metode shahih menegakkan khilafah 01 january 2014

19
01 January 2014 Metode Sahih Menegakkan Khilafah http://hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/metode-sahih- menegakkan-khilafah-2/ Keinginan umat Islam untuk mengembalikan kejayaan Islam, sesungguhnya sudah muncul dimana-mana. Di berbagai belahan dunia kita dapat menyaksikan munculnya kesadaran umum umat Islam untuk kembali ke syariah Islam. Umat Islam juga sudah mulai menyadari bahwa syariah Islam tidak mungkin dapat diterapkan, kecuali ada institusi yang mewadahinya, yaitu Daulah Khilafah Islamiyah. Berbagai metode telah dilakukan. Namun sayang, berbagai metode yang telah ditempuh tersebut sampai saat ini belum membuahkan hasil. 1. Metode Demokrasi. Banyak kalangan dari umat Islam yang telah mengupayakan perjuangannya untuk menerapkan syariah Islamiyah melalui jalan demokrasi. Beberapa contoh tersebut di antaranya adalah: FIS (Front Islamic Salvation) di Aljazair, Partai Refah di Turki dan Hammas di Palestina. Demikian pula beberapa parpol yang muncul bersamaan dengan Revolusi Arab yang memanas sejak Februari 2011 lalu seperti: dan Ikhwanul Muslimin dan Hizbun Nur di Mesir, Hizbun Nahdhah di Tunisia, dan sebagainya. Mereka membentuk partai politik formal, mengikuti Pemilu. Kemudian saat mereka meraih suara yang cukup, sebagian anggotanya dapat menduduki posisi strategis seperti perdana menteri, menteri atau anggota parlemen. Apakah dengan jalan demokrasi ini upaya mereka berhasil? Jawabannya ya jika yang dimaksud adalah sekadar duduk

Upload: azid-english

Post on 17-Nov-2015

243 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

ARTIKEL METODE SHAHIH DARI SUMBER YANG ADA

TRANSCRIPT

01 January 2014Metode Sahih Menegakkan Khilafahhttp://hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/metode-sahih-menegakkan-khilafah-2/

Keinginan umat Islam untuk mengembalikan kejayaan Islam, sesungguhnya sudah muncul dimana-mana. Di berbagai belahan dunia kita dapat menyaksikan munculnya kesadaran umum umat Islam untuk kembali ke syariah Islam. Umat Islam juga sudah mulai menyadari bahwa syariah Islam tidak mungkin dapat diterapkan, kecuali ada institusi yang mewadahinya, yaitu Daulah Khilafah Islamiyah.Berbagai metode telah dilakukan. Namun sayang, berbagai metode yang telah ditempuh tersebut sampai saat ini belum membuahkan hasil.1. Metode Demokrasi.Banyak kalangan dari umat Islam yang telah mengupayakan perjuangannya untuk menerapkan syariah Islamiyah melalui jalan demokrasi. Beberapa contoh tersebut di antaranya adalah: FIS (Front Islamic Salvation) di Aljazair, Partai Refah di Turki dan Hammas di Palestina. Demikian pula beberapa parpol yang muncul bersamaan dengan Revolusi Arab yang memanas sejak Februari 2011 lalu seperti: dan Ikhwanul Muslimin danHizbun Nurdi Mesir,Hizbun Nahdhahdi Tunisia, dan sebagainya. Mereka membentuk partai politik formal, mengikuti Pemilu. Kemudian saat mereka meraih suara yang cukup, sebagian anggotanya dapat menduduki posisi strategis seperti perdana menteri, menteri atau anggota parlemen.Apakah dengan jalan demokrasi ini upaya mereka berhasil? Jawabannya ya jika yang dimaksud adalah sekadar duduk dalam kekuasaan, misalnya menjadi menteri dalam sebuah departemen. Namun, apakah kekuasaan itu akan didedikasikan untuk menerapkan syariah Islam secarakaffahdalam institusi negara Khilafah? Tentu tidak. Mengapa? Hal itu dapat kita lihat dalam dua aspek.Pertama: Demokrasi adalah sistemkufur, karena mengajarkan bahwa kedaulatan (siyadah, sovereignty) ada di tangan rakyat. Ke-kufur-annya bukan karena mengajarkan bahwakekuasaanitu di tangan rakyat, tetapi karena pahamkedaulatanrakyattersebut. Ini berarti manusiabukan Allah SWTadalah satu-satunya pihak yang sah dan berhak membuat hukum. Padahal hanya Allah SWT saja yang berhak menetapkan hukum (lihat, misalnya, QS al-Anam [6]: 57).Oleh karena itu, seluruh jalan menuju sistemkufurini juga bertentangan dengan syariah, termasuk misalnya mengikuti Pemilu dan duduk dalam kekuasaan. Walaupun hukum Pemilu itu asalnya adalahmubah(karena Pemilu hanyalah sarana untuk memilih wakil (uslub tawkil) atau sarana untuk memilih penguasa/uslub intikhab al-hakim), hukum Pemilu tersebut dapat berubah mengikuti misi dalam wakalah tersebut (al-muwakkal fihi) dan tugas penguasa (amal al-hakim) dalam kekuasaan. Dalam sistem demokrasi, misi yang diwakilkan dalam pemilihananggota parlemen adalah misi yangharamkarena akan menjalankan fungsi-fungsi lembaga legislatif, yaitu melegislasikan hukum buatan manusia, bukan hukum Allah SWT. Tugas seorang penguasa dalam sistem demokrasi jugaharamkarena menjalankan undang-undang kehendak rakyat, bukan undang-undang syariah Islam (Hukmu Musyarakah al-Muslimin al-Mawjudin fi al-Alami al-Gharbi fi al-Hayah as-Siyasiyah fihi, Hizbut Tahrir Eropa, 2002, hlm. 33-34).Kedua: Jalan demokrasi sebenarnya penuh dengan permainan politik yang menipu dan destruktif terhadap visi politik Islam (Muhammad Dawud,Limadza Akhfaqat al-Harakat al-Islamiyah fi al-Wushul aw al-Muhafazhah ala al-Hukm, hlm. 20-21). Penganut demokrasi sering melakukan kecurangan untuk meraih kemenangan dalam Pemilu. Kalaupun kalah, mereka akan pura-pura sportif menghormati hasil Pemilu yang berhasil dimenangkan oleh partai Islam. Namun kemudian, mereka akan bermain dengan licik di balik layar, berkonspirasi secara jahat, untuk menghancurkan atau melumpuhkan kemenangan tersebut. Inilah pengalaman amat pahit yang pernah dirasakan oleh FIS (Front Islamic Salvation) di Aljazair tahun 1991-1992, Partai Refah di Turki sekitar tahun 1995, Hammas di Palestina tahun 2006 dan Partainya Ikhwanul-Muslimin di Mesir tahun 2013.Dengan demikian, dari sudut pandang syariah dan fakta empiris, demokrasi terbukti secara meyakinkan merupakan jalan tidaksahihuntuk menegakkan Khilafah Islamiyah.2. Metode Perbaikan Sosial-Ekonomi Masyarakat.Upaya lain yang banyak dirempuh oleh umat Islam untuk menerapkan syariah Islam adalah melalui metode perbaikan sosial-ekonomi masyarakat. Misalnya dengan cara membangun masjid, sekolah, rumah sakit, panti asuhan, madrasah, pesantren, rumah panti jompo; atau dengan cara membentuk berbagai lembaga keuangan syariah (LKS) seperti BMT (Baitul Mal wa Tamwil), BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dan sebagainya.Aktivitas-aktivitas itu memang bukanlah aktivitas yang buruk (syarr), melainkan tergolong baik (al-khayr) yang dianjurkan Islam. Namun demikian, semua aktivitas sosial-ekonomi tersebut tak ada relevansinya dengan penerapan syariah dalam wadah negara. Apalagi jika aktivitas yang ada sudah dibatasi hanya pada aksi sosial-ekonomi saja. Ini berarti aktivitas sosial-ekonomi tersebut akan dapat mengabaikan tugas suci yang seharusnya lebih diutamakan, yaitu mengembalikan Khilafah yang akan menerapkan hukum yang diturunkan Allah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Manhaj Hizb at-Tahrir, 2009, hlm. 15-16).Selain itu, kita harus memahami bahwa aktivitas sosial-ekonomi seperti membangun masjid, sekolah atau rumah sakit merupakan aktivitas pengaturan urusan rakyat (riayah asy-syuun) yang berlangsung secara terus-menerus. Aktivitas pengaturan urusan rakyat (riayah asy-syuun) yang berlangsung secara terus-menerus ini adalah kewajiban negara, bukan kewajiban individu ataupun kelompok (Manhaj Hizb at-Tahrir, 2009, hlm. 15-16). Hal itu sebagaimana yang telah disabdakan Rasul saw.: Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat. Dia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya(HR al-Bukhari).3. Metode Perbaikan Individu.Metode ini muncul karena ada yang berpendapat bahwa negara atau masyarakat itu bergantung pada individu-individunya. Jika individunya baik, dalam arti mempunyai kesalihan pribadi, seperti akhlak atau ibadah yang baik, maka negara atau masyarakat pun otomatis akan baik pula. Karena itu mereka terus-menerus mengupayakan perbaikan individu dengan jalan membatasi atau memfokuskan perjuangannya pada perbaikan akhlak individu.Tentu usaha perbaikan akhlak atau ibadah individu ini adalah amalsalih, bukan amal yang buruk. Namun, jika dikaitkan dengan jalan penerapan syariah, metode ini tentu tidak akan dapat mengantarkan pada tegaknya syariah dalam Daulah Khilafah. Mengapa? Sebab, Khilafah bukanlah semata-mata sistem pemerintahan atau kekuasaan, melainkan wadah bagi masyarakat Islam itu sendiri. Adapun masyarakat tidak hanya terbentuk dari kumpulan individu, melainkan juga terbentuk dari tiga unsur lainnya yaitu: (1) pemikiran yang hidup dan diyakini di tengah masyarakat; (2) perasaan umum yang menggambarkan senang-bencinya masyarakat; (3) peraturan yang mengatur segenap interaksi antaranggota masyarakat.Oleh karena itu, membangun masyarakat Islam dalam institusi negara Khilafah tentu wajib dengan memperbaiki seluruh unsur-unsur pembentuk masyarakat Islam itu. Tak hanya memperbaiki individunya, melainkan juga memperbaiki pemikiran, perasaan dan peraturan yang diterapkan agar sesuai dengan Islam (Manhaj Hizb at-Tahrir, 2009, hlm. 23).4. Metode People Power.People powersaat ini juga banyak diminati oleh umat Islam, terutama setelah merebaknya fenomenaArab Spring(Musim Semi Arab) di Timur Tengah dan sekitarnya.People powerdisebut juga revolusi rakyat (tsawrah syabiyah). Ini adalah demonstrasi massal tanpa kekerasan yang dilakukan oleh rakyat dari pelbagai elemen untuk menumbangkan kekuasaan seorang pemimpin. Contohpeople poweryang pernah berhasil pada masa lalu ialah demonstrasi massal saat pelengseran Presiden Filipina Ferdinand Marcos (1986), Presiden Soeharto (1998), Presiden Mesir Hosni Mubarak (2012), dan sebagainya.Namun demikian, tingkat keberhasilanpeople powerternyata tidak hanya ditentukan oleh banyaknya kekuatan massa. Dalam banyak kasus, keberhasilannya juga ditentukan oleh sikap militernya. Militer yang mengambil sikap netral sudah cukup untuk menumbangkan seorang penguasa di tengah gelombangpeople power.Selain itu, dalam tinjauan syariah, sesungguhnyapeople powerbukanlah jalan yangsahihuntuk menegakkan Khilafah. Sebab, selain tidak sesuai dengan metode yang dituntunkan oleh Rasulullah saw.,people powerjuga mempunyai aspek-aspek kelemahan.Pertama: secara alamiah kekuatanpeople powertidak akan terbentuk dari satu kelompok saja, melainkan dari berbagai kelompok masyarakat; ada yang islami, ada yang sekular. Adanya koalisi pelangi ini mengakibatkan tidak adanya satu visi politik tunggal yang solid dan jelas, katakanlah misalnya visi tegaknya Daulah Islamiyah. Jadi meski mempunyai kesamaan tujuan untuk menurunkan presiden, masing-masing kelompok mempunyai visi politik sendiri-sendiri.Kedua: tidak terbentuknya opini umum yang kuat yang berbasis visi politik tunggal. Di Mesir, misalnya, selain ada opini yang pro Daulah Islamiyah, ternyata ada juga yang menginginkanDaulah Madaniyah(negara sipil) alias negara sekular. Opini yang terpecah dan tidak solid ini adalah konsekuensi logis dari karakterpeople poweryang terbentuk dari koalisi pelangi tadi. Padahal opini umum sangat penting untuk mendorong terjadinya perubahan ke arah yang diinginkan. Jadi,people powermemang jalan tidaksahihuntuk mendirikan Khilafah (Al-Waie[Arab], No 291, Rabiul Akhir 1432/ Maret 2011, hlm. 4).5. Metode Kudeta.Dalam istilah politik, kudeta berarti sebuah gerakan/operasi yang bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan dengan kekuatan (militer) atau dengan jalan yang inkonstitusional (Munir Baalbaki,Kamus Al-Mawrid, hlm.224). Dalam literatur bahasa Arab, kudeta disebut revolusi militer (al-inqilab al-askari) yang didefinisikan sebagai penggunaan senjata untuk memperoleh kekuasaan (istikhdam as-silah li al-wushul ila al-hukm) (M. Khair Haikal,Al-Jihad wa al-Qital fi as-Siyasah Asy-Syariyah, I/302).Kudeta bukanlah metode (thariqah) yang yang sesuai dengan syariah untuk mendirikan Khilafah. Mengapa?Pertama: karena ketika Rasululullah saw. berdakwah di Makkah (yaitu sebelum hijrah dan berdirinya Daulah Islamiyah), belum disyariatkan perang atau penggunaan senjata. Pada peristiwa Baiat Aqabah II, kaum Anshar yang membaiat Rasulullah saw. meminta izin kepada beliau untuk memerangi penduduk Mina. Rasulullah saw. menjawab, Kita belum diperintahkan untuk itu [berperang] (Ibnu Saad,Ath-Thabaqat al-Kubra;Tarif Hizb at-Tahrir, 2010, hlm. 44; Ahmad Al-Mahmud,Ad-Dawah ila al-Islam, hlm. 36).Kedua: karena kudeta bertentangan dengan metode yang dicontohkan Rasulullah saw. untuk menegakkan Daulah Islamiyah, yaituthalabun-nushrah(mencari dukungan dan perlindungan) dariahlun-nushrahatauahlul-quwwah, yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan dakwah dan memperoleh kekuasaan. Aktivitasthalabun-nushrahbukan aktivitas yang berdiri sendiri tanpa pendahuluan, melainkan aktivitas yang dilakukan pada ujung tahapan interaksi dengan masyarakat (tafaul maa al-ummah). Jadi,thalabun-nushrahdidahului oleh aktivitas pembinaan masyarakat (tatsqif), perjuangan politik (kifah siyasi) dan perang pemikiran (shira fikri) (M. Khair Haikal,Al-Jihad wa al-Qital, I/314;Hizbut Tahrir: Fikratuhu wa Thariqatuhu wa Sayruhu, hlm. 23; Hazim Ied Badar,Thariqah Hizb at-Tahrir fi at-Taghyir: Thariqah Hashriyah la Yujadu Ghayruha, la Syar[an] wa la Waqi[an], hlm. 9).Aspek itulah yang menegaskan perbedaan kudeta denganthalabun-nushrah. Kudeta semata-mata bersandar pada kekuatan militer dan paksaan, kurang memperhatikan aspek dukungan dan kesadaran masyarakat. Sebaliknya, metode yang dicontohkan Rasulullah saw., yaknithalabun-nushrah wajib didahului oleh pembentukan opini umum (al-rayu al-am) yang merupakan hasil dari proses pembinaan masyarakat (tatsqif), perjuangan politik (kifah siyasi) dan perang pemikiran (shira fikri). Jadi, dalam metodethalabun-nushrahyang dicontohkan Rasulullah saw. tidak terjadi pemaksaan atas masyarakat, karena masyarakat telah sadar sendiri akan perlunya Daulah Islamiyah.Dengan demikian kudeta bukanlah jalan yangsahihuntuk mendirikan Khilafah. Selain menyalahi metode Rasulullah saw., kudeta juga berbahaya karena mengabaikan aspek dukungan dan kesadaran masyarakat. Pemimpin yang tidak didukung oleh masyarakat mungkin dalam jangka pendek masih bisa berkuasa dengan tangan besi. Namun, cepat atau lambat, pemimpin seperti itu akan diturunkan sendiri oleh rakyatnya secara paksa. Kisah tragis diktator Muammar Khadafi yang kejam adalah contoh untuk itu.

Metode Sahih Menegakkan KhilafahMetode Rasulullah saw. dalam upaya menegakkan Daulah Islamiyah sesungguhnya terdiri dari beberapa tahapan dakwah yang khas. Secara ringkas, tahapan dakwah yang telah ditempuh Rasulullah saw. tersebut adalah sebagai berikut:1. Tahap Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah Tatsqif wa Takwin).Tahapan ini telah dilakukan Rasulullah saw. ketika memulai dakwahnya di Makkah. Pada tahap ini, Rasulullah saw.mendidik dan membina masyarakat dengan aqidahdan syariah Islam. Pembinaan ini ditujukan agar umat Islam menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang Muslim.Dengan pendidikan dan pembinaan ini, seorang Muslim diharapkan memiliki kesadaran bahwa menegakkan syariah Islam dan Khilafah Islamiyah yang merupakan kewajiban asasi bagi dirinya dan berdiam diri terhadap aqidahdan sistem kufur adalah kemaksiatan. Kesadaran seperti ini akan mendorong seorang Muslim untuk menjadikanaqidahIslam sebagai pandangan hidupnya dan syariah Islam sebagai tolok ukur perbuatannya.Kesadaran ini akan mendorong dirinya untuk berjuang menegakkan syariah dan Khilafah Islamiyah. Tanpa kesadaran ini, Khilafah Islamiyah tidak pernah akan bisa diwujudkan di tengah-tengah masyarakat. Hanya saja, kesadaran seperti ini tidak akan mendorong terjadinya perubahan jika hanya dimiliki oleh individu atau sekelompok individu belaka. Kesadaran ini harus dijadikan sebagai kesadaran umum melalui propaganda yang bersifat terus-menerus. Dari sini maka perjuangan menegakkan syariah dan Khilafah harus berwujud amaljamai. Dengan kata lain, harus ada gerakan Islam yang ikhlas yang ditujukan untuk membina dan memimpin umat dalam perjuangan agung ini. Oleh karenanya, dalam aktivitas penyadaran ini, mutlak dibutuhkan kehadiran sebuahkelompok politikataupartai politik.2. Tahap Interaksi dan Perjuangan di Tengah Umat (Marhalah Tafaul maