanam2) Sistem penanaman (bayar harian, borongan, tumpang sari, distribusi bibit)3) Teknik penanaman (cara, waktu, aplikasi pupuk inorganic, kompos, dll)4) Teknik pemeliharaan tanaman reklamasi5) Pengamatan keberhasilan tanaman (teknik sampling, persen tumbuh)6) Rencana dan realisasi penanaman 5 tahun terakhirF. Pemeliharaan

Page 5: Mining Reklamation

1) Penyulaman tanaman (waktu, frekuensi, intensitas, %tumbuh, cara penyulaman)2) Penyiangan tanaman (pengendalian gulma)3) Pemupukan (waktu, pemupukan, frekuensi, jenis pupuk, dosis, cara pemupukanG. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Pertambangan1) Kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat2) Permasalahan dan kendala dalam pemberdayaan masyarakat3) Perencanaan dan peleksanaan program4) Pendampingan masyarakat5) Monitoring dan evaluasi programH. Perlindungan Hutan1. Mengidentifikasi dan pengendalian hama dan penyakit2. Pengendalian kebakaran3. Pencegahan penggembalaanI. Monitoring1. Waktu dan frekuensi monitoring2. Evaluator3. Hasil kegiatan monitoring/evaluasi3. Pelaksana KegiatanPelaksana Praktik : Surahman (E44060960)Helga Sugiarti (E44061576)Departemen : SilvikulturFakultas : KehutananPerguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor* Biodata lengkap pelaksana tercantum pada Lampiran 3.

4. PembimbingDalam pelaksanaan praktik kerja profesi ini mahasiswa dibimbing oleh Pembimbing Lapang (PL) dari pihak PT. Adaro Indonesia Tanjung Tabalong Kalmantan Selatan.

5. Jurnal HarianSebagai catatan kegiatan selama pelaksanaan praktek akan disusun jurnal kegiatan yang berisi jenis-jenis kegiatan yang dilakukan dalam satu hari kerja. Pengisian jurnal harian harus diketahui dan disetujui Pembimbing Lapang (PL) yang dibuktikan dengan tanda tangan.* Jurnal kegiatan harian tercantum pada Lampiran 4.6. PenilaianKelulusan peserta Praktik Kerja Profesi (PKP) dinyatakan dengan huruf mutu sebagaimana yang berlaku di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Unsur penilaian terdiri dari :1. Nilai Pembekalan.

Page 6: Mining Reklamation

2. Nilai Lapangan.3. Nilai Laporan.4. Nilai Ujian.Adapun nilai lapangan di tentukan oleh pembimbing lapangan.* Format Nilai Lapangan tercantum di Lampiran 5.7. Komisi PelaksanaSusunan Pelaksana Praktik Kerja Profesi (PKP) pada Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor adalah :Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Kehutanan.Ketua Pelaksana : Ketua Departemen Silvikultur.Pelaksana : 1. Komisi Pendidikan dan Praktik Kerja Profesi2. Komisi Kemahasiswaan Departemen SilvikulturPENUTUP

Rencana Praktek Kerja Profesi (PKP) yang telah disusun penulis dalam prakteknya yang meliputi perencaanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta administrasi kegiatan rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat disekitar areal pertambangan. Diharapkan dari penyusunan Rencana Kerja PKP ini penulis mampu menyelaraskan PKP dengan tujuan yang ingin dicapai sehingga penulis tanggap dalam pengaruh aktivitas pertambangan terhadap kerusakan hutan dan lingkungan. Dalam hal ini penulis dapat mempelajari dan memahami proses perbaikan hutan atau reklamasi dari perusahaan tambang dimana penulis melaksanakan PKP.Kegiatan PKP ini akan berjalan dengan baik apabila ada kerjasama antara pelaksana praktek (mahasiswa), perusahaan tempat dilaksanakannya praktek dan pihak perguruan tinggi. Melalui kegiatan ini diharapkan tercipta hubungan yang baik antara ketiga komponen tersebut sehingga dapat diambil manfaat yang saling menguntungkan bagi semua pihak.

Lampiran 1. Tabel Materi Praktek dan Cara Pengambilan DataNo. Aspek Sub-aspek Data Informasi Sumber Alokasi Waktu1. Perencanaan Kondisi umum lokasi Letak dan posisi geografis Wawancara 4 hariJenis tanah dan topografi WawancaraIklim WawancaraStatus kawasan WawancaraLuas areal pertambangan WawancaraKegiatan umum pertambangan PraktekLokasi dan luas areal penanaman (revegetasi) WawancaraLokasi dan luas areal pemeliharaan WawancaraKesimpulan kondisi lahan WawancaraPenataan batas kawasan Tujuan penataan batas kawasan Wawancara 4 hariMetode penataan batas kawasan Wawancara

