migrain
DESCRIPTION
farmasiTRANSCRIPT
DISKUSI KASUS
MIGRAIN
Oleh:
Nur Hidayah
G99142111
.
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Migrain didefinisikan sebagai gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri
kepala unilateral (kadang bilateral) yang dapat disertai muntah dan gangguan
visual (Ginsberg, 2005). Dikenal dua teori mengenai patofisiologi migrain, yaitu
teori vasogenik dan neurogenik. Dalam teori vasogenik dihipotesiskan bahwa
adanya gejala prodormal atau aura disebabkan vasokonstriksi intrakranial dan
nyeri kepala disebabkan oleh vasodilatasi reaktif. Dalam teori neurogenik,
migrain dihipotesiskan merupakan akibat dari disfungsi neuronal karena oligemia
(Cutrer & Charles, 2008).
Data menunjukkan lebih dari 28 juta penduduk U.S.A kurang lebih 10-12%
dari populasi menderita migrain. Di Amerika Serikat, dalam satu tahun lebih dari
70% penduduknya (pernah) mengalami nyeri kepala, lebih dari 5%
mencari/mengusahakan pengobatan, tetapi hanya ± 1% yang datang ke
dokter/rumah sakit khusus untuk keluhan nyeri kepalanya. Hampir 91%
mengalami kelemahan fungsional. Migrain menyebabkan berkurangnya waktu
untuk bekerja dan sekolah, juga kehilangan waktu dalam aktivitas keluarga dan
sosial.
Sedangkan di Indonesia angka kejadian nyeri kepala di Medan sebesar
18,26 % pada perempuan dan 14,87 % pada laki-laki. Sedangkan di Jakarta
sebesar 52,5 % pada perempuan dan 35,8 % pada laki-laki (Zuraini et al., 2005).
Prevalensi paling tinggi terdapat pada usia produktif yaitu antara 25-55 tahun
(Nissan & Diamond, 2005).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Migrain berasal dari kata migraine yang merupakan bahasa Perancis.
Nama lainnya dalam bahasa Yunani yaitu hemicrania, sedangkan dalam
bahasa Inggris kuno disebut megrim. Menurut International Headache
Society (IHS), migrain adalah nyeri kepala yang sifatnya paroksismal,
berdenyut, unilateral, familial, dengan serangan nyeri yang berlangsung 4 –
72 jam, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
2. ETIOLOGI
Penyebab migrain belum diketahui dengan pasti, hanya jarang sekali
diakibatkan oleh suatu penyakit organik seperti tumor otak atau cedera kepala.
Namun sudah dipastikan bahwa migrain adalah suatu gangguan sirkulasi
darah, yang menimbulkan vasodilatasi dan penyaluran darah secara
berlebihan ke selaput otak (meninges) dengan efek nyeri hebat di sebelah
kepala.
Mudah tidaknya seseorang terkena penyakit migrain ditentukan oleh
adanya defek biologis herediter pada sistem saraf pusat. Berbagai faktor dapat
memicu serangan migrain pada orang yang berbakat tersebut antara lain:
1. Hormonal
Fluktuasi hormon merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14% hanya
mendapat serangan selama haid. Nyeri kepala migrain dipicu oleh
turunnya kadar 17- estradiol plasma saat akan haid. Serangan migrain
berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan
konstan, sebaliknya minggu pertama post partum, 40% pasien mengalami
serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol. Pemakaian pil
kontraseptif juga meningkatkan serangan migrain.
2. Menopause
Umumnya, nyeri kepala migrain akan meningkat frekuensi dan berat
ringannya pada saat menjelang menopause. Tetapi, beberapa kasus
membaik setelah menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis
rendah dapat diberikan untuk mengatasi serangan migrain
pascamenopause.
3. Makanan
Berbagai makanan/zat dapat memicu timbulnya serangan migrain. Pemicu
migrain tersering adalah alkohol berdasarkan efek vasodilatasinya di mana
anggur merah dan bir merupakan pemicu terkuat. Makanan yang
mengandung tiramin, yang berasal dari asam amino tirosin, seperti keju,
makanan yang diawetkan atau diragi, hati, anggur merah, yogurt, dll.
Makanan lain yang pernah dilaporkan dapat mencetuskan migrain adalah
coklat (feniletilamin), telur, kacang, bawang, pizza, alpokat, pemanis
buatan, buah jeruk, pisang, daging babi, teh, kopi, dan coca cola yang
berlebihan.
