minggu, 13 maret 2011 | media indonesia breakdance … fileangka 1-7. tapi karena hal itu dirasa...

1
BIODATA 19 MINGGU, 13 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA MI/ADINDA ASA Ketika Ardiyansyah Djafar menemukan bakatnya di dunia breakdance, ia memutuskan menjadikan tari kejang sebagai profesi juga bisnisnya. SETELAH Jakarta, sekarang Move Maker project menyam- bangi Bandung. Ada 16 peserta yang datang ke Imperium In- ternational Hotel pekan lalu. Mereka mengikuti presen- tasi soal Move Maker Project, sesi tanya jawab seputar jurnalistik, sharing ilmu, dan pengalaman dari Rosmery Sihom- bing! Di sisi lain, kumpul-kumpul di Bandung ini membuat para redaksi kopi darat sama para penulis. Seru! Contohnya, Ardi Rahayu, 19, yang sudah menulis sejak kelas dua SMA dan total sudah men- girim sekitar delapan tulisan. Ada juga Daniel Hermawan, 18, yang sempat masuk tulisan Move yang membahas tentang pembaca setia pada edisi akhir SUARA dentungan kara- witan di SMP Labschool, Rawamangun, Jakarta, menga- lun merdu banget. Benar-benar mengundang Move untuk melihat-lihat. “Ekskul karawitan sebe- narnya tidak hanya soal main musik, tapi juga dapat mem- bentuk pribadi yang bagus, sopan,” kata Pak Sugito, sang pelatih. Pada awal belajar, para mu- rid diperkenalkan dengan nada do, re, mi, fa, so, la, si, do yang seharusnya diucapkan dalam bahasa Jawa dalam sebutan angka 1-7. Tapi karena hal itu dirasa susah, jadi Pak Sugito memper- bolehkan anak-anak menyebut nada dengan sebutan angka saja. Lagu Betawi Kicir-Kicir Biar Kesemutan Karawitan Jalan Terus EVENT EKSIS MI/ADINDA ASA Move Maker Project di Bandung dan lagu Sunda Bubuy Bulan menjadi favorit karena nada- nadanya termasuk yang mudah untuk dimainkan. Biasanya mereka menda- pat panggilan untuk tampil, seperti di Taman Mini, Museum Wayang, atau yang terakhir di Warna-Warni Indonesia di Epicentrum Walk. “Kita sering pentas di mana- mana, dipanggil untuk tampil bahkan masuk TV. Itu juga mengajarkan lebih berani tampil,” kata Gufta Sara. Kompetisi memang ada, tapi bukan untuk anak muda, me- lainkan bagi orang tua. Pada sesi latihan, beberapa anak kelas 10 mengeluh ke- semutan, tapi para seniornya sih kelihatannya sudah ter- biasa. (*/M-2) MI/USMAN ISKANDAR ADINDA ASA B UKAN cuma masalah keren, tapi break- dance memang su- dah masuk rencana jangka panjang Ian sejak 2004, yang sekarang mulai diwu- judkannya. Ian melihat breakdance tak hanya sebagai tarian budaya hip hop. Sambil menjadi pelatih, ofcial, penari, sekaligus maha- siswa, ia membagi waktunya. Siang hari ia harus ke kam- pus karena sekarang sedang sibuk skripsinya. Menjelang malam, ia kembali ke kantor untuk bekerja mengatur Killa Fresh Crew, yang dibangunnya bersama teman-temannya. Semasa SMA, tekad untuk hidup dari breakdance sempat ditolak orang tuanya. Sebagai anak bungsu, ia tidak melawan orang tua dengan berdebat, melainkan membawa pulang piala dan prestasi. Sekolah tetap ia jalani se- bagai mana kewajibannya sebagai anak, dan ketika lulus, ia mendapat nilai terbaik dan berhak atas beasiswa di tem- patnya kuliah sekarang. Tapi, hingga kini, jiwa B-boy selalu ikut serta! Sejak kapan mulai me- nari? Awalnya dari SMP kelas 2, tapi mulai pro-nya sejak SMA, dan langsung breakdance. Jadi gara-garanya waktu seko- lah asrama di Dwiwarna Boarding School, di sana anak-anaknya dari Sa- bang sampai Merauke, macam-macam. Waktu itu ada yang nge- dance gitu dan gue coba ikut- an. Dari coba-coba, ngobrol, sampai tercetus mau buat ekskul dance dan cari pelatih. Setelah setahun breakdance mulai belajar yang lain seperti wushu, capoeira, taekwondo, dan kempo. Dengan belajar olahraga itu, bisa eksplorasi gerakan dan cari inspirasi juga. Tapi sekarang sudah enggak lagi, waktu itu kan masih muda jadi ngelakuin apa saja yang kita suka, hehe. Apa yang kamu lihat dari tarian ini? Buat