Page 7: Mining Reklamation

Tanda batas yang digunakan WawancaraPeta/citra satelit WawancaraPenataan areal kerja (PAK) Tujuan reklamasi Wawancara 4 hariPembagian blok/peta kerja reklamasi PraktekCara pembagian blok/petak kerja Praktek2. Reklamasi Lahan Pelaksana-an rehabilitasi lahan bekas tambang Penyiapan lahan PraktekPengaturan bentuk lahan Praktek 5 hariPengendalian erosi dan sedimentasi PraktekPengelolaan overburden PraktekPengelolaan lapisan olah PraktekPembuatan saluran drainase PraktekRencana Pengelola-an Jenis-jenis rencana pengelolaan Praktek 4 hariNama rencanaPenyusunPelaksanaPenilaiPihak yang mengesahkanSyarat penyusunanDasar hukumJangka waktu3. Revegetasi Penyedia-an benih Sumber benih/pengadaan benih Wawancara 4 hariKelas sumber benih WawancaraJenis pohon WawancaraLokasi WawancaraProduksi WawancaraManajemen WawancaraTeknologi benih WawancaraProduksi bibit generatif (persemai-an) Tipe Persemaian Wawancara 5 hariLokasi dan Luas persemaian WawancaraJenis yang dikembangkan WawancaraLay-out persemaian WawancaraSarana prasarana WawancaraSumber Daya manusia WawancaraStruktur organisasi (manajemen) persemaian WawancaraKebutuhan bibit/tahun WawancaraKapasitas produksi bibit/jenis/tahun WawancaraAdministrasi persemaian WawancaraPra perlakuan benih Praktek 5 hariTeknik penaburan benih (media, waktu dan % kecambah) PraktekTeknik penyapihan (media, waktu) Praktek

Page 8: Mining Reklamation

Pemeliharaan, meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit PraktekSeleksi bibit (kriteria) PraktekTeknik pengepakan WawancaraTeknik pengangkutan biji WawancaraTeknik pengaturan suhu dan kelembaban lingkungan WawancaraProduksi bibit vegetatif (kebun pangkas) Teknik pemilihan bahan stek Praktek 5 hariTeknik pembuatan stek PraktekMedia yang digunakan PraktekTeknik pengaturan suhu dan kelembaban lingkungan PraktekTeknik penyapihan (media,waku) PraktekTeknik aklimatisasi PraktekTeknik pemeliharaan bibit PraktekSeleksi Bibit PraktekPengepakan bibit PraktekPenanam-an Tujuan penanaman Wawancara 4 hariRencana penanaman dan target penanaman /tahun WawancaraJenis yang ditanamManajemen penanaman WawancaraSistem penanaman WawancaraPengaturan bentuk lahan WawancaraTeknik penyiapan lahan PraktekKonservasi tanah dan air (pengelolaan lapisan tanah dan pengendalian erosi sedimentasi)Pola tanam PraktekJarak tanam dan pemasangan ajir PraktekTeknik pembuatan lubang tanam PraktekPengangkutan bibit ke lokasi penanaman (alat angkut, cara dan waktu distribusi bibit) PraktekTeknik penanaman (waktu, cara) PraktekStruktur organisasi (manajemen) penanaman WawancaraSumber daya manusia (jumlah dan kualifikasi) WawancaraAdministrasi penanaman WawancaraPemeliha-raan tanaman Penyulaman (kapan harus disulam, frekuensi, intensitas, % tumbuh, cara penyulaman Praktek 4 hariPenyiangan (pengendalian gulma) Praktek 4 hariPemupukan (waktu, pemupukan, frekuensi, jenis pupuk, dosis, cara pemupukan Praktek 4 hariPerlindu-ngan hutan Macam-macam gangguan hutan meliputi Praktek 4 harifrekuensi gangguan Wawancaraluas areal yang mendapat gangguan Wawancaralatar belakang terjadinya gangguan Wawancara

Page 9: Mining Reklamation

pengaruh gangguan Praktekupaya yang telah dilakukan untuk mengatasi gangguan Praktek4. Monitoring dan evaluasi Tanaman reklamasi Pertumbuhan bibit pohon (tinggi, diameter, lebar dan kedalaman tajuk); pertumbuhan cover crops (% penutupan tanah) Praktek 4 hari5. Pemberdayaan Masyarakat Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyara-kat Mata pencaharian utama dan sampingan Praktek 4 hariTingkat pendidikan PraktekTingkat penghasilan PraktekKelembagaan ekonomi masyarakat PraktekKelembagaan sosial masyarakatProgram pemberdayaan masyara-kat Contoh program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Praktek 4 hariPelaksanaan program PraktekHasil yang dicapai PraktekPermasalahan & upaya untuk mengatasinya PraktekMonito-ring dan evaluasi monitoring Waktu dan frekuensi Praktek 4 hariEvaluator PraktekHasil kegiatan monitoring/evaluasi PraktekKeterangan :• Wawancara meliputi wawancara dengan staf, penduduk sekitar, dan pengumpulan data perusahaan• Praktek meliputi observasi lapang dan pengerjaan secara langsung dilapangan.Lampiran 2. Format Laporan

KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANBAB I. PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Tujuan

BAB II. KEADAAN UMUM PT. ADAROA. Sejarah PerusahaanB. Luas dan Status ArealC. TopografiD. Kondisi TanahE. Kondisi IklimF. Proses PenambanganG. Reklamasi1. Macam/Tipe reklamasi2. Luas yang telah direklamasi

Page 10: Mining Reklamation

3. Teknik reklamasiH. Struktur Organisasi Kegiatan Reklamasi

BAB III. METODE PELAKSANAANBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil dan Pembahasan Materi UmumB. Hasil dan Pembahasan Materi Khusus

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASIDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRA

Lampiran 3. Biodata Lengkap Peserta PKP

Biodata PesertaNama Lengkap : SurahmanNRP : E44060960Fakultas : KehutananDepartemen : SilvikulturPerguruan Tinggi : Institut Pertanian BogorSemester : 8 (Delapan)Tempat, tanggal lahir : Siak Sri Indrapura ,10 Agustus 1988Agama : IslamAlamat di Bogor : Jl. Raya Darmaga. Kostan Fatahillah No.113, RT 03/07Bogor, Jawa Barat.Kode Pos :16680Alamat Rumah : Tuah Indra Pura RT.01/RW.02, Kec. Bungaraya, Kab.Siak Sri Indrapura, Riau.Kode Pos : 28763Telepon/HP : 08561511544E-mail : [email protected]@gmail.com

Riwayat PendidikanInstitusi Pendidikan Alamat TahunSDN 001 Siak Kab. Siak 1993-1999SMPN 9 Siak Kab. Siak 1999-2003SMAN 8 Siak Kab. Siak 2003-2006Departemen SilvikulturFakultas KehutananIPB Darmaga, Bogor 2006-sekarang

Page 11: Mining Reklamation

Pengalaman Organisasi• Ketua OSIS SMPN 9 Siak (2001-2002)• Ketua OSIS SMAN 8 Siak (2003-2004)• Pengurus KWARAN Bungaraya (2003-2004)• Pengurus KWARCAB SIAK (2004-2005)• Anggota PASKIBRA (2003-2006)• Anggota IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau)-Bogor (2006-sekarang)• Ketua Kelompok Pecinta Alam Tuanku Tambusai IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau)-Bogor (2007-2008)• Staff. Divisi Advokasi PC. SYLVA IPB BEM FAHUTAN (2008-2009)• Staf. Project Division Himpro Mahasiswa Silvikultur Tree Grower Community 2009 – 2010.Prestasi yang Pernah Diraih• Juara umum SMPN 9 Siak dari tahun 2000-2003• Juara umum SMAN 8 Siak 2003-2005• Mengikuti Jambore Pramuka Se-Asia Tenggara, di Malaka Malaysia 2002• Diterima di PTN Institut Pertanian Bogor 2006• Juara 1 Tari Melayu diacara “GEMA NUSANTARA” IPB 2008• Rakernas Sylva Indonesia di Bandar Lampung 2009.

Biodata PesertaNama : Helga SugiartiNRP : E44061576Tempat/Tanggal Lahir : Bogor/25 Juni 1988Jenis kelamin : PerempuanAlamat Asal : Kp. Jeletreng No. 74 Rt 03/Rw 01 Desa WaruInduk Parung-16330No. HP : 085959872776E-mail : [email protected] yang pernah diderita : Asma, Maag, AnemiaAlamat di Bogor : Jl. Perwira no. 51, Kecamatan Darmaga Bogor16680No. Darurat : Maryanti (0816717581)Utri (081317383909)

Lampiran 4. Jurnal Kegiatan Harian

Page 12: Mining Reklamation

Bantu Blog ini dengan satu klik saja :

.:[Close]:.

PRINSIP-PRINSIP REKLAMASI TAMBANG9:16 AM  Pertambangan  4 comments

1. UMUM

Sumber daya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan

nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan

rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya.

Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut alah kegiatan

pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu sektor

penyumbangan devisa negara yang terbesar. Akan tetapi kegiatan pertambangan

apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan yang cukup besar antara lain berupa :

 Penurunan produktivitas tanah.

 Terjadinya erosi dan sedimentasi.

 Terjadinya gerakan tanah/ longsoran.

 Gangguan terhadap flora dan fauna.

 Perubahan iklim mikro.

 Permasalahan sosial.

Dampak negatif usaha pertambangan terhadap lingkungan tersebut perlu dikendalikan

untuk mencegah kerusakan lingkungan di luar batas kewajaran.

Prinsip dasar kegiatan reklamasi adalah bahwa :

a. Kegiatan reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh (“holistic”) dari

kegiatan penambangan.

Page 13: Mining Reklamation

b.Kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu proses

penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.

2. DEFINISI

a. Penambangan ialah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik

secara manual maupun mekanis yang meliputi pemberaian, pemuatan, pengangkutan

dan penimbunan.

b. Tambang permukaan ialah usaha penambangan dan penggalian bahan galian yang

kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka.

c. Reklamasi ialah usaha memperbaiki (memulihkan kembali) lahan yang rusak sebagai

akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai

dengan kemampuan.

d. Restorasi lahan bekas tambang ialah upaya mengembalikan fungsi lahan bekas

tambang menjadi seperti keadaan semula.

e. Rehabilitas lahan ialah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan

kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai

unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam

lingkungan.

f. Rehabilitas lahan dan konservasi tanah (RLKT) ialah usaha memperbaiki

(memulihkan), meningkatkan dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi

secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai

unsur perlindungan alam lingkungan.

g. Batuan limbah adalah batuan yang tergali dalam proses panambangan tetapi tidak

diolah karena tidak atau sedikit mengandung mineral yang dikehendaki.