4. Monosodium glutamat
Adalah pemicu migrain yang sering dan penyebab dari sindrom restoran
Cina yaitu nyeri kepala yang disertai kecemasan, pusing, parestesia leher
dan tangan, serta nyeri perut dan nyeri dada.
5. Obat-obatan
Seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid-dinitrat, tetrasiklin,
vitamin A dosis tinggi, fluoksetin,dll.
6. Aspartam
Yang merupakan komponen utama pemanis buatan dapat menimbulkan
nyeri kepala pada orang tertentu.
7. Kafein yang berlebihan (350 mg/hari) atau penghentian mendadak
minum kafein.
8. Lingkungan
Perubahan lingkungan dalam tubuh yang meliputi fluktuasi hormon pada
siklus haid dan perubahan irama bangun tidur dapat menimbulkan
serangan akut migrain. Perubahan lingkungan eksternal meliputi cuaca,
musim, tekanan udara, ketinggian dari permukaan laut, dan terlambat
makan.
9. Rangsang sensorik
Cahaya yang berkedap-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang terang
atau bau parfum, zat kimia pembersih.
10. Stres fisik dan mental dapat memperberat serangan migrain
11. Faktor pemicu lain aktivitas seksual, trauma kepala, kurang atau kelebihan
tidur (Mansjoer dkk, 2000).
3. PATOFISIOLOGI
Migrain merupakan bentuk nyeri kepala neurovaskuler, yang apabila
ada perubahan pada saraf akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang
kemudian menimbulkan nyeri dan mengaktivasi saraf lainnya. Manifestasi
yang muncul berbeda pada tiap individu karena adanya variabilitas kelainan
biologis dasar dalam migrain.
Ada sejumlah teori tentang terjadinya migrain :
1. Teori vaskular
Serangan disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah intrakranial
sehingga aliran darah otak menurun yang dimulai dari bagian oksipital dan
meluas ke anterior secara perlahan-lahan, melintasi korteks serebri dengan
kecepatan 2-3 mm per menit, berlangsung beberapa jam dan diikuti
vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial yang menimbulkan nyeri
kepala.
2. Teori neurotransmitter
Saat serangan terjadi pelepasan berbagai neurotransmitter antara
lain serotonin dari tombosit yang memiliki efek vasokonstriktor. Reseptor
serotonin ada di meningen, lapisan korteks serebri, struktur dalam otak,
dan yang paling banyak pada inti batang otak. Dua reseptor yang penting
adalah 5-HT1 yang bila terangsang akan menghentikan serangan migrain,
sedangkan reseptor 5-HT2 bila disekat akan mencegah serangan migrain.
Oleh karena itu, baik agonis (sumatriptan, dihidroergotamin, ergotamin
tartat) maupun antagonis serotonin (siproheptadin, metisergid, golongan
anti depresan trisiklik, penyekat saluran kalsium) bermanfaat dalam
penatalaksannan migrain. Selain itu, neurotransmitter yang bermanfaat
dalam terjadinya migrain adalah katekolamin, dopamin, neuropeptida Y,
dan CGRP (calcitonin gene related peptide), histamin, nitrit oksida, serta
prostaglandin.
3. Teori sentral
Serangan berkaitan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas
listrik kortikal yang dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Gejala
prodormal migrain yang terjadi beberapa jam atau satu hari sebelum nyeri
kepala berupa perasaan berubah, pusing, haus, menguap. Stimulasi lokus
serulues menimbulkan penurunan aliran darah ipsilateral dan peningkatan
aliran dalam sistem karotis ekterna seperti pada migrain. Stimulasi inti rafe
dorsal meningkatkan aliran darah otak dengan melebarkan sirkulasi karotis
interna dan eksterna.
4. Teori unifikasi
Teori ini meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh darah perifer.
Beberapa proses pada korteks orbitofrontal dan limbik memacu sistem
noradrenergik batang otak melalui lokus seruleus dan sistem
serotoninergik melalui inti rafe dorsal serta sistem trigeminovaskular yang
akan merubah lumen pembuluh darah, yang juga memicu impuls saraf
trigeminus, terjadi lingkaran setan rasa nyeri. Nausea dan vomitus
mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada area
postrema dasar ventrikel IV dalam medula oblongata. Proyeksi dari lokus
seruleus ke korteks serebri dapat menimbulkan oligemia kortikal dan
depresi korteks menyebar, menimbulkan aura (Mansjoer dkk, 2000).