gue breakdance sendiri nggak cuma nge- dance , karena gue punya visi dan planning jangka panjang di sini. Jadi bukan sekadar senang dan suka tapi nggak tahu terus mau ngapain. Gue pengen jadi seseorang yang unik dan beda sesuai dengan yang gue suka. Karena banyak membawa perubahan ke pribadi gue. Seperti, ba- gaimana respect sama orang, speak up sama orang, nilai persahabatan, kekeluargaan, dan banyak lagi. Inilah kenapa yang bikin gue tetap suka sama culture ini. Di awal-awal breakdance, gue ng- gak tahu sejauh ini, tapi sejalan gue nari, gue belajar. Belajar tentang budayanya sampai respect sama culture ini. Bagaimana caranya? Nonton film dokumenter yang berkaitan, banyak baca, aktif di komunitas, ketemu dan ngobrol sama B-boy generasi pertama, dan travelling. Ke Singapura, Tai- wan, Thailand, dari perjalanan itu gue ketemu B-boy he- bat. Saat travel- ling atau ketika mereka main ke Indone- sia. Karena itu juga Killa Fresh Crew jadi go International , karena gue ajak sahabat dan teman dari luar. Pokoknya ini nggak cuma sekadar elo belajar jadi keren, tapi juga tentang nilai kehidupan. Apa tujuannya? Kita ingin memajukan B- boy Indonesia dengan spread knowledge. Jadi B-boy yang ada di Indonesia ini benar-benar di jalan yang benar, nggak asal. Karena break itu ada basic move, terminologi, dan founda- tion-nya sendiri. Jadi dasar pengetahuan- nya tuh ada. Enggak cuma kalau guling- guling dan kebalik- balik terus lo bisa dibilang breakdance, jadi nggak semba- rangan. Terminologinya seperti apa sih? Sebenarnya yang namanya hip hop itu, terdiri dari empat yaitu B-boying, DJing, grati, dan MC-ing. Jadi kita bisa pilih, bagaimana cara kita ekspresiin diri kita. Saat gue belajar breakdance, gue juga belajar tentang culture hip hop. Kalau kita mau ngomon- gin hip hop secara keseluruhan tuh, ya empat elemen itu. Orang biasanya salah paham tentang hip hop, mereka pikir hip hop is about blink-blink, drug dealer, Jay-Z, dan Beyonce. Padahal nggak, hip hop itu seperti suku, (ada) Jawa, Sun- da, ya budaya. Sejalan dengan berkembangnya zaman, me- mang sudah mulai memuai, tapi aksen hip hop yang sebe- narnya masih kita jaga. Respons orang tua? Mereka kha- watir tentang pendidikan, takut konsen- trasi terpecah saat kita tekun di hobi dan sekolah- nya ketinggalan. Tapi gue mengang- gap kekhawatiran orang tua itu sangat wa- jar. Tinggal dari kitanya saja, kita bisa buktiin diri apa enggak. Kita harus bisa ngimbangin antara hak dan kewajiban. Di satu sisi kita punya kewajiban sebagai anak harus menyelesaikan studi. Di sisi lain gue juga ma- nusia yang punya keinginan dan idealisme. Lalu kenapa lebih memilih jalur ini? Orang tua memang me- nyarankan untuk sekolah saja. Tapi dalam hidup gue harus berkarya. di satu sisi untuk mewujudkan itu semua gue nggak ada dukungan dan harus jalan sendiri, baik nancial dan support. Pokoknya semua yang berhubungan dengan kerjaan gue. Sempet batu juga sih, tapi kenapa gue takut, as long as ini positif dan gue yakin ini baik. Kalau gue nggak berani melangkah, atau mengambil risiko, ya bagaimana caranya, yang ada gue nggak maju-maju dan cuma jalan di tempat. Lalu apa yang kamu laku- kan? Mau enggak mau enggak ada yang bisa gue tinggal, gue harus bawa dua-duanya. Kewajiban sekolah gue, sama B-boying dan ide-ide yang ada di kepala gue. Akhirnya gue menguatkan diri dan mulai jalanin ini bareng-bareng. Memang mengorbankan waktu dan capek, tapi menu- rut gue ini adalah hardwork. Saat orang tidur gue harus bangun, saat orang tidur 8 jam, gue kurang dari itu. Harus pinter-pinter atur waktu. Bagaimana car- anya nggak izin sekolah walaupun kalau lati- han sampai malam atau subuh. Ya, Alhamdulillah waktu SMA salah satu nilai tertingi juga di sekolah dan dapat bea- siswa untuk kuliah. Tapi juga prestasi menari dengan lomba- lomba apa segala macam, dari yang mulai