Page 14: Mining Reklamation

h. Tailing adalah bahan hasil dari proses pengolahan bahan galian yang tidak

mengandung nilai ekonomis lagi.

i. Bahan pembentuk asam ialah bahan yang jika berhubungan dengan air dan udara

dapat membentuk asam.

j. Revegetasi ialah usaha /kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas tambang.

k. Kerusakan lingkungan ialah penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat kegiatan

yang memanfaatkan sumberdaya alam, melebihi kemampuan tanpa memperhatikan

kelestariannya.

l. Pencemaran lingkungan ialah perubahan kualitas lingkungan sebagai akibat adanya

zat beracun baik beru[pa bahan padat, cair maupun gas.

3. DASAR HUKUM

Upaya pengendalian dampak negatif kegiatan pertambangan terhadap lingkungan

hidup dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

a.  Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan.

b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pengolahan Lingkungan Hidup.

c. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tantang Penataan Ruang.

d. Mijn Politie Reglement (MPR Stbl 1930 No. 341).

e. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan.

g. Intruksi Presiden R.I No. 1 Tahun 1976 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas

Bidang Keagrariaan dengan Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan

Pekerjaan Umum.

Page 15: Mining Reklamation

h. SKB Menteri Pertambangan dan Energi dan Menteri kehutanan Nomor : 996 K/05/M.

PE/1969 tentang Pedoman Pengaturan Pelaksanaan Undang-undang No. 429/K.pts.

II/1939 Pertambangan dan Energi dalam Kawasan Hutan.

i. SKB menteri Pertambangan dan Energi dan Menteri Kehutanan Nomor : 1101.

K/702/M. PE/1991 tentang Pembentukan Team koordinasi 36/Kpts.II/1991

Tetap Departemen Pertambangan dan Energi dan Departemen Kehutanan dan

perubahan Tatacara Pengajuan Izin Usaha Pertambangan dan Energi dalam Kawasan

Hutan.

j. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.0185.K/008/M.PE/1988 tentang

Pedomanan Teknis Penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan, Analisis Dampak

Lingkungan untuk Kegiatan di Bidang Pertambangan Umum dan Bidang Pertambangan

Minyak dan Gas Bumi dan Sumberdaya Panas Bumi.

k. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1158.K/008/M.PE/1989 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Analsis Dampak Lingkungan dalam Usaha Pertambangan dan

Energi.

l. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M/PE/1995 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan pada

Kegiatan Usaha Pertambangan Umum.

4. PERENCANAAN REKLAMASI

Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik, agar dalam

pelaksanaannyadapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini

reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah

disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang

terpadu dalam kegiatan operasi penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan di

dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.

b. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.

c. Memeindahkan dan menempatkantanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur

sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.

d. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang

aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.

Page 16: Mining Reklamation

e. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan

penggunaannya.

f. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

g. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas

penambangan.

h. Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan untuk

agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang

keras.

i. Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukan bagi

vegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai

dengan rencana rehabilitasi.

j. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan

k. Memeantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

4.1 PEMERIAN LAHAN

Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang terpenting untuk merencanakan

jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Jenis perlakuan reklamasi dipengaruhi oleh

berbagai faktor utama :

1. Kondisi Iklim,

2. Geologi,

3. Jenis Tanah,

4. Bentuk Alam,

5. Air permukaan dan air tanah,

6. Flora dan Fauna,

7. Penggunaan lahan,

8. Tata ruang dan lain-lain.

Untuk memperoleh data dimaksud diperlukan suatu penelitian lapangan. Dari berbagai

faktor tersebut di atas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis tanah merupakan

faktor yang terpenting.

4.2 PEMETAAN

Page 17: Mining Reklamation

Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi atau

sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan kedua

kegiatan tersebut. Rencana (tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai

dengan kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tahap

reklamasi tersebut dilengkapi degan peta skala 1 : 1000 atau skala lainnya yang

disetujui, disertai gambar-gambar teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut

dilengkapi dengan peta indeks dengan skala memadai.

Di dalam peta tersebut digambarkan situasi penambangan dan lingkungan, misalnya

kemajuan penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan terak (slag), penyimpanan

sementara tanah pucuk, kolam pengendap, kolam persediaan air, pemukiman, sungai

jembatan, jalan, revegetasi, dan sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/

pembuatannya.

4.3 PERALTAN YANG DIGUNAKAN

Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan peralatan dan sarana

prasarana, antara lain :”Dump Truck”, Bulldozer, excavator, traktor, tugal, back hoe,

sekop, cangkul, bangunan pengendali erosi (a.l : susunan karung pasir, tanggul,

susunan jerami, bronjong, pagar keliling), beton pelat baja untuk menghindari

kecelakaan dan lain-lain.

5. PELAKSANAAN REKLAMASI

Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan rencana tahunan

pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah disetujui dan harus sudah selesai pada

waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan

pertambangan bertanggung jawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati

tercapai.

Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi

pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari

pekerjaan teknik sipil dan teknik vegetasi. Pekerjaan teknik sipil meliputi : pembuatan

teras, saluran pembuangan akhir (SPA), bangunan pengendali lereng, check dam,

penengkap oli bekas (“oil cather”) dan lain-lain yang disesuaikan dengan kondisi

setempat.

