mewaspadai komunis gaya baru ketika ham belum...

3
10 MPA 313 / Oktober 2012 Mewaspadai Komunis Gaya Baru Ketika HAM Belum Berjenis Kelamin Sebagaimana tertulis di lontar sejarah, H. Soeharto – pengemban Supersemar yang bertanggung jawab terhadap keamanan waktu itu, telah membubarkan PKI. Sebab komunisme dianggap telah membahayakan eksistensi NKRI. Hal itu didasarkan pada sidang tanggal 20 Juni – 5 Juli 1966 MPRS RI dengan hasil Tap MPRS No XXV/ MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia. Sejak itulah PKI dinyatakan se- bagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, setiap kegiatan untuk menyebarluaskan atau mengembangkan faham atau ajaran komunisme/marxisme-lenin- isme dengan sendirinya juga terla- rang. Anehnya, akhir-akhir ini justru banyak LSM dan pihak-pihak lain yang hendak menghidupkan kembali faham komunisme. Komnas HAM, menurut Moh. Ibrahim Rais, sejak lama berkeinginan untuk mengembalikan faham komu- nisme di bumi Indonesia. Mereka te- rus berupaya untuk membangkitkan- nya lagi. Semisal melalui pembuatan rancangan UU KKR (Komisi Kebe- naran & Rekonsiliasi). “Lewat RUU itulah, mereka menuntut agar orang- orang PKI yang menjadi korban memperoleh perlakuan hukum yang adil,” tutur lelaki kelahiran Kediri 10 Mei 1943 ini. “Katanya mereka ber- hak untuk mendapat rehabilitasi dan kompensasi. Setiap orang PKI men- dapat jatah Rp. 837.500 s/d 2,5 milyar sesuai bobot persoalan masing-ma- sing,” tambahnya memaparkan. Waktu itu orang-orang yang an- ti komunis; seperti KH. Yusuf Hasim, Drs. Arukat Djaswadi (Ketua LSM Central Indonesian Communities Su- rabaya), H. Ibrahim (Ketua GNPI Jatim & Korban peristiwa Kanigoro), KH. Mun’im (Korban teror PKI Banyuwa- ngi), Mayjen (Purn.) Murwanto (Ja- karta), Drs. M. Said (Korban PKI Ma- diun), Prof. Dr. Moh. Nur Syam (Ke- tua laboratorium Pancasila Malang), Taufiq Isma’il (Penyair Jakarta) mela- kukan gugatan ke Mahkamah Kons- titusi – yang pada saat itu dipimpin Prof. Dr. Jimly As Shiddiqy. Mereka meminta, agar UU KKR dibatalkan karena bertentangan dengan Panca- sila. Gerakan orang-orang komunis semacam itu, akan terus mereka laku- kan sampai kapanpun. Oleh karena- nya, mantan aktivis PII yang menjadi saksi sejarah Peristiwa Kanigoro ini mengingatkan, agar bangsa Indone- sia senantiasa mewaspadai gerakan mereka. Lengah sedikit saja, gerakan laten mereka akan dengan serta merta menyeruak kepermukaan. “Apalagi sekarang ini banyak sekali orang yang tak tahu kalau PKI akan bangkit lagi,” keluhnya. Ketua Wilayah GPNI (Gerakan Patriot Nasional Indonesia) Jawa Ti- mur ini lantas memberikan contoh. Seperti gugatan ke Mahkamah Kon- stitusi tentang UU Pemilu 2004 Pasal 60 huruf g UU No 12/2003; yang me- larang eks anggota Partai Komunis Indonesia menjadi calon anggota le- gislatif. “Karena tak ada yang meng- halangi atau memprotes, gugatan itu diterima oleh MK. Dan akhirnya o- rang PKI bisa mendapat hak pilih,” keluhnya. Pada masa sekarang, lanjut man- tan Ketua KAHMI Kota Kediri ini, “Bersih Lingkungan” sudah tidak di- terapkan lagi. Padahal kita tahu, bah- wa organisasi komunis merupakan organisasi militan. Para kadernya di- latih untuk melakukan gerakan bawah tanah, sabotase, adu domba dan se- bagainya. “Seperti pembakaran pa- sar di berbagai tempat, sabotase ta- brakan kereta api, adu domba antar kelompok, gerakan mahasiswa men- jadi makar, dan seterusnya,” ungkap- nya. Sebab ajaran marxisme merupa- kan ajaran patriatik yang membantu orang tertindas, bodoh dan miskin. Padahal yang mereka lakukan, tutur Ketua Laskar Ampera Arif Rahman Hakim ini, telah banyak menyebar dusta di berbagai negara. Bahkan di tingkat desa pun penyebaran dusta itu hingga kini masih terus dilakukan. “Di sebuah desa di Kecamatan Sre- ngat Blitar, kini masih hidup seorang tokoh Gerwani. Hingga kini dia tetap berjuang untuk kebangkitan PKI kembali,” cetusnya. “Dia telah mem- Moh. Ibrahim Rais DR (Hc.), Drs. KH. A. Hasyim Muzadi

