mikfar4 uji koef fenol.doc

41
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mikroorganisme tumbuh dan berkembang pada berbagai lingkungan. Banyaknya mikroorganisme dalam suatu habitat biasa kita katakan sebagai populasi mikroba sedangkan jika populasi ini bertambah maka dikatakan terjadi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas 2 kelompok yaitu mikroorganisme patogen dan nonpatogen. Mikroorganisme ini hidup hampir diseluruh tempat baik itu pada tempat panas atau dingin, dalam ruangan, terutama pada permukaan tubuh manusia. Untuk itulah dibutuhkan antimikroba untuk membunuh mikroorganisme tersebut terutama mikroorganisme yang patogen. Untuk membebaskan permukaan tubuh manusia dari mikroorganisme digunakan antiseptik dan pada permukaan

Upload: july-berybe

Post on 18-Feb-2015

87 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Laporan

TRANSCRIPT

Page 1: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mikroorganisme tumbuh dan berkembang pada berbagai

lingkungan. Banyaknya mikroorganisme dalam suatu habitat biasa kita katakan

sebagai populasi mikroba sedangkan jika populasi ini bertambah maka dikatakan

terjadi pertumbuhan.

Mikroorganisme terbagi atas 2 kelompok yaitu mikroorganisme

patogen dan nonpatogen. Mikroorganisme ini hidup hampir diseluruh tempat

baik itu pada tempat panas atau dingin, dalam ruangan, terutama pada

permukaan tubuh manusia. Untuk itulah dibutuhkan antimikroba untuk

membunuh mikroorganisme tersebut terutama mikroorganisme yang patogen.

Untuk membebaskan permukaan tubuh manusia dari mikroorganisme digunakan

antiseptik dan pada permukaan benda-benda mati disebut desinfektan. Akan

tetapi, suatu bahan memiliki kadar tertentu untuk menjadi suatu desinfektan atau

antiseptik.

Desinfektansia adalah zat atau bahan yang digunakan untuk

menghilangkan atau menghancurkan mikroba terutama bakteri yang dapat

membahayakan, dan istilah ini pada umumnya digunakan dalam proses

membebaskan benda-benda mati dari infeksi dan aman dipakai dalam bidang

Page 2: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

industri atau pada rumah sakit atau dalam industri-industri makanan atau

minuman dan farmasi.

Untuk menganalisa kadar desinfektan dan antiseptik ini maka perlu

diadakan uji kuantitatif untuk mengetahui daya hambat suatu antiseptik terhadap

pertumbuhan mikroorganisme. Uji ini selain berdasarkan uji konsentrasi

penghambatan terkecil juga dapat distandarisasi dengan uji koefisien fenol.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah suatu uji koefisien fenol,

untuk menguji daya hambat pertumbuhan suatu mikroba atau bakteri uji dengan

membandingkannya dengan daya hambat fenol terhadap bakteri.

I.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

I.2.1 Maksud Praktikum

Mengetahui dan memahami cara-cara penentuan koefisien

fenol dari suatu desinfektansia, pengawet atau antiseptik.

I.2.2 Tujuan Praktikum

Menentukan koefisien fenol dari antiseptik Instance® dengan

membandingkannya dengan daya mematikan dari larutan baku fenol

menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus.

I.3 Prinsip Praktikum

Penentuan koefisien fenol dari antiseptik Instance® berdasarkan

pengamatan pertumbuhan jamur Staphylococcus aureus dalam medium SCB

setelah kapang tersebut kontak dengan antiseptik dalam waktu 5, 10 dan 15

menit.

Page 3: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Desinfektasia adalah bahan atau zat yang digunakan untuk

menghilangkan atau menghancurkan bakteri baik patogen maupun nonpatogen,

terutama bakteri yang membahayakan (patogen). Istilah ini pada umumnya

digunakan dalam proses membebaskan benda-benda mati dari infeksi, dan aman

untuk dipakai dalam bidang industri atau pada rumah sakit-rumah sakit atau

industri-industri makanan/minuman dan industri farmasi.