nasional sampai taraf internasional. Jadi prestasi di sekolah gue jaga, prestasi di hobi juga gue jaga. Gaya hidup seperti ini iden- tik sama kehidupan malam, gimana menurut kamu? Tergantung dari kitanya juga. Kehidupan malam itu hanya sebuah bentuk sosialisasi. Mungkin yang jelek itu alko- holnya, rokoknya, mabuk- mabukan. Tapi kita datang itu ng- gak masalah, apalagi untuk sosialisasi. Tergantung kita membawa diri, harus punya pendirian. Lo ngelakuin ini semua ada dasarnya dan harus cerdas da- lam memilih dan alhamdulillah, gue bersih! (M-2) Breakdance Bisa Jadi Profesi Nama : Ardiyansyah Djafar Tempat/tanggal lahir : 30 September 1989 Pendidikan : Jurusan Marketing President University Tim : Killa Fresh Crew http://www.killafreshcrew.com/ Prestasi internasional : Top 3 City War, Taiwan 2010 Top 16 Freestyle Taiwan 2010 Prestasi tingkat nasional : 1 FLEXI DANCE TEROR, 4on4 B-boy Battle, Februari 2011, Lippo Karawaci, Mall, Tangerang Juara 1, Essential Dwiwarna Festival 2011 B-boy Battle 3 On3 Juara 1, Break Me Up B-boy Battle, Desember 2010, Jakarta Juara 2, Grand Final Djarum DJ Mobile Street Dance Competition, 2010, Grand Indonesia Jakarta Juara 1, Dispora 3on3 Bboy Battle, 2010 Surabaya Juara 1 Djarum DJ Mobile Street Dance Competition, Puri CNI, November 2010 tahun 2010. Juga, mereka yang baru men- girim tulisan satu-dua kali seperti Redian Tandiana dan Dhiora Bintang. Sama seperti di Jakarta, mer- eka harus membuat kelompok dan menentukan tema penulisan hari itu juga. Be- danya, anak-anak Move Maker Pro- ject Bandung justru lebih suka dipasangkan dari kampus yang berbeda, dan enggak saling kenal satu sama lain. “Di sini letak perbedaannya,” kata Siti Fatimah dari UIN Su- nan Gunung Djati. Selain memperluas wawasan dengan teman baru, project ini diharapkan bisa membantu teman-teman mendalami dunia jurnalistik. (*/M-2) P ernah main ke Taman Menteng? Buat anak Jakarta yang hobi berkomunitas, taman yang terletak di pusat Kota Jakarta ini pastinya jadi salah satu destinasi buat hang out. Terbuka, ada pohon- pohon, dan ruang buat aneka ragam aktivitas. Karena termasuk ruang publik, tak ada transaksi di sini. Yang ada hanyalah interaksi. Enggak seperti di mal, yang walaupun masuknya gratis, potensi buat kita belanja-belanji pun terbuka lebar. Di mal kita menjadi objek, tapi di taman kota, anak-anak muda menjadi subjek buat dirinya sendiri. Di taman, kita bisa ber- main-main, bertukar cerita sambil mencari inspirasi. Mau menjajaki masuk komunitas pun bisa. Karena lumayan steril dari jangkauan industri dan merek, di sini anak- anaknya bergerak sendiri. Sesekali memang ada event yang digelar kor- porasi atau lembaga swa- daya masyarakat, tapi yang muncul sehari-hari di taman ini adalah semangat do it yourself. Mereka mengatur jadwal kumpul sendiri, menyusun agenda dengan egaliter dan berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lain yang juga berinteraksi di kawasan itu. Padahal, di awal pen- diriannya, di Taman Menteng juga banyak ruang publik lain, yang banyak menuai kontroversi. Perbenturan- nya bisa melibatkan banyak pihak. Para penentangnya, mereka yang menginginkan dan diuntungkan status quo kawasan yang diproyeksikan menjadi taman. Sekarang, setelah meli- hat taman itu memberikan banyak warna buat kehidup- an Jakarta, semoga para pemegang keputusan akan semakin berpihak pada ke- pentingan publik yang mesti- nya mereka prioritaskan. Berikan kota ruang untuk bernapas dan berinteraksi, bebas dari komoditas dan as- pek komersial. Berikan ruang buat warga kota, termasuk anak-anak muda, untuk ber- gerak dan menentukan masa depannya, yang tentunya nggak akan sama dengan era para pendahulunya. (M-2) Beri Kami Ruang untuk Bergerak LIVE INTERAKTIF, KAMIS, 17 MARET 2011 20.00-22.00 WIB ON 101.4 TRAX FM Host: Marsha Suryawinata “One park, thousand inspirations.”