Page 18: Mining Reklamation

Pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam, sistem penanaman (“monokultur,

multiple croping”), jenis tanaman yang disesuaikan kondisi setempat, “cover crop”

(tanaman penutup) dan lain-lain. Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan

sebagai berikut :

a) Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan

bentuk tambang (“landscaping”), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah

(“low Grade”) yang belum dimanfaatkan.

b) Pengendalian erosi dan sedimentasi.

c) Pengelolaan tanah pucuk (“top soil”)

d) Revegatasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk

tujuan lainnya.

Mengingat sifat lahannya dan kegaitannya yang memerlukan penjelasan rinci, maka

kegiatan pelaksanaan reklamasi di atas, dalam Bab III ini juga dijelaskan mengenai

pelaksanaan reklamasi khusus, reklamasi pada infrastruktur dan reklamasi lahan bekas

tambang.

5.1 PERSIAPAN LAHAN

1. Pengamatan Lahan Bekas Tambang

Kegiatan ini meliputi :

a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan di

lahan yang akan direklamasi,

b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan

berbahaya dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan,

c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan “scrap” pada tempat khusus,

d. Penutupan lubang bukaan tambang secara aman dan permanen,

e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan direklamasi.

2. Pengaturan Bentuk Lahan

Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi setempat.

Krgiatan ini meliputi :

a. Pengaturan bentuk lereng

Page 19: Mining Reklamation

 Pengaturan bentuk lereng dimaksud untuk mengurangi kecepatan air limpasan

(“run off”), erosi dan sedimentasi serta longsor,s

Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berters-teras sebagaimana

terlihat pada gambar 3.1. Bentuk teras lainnya dapat dilihat pada gambar 3.2, 3.3,

3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, dan 3.10.

b. Pengaturan saluran pembuangan air

Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk mengatur air agar

mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.

 Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi) dan

luas areal yang direklamasi. Macam dan bentuk SPA digambarkan pada gambar

3.11, sedangkan penampang SPA digambarkan pada gambar 3.12.

3. Pengaturan/Penempatan Low Grade

Maksud pengaturan dan penempatan “low garde” (bahan tambang yang mempunyai

nilai ekonomis rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang

apabila ditimbun dalam waktu yang lama karena dapat dimanfaatkan. Pengaturan

bentuk timbunan low grade terlihat pada gambar 3.13.

5.2 PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI

Pengendalian erosi meruoakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan

penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya

kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi di alur-alur sungai.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah : curah hujan,

kemiringan lereng (topografi), jenis tanah, tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah)

dan tanaman penutup tanah.

Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah sebagai berikut :

1. Meminimasikan areal terganggu dengan ;

Membuat rencana detail kegiatan penambangan dan rekalmasi,

Page 20: Mining Reklamation

Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan,

Penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penambangan,

Pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan

2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan :

Pembuatan teras-teras (gambar 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9)

Pembuatan saluran diversi (pengelak)

Pembuatan SPA (gambar 3.11, 3.12)

Dam pengendali (gambar 3.18, 3.19, 3.20, 3.21)

3. Meningkatkan infiltrasi (peresapan air tanah)

Dengan penggaruan tanah searah kontur,

Akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah meningkat sebagai

media perakaran     tanah,

 Pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran, dll.

4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi penambangan

  Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan

perlakuan yang berlaku dan harus di dalam wilayah Kuasa Tambang,

 Membuat bendungan sedimen untuk menampung air yang banyak mengandu8ng

sedimen,

 Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang

dilengkapi dengan saluran pengelak,

Page 21: Mining Reklamation

 Letak bendungan ditempatkan sedemikian sehingga aliran air mudah ditampung

dan dibelokkan serta kemiringan saluran air (SPA) jangan terlalu curam,

Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungansebaiknya

sedimen dikeruk dan dapat dipakai sebagai lapisan atas tanah,

Dalam membuat bendungan permanen harus dilengkapi dengan saluran pelimpah

(“Spillways”) untuk menangani keadaan darurat dan saluran pembuatan (“decant”,

“syohon”), dan lainnya yang dianggap perlu,

Kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat teras, check dam dari beton,

kayu atau dalam bentuk lain seperti pada gambar 3.21.

Pengendalian erosi selengkapnya supaya mengacu pada pedoman teknis yang telah

ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No.

693.K/008/DJP/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Erosi Pada Kegiatan

Pertambangan Umum.

5.3 PENGELOLAAN TANAH PUCUK

Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan

lapisan tanah lain. Hal ini karena tanah pucuk merupakan media tumbuh bagi tanaman

dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman

pada kegiatan reklamasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :

1. Penggunaan profil tanah dan identifikasi pelapisan tanah tersebut sampai endapan

bahan galian,

2. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada

tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari

2 meter,

3. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan tanah

pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0.15 m,

Page 22: Mining Reklamation

4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengadung racun dianjurkan

lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara

mengisolasi dan memisahkannya,

5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk

menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah,

6. Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit) dipertimbangkan :

7. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi sehingga

perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman dengan segera,

Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman (jenis tanah yang peka terhadap

erosi dapat dilihat pada tabel 3.1),

Jumlah tanah pucuk yang terbatas (sangat tipis) dapat dicampur dengan tanah

bawah (sub soil),

Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (“cover crop”) yang

cepat tumbuh dan menutup permukaan.