Untuk memeriksa baik tidaknya bahan-bahan yang digunakan untuk

desinfektan dalam industri maupun rumah sakit, maka perlu dilakukan beberapa

tes, yaitu :

1. Minimal inhibitiry concentration (MIC Test)

2. Ridel Walker Test.

Pada kedua test ini dikaitka “Capasity Use Dilution Test”, “Stability Test”, dan

“In-Use Test”. (1)

Zat-zat desinfektansia dan antiseptik dapat dibagi atas (2) :

1. Senyawa logam berat

2. Fenol dan senyawa lain yang sejenis senyawa alkohol

3. Aldehid

4. Asam dan turunannya

Page 4: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

5. Halogen dan oksidator lain

6. Senyawa ammonium kuartener dan detergen lain

7. Turunan 8-hidroksi-kuinolin dan turunan akridin serta senyawa lain yang

mengandung senyawa nitrogen.

Antiseptika adalah zat-zat yang dapat mematikan atau menghentikan

pertumbuhan kuman-kuman setempat di jaringan-jaringan hidup, khususnya di

atas kulit dan selaput lendir (mulut, tenggorokan, dan sebagainya). Zat-zat yang

terutama digunakan pada benda-benda tak hidup disebut desinfektansia, yakni

obat yang dapat mencegah infeksi dengan jalan memusnahkan hama-hama

patogen misalnya alat-alat injeksi dan operasi, lantai, dan air minum atau kolam

renang (klor, karbon, lisol, formalin, dan sebagainya) (6).

Larutan fenol 2 – 4 % berguna sebagai desinfektansia. Karbol adalah

nama lain dari fenol. Fenol secara umum merupakan racun protoplasma, pada

kadar tinggi akan mengendapkan protein, sedangkan kadar rendah

mendenaturasi protein-protein tanpa koagulasi (3).

Zat pengoksidasi yang bernilai sebagai antiseptik tergantung pada

pembebasan oksigen. Aktivitas anti bakteri ditentukan oleh spectrum kerja, cara

kerja dan ditentukan pula oleh konsentrasi minimum untuk inhibisi (MIC) serta

potensial pada MIC. Suatu bakteri terjadi pada kadar rendah tetapi mempunyai

daya bunuh atau daya hambat yang besar (4).

Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme

berkisar dari unsur logam berat, seperti perak dan tembaga sampai kepada

Page 5: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan ammonium kuartener.

Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai

cara dan terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap

permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda : ada yang serasi dan ada yang

bersifat merusak. Karena ini dan juga karena variabel-variabel lain, maka perlu

sekali diketahui terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia setelah digunakan

untuk penerapan praktis-praktis tertentu (5).

Dalam menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan hal-hal

tersebut di bawah ini (3) :

1. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan.

2. Apakah tidak menyebabkan rasa sakit

3. Apakah dia tidak memakan logam

4. Apakah ia dapat diminum

5. Apakah ia stabil

6. Bagaimana baunya dan warnanya

7. Apakah ia mudah dihilangkan dari pakaian apabila dsinfektan itu sampai

kena pakaian

8. Dan apakah harganya murah

Page 6: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

II.2 Uraian Bahan

1. Air suling (7)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Aquades, air suling

Rumus molekul/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak

mengandung bahan kimia yang dapat

membahayakan tubuh

Kegunaan : Sebagai bahan pengencer

2. Alkohol (7)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol, alkohol

Rumus kimia / BM : C2H6O / 46,07

Rumus bangun : CH3-CH2-OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p

dan dalam eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai Antiseptik

Page 7: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

3. Fenol (7)

Nama resmi : Phenolum

Nama lain : Fenol

Rumus kimia / BM : C6H5OH / 94,11

Rumus Bangun : OH

Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau massa hablur ; tidak

berwarna atau merah jambu, bau khas, kaustik.

Kelarutan : Larut dalam 12 bagian air ; mudah larut dalam

etanol (95 %) P, dalam kloroform P, dalam eter P,

dalam gliserol P dan dalam minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk.