Upload: phungmien

Post on 04-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MINGGU, 13 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA Breakdance … fileangka 1-7. Tapi karena hal itu dirasa susah, jadi Pak Sugito memper-bolehkan anak-anak menyebut nada dengan sebutan angka

BIODATA

19MINGGU, 13 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA

MI/ADINDA ASA

Ketika Ardiyansyah Djafar menemukan bakatnya di dunia breakdance, ia memutuskan menjadikan tari kejang sebagai profesi juga bisnisnya.

SETELAH Jakarta, sekarang Move Maker project menyam-bangi Bandung. Ada 16 peserta yang datang ke Imperium In-ternational Hotel pekan lalu.

Mereka mengikuti presen-tasi soal Move Maker Project, sesi tanya jawab seputar jurnalistik, sharing ilmu, dan pengalaman dari Rosmery Sihom-bing!

Di sisi lain, kumpul-kumpul di Bandung ini membuat para redaksi kopi darat sama para penulis. Seru!

Contohnya, Ardi Rahayu, 19, yang sudah menulis sejak kelas dua SMA dan total sudah men-girim sekitar delapan tulisan. Ada juga Daniel Hermawan, 18, yang sempat masuk tulisan Move yang membahas tentang pembaca setia pada edisi akhir

SUARA dentungan kara-witan di SMP Labschool, Rawamangun, Jakarta, menga-lun merdu banget. Benar-benar mengundang Move untuk melihat-lihat.

“Ekskul karawitan sebe-narnya tidak hanya soal main musik, tapi juga dapat mem-bentuk pribadi yang bagus, sopan,” kata Pak Sugito, sang pelatih.

Pada awal belajar, para mu-rid diperkenalkan dengan nada do, re, mi, fa, so, la, si, do yang seharusnya diucapkan dalam bahasa Jawa dalam sebutan angka 1-7.

Tapi karena hal itu dirasa susah, jadi Pak Sugito memper-bolehkan anak-anak menyebut nada dengan sebutan angka saja. Lagu Betawi Kicir-Kicir

Biar KesemutanKarawitan Jalan Terus

EVENT

EKSIS

MI/ADINDA ASA

Move Maker Project di Bandung

dan lagu Sunda Bubuy Bulan menjadi favorit karena nada-nadanya termasuk yang mudah untuk dimainkan.