8. Yang perlu dihindari dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah apabila :

 Sangat berpasir (70% pasir atau kerikil),

 Sangat berlempung (60% lempung),

 Mempunyai pH < 5.00 atau > 8.00,

 Mengandung khlorida 3%, dan

 Mempunyai elctrikal conductivity (ec) 400 miliseimens/meter.

Pengelolaan tanah pucuk pada areal yang akan direklamasi terlihat pada gambar

3.22, 3.23, 3.24, .3.25.

5.4 REVEGASI

Page 23: Mining Reklamation

Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan teknis tanaman,

persiapan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan

pemeliharaan tanaman.

1. Penyusunan Rancangan Teknis tanaman

Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi yang

menggambarkan kondisi lokasi, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian jenis

pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan biaya dan

tata waktu pelaksanaan kegiatan.

Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis kondisi biofisik dan sosial

ekonomi setempat. Kondisi geofisik meliputi topografi atau bentuk lahan, iklim, hidrologi,

kondisi vegetasi awal dan vegetasu asli. Sedangkan data sosial ekonomi yang perlu

mendapat perhatian antara lain demografi, sarana, prasaran, dan eksesbilitas yang

ada.

Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada penanaman jenis tumbuhan

asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah

setempat saat ini. Sehingga, perlu selalu mengikuti perkembangan pengetahuan

mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk keperluan revegetasi lokasi bekas

tambang. Perlu konsultasi dengan instansi yang berwenang di dalam pemilihan jenis

tanaman yang cocok.

2. Persiapan Lapangan

Pada umumnya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan,

pengolahan tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat penting agar

keberhasilan tanaman dapat tercapai.

a. Pembersihan lahan

Kegiatan pembersihan lahan merupakan salah satu penentu dalam persiapan

lapangan. Kegiatan ini antara lain : pembersihan lahan dari tanaman pengganggu

(alang-alang, liliana, dll), dengan tujuan agar tanaman pokok dapat tumbuh baik tanpa

ada persaingan dengan tanaman pengganggu dalam hal mendapatkan unsur hara,

sinat matahari, dll.

b. Pengolahan lahan

Page 24: Mining Reklamation

Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah

menembus tanah dan mendapatkan unsur hara yang diperlukan dengan baik,

diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan.

c. Perbaikan tanah

Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman perlu mendapat

perhatian khusus melalui perbaikan tanah seperti penggunaan gypsum, kapur, mulsa,

pupuk (organik maupun anorganik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan dapat

memperbaiki persyaratan tumbu tanaman.

1) Penggunaan Gypsum

a) Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung banyak

lempung dan untuk mengurangi pembentukan kerak tanah (“crusting”) pada tanah

padat (“hard-setting soil”). Penggunaan gypsum akan menggantikan ion sodium dengan

ion kalsium, sehingga dapat meningkatkan struktur tanah, meningkatkan daya resap

tanah terhadap air, aerasi (udara), pengurangan kerak tanah dan dengan pelindian

(“leaching”) akan mengurangi kadar garam.

b) Bila lapisan tanah bagian bawah (sun soil) yang diperbaiki, maka dibuat alur garukan

yang dalam agar gypsum dapat diserap, jika tanah kerak yang diperbaiki, sebarkan

gypsum pada lapisan permukaan saja.

c) Pengguanaan gypsum sebanyak 5 ton/ha biasanya cukup untuk memperbaiki tanah

kerak. Penggunaan 110 ton/ha diperlukan untuk mengolah lapisan bagian bawah yang

bersifat lempung.

d) Pengolahan biasanya dilakukan sekali saja. Pengaruh pengolahan tanah dengan

gypsum akan tahan selama beberapa tahun, pada saat mana tumbuh-tumbuhan sudah

mampu menghasilkan bahan-bahan organik yang memberikan dampak positif bagi

pertumbuhan.

2) Penggunaan kapur

Page 25: Mining Reklamation

a) Kapur digunakan khsusunya untuk mengatur pH, akan tetapi dapat juga memperbaiki

struktur tanah.

b) Pengaturan pH dapat merangsang tersedianya zat hara untuk tanaman dan

mengatur zat-zat racun.

c) Kapur biasanya digunakan dalam bentuk tepung batu gamping, kapur dolomit. Kapur

tohor (“hydrated lime”) jarang digunakan.

d) Kapur atau batu kapur giling kasar (“coarsely crushed”) dan kapur dolomit

mempunyai daya kerja yang lebih lambat, akan tetapi pengaruhnya dalam menetralisir

pH lebih lama dibandingkan dengan kapur tohor.

e) Penggunaan gamping secara bertahap mungkin diperlukan jika kesinambungan

kenaikan pH dibutuhkan.

f) Kapur tohor akan berpengaruh menrurunkan kemampuan jenis pupuk yang

mengandung nitrogen. Karena itu penggunaanya harus terpisah.

g) Tingkat penyesuaian pH akan bergantung dari tingkat keasaman, jenis tanah dan

kualitas batu gamping. Sebagai contoh, penggunaan kapur sebanyak 2,5 – 3,5 ton/ha

pada tahun yang memiliki pH > 5,0 akan menaikan pH kurang lebih 0,5.

3) Penggunaan Mulsa, Jerami dan Bahan Organik lainnya

a) Mulsa adalah bahan yang disebarkan dipermukaan tanah sebagai upaya perbaikan

kondisi tanah. Tanaman penutup berumur pendek dapat juga dipergunakan sebagi

mulsa.

b) Mulsa berfungsi mengendalikan erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan

mengatur suhu permukaan tanah.

