metode tahfidz al-qur’an anak usia dini di pesantren al anwar...

92
Metode Tahfidz Al-Qur’an Anak Usia Dini Di Pesantren Al- Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh : Nur hidayah NIM : UT.150217 PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Metode Tahfidz Al-Qur’an Anak Usia Dini Di Pesantren Al-

    Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana

    Strata Satu (S.1) dalam Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    Oleh :

    Nur hidayah

    NIM : UT.150217

    PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    رُُكْم َمْن تَػَعلََّم اْلُقْرآَف َكَعلََّموُ َخيػْ

    “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya”.

  • vi

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang terjadi di Pondok

    Pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang

    mampu melahirkan dan mengembangkan lembaga tahfiz bagi anak usia dini yang

    berkualitas. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah Bagaimana

    metode menghafal Al-Qur‟an untuk anak usia dini yang diterapkan di pondok

    pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi. Bagaimana kendala menghafal Al-Quran

    di pondok pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.

    . Sedangkan Pendekatan penelitian yang penulis gunakan pendekatan

    fenomenologis yang tergolong ke dalam penelitian lapangan (field research).

    Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu : wawancara

    (interview), pengamatan (observasi) dan dokumentasi.

    Hasilnya penulis menemukan tiga metode tahfiz Al-Qur‟an yang

    digunakan di Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi, tiga metode tersebut

    adalah metode yang ditawarkan oleh para ahli kemudian diterapkan di kalangan

    santri tahfiz (usia dini) Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi. Metode

    tersebut yaitu : Metode Wahdah, Metode Sima‟I dan Metode Talqin.

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan skripsi sederhana ini kepada:

    Ayahanda dan Ibunda Tercinta...

    Dua orang yang sangat berjasa dalam hidup saya dan yang sangat saya cintai

    yaitu Ayahanda Udin dan Ibunda Sri yanti yang telah mendidik dan mengasuhku

    dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang dan ketulusan yang tak

    kenal lelah dan batas waktu, agar kelak diriku menjadi anak yang berbakti

    kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa seterusnya

    dapat meraih cita-cita. Serta adikku yang sangat aku sayangi Rabiatul Adawiyah

    dan Asiah walaupun kita jarang sekali menunjukkan sikap saling menyayangi,

    Paman bibi dan serta kawan-kawan satu kost mahya eka safitri, monalisa, nur

    zainah, dan someone, teman-teman saya yang selalu memberikan dukungan dan

    motivasi yang sangat berharga kepada saya.

    Dr. Masiyan, M.Ag (Dosen Pembimbing 1)

    M. Ali Mubarak, S.IP., M.SI (Dosen Pembimbing 2)

    yang telah membimbingku sehingga dapat mencapai ketitik ini saya ucapkan

    banyak terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah membalas semua jasa

    kalian dengan sebaik-baiknya balasan.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    ِبْسِم الّلِه الرَّْحَمِن الّرِحْيِم Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga Skripsi yang

    berjudul “Metode Tahfidz Al-Qur’an Anak Usia Dini Di Pesantren

    Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat”

    ini dapat diselesaikan penyusunannya. Shalawat dan salam penulis limpahkan

    kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

    Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan

    dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, dan sebagai persyaratan memperoleh gelar

    Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi.

    Selesainya penyusunan Skripsi ini ditulis dengan banyak mendapat

    masukan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak, terutama dari dosen

    pembimbing dan rekan-rekan penulis. Untuk itu, Penulis merasa sangat bersyukur

    kehadirat Allah SWT dan mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag, dan M. Ali Mubarak, S.IP.,M.SI selaku

    pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan

    sumbangan pemikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

    Skripsi ini.

    2. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi.

    3. Bapak Prof. Su‟aidi Asyari, M.A.,Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan

    Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, masing-masing sebagai Wakil Rektor I, II, dan

    III UIN Sulthan Thaha Saifuddin jambi.

    4. Bapak Dr. Abdul Ghaffar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

    Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    5. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag, Bapak H. Abdullah Firdaus, Lc.,M.A.,Ph.D,

    dan Bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag, masing-masing selaku Wakil Dekan I,

  • ix

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    NOTA DINAS ....................................................................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................... iii

    PENGESAHAN ................................................................................................... iv

    MOTTO ................................................................................................................. v

    ABSTRAK ........................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

    DAFTAR ISI. ......................................................................................................... x

    TRANSLITERASI. ............................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

    C. Batasan masalah. ....................................................................... 5

    D. Tujuan Penelitian dan kegunaan penelitian............................... 5

    E. Tinjaun pustaka ......................................................................... 5

    F. Metode Penelitian...................................................................... 7

    G. Kerangka Teori.......................................................................... 9

    H. Sistematika penulisan .............................................................. 19

    BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Profil pondok pesantren Al-Anwar ......................................... 20

    1. Sejarah pondok pesantren. .................................................. 20

    2. Letak geografis. ................................................................... 21

    B. Visi dan misi ........................................................................... 22

    C. Dewan asatidz dan santri. ........................................................ 23

    D. Materi pendidikan. .................................................................. 26

    E. Tata tertib pondok pesantren. .................................................. 27

    BAB III BAGAIMANA METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN

    UNTUK ANAK USIA DINI YANG DITERAPKAN

    DIPESANTREN AL-ANWAR

    A. Pengertian dan perkembangan anak usia dini ......................... 31

    1. Pengertian anak usia dini. .................................................. 31

    2. Perkembangan pada anak usia dini. .................................... 33

    B. Metode hafalan Al-Qur‟an ...................................................... 38

  • xi

    1. Pengertian hafalan Al-Qur‟an. ............................................ 38

    2. Persiapan menghafal Al-Qur‟an. ......................................... 40

    3. Metode menghafal Al-Qur‟an. ............................................ 42

    4. Doa menghafal Al-Qur‟an................................................... 58

    BAB IV KENDALA DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI

    PONDOK PESANTREN AL-ANWAR DESA TELUK KULBI

    A. Kendala menghafal Al-Qur‟an secara umum. ......................... 60

    B. Kendala menghafal Al-Qur‟an di pesantren Al-Anwar. ......... 62

    C. Langkah-langkah solutif terhadap penanggulangan kendala

    dalam menghafal Al-Qur‟an. .................................................. 65

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................. 67

    B. Saran ........................................................................................ 67

    C. Kata penutup. .......................................................................... 68

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • xii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    A. Alfabet

    Arab Indonesia Arab Indonesia

    T ط ` ا ẓ ظ b ب ` ع t ت Gh غ ts ث F ؼ j ج Q ؽ ḥ ح K ؾ kh خ L ؿ d د M ـ dz ذ N ف r ر W ك z ز H ق s س ؍ ء sy ش Y ل ṣ ص ḍ ض

    B. Vokal dan Harkat

    Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

    Ī ِال ā اَ A اَ

    Aw اَك á َال U اُ

    Ay َال ū اُك I اِ

    C. Ta’ Marbutah

    Transliterasi untuk ta‟ marbutah ini ada dua macam:

  • xiii

    1. Ta‟ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya

    adalah/h/.

    contoh:

    Arab Indonesia

    Salãh صالة Mir‟ãh مراة

    2. Ta‟Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,

    maka transliterasinya adalah/t/.

    Contoh:

    Arab Indonesia

    Wizãrat al-Tarbiyah كزارة التبيةالزمن مراة Mir‟ãt al-zaman

    3. Ta‟ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.

    Contoh:

    Arab Indonesia

    Fajannatan فجئة

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Al-Qur‟an adalah kitab suci yang penuh keajaiban dan keindahan.

    Keajaibannya terdapat pada sifat dan nama-namanya, kaya pada pengertian

    dan dalil-dalil, surat isi dan hakikat, kuat tujuan dan sasaran, praktis pada

    penggunaan dan risalah, nyata pengaruh dan peranannya. Sementara itu,

    keindahan Al-Qur‟an terdapat pada gaya bahasa dan petunjuk serta anugerah

    yang diberikan terus berkelanjutan.1 Al-Qur‟an adalah kitab terbesar diantara

    Zabur, Taurat, dan Injil. Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang wajib dibaca,

    dipahami maknanya serta diamalkan bagi umat Islam dalam kehidupan sehari-

    hari. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ini menggunakan

    bahasa Arab, sesuai dengan bahasa yang digunakan Rasulullah, sebagaimana

    firman Allah dalam surah Yusuf ayat (12) :2

    “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an berbahasa arab”

    (Q.S. yusuf (12) : 22

    Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai salah satu

    mukjizat, diberi pahala bagi yang membaca, memahami, merenungkan, dan

    menafsirkannya.3Al-Qur‟an bukanlah kalam manusia, malaikat, jin maupun

    iblis melainkan kalam allah SWT sehingga bernilai mukjizat. Ia diturunkan

    kepada Rasullah SAW melalui malaikat jibril, diriwayat kan secara

    mutawwatir dan bernilai ibadah bagi yang membaca nya.4 Nilai mukjizat

    tersebut menjadikan Al-Qur‟an memiliki keunggulan yang membedakannya

    dengan kitab-kitab suci lain yang diturunkan kepada nabi-nabi Allah SWT

    sebelumnya.

    1

    Shalah Abdul fatah Khalid, kunci menguak Al-Qur‟an, terjemah kathur suhardi,

    (Yogyajakarta: pustaka Mantiq, 2005), .5 2 Lajnah pentashihan mushaf Al-Quran suhuf (Jakarta volume 10 nomor 1 juni 2017), 195

    3 Hakim Muda Harahap, rahasia Al-Qur‟an (depok: Darul Hikmah, 2007), 27-28

    4 M.Ghufran & Rahmawati, ulumul Qur‟an: Praktis dan mudah, cet. Ke-1 (Yogyakarta:

    teras, 2013), 1

  • 2

    Menghafalkan Al-Qur‟an merupakan salah satu bentuk interaksi umat

    Islam dengan Al-Qur‟an yang telah berlangsung secara turun-menurun sejak

    Al-Qur‟an pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. hingga

    sekarang dan masa yang akan datang.5 Menghafal Al-Qur‟an merupakan

    aktivitas yang kaitannya sangat erat dengan kerja memori dalam otak. Peran

    guru dan orang tua sangat penting ketika melakukan pendampingan pada anak

    dalam proses menghafal Al-Qur‟an karena sebagian besar anak-anak belum

    mempunyai tanggung jawab penuh terhadap hafalannya, mereka juga belum

    mempunyai strategi sendiri untuk melakukan pengulangan terhadap

    informasi yang sudah diterimanya dalam hal ini adalah bacaan Al-Qur‟an

    yang sudah dihafalnya. Anak-anak belum memiliki strategi dalam proses

    menghafal, oleh karena itu tugas orang tua dan guru adalah mendampingi

    mereka mengatur strategi dalam kegiatan menghafal Al-Qur‟an. Kemampuan

    anak dalam menghafal Al-Qur‟an, dapat dipengaruhi oleh motivasi dari pihak

    keluarga yang mendukungnya dalam melaksanakan pengulangan-pengulangan

    hafalannya yang dilakukan di luar sekolah, agar aktivitas menghafal Al-

    Qur‟an lebih optimal.6

    Peningkatan kecerdasan pada anak usia dini adalah hal yang penting

    dilakukan adapun yang disebut Anak usia yaitu anak yang berumur 0-6 tahun.

    Usia tersebut merupakan usia keemasan dimana dalam masa tersebut proses

    anak akan mengalami perkembangan pada dirinya baik itu fisik, sosial

    emosional maupun bahasa. Seperti yang kita ketahui kecerdasan masing-

    masing anak memiliki kecerdasan berbeda-beda tetapi perlu kita sadari bahwa

    setiap anak nantinya mempunyai kecenderungan untuk memiliki salah satu

    kecerdasan yang menonjol dibandingkan dengan kecerdasan lainnya.7

    5 Aida hidayah metode tahfidz Al-Qur‟an untuk anak usia dini jurnal studi ilmu-ilmu Al-

    Qur‟an dan hadis (uin sunan kalijaga Yogyakarta. Vol 18 nomor 1, januari 2017),52 6 Cucu Susianti, efektivitas metode talaqqi dalam meningkatkan kemampuan menghafal

    al-qur‟an anak usia dini. ( Tunas seliwangi vol.2, no.1, april 2016 ), 3 7 Dahliani mengembangkan minat hafalan Al-Qur‟an pada anak usia dini melalui metode

    one day one ayat, ( prosiding seminar nasional tahunan fak ilmu sosial universitas medan tahun

    2017 vol. 1 No. 1 2017), 469-471

  • 3

    Belajar Al-Qur‟an merupakan kewajiban bagi seorang muslim.

    Apalagi untuk menghafalkan, maka akan mempermudah memahami isi dari

    Al-Qur‟an. Menurut Ahsin, menjelaskan tentang faedah menghafal Al-Qur‟an,

    salah satunya adalah orang yang hafal Al-Qur‟an akan mempunyai ketajaman

    ingatan dan kebersihan jiwa. Kemudian menjelaskan tentang bahtera ilmu Al-

    Qur‟an, disebutkan bahwa nilai-nilai Al-Qur‟an yang terkandung di dalamnya

    akan menjadi motivator terhadap kreativitas pengembangan ilmu yang

    dikuasainya. dengan menghafal Al-Qur‟an itu artinya kita juga belajar tentang

    dasar-dasar ilmu pengetahuan. Menghafal Al-Qur‟an bukan hanya menghafal

    secara teks, namun juga berusaha memahami artinya. Karena segala ilmu yang

    ada di dunia sudah terdapat di Al-Qur‟an.8

    Menghafal dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan al-Hifdz yang

    merupakan akar kata dari Hafiza-Yahfazu-Hifdzan yang mempunyai arti

    menjadi hafal dan menjaga hafalannya atau memelihara, menjaga menghafal

    dengan baik.9

    Menghafal Al-Qur‟an juga membutuhkan usaha yang keras, ingatan

    yang kuat serta minat dan motivasi yang besar dan disesuaikan dengan

    kemampuan masing-masing orang. Di samping membutuhkan usaha dan

    ingatan yang kuat, Allah sudah memberi kemudahan bagi orang-orang yang

    menghafal Al-Qur‟an sebagai mana Allah Swt berfirman dalam Surah Al-

    Qomar ayat 17 :

    كَلَقْد َيسَّْرنَا ٱْلُقْرَءاَف لِلذِّْكِر فَػَهْل ِمن مُّدَِّكر

    “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk

    pelajaran, maka adakah yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qamar :

    17)

    8 Al-Ghazwah pengembangan metode dan sistem evaluasi tahfidzul qur‟an (Universitas

    Yudharta Pasuruan, Volume 1, Nomor 2, September 2017), 318 9 A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka

    Progresif, 1997), 301

  • 4

    Menghafalkan Al-Qur‟an juga diperlukan adanya bimbingan dan

    pembinaan secara terus menerus. Pembinaan terhadap calon-calon penghafal

    Al-Qur‟an biasanya dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan agama yang

    mengkhususkan diri dalam bidang Al-Qur‟an dan Pondok Pesantren.

    Pondok pesantren Al-Anwar adalah pondok yang terletak di jalan Parit

    Panji Desa Teluk Kulbi, pondok pesantren Al-Anwar merupakan pondok yang

    cukup terkenal di kalangan masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

    Provinsi Jambi, pondok pesantren ini terbagi menjadi dua pertama formal,

    kedua non formal, adapun nama pengasuh pondok pesantren Al-anwar K.H.

    Muhammad Rusydi, di pondok ini memiliki sebanyak 36 guru.

    Pondok pesantren Al-Anwar ini adalah sebuah pondok yang didirikan

    pada tahun 2005, pesantren ini memiliki santri yang cukup banyak 388 orang,

    yang berasal tidak hanya dari provinsi jambi tetapi juga dari daerah lain

    seperti lampung dan Palembang. Pondok pesantren berada di bawah yayasan

    Al-Anwar Teluk Kulbi. Di kabupaten tanjung jabung barat terdapat 14 pondok

    pesantren salah satu nya ialah pondok pesantren Al-Anwar.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis

    ingin mengetahui secara luas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek

    kajian, maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat sebuah pembahasan

    yang berjudul “Metode Tahfidz Al-Qur’an Anak Usia Dini Di Pesantren

    Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

    B. Rumusan masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:10

    1. Bagaimana metode menghafal Al-Qur‟an untuk anak usia dini yang

    diterapkan di pondok pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.

    2. Bagaimana kendala menghafal Al-Quran di pondok pesantren Al-Anwar

    Desa Teluk Kulbi.

    10

    Tim penyusun, panduan penulisan karya ilmiah mahasiswa Fakultas Usuluddin IAIN

    STS Jambi, (Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 39

  • 5

    C. Batasan masalah

    Agar pembahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini tidak meluas

    dan tepat pada sasaran pokok pembahasan, maka penulis membatasi

    pembahasan hanya terfokus pada metode-metode tahfiz yang diterapkan oleh

    anak usia dini di pondok pesantren Al-Anwar Kabupaten Tanjung Jabung

    Barat.

    D. Tujuan dan kegunaan penelitian

    1. tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

    bertujuan :

    a. Untuk memaparkan metode menghafal Al-Qur‟an yang diterapkan di

    pondok pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.

    b. Untuk mengetahui kendala menghafal Al-Quran di pondok pesantren

    Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.

    2. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

    a. Hasil penelitian ini sebagai khazanah keilmuan mengenai metode

    tahfiz Al-Qur‟an (menghafal dan memelihara hafalan Al-Qur‟an).

    b. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi para penghafal Al-

    Qur‟an tentang metode yang tepat dan kendala-kendala yang perlu

    diperhatikan dalam tahfiz Al-Qur‟an.

    E. Tinjauan pustaka

    Dalam hal ini penulis menemukan pembahasan menganai metode

    tahfiz anak usia dini di antaranya sebagai berikut:

    Cucu susianti dalam jurnalnya yang berjudul efektivitas metode talaqqi

    dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur‟an anak usia dini, adapun

  • 6

    di dalam jurnal ini beliau menggunakan metode khusus dalam menghafal Al-

    Quran yaitu metode talaqqi.11

    Alucya dalam jurnalnya yang berjudul pembelajaran Al-Quran untuk anak

    usia dini dengan metode muyassar, dalam jurnal ini membahas secara khusus

    tentang metode muyassar saja dalam pembelajaran Al-Qur‟an untuk anak usia

    dini.12

    Ifat Fatimah dalam tesisnya yang berjudul Implementasi pembelajaran Al-

    Qur‟an untuk anak usia dini di TK Al-Qur‟an rumah Qurani, di dalam tesis ini

    beliau berusaha memaparkan tentang tanggung jawab orang tua dalam

    pembelajaran Al-Qur‟an.13

    Nurdini Bismi Fitria dalam jurnalnya yang berjudul pelaksanaan

    pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an pada anak usia dini di TK Mutiara Bantul,

    disini beliau meneliti tentang:

    1. perencanaan yang dilakukan guru dalam pembelajaran tahfiz Al Quran

    melalui perencanaan tidak tertulis hasil rapat guru dan perencanaan tertulis

    dalam Rencana Kegiatan Harian,

    2. pelaksanaan kegiatan tahfiz Al-Quran dilaksanakan dalam kegiatan

    kelompok yang mengutamakan penambahan materi baru dan kegiatan

    tasmi yang mengutamakan pengulangan materi ,

    3. penilaian dilaksanakan dengan cara mengamati anak secara individual saat

    mengulang hafalan menggunakan catatan Anekdot.14

    Zulfitria dalam jurnalnya yang berjudul pembelajaran tahfiz Al-

    Quran dalam pendidikan karakter anak usia dini, disini beliau membahas

    11

    Cucu Susianti, efektivitas metode talaqqi dalam meningkatkan kemampuan menghafal

    al-qur‟an anak usia dini. ( Tunas seliwangi vol.2, no.1, april 2016 ), 1 12

    Alucyana, pembelajaran Al-Qur‟an untuk anak usia dini dengan metode muyassar, (

    Universitas Islam Riau, volume 2, Agustus 2017), 36 13

    Ifat Fatimah, Implementasi pembelajaran Al-Qur‟an untuk anak usia dini di TK Al-

    Qur‟an rumah Qurani, ( Universitas Pendidikan Indonesia 2013), 8 14

    Nurdiani Bisri Fitri, pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an pada anak usia dini

    di TK Mutiara Bantul, (jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 2016), 1

  • 7

    tentang pentingnya pendidikan agama, khususnya pembelajaran tahfiz Al-

    Qur‟an dan pembentukan karakter peserta didik melalui pendidikan15

    .