Biasanya mereka menda-pat panggilan untuk tampil, seperti di Taman Mini, Museum Wayang, atau yang terakhir di Warna-Warni Indonesia di Epicentrum Walk.

“Kita sering pentas di mana-mana, dipanggil untuk tampil bahkan masuk TV. Itu juga mengajarkan lebih berani tampil,” kata Gufta Safi ra.

Kompetisi memang ada, tapi bukan untuk anak muda, me-lainkan bagi orang tua.

Pada sesi latihan, beberapa anak kelas 10 mengeluh ke-semutan, tapi para seniornya sih kelihatannya sudah ter-biasa. (*/M-2)

MI/USMAN ISKANDAR

ADINDA ASA

BUKAN cuma masalah keren, tapi break-dance memang su-dah masuk rencana

jangka panjang Ian sejak 2004, yang sekarang mulai diwu-judkannya.

Ian melihat breakdance tak hanya sebagai tarian budaya hip hop. Sambil menjadi pelatih, offi cial, penari, sekaligus maha-siswa, ia membagi waktunya.

Siang hari ia harus ke kam-pus karena sekarang sedang sibuk skripsinya. Menjelang malam, ia kembali ke kantor untuk bekerja mengatur Killa Fresh Crew, yang dibangunnya bersama teman-temannya.

Semasa SMA, tekad untuk hidup dari breakdance sempat ditolak orang tuanya. Sebagai anak bungsu, ia tidak melawan orang tua dengan berdebat, melainkan membawa pulang piala dan prestasi.

Sekolah tetap ia jalani se-bagai mana kewajibannya sebagai anak, dan ketika lulus, ia mendapat nilai terbaik dan berhak atas beasiswa di tem-patnya kuliah sekarang. Tapi, hingga kini, jiwa B-boy selalu ikut serta!

Sejak kapan mulai me-nari?

Awalnya dari SMP kelas 2, tapi mulai pro-nya sejak SMA, dan langsung breakdance. Jadi gara-garanya waktu seko-lah asrama di Dwiwarna Boarding School, di sana anak-anaknya dari Sa-bang sampai Merauke, macam-macam.

Waktu itu ada yang nge-dance gitu dan gue coba ikut-an. Dari coba-coba, ngobrol, sampai tercetus mau buat ekskul dance dan cari pelatih.

Setelah setahun breakdance mulai belajar yang lain seperti wushu, capoeira, taekwondo, dan kempo. Dengan belajar olahraga itu, bisa eksplorasi gerakan dan cari inspirasi juga. Tapi sekarang sudah enggak lagi, waktu itu kan masih muda jadi ngelakuin apa saja yang kita suka, hehe.

Apa yang kamu lihat dari tarian ini?

Buat gue breakdance sendiri nggak cuma nge-dance, karena gue punya visi dan planning jangka panjang di sini. Jadi bukan sekadar

senang dan suka tapi nggak tahu terus mau ngapain.

Gue pengen jadi seseorang yang unik dan beda sesuai dengan yang gue suka. Karena banyak membawa perubahan ke pribadi gue. Seperti, ba-gaimana respect sama orang, speak up sama orang, nilai persahabatan, kekeluargaan, dan banyak lagi.

Inilah kenapa yang bikin gue tetap suka sama culture ini. Di awal-awal breakdance, gue ng-gak tahu sejauh ini, tapi sejalan gue nari, gue belajar. Belajar tentang budayanya sampai respect sama culture ini.

Bagaimana caranya?Nonton film dokumenter

yang berkaitan, ba nyak baca, aktif di komunitas, ketemu dan ngobrol sama B-boy generasi pertama, dan travelling.

Ke Singapura, Tai-wan, Thailand, dari perjalanan itu gue ketemu B-boy he-bat. Saat travel-ling atau ketika mereka main ke Indone-sia.

Karena itu juga Killa Fresh Crew jadi go International, karena gue ajak sahabat dan teman dari luar. Pokoknya ini nggak cuma sekadar elo belajar jadi keren, tapi juga tentang nilai kehidupan.

