mhd.irfan surbakti (110150015)
TRANSCRIPT
GBPP UNTUK MATA KULIAH
MESIN LISTRIK I
Disusun oleh :
Mhd. Irfan Surbakti110150015
Unit : A1
Mata Kuliah : Mesin listrik I
Dosen Pembimbing : Muhammad,ST.,MT
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2013
BAB I
DASAR KONVERSI ENERGI ELETROMAGNETIK
1.1. Medan Magnet dan Medan Listrik
Kuat suatu medan listrik (E) berbanding lurus dengan beda potensial yang
diberikan dan berbanding terbalik dengan jarak antara kedua konduktor. Kuat
medan listrik dapat dinyatakan dengan persamaan :
E = V /
medan listrik E juga dapat dituliskan persamaannya
E = F / q
E = q / 4πεr^2
Dimana E adalah kuat medan listrik (V/m), V adalah beda potensial yang
diberikan (V), dan d adalah jarak antara konduktor (m).
Ketika arus mengalir melalui suatu konduktor maka akan terbentuk suatu
medan magnetik di sekeliling konduktor tersebut. Medan magnetik itu tidak
terlihat dengan kasat mata tetapi dapat dideteksi menggunakan kompas(jarum
kompas tampak bergerak). Jika dua buah konduktor tersebut didekatkan maka
medan magnetik dari keduanya akan berinteraksi sehingga konduktor –konduktor
tersebut akan mengalami gaya tarik – menarik atau tolak – menolak.
Kuat medan magnet menyatakan seberapa besar kerapatan dari fluks
medan magnetik tersebut pada suatu titik. Kekuatan medan magnet akan
sebanding dengan arus yang diberikan dan berbanding terbalik dengan jarak dari
konduktor. Kerapatan fluks magnet dapat dinyatakan dengan persamaan :
B = kI / d
Dimana B adalah kerapatan fluks magnetik (Tesla). I adalah arus (Ampere), d
adalah jarak dari konduktor (meter), dan k adalah konstanta.
k = μ / 2π
Dalam kasus pada toroida dengan ukuran diameter yang berbeda. Jika
kedua toroida tersebut memiliki jumlah lilitan(N) yang sama, dan dialiri arus (I)
yang sama maka Kuat medan magnet (H) dapat dinyatakan dengan persamaan :
H = I x N / l = ampere / meter
Dimana H adalah kuat medan magnet (A/m), N adalah jumlah lilitan, I adalah arus
yang melewati lilitan (Ampere), dan l adalah panjang lintasan atau lilitan.
1.2. Hukum Faraday dan Hukum Ampere
Menurut Faraday: Jumlah berat (massa) zat yang dihasilkan (diendapkan)
pada elektroda sebanding dengan jumlah muatan listrik (Coulumb) yang dialirkan
melalui larutan elektrolit tersebut. Masa zat yang dibebaskan atau diendapkan oleh
arus listrik sebanding dengan bobot ekivalen zat-zat tersebut. Dari dua pernyataan
diatas, disederhanakan menjadi persamaan:
M = e.i.t / F
dimana:
M = massa zat dalam gram
e = berat ekivalen dalam gram = berat atom: valensi
i = kuat arus dalam Ampere
t = waktu dalam detik
F = Faraday
Dalam peristiwa elektrolisis terjadi reduksi pada katoda untuk mengambil
elektron yang mengalir dan oksidasi pada anoda yang memberikan eliran elektron
tersebut. Dalam hal ini elektron yang dilepas dan yang diambil dalam jumlah yang
sama. Bobot zat yang dipindahkan atau yang tereduksi setara dengan elektron,
sehingga masa yang dipindahkan merupakan gram ekivalen dan sama dengan mol
elektron. Faraday menyimpulkan bahwa Satu faraday adalah jumlah listrik yang
diperlukan untuk menghasilkan satu ekivalen zat pada elektroda. Muatan 1
elektron = 1,6 x 10-19 Coulomb. 1 mol elektron = 6,023 x 1023 eletron. Muatan
untuk 1 mol eletron = 6,023 . 1023 x 1,6 . 10 -19 = 96.500 Coulomb = 1 faraday.
1.2.1. Hukum Faraday I
Jumlah massa zat yang dihasilkan pada katoda atau anoda berbanding
lurus dengan jumlah listrik yang digunakan selama elektrolisis. Apabila arus
listrik sebesar 1 Faraday ( 1 F ) dialirkan ke dalam sel maka akan dihasilkan :
1 ekivalen zat yang disebut massa ekivalen (e)
1 mol elektron ( e- )
Cara menghitung massa ekivalen (e) :
e = Ar Unsur / jumlah muatan ionnya
e = Ar/n
1.3. Rangkaian magnetisasi
1. Bahan magnetisasi digunakan untukperalatan sederhana dan modern.
Magnetpermanen telah digunakan manusia selamalebih 5.000 tahun
seperti medium perekampada komputer pada audio dan video.
2. Berdasarkan responnya terhadapmedan magnet luar, medan
dapatdiklasifikasikan menjadi : a. diamagnetik b. paramagnetik c.
feromagnetik
3. Bahan DiamagnetikBahan diamagnetik merupakan bahan yangmemiliki
nilai suseptibilitas (xm) negatif dansangat kecil. Medan magnet yang
dihasilkan olehorbital dan perputaran elektron dapat
ditiadakansepenuhnya.
4. Bahan ParamagnetikBahan paramagnetik merupakan bahan-bahan
yangmemiliki suseptibilitas (xm) yang positif dan beradadalam skala -10-5
sampai -10-3 Bahan FeromagnetikBahan feromagnetik merupakan bahan
yang masihbersifat magnet walaupun bahan itu sudah tidakberada di
dalam medan magnet luar. Yang termasukbahan feromagnetik adalah besi,
nikel dan kobal.
5. Bahan Paramagnetik dan Diamagnetik Linear Di dalam bahan
paramagnetik dan diamagnetik, magnetisasi terjadi bila ada medan magnet
luar, sedangkan bila medan magnet luar itu nol, maka magnetisasinya
hilang (M=0) Jika medan magnet luar tidak terlalu besar, sebagaian
besar bahan magnetisasinya sebanding dengan medan H,yaitu: M xm H
6. Tabel suseptibilitas Magnetik beberapa bahan (padatekana dan suhu
kamar)
7. Medan HBila di dalam bahan terdapat arus bebas, misal listrikyang
mengalir melalui kawat yang di masukkan kedalam bahan termagnetisasi,
atau arus bebas yangmengalir di dalam bahan jika bahan yang
termagnetisasiitu adalah konduktor, maka arus totalnya adalah: J = Jb +
JfHukum Ampere dalam bahan termagnetisasi menjadi : 1 ( B) J J f Jb J f (
M) 0
8. Atau ( 1 B M ) J f 0Medan magnet luar dalam bentuk medan H
yangdidefinisikan sebagai: H = B0 /μ0 B0 0 J f Atau H J fSehingga: 1 H B
M 0
9. Karena 1 H B M 0Dan M xm HMaka untuk medium linear berlaku
hubunganB 0 (1 xm ) H Atau B HDimana 0 (1 xm )
10. MAGNET PERMANEN Suatu bahan yang memiliki retentivitas yang
tinggi dapat digunakan sebagai magnet permanen yang kuat. Magnet
permanen dapat kehilangan magnetisasi permanennya pada suhu yang
lebih tingi dari nilai kritis yang disebut suhu Curie. Untuk kebanyakan
bahan feromagnetik, suhu Curie mendekati suhu 5000C. Contoh bahan
magnet permanen yaitu: - Baja - Alnico V - Cunico - Karbon
11. Medan Magnet BumiArus listrik yang mengalir dalam inti besi cair dari
bumidan menghasilkan medan magnet. Kerapatan fluksmagnet sekitar
0,62 x 10-4 Wb/m2 dikutub utara magnetdan sekitar 0,5 x 10-4 Wb/m2
digaris lintang 400 .
12. POTENSIAL BAHAN TERMAGNETISASI Mis. Bahan termagnetisasi
memiliki momen dipole magnet persatuan volume M, maka potensial
vektor dari sebuah momen dipole m yaitu: ^ 0 m r A 2 4 r Setiap elemen
volume dτ mengandung momen dipole Mdτ, sehingga potensial vektor
totalnya: ^ 0 M r A 2 d 4 r
13. ^ 1 rKarena 2 maka dapat ditulis: r r 0 1 A M d 4 rDengan menggunakan
aturan ( fA ) f( A) A ( f)Maka persamaan dapat ditulis menjadi: 0 1 1 A M
d M d 4 r r
14. Suku kedua ruas kanan dapat ditulis dalam bentukintegral permukaan,
sehingga: 0 1 0 1 A M d M da 4 r 4 r ^ J b M dan K M n bMaka persamaan
potensial vektor dapat ditulis menjadi: 0 1 0 1 A J bd K b da 4 r 4 r
1.4.
Konsep Rangkaian Magnet
Arus listrik (i) yang dialirkan melalui penghantar yang dibelitkan pada
intibesi yang berbentuk cincin toroidal akan menghasilkan medan
magnetyang sebanding dengan jumlah lilitan (N) dikalikan dengan
besaranarus listrik (i)
Ampere turn (Ni) ini dikenal dengan Gaya Gerak Magnet (ggm)
dandinyatakan dengan notasi FF = N i ampere-turn
Gaya gerak magnet adalah perbedaan potensial magnet yg
cenderungmenggerakkan fluks di sekitar cincin toroidal
Gerak fluks di sekitar cincin selain ditentukan oleh besaran ggm
jugamerupakan fungsi dari tahanan inti besi yang membawa fluks tersebut
Tahanan inti besi itu disebut : reluktansi R dari rangkaian magnet
Φ= F / R
o Reluktansi berbanding lurus dengan panjang (l) berbanding terbalik
dengan penampang luas bidang (A) dan bergantung pada bahan magnetik
rangkaian magnet tersebut, dimana besaran l dalam meterrdan A dalam
meter persegi :
R = l/ μA ampere-turn/weber
Adanya analogi antara hubungan rangkaian magnet dan hubungan
rangkaian listrik
1.5.
KURVA MAGNETISASI:
Hubungan antara sifat magnetik suatu bahan dengan permeabilitas
dapatditunjukkan dengan kurva kerapatan fluks B sebagai fungsi dari kuat medan
Hyang biasa dikenal dengan Kurva B-H atau Kurva Magnetisasi
Kurva B-H hanya dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai dan tidak
tergantung pada dimensi bahan tersebut.Apabila diketahui harga ampere-turn Ni
dan harga panjang rata-rata jalur fluksi maka harga kuat medan Ni/l jatuh pada
sumbuh orizontal dan secara grafik dengan mudah dapat ditentukan kerapatan
fluksi Byang terletak pada sumbu ordinat tegak. Karena H = Ni/l dan B =Φ/A
maka terlihat bahwa kuat medan (H) sebanding dengan gaya gerak magnet (Ni)
dankerapatan fluks (B) sebanding dengan garis fluks (Φ)
1.6. Energi dalam Medan Magnet
Energi listrik yang diberikan oleh sumber akan digunakan oleh inti
besibeserta belitannya untuk menghasilkan medan magnetEnergi yang diperoleh
akan tersimpan dalam medan magnet yang ditimbulkan
dWE= dWF
Sedangkan
dWF= i dλ= F dΦ
Jadi energi yang tersimpan pada medan magnet adalah:
Persamaan diatas mengandung arti bahwa besarnya energi yang
tersimpandalam medan magnet merupakan suatu luas daerah tertentu dimana luas
daerahtersebut ditentukan oleh jenis bahan pemagnetan inti
Pada Bahan Feromagnet, hubungan antara F dan Φ tidak linier. Dari gambar
a,diketahui bahwa untuk kurva menaik oa , jumlah energi yang dibutuhkan
samadengan luas daerah oac . Apabila harga F dikembalikan ke harga nolnya
(kurvamenurun ab ) sebagian energi yang besarnya sama dengan luas daerah abc
akan dilepaskan sedangkan energi sebesar luas daerah oab hilang sebagaipanas
(rugi histeresis). Siklus penuh rugi histerisis akan membentuk suatugelang
(lingkar tertutup) seperti pada gambar b.
Persamaan diatas mengandung arti bahwa energi dalam medan
magnetditentukan oleh luas daerah yang dibatasi antara kurva magnetisasi dan
sumbuB atau luas daerah oac pada gamba
BAB II
MEMAHAMI DASAR ELETROMEKANIK
2.1. Konversi Energi Eletromekanik
Salah satu aspek penting dalam sistem tenaga adalah yang menyangkut
konversi energi elektromekanik ; yaitu konversi energi dari bentuk mekanik ke
listrik dan dari bentuk listrik ke mekanik. Konversi energi tersebut berlangsung
pada sistem tenaga melalui peralatan elektromagnet yang disebut generator dan
motor.
Melalui generator sinkron tiga fasa yang menerima kopel dari poros
turbin, sistem ini berperan untuk mengubah bentuk energi mekanik menjadi
energi listrik.
Blok di tengah Gambar 1.5 menggambarkan bagian dri sistem tenaga yang
mengirimakn energi listrik dari sistem pembangkit menuju sistem beban. Untuk
mengurangi rugi-rugi panas, energi yang dikirim perlu dinaikkan tegangannya
melalui transformator penaik tegangan. Dengan demikian, meskipun
transformator bukan termasuk peralatan konversi energi, namun merupakan alat
pembangkit elektromagnet yang juga penting dalam sistem tenaga.
Blok di sebelah kanan menggambarkan sistem beban yang mengubah
sebagaian dari energi listrik menjadi bentuk energi mekanik. Perubahan tersebut
berlangsung dalam mesin-mesin berputar yang disebut motor. Selain itu sebagain
energi listrik dipergunakan untuk keperluan beban lainnya seperti penerangan,
pendinginan, dan pemanasan.
2.2. Transmisi dan Distribusi
Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertengangan tinggi
ke pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi
membangkitkan tenaga listrik tersebut kepada pihak pemakai melalui saluran
tegangan rendah.
Generator sinkron di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga
listrik dengan tegangan antara 6-20kV yang kemudian, dengan bantuan
transformator tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150-500kV. Saluran tegangan
tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima; di sini tegangan
diturunkan menjadi tegangan subtransmisi 70kV. Pada gardu induk (GI), tenaga
listrk yang diterima kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam
bentuk teganang menegah 20kV. Melalui trafo distribusi yang tersebar di berbagai
pusat-pusat beban, tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan
rendah 220/380 V yang akhirnya diterima pihak pemakai. Contoh saluran
transmisi dan distribusi terlihat pada gambar dibawah ini.
2.3. Gaya gerak listrik
Definisi gaya gerak listrik adalah beda potensial antara ujung-ujung
penghantar sebelum dialiri arus listrik. Gaya gerak listrik disingkat dengan GGL,
dengan satuan volt. Gaya gerak listrik merupakan energy yang diberikan pada
setiap muatan listrik untuk bergerak antara dua kutub baterai atau generator.
Sebuah electron-elektron bermuatan e yang bergerak dari kutub negative ke kutub
positif melalui konduktor di luar baterai dengan gaya gerak listrik sebesar V, akan
mendapat energy sebesar e x V joule.
Pada dasarnya sumber GGL itu segala jenis alat yang muatan positif ama
negatifnya terpisah. Kedua ujung dari alat tersebut di sebut terminal. Muatan
positif ya numpuknya di terminal positif, sementara muatan negatif, tentunya di
terminal negatif.
Terminal positif namanya anoda. Terminal negatif namanya katoda.
Ingetnya gini aja. Kalau positif itu ga ada noda. (Ga ada noda ya gak belajar..
hehe). Ga ada noda kan anoda, seperti gak ada tuhan, kan disebut ateis. Huruf a
didepannya itu loh. Positif gak ada noda, negatif katoda. Mudah kan
menghapalnya.
Oke, kembali ke anoda ama katoda tadi. Karena kedua jenis muatan ini misah,
akibatnya ada medan listrik. Medannya nunjuk dari anoda ke katoda. Inget tuh
arahnya. Dari anoda ke katoda.
Medan ini, kemudian, memaksakan sebuah gaya pada muatan positif.
Medan ini memaksa, mendorong muatan positif dalam alat ini menuju katoda.
Sementara itu, gaya ini juga memaksa muatan negatif ke anoda. Supaya muatan
positif tetap di terminal positif dan muatan negatif tetep di terminal negatif, alat
ini menghasilkan gaya non listrik yang melawan gaya listrik dan terus mendorong
muatan positif ke anoda dan muatan negatif ke katoda. Jadi seperti gulat gitu.
Sumo bisa juga. Medan listrik vs medan non listrik. Saling dorong mendorong.
Mungkin bisa dibayangkan GGL itu seperti air dalam pipa tegak yang
dipaksa naik. Waktu airnya naik ke puncak (anoda) gravitasi maksain supaya tuh
air turun (katoda). Jadi supaya air tetap bisa naik, harus ada gaya non gravitasi,
seperti pompa misalnya, yang mendorong air melawan gravitasi.
Nah, dalam kasus GGL, gaya dari mesin pompa ini bisa berasal dari reaksi kimia,
seperti baterai. Bisa juga dari gaya magnet, seperti dari generator listrik. Atau dari
sumber mekanik lainnya lah.
Seperti dalam kasus air tadi, dimana energi potensial gravitasi air
bertambah saat air di dorong semakin tinggi, gaya lain ini menyebabkan muatan
mengalir ke anoda, meningkatkan energi potensial listrik. Akibatnya terjadi beda
potensial antara anoda dan katoda.
Kalau ga ada rugi gara-gara panas waktu muatan mengalir ke anoda di
dalam alat ini, beda potensialnya pastilah sama dengan GGL sumber. Ituloh, kan
ada hukum kekekalan energi.
Kalau, di luar alat ini, kita pasang apakeq yang membuat anoda terhubung
balik ke katoda, maka arus akan mengalir lewat penghubung ini dari anoda ke
katoda. Ya penghubungnya bisa kabel atau kawat telanjang (kesetrum tanggung
sendiri).
Ntar, nih ada contoh gambarnya. Coba liat gambar ini
Sebuah rangkaian listrik putus
Titik a dengan c itu kalau dihubungkan akan menjadi rangkaian loh. Jadi
titik a dihubungkan ke anoda dan titik c dihubungkan ke katoda. Coba
lihat di gambar ini biar jelas
Gaya Gerak listrik dalam rangkaian tertutup
Muatan kehilangan energi listrik yang bergerak dari terminal tinggi ke
terminal rendah lewat rangkaian luar, lalu dipaksa oleh gaya non listrik
kembali ke anoda lewat alat GGL dan karenanya memperbaiki energi
listriknya. Seperti sistem air kita lo. Airnya mengalir kembali lewat
beberapa pipa lain lalu kembali lagi ke pipa tegak dengan dorongan
pompa. Perbedaan potensial tetap terjaga antara terminal saat tidak ada
arus. Kan gak ada kawat yang menghubungkan terminal. Nah, beda
potensial kalau ga ada arus ini namanya GGL Rangkaian Terbuka.
Kalo kita menghubungkan satu kawat dengan hambatan R pada kedua
terminal itu, berarti arus akan mengalir lewat hambatan itu dengan
tegangan V yang bekerja di sepanjang terminal. Kalau kabel ini cuma satu-
satunya hambatan yang ada di rangkaiannya, arusnya pasti mengikuti
hukum Ohm, yaitu I = V/R = GGL/R.
Tapi kenyataannya, selalu ada rugi panas dalam sumber GGL. Panas ini
muncul karena agitasi molekul saat muatan mengalir dalam sumber.
Molekulnya merinding. Kan semakin kuat merindingnya molekul,
semakin panas suhunya. Oke deh, kalau dalam kasus ini ya berarti GGL ga
lagi sama dengan V. Ada energi non listrik yang hilang menjadi panas.
Besarnya rugi panas ini sebanding dengan arus, jadinya GGL = V – I.r.
Nah, r disini adalah tetapan proporsionalitas. Karena dimensinya sama
dengan hambatan, jadi dia lebih sering disebut “hambatan dalam” atau
Rint. Hambatan dalam apa? Ya hambatan dalam sumber.
Kalau gak ada arus mengalir melewati sumber, maka beda potensial
sepanjang sumber itu sama aja dengan GGL rangkaian terbuka sumber,
karena kan gak ada tegangan jatuh gara-gara arus lewat ke hambatan
dalam. Tapi, kalau arusnya ngalir di rangkaian luar, arus yang sama juga
bakalan mengalir di dalam sumber dan tegangan bakalan jatuh sebesar Vin
= I. Rint. Jatuh tegangan ini terjadi di sepanjang hambatan dalam Rint.
Akibatnya, tegangan yang ada pada rangkaian adalah E – I.Biasanya
sumber GGL itu ya baterai. Baterai memakai gaya kimia dan karenanya
energi kimia inilah yang dipakai untuk memaksa arus melewati baterai
dari katoda ke anoda.
2.4. Kopel
Torsi (Kopel):
Jika jari-jari jangkar dari generator DC sebesar r mendapat gaya F makakerja
yang dilakukan oleh gaya F dalam satu putaran adalah :
W = F x jarak
W = F 2πr
Kerja yang dilakukan oleh gaya F dalam putaran per detik adalah :
W = F 2πr n = F r 2πn
W = Ta2πn = Ta ωm
W = Ta2πN/60
dimana :
W = kerja yang dilakukan oleh kumparan jangka
F = Gaya (Newton)
r = jari-jari jangkar
N = Putaran jangkar (rpm = rotasi per menit)
n = Putaran jangkar (rpd = rotasi per detik )
Ta= Torsi Jangkar (Nm) = F r
ωm= Kec. Putar mekanik ( rpd) = 2πn
Adapun besar kerja yang dilakukan oleh putaran jangkar per detik (ω)
adalahsebanding dengan daya jangkar dapat ditulis :
W = Pa= EaIa
Dengan demikian dapat ditulis :
Dimana :
Ta= torsi jangkar (Nm)
n = putaran jangkar
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa ggl induksi jangkar dapat
ditulis:
Dimana :
Ta = Torsi jangkar (Nm)
Φ = Fluks (weber)
Z = jumlah penghantar kumparan jangkar
a = jumlah kumparan parallel
N = Putaran jangkar
2.5. Distribusi Fluks
Fungsi distribusi dilakukan oleh badan usaha atau perorangan sejak
pengumpulan barang dengan jalan membelinya dari produsen untuk disalurkan ke
konsumen, berdasarkan hal tersebut maka fungsi distribusi terbagi atas:
1. Fungsi pertukaran, dimana kegiatan pemasaran atau jual beli barang atau
jasa yang meliputi pembelian, penjualan, dan pengambilan resiko (untuk
mengatasi resiko bisa dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi
pergudangan yang baik, mengasuransikan barang dagangan yang akan dan
sedang dilakukan).
2. Fungsi penyediaan fisik, berkaitan dengan menyediakan barang dagangan
dalam jumlah yang tepat mencakup masalah pengumpulan, penyimpanan,
pemilahan, dan pengangkutan.
3. Fungsi penunjang, ini merupakan fungsi yang berkaitan dengan upaya
memberikan fasilitas kepada fungsi-fungsi lain agar kegiatan distribusi
dapat berjalan dengan lancar, fungsi ini meliputi pelayanan, pembelanjaan,
penyebaran informasi, dan koordinasi.
Definisi fluks yaitu garis-garis gaya (magnet dan listrik). Dalam optika,
fluks berarti berkas cahaya yang menembus luas permukaan. Fluks cahaya
menyatakan energi per satuan waktu, dinyatakan dalam satuan lumen atau
intensitas cahaya. Fluks atau garis-garis gaya magnet dan listrik, merupakan garis
khayal di sekitar magnet dan muatan listrik yang dapat menentukan besar kuat
medan magnet dan medan listrik.
Di dalam magnet, arah fluks magnet dari kutub Selatan (KS) menuju kutub
utara (KU), sedangkan di luar magnet, dari kutub utara (KU) menuju kutub
selatan (ks). arah fluks listrik adalah darimuatan positif (+) menuju muatan negatif
(-)
2.6. Derajat Listrik
Pengertian dan hubungan antara derajat listrik dengan derajat mekanik
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Jika kumparan pada Gambar 1 berputar satu keliling
(360o perputaran mekanik), maka tegangan yang
dihasilkan kumparan akan menyelesaikan satu
gelombang penuh (satu siklus) seperti pada Gambar 2.
Apa yang terjadi bila jumlah kutubnya diperbanyak menjadi empat buah
atau dua pasang kutub seperti pada Gambar 3 dan kumparannya diputar satu
putaran (360o perputaran mekanik).
Tegangan yang dihasilkan menjadi dua siklus (dua gelombang penuh) atau 720o
(Gambar 4).
Besar sudut yang ditempuh oleh tegangan yang dihasilkan akibat
perputaran kumparan diantara kutub-kutub magnet (medan magnet) inilah yang
disebut dengan derajat listrik.
Sedangkan sudut yang ditempuh oleh perputaran kumparan disebut dengan
derajat mekanik. Dari kedua fenomena di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Jika kumparan berputar satu putaran (360o) pada suatu
medan magnet yang memiliki satu pasang kutub, maka
gelombang tegangan induksi yang dihasilkan menempuh 3600
listrik.
Sedangkan bila kumparan berputar satu putaran (360o) pada
suatu medan magnet yang memiliki dua pasang kutub, maka gelombang tegangan
induksi yang dihasilkan menempuh 720 o listrik.
Hubungan antara derajat mekanik dengan derajat
listrik dapat dituliskan sebagai berikut :
Θe = p . Θm –> Dimana : Θe = derajat listrik ;
Θm = derajat mekanik ; p = jumlah pasang kutub
Dari persamaan di atas dapat diketahui, bahwa untuk menghasilkan tegangan satu
gelombang penuh diperlukan 1 / p kali putaran kumparan.
Jika kumparan berputar dengan kecepatan n putaran per menit (rpm), atau n/60
putaran per detik, maka banyaknya gelombang penuh yang terjadi setiap
detiknya atau lebih dikenal dengan frekuensi adalah : f = (p.n) / 60 –>
Dimana : f = frekuensi (Herzt) ; p = jumlah pasang kutub ; n = jumlah putaran
per menit (rpm)
2.7. Frekuensi
Definisi frekuensi adalah berkali-kali atau berulang-ulang kali. Frekuensi
adalah Jumlah suatu getaran atau putaran setiap waktu. Disebut bilangan getar.
Misalnya benda bergetar 60 kali setiap detik, maka dikatakan frekuensi benda
tersebut 60 getaran / detik. Jika benda berputar 60 kali setiap detik, maka
dikatakan frekuensi benda tersebut 60 putaran / detik. Satuan frekuensi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Getaran / detik = hertz (hz)
Putaran / detik = cycles per second (cps)
Putaran / menit = cycles per minute (cpm)
Untuk frekuensi yang besar digunakan sataun : kilohertz (kHz) atau Megahertz
(MHz)
1 kilohertz (kHz) = 103 hertz (Hz
1 Megahertz (MHz) = 106 hertz (Hz)
Beberapa besaran lain dari frekuensi, yaitu:
1. Kilohertz(KHz) ribu siklus
2. Megahertz(Mhz) juta siklus
3. gigahertz(GHz) milyar siklus
4. Terahertz(THz) ribu milyar siklus
Secara umum wireless bekerja pada frekuensi 2,4-2,483GHz. Frekuensi ini
di dunia internasional dikenal dengan frekuensi bebas yang biasanya digunakan
untuk keperluan riset pada bidang medis dan industri, selain itu frekuensi ini juga
banyak digunakan untuk keperluan komunikasi lainnya, seperti microwave serta
alat-alat komunikasi wireless lainnya.
Frekuensi radio menunjuk ke spektrum elektromagnetik di mana
gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh pemberian arus bolak-balik ke
sebuah antena.
BAB III
MEMAHAMI TRANSFORMATOR
3.1. Teori Dasar Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan
danmerubah energi listrik dari atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yanglain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-
elektromagnet.
Transformator dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Frekwensi
frekwensi daya ( 50–60 c/s)
frekwensi pendengaran (50 c/s20 kc/s)
frekwensi radio (di atas 30 kc/s)
2. Pemakaian di bidang tenaga listrik
Transformator daya- Transformator distribusi
Transformator pengukuran ( transformator arus dan trafo
tegang
3.2. Trafo
Berbeban dan Tanpa Beban
3.2.1. Keadaan Transformator Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir
padakumparan sekunder. Arus I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet N2 I2
yang cenderung menentang fluks bersama (ΦM ) sebagai akibat arus pemagnetan
(IM) Agar ΦM tidak berubah, pada kumparan primer harus mengalir :
Prinsip trafo adalah induksi medan magnet yang ditimbulkan oleh
kumparan primer melalui inti besi (kern) dan menginduksi kumparan sekunder
sehingga timbul tegangan pada ujung2 kumparan sekunder. Bila sekunder nya
diberi beban maka akan timbul arus listrik dan sekunder mengeluarkan daya
sehingga pada primer arus akan mengalir lebih besar.
3.2.2. Keadaan Transformator Tanpa Beban
:
Bila kumparan primer suatu tranformator dihubungkan dengan sumber
teganganV1 yang sinusoida maka akan mengalir arus primer I0 yang juga
sinusoida dandengan menganggap belitan N1 reaktif murni maka I0 akan
tertinggal 900 dari V1.
Arus primer I0 menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoida :
Φ=Φmaks sin ωt
Fluks sinusoida ini akan menghasilkan tegangan induksi e1(Hukum Faraday)
= 4.44 N1f Φmaks
Pada rangkaian skunder, fluks(Φ) bersama menimbulkan ;
e2 = - N2
e 2 = - N2ωΦmaks Cos ωt
E2= 4.44 N2fΦmaks
Bila kumparan primer transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoid maka akan mengalir arus primer Io yang juga sinusoid
dan dengn menganggap belitan N1 reaktif murni, Io akan tertinggal 90o dari V1
dan fluks sefasa dengn Io. Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks
bocor: Arus primer Io yang mengalir dalam kenyataannya bukan merupakan arus
induktif murni, tapi terdiri atas komponen:
Komponen arus pemagnetan (Im)
Komponen arus rugi tembaga (Ic
3.3. Faktor daya
3.3.1. Daya
Secara umum, pengertian daya adalah energi yang dikeluarkan untuk
melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi
listrik yang digunakan untuk melakukan usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan
dalam satuan Watt.
P = VI
Terdapat tiga macam daya yaitu :
1. Daya aktif (P)
Daya aktif adalah daya yang terpakai untuk melakukan usaha atau energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah watt.
P1Φ = V I cos φ
2. Daya reaktif (Q)
Daya Reaktif (reactive power) adalah daya yang di suplai oleh komponen
reaktif. Satuan daya reaktif adalah VAR.
Q1Φ = V I sin φ
3. Daya semu (S)
Daya semu (apparent power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian
antara tegangan rms (Vrms) dan arus rms (Irms) dalam suatu jaringan atau daya
yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri antara daya aktif dan daya
reaktif. Satuan daya nyata adalah VA.
3.3.2. Faktor Daya
Faktor daya yang dinotasikan sebagai cos φ didefinisikan sebagai
perbandingan antara arus yang dapat menghasilkan kerja didalam suatu rangkaian
terhadap arus total yang masuk kedalam rangkaian atau dapat dikatakan sebagai
perbandingan daya aktif (kW) dan daya semu (kVA). Daya reaktif yang tinggi
akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih
rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu
.
Dalam sistem tenaga listrik dikenal 3 jenis faktor daya yaitu faktor daya
unity, faktor daya terbelakang (lagging) dan faktor daya terdahulu (leading) yang
ditentukan oleh jenis beban yang ada pada sistem.
3.3.2.1. Fak
tor Daya Unity
Faktor daya unity adalah keadaan saat nilai cos φ adalah satu dan tegangan
sephasa dengan arus. Faktor daya Unity akan terjadi bila jenis beban adalah
resistif murni
Gambar 1 Arus sephasa Dengan Tegangan
Pada Gambar terlihat nilai cos φ sama dengan 1, yang menyebabkan jumlah daya
nyata yang dikonsumsi beban sama dengan daya semu.
3.3.2.2. Fak
tor Daya Terbelakang (Lagging)
Faktor daya terbelakang (lagging) adalah keadaan faktor daya saat
memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Beban/ peralatan listrik memerlukan daya reaktif dari sistem atau beban
bersifat induktif.
2. Arus (I ) terbelakang dari tegangan (V), V mendahului I dengan sudut φ
Gambar 2 Arus tertinggal dari tegangan sebesar sudut φ
Dari Gambar terlihat bahwa arus tertinggal dari tegangan maka daya reaktif
mendahului daya semu, berarti beban membutuhkan atau menerima daya reaktif
dari sistem.
3.3.2.3. Fak
tor Daya Mendahului (Leading)
Faktor daya mendahului (leading) adalah keadaan faktor daya saat memiliki
kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Beban/ peralatan listrik memberikan daya reaktif dari sistem atau beban
bersifat kapasitif.
2. Arus mendahului tegangan, V terbelakang dari I dengan sudut φ
Gambar 3 Arus Mendahului Tegangan Sebesar Sudut φ
Dari Gambar terlihat bahwa arus mendahului tegangan maka daya reaktif
tertinggal dari daya semu, berarti beban memberikan daya reaktif kepada sistem.
3.4. Rangkaian Ekivalen Trofo
Bahwa tidak semua fluks (Φ) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan
IMmerupakan fluks bersama (ΦM) karena sebagian darinya hanya
mencakupkumparan primer (Φ1) atau kumparan sekunder (Φ2) saja. Dalam
rangkaianekivalen yang digunakan untuk menganalisa kerja suatu transformator,
adanyafluks bocor ini (Φ1 danΦ2) ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2
sedangkanrugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2.Model rangkaian ekivalen.
Persamaan ini mengandung pengertian bahwa apabila parameter
rangkaiansekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer, maka harganya
perludikalikan dengan faktor a2
Sehingga rangkaiannya menjadi
3.5. Pemgukuran transformator
3.6. Rugi-rugi dan Efisiensi Trafo
3.6.1. Rugi-Rugi
3.6.1.1. Rugi tembaga (Pcu)
Rugi tembaga adalah rugi yang disebabkan oleh arus beban yang mengalir
pada kawat tembaga, dapat ditulis:
Pcu= I2R
Karena arus beban berubah-ubah maka rugi tembaga juga tidak
konstantergantung pada beba
3.6.1.2. Rugi Besi (Pi)
Rugi besi terdiri dari :
1. Rugi Histeresis
rugi yang disebabkan oleh fluks bolak-balik pada inti besi,
dinyatakandengan:
Ph= Khf Bmaks
2. Rugi arus Eddy
Rugi yang disebabkan oleh arus pusar pada inti besi, dirumuskan :
Pe= Kef2B2 maks
Kh, Ke= konstanta
Bmaks= fluks maksimum
Sehingga rugi besi (rugi inti) adalah :
Pi= Ph+ Pe
3.6.2. Efisiensi
Efisiensi dinyatakan sebagai:
3.7. Kerja Parallel Trafo
Pertambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel
diantaratranformator. Tujuan kerja paralel adalah agar beban yang dipikul
sebandingdengan kemampuan KVA masing-masing transformator sehingga tidak
terjadipembebanan lebih dan pemanasan lebih
Syarat kerja paralel :
1. Perbandingan tegangan harus sama jika perbandingan ≠ → tegangan
induksi pada kumparan sekunder ≠ →menyebabkan terjadi arus pusar pada
kumparan sekunder ketika dibebani→ timbul panas pada kumparan
sekunder
2. Polaritas transformator harus sama
3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama
4. Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya samaApabila
perbandingan R/X sama maka kedua transformator akan bekerjapada
faktor kerja yang sama
3.8. Trafo Tiga Fasa
Transformator tiga phasa digunakan karena pertimbangan ekonomi.
Inidikarenakan pemakaian inti besi pada transformator tiga phasa lebih
sedikitdibandingkan dengan pemakaian tiga buah transformator phasa tunggal.
BAB IVGENERATOR DC
4.1. Teori Dasar Generator DC
4.1.1. Pengertian Generator DC
Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang
mengubah energi mekanis menjadi energi listrik.Generator DC menghasilkan arus
DC / arus searah.Generator DC dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan
dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker),
jenis generator DC yaitu:
1. Generator penguat terpisah
2. Generator shunt
3. Generator kompon
Dua bagian utama generator arus searah yakni :
1. Rotor adalah bagian generator yang berputar, terdiri dari :
Poros jangkar
Inti jangkar
Komutator
Kumparan jangkar
2. Motor adalah bagian generator yang tidak berputar, terdiri dari :
Kerangka generator
Kutub utama dengan belitannya
Kutub pembantu dengan belitannya
Bantalan poros
Sikat
Persamaan dalam perhitungan generator arus searah
Ea = V + Ia Ra
Ea = (Ø Z N/60) x (P/a)
Dimana :
Ea = Gaya gerak listirk yang dibangkitkan pada jangkar generator
V = Tegangan terminal generator yang diberikan
Ia = Arus jangkar
Ra = Tahanan jangkar
Ø = Fluks per kutub
Z = Jumlah konduktor
N = Kecepatan putaran (rpm)
a = Jumlah kutub
4.1.2. Konstruksi Generator DC
Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet
permanent dengan 4.kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi terhadap
beban lebih, starter eksitasi, penyearah, bearing dan rumah generator atau casis,
serta bagian rotor.
Gambar 1 menunjukkan gambar potongan melintang konstruksi generator DC.
Gambar 1. Konstruksi Generator DC
Generator DC terdiri dua bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang
diam, dan bagian rotor, yaitu bagian mesin DC yang berputar.Bagian stator terdiri
dari: rangka motor, belitan stator, sikat arang, bearing dan terminal box.
Sedangkan bagian rotor terdiri dari: komutator, belitan rotor, kipas rotor dan poros
rotor.
Bagian yang harus menjadi perhatian untuk perawatan secara rutin adalah
sikat arang yang akan memendek dan harus diganti secara periodic / berkala.
Komutator harus dibersihkan dari kotoran sisa sikat arang yang menempel dan
serbuk arang yang mengisi celah-celah komutator, gunakan amplas halus untuk
membersihkan noda bekas sikat arang.
4.1.3. Prinsip kerja Generator DC
Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui
dua cara:
dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi
bolak-balik.
dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.
Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 2. Pembangkitan Tegangan Induksi.
Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi
perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan
menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar terjadi saat rotor
menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi perpotongan
medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi jangkar pada
Gambar 2.(b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak
adanya perpotongan medan magnet dengan penghantar pada jangkar atau rotor.
Daerah medan ini disebut daerah netral.
Gambar 3.Tegangan Rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret dan komutator.
Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin
(disebut juga dengan cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.(1), maka
dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan
rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 3.(2) dengan dua
belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positip.
Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi
bolak-balik. Sebuah komutator berfungsi sebagai penyearah
tegangan AC.
Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC,
sebanding dengan banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi
(arus penguat medan).
4.1.4. Cara Kerja Sistem Pengisian Generator Dc
4.1.4.1. Saat Tegangan Kurang dari Tegangan Baterai
Pada saat mesin mati atau tegangan yang dihasilkan generator DC kurang
dari baterai, posisi kontakcutout relay terbuka, kontak current regulator tertutup
dan voltage regulator tertutup. Bila mulai hidup listrik yang dihasilkan masih
kecil sebab kemangnetan masih kecil, listrik yang dihasilkan generator dialirkan
kefield coil, kontak current regulator, kontak voltage regulator dank e
massa. Kemagnetan field coil semakin kuat.
4.1.4.2. Saat Tegangan Generator Lebih Besar dari Tegangan Baterai (Kerja Cut Out Relay)
Semakin kuatnya magnet pada field coil menyebabkan tegangan yang
dihasilkan generator (A) semakin besar. Besarnya tegangan tersebut menyebabkan
kemagnetan cutout relay yang dihasilkan dari shunt winding semakin kuat,
sehingga mampu menarik kontak cutout relay sehingga berhubungan.
4.1.4.3. Saat Arus Berlebihan (Kerja Current Regulator)
Berhubunganya kontak cutout relay akan mengalirkan listrik yang
dihasilkan generator ke baterai dan beban. Aliran listrik mengalir melalui lilitan
pada current regulator, semakin besar aliran listrik semakin kuat kemagnetan
yang dihasilkan, sehingga mampu menarik kontak current regulator sehingga
terbuka. Terbukanya kontak current regulator menyebabkan aliran listrik
pada field koil terputus, kemagnetan berkurang dan listrik yang dihasilkan
generator berkurang, arus listrik berkurang. Demikian seterusnya sehingga arus
listrik yang dihasilkan stabil.
4.1.4.4. Saat Tegangan Berlebihan (Kerja Voltage Regulator)
Bila tegangan yang dihasilkan generator berlebihan maka arus yang
mengalir ke lilitan voltage regulator semakin besar, kemagnetan semakin kuat,
sehingga mampu menarik kontak voltage regulator. Kontakvoltage
regulator terbuka, menyebabkan aliran listrik pada field coil terputus, kemagnetan
berkurang dan listrik yang dihasilkan generator berkurang, tegangan listrik yang
dihasilkan berkurang. Demikian seterusnya sehingga tegangan listrik yang
dihasilkan stabil.
Sistem pengisian generator DC pada saat ini sudah jarang
digunakan. Beberapa kelemahan sehingga tidak digunakan antara lain:
Ukuran generator lebih besar dibandingkan altenator untuk daya yang
sama
Diperlukan pemutus arus ke baterai saat generator belum bekerja (cut
out), pada altenator menggunkan diode
Usia sikat lebih pendek sebab sikat berhubungan dengan komutator yang
kontruksinya bergaris-garis, sedangkan pada altenator menggunakan slip
ring.
4.1.5. Macam - Macam Gangguan Generator dan Akibatnya
Dalam suatu operasi sistem tenaga listrik, terdapat banyak sekali kondisi
yang mempengaruhi kinerja dari komponen-komponen yang ada didalamnya.
Kondisi-kondisi tersebut dapat berupa kondisi normal (berbeban, tanpa beban, dll)
dan juga kondisi tak normal (gangguan). Salah satu komponen sistem tenaga
listrik yang kinerjanya berpengaruh jika sedang dalam kondisi gangguan adalah
generator.
Gangguan yang terdapat pada generator ada banyak jenis. Secara umum,
gangguan pada generator dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
4.1.5.1. Gangguan Listrik (Electrical Fault)
Jenis gangguan ini adalah gangguan yang timbul dan terjadi pada bagian-
bagian listrik dari generator. Gangguan-gangguan tersebut antara lain :
1. Hubung Singkat 3 (Tiga) Fasa
Terjadinya arus lebih pada stator yang dimaksud adalah arus lebih yang
timbul akibat terjadinya hubungan singkat tiga fasa (three phase fault). Gangguan
ini akan menimbulkan loncatan bunga api dengan suhu tinggi yang akan
melelehkan belitan dengan resiko terjadinya kebakaran jika isolasi tidak terbuat
dari bahan yang anti api (non flammable).
2. Hubung Singkat 2 (Dua) Fasa
Gangguan hubung singkat 2 fasa (unbalance fault) lebih berbahaya
dibanding gangguan hubung singkat tiga fasa (balance fault) karena disamping
akan terjadi kerusakan pada belitan, akan timbul pula vibrasi pada kumparan
stator. Kerusakan lain yang timbul adalah pada poros (shaft) dan kopling turbin
akibat adanya momen puntir yang besar.
3. Stator Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah ( Stator Ground Fault )
Kerusakan akibat gangguan 2 fasa atau antara konduktor kadang-kadang masih
dapat diperbaiki dengan menyambung (taping) atau mengganti sebagian
konduktor tetapi kerusakan laminasi besi (iron lamination) akibat gangguan 1 fasa
ketanah yang menimbulkan bunga api dan merusak isolasi dan inti besi adalah
kerusakan serius yang perbaikannya dilakukan secara total. Gangguan jenis ini
meskipun kecil harus segera diproteksi.
Stator Terhubung Singkat ke Tanah
4. Rotor Hubung Tanah ( Field Ground )
Pada rotor generator yang belitannya tidak dihubungkan ketanah (un-
grounded system), bila salah satu sisi terhubung ketanah belum menjadikan
masalah. Tetapi apabila sisi lainnya kemudian terhubung ketanah, sementara sisi
sebelumnya tidak terselesaikan maka akan terjadi kehilangan arus pada sebagian
belitan yang terhubung singkat melalui tanah. Akibatnya terjadi ketidak-
seimbangan fluksi yang menimbulkan vibrasi yang berlebihan dan kerusakan
fatal pada rotor.
5. Kehilangan Medan Penguat ( Loss of Excitation )
Hilangnya medan penguat akan membuat putaran mesin naik dan
berfungsi sebagai generator induksi. Kondisi ini akan berakibat pemanasan Iebih
pada rotor dan pasak (slot wedges), akibat arus induksi yang bersirkulasi pada
rotor.
Kehilangan medan penguat dapat dimungkinkan oleh :
Jatuhnya (trip) saklar penguat .
Hubung Singkat pada belitan penguat.
Kerusakan kontak-kontak sikat arang pada sisi penguat.
Kerusakan pada sistem AVR.
6. Tegangan Lebih (Over Voltage)
Tegangan yang berlebihan melampaui batas maksimum yang diijinkan
dapat berakibat tembusnya (breakdown) desain isolasi yang akhirnya akan
menimbulkan hubungan singkat antara belitan. Tegangan lebih dapat dimung-
kinkan oleh mesin putaran lebih (overspeed) atau kerusakan pada pengatur
tegangan otomatis (AVR).
4.1.5.2. Ganguan Mekanis/Panas (Mechanical or Thermal Fault)
Jenis-jenis gangguan mekanik atau panas antara lain:
1. Generator Berfungsi Sebagai Motor ( Motoring )
Motoring adalah peristiwa berubah fungsinya generator menjadi motor
akibat daya balik (reverse power). Daya balik terjadi disebabkan oleh turunnya
daya masukan dari penggerak utama (prime mover) . Dampak kerusakan akibat
peristiwa motoring adalah lebih kepada penggerak utama itu sendiri . Pada turbin
uap peristiwa motoring akan mengakibatkan pemanasan lebih pada sudu-sudunya,
kavitasi pada sudu-sudu turbin air, dan ketidakstabilan pada turbin gas.
2. Pemanasan Lebih Setempat
Pemanasan lebih setempat pada sebagian stator dapat dimungkinkan oleh :
Kerusakan laminasi
Kendornya bagian-bagian tertentu didalam generator seperti: pasak-pasak
stator (stator wedges), terminal ujung-ujung belitan, dsb.
3. Kesalahan Paralel
Kesalahan dalam memparalel generator karena syarat-syarat sinkron tidak
terpenuhi dapat mcngakibatkan kerusakan pada bagian poros dan kopling
generator dan penggerak utamanya karena terjadinya momen puntir.
Kemungkinan kerusakan lain yang timbul kerusakan PMT dan kerusakan pada
kumparan stator akibat adanya kenaikan tegangan sesaat.
4. Gangguan Pendingin Stator
Gangguan pada media sistem pendingin stator (pendingin dengan media udara,
hidrogen atau air) akan menyebabkan kenaikan suhu belitan stator. Apabila suhu
belitan melampaui batas ratingnya akan berakibat kerusakan belitan.
4.1.5.3. Gangguan Sistem (System Fault)
Generator dapat terganggu akibat adanya gangguan yang datang atau
terjadi pada sistem. Gangguan-gangguan sistem yang umumnya terjadi antara
lain:
1. Frekuensi Operasi Yang Tidak Normal ( Abnormal Frequency Operation )
Perubahan frekuensi keluar dari batas-batas normal di sistem dapat
berakibat ketidakstabilan pada turbin generator. Perubahan frekuensi sistem dapat
dimungkinkan oleh tripnya unit-unit pembangkit atau penghantar (transmisi).
2. Lepas Sinkron ( Loss of Synchron )
Adanya gangguan di sistem akibat perubahan beban mendadak, switching,
hubung singkat dan peristiwa yang cukup besar akan menimbulkan
ketidakstabilan sistem. Apabila peristiwa ini cukup lama dan melampaui batas-
batas ketidakstabilan generator, generator akan kehilangan kondisi paralel.
Keadaan ini akan menghasilkan arus puncak yang tinggi dan
penyimpangan frekuensi operasi keluar dan yang seharusnya sehingga akan
menyebabkan terjadinya stress pada belitan generator, gaya puntir yang
berfluktuasi dan resonansi yang akan merusak turbin generator. Pada kondisi ini
generator harus dilepas dari sistem.
3. Pengaman Cadangan ( Back Up Protection )
Kegagalan fungsi proteksi didepan generator pada saat terjadi gangguan
di sistem akan menyebabkan gangguan masuk dan dirasakan oleh generator.
Untuk ini perlu pemasangan pengaman cadangan.
4. Arus Beban Kumparan Yang Tidak Seimbang ( Unbalance Armature
Current)
Pembebanan yang tidak seimbang pada sistem atau adanya gangguan satu
fasa dan dua fasa pada sistem yang menyebabkan beban generator tidak seimbang
dan menimbulkan arus urutan negatif. Arus urutan negatif yang melebihi akan
menginduksikan arus medan yang berfrekuensi rangkap dengan arah berlawanan
dengan putaran rotor dan akan menginduksikan arus pada rotor yang akan
menyebabkan adanya pemanasan lebih dan kerusakan pada bagian-bagian
konstruksi rotor.
4.2. Macam-Macam Belitan
4.2.1. Jangkar Generator DC
Jangkar adalah tempat lilitan pada rotor yang berbentuk silinder beralur.
Belitan tersebut merupakan tempat terbentuknya tegangan induksi.Pada umumnya
jangkar terbuat dari bahan yang kuat mempunyai sifat feromagnetik dengan
permiabilitas yang cukup besar.
Permiabilitas yang besar diperlukan agar lilitan jangkar terletak pada derah
yang induksi magnetnya besar, sehingga tegangan induksi yang ditimbulkan juga
besar.Belitan jangkar terdiri dari beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur
jangkar.Tiap-tiap kumparan terdiri dari lilitan kawat atau lilitan batang.
Gambar 4.Jangkar Generator DC.
4.2.2. Reaksi Jangkar
Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah
generator saat tanpa beban disebut Fluks Medan Utama (Gambar 5).Fluks ini
memotong lilitan jangkar sehingga timbul tegangan induksi.
Gambar 5. Medan Eksitasi Generator DC
Bila generator dibebani maka pada penghantar jangkar timbul arus
jangkar.Arus jangkar ini menyebabkan timbulnya fluks pada penghantar jangkar
tersebut dan biasa disebut FIuks Medan Jangkar (Gambar 6).
Gambar 6:Medan Jangkar dari Generator DC (a) dan Reaksi Jangkar (b).
Munculnya medan jangkar akan memperlemah medan utama yang terletak
disebelah kiri kutub utara, dan akan memperkuat medan utama yang terletak di
sebelah kanan kutub utara. Pengaruh adanya interaksi antara medan utama dan
medan jangkar ini disebut reaksi jangkar.
Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama tidak tegak lurus pada
garis netral n, tetapi bergeser sebesar sudut α. Dengan kata lain, garis netral akan
bergeser. Pergeseran garis netral akan melemahkan tegangan nominal generator.
Untuk mengembalikan garis netral ke posisi awal, dipasangkan medan magnet
bantu (interpole atau kutub bantu), seperti ditunjukkan pada Gambar 7.(a).
Gambar 7.Generator dengan Kutub Bantu (a) dan Generator Kutub Utama, Kutub
Bantu, Belitan Kompensasi (b).
Lilitan magnet bantu berupa kutub magnet yang ukuran fisiknya lebih
kecil dari kutub utama. Dengan bergesernya garis netral, maka sikat yang
diletakkan pada permukaan komutator dan tepat terletak pada garis netral n juga
akan bergeser. Jika sikat dipertahankan pada posisi semula (garis netral), maka
akan timbul percikan bunga api, dan ini sangat berpotensi menimbulkan
kebakaran atau bahaya lainnya.
Oleh karena itu, sikat juga harus digeser sesuai dengan pergeseran garis
netral. Bila sikat tidak digeser maka komutasi akan jelek, sebab sikat terhubung
dengan penghantar yang mengandung tegangan. Reaksi jangkar ini dapat juga
diatasi dengan kompensasi yang dipasangkan pada kaki kutub utama baik pada
lilitan kutub utara maupun kutub selatan, seperti ditunjukkan pada gambar 7 (a)
dan (b), generator dengan komutator dan lilitan kompensasinya.
Kini dalam rangkaian generator DC memiliki tiga lilitan magnet, yaitu:
lilitan magnet utama
lilitan magnet bantu (interpole)
lilitan magnet kompensasi
4.2.3. Jenis-jenis Belitan Jangkar
4.2.3.1. Belitan Jerat (Lap Winding)
a = p
4.2.3.2. Belitan Gelombang (Wave Winding)
a = 2
Dimana :
p = jumlah pasangan
a = jumlah kutub
4.3. Macam-macam Generator DC
4.3.1. Generator Penguat Terpisah
Pada generator penguat terpisah, belitan eksitasi (penguat eksitasi) tidak
terhubung menjadi satu dengan rotor. Terdapat dua jenis generator penguat
terpisah, yaitu:
1. Penguat elektromagnetik (Gambar 8.a)
2. Magnet permanent / magnet tetap (Gambar 8.b)
Gambar 8.Generator Penguat Terpisah.
Energi listrik yang dihasilkan oleh penguat elektromagnet dapat diatur
melalui pengaturan tegangan eksitasi.Pengaturan dapat dilakukan secara
elektronik atau magnetik.Generator ini bekerja dengan catu daya DC dari luar
yang dimasukkan melalui belitan F1-F2.
Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output
generator yang konstan dari terminal rotor A1-A2. Karakteristik tegangan V
relatif konstan dan tegangan akan menurun sedikit ketika arus beban I dinaikkan
mendekati harga nominalnya.
Karakteristik Generator Penguat Terpisah
Gambar 9. Karakteristik Generator Penguat Terpisah
Gambar 9 menunjukkan:
a. karakteristik generator penguat terpisah saat eksitasi penuh (Ie 100%) dan
saat eksitasi setengah penuh (Ie 50%). Ie adalah arus eksitasi, I adalah arus
beban.Tegangan output generator akan sedikit turun jika arus beban
semakin besar.
b. Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar.
c. Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar,
selanjutnya mengakibatkan turunnya pasokan arus penguat ke medan
magnet, sehingga tegangan induksi menjadi kecil.
4.3.2. Generator Shunt
Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan
rotor (A1-A2). Tegangan awal generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat
pada medan magnet stator. Rotor berputar dalam medan magnet yang lemah,
dihasilkan tegangan yang akan memperkuat medan magnet stator, sampai dicapai
tegangan nominalnya. Pengaturan arus eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2
diatur oleh tahanan geser. Makin besar arus eksitasi shunt, makin besar medan
penguat shunt yang dihasilkan, dan tegangan terminal meningkat sampai
mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator shunt dapat dilihat
pada Gambar 10.
Gambar 10. Diagram Rangkaian Generator Shunt
Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa
megnetisasi tidak akan ada, atau jika belitan eksitasi salah sambung atau jika arah
putaran terbalik, atau rotor terhubung-singkat, maka tidak akan ada tegangan atau
energi listrik yang dihasilkan oleh generator tersebut.
Karakteristik Generator Shunt
Gambar 11.Karakteristik Generator Shunt.
Generator shunt mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada
Gambar 11. Tegangan output akan turun lebih banyak untuk kenaikan arus beban
yang sama, dibandingkan dengan tegangan output pada generator penguat
terpisah.
Sebagai sumber tegangan, karakteristik dari generator penguat terpisah dan
generator shunt tentu kurang baik, karena seharusnya sebuah generator
mempunyai tegangan output yang konstan, namun hal ini dapat diperbaiki pada
generator kompon.
4.3.3. Generator Kompon
Generator kompon mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama
yang sama. Satu penguat eksitasi merupakan penguat shunt, dan lainnya
merupakan penguat seri.Diagram rangkaian generator kompon ditunjukkan pada
Gambar 12. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan belitan shunt.
Gambar 12. Diagram Rangkaian Generator Kompon
Karakteristik Generator Kompon
Gambar 13. Karakteristik Generator Kompon
Gambar 13 menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan
output generator terlihat konstan dengan pertambahan arus beban, baik pada arus
eksitasi penuh maupun eksitasi 50%. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan
lilitan seri, yang cenderung naik tegangannya jika arus beban bertambah besar.
Jadi ini merupakan kompensasi dari generator shunt, yang cenderung tegangannya
akan turun jika arus bebannya naik.
4.4. Komponen-komponen Penyusun Generator DC
4.4.1. Piringan Tutup
Piringan tutup pada ujung-ujung rumah sebagai dudukan bantalan-
bantalan sebagai tempat berputarnya armatur. Bantalan yang terpasang pada plat
penutup untuk menahan beban torsi dari sabuk penggerak. Tutup bagian belakang
mempunyai lubang pelumasan untuk memasukan oli pelumas.Sikat arang
dipasang pada tutup bagian belakang.
4.4.2. Pul Kumparan Medan / Sepetu-Sepatu Kutub
Pul kumparan medan yang biasa disebut sepatu-sepatu kutup dikonstruksi
dari besituang. Pada bagian dalam dibentuk cekung untuk menyesuaikan bentuk
kontur bulat dari armatur dan mengurangi haambatan magnetik dari jarak udara.
Ujung-ujungnya diperpanjang sebagai dudukan kumparan medan. Kutup-kutup
magnet dipasangkan dengan baut pada rumah generator.
4.4.3. Kumparan Medan
Kumparan medan digulung dengan kawat yang berukuran kecil; dengan
tahananr elatif besar. Kumparan medan digulung dengan bentuk yang sesuai,
diisolasi dan dibentuk yang sesuai dengan kontur rumah dan digulung pada kutup-
kutup magnet.
4.4.4. Armatur/Anker
Armatur/Anker dinamo dikonstruksi dari plat-plat yang disusun berlapis-
lapis yang disatukan dalam satu poros dan mempunyai alur-alur sebagai tempat
kumparan.Kumparan dapat digulung langsung pada alur-alur membentuk
gulungan/kumparan armatur/anker.
4.4.5. Komutator
Komutator terdiri dari segmen-segmen dari tembaga, dibentuk irisan
memanjang searah dengan poros, masing-masing diisolasi satu dengan yang
lainnya dan dengan poros diisolasi oleh mika atau phenolic resin.Komutator
dipres pada poros anker.Kumparan anker dihubungkan ke komutator untuk
membentuk hubungan/rangkaian kontinyu.Komutator berfungsi untuk
menyearahkan arus induksi bolak-balik dalam kumparan anker menjadi arus
searah untuk digunakan ke beban kelistrikan kendaraan.
4.4.6. Rumah Sikat dan Arang Sikat
Sikat arang digunakan untuk menghubungkan hubungan antara
armatur/anker dengan rangkaian luar.Sikat arang dapat bergesek dengan baik
dengan komutator dengan bantuan pegas dan rumah sikat.Hubungan antara sikat-
sikat arang dan rangkaian luar adalah dengan kabel tembaga fleksibel.
4.4.7. Kipas Pendingin
Kipas pendingin terletak di bagian depan dan menyatu dengan puli
penggerak mengalirkan udara pendingin ke dalam generator.
4.5. Generator Berbeban dan Tanpa Beban
4.5.1. Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan
terminal V akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan
pada:
1. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegangan
jatuh/fasa dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
2. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang
terjaditidak mengimbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini
disebut“fluks bocor”.
3. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator
dibebani akan menimbulkan fluks jangkar (ΦA) yang berintegrasi dengan
fluks yangdihasilkan pada kumparan medan rotor (ΦF), sehingga akan
dihasilkan suatu fluks resultan sebesar
Tiga macam sifat beban jika dihubungkan dengan generator, yaitu : beban
resistif, beban induktif, dan beban kapasitif. Akibat pembeban ini akan
berpengaruh terhadap tegangan beban dan faktor dayanya. Gambar 4
menunjukkan jika beban generator bersifat resistif mengakibatkan penurunan
tegangan relatif kecil dengan faktor daya sama dengan satu. Jika beban generator
bersifat induktif terjadi penurunan tegangan yang cukup besar dengan faktor daya
terbelakang (lagging). Sebaliknya, Jika beban generator bersifat kapasitif akan
terjadi kenaikan tegangan yang cukup besar dengan faktor daya mendahului
(leading).
Hubungan antara tegangan tanpa beban (Eo) dengan tegangan berbeban (V)
disebut regulasi tegangan, yang dinyatakan sebagai berikut :
4.5.2. Generator Tanpa Beban
Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan
diputar pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada
kumparan jangkar stator akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu:
Eo = 4,44 · Kd · Kp · f · φm · T Volt
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada
stator,sehingga tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan
oleh arusmedan (If ). Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan
keluaran juga akannaik sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada
gambar 8. Kondisigenerator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian
ekuivalennya seperti diperlihatkanpada gambar 8b.
4.6. Torsi, Rugi-rugi dan Efesiensi
4.6.1. Rugi-Rugi pada Generator DC
4.6.1.1. Rugi-rugi Tembaga
1. Rugi-rugi Jangkar, Pj = Ia . Ra Watt
2. Rugi-rugi Shunt, Psh = Ish . Rsh Watt
3. Rugi-rugi Seri, Ps = Is . Rs Watt
4.6.1.2. Rugi-rugi Inti
1. Rugi-rugi Hysterisis
2. Rugi-rugi Eddy current
4.6.1.3. Rugi-rugi Mekanis
1. Rugi-rugi gesekan poros
2. Rugi-rugi angin akibat putaran jangkar
3. Rugi-rugi gesekan akibat gesekan sikat dengan komutator
4.6.2. Efesiensi
BAB VMOTOR DC
5.1. Dasar Teori Motor DC
5.1.1. Pengertian Motor DC
Motor DC merupakan perangkat yang berfungsi merubah besaran listrik
menjadi besaran mekanik. Prinsip kerja motor didasarkan pada gaya
elektromagnetik. Motor DC bekerja bila mendapatkan tegangan searah yang
cukup pada kedua kutupnya. Tegangan ini akan menimbulkan induksi
elektromagnetik yang menyebabkan motor berputar.
Motor DC adalah mesin DC yang mengubah (mengonversikan)
listrik arus searah menjadi gerak. Komponen-komponen motor DC seperti
Stator dan Rotor. Namun ada satu komponen yang membedakan motor
DC dengan motor AC yaitu komutator (commutator). Fungsi dari
komutator tersebut adalah untuk menyearahkan arus. Stator adalah teridri
dari kumparan yang statis sedangkan rotor adalah kumparan yang
bergerak.
Mesin DC (Direct Current) adalah mesin listrik yang bekerja
dengan menggunakan atau menghasilkan arus searah (direct current).
Mesin ini mempunyai sebuah lilitan (winding) DC atau magnet permanen
pada bagian stator. Rotor (armature) disuply dengan sebuah arus DC yang
melalui komutator (commutator) dan sikat-sikat. Aplikasi mesin DC
seperti dinamo dan lain-lain.
5.1.2. Prinsip Kerja Motor DC
Prinsip kerja dari motor DC adalah sebgai berikut:
1. Stator dicatu arus DC. Arus yang mengalir pada sebuah kawat
penghantar akan menimbulkan suatu medan magnet.
2. Medan magnet yang timbul tersebut akan meghasilkasn fluks.
3. Rotor dicatu arus DC.
4. Ketika fluks yang dihasilkan stator mengenai permukaan rotor yang
dialiri arus DC. Ini akan mengakibatkan rotor akan bergerak.
Antara Stator dan Rotor tedapat sebuah gap yang disebut dengan
air gaps. Air gaps menyebabkan sebuah mesin dapat berputar. Ia juga
dapat digunakan untuk the layer of bonding tape disekitar rotor dan untuk
pendingin udara yang melalui sebuah sistem tersebut. Air gap yang lebar
dapat mengurangi getara seebuah mesin tetapi jika terlalu lear juga dapat
mengurangi medan mangnetik kontak dengan konduktor.
Rotor pada mesin DC juga apat diganti dengan magnet permanen
sehingga tidak diperlukan lagi pencatuan rotor. Keuntungan dari permanen
magnet adalah:
1. Tidak dibutuhkan supply listrik ke rotor
2. Tidak ada rugi dirotor
3. Kemungkinan akan mempunyai ukuran frame yang lebih kecil
Namun tetap saja ada kekurangannya yaitu:
1. Kekuatan dari medan konstan
2. Kekuatan magnet gapang sekali berkurang jika terjadi benturan atau
goncangan pada rotor tersebut.
Armature reaction atau reaksi jangkar adalah suatu peristiwa atau kejadian
dimana normal palne dari rotor bergeser. Hal ini dikarenakan karena adanya
interaksi antara medan utama stator dengan medan rotor.
Akibat dari reaksi jangkar adalah terjadinya percikan api (sparking)
yang dikarenakan perubahan normal medan rotor yang semakin dekat
dengan statornya sehingga jika jarak makin dekat akan ada loncatan-
loncatan elektron yang terjadi,awalnya sedikit namun seiring dengan
berjalannya waktu elektronnya akan semakin banyak sehingga akan timbul
loncatan elektron. Peristiwa ini hampir mirip dengan peristiwa terjadinya
petir.
5.1.3. Flashover pada Mesin DC
Seperti telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya adanya
reaksi jangkar pada mesin DC mengakibatkan adanya sparking (loncatan
api). Namun dalam keadaan yang sangat ekstrim sekali akan terjadi
flashover.
Flashover adalah fenomena yang terjadi pada mesin DC akibat
reaksi jangkar. Flashover adalah percikan api yang lebih besar dari
sparking. Mengapa hal ini harus dibicarakan? Hal ini dikarenakan
flashover merupakan dampak yang sangat berbahaya dari reaksi jangkar.
Dampaknya adalah ketika terjadi sparking maka yang terjadi
brush(sikat) akan cepat habis dan abunya akan semakin mengurangi
kinerja dari mesin DC tersebut. Namun dampak yang diakibatkan oleh
peristiwa flashover adalah brush akan meleleh (melting) dan jika ini terjadi
maka yang akan terjadi adalah akan terjadinya short circuit pada mesin
DC. Jika hal ini terjadi maka mesin tersebut akan rusak.
Hal ini yang sangat diwaspadai pada mesin DC. Bagaimana kita
mengatasi Flashover tersebut? Sebenarnya tidak ada benar-benar cara
menanggulangi flashover caranya adalah dengan mengurangi reaksi
jangkarnya, salah satunya dengan mengganti rotor menjadi permanen rotor
dan ada metode dan perlengkapan lainnya. Tegangan polar dan
magnitudnya di kumparan medan dapat dimonitor. Mendeteksi secara
cepat tegangan polarnya dilakukan dengan meningkatkan secara cepat
mangnitudnya pada sinyal flashovernya. Sinyal flashover dipasangkan
dengan elemen pengontrol tegangan.
5.2. Macam-macam Motor DC
Berdasarkan macamnya, Motor DC terdiri dari:
1. Motor DC Shunt
Motor DC jenis ini mempunyai ciri kumparan penguat medan diparalel
terhadap kumparan armatur. Kelebihan dari Motor DC jenis ini yaitu
tidak terlalu membutuhkan banyak ruangan karena diameter kawat
kecil. Sedangkan kelemahannya yaitu daya keluaran yang dihasilkan
kecil karena arus penguatnya kecil.
2. Motor DC Seri
Motor DC jenis ini mempunyai ciri kumparan penguat medan diseri
terhadap kumparan armatur. Kelebihan dari Motor DC jenis ini yaitu
daya output yang dihasilkan besar. Sedangkan kelemahannya yaitu
arus beban yang diminta sangatlah besar, sesuai dengan beban yang
dipikulnya, jika tegangan inputnya tidak stabil maka flux magnit yang
dihasilkan oleh kumparan seri tidak stabil pula, sehingga daya output
yang dihasilkan tidak stabil.
3. Motor DC Kompond
Pada umumnya Motor DC Kompond dibuat untuk mengurangi
kelemahan yang terjadi pada Motor DC Shunt maupun Seri. Jenisnya
ada dua macam, yaitu Motor DC Kompond Panjang dan Motor DC
Kompond Pendek, ciri khas yang membedakan keduanya yaitu tata
letak kumparan penguat medan tambahan diletakkan seri dengan
kumparan penguat medan pada Motor DC Shunt dan ini desebut Motor
DC Kompond Pendek. Sedangkan pada Motor DC Kompond Panjang,
kumparan penguat medan tambahan diletakkan secara seri antara
Kumparan armatur dan kumparan penguat medan shunt pada Motor
DC Shunt.
5.4. Pengaturan Kecepatan Motor DC
Besarnya gaya gerak listrik induksi pad kumparan armatur akibatnya
berputarnya rotor yang terletak diantara kutub magnet diperoleh
(III.1)
dimana:
: Flux magnit per kutub (waber)
N : putaran rotor (rpm)
atau
(III,2)
dengan
sedangkan
(III.3)
Jadi dari persamaan (III.1) dan (III.3) diperoleh
Dengan demikian kecepatan putar Motor DC dapat diperoleh dengan
mengubah-ubah flux magnet, pengaturan arus armatur atau dengan
pengubahan tegangan sumber.
5.4.1. Pengaturan Kecepatan Putar Motor DC dengan Pengaturan Flux
Magnet
Rangkaian listrik pada gambar dibawah menunjukkan kecepatan
putar Motor DC akan minimum apabila Ir minimum. Hal ini terjadi
apabila VR maksimum.
Pengaturan kecepatatan motor DC model ini mudah
pengerjaannya, murah biayanya dan panas yang terjadi rendah
Gb. III.
5.4.2. Pengaturan Kecepatan Putar Motor DC dengan Pengaturan Arus
Armatur
Pada pengaturan jenis ini, putaran yang dihasilkan semakin besar apabila
VR dalam kondisi minimum. Pengaturan jenis ini jarang digunakan oleh karena
rugi panas yang dihasilkan cukup besar.
Gb. III.6
5.4.3. Pengaturan Kecepatan Putar Motor DC dengan Pengaturan Sumber
Tegangan
Sebagaimana telah diketahui bahwa variasi tegangan akan memvariasi
arus, kondisi dimana arus bervariasi akan menebabkan variasi penguatan medan
armatur, sehingga akan memvariasi kecepatan putar.
5.5. Karakteristik Motor DC
1. Karakteristik Motor Penguat Terpisah
Pada motor dengan penguat terpisah, arus eksitasinya tidak tergantung dari
sumber tegangan yang mencatunya. Putaran jangkar akan turun dengan
naiknya momen torsi, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.25b.
2. Karakteristik Motor Shunt
Rangkaian eksitasi motor shunt terletak paralel dengan jangkar. Putaran
akan turun dengan naik-nya momen torsi. Pada kondisi tanpa beban,
karakteristik motor shunt mirip dengan motor dengan penguat terpisah.
3. Rangkaian Eksitasi Motor Seri Dipasang Secara Seri Terhadap
Jangkar
Diantara jenis motor DC lainnya, motor seri memerlukan momen torsi
awal paling besar. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa motor seri tidak boleh
dioperasikan dalam kondisi tanpa beban.
4. Krarakterisrik Motor Kompon
Pada motor kompon, kutub utama berisi rangkaian seri dan paralel. Dalam
kondisi tanpa beban, motor kompon mempunyai sifat seperti motor shunt. Pada
kondisi beban terpasang, dengan momen torsi yang sama, akan didapat putaran
sedikit lebih tinggi.
5.6. Rugi-Rugi dan Efisiensi Mesin Dc
5.6.1. Rugi-Rugi Pada Mesin DC
Kerugian adalah berhubungan dengan selisih antara daya sebenarnya yang
diberikan pada mesin dan daya yang diasilkan oleh mesin tersebut.
Input - Output = Rugi-rugi
Rugi-rugi yang terjadi pada mesin listrik seperti halnya generator atau
motor terbagi dalam tiga kelompok utama yaitu Rugi tembaga, rugi besi serta
rugi gesekan dan celah udara. Semua kerugian ini menghasilkan panas pada
beberapa bagian mesin. Hal ini memerlukan daya yang cukup besar yang harus
diberikan pada mesin.
5.6.1.1. Rugi tembaga
Bila arus listri mengalir melalui suatu rangkaian, dayanya dinyatakan
dalam watt dan dihitung sebagai hasil perkalian tahanan dan kwadrat arus.
R watt
Pada mesin DC, rugi-rugi tejadi pada :
lilitan jangkar
hubungan sikat dan komutator
lilitan kutub bantu
lilitan medan seri
lilitan medan shunt
Rugi tembaga pada lilitan jangkar, hubungan sikat dan komutator, lilitan
kutub bantu, dan lilitan medan seri dapat berubah-ubah menurut perubahan beban,
tetapi rugi pada medan shunt tetap untuk harga tegangan terminal yang konstan.
5.6.1.2. Rugi besi
Rugi besi terutama terjadi pada inti jangkar dan terdiri dari rugi arus eddy
dan rugi histerisis. Dalam prakteknya rugi besi ini dinyatakan rugi tetap.
5.6.1.3. Rugi gesekan dan celah udara
Rugi gesekan terjadi pada bantalan dan komutator. Rugi celah udara tejadi pada
putaran jangkar dengan celah udara disekelilingnya. Pada prakteknya rugi-rugi
gesekan dan celah udara dianggap konstan/tetap.
5.6.2. Efisiensi Mesin
Efisiensi biasanya dinyatakan sebagai persentase perbandingan atara
output terhadap input.
Daya output mesin lebih kecil dari daya input karena ada kerugian daya.
Dari gambar dapat dilihat bahwa:
Input = Output + Rugi-rugi
dan
Output = Input + Rugi-rugi
Jadi :
% Eisiensi =
dan
% Efisiensi =
5.6.3. Efisiensi Maksimum
Efisiensi maksimum terjadi pada mesin bila rugi-rugi yang berubah-ubah
sama dengan rugi-rugi yang konstan. Pada umumnya mesin DC didisain
terjadinya efisiensi maksimum mendekati beban penuh mesin.