    Adapun buku yang telah ditemukan oleh penulis yang membahas tentang

    metode yang dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur‟an di dalam

    menghafal dan menjaga hafalannya adalah buku yang berjudul Kaifa

    Nata‟amalu Bil Qur‟an (Berinteraksi dengan Al-Qur‟an) karya Yusuf

    Qardhawi terjemahan oleh Abdul Hayyi Al-Kattani.

    Sebagaimana yang terlihat dari kajian terdahulu, bahwasanya penulis

    menemukan perbedaan dari penelitian penulis. Jurnal dan tesis yang penulis

    temukan di atas hanya berfokus pada penerapan metode tertentu untuk

    menghafal Al-Qur‟an yakni, metode talaqqi, dan metode muyassar, kemudian

    menbahas tentang karakter serta cara berinteraksi dengan Al-Qur‟an, maka

    dengan begitu khusus penelitian ini adalah yang membahas tentang metode

    tahfiz Al-Qur‟an anak usia dini di Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Teluk

    Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai sebuah penelitian.

    F. Metodologi penelitian

    Adapun metode yang digunakan pada penulisan penelitian living Qur‟an

    adalah sebagai berikut:

    1. Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis melaksanakan dengan menggunakan

    metode lapangan (field research), dengan menerapkan langkah-langkah

    penelitian living Qur‟an, ada pun pendekatan dalam penelitian ini

    menggunakan pendekatan fenomenologis, di mana peneliti akan

    mencermati dan mengobservasi metode-metode tahfiz yang diterapkan

    oleh pesantren Al-Anwar terhadap anak usia dini penghafal Al-Qur‟an.

    15

    Zulfitriana, pembelajaran tahfidz Al-Quran dalam pendidikan karakter anak usia dini,

    (Darul ilmi, Vol 1 No 2 juni 2016), 35

  • 8

    2. Subjek Penelitian

    a. Mudir Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten

    Tanjung Jabung Barat.

    Mudir pondok pesantren merupakan orang yang paling

    mengerti seluk beluk tentang keadaan pondok pesantren, santri dan

    hal-hal yang berkaitan dengan nya.

    b. Guru tahfiz

    Guru tahfiz merupakan orang yang paling mengetahui tentang

    metode dalam menghafal dan menjaga hafalan Al-Qur‟an.

    c. Huffadz di Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten

    Tanjung Jabung Barat.

    Yang dimaksud Huffadz dalam penelitian ini adalah mereka yang

    telah dan sedang menerapkan metode pembelajaran Tahfiz Al-Qur‟an

    dalam memelihara hafalan mereka.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Adapun metode yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data

    adalah sebagai berikut :

    a. Wawancara (Interview)

    Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    wawancara mendalam melalui wawancara terstruktur dan tidak

    terstruktur yang berfungsi untuk mendapatkan informasi mengenai

    metode pembelajaran Tahfiz Al-Qur‟an (menghafal dan menjaga

    hafalan Al-Qur‟an).

    b. Pengamatan (Observasi)

    Didalam observasi ini, peneliti mengadakan pengamatan dan

    ikut serta dalam kegiatan Santri Tahfiz seperti menghafal, setoran,

    khataman, muraja‟ah dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan

  • 9

    dengan metode yang digunakan santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-

    Anwar Desa Teluk Kulbi.

    c. Dokumentasi

    Metode dokumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

    adalah metode dokumentasi tertulis dan dokumentasi bentuk gambar.

    4. Metode Analisis Data

    Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis

    data deskriptif analitik (data-data yang berkaitan dengan tema yang diteliti,

    dikumpulkan, dan diklasifikasikan) yang kemudian dilakukan deskripsi

    (memberikan penafsiran atau uraian tentang data yang telah terkumpul,

    dianalisis dan ditafsirkan kemudian disimpulkan dengan metode induktif).

    G. Kerangka teori

    Kerangka teori merupakan landasan teoritis yang digunakan dalam

    melakukan penelitian. Secara akademis penelitian mendeskripsikan secara

    kritis tentang metode tahfiz anak usia dini. Adapun secara sosial, penelitian

    memperkenalkan suatu bentuk keaneka ragaman sosio kultural masyarakat

    muslim Indonesia dalam menggunakan menghafal dan mengamal Al-Qur‟an

    sebagai kitab suci, baik dari sosiologi maupun dakwah islamiyah. Untuk

    mencapai tujuan yang diharapkan, maka materi yang disampaikan juga harus

    relavan atau dapat mengantar proses yang sampai pada tujuannya.

    1. Definisi dan Ruang Lingkup Living Qur‟an

    Bagi umat islam, Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang menjadi dasar dan

    pedoman dalam menjalani kehidupan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari

    mereka umumnya telah melakukan praktik resepsi terhadap Al-Qur‟an, baik

    dalam bentfuk membaca, memahami dan mengamalkan, maupun dalam

    bentuk resepsi sosio-kultural yaitu dalam bentuk sosial dan budaya.16

    Ada

    beberapa sisi Al-Qur‟an yang di resepsi yakni, tulisanya, bacaannya, dan

    sistem bahasanya. Selama ini memang orientasi kajian Al-Qur‟an lebih

    16

    Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an Dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press

    2015), 103.

  • 10

    banyak diarahkan kepada kajian teks. Ranah kajian Al-Qur‟anini tidak lagi

    berfokus pada mafi al-Quran dan ma haula al-Quran saja, akan tetapi sudah

    berkembang pada wilayah hubungan antara Al-Qur‟an dan masyarakat Islam

    serta bagaimana Al-Qur‟an itu disikapi secara teoritik maupun dipraktekkan

    secara memadai dalam kehidupan sehari-hari (Living Qur‟an). Dengan kata

    lain, kajian ini tidak lagi berangkat dari eksistensi tekstualnya, melainkan

    pada fenomena sosial yang berkembang dalam merespon kehadiran Al-

    Qur‟an dalam wilayah geografi tertentu dan waktu tertentu pula.17

    Sisi lain dari kajian living Qur‟an ialah dimanfaatkan juga untuk

    kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih

    maksimal dalam mengapresiasi al-Qur‟an. Arti penting kajian Living Qur‟an

    berikutnya adalah memberi paradigma baru bagi pengembangan kajian al-

    Qur‟an di era kontemporer, sehingga studi Qur‟an tidak hanya berkutat pada

    wilayah kajian teks.18

    Muhammad Mansur berpendapat bahwa pengertian The Living Qur‟an

    sebenarnya bermula dari fenomena Qur‟an in everyday life, yang tidak lain

    adalah “makna dan fungsi Al-Qur‟an yang real dipahami dan dialami

    masyarakat muslim”. Maksud Muhammad Mansur adalah “perilaku

    masyarakat yang dihubungkan dengan Al-Qur‟an pada tataran realitas, di luar

    Al-Qur‟an atau teks mempunyai fungsi sesuai dengan apa yang bisa dianggap

    atau dipersepsikan oleh satuan masyarakat dengan beranggapan akan

    mendapatkan “fadilah” dari pengamalan yang dilakukan dalam tataran

    realitas yang dijustifikasi dari teks Al-Qur‟an.19

    Definisi di atas semuanya sudah memenuhi ruang lingkup yang

    berhubungan dengan Living Qur‟an. Dengan bahasa yang sederhana, dapat

    dikatakan bahwa Living Qur‟an adalah interaksi, asumsi, justifikasi, dan

    perilaku masyarakat yang didapat dari teks-teks Al-Qur‟an.

    17

    Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi Dalam Pendekatan Living Quran” dalam

    Metode Penelitian Living Quran Dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), 39. 18

    Ibid., 109. 19

    Muhammad Mansur, “Living Qur‟an Dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Qur‟an”dalam

    Penelitian Living Qur‟an Dan Hadis (Yogyakarta: Th-Press, 2007), 5.

  • 11

    2. Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Agama

    Kajian Living Qur‟an merupakan bentuk penelitian yang mengabungkan

    antara dua cabang ilmu yaitu ilmu Al-Qur‟an dengan cabang ilmu sosial,

    seperti sosialogi, fenomenologi dan antropologi. Karena pada dasarnya Living

    Qur‟an tidak bisa berdiri sendiri dan harus meminjam atau memakai

    pendekatan dari ilmu yang lain. Dalam tulisan ini penulis memakai

    pendekatan fenomenologi sebagai alat bantu untuk menjadikan tulisan ini

    sebagai kajian Living Qur‟an.

    Menurut Suwardi Endraswara dalam bukunya bahwa fenomenologi ialah

    berusaha memahami budaya lewat pandangan pemilik budaya atau pelakunya.

    Disebutkan juga bahwa wawasan utama fenomenologi adalah “pengertian dan

    penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri.

    Sehingga bisa dipahami bahwa metode kualitatif fenomenologi berlandaskan

    pada empat kebenaran, yaitu kebenaran empirik sensual, kebenaran empirik

    logik, kebenaran empirik etik, dan kebenaran empirik transenden. Atas dasar

    cara mencapai kebenaran ini, fenomenologi menghendaki kesatuan antara

    subyek peneliti dengan Suwardi pendukung objek penelitian. Keterlibatan

    subyek peneliti di lapangan dan penghayatan fenomena yang dialami menjadi

    ciri utama.20

    Hal tersebut juga dikatakan oleh Moleong bahwa pendekatan

    fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

    terhadap orang –orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Peneliti

    fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi

    orang-orang yang sedang diteliti. Maka dari itu, inkuiri dimulai dengan diam.

    Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang

    diteliti.21

    Perlu diperhatikan ialah bahwa kaum fenomenologis menekankan aspek

    subyektif dari perilaku budaya. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia

    20 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press,2006),42-44.

    21

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya, 2006), 14-15.

  • 12

    subyek yang ditelitinya sedemikin rupa sehingga peneliti mengerti apa dan

    bagaimana suatu pengertian dikembangkan dalam hidup sehari-hari. Subyek

    penelitian dipercaya memiliki kemampuan untuk menafsirkan pengalamannya

    melalui interaksi.22

    Dalam penjelasan Phillipson yang dikutip oleh Suwardi Endraswara

    dalam bukunya bahwa ada dua paham metodologi fenomenologi, pertama

    fenomenologi yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana bagaimana

    fenomena itu tersusun. Kedua, fenomenologi yang berusaha memahami

    fenomena sebagai objek kesadaran. Ketika fenomenologi mulai menjelaskan

    bagaimana fenomena itu tersusun, ini berarti masih fenomenologi murni.