Khasiat : Desinfektan

Kegunaan : Sebagai Sampel uji

Page 8: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

II.3 Uraian Mikroba

II.3.1 Klasifikasi Mikroba

Staphylococcus aureus (3)

Kingdom : Protista

Divisio : Protophyta

Classis : Schizomycetes

O r d o : Enterobacteriales

Familia : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

II.3.2 Morfologi Mikroba

Staphylococcus aureus (5)

Sel-sel berbentuk bola, berdiameter 0,5 sampai 1,5 µm

terdapat tunggal dan berpasangan, dan secara khas membelah diri

pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang

tidak teratur. Non motil. Tidak diketahui adanya stadium istirahat.

Gram positif. Dinding sel mengandung dua komponen utama :

peptidoglikan serta asam tekoat yang berkaitan dengannya.

Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif.

Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam

keadaan aerobik. Suhu optimum 35 – 400C. Terutama berasosiasi

dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Pertumbuhan

Page 9: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

pada medium agar abundant, dan koloninya buram dan tidak tembus

cahaya, smooth, dan berkilauan dalam penampakannya. Beberapa

staphylococcus bentuk lipochrome pigmen yang memberikan koloni

kuning emas atau kuning lemon dimana yang lainnya tidak dan putih.

Page 10: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan

1. Botol pengencer

2. Lampu spiritus

3. Ose bulat

4. Rak tabung

5. Spoit 5 ml dan 10 ml

6. Stopwatch

7. Tabung reaksi

8. Wadah penampung es

III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan

1. Air suling steril

2. Etanol 70 %

3. Biakan jamur Staphylococcus aureus

4. Kapas

5. Larutan fenol 5%

6. Medium Selenit Cistein Broth

7. Sampel Instance®

Page 11: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

III.2 Cara Kerja

A. Penyiapan suspensi biakan Staphylococcus aureus

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Diambil 1 ose biakan Staphylococcus aureus yang sebelumnya telah

diremajakan pada medium NA miring selama 24 jam.

3. Disuspensikan ke dalam aquades steril.

B. Pengujian Koefisien Fenol

☺ Sampel Instance®

1. Ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari

sampel Instance®.

2. Dibuat pengenceran Instance® dengan perbandingan 1:10, 1:20, 1:30,

1:40.

3. Disiapkan 4 seri tabung reaksi masing-masing terdiri 4 tabung reaksi

berisi 5 ml medium Selenit Cistein Broth.

4. Kemasan disterilkan dengan disemprot dengan alkohol 70 %.

5. Pada seri tabung pertama ditambahkan sampel Instance® sesuai

tingkat pengencerannya yaitu 1:10 (tabung 1), 1:20 (tabung 2), 1:30

(tabung 3), 1:40 (tabung 4) dan dimasukkan dalam es.

6. Setelah dingin ditambahkan 1 ose suspensi biakan Staphylococcus

aureus atau sebanyak 0,02 ml pada tabung 1 dari seri 1 pada detik ke

0. Selang 30 detik dimasukkan 1 ose suspensi biakan

Staphylococcus aureus pada tabung 2. Dan selang 30 detik

Page 12: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

kemudian dimasukkan lagi 1 ose suspensi biakan Staphylococcus

aureus padatabung 3. Dan selang 30 detik kemudian dimasukkan 1

ose biakan Staphylococcus aureus pada tabung 4.

7. Waktu istirahat adalah 1 menit 30 detik sehingga lama kontak

dengan kapang adalah 5 menit.

8. Selang 3 menit 30 detik, dimasukkan 1 ose larutan tabung 1 seri I ke

dalam tabung 1 seri II pada 0 detik, setelah 30 detik 1 ose larutan

tabung 2 seri I ke dalam tabung 2 seri II, dan 30 detik kemudian

ditambahkan 1 ose larutan tabung 3 seri I ke dalam tabung 3 seri II

dan selang 30 detik kemudian dimasukkan 1 ose larutan tabung 4

seri I ke dalam tabung 4 seri II

9. Dilakukan hal yang sama untuk tabung seri ketiga dan seri keempat.

10. Tabung diinkubasikan pada suhu kamar selama 1x 24 jam.

11. Diamati kekeruhan atau terjadinya endapan.

12. Ditentukan nilai koefisien fenol dari sampel uji

☺ Fenol

1. Ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari

sampel Instance®.