4. KLASIFIKASI MIGRAIN
Headache Classification Subcommittee of the International Headache
Society memaparkan 7 jenis migrain yang terjadi di kepala manusia. Seperti
yang dicatat dalam buku The International Classification of Headache
Disorders: 2n Edition (Cephalalgia, 2004), ketujuh jenis migrain itu antara
lain:
1. Migrain dengan aura
Migrain jenis ini membuat penderitanya mengalami gangguan penglihatan.
Semakin kepala terasa pusing, pandangan akan semakin kabur dan tidak
bisa fokus.
2. Migrain tanpa aura
Kebalikan dari migrain jenis pertama, migrain tanpa aura tak menyebabkan
kaburnya pandangan pada mata penderita.
3. Childhood periodic syndrome
Migrain jenis ini membuat penderitanya muntah terus-menerus dalam
jangka waktu tertentu, sakit di bagian perut yang biasanya disertai dengan
rasa mual, dan vertigo.
4. Retinal migraine
Melibatkan migraine yang disertai gangguan penglihatan dan bahkan
kebutaan temporer di salah satu mata.
5. Komplikasi migrain
Adanya migrain yang disertai aura dan gangguan otak dalam jangka
panjang.
6. Probable migraine
Jenis ini sebenarnya tidak dapat dipastikan sebagai migrain, karena hanya
memiliki sedikit saja gejala migrain.
7. Migrain kronis
Di kondisi ini terjadi komplikasi migrain yang memenuhi kepala yang
muncul dalam jangka waktu panjang. Migrain jenis ini disebut kronis karena
dapat terjadi hingga 3 bulan ( Buse et al, 2009).
5. GAMBARAN KLINIK
Serangan nyeri kepala yang timbul secara tiba-tiba dan biasanya
unilateral (80%), paroksismal dan rekuren. Nyeri kepala dirasakan sebagai
nyeri kepala yang berdenyut, menusuk-nusuk, rasa kepala mau pecah. Gejala
prodormal atau aura dapat terjadi bersamaan atau mendahului serangan
migrain, di antaranya:
1) Fenomena visual positif (penglihatan berkunang-kunang seperti melihat
kembang api, bulatan-bulatan terang kecil yang melebar sampai gejala
fortifikasi yang berupa gambaran benteng dari atas).
2) Fenomena visual negatif (penglihatan semakin kabur, seperti berawan
sampai semuanya tampak gelap).
3) Anoreksia, mual, muntah, diare, takut cahaya dan/atau kelainan otonom
lainnya (Mansjoer dkk ,2008).
Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik (misalnya gangguan
motorik, sensorik, kejiwaan) yang menyertai, timbul kemudian atau
mendahului serangan migrain dan biasanya berlangsung sepintas/reversibel.
Beberapa hal dapat menjadi pemicu migrain di antaranya makanan
tertentu (seperti coklat, keju, jeruk, tomat, bawang, monosodium glutamate
atau MSG, aspartam, alkohol), perubahan hormonal (seperti menstruasi,
ovulasi, kontrasepsi oral, terapi hormon), trauma kepala, kelelahan fisik,
medikasi (seperti histamin, reserpin, ranitidin) dan stress (Tjay dan Rahardja,
2002).
6. DIAGNOSIS
Migrain tanpa aura (common migrain) Kebanyakan penderita
migrain masuk ke dalam jenis ini.
A. Setidaknya terdapat 5 kali serangan yang memenuhi kriteria B-D.
B. Serangan sakit kepala berlangsung 4-72 jam jika tidak diobati atau
diobati namun tidak membaik.
C. Sakit kepala setidaknya memiliki 2 dari 4 karakteristik di bawah ini.
– Lokasinya unilateral.
– Sifatnya berdenyut.
– Intensitasnya sedang sampai berat.
– Memberat dengan naik tangga, batuk, membungkuk (Jolt
phenomenon).
D. Selama terjadinya sakit kepala, setidaknya terdapat satu dari hal-hal di
bawah ini:
– Mual dan atau muntah.
– Fotofobia dan fonofobia.