    Secara alamiah peneliti budaya akan menanyakan persepsi subyek budaya

    terhadap apa yang dialaminya. Dari interaksi subyek budaya itu, baik

    kesadaran subyek sebagai kesadaran makna dan fungsi dari suatu fenomena

    itu merupakan tonggak terjadinya penafsiran.23

    Seperti yang dikutip Rusli dalam jurnalnya bagi Hegel, fenomenologi

    berkaitan dengan pengetahuan sebagaimana ia tampak kepada kesadaran,

    sebuah ilmu yang menggambarkan apa yang dipikirkan, dirasa dan diketahui

    oleh seseorang dalam kesadaran dan pengalamannya saat itu. Proses tersebut

    mengantarkan pada perkembangan kesadaran fenomenal melalui sains dan

    filsafat “menuju pengetahuanyang absolut tentang yang absolut.

    Sedangkan, menurut formulasi Husserl, fenomenologi merupakan sebuah

    studi tentang struktur kesadaran yang memungkinkan kesadaran-kesdaran

    tersebut menunjuk kepada obyek-obyek di luar dirinya. Studi ini

    membutuhkan refleksi tentang isi pikiran dengan mengenyampingkan

    segalanya. Husserl menyebut tipe refleksi ini “ reduksi fenomenologis”.

    Karena pikiran bisa diarahkan kepada obyek-obyek yang non eksis dan riil,

    22 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press, 2006),44.

    23

    Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press,2006), 49.

  • 13

    maka Husserl mencatat bahwa refleksi fenomenologis tidak menganggap

    bahwa sesuatu itu ada.24

    Pendekatan fenomenologi oleh Abdul Mujib merupakan upaya

    membangun suatu fenomenologi yang koheren bagi studi agama. Begitu juga

    fenomenologi lahir dan diterapkan dalam studi agama sebagai suatu metode

    penelitian ilmiah yang ditawarkan dengan pendekatan-pendekatan teologis,

    terdapat dua hal yang paling penting yang mencirikan pendekatan

    fenomenologi agama, pertama fenomenologi adalah metode untuk memahami

    agama seseorang yang termasuk di dalamnya mengkaji pilihan dan komitmen

    mereka secara netral sebagai persiapan untuk melakukan rekontruksi

    pengalaman orang lain. Kedua, skema pengelompokan untuk menjelaskan

    fenomena dibenturkan dengan batas-batas budaya dan kelompok religius.

    Secara umum pendekatan ini hanya menangkap sisi pengalaman keagamaan

    dan kesamaan reaksi keberagaman semua manusia secara sama, tanpa

    memperhatikan dimensi ruang dan waktu dan perbedaan budaya masyarakat.

    Arah dari pendekatan fenomenologi memberikan penjelasan makna secara

    jelas tentang apa yang disebut dengan prilaku keagamaan.25

    Heddy menyebutkan bahwa fenomenologi mencakup juga usaha-usaha

    untuk mendeskripsikan, memaparkan fenomena atau gejala kesadaran, dan

    menunjukkan bagaimana kesadaran tersebut dibangun. Dari sinilah muncul

    pandangan pokok fenomenologi, yakni “menuju itu sendiri”, dengan kata lain

    menuju apa yang muncul dan memberikan dorongan untuk adanya

    pengalaman dan membangkitkan pengetahuan baru.26

    Ada hal yang menjadi karakteristik pendekatan fenomenologi, bisa

    dikatakan bahwa fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama

    orang lain dalam prespektif netralistis dan menggunakan referensi orang yang

    bersangkutan untuk mencoba melakukan rekontruksi menurut pengalaman

    24Rusli, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Agama Konsep, Kritik Dan Aplikasi”,

    Islamica, Vol 2, No 2 (2008),142

    25

    Abdul Mujib, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal

    Pendidikan Islam, Volume 6. (2015).168.

    26

    Heddy Shri Ahimsa-Putra, “Fenomenologi Agama : Pendekatan Fenomenologi Untuk

    Memahami Agama” Jurnal Walisongo, Vol 20, No.1 (2012), 276.

  • 14

    orang lain tersebut dengan kata lain semacam tindakan menanggalkan diri

    sendiri dan berusaha menghidupkan pengalaman orang lain dan menggunakan

    pandangan orang lain tersebut.27

    3. Anak Usia Dini

    Anak usia dini individu yang sedang mengalami proses

    pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan

    sebagai lompatan perkembangan. Anak usia dini memiliki rentang usia

    yang sangat berharga dibandingkan usia-usia selanjutnya karena

    perkembangan kederdasan sangat luar biasa. Usia dini tersebut merupakan

    fase kehidupan yang unik, dan berada pada masa proses perubahan berupa

    pertumbuhan, perkembangan, pematangan dan penyempurnaan, baik dari

    aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur hidup,

    bertahap, dan berkesinambungan.

    Adapun proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai

    sejak janin dalam kandungan ibunya dan memasuki usia emas sampai usia

    enam tahun. Usia 0-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, karena

    perkembangan kecerdasan mengalami peningkatan yang sangat

    signifikan.28

    Perkembangan mental anak berpengaruh terhadap perubahan

    secara keseluruhan anak. Perubahan-perubahan dalam perkembangan anak

    akan berpengaruh pada bertambahnya usia.29

    4. Metode tahfiz30

    Al-Qur‟an

    Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu,

    sedangkan menurut Zuhairu bahwa metode berasal dari bahasa yunani

    yaitu dari kata metha dan hodos berarti melalui atau melewati, sedangkan

    27 Abdul Mujib, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal

    Pendidikan Islam, Volume 6. (2015),169. 28

    Mulyasa, Manajemen paud (PT Remaja Rosdakarya, bandung, 2012), 51 29

    Suyadi & Maulidya Ulfah, konsep dasar paud ( PT Remaja Rosdakarya, Bandung,

    2017), 47 30

    Menghafal dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan al-Hifdz yang merupakan akar

    kata dari Hafiza-Yahfazu-Hifdzan yang mempunyai arti menjadi hafal danmenjaga hafalannya

    atau memelihara, menjaga menghafal dengan baik, (A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir

    Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), 301.

  • 15

    hodos berarti jalan atau cara yang harus di lalui atau dilewati untuk

    mencapai tujuan.31

    Sedangkan Ahsin W. Al-Hafiz memaparkan secara rinci mengenai metode

    menghafalkan Al-Qur‟an. Metode itu terbagi menjadi 5 metode, yaitu :

    Metode Wahdah, Metode kitabah, Metode Sima‟I, Metode Gabungan dan

    Metode Jama‟.

    1. Metode Wahdah

    Metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang

    hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca

    sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali atau lebih. sehingga proses ini

    mampu membentuk pola dalam bayangan, akan tetapi hingga benar-benar

    membentuk gerak reflek pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah

    dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama demikian

    seterusnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan

    semakin refsentatif.32

    2. Metode Kitabah

    Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternative dari

    pada metode yang pertama. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu

    menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah

    disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga

    lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Metode ini cukup praktis

    dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis

    juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola

    hafalan dalam bayangan ingatannya.33

    3. Metode Sima‟i

    Sima‟i artinya mendengar. Yang dimaksud mendengar disini

    adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini

    sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama

    31

    Zuhairi, metodologi penelitian agama islam (solo: Ramadani, 1993), 66 32

    Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Mangghafal Al_Qur‟an, (Jakarta : Bumi

    Aksara, 2009), 6. 33

    Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an….. 64.

  • 16

    bagi penghafal tunanetra atau anak yang masih dibawah umur yang belum

    mengenal baca tulis Al-Qur‟an. Metode ini dapat dilakukan dengan dua

    alternative :

    a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal

    tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini instruktur dituntut untuk

    berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan dan

    membimbingnya, karena ia harus membacakan ayat satu persatu untuk

    dihafal, sehingga penghafal mampu menghafal secara sempurna. Baru

    kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya.

    b. Merekam lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya ke dalam pita

    kaset dengan kebutuhan dalam kemampuannya. Kemudian kaset

    diputar dan didengar dengan seksama sambil mengikuti secara

    perlahan. Kemudian diulang lagi dan diulang lagi, dan seterusnya

    menurut kebutuhan sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal

    diluar kepala.34

    4. Metode Gabungan

    Metode ini merupakan metode gabungan antara Metode Wahdah

    dan Metode Kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) disini lebih memiliki

    fungsional sabagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya,

    kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan

    untuknya dengan hafalan pula. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi

    ganda, yakni berfungsi untuk menghafal, sekaligus berfungsi untuk

    pemantapan hafalan.35

    5. Metode Jama‟

    Maksud metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan secara

    kolektif atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama,

    instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan

    secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan

    mengulang-ulang kembali ayat-ayat tersebut dan penghafal mengikutinya.

    34

    Ibid 65. 35

    Ibid 66.

  • 17

    Setelah ayat itu dapat merek baca dengan baik dan benar, selanjutnya

    mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba

    melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya

    sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya

    masuk dalam ingatannya. Setelah penghafal benar-benar hafal, barulah

    kemudian diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.36

    Adapun beberapa metode yang diterapkan dalam mengajari anak usia

    dini menghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

    a. Metode Talqin

    Mengajarkan anak menghafal Al-Qur‟an dengan metode ini adalah

    dengan cara membacakan terlebih dahulu ayat yang dihafal secara

    berulang-ulang hingga anak menguasainya. Dan setelah menguasai, maka

    berpindah ke ayat selanjutnya.37

    b. Metode talqin dan mendengarkan rekaman

    Metode ini hampir sama dengan metode pertama. Perbedaannya

    adalah dalam metode ini hanya dilakukan sekali. Langkah selanjutnya

    adalah memperdengarkan ayat-ayat yang dihafal melalui rekaman bacaan

    ayat tersebut dari Qari, ternama di dunia, rekaman ini diputar berulang kali

    sehingga anak hafal di luar kepala.38

    c. Metode dan gerakan isyarat

    Cara menghafal Al-Qur‟an dengan metode ini dipelopori oleh ayah

    Husein Ath-Thaba‟thaba‟i yang berhasil menjadikan anaknya ahlul qur‟an

    sejak usia 6 tahun. Metode ini cocok untuk anak yang mempunyai daya

    konsentrasi pendek dan tidak bisa diam. Metode ini menarik bagi anak

    yang kurang tertarik dengan lafadz-lafadz ayat yang sedang dihafal.39

    d. Metode membaca ayat yang akan dihafal

    36

    Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an., 66. 37

    Aida hidayah metode tahfidz Al-Qur‟an untuk anak usia dini jurnal studi ilmu-ilmu

    Al-Qur‟an dan hadis (uin sunan kalijaga Yogyakarta. Vol 18 nomor 1, januari 2017), 59 38

    Ibid. 39

    Ibid., 59-60

  • 18

    Metode ini mensyaratkan bahwa anak sudah bisa baca Al-Qur‟an

    dengan baik. Dengan kata lain, anak menghafal sendiri dengan membaca

    ayat Al-Qur‟an yang dihafal secara berulang-ulang, kemudian baru

    menghafalkannya.40

    e. Metode menghafal dengan merekam suara guru dan anak

    Metode ini menggunakan media alat perekam dan membutuhkan

    partisipasi orang tua atau guru. Jika orang tua telah fasih dalam membaca

    Al-Qur‟an dan sudah menghafalkannya secara sempurna, maka sangat

    dianjurkan orang tua yang bertindak sebagai guru di sini. Akan tetapi, jika

    tidak, maka orang lain pun bisa jika memenuhi kriteria di atas.41

    f. Metode memperdengarkan rekaman bacaan ayat Al-Qur‟an dari guru dan

    anak sebayanya

    Metode ini hampir sama dengan metode sebelumnya.

    Perbedaannya hanyalah si anak tidak mendengarkan suaranya sendiri,

    tetapi suara anak sebayanya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

    1. Seorang guru merekam bacaan ayat yang akan dihafal, kemudian

    diikuti oleh empat anak yang memiliki suara bagus, baik dari makhraj

    maupun kejernihan suaranya. Mereka membaca hingga berulang-ulang

    kali dengan cara yang sama.

    2. Rekaman tersebut diperdengarkan kepada anak-anak di rumah, dengan

    pertimbangan tempat yang tidak bisa dijangkau anak-anak. Anak-anak

    dibiarkan bermain-main atau pun melakukan hal menyenangkan

    lainnya. Dengan demikian, anak-anak dengan sendirinya akan

    menghafalkan bacaan tersebut, bahkan mereka akan mengulang-ulangi

    ketika mereka bertemu teman-temannya.42

    40

    Ibid.,60 41

    Ibid. 42

    Ibid., 61

  • 19

    H. Sistematika penelitian

    Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah

    penulisan skiripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari

    lima bab dengan rincian sebagai berikut:

    Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian

    dan sistematika penulisan.

    Bab kedua, berisi gambaran umum lokasi penelitian dengan maksud

    untuk memberikan informasi awal dan memberikan pemahaman terlebih

    dahulu perihal kondisi lapangan yang menjadi pusat penelitian. Bagian ini

    meliputi, tata tertib pondok pesantren, profil pondok pesantren Al-Anwar

    mencakup tentang: letak geografis, visi, misi, materi pendidikan, jumlah

    dewan asatidz dan santri di pondok pesantren Al-Anwar.

    Bab ketiga, berisi tentang metode menghafal Al-Qur‟an untuk anak usia

    dini yang diterapkan di pesantren Al-Anwar yang meliputi : pertama tentang

    anak usia dini antara lain pengertian anak usia dini, perkembangan pada anak

    usia dini. Kedua, metode hafalan Al-Qur‟an, pengertian hafalan Al-Qur‟an,

    persiapan menghafal Al-Qur‟an, metode menghafal Al-Qur‟an, doa menghafal

    Al-Qur‟an.

    Bab keempat berisi analisis kendala menghafal Al-Qur‟an di pondok

    pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.

    Bab kelima atau bab yang terakhir berisi kesimpulan dari penelitian,

    saran-saran dan penutup.

  • 20

    BAB II

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Profil pondok pesantren Al-Anwar

    1. Sejarah pondok pesantren Al-Anwar

    Pondok pesantren Al-Anwar berdiri pada tahun 2005 yang di

    dirikan oleh KH. Muhammad Rusdi, pondok pesantren Al-Anwar ini

    berada d bawah yayasan Al-Anwar Teluk Kulbi. Keberadaan pondok

    pesantren Al-Anwar sebagai lembaga pendidikan Islam telah tumbuh dan

    berkembang untuk penyiaran Islam dan telah banyak berperan dalam

    mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sejarah perkembangan pondok

    pesantren Al-Anwar menunjukkan bahwa lembaga ini tetap eksis dan

    konsisten menjalankan fungsinya sebagai pusat pengajar ilmu-ilmu agama

    Islam (tafaqquh fiddin) sehingga dari pesantren lahir para kader ulama,

    guru agama, mubaligh yang sangat dibutuhkan masyarakat.43

    Dalam Konteks inilah relevansi dakwah pondok pesantren Al

    Anwar hadir sebagai solusi bagi persoalan-persoalan yang dihadapi

    umat,karena di dalamnya penuh dengan nasehat,pesan keagamaan dan

    sosial,serta keteladanan untuk menghindar diri dari hal-hal negatif-

    destruktif kepada hal-hal positif konstruktif dalam ridho Allah SWT.

    Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan di pondok

    pesantren Al-Anwar selain tetap mempertahankan pola pendidikan khas

    pesantren yang telah lama berlaku di pesantren yaitu pengajian kitab

    kuning dan Tahfidzul Qur‟an, dan juga mengalami pembaruan dan

    pengembangan khususnya kurikulum dan metode pembelajarannya. yang

    mengadopsi sistem madrasah atau sekolah, kurikulum disesuaikan dengan

    kurikulum pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dan

    Departemen Agama, melalui penyelenggaraan Taman kanak-kanak (TK),

    Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA), Sekolah Menengah

    Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

    43

    Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Profil Pondok Pesantren

  • 21

    Lembaga pendidikan pondok pesantren Al-Anwar menanamkan

    dasar–dasar agama yang kuat dan kokoh serta membekali pengetahuan

    agama baik yang bersifat agama maupun bersifat sosial, para santri di

    didik untuk mengaji kitab agar mampu memahami kitab karya khazanah

    ulama yang bersumber pada Al-Qur‟an As-Sunnah, Ijma‟, Qiyas, serta

    mendidik Akhlakul karimah kemandirian, disiplin, kesederhanaan, kerja

    keras, keberanian, dan tanggung jawab. Metode pengajian menerapkan

    sistem salafi, sedangkan santri yang menghafal Al-Qur‟an mampu

    menghafal dengan fasih dan benar serta mengamalkan kandungan isi Al-

    Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.44

    Selain itu yayasan Al-Anwar juga telah mendirikan Sekolah dengan

    kurikulum pendidikan Nasional yang mana memiliki keunggulan tersendiri

    yaitu ditambahkannya pelajaran agama yang lebih selain PAI mulai dari

    Fiqih, Akhlak, bahasa Arab, hafalan juz „amma serta program ekstra

    kulikuler. Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan Nasional

    adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,

    serta keterampilan untuk hidup mandiri.

    Maka dari itu kehadiran pondok pesantren Al-Anwar di tengah-

    tengah masyarakat Tanjung Jabung Barat adalah sebagai salah satu media

    dakwah yang akan melahirkan sumber daya manusia yang Berakhlakul

    karimah serta generasi-generasi penghafal Al-Qur‟an yang senantiasa

    selalu berjuang Untuk mengharumkan nama Kabupaten Tanjung Jabung

    Barat di ajang lomba Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI) maupun

    Musabaqah Tilawatil Al-Qur‟an (MTQ).45

    2. Letak geografis pondok pesantren Al-Anwar

    Pondok pesantren Al-Anwar terbagi menjadi 2 asrama yang saling

    terpisah antara santri putra dan santri putri. Jarak pemisah antara keduanya

    ± 200 m. Asrama putra dan putri terletak di Parit Panjí Rt 07 Desa Teluk

    44 Ibid

    45 Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar , Profil Pondok Pesantren, 1

  • 22

    Kulbi, Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung

    Jabung Barat, Provinsi Jambi dengan Jarak dari Kota Kuala Tungkal

    berkisar 27 KM.46

    Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat 285.731 jiwa

    sedang kan perempuan terdapat 137.169 jiwa dan laki-laki 148.562 jiwa,

    dan terdapat 13 Kecamatan salah satu nya Kecamatan Betara.

    DiKecamatan ini betara terdapat 13 Desa salah satunya Desa Teluk Kulbi.

    Adapun jumlah penduduk di Desa Teluk Kulbi sebagai berikut:

    B. Visi dan misi

    1. Visi pondok pesantren

    Visi pondok pesantren Al-Anwar adalah :

    a. Tercapainya pendidikan nilai-nilai Islami Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah

    b. Tercapainya ketuntasan dalam penguasaan akademik dan life skill

    c. Mampu menerapkan keindahan, Seni, dan Budaya

    d. Mampu menguasai dan menerapkan nilai agama dalam kehidupan

    sehari-hari

    e. Terlaksananya tupoksi oleh masing-masing komponen pesantren

    f. Terwujudnya prilaku baik dan berbudi luhur

    46

    Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Profil Pondok Pesantren, 2

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    TANJABARTELUKKULBI AL-ANWAR

    orang

    PR

    LK

    usia 20-59

    usia 7-19

    usia 0-6

  • 23

    g. Terwujudnya kepercayaan dari masyarakat dan instansi lainnya

    2. Misi pondok pesantren

    Misi dari pondok pesantren Al-Anwar adalah :

    a. Menumbuh kembangkan sikap dan amaliah keagamaan Islam melalui

    kegiatan keagamaan di pesantren

    b. Meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran Formal dan Non Formal

    c. Menumbuh kembangkan minat dan bakat dalam seni dan budaya

    d. Memberikan keleluasaan berkembang dan berkreasi siswa dalam

    wadah kegiatan intra maupun ekstrakulikuler

    e. Menerapkan tata karma sopan santun yang baik

    f. Menciptakan lingkungan pondok yang bersih, teratur dan nyaman

    g. Membiasakan budaya senyum salam dan sapa

    C. Jumlah dewan asatidz dan santri

    a. Jumlah dewan asatidz

    Jumlah dewan asatidz pondok pesantren Al-Anwar sebagaimana

    yang tercantum dalam tabel berikut :

    No Nama Guru L / P Pendidikan

    Terakhir

    Bidang

    Study

    1 KH.M. Rusdi Perempuan MAS

    Pengasuh

    Pondok

    2 Lilik Muthmaianah Al

    Hafidzhoh MAS

    Pengasuh

    Tahfiz

    3 Bunyamin Laki-laki MAS

    Guru

    Diniyah kls 6

    4 Jamaludin Laki-laki MAS Guru tahfiz

    5 M. Said Laki-laki MAS

    Guru

    Tilawah

    6 Asnawi Laki-laki MAS Guru Aqidah

  • 24

    No Nama Guru L /P Pendidikan

    Terakhir

    Bidang

    Study

    7 Mujiasih Perempuan MAS

    Guru

    Diniyah kls 6

    8 Lilik muarifah Perempuan MAS

    Guru

    Diniyah kls 6

    9 Ida royani Perempuan MAS

    Guru

    Diniyah kls 6

    10 Siti Halimah Perempuan MAS

    Guru

    Tilawah

    11 Siti fauziah Perempuan MAS Guru Tahfidz

    12 Marsidah Perempuan MAS

    Guru

    Diniyah kls 6

    13 Dewi fitriani Perempuan MAS

    Guru

    Diniyah kls 6

    14 Siti Mar‟atus Sholehah Perempuan MAS Guru Hadist

    15 Rosyidatul Azizah Perempuan MAS Guru tahfiz

    16 Eko Siswanto Laki-laki MAS Guru

    Kaligrafi

    17 Ahmad Sulthon Laki-laki MAS Guru Shorof

    18 Siti Ramlah Perempuan SMA Kepala TK

    19 Suliyati Perempuan D II Guru TK

    20 Ida Royani Perempuan SMA TU TK

    21 Imron Rosadi, S.Pd.I Laki-laki S.1 Kepala SMA

    22 Rahayu Wiliyani, S.Pd Perempuan S.1 Kepala SMP

    23 Zulham, S.Pd.I Laki-laki S.1 Guru PAI

    24 Feni Indra Kristina,S.Pd Perempuan S.1 Guru

    Matematika

  • 25

    b. Jumlah santri

    Data santri pondok pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi sebagai

    berikut:47

    Pendidikan formal LK PR JUMLAH

    TK 9 12 21

    SD 117 119 236

    47

    Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Profil Pondok Pesantren, 3

    No Nama Guru L / P Pendidikan

    Terakhir

    Bidang

    Study

    25 Desi Purnama Sari,S.Pd Perempuan S.1 Guru

    B.Indonesia

    26 Fitri Novita Sari,S.Pd Perempuan S.1 Guru

    Matematika

    27 Muhammad Firdaus,S.Pd Laki-laki S.1 Guru

    B.Inggris

    28 Hendri Saputra, S.Pd.I Laki-laki S.1 Guru PPKN

    29 Nanang Cahaya,S.Sos. Laki-laki S.1 Guru PPKN

    30 Puji Rahayu, S.Pd Perempuan S.1 Guru Biologi

    31 Mar‟atul Jannah, S.Pd Perempuan S.1 Guru Biologi

    32 Ibnu Bahrudin, S.Pd.I,

    M.Sy Laki-laki S.2

    Guru

    Ekonomi

    33 Nasriyah,S.Sos.I Perempuan S.1 Guru Sejarah

    34. Nurkhalis, S.Pd.I Laki-laki S.1 Guru Seni

    budaya

    35 M.Yusuf, S.Pd.I Laki-laki S.1 Guru PJOK

    36 Nofriyadi,S.Pd.I Laki-laki S.1 TU

  • 26

    SMP 90 110 200

    SMA 17 60 77

    Jumlah keseluruhan 233 301 534

    Pendidikan non formal

    TPA 20 16 36

    MDTA 122 135 257

    TTQ 20 75 95

    Jumlah keseluruhan 165 226 388

    Total keselurahan

    TK+SD+SMP+SMA+TPA+MDTA+TTQ

    922

    D. Materi pendidikan

    a. Pendidikan formal dan non formal

    NO PENDIDIKAN FORMAL

    1 TAMAN KANAK – KANAK ( TK )

    2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP)

    3 SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA )

    NO PENDIDIKAN NON FORMAL

    1 TAMAN PENDIDIKAN AL QUR‟AN ( TPA )

    2 MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH ( MDTA )

    3 TAHASUS TAHFIDZUL QUR‟AN

  • 27

    b. Kegiatan rutinitas

    1. Tahfidzul Qur‟an.

    2. Muhadhoroh (Pengajian Kitab Kuning ) Ba‟dal Maktubah.

    3. Majlis Ta‟lim Minggu.48

    c. Kegiatan extra kurikuler

    1. Tartil Al-Qur‟an.

    2. Tilawatil Qur‟an Bithaqoni.

    3. Khotmil Qur‟an bin Nadzor & bil Ghoib.

    4. Tahlil.

    5. Istighosah.

    6. Manaqib Nurul Burhani (Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani).

    7. Al-Barzanji Nadzam Wannasar.

    8. Sholawat Diba‟i Wal Burdah.

    9. Shalawat Maulidul Al-Habsyi.

    10. Khitobiyah.

    11. Pencak Silat PN.

    12. Kaligrafi.

    13. Pramuka.

    14. Menjahit.

    E. Tata Tertib Pondok Pesantren

    Pondok pesantren Al-Anwar memliki tata tertib yang wajib ditaati

    oleh santri, yaitu :

    a. Tata Tertib Umum

    a. Menjalankan ajaran Islam dan tata tertib pondok pesantren yang

    berlaku.

    b. Menghormati guru dan karyawan pondok pesantren Al-Anwar.

    c. Menerima dengan ikhlas bimbingan, nasehat, teguran dan sanksi

    apapun yang diberikan oleh pihak pondok pesantren.

    d. Tidak keluar kampus kecuali atas izin yang berwenang.

    48

    Zulham, Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan Penulis, 27

    Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Dokumentasi Tertulis.

  • 28

    e. Tidak mengkonsumsi obat-obatan, makanan atau minuman yang

    haram.

    f. Tidak melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri atau orang

    lain.

    g. Menjaga dan memelihara sarana milik pondok pesantren.

    h. Tidak menyalah gunakan sarana pondok pesantren.

    i. Menjaga dan memelihara hak milik pribadi.

    j. Menjaga K5 (Kebersihan, Kerapian, Kenyamanan, Keindahan, dan

    Keamanan di lingkungan pondok pesantren.

    b. Tata Tertib Ibadah Santri

    1. Santri telah berada di masjid minimal 10 menit sebelum adzan.

    2. Setelah adzan sampai shalat Rawatib tidak ada aktifitas kecuali dalam

    nuansa ibadah.

    3. Shalat dilakukan berjama‟ah tepat waktu (tidak masbuk) di masjid

    atau musholla.

    4. Setiap shalat tidak memakai kaos oblong atau pakaian yang bergambar

    atau bertuliskan besar di bagian belakang.

    5. Bagi santri putra memakai seragam sekolah yang bersih untuk shalat

    Zuhur pada hari efektif belajar.

    6. Mematuhi dan melaksanakan program-program ibadah, baik harian,

    mingguan maupun tahunan.

    c. Tata Tertib Makan dan Minum

    1. Makan pada jadwal yang sudah ditentukan.

    2. Mengambil makan sendiri-sendiri, mengambil secukupnya dan tidak

    membuang nasi dan lauk.

    3. Tidak memakan makanan orang lain tanpa izin pemiliknya.

    d. Tata Tertib Asrama

    1. Berperan aktif dalam menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan dan

    keamanan asrama.

    2. Menjaga semua alat kebersihan yang ada.

  • 29

    3. Membersihkan kamar pagi, siang, sore, malam sebelum dan sesudah

    bangun tidur.

    4. Tidur maksimal jam 22.30 wib hari biasa dan jam 00.00 wib malam

    minggu, bangun pagi jam 04.00 wib dan khusus malam Jum‟at jam

    03.30 wib.

    5. Mandi sebelum shalat Shubuh.

    6. Meletakkan peralatan mandi dan ember pakaian kotor di tempat yang

    sudah disediakan.

    7. Melapor ke wali asrama sebelum dan sesudah keluar pondok.

    8. Melapor ke wali asrama jika ada masalah, sakit, dan lain-lain.

    9. Menggantung pakaian dengan hanger.

    10. Menjemur pakaian di tempat yang sudah disediakan.

    11. Menjemur kasur dan bantal satu kali dalam seminggu.

    12. Mengikuti pengabsenan.

    13. Menghormati dan menghargai sesama.

    e. Tata Tertib Perizinan Santri

    1. Perizinan pulang melalui kesiswaan, diketahui oleh wali asrama dan

    wali kelas.

    2. Perizinan keluar pondok pesantren melalui pengurus bagian keamanan

    dan diketahui oleh kesiswaan (tidak pada waktu jam belajar efektif).

    3. Membawa kartu perizinan dan memperlihatkannya bila diminta oleh

    pihak yang berkepentingan.

    4. Keterlambatan datang ke pondok pesantren dikenakan sanksi dan

    keterlambatan datang ke pondok pesantren pada perizinan pulang

    dikenakan sanksi 1 sak semen perhari.

    5. Saat izin keluar/pulang harus mengenakan (baju koko, celana panjang

    dasar, dan kopiah hitam untuk putra) dan (baju atasan/blus, rok dan

    jilbab pondok pesantren untuk putri).

    Pelanggaran-pelanggaran di pondok pesantren Al-Anwar terbagi menjadi

    tiga macam, bagi yang melanggar akan mendapatkan hukuman, hukumannya

  • 30

    adalah membawa semen satu karung, dibotak, dipanggil orang tua, dipulangkan ke

    rumah. Adapun pelanggaran-pelanggarannya sebagai berikut:

    a. Pelanggaran ringan

    1. Makan dan minum berdiri

    2. Buang sampah tidak pada tempatnya

    3. Tidak berpakaian yang rapi dan pantas

    4. Berambut panjang dan berkuku panjang

    5. Tidak melaksanakan tugas piket di kamar dan di kelas

    6. Terlambat shalat jama‟ah

    7. Terlambat masuk sekolah

    b. Pelanggaran sedang

    1. Tidak patuh terhadap pengurus dan guru

    2. Tidak mengikuti sholat jama‟ah tanpa ada alasan

    3. Keluar pondok tanpa seizin pengurus dan guru

    4. Minggat atau keluar jam sekolah tanpa seizin guru

    5. Izin pulang kerumah harus harus menghadap pengasuh dan pulang tidak

    boleh terlambat dari izin yang diberikan

    c. Pelanggaran berat

    1. Merokok

    2. Mencuri

    3. Pacaran

    4. Berkelahi

    5. Memiliki HP

  • 31

    BAB III

    METODE TAHFIZ AL-QUR’AN ANAK USIA DINI DI PONDOK

    PESANTREN AL-ANWAR

    A. Pengertian dan perkembangan anak usia

    a. Perngertian anak usia dini

    Anak usia dini individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan

    dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan

    perkembangan. Anak usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga

    dibanding usia-usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasan sangat luar

    biasa. Usia dini tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, dan berada

    pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan,

    pematangan dan penyempurnaan, baik dari aspek jasmani maupun rohaninya

    yang berlangsung seumur hidup, bertahap, dan berkesinambungan.49

    Secara umum anak usia dini dapat dikelompokkan dalam usia (0-1

    tahun), (2-3 tahun), dan (4-6 tahun), dengan karekteristik masing-masing:

    1. Usia 0-1 tahun

    Usia ini merupakan masa bayi, tetapi perkembangan fisik

    mengalami kecepatan yang sangat luar biasa, paling cepat dibandingkan

    usia selanjutnya. Adapun karekteristik anak usia bayi sebagai berikut:

    a. Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling-guling,

    merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.

    b. Mempelajari keterampilan menggunakan pancaindra seperti melihat,

    mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan

    memasukkan setiap benda kemulutnya.

    c. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap

    melaksanakan kontak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi

    49

    Mulyasa, Manajemen PAUD (PT Remaja Rosdakarya, bandung, 2012), 51

  • 32

    responsife dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas

    respons verbal dan nonverbal bayi.

    2. Usia 2-3 tahun

    Adapun pada usia ini terdapat beberapa kesamaan karekteristik

    dengan masa sebelumnya, yang secara fisik masih mengalami

    pertumbuhan yang pesat. Ada beberapa karekteristik khusus pada anak

    usia 2-3 tahun:

    a. Sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia

    memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang

    luar biasa.

    b. Mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan

    bercoloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belom jelas

    maknanya.

    c. Mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak

    didasarkan bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi

    bukan ditentukan oleh bawaan, namun lebih banyak pada

    lingkungan.50

    3. Usia 4-6 tahun

    Usia 4-6 tahun memeliki karakteristik sebagai berikut:

    a. Anak usia 4-6 tahun sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal itu

    bermanfaat untuk pengembangan otot-otot kecil maupun besar, seperti

    manjat, melompat, dan berlari.

    b. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu

    memahami pembicaraaan orang lain dan mampu mengungkapkan

    pikirannya dalam batas tertentu, seperti meniru, mengulang

    pembicaraan.

    c. Perkembangan daya pikir sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin

    tahu terhadap lingkungan sekitar, hal itu terlihat dari seringnya anak

    menanyakan segala sesuatu yang dilihat.

    50

    Ibid, 22

  • 33

    d. Adapun bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan

    permainan sosial, walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara

    bersama.51

    b. Perkembangan anak usia dini

    Perkembangan satu proses dalam kehidupan manusia yang

    berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat.

    Perkembangan juga diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh

    seorang individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang

    berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik

    menyangkut aspek fisik Anak usia dini berada dalam proses

    perkembangan sebagai perubahan yang dialami oleh setiap manusia secara

    individual, dan berlangsung sepanjang hayat,

    1. Perkembangan fisik dan motorik

    Perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan

    baik, sesuai dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang.

    Gerakan-gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya,

    serta cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup

    gesit dan lincah, bahkan sering kelebihan gerak. Oleh karna itu, usia

    dini merupakan masa kritis bagi perkembangan motorik, seperti

    menulis, berenang dan bermain bola.52

    2. Perkembangan kongnitif

    Perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat diartikan sebagai

    perubahan psikis yang berpengaruh terhadap kemampuan berfikir anak

    usia dini. Dengan kemampuan berfikir anak usia dini, kemampuan

    berfikirnya anak usia dini dapat mengekplorasi dirinya sendiri, orang

    lain, hewan dan tumbuhan, serta berbagai benda yang ada disekitarnya

    sehingga mereka dapat memperoleh berbagai pengetahuan.

    Pengetahuan tersebut kemudian digunakan sebagai bekal bagi anak

    51

    Ibid 23 52

    Ibid, 25

  • 34

    usia Dini untuk melangsungkan hidupnya dan menjalankan tugasnya

    sebagai hamba Allah SWT.

    3. Perkembangan bahasa

    Bahasa merupakan alat komunikasi. Adapun dalam pengertian ini

    tercakup semua cara untuk berkomunikasi sehingga pikiran dan

    perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak

    dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, dan gambar.

    Melalui bahasa, manusia dapat mengenal dirinya, penciptanya, sesama

    manusia alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral dan

    agama.

    4. Perkembangan berbicara

    Bicara merupakan keterampilan mental motorik sebagai salah satu

    bagian dari keterampilan bahasa, yang tidak hanya melibatkan

    koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga

    mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan

    bunyi yang dihasilkan. Bicara merupakan alat berkomunikasi,

    meskipun pada awal masa kanak-kanak tidak semua kemampuan

    bicara digunakan untuk berkomunikasi. Bicara merupakan bentuk

    komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling

    penting. Pola perkembangan bicara sejalan dengan perkembangan

    motorik dan perkembangan mental, dan setiap orang akan mengikuti

    pola yang sama dengan laju perkembangan yang berbeda. Oleh karena

    itu, keterampilan bicara anak bisa dimulai dalam usia yang berbeda-

    beda dan dengan kualitas bicara yang berbeda pula.

    5. Perkembangan emosi

    Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak

    dalam diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah

    atau tindakan, yang berfungsi sebagai penyesuaian dari dalam terhadap

    lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.

    Perkembangan emosi anak usia dini berlangsung lebih terperinci,

    menyangkut seluruh aspek perkembangan, dan mereka cenderung

  • 35

    mengekspresikan emosinya dengan bebas. Pada masa ini anak telah

    dapat berpartisipasi dan mengambil inisiatif dalam kegiatan fisik,

    tetapi banyak kegiatan yang dilarang oleh guru atau orang tua sehingga

    mereka sering ragu untuk memilih antara apa yang ingin dikerjakan

    dengan apa yang harus dikerjakan. Perkembangan emosi setiap anak

    memiliki pola yang sama, sekalipun dalam variasi yang berbeda,

    variasi tersebut meliputi frekuensi, intensitas dalam jangka waktu dari

    berbagai macam emosi, serta usia permunculan yang disebabkan oleh

    beberapa kondisi yang memengaruhi perkembangan emosi anak yang

    lebih tua atau orang dewasa.

    6. Perkembangan sosial

    Perkembangan sosial berhubungan dengan prilaku anak dalam

    menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dan

    lingkungannya. Perkembangan sosial diperoleh oleh anak melalui

    kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai stimulus dari

    lingkungannya.

    7. Perkembangan spiritual

    Perkembangan spiritual sangat tergantung pada lingkungan

    keluarga, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama orang tua.

    Oleh karena itu, sebagai orang tua dan guru kita harus melakukan

    pembiaasaan, dan menyediakan lingkungan yang kondusif bagi anak-

    anak serta memberikan makanan-makanan halal.

    Adapun prinsip-prinsip perkembangan terbagi menjadi 7

    sebagaimana berikut ini:53

    a. Perkembangan berimplikasi pada perubahan, tetapi perubahan belum

    tentu termasuk dalam kategori perkembangan karena perkembangan

    adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan.

    53

    Suyadi & Maulidya Ulfah, konsep dasar PAUD ( PT Remaja Rosdakarya, Bandung,

    2017), 49

  • 36

    b. Perkembangan awal lebih atau lebih kritis dari pada perkembangan

    selanjutnya karena perkembangan awal menjadi dasar bagi

    perkembangan berikutnya. Apabila perkembangan awal

    membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, perkembangan

    sosial anak selanjutnya akan terganggu. Namun demikian,

    perkembangan awal dapat diubah atau disesuaikan sebelum menjadi

    pola kebiasaan.

    c. Kematangan sosial atau emosional, mental dan lain-lain dapat

    dimaknai sebagai bagian dari perkembangan karena perkembangan

    timbul dari interaksi kematangan dan belajar.

    d. Pola perkembangan dapat diprediksikan, walaupun pola yang dapat

    diprediksikan tersebut dapat diperlambat atau dipercepat oleh

    kondisi lingkungan di masa pra lahir dan pasca lahir

    e. Adapun pola perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang

    dapat diprediksikan. Pola perkembangan yang terpenting

    diantaranya adalah adanya persamaan bentuk perkembangan bagi

    semua anak. Perkembangan terjadi secara berkesinambungan

    berbagai bidang berkembang dengan kecepatan yang berbeda dan

    terdapat korelasi dalam perkembangan yang berlangsung.

    f. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan yang sebagian

    karena pengaruh bawaan atau keturunan dan sebagian karena

    kondisi lingkungan. Perbedaan pola perkembangan ini berlaku baik

    dalam perkembangan fisik maupun psikis.

    g. Setiap perkembangan pasti melalui fase-fase tertentu secara

    periode mulai dari periode pralahir, periode neonates (lahir sampai

    10-24 hari), periode bayi ( 2 minggu sampai setahun), periode

    kanak-kanak awal (2 sampai 6 tahun).

  • 37

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

    a. Faktor lingkungan sosial yang menyenangkan anak

    Hubungan anak dengan masyarakat yang menyenangkan,

    terutama dengan anggota keluarga akan mendorong anak

    mengembangkan kecenderungan menjadi terbuka dan menjadi

    lebih berorientasi kepada orang lain.54

    b. Faktor emosi

    Tidak adanya hubungan atau ikatan emosional akibat

    penolakan anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua,

    dapat menimbulkan gangguan kepribadian pada anak. Sebaliknya

    pemuasan emosional mendorong perkembangan kepribadian anak

    semakin stabil.

    c. Metode mendidik anak

    Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang serba

    membolehkan, dapat diprediksikan kelak ketika besar cenderung

    kehilangan rasa tanggung jawab, mempunyai kendali emosional

    yang rendah dan sering berprestasi rendah dalam melakukan

    sesuatu, sedangkan mereka yang dibesarkan oleh orang tua secara

    demokratis penyesuaian pribadi dan sosialnya lebih baik.

    d. Beban tanggung jawab yang berlebihan

    Anak pertama seringkali diharapkan bertanggung jawab

    terhadap rumah, termasuk menjaga adiknya yang lebih kecil. Hal

    ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan tanggung jawab yang

    lebih besar dari pada adik-adiknya.

    e. Faktor keluarga di masa anak-anak

    Adapun anak tumbuh dan berkembang di tengah-tengah

    keluarga besar akan bersikap dan berprilaku sewenang-wenangnya.

    Sama dengan anak yang tumbuh dan berkembang di tengah

    54

    Ibid 56

  • 38

    keluarga yang cerai kemungkinan besar ia akan menjadi anak yang

    cemas, tidak mudah percaya, dan sedikit kaku.55

    f. Faktor rangsangan lingkungan

    Lingkungan yang merangsang merupakan salah satu pendorong

    tubuh kembang anak, khususnya dalam hal kemampuan atau

    kecerdasan. Bercakap-cakap dengan bayi atau menunjukkan

    gambar cerita pada anak usia dini dapat mendorong perkembangan

    fisik dan mental anak secara baik, sedangkan anak yang

    lingkungannya tidak merangsang dapat menyebabkan

    perkembangan anak berada di bawah kemampuannya.

    Adapun faktor penghambat perkembangan anak usia dini

    a. Gizi buruk yang mengakibatkan energi dan tingkat kekuatan

    menjadi rendah.

    b. Cacat tubuh yang menggangu perkembangan anak.

    c. Tidak adanya kesempatan untuk belajar apa yang diharap

    kelompok sosial dimana anak tersebut tinggal.

    d. Tidak adanya bimbingan dalam belajar (paud).

    e. Rendahnya motivasi dalam belajar.

    f. Rasa takut dan minder untuk berbeda dengan temannya dan tidak

    berhasil.56

    B. Metode menghafal Al-Qur’an

    1. Pengertian hafalan Al-Qur‟an

    Menghafal Al-Qur‟an pada dasarnya merupakan suatu proses panjang

    yang membutuhkan waktu luang. Menghafal Al-Qur‟an adalah satu istilah

    terdiri dari dua suku kata yang masing-masing berdiri sendiri serta memiliki

    makna yang berbeda. Pertama “menghafal” berasal dari bahasa Indonesia

    bentuk dari kata kerja “hafal”, mendapat awalan “me” menjadi “menghafal”

    yang berarti usaha untuk meresapkan sesuatu kedalam pikiran agar selalu ingat,

    55

    Ibid 57 56

    ibid 57

  • 39

    sehingga dapat mengucapkannya kembali di luar kepala dengan tanpa melihat

    buku atau catatan.57

    Menghafal dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan al-hifz yang

    merupakan akar kata dari حافظا-حفظا–حيفظ–حفظ yang mempunyai arti menjadi

    hafal dan menjaga hafalannya atau memelihara hafalan dengan baik.58

    Orang

    yang hafal Al-Qur‟an dikenal dengan sebutan hafiz : yaitu orang yang

    menghafal dengan cermat, termasuk sederetan kaum yang menghafal.

    Menghafal Al-Qur‟an juga membutuhkan usaha yang keras, ingatan

    yang kuat serta minat dan motivasi yang besar dan disesuaikan dengan

    kemampuan masing-masing orang. Di samping membutuhkan usaha dan

    ingatan yang kuat, Allah sudah memberi kemudahan bagi orang-orang yang

    menghafal Al-Qur‟an Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Qomar

    ayat 17 :

    كَلَقْد َيسَّْرنَا ٱْلُقْرَءاَف لِلذِّْكِر فَػَهْل ِمن مُّدَِّكر

    “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk

    pelajaran, maka adakah yang mengambil pelajaran”. (QS. Al-Qomar :

    17)59

    Kedua pengertian Al-Qur‟an secara etimologis Al-Qur‟an berarti

    bacaan atau yang dibaca. Kata tersebut berasal dari qara‟a yang berarti

    bacaan. Al-Qur‟an secara harfiah berarti bacaan sempurna, merupakan suatu

    nama pilihan allah yang sungguh tepat, karena tiada bacaan pun sejak manusia

    mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-

    Qur‟an. Tiada bacaan semacam Al-Qur‟an yang dibaca oleh ratusan juta orang

    57

    Tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia, kamus besar bahasa indonesia,

    (Jakarta:balai pustaka, 1995), hlm. 333. 58

    A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka

    Progresif, 1997), 301. 59

    Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 529.

  • 40

    yang tidak mengerti artinya dan tidak dapat menulis dengan aksaranya.

    Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.60

    Dari pengertian menghafal dan Al-Qur‟an tersebut dapat diambil

    pengertian, bahwa menghafal Al-Qur‟an adalah suatu proses menjaga Al-

    Qur‟an dan memelihara Al-Qur‟an di luar kepala dengan baik dan benar

    dengan syarat dan tata cara yang telah ditentukan.

    Adapun keistemewaan Al-Qur‟an adalah ia merupakan kitab yang

    dijelaskan dan dimudahkan untuk dihafal, dipahami secara global oleh orang

    kecil maupun besar, yang berpendidikan maupun yang tidak, dan setiap orang

    mengambil pemahaman darinya sesuai dengan kemampuannya.61

    Manfaat menghafal Al-Qur‟an pada masa kanak-kanak adalah

    meluruskan lidah, membaca huruf dengan tepat, dan mengucapkannya sesuai

    dengan dengan makhraj hurufnya, sehingga dapat membaca Al-Qur‟an dengan

    fasih. Namun, sebagian pendidik ada yang ada yang kurang fasih dalam

    membaca huruf jim, tidak mengeluarkan saat membaca huruf tsa, dzal, dan

    lainnya, tidak menebalkan huruf izhar, dan kapan harus menebalkan huruf ra

    dan kapan menipiskannya, juga seperti huruf dalam lafaz Allah, dan kapan

    ditipiskan. Dengan menghafal dan membaca Al-Qur‟an dengan baik sejak

    kecil akan membuat lidah menjadi lembut sehingga bisa membaca dan

    menghafal Al-Qur‟an dengan fasih.

    2. Persiapan halafan Al-Qur‟an

    Adapun yang harus di siapkan ialah pertama-tama mengambil air

    wudhu, shalatlah sunah 2 rakaat, kemudian mintalah kepada Allah SWT, agar

    dimudahkan dan diberikan istiqomah dalam mengahafal Al-Qur‟an.62

    60

    Dr. Muhammad Quraish Sihab M.A Wawasan Al-Qur‟an tafsir maudhi atas berbagai

    persoalan umat (Mizan, PT Mizan Pustaka, 2003), 3. 61

    Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an terj. Abdul Hayyi Al-Kattani (Jakarta

    : Gema Insann.i Press, 1999), 189 62

    Abdul Aziz Abu Jarwah hafal Al-Qur‟an dan lancar seumur hidup (PT Gramedia,

    Jakarta 2017), 94-97

  • 41

    1. Tulislah target yang jelas

    Tulislah kontrak target perjanjian untuk menghafal Al-Qur‟an, Kemudian

    ditempel di tempat yang bisa dilihat setiap saat.

    2. Sediakan waktu khusus untuk menghafal dan muraja‟ah

    Kita harus menyediakan waktu khusus untuk menghafal, demikian untuk

    muraja‟ah. Istilahnya kita adalah jam wajib Qur‟an jadi kalau sudah jam

    nya, mulailah menghafal atau muraja‟ah, maka jika ada pekerjaan yang

    lain diminggirkan dulu.

    3. Metode menghafal

    Metode menghafal sangat banyak sekali, tetapi seseorang memiliki

    kecocokan yang berbeda. Maka pilihlah metode menghafal yang baik dan

    cocok, jangan hanya ikut-ikutan.

    4. Mushaf yang dibutuhkan

    Gunakan mushaf pojok dan ada terjemahannya dengan ukuran sedang,

    jangan terlalu kecil. Sebisa mungkin jangan gonta-ganti mushaf.

    5. Tempat menghafal

    Tempat menghafal terbaik adalah di masjid. Menghafallah di tempat-

    tempat yang tenang, jauh dari kebisingan, dan keramaian.

    6. Pembimbing

    Harus punya guru pembimbing untuk menyetor hafalan dan sebagai

    tempat untuk konsultasi, dan yang ideal adalah hafizh Qur‟an, kalau tidak

    ada boleh setoran ke anak istri atau siapa saja yang sudah bisa membaca

    Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

    Ketika kita terus menerus menghafal dan sabar terhadap kesulitan yang

    kita temui pada awalnya, maka kita akan mendapatkan kemudahan setelahnya.

    Ini adalah janji Allah yang pasti sebagaimana firmannya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

    sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS. Al-Insyirah

    5-6)

  • 42

    Adapun yang persiapan menghafal Al-Qur‟an di pondok peasantren

    Al-Anwar sebagai berikut:

    Rosyidatul Azizah mengatakan “adapun yang harus disiapkan sebelum

    menghafal Al-Qur‟an berwudhu, mengambil Al-Qur‟an dan mencari tempat

    menyendiri, tapi tergantung anak-anak terkadang ada juga yang bisa di tempat

    rame mereka menghafalkan Al-Qur‟an.63

    Jamaluddin mengatakan “apabila hendak menghafal Al-Qur‟an yang

    disiapkan berwudhu terlebih dahulu, karna jikalau menyentuh Al-Qur‟an tidak

    boleh dalam kondisi berhadas kecil, dan harus berpakaian rapi dan sopan.64

    Dwi Fitriani mengatakan “yang harus disiapkan dalam menghafal Al-

    Qur‟an ialah mental dan ingatan serta kelancaran ingatan, jikalau mental

    kurang maka anak-anak bisa gugup dan ingatan pun berkurang.65

    Rahmadani mengatakan “sebelum menghafal yang harus disiapkan

    ialah berwudhu terlebih dahulu dan mengulang-ulang hafalan agar lancar.66

    3. Metode menghafal Al-Qur‟an

    Metode merupakan salah satu hal yang penting dalam mendidik anak

    menghafal Al-Qur‟an, apalagi anak usia dini. Ada banyak metode yang

    mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternative untuk

    mendidik anak menghafal Al-Qur‟an sejak usia dini. Berikut beberapa

    metode yang ditawarkan oleh para ahli:

    a. Metode menghafal Al-Qur’an menurut Ahsin W. Al-Hafiz

    1. Metode Wahdah

    Metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat

    yang hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa

    dibaca sebanyak sepuluh kali, dua puluh kali atau lebih sehingga

    63

    Rosyidatul Azizah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio. 64

    Jamaluddin, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio. 65

    Dwi fitriani, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio. 66

    Rahmadani, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan Penulis, 27

    Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

  • 43

    proses ini mampu membentuk pola dalam bayangan, akan tetapi

    hingga benar-benar membentuk gerak reflek pada lisannya. Setelah

    benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya

    dengan cara yang sama demikian seterusnya, sehingga