Upload: leanh

Post on 06-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mewaspadai Komunis Gaya Baru Ketika HAM Belum …jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar313/varp1350461147.pdf · untuk mengembalikan faham komu-nisme di bumi Indonesia. ... Maka ateisme

10 MPA 313 / Oktober 2012

Mewaspadai Komunis Gaya BaruKetika HAM Belum Berjenis Kelamin

Sebagaimana tertulis di lontarsejarah, H. Soeharto – pengembanSupersemar yang bertanggungjawab terhadap keamanan waktuitu, telah membubarkan PKI.Sebab komunisme dianggap telahmembahayakan eksistensi NKRI.Hal itu didasarkan pada sidangtanggal 20 Juni – 5 Juli 1966MPRS RI dengan hasil Tap MPRSNo XXV/ MPRS/1966 tentangPembubaran Partai KomunisIndonesia.

Sejak itulah PKI dinyatakan se-bagai organisasi terlarang di seluruhwilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Dengan demikian, setiapkegiatan untuk menyebarluaskanatau mengembangkan faham atauajaran komunisme/marxisme-lenin-isme dengan sendirinya juga terla-rang. Anehnya, akhir-akhir ini justrubanyak LSM dan pihak-pihak lainyang hendak menghidupkan kembalifaham komunisme.

Komnas HAM, menurut Moh.Ibrahim Rais, sejak lama berkeinginanuntuk mengembalikan faham komu-nisme di bumi Indonesia. Mereka te-rus berupaya untuk membangkitkan-nya lagi. Semisal melalui pembuatanrancangan UU KKR (Komisi Kebe-naran & Rekonsiliasi). “Lewat RUUitulah, mereka menuntut agar orang-orang PKI yang menjadi korbanmemperoleh perlakuan hukum yangadil,” tutur lelaki kelahiran Kediri 10

Mei 1943 ini. “Katanya mereka ber-hak untuk mendapat rehabilitasi dankompensasi. Setiap orang PKI men-dapat jatah Rp. 837.500 s/d 2,5 milyarsesuai bobot persoalan masing-ma-sing,” tambahnya memaparkan.

Waktu itu orang-orang yang an-ti komunis; seperti KH. Yusuf Hasim,Drs. Arukat Djaswadi (Ketua LSMCentral Indonesian Communities Su-rabaya), H. Ibrahim (Ketua GNPI Jatim& Korban peristiwa Kanigoro), KH.Mun’im (Korban teror PKI Banyuwa-ngi), Mayjen (Purn.) Murwanto (Ja-karta), Drs. M. Said (Korban PKI Ma-diun), Prof. Dr. Moh. Nur Syam (Ke-tua laboratorium Pancasila Malang),Taufiq Isma’il (Penyair Jakarta) mela-kukan gugatan ke Mahkamah Kons-titusi – yang pada saat itu dipimpinProf. Dr. Jimly As Shiddiqy. Merekameminta, agar UU KKR dibatalkankarena bertentangan dengan Panca-sila.