Apa tujuannya?Kita ingin memajukan B-

boy Indonesia dengan spread knowledge. Jadi B-boy yang ada di Indonesia ini benar-benar di jalan yang benar, nggak asal.

Karena break itu ada basic move, terminologi, dan founda-tion-nya sendiri.

Jadi dasar pengetahuan-nya tuh ada. Enggak cuma kalau guling-guling dan kebalik-balik terus lo bisa dibilang breakdance, jadi nggak semba-

rangan.

Terminologinya seperti apa sih?

Sebenarnya yang namanya hip hop itu, terdiri dari empat yaitu B-boying, DJing, grafi ti, dan MC-ing. Jadi kita bisa pilih, bagaimana cara kita ekspresiin diri kita.

Saat gue belajar breakdance, gue juga belajar tentang culture hip hop. Kalau kita mau ngomon-gin hip hop secara keseluruhan tuh, ya empat elemen itu. Orang biasanya salah paham tentang hip hop, mereka pikir hip hop is about blink-blink, drug dealer, Jay-Z, dan Beyonce.

Padahal nggak, hip hop itu seperti suku, (ada) Jawa, Sun-da, ya budaya. Sejalan dengan berkembangnya zaman, me-mang sudah mulai memuai, tapi aksen hip hop yang sebe-

narnya masih kita jaga.

Respons orang tua?

Mereka kha-watir tentang pendidikan, takut konsen-

trasi terpecah saat kita tekun di

hobi dan sekolah-nya ketinggalan. Tapi gue mengang-

g a p k e k h a w a t i r a n orang tua itu sangat wa-

jar. Tinggal dari kitanya saja, kita bisa

buktiin diri apa enggak. Kita harus bisa ngimbangin antara hak dan kewajiban. Di satu sisi kita punya kewajiban sebagai anak harus menyelesaikan studi. Di sisi lain gue juga ma-nusia yang punya keinginan dan idealisme.

Lalu kenapa lebih memilih jalur ini?

Orang tua memang me-nyarankan untuk sekolah saja. Tapi dalam hidup gue harus berkarya. di satu sisi untuk mewujudkan itu semua gue nggak ada dukungan dan harus jalan sendiri, baik fi nancial dan support. Pokoknya semua yang berhubungan dengan kerjaan gue.

Sempet batu juga sih, tapi kenapa gue takut, as long as ini positif dan gue yakin ini baik. Kalau gue nggak berani melangkah, atau mengambil risiko, ya bagaimana caranya, yang ada gue nggak maju-maju dan cuma jalan di tempat.

Lalu apa yang kamu laku-kan?

Mau enggak mau enggak ada yang bisa gue tinggal, gue harus bawa dua-duanya. Kewajiban sekolah gue, sama B-boying dan ide-ide yang ada di kepala gue. Akhirnya gue menguatkan diri dan mulai jalanin ini bareng-bareng.

Memang mengorbankan waktu dan capek, tapi menu-rut gue ini adalah hardwork. Saat orang tidur gue harus bangun, saat orang tidur 8

jam, gue kurang dari itu. Harus pinter-pinter atur

waktu. Bagaimana car-anya nggak izin sekolah walaupun kalau lati-han sampai malam atau subuh.

Ya, Alhamdulillah waktu SMA salah satu

nilai tertingi juga di sekolah dan dapat bea-

siswa untuk kuliah. Tapi juga prestasi menari dengan lomba-lomba apa segala macam, dari yang mulai nasional sampai taraf internasional.

Jadi prestasi di sekolah gue jaga, prestasi di hobi juga gue jaga.

Gaya hidup seperti ini iden-tik sama kehidupan malam, gimana menurut kamu?

Tergantung dari kitanya juga. Kehidupan malam itu hanya sebuah bentuk sosialisasi. Mungkin yang jelek itu alko-holnya, rokoknya, mabuk-mabukan.

Tapi kita datang itu ng-gak masalah, apalagi untuk sosialisasi. Tergantung kita membawa diri, harus punya pendirian.