2. Dibuat pengenceran larutan baku fenol 5 % dengan tingkat

pengenceran 1:80 (tabung 1), 1:90 (tabung 2), 1:100 (tabung 3).

3. Disiapkan 4 seri tabung reaksi masing-masing 3 tabung reaksi berisi

5 ml medium Selenit Cistein Broth.

Page 13: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

4. Tabung seri I dimasukkan ke dalam es.

5. Setelah dingin diambil 1 ose suspensi biakan Staphylococcus aureus

sebanyak 0,02 ml dan dimasukkan pada hasil pengenceran pertama

dari fenol pada detik ke 0. Selang 30 detik dimasukkan 1 ose

suspensi biakan Staphylococcus aureus pada hasil pengenceran

kedua. Dan selang 30 detik kemudian dimasukkan lagi 1 ose

suspensi biakan Staphylococcus aureus.

6. Waktu istirahat adalah 4 menit sehingga lama kontak dengan kapang

adalah 5 menit.

7. Selang 4 menit , dimasukkan 1 ose hasil pengenceran pertama ke

dalam tabung pertama seri kedua pada 0 detik, 1 ose hasil

pengenceran kedua ke dalam tabung kedua pada 30 detik, dan selang

30 detik kemudian dimasukkan lagi 1 ose hasil pengenceran ketiga.

8. Hal serupa diatas dilakukan untuk tabung seri ketiga dan seri

keempat.

9. Semua tabung diinkubasikan pada suhu kamar selama 1 x 24 jam.

10. Diamati dan ditentukan nilai koefisien fenol dari sampel uji

Page 14: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

IV.1 Data Hasil Pengamatan

1. Data antiseptik Instance®

Pengenceran Lama Kontak5 menit 10 menit 15 menit

1 : 101 : 201 : 301 : 40

-+++

--++

--++

2. Data desinfektan fenol

Pengenceran Lama Kontak5 menit 10 menit 15 menit

1 : 801 : 901 : 100

+++

-++

--+

Keterangan :

+ : Ada pertumbuhan kapang

- : Tidak ada pertumbuhan kapang

Page 15: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

IV.2 Gambar Hasil Pengamatan

1. Sampel Instance®

Keterangan :

1.Tutup tabung

2.Tabung reaksi

3. Medium SCB

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Ia Ib Ic Id

IIa IIb IIc IId

IIIa IIIb IIIc IIId

IVa IVb IVc IVd

Sampel : Instance®

Mikroba uji : Staphylococcus aureus

Page 16: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

2. Fenol

Keterangan :

1.Tutup tabung

2.Tabung reaksi

3. Medium SCB

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Ia Ib Ic

IIa IIb IIc

IIIa IIIb IIIc

IVa IVb IVc

Sampel : FenolMikroba uji : Staphylococcus aureus.

Page 17: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

IV.3 Perhitungan

Pengenceran Instance®

Keofisien fenol = Pengenceran Fenol

80=

80

= 1

Keterangan :

Pengenceran tertinggi antiseptik atau fenol yang hidup pada masa kontak 5

menit dan mati pada masa kontak 10 menit.

Page 18: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini akan ditentukan daya hambat suatu antiseptik

terhadap suatu bakteri, dan membandingkannya dengan daya hambat fenol. Dalam

penentuan nilai koefisien fenol ini digunakan sampel adalah antiseptik Instance® yang

sebelumnya telah ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC)-nya,

yaitu 1:20. Penentuan nilai koefisien fenol ini dilakukan dengan membandingkan

daya mematikan antiseptik Instance® dengan daya mematikan terhadap larutan baku

fenol dengan menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus. Pada percobaan ini

dibuat 4 seri larutan baik itu larutan untuk sampel dan larutan untuk fenol setiap

serinya terdiri atas 4 tabung untuk sampel dan 3 tabung untuk larutan fenol.