Gerakan orang-orang komunissemacam itu, akan terus mereka laku-kan sampai kapanpun. Oleh karena-nya, mantan aktivis PII yang menjadisaksi sejarah Peristiwa Kanigoro inimengingatkan, agar bangsa Indone-sia senantiasa mewaspadai gerakanmereka. Lengah sedikit saja, gerakanlaten mereka akan dengan serta mertamenyeruak kepermukaan. “Apalagisekarang ini banyak sekali orangyang tak tahu kalau PKI akan bangkitlagi,” keluhnya.

Ketua Wilayah GPNI (GerakanPatriot Nasional Indonesia) Jawa Ti-

mur ini lantas memberikan contoh.Seperti gugatan ke Mahkamah Kon-stitusi tentang UU Pemilu 2004 Pasal60 huruf g UU No 12/2003; yang me-larang eks anggota Partai KomunisIndonesia menjadi calon anggota le-gislatif. “Karena tak ada yang meng-halangi atau memprotes, gugatan ituditerima oleh MK. Dan akhirnya o-rang PKI bisa mendapat hak pilih,”keluhnya.

Pada masa sekarang, lanjut man-tan Ketua KAHMI Kota Kediri ini,“Bersih Lingkungan” sudah tidak di-terapkan lagi. Padahal kita tahu, bah-wa organisasi komunis merupakanorganisasi militan. Para kadernya di-latih untuk melakukan gerakan bawahtanah, sabotase, adu domba dan se-bagainya. “Seperti pembakaran pa-sar di berbagai tempat, sabotase ta-brakan kereta api, adu domba antarkelompok, gerakan mahasiswa men-jadi makar, dan seterusnya,” ungkap-nya.

Sebab ajaran marxisme merupa-kan ajaran patriatik yang membantuorang tertindas, bodoh dan miskin.Padahal yang mereka lakukan, tuturKetua Laskar Ampera Arif RahmanHakim ini, telah banyak menyebardusta di berbagai negara. Bahkan ditingkat desa pun penyebaran dustaitu hingga kini masih terus dilakukan.“Di sebuah desa di Kecamatan Sre-ngat Blitar, kini masih hidup seorangtokoh Gerwani. Hingga kini dia tetapberjuang untuk kebangkitan PKIkembali,” cetusnya. “Dia telah mem-

Moh. Ibrahim Rais DR (Hc.), Drs. KH. A. Hasyim Muzadi

Page 2: Mewaspadai Komunis Gaya Baru Ketika HAM Belum …jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar313/varp1350461147.pdf · untuk mengembalikan faham komu-nisme di bumi Indonesia. ... Maka ateisme

11MPA 313 / Oktober 2012

buat kamuflase dengan menjadikanrumahnya untuk kegiatan istighasah,yasinan dan tahlilan,” tambahnya.

Oleh karenanya, mantan anggo-ta DPR Kota Kediri ini menyerukan,agar masyarakat bersama-sama me-nanggulangi gerakan komunisme. Se-bab kalau sampai orang-orang komu-nis eksis di masyarakat, kondisi dansituasi masyarakat tak akan pernahtenang. Sebab kekejaman PKI di masalalu benar-benar sangat memilukan.Sebagaimna ditandaskan oleh penya-ir Taufiq Ismail yang telah mengalamiperistiwa tersebut: “Tidak ada keke-jaman yang lebih kejam dari kekeja-man komunis.”

Bagaimanapun juga, sambungDR (Hc.), Drs. KH. A. Hasyim Muza-di, komunisme itu mempunyai ajarananti Tuhan. Ateis secara filosofis danideologis bertentangan dengan Pan-casila, karena Pancasila itu tegas-te-gas berdasarkan Ketuhanan yangMaha Esa. Maka ateisme itu berla-wanan dengan Pancasila. Anti Tuhanitu termasuk pilar yang pertama. Pilaryang kedua, adalah proletarisme;yakni faham dimana orang tidak bolehmempunyai hak kekayaan agar samarasa dan sama rata. Sehingga semuaorang hidup dari negara, karena takboleh mempunyai hak milik sendiri.