Lo ngelakuin ini semua ada dasarnya dan harus cerdas da-lam memilih dan alhamdulillah, gue bersih! (M-2)

BreakdanceBisa Jadi Profesi

Nama : Ardiyansyah Djafar

Tempat/tanggal lahir : 30 September 1989

Pendidikan : Jurusan Marketing President UniversityTim : Killa Fresh Crew http://www.killafreshcrew.com/Prestasi internasional : Top 3 City War, Taiwan 2010 Top 16 Freestyle Taiwan 2010

Prestasi tingkat nasional :

1 FLEXI DANCE TEROR, 4on4 B-boy Battle, Februari 2011, Lippo Karawaci, Mall, Tangerang

Juara 1, Essential Dwiwarna Festival 2011 B-boy Battle 3 On3

Juara 1, Break Me Up B-boy Battle, Desember 2010, Jakarta

Juara 2, Grand Final Djarum DJ Mobile Street Dance Competition, 2010, Grand Indonesia Jakarta

Juara 1, Dispora 3on3 Bboy Battle, 2010 Surabaya

Juara 1 Djarum DJ Mobile Street Dance Competition, Puri CNI, November 2010

tahun 2010. Juga, mereka yang baru men-

girim tulisan satu-dua kali seperti Redian Tandiana dan Dhiora Bintang.

Sama seperti di Jakarta, mer-eka harus membuat kelompok

dan menentukan tema penulisan hari itu juga. Be-danya, anak-anak Move Maker Pro-ject Bandung justru

lebih suka dipasangkan dari kampus yang berbeda, dan enggak saling kenal satu sama lain.

“Di sini letak perbedaannya,” kata Siti Fatimah dari UIN Su-nan Gunung Djati.

Selain memperluas wawasan dengan teman baru, project ini diharapkan bisa membantu teman-teman mendalami dunia jurnalistik. (*/M-2)

Pernah main ke Taman Menteng? Buat anak Jakarta yang hobi berkomunitas, taman

yang terletak di pusat Kota Jakarta ini pastinya jadi salah satu destinasi buat hang out.

Terbuka, ada pohon-pohon, dan ruang buat aneka ragam aktivitas. Karena termasuk ruang publik, tak ada transaksi di sini. Yang ada hanyalah interaksi.

Enggak seperti di mal, yang walaupun masuknya gratis, potensi buat kita belanja-belanji pun terbuka lebar. Di mal kita menjadi

objek, tapi di taman kota, anak-anak muda menjadi subjek buat dirinya sendiri.

Di taman, kita bisa ber-main-main, bertukar cerita sambil mencari ins pirasi. Mau menjajaki masuk komunitas pun bisa. Karena lumayan steril dari jangkauan industri dan merek, di sini anak-anaknya bergerak sendiri.

Sesekali memang ada event yang digelar kor-porasi atau lembaga swa-daya masyarakat, tapi yang muncul sehari-hari di taman ini adalah semangat do it yourself.

Mereka mengatur jadwal kumpul sendiri, menyusun agenda dengan egaliter dan berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lain yang juga berinteraksi di kawasan itu.

Padahal, di awal pen-diriannya, di Taman Menteng juga banyak ruang publik lain, yang banyak menuai kontroversi. Perbenturan-nya bisa melibatkan banyak pihak. Para penentangnya, mereka yang menginginkan dan diuntungkan status quo kawasan yang diproyeksikan menjadi taman.

Sekarang, setelah meli-hat taman itu memberikan banyak warna buat kehidup-an Jakarta, semoga para pemegang keputusan akan semakin berpihak pada ke-pentingan publik yang mesti-nya mereka prioritaskan.

Berikan kota ruang untuk bernapas dan berinteraksi, bebas dari komoditas dan as-pek komersial. Berikan ruang buat warga kota, termasuk anak-anak muda, untuk ber-gerak dan menentukan masa depannya, yang tentunya nggak akan sama dengan era para pendahulunya. (M-2)

Beri Kami Ruang untuk Bergerak

LIVE INTERAKTIF,KAMIS, 17 MARET 2011

20.00-22.00 WIBON 101.4 TRAX FM

Host: Marsha Suryawinata

“One park,

thousand

inspirations.”