Page 26: Mining Reklamation

c) Pada umumnya penggunaan mulsa terbatas pada lokasi yang memerlukan

revegetasi yang cepat, perlindungan tempat-tempat tertentu (seperti tanggul) atau jika

perbaikan tanah atau media akan dibutuhkan.

d) Jerami jenis batang padi umumnya digunakan sebagai mulsa atau lokasi yang luas.

Tingkat penggunaan bervariasi antara 2,5 – 5,0 ton/ha.

e) Berbagai jenis bahan-bahan organik atau limbah pertanian digunakan sebagai mulsa

yang penggunaannya bergantung dari ketersediaan dan harganya. Bahan-bahan baik

digunakan sebagai mulsa, antara lain tumbuh-tumbuhan yang tergusur pada waktu

pengupasan tanah, potongan-potongan kayu dan serbuk gergaji, limbah pabrik

pengolahan dan penggergajian kayu, ampas pabrik gula tebu dan berbagai kulit jenis

kacang-kacangan.

f) Nitrogen mungkin perlu ditambahkan untuk memenuhi kekurangan nitrogen yang

terjadi pada saat mulsa segar mulai membusuk/terurai.

g) Penyebaran mulsa secara mekanis dapat menggunakan alat pertanian (misalnya

penyebar pupuk kandang) atau dengan alat khusus.

h) Alat khusus penyebar mulsa digunakan untuk penyebaran bahan-bahan mulsa

(Biasanya jerami atau batang padi) yang dicampur dengan bijih tumbuhan.

4. Pupuk

a) Persyaratan penggunaan pupuk akan sangat bervariasi sesuai dengan kondisi dan

maksud peruntukan lahan sesudah selesai penambangannya.

b) Meskipun jenis tumbuhan asli beradaptasi dengan tingkat nutrisi yang rendah namun

dengan pemberian pupuk yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhannya.

c) Reaksi setiap tumbuhan bervariasi, anggota dari rumpun “proteseae”sensitif terhadap

peningkatan kandungan fosfor dan kemungkinan menimbulkan efek yang kurang baik.

Page 27: Mining Reklamation

d) Pupuk organik (lumpur kotoran, pupuk alami atau kompos, darah dan tulang dan

sebagainya) umumnya bermanfaat sebagai pengubah sifat tanah.

e) Jenis, dosis dan waktu pemberian pupuk anorganik sebaiknya dilakukan sesuai

dengan hasil analisis tanah.

f) Pupuk anorganik komersial selalu mengandung satu atau lebih nutrisi makro (yaitu

nitrogen, fosfor, kalium). Selain itu juga mengandung belerang, kalsium, dan

magnesium.

g) Apabila terdapat tanda-tanda tumbuhan kekurangan unsur atau keracunan, harus

meminta saran dari ahli tanah.

h) Waspada terhadap kemungkinan penggunaan pupuk yang berlebihan yang dapat

mengakibatkan pencemaran air, khususnya pada daera tanah pasiran.

i) Pemberian pupuk dalam bentuk butir atau tablet dapat dilakukan pada jarak 10 – 15

cm di bawah atau di sebelah tiap lubang semaian pada waktu penanaman. Harus

dicegah kontak langsung antara pupuk dengan akar semaian.

3. Pengadaan Bibit/Persemaian

Bibit yang dibutuhkan untuk revegetasi dapat memenuhi melalui pembelian bibit siap

tanam, atau melalui pengadaan bibit. Apabila melalui pengadaan bibit harus mengikuti

ketentuan sebagai berikut :

a. Pengadaan benih

Benih adalah tanaman atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak dan atau

mengembangkan tanaman (UU No. 12 Tahun 1992).

Benih yang akan dipergunakan untuk keperluan revegetasi diperoleh dengan cara

mengeumpulkan dari sumber benih yang ada atau membeli dari perusahaan

pengada/pengedar yang telah ditunjuk secara resmi.

Benih tersebut harus memenuhi syarat :

Page 28: Mining Reklamation

1) Diketahui secara jelas asal-usulnya

2) Bermutu tinggi/benih unggul

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengumpulkan benih/biji antara lain:

1) Menentukan daerah pengumpulan dan spesies yang diinginkan sebelum biji tersebut

matang.

2) Menghindari buah yang menunjukan adanya tanda serangan serangga atau

gangguan jamur.

3) Mengumpulkan biji yang sudah matang :

a. Kelompok biji berkulit keras (contoh casurinas, eucaliptus dan lain-lain) Menunjukan

kematangan bila warnanya berubah hijau kecoklatan.

b. Kelompok buah yang berdaging seperti mangga menjadi lebih lunak dan berubah

warna bila sudah matang.

c. Polong (akasia dan tumbuhan polong lainnya) berubah warna dari hijau ke coklat,

jadi rapuh dan biji (khususnya akasia) akan menjadi hitam dan mengkilat.

4) Hindarkan penempatan biji atau kelompok biji di dalam kantong plastik, gunakan

kantong kain atau kertas.