Secara organisasi, tutur RaisSyuriyah PBNU ini, PKI memang su-dah tumbang. Tapi fahamnya tak akanpernah mati. Faham tersebut bahkanmenyeruak di berbagai belahan du-nia. Ada yang berbentuk dengan te-tap bertuhan tapi tanpa agama. Adajuga yang dengan bentuk terang-te-rangan, dengan sama sekali tak ber-tuhan. “Yang perlu dipahami, masuk-nya ateisme itu tak selalu bersama sa-tu paket dengan komunisme. Terma-suk melalui aliran liberalisme danskularisme, yang ujung-ujungnyaateisme juga,” tandasnya.

Terkait isu pembubaran PKIyang dianggap sebagai pelanggaranHAM, tutur President WCRP (WorldConference on Religions for Peace)ini, tentu saja itu tak benar. Pembu-baran itu sama sekali tak melanggarHAM. “Justru antek-antek PKI yangmemanfaatkan HAM sebagai kenda-raan untuk menghidupkan kembalikomunisme,” tegasnya. “HAM me-reka tunggangi untuk membuka jalankembali bagi komunisme di Indone-sia,” tukasnya.

Sekjen International Conferenceof Islamic Scholars (ICIS) ini meng-

urai, bahwa gerakan mereka itu ter-bagi ke dalam dua bentuk. Pertama,ada orang yang ingin membangkit-kan kembali PKI. Sedangkan yangkedua, ada yang sekedar bicara ten-tang ateisme. Mereka ingin mengem-balikan PKI dengan melalui tahapan-tahapan. “Tahapan pertama, merekaharus selamat dari tuduhan itu sen-diri. Setelah selamat baru mereka me-ngambil posisi starategis,” jelasnya.“Lantas setelah itu, mereka menggu-nakan sistem demokrasi yang berja-lan untuk merehabiliter namanya,serta menyalahkan orang-orang yangmelakukan perlawanan terhadapPKI,” terangnya.

Menurut anggota OIC (Organi-zation of Islamic Conference) ini, se-benarnya peristiwa pelarangan PKIitu jauh sebelum kita punya HAM se-perti sekarang. Lantas pertanyaan-nya, kenapa HAM bisa berlaku su-rut? “Nah, tentu itu bersifat politis.Jadi tak hanya bersifat HAM sema-ta,” tengarainya.

Yang menjadi problem sekarang,kata anggota CEP (Commission ofEminent Persons) ini, HAM di Indo-nesia itu belum ditentukan jenis ke-laminnya. Apakah dia HAM human-isme, apakah HAM weternisme, atau-kah HAM Indonesianisme? “Jadi,cuma HAM begitu saja didalam UUDpasca amandemen. Itulah sebabnya,banyak yang memanfaatkan HAMuntuk kepentingan sendiri,” papar-nya. “Yang setengah komunis yamenggunakannya untuk melegalkangerakan dan filsafatnya,” tambahnya.

Menurut pria yang pernah men-jadi anggota Majelis Pelaksana Mus-lim Word League ini, seharunyaHAM itu berkiblat pada nilai Panca-sila lantaran dia hidup di negeri Pan-casila. Karena ini negara yang berke-tuhanan, maka HAM tak bisa digu-nakan mendu-kung nilai yangtidak berketuhan-an. “Jadi, HAMyang kita pakai se-harusnya HAM yangIndonesianisme, yangberketuhanan sesuai ni-lai-nilai yang terkan-dung dalam lima silaPancasila,” tandas-nya.

M e n u r u tDrs. MashudyMochtar, MSi,kita tak mung-

kin membiarkan PKI hidup kembali.Sebab ideologi mereka jelas bertenta-ngan dengan agama. Pertama, jelasmereka tak mengenal Tuhan. Kedua,dalam perjalanan sepak terjangnyamereka menghalalkan segala cara un-tuk mencapai tujuan. Melihat hal itu,tentu komunisme sangat membaha-yakan kehidupan manusia dan terma-suk pula membahayakan agama.

Jadi kalau dikatakan pembubar-an PKI adalah termasuk pelanggaranHAM, dirinya balik mempertanyakan;melanggar HAM yang mana? Kita inipunya negara, yang memiliki kebijak-an dan keputusan sendiri. Sebenar-nya, justru HAM di Indonesia itu te-lah dicemari oleh dunia Barat. HAMadalah punya nilai kemaslahatan u-mat, mensejahterakan masyarakat.Dan G30S/PKI adalah pengkhianatanterhadap bangsa dan telah banyakmemakan korban. “Nah, apa itu bu-kan sebuah pelanggaran HAM? PKIitu ibarat srigala berbulu domba. Me-reka sangat pandai memutarbalikkanfakta,” ungkapnya.

Sekretaris PWNU Jatim ini me-nilai, HAM di Indonesia adalah pro-duksi Barat yang diadopsikan melaluiLSM, lembaga negara, dan lain-lain.Makanya, kita harus waspada terha-dap sinyalemen-sinyalemen yang di-ragukan kebenarannya. Jangan dite-lan mentah-mentah. Atas nama HAMbisa dilakukan oleh kelompok komu-nis gaya baru, atau dunia Barat dansekutunya dengan tujuan mendis-kreditkan Islam.

Radikalisme gerakan PKI, sepertiyang telah terjadi di berbagai daerah,benar-benar tidak bisa ditolerir. Mere-

Page 3: Mewaspadai Komunis Gaya Baru Ketika HAM Belum …jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar313/varp1350461147.pdf · untuk mengembalikan faham komu-nisme di bumi Indonesia. ... Maka ateisme

12 MPA 313 / Oktober 2012

ka sadis, kejam dan tidak berperike-manusiaan. Gaya radikalisme itu di-tunjukkan PKI di beberapa tempatseperti di Madiun, Trenggalek danBanyuwangi. Dan yang sadis peris-tiwa di Banyuwangi. Korbannya paraKiai. Mereka diundang pada sebuahacara, lalu makanan yang disuguhkantelah diberi racun sebelumnya. Kemu-dian para korban dimakamkan secaramassal. “Kebiadaban tersebut meng-undang para simpatisan punya ren-cana membuat monumen sejarah,”paparnya.

PKI itu merupakan bahaya laten.Mereka terus menyusupi pikiran ma-syarakat, khususnya anak-anak mu-da yang tidak tahu sejarah tahun 1948hingga 1965. Mereka menjadi sasaranempuk bagi faham komunisme. Pema-haman agama yang aneh-aneh disun-tikkan kepada generasi muda, adalahmerupakan setrategi mereka untukmengacaukan keyakinan gene-rasi muda Islam.

Yang perlu diwaspadai, teng-arainya, saat ini ada sekelompokorang yang mengatasnamakankorban G30S/PKI. Dan merekameminta uang ganti rugi. Ini me-rupakan sebuah perbuatan yanganeh kan? “Sekarang kita balikbertanya, kalau mereka korbanG30S/PKI, lalu siapa pelakuG30S/PKI itu sendiri?”tukasnya.“Malahan ada usaha untuk meng-hilangkan teks G30S/PKI menjadiG30S saja dan PKI-nya dihilang-kan. Untung saja usaha ini segeraterendus,” tambahnya penuhsyukur.

Oleh karenanya, lanjut Mas-hudy, bahaya laten PKI harustetap menjadi tanggung jawabbersama sebagai bangsa beraga-ma. Guna membendung laju ko-munis gaya baru, diperlukan satuperekat kebersamaan mufakat.Selain itu, pemerintah harusbetul-betul memberikan rasakeadilan baik di bidang politik,hukum, lapangan pekerjaan danlain-lain. Sebab adanya ketidak-adilan, justru sangat gampangbagi komunis untuk menyusupi-nya.

Selama negara ini tidak diurusdengan benar, tutur H. Taman An-shory Isma’il, selama itu pula anca-man bangkitnya komunisme akanselalu terjadi. “Silang sengkarut ke-adaan negara makin menumbuhsu-burkan penyebaran paham komu-

nisme,” ujarnya singkat.Buktinya, masih saja ada upaya-

upaya dari beberapa pihak untukmenghidupkannya kembali. Sepertiupaya untuk mencabut TAP MPRSRI Nomor 25/MPRS/1966 tentangPembubaran Partai Komunis Indone-sia (PKI). Berlakunya ini tertuangdalam pasal 2 Tap MPR Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Ter-hadap Materi dan Status Hukum Ke-tetapan MPRS dan Ketetapan MPRRI tahun 1960 sampai dengan tahun2002. Pemberlakukan ini meski de-ngan ketentuan seluruh ketentuandalam TAP MPRS Nomor XXV/ ta-hun 1966 diberlakukan dengan ber-keadilan dan menghormati hukum,prinsip demokrasi, dan hak asasi ma-nusia. Hal itu sudah diterangkan da-lam TAP MPR Nomor I tahun 2003.

Selain itu, juga ada upaya pe-nuntutan korban peristiwa G30S/PKI

atas pemerintah dengan memintakompensasi dan pemulihan nama baikmereka. “Jika itu semua disetujui, ber-arti pemberontakan PKI sama sekalitidak pernah terjadi kan?” tukas Ke-tua Dewan Dakwah Islamiyah Indo-nesia (DDII) Jawa Timur bernada ta-

nya. “Padahal fakta sejarah menun-jukkan dengan jelas aksi pemberon-takan dan pengkhianatan mereka ter-hadap negara ini,” tandasnya.

Meski demikian, menurut lelakikelahiran Jombang 65 tahun silam ini,kebangkitan paham komunis saat initak serta merta akan berbaju sepertipada masa lalu. Sebab secara de jurememang PKI telah dibubarkan. “Tapiide atau gagasan berhaluan komunistak serta merta terbendung,” tukas-nya serius.

Sebab itulah, kakek seorang cu-cu ini mengingatkan, sampai kapan-pun komunis akan terus diperjuang-kan meski tanpa alat. Paham komunisitu bisa disebarluskan melalaui cara-cara infiltrasi, sehingga bisa masukke mana-mana. “Jika kebetulan me-reka termasuk anggota DPR tentuakan bergerak di lingkungannya. Jikadi eksekutif, perilaku itu tetap ditun-

jukkannya,” ungkapnya getir.Oleh karenanya, kata ayah

empat anak ini, kewaspadaan ter-hadap munculnya pemikiran kiriharus terus diwaspadai. Tidak itusaja, perilaku-perilaku komunisseperti menghalalkan segala caradalam meraih sesuatu harus di-hindari. Sebab perilaku seperti itumerupakan gaya komunis. Di sisilain, para pengusa pun mulai daritingkat atas hingga bawah harusmenggunakan kekuasaannya un-tuk mewujudkan kesejahteraanmasyarakat. “Sebab dengan tidakterwujudnya kemakmuran di se-gala bidang, hal itu dapat menum-buhkembangkan penyebaran pa-ham komunis di tengah masya-rakat,” paparnya.

Salah satu cara untuk meng-antisipasi bangkitnya komunissaat ini, sambungnya, adalah de-ngan tidak memberikan peluangmereka untuk bisa menggunakankesempatan buat hidup kembali-nya komunisme melalui kebijakanmaupun peraturan pemerintah.Dan di level masyarakat harusada pemahaman yang untuh ter-kait bahaya laten komunis, baiksecara gerakan maupun ideologi.“Dan cara itu tak lain adalah mela-

lui pendidikan dan dakwah,” pung-kasnya.

Laporan: A. Suprianto,Rasmana Rahim (Surabaya),

Burhanuddin (Kota Malang),Alfiatu Solikah (Kediri).

Drs. Mashudy Mochtar, MSi

H. Taman Anshory Isma’il