E. Tidak disebabkan oleh kelainan lain.
Migrain dengan aura (migrain klasik) biasanya didahului oleh suatu
gejala yang dinamakan aura, yang terjadi dalam 30 menit sebelum timbul
migrain. Migrain klasik merupakan 30% dari semua migrain.
A. Setidaknya terdapat 2 kali serangan yang memenuhi kriteria B.
B. Setidaknya terdapat 3 dari 4 karakteristik berikut ini:
- Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menandakan
adanya disfungsi korteks serebral fokal dan atau batang otak.
- Setidaknya terdapat satu gejala aura yang terjadi bertahap dalam 4
menit, atau 2 atau lebih gejala yang terjadi berurutan.
- Tidak terdapat gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit.
7. DIAGNOSIS BANDING
a. Nyeri kepala kluster.
b. Nyeri kepala tegang (tension headache).
c. Spondilosis servikal.
d. Peningkatan tekanan darah.
e. Kelainan intrakranial.
f. Otitis media.
g. Transcient Ischemic Attack (TIA) (Longmore et al, 2001).
8. TERAPI
Terapi non spesifik
Jenis obatAnalgetik/NSAIDsParasetamol Dosis: 500-1000 mg/6-8 jamAspirin Dosis: 650-1000 mg/4-6 jam, max 4 g/hari
KI: gangguan/penyakit perdarahanAdverse reaction: GI upset
Ibuprofen Dosis: 400-800 mg/6 jam, max 2,4 g/hariKI: Aspirin/NSAID-induced asthmaAdverse react: Dizziness, rash, GI upset
Naproxen sodium Dosis: 275-550 mg/2-6 jam/hari, max 1,5 g/hariKI: Aspirin/ NSAID-induced asthmaAdverse react: Dizziness, rash, pruritus, GI upset
Ketorolac Dosis: 60 mg IM/15-30 menit, max 120 mg/hari, max 5 hariKI: aspirin induced asthma, hamil, perdarahan serebrovaskularAdverse react: edema drowsiness, dizziness, GI upset
Diclofenac potasium Dosis: 50-100 mg/hari single doseKI: asthma, gangguan hepar, cardiac, renal, diuretic
Adverse react: dizziness, rash, peptic ulcer, GI upsetAnalgetik narkotikMeperidine Dosis: 50-150 mg IM atau IV/3-4 jam
KI: hamil, menyusui, MAOIAdverse react: hipotensi, fatigue, drowsiness, dizziness, vomiting, muscle weakness, respiratory depression
Butorphanol Dosis: spray (1 mg) sediaan nostril, dapat diulang 1 jam lagi, max 4 spray/hari
Terapi spesifik
Jenis obatErgotamine Dosis: 1-2 mg oral/jam, max 3 dosis sehari, gunakan dosis
efektif terkecilSuppos: 1 mg, dosis max, 2-3/hari dan 12/bulanKI: pengguna triptans, hamil, menyusui, uncontrolled hypertension, sepsis, coronary, cerebral, peripheral vascular disease.Adverse react: increased incidence of migraines, daily headache, takikardia, spasme arteri, numbness and tingling, muntah, diare, dizzinessz, abdominal cramps
Caffeine plus ergotamine Dosis: 2 tablet (100 mg caffeine/1 mg ergot) pada saat ondet, kemudian 1 tab tiap 30 menit, dapat naik sapai 6 tab (jangan lebih 10 tab/minggunya)Suppos (2 mg ergot/100 mg caff), 1 supp saat onset, dapat diulangi 1 lagi 1 jam kemudianKI: idemAdverse react: idem
Dihydro ergotamine (DHE)
Dosis: 1 mg IM, SC max initial dose 0,5-1 mg, dapat diulang tiap jam sampai dosis max 3 mg IM atau 2 mg IV per hari, dan 6 mg per minggu.Intranasal: 0,5 mg spray pada tiap nostril, dosis max 4 spray (2 mg) per hariKI: idemAdverse react: idem
TriptansSumatriptan Dosis: 6 mg SC, dapat diulang dalam 1 jam, dosis max 12
mg/hari.25-100 mg oral/2 jam, dosis maks: 200 mg/hariMax initial dose: 100 mgIntranasal: 5-10 mg (1-2 spray) pada satu nostril, dapat diulang sesudah 2 jam, dosis maksimal 40 mg/hariKI: ergotamine, hemiplegic atau basilar migraine, hamil, gangguan fungsi hepar, CAD, MAOIAdverse react: vomiting, vertigo, headache, chest preassure and heaviness
Naratriptan Dosis: 1-2,5 mg oral/4 jam, dosis max 5 mg per hariKI: ergot-type medications, kontrasepsi oral, merokok,
CADAdverse react: Dizziness, nausea, fatigue
Rizatriptan Dosis: 5-20 mg oral/2 jam, dosis max 30 mg/hariKI: ergot type medications, other triptans, propanolol, simetidine, CADAdverse react: Takikardi, throat tightness
Zolmitriptan Dosis: 2,5-5 mg oral/2 jam, dosis max 10 mg per hariKI: ergot-type medications, other triptans, CAD
Terapi profilaksis
Jenis Obat Dosis Efek Samping-blockers Atenolol Metaprolol Nadolol Propanolol
50-150 mg/hari100-200 mg/hari20-160 mg/hari40-240 mg/hari
Fatigue, bronchospasm, bradikardi, hipotensi, depresi, congestive heart failure, impotensi, gangguan tidur
Calcium-channel blockers Flunarizine Verapamil 5-10 mg/hari
240-320 mg/hariFatigue, berat badan bertambah, depresi (flunarizine), bradikardi, hipotensi, konstipasi (verapamil), nausea, edema, nyeri kepala, ekstrapyramidal
Serotonin receptor antagonists Methysergide 2 mg tiap malam, naik
secara gradual tid (max 8 mg/hari)
Retroperitoneal, cardiac, and pulmonary fibrosis
Pizotyline (pizotifen) 0,5 mg tiap malam, naik secara gradual tid (max 3-6 mg/hari)
Weight gain, fatigue
Tricyclic analgesic Amitriptiline Nortriptiline
10-150 mg tiap malam Mulut kering, konstipasi, weight gain, drowsiness, reduced seizure threshol, cardiovascular effects
Anti-epileptik Divalproex Sodium valproate Valproic acid
500-1500 mg/hari500-1500 mg/hari500-1500 mg/hari
Nausea, tremor, weight gain alopecia, increased liver enzyme levels
Gabapentin 900-1800 mg/hariDosis max 2400
Dizziness, fatigue, aaxia, nausea, tremor
(Ferrone and Moti, 2003)
BAB III
KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Laweyan, Surakarta
No. RM : 0136xxxx
Tanggal Pemeriksaan : 10 Agustus 2015
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :Nyeri kepala berdenyut sebelah kanan
2. Keluhan Penyerta : Mual
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala
berdenyut sebelah kanan. Keluhan dirasakan sejak tadi malam, kurang
lebih 8 jam yang lalu. Nyeri kepala muncul mendadak, dirasakan terus-
menerus dan semakin lama semakin memberat. Terasa semakin sakit saat
pasien beraktivitas, dan agak berkurang saat pasien berbaring. Pasien
sudah minum obat penghilang nyeri yang dibeli dari apotik, tapi keluhan
tidak hilang. Nyeri menetap di tempat yang sama, dan pasien mulai
mengeluh mual.
Satu bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan nyeri kepala yang
serupa. Saat itu pasien hanya minum obat anti nyeri dan digunakan
istirahat, lalu keluhan hilang sendiri. Nyeri kepala sebelah ini pertama
kali muncul sekitar 2 tahun yang lalu, dan dirasakan semakin sering
kambuh.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan sama : (+)
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat sakit darah tinggi : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat sakit darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1 Keadaan Umum : CM Gizi cukup (GCS=E4V5M6),
2 Tanda Vital : Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 96 x/ menit
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
3 Kepala : Bentuk kepala normal, mata konjungtiva pucat,
pupil isokor, reflek cahaya +/+
4 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
5 Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak, pulsasi tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Kesan batas jantung tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
6 Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kanan=kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan
(-/-)
7 Abdomen
Inspeksi : Distended (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, hepar lien tak teraba
D. DIAGNOSA
Diagnosa Klinik : Migrain
E. TUJUAN PENGOBATAN
1. Menghilangkan nyeri kepala
2. Menghilangkan mual
3. Mencegah kekambuhan
F. PENGOBATAN
Saat Serangan
R/ Sumatriptan tab mg 50 No. XV
S u.c
Pro : Tn S (51 th)
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
1. Sumatriptan
Merupakan golongan triptan yang termasuk dalam kelompok
tryptamine. Obat ini bekerja dengan mengikat reseptor serotonin 5-
HT1B dan 5-HT1D di pembuluh darah kranial (penyebab kontriksinya)
dan berikutnya inhibisi pelepasan pro-inflammatory neuropeptida.
Secara teknis, golongan triptan termasuk medikasi kelas agonis selektif
reseptor serotonin. Sifat triptan berbeda dari obat anti nyeri yang biasa
dikenal, semisal asetaminofen dan NSAID. Obat anti nyeri biasanya
meningkatkan toleransi terhadap nyeri hanya bersifat sementara saja.
Gejala akan kembali saat obat nyeri itu sudah hilang atau habis.
Sedangkan triptan lebih dikatakan sebagai obat abortive migraine. Meski
tidak bisa mencegah migren, namun obat ini mampu menggagalkan serta
menghentikan serangan migren dan gejala terkait. Triptan paling efektif
jika diberikan sejak awal serangan. Sumatriptan adalah obat pertama
golongan triptan yang disahkan oleh FDA.
Sumatriptan merupakan agonis selektif di reseptor 5 HT1-like yang
memperantarai konstriksi pembuluh darah kranial. Obat ini hampir tidak
memperlihatkan aktivitas pada reseptor 5-HT1 lainnya yang
memperantarai vasodilatasi pembuluh darah kranial, 5-HT2, 5-HT 3
tetapi memperlihatkan efek vasokonstriksi lemah pada pembuluh darah
koroner lewat reseptor 5-HT1. Manfaat lain dari sumatriptan adalah
kemampuannya untuk meringankan mual dan muntah yang sering
menyertai migrain. Hal ini karena triptan bekerja pada reseptor 5-HT1D
yang terletak di traktus nuclei soliter, sehingga menghambat pusat mual
dan muntah.
Eliminasi waktu paruh sumatriptan sekitar 2,5 jam. Pemberian
secara oral akan diekskresikan terutama lewat ginjal (60%) dan lewat
tinja (40%).
Dosis oral yang direkomendasikan untuk sumatriptan adalah 25-
100 mg. Dosis 100 mg belum terbukti memberikan efek yang lebih besar
dari 50 mg. Jika kembali sakit kepala, dosis tambahan dapat diberikan
dengan interval lebih besar atau sama dengan 2 jam sampai maksimum
200 mg/ hari. Jika sakit kepala belum sembuh berikan dosis awal dengan
injeksi, dosis tunggal tablet tambahan (sampai 100 mg/hari) dapat
diberikan dengan selang waktu lebih besar atau sama dengan 2 jam
antara dosis tablet.
DAFTAR PUSTAKA
Buse DC, Manack A, Serrano D, Turkel C, Lipton RB (2010) Sociodemographic and comorbidity profiles of chronic migraine and episodic migraine sufferers. J Neurol Neurosurgery Psychiatry; 81:428-432.
Cutrer FM, Charles A. 2008. The neurogenic basis in migraine. American Journal Headache Society.
Ferrone, M., and Moti, S., 2003. “ Current Pharmacotherapy for the Treatment of Migraine”. http://www.uspharmacist.com/index.asp?show=article&page=8_1039.htm. Last update : 10-11-2005, 20 ;
Ginsberg HN. Insulin resistance and cardiovascular disease. J Clin Invest.2000;106:453–8.
Harrison TR, Principles of Internal Medicine, 17th Edition, McGraw-Hill Medical Inc. US. 2008. Hal. 1202- 1203
Longmore, M.; Wilkinson, I.; Torok, E.; 2001. Oxford Handbook of Clinical Medicine. New York. Oxford University Press. Pp : 333
Mansjoer, A dkk, 2000. “Nyeri Kepala” dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta. Media Aesculapius. Pp : 34-40
Nissan GR, Diamond ML. 2005. Advances in migraine treatment. The JAOA
Tjay, T.H dan Rahardja, K . 2002. “Obat-obat Migrain“ dalam Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima Cetakan Kedua. Jakarta. Elex Media Komputindo. Pp :780-791
Zuraini, Anwar Y, Sjahrir H. 2005. Karakteristik nyeri kepala migren dan tension type headache pada siswa 2 SMU dan 2 Akademi Perawat di Kotamadya Medan. Medan. Neuronia. 22;29-34