Apabila membeli biji perlu diperhatikan :

a. Penjual biji mempunyai reputasi baik/penyalur resmi.

b. Biji komersil dan yang dibeli harus terbungkus dalam kemasan berlabel sehingga

terjamin tingkat perkembangannya dan jelas asal serta tanggal pengambilan biji.

Pengambilan biji dilakukan dengan cara :

a. Memeberikan tanda pengenal secara jelas dengan mencantumkan jenis biji, tanggal

pengumpulan, lokasi dan sebagainya.

b. Simpan biji di dalam wadah kering, bebas serangga dan kutu dan bubuhi dengan

serbuk anti serangga dan jamur.

c. Biji disimpan pada temperatur di bawah 20o C dan kelembaban yang rendah. Biji

tumbuhan tropis mungkin mati pada temperatur di bawah 10o C.

b. Pembuatan persemaian.

1) Pemilihan lokasi persemaian

Lokasi persemaian yang dipilih harus memenuhi persyaratan yang ada/dekat dengan

sumber air, tanahnya datar dan mudah dicapai serta cukup mendapat cahaya matahari.

Kondisi ekologisnya mendekati calon areal penanaman.

Page 29: Mining Reklamation

2) Tahapan dan Kegiatan Pembuatan Persemaian

a) Perlakuan pendahuluan

Untuk benih yang mempunyai umur panjang (benih ortodoks) beri diberi perlakuan

khusus sebelum disemaikan.

b) Penaburan benih

Benih yang berukuran halus sebelum ditabur terlebih dahulu dicampur dengan pasir

halus, tanah halus atau yang telah dihancurkan, sedangkan benih yang berukuran lebih

besar dapat ditabur langsung di bedeng tabur atau dalam kantong semai.

c) Penyapihan

Penyapihan dilakukan untuk memindahkan bibit siap sapih dari bak perkecambahan ke

dalam pot yang telah diisi media sapih dan di laksanakan di rumah pertumbuhan.

d) Pemeliharaan bibit

Untuk memperoleh bibit yang baik perlu dilakukan penyiraman, pemupukan,

penyulaman, penyiangan rumput, pemotongan akar serta pemberantasan hama dan

penyakit.

e) Permanenan dan Pengangkutan Bibit

Bibit yang dipanen adalah bibit yang telah memenuhi persyaratan

�� pertumbuhan normal (batang lurus, daun lebar/hijau dan telah mencapai tinggi

minimal 20 cm)

�� Kaya perakaran dan telah membentuk gumpalan dengan media pertumbuhannya

�� Tidak terserang hama penyakit

4. Pelaksanaan Penanaman

Tahapan pelaksanaan penanaman meliputi pengaturan arah larikan tanaman,

pemasangan ajir, distribusi bibit, pembuatan lubang tanaman dan penanaman.

a. Pemasangan arah larikan

Arah larikan tanaman biasanya sejajar kontur atau pada daerah relatif datar mengikuti

arah Timur – Barat.

b. Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir mengikuti arah larikan tanaman. Pemasangan ajir tanaman mengikuti

jarak tanam yang ditetapkan 2 x 3 m.

c. Distribusi Bibit

Page 30: Mining Reklamation

Dilakukan setelah kegiatan pembuatan lubang tanam atau dilakukan setelah

penanaman ajir.

d. Pembuatan Lubang dan Penanaman Tanaman

Lubang tanaman dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm, sedangkan teknik

penanamannyadengan terlebih dahulu melepas plastik (pot/poolybag) pada bibit yang

tersedia. Sebelum bibit ditanam diamati dahulu apakah bibit yang tersedia cukup baik

(memenuhi syarat) umpamanya daun-daunnya segar/sehat dan tidak rusak, demikian

pula keadaan media tanamnya.

Penanaman harus dilakukan dan selesai sore hari.

Tanamkan bibit secara tegak lurus dan cukup padat, untuk memastikan tekan dengan

kaki pada sekitar tanaman.

5. Pemeliharaan

Tingkat keberhasilan dari semua metode penanaman akan berkurang bila tidak

dilakukan pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk

memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keadaan

optimum bagi pertumbuhan tanaman.

Pemeliharaan tanaman pada tahun pertama yang dilakukan yaitu kegiatan :

Penyulaman, pengendalian gulma, penyiangan, pendangiran, dan pemupukan.

Sedangkan pada tahun kedua dilakukan pberupa penyiangan, pengendalian gulma,

pendangiran dan pemupukan.

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau rusak, tidak sehat/merana untuk

memperoleh prosentase tumbuh tanaman > 95% dan harus dilakukan 15 – 30 hari

sesudah penanaman.

b. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma, bertujuan untuk mengurangi atau ememperkecil persaingan akar

antara tanaman pokok dengan tanaman pengganggu. Pengendalian gulma dapat

dilakukan secara manual berupa penyiangan dan pendangiran atau kimiawi berupa

penyemprotan bahan kimia/herbisida, tergantung pada kondisi lapangan, keadaan

tanah, jenis gulma dan jenis tanaman.

c. Pemupukan

Page 31: Mining Reklamation

Dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan peningkatan riap. Dalam

menentukan jenis, dosis dan waktu pemupukan perlu pertimbangan jenis tanaman dan

kesuburan tanahnya serta terlebih dahulu dilakukan analisa tanah.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

1) Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi hanya dilakukan pada

keadaan yang sangat mendesak, yang cenderung menggagal