mikrohidro

4
KAJIAN PENGEMBANGAN MIKROHIDRO DI DESA TERPENCIL

Upload: ediabc

Post on 28-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asaa

TRANSCRIPT

Page 1: MIKROHIDRO

KAJIAN PENGEMBANGANMIKROHIDRO DI DESA TERPENCIL

Page 2: MIKROHIDRO

I. LATAR BELAKANG

Salah satu sumber daya energi baru terbarukan adalah air sungai. Air sungai dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik Mikrohidro. Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) adalah pada skala tenaga listrik yang dihasilkan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas >10 MW, minihidro (kapasitas 1-10 MW) dan mikrohidro (kapasitas <1MW). Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi air tersebut, air akan menumbuk turbin. Energi air yang diterima oleh turbin tersebut diubah menjadi energi mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator dengan mengunakan kopling. Dari generator akan dihaslikan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).

Di Indonesia, pendirian PLTMH (Pembangkit Listrik Mikro Hidro) sangat berpotensi karena Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sungai dan potensi perairan yang besar. Di Indonesia terdapat banyak desa terpencil yang terletak di tepi sungai. Misalnya desa-desa di pedalaman pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Potensi mikrohidro Indonesia sendiri diperkirakan sebesar 500 MW. Dari jumlah tersebut baru 15% yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Salah satu penyebab dari masalah ini adalah cukup mahalnya biaya untuk membangun instalasi pembangkit mikrohidro bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Rata-rata biaya yang diperlukan adalah sekitar 15 – 25 juta rupiah per kW terpasang. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk membangun pembangkit listrik yang menggunakan batu bara ketimbang mikrohidro. Padahal teknologinya sendiri sangat mudah sehingga seharusnya masyarakat kecil pun dapat memanfaatkannya untuk memberdayakan ekonominya.

Untuk itu pembangunan tersistem haruslah dimulai dari pedesaan karena dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan. Dengan memanfaatkan pembangkit mikrohidro penduduk pedesaan dapat mengembangkan industri di desa-desa seperti industri pertanian, industri pengolahan, atau bisa juga untuk mendukung operasional lainnya seperti penerangan. Selain itu apabila produksi listriknya berlebih, dapat dijual kepada PLN sehingga dapat meningkatkan pendapatkan bagi masyarakat itu sendiri. Beberapa keuntungan yang dimiliki mikro hidro, antara lain Ramah lingkungan, Renewable energy, Mudah dioperasikan sebagai base load maupun peak load (dapat dengan cepat di-on/off), Biaya operasi rendah, dan Tahan lama.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat Kajian mikrohidro di Desa Terpencil.

III. SASARAN

Sasaran dari studi ini adalah mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan khususnya air sungai yang banyak terdapat di Desa Terpencil untuk memenuhi kebutuhan energi di Desa tersebut.

Page 3: MIKROHIDRO

IV. KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah Hasil Kajian Pengembangan Mikrohidro di Desa Terpencil.

V. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

- Melakukan survey lokasi- Melakukan kajian teknologi.- Melakukan estimasi biaya pembangunan mikrohidro beserta infrastruktur

pendukungnya

VI. BIAYA

Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan studi ini sebesar Rp. 500.000,-