Pengamatan dilakukan terhadap tabung yang keruh atau terdapat endapan yang

menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri

Koefisien fenol adalah pengenceran tertinggi desinfektan ataupun antiseptik

yang mematikan di mana dapat membunuh mikroba dalam waktu 10 menit tetapi

tidak dalam masa kontak 5 menit per larutan fenol pada kondisi yang sama. Suatu

desinfektansia atau antiseptik yang baik adalah mempunyai daya mematikan atau

merusak mikroba. Dan untuk mengetahui daya mematikan tersebut biasanya

distandarkan dengan larutan baku fenol.

Dalam percobaan MIC antiseptik Instance® mempunyai nilai MIC pada

perbandingan 1 : 20, dan dari perbandingan tersebut dibuat lagi variasi pengenceran

Page 19: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

yaitu 1 : 10, 1 : 20, 1 : 30, 1 : 40 sedangkan untuk larutan bako fenol dibuat variasi

pengenceran 1 : 80, 1 : 90, 1: 100.

Setelah di inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu kamar untuk sampel

antiseptik Instance® diperoleh pada pengenceran 1 : 40 pada menit ke 5, 10 dan 15

tidak terjadi pertumbuhan kapang. Pada pengenceran 1 : 80 pada menit ke 5 terjadi

pertumbuhan kapang sedangkan pada menit ke 10 dan 15 tidak ada pertumbuhan

kapang. Dan pada pengenceran 1 : 120 dan 1 : 160 pada menit ke 5, 10 dan 15

terdapat pertumbuhan kapang. Pada hasil yang tidak menunjukkan pertumbuhan

kapang menandakan sampelnya mempunyai daya mematikan pada pengenceran dan

menit tersebut. Sedangkan untuk sampel yang menunjukkan pertumbuhan kapang

berarti sampel tersebut sudah tidak mempunyai daya mematikan pada pengenceran

dan menit tersebut.

Untuk larutan baku fenol diperoleh pada hasil pengenceran 1 : 80 pada

menit ke 5 ada pertumbuhan kapang sedangkan pada menit ke 10 dan 15 tidak ada

pertumbuhan kapang. Pada pengenceran 1 : 90 pada menit ke 5 dan 10 menunjukkan

terjadinya pertumbuhan kapang sedangkan pada menit ke 15 tidak ada pertumbuhan

kapang. Dan pada pengenceran 1 : 100 pada menit ke 5, 10 dan 15 menunjukkan

terjadinya pertumbuhan kapang. Adanya pertumbuhan kapang ditandai dengan

keruhnya medium Selenit Cistein Broth (SCB) dan nampak adanya endapan pada

dasar tabung.

Page 20: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

Dari hasil perhitungan fenol diperoleh nilai yaitu 1. Hal ini berarti bahwa

sampel antiseptik Instance® termasuk antiseptik yang tidak efektif karena nilainya

lebih besar atau sama dengan 1.

Page 21: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai

koefisien fenol sampel antiseptik Instance® sebesar 1, berarti sampel tersebut

bersifat sebagai antiseptik yang efektif.

VI.2 Saran

-

Page 22: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Djidje, M.N., Sartini., (2003), “Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi”,

Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA, UNHAs,

Makassar

2. Schunank, W., Mayer, K., Haeke., (1990), “Senyawa-Senyawa Obat”, Gadjah

mada University press, Yogyakarta, 752, 780

3. Dwijdosoeputra, D., (1992), “Dasar-dasar Mikrobiologi”, Cetakan IV, Penerbit

Djambatan, Malang, 87, 93

4. Wattimena, J.R., (1982), “Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik”, Gadjag Mada

University Press, Yogyakarta, 48, 62

5. Pelczhar, Michael J., Chan, E.C.S., (1986), “Dasar-Dasar mikrobiologi”, Jilid II,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

6. Tjay, T.H., Rahardja, K., (1978), “Obat-Obat Penting”, Jakarta

7. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta

Page 23: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Doerge, R.F., (1992), “Buku Teks Wilson and Gisvold Kimia Farmasi dan

Medisinal”, Bagian I, J.B Lippincott Company, Philadelphia – Toronto, 131, 132

2. Schunank, W., Mayer, K., Haeke., (1990), “Senyawa-Senyawa Obat”, Gadjah

mada University press, Yogyakarta, 752, 780

3. Dwijdosoeputra, D., (1992), “Dasar-dasar Mikrobiologi”, Cetakan IV, Penerbit

Djambatan, Malang, 87, 93

4. Wattimena, J.R., (1982), “Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik”, Gadjag Mada

University Press, Yogyakarta, 48, 62

5. Pelczhar, Michael J., Chan, E.C.S., (1986), “Dasar-Dasar mikrobiologi”, Jilid II,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

6. Tjay, T.H., Rahardja, K., (1978), “Obat-Obat Penting”, Jakarta

7. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta

Page 24: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

LAMPIRAN

A. Komposisi Medium

1. Medium SCB (Selenite Cistein Broth)

Peptone dari casein 5,0

L-cystine 0,01

Lactose 4,0

Sodium phosphate 10,0

Sodium hydrogen selenite 4,0

Air 1000 ml

Pembuatan: Larutkan 23 g/liter pada suhu kamar jika tidak larut panaskan ≤

60 ºC, tidak diotoklaf

Page 25: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

1. Whim®

Komposisi : 0,15 % Triclosan

Isi : 100 ml

Aturan Pakai : Tuangkan sedikit Whim® ke telapak tangan dan

tambahkan air secukupnya. Basuhkan ke bagian

khusus kewanitaan anda hingga berbusa kemudian

bilas dengan air hingga bersih.

Produksi : PT AVON – Indonesia Jakarta 12560 Indonsia

Nomor Registrasi : POM CD 0302101815

Kegunaan : Sebagai sampel uji

Page 26: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

II.3.1 Klasifikasi Mikroba (3)

Regnum : Plantae

Divisio : Eumycophyta

Class : Ascomycetes

Ordo : Saccharomycetes

Familia : Criptococcaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

II.3.2 Morfologi Mikroba (3)

Candida dikelompokkan dalam jenis cendawan yang tidak

mempunyai tahap seksual, tapi cendawan tidak sempurna ini tidak

sepenuhnya tanpa jenis kelamin. Pada cendawan ini juga berlangsung

plasmogami, kariogami, dan miosis.

Page 27: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

Latar belakang

Seiring dengan perkembangan yang pesat dari berbagai macam produk baik

dari industri rumah tangga maupun dalam industri farmasi. Dimana sekarang ini

terdapat berbagai macam produk yang digunakan untuk mencegah adanya

pertumbuhan suatu mikroorganisme atau suatu bahan yang dapat membunuh

atau menghancurkan mikroba yang patogen terutama pada benda-benda mati

yang pada dasarnya dapat pula merugikan manusia yang biasa disebut

desinfektan.

Seiring dengan perkembangan yang pesat dari berbagai macam produk

baik dari industri rumah tangga maupun dalam industri farmasi. Dimana

sekarang ini terdapat berbagai macam produk yang digunakan untuk mencegah

adanya pertumbuhan suatu mikroorganisme atau suatu bahan yang dapat

membunuh atau menghancurkan mikroba yang patogen terutama pada benda-

benda mati yang pada dasarnya dapat pula merugikan manusia yang biasa

disebut desinfektan.

Dalam percobaan ini digunakan sampel Instance® yang telah diketahui

nilai Minimum Inhibitory Minimum (MIC) nya yaitu pada perbandingan 1 : 80

yang diperoleh pada percobaan uji MIC. Dengan diketahuinya nilai MIC, kita

dapat membandingkan daya mematikan dari sampel Instance® ini dengan larutan

baku fenol dengan menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus.

Page 28: MIKFAR4 uji koef fenol.doc

Kemoterapi dapat diartikan sebagai studi dan penggunaan zat yang

secara selektif lebih toksis terhadap mikroorganisme (1).

Faktor-faktor inilah yang menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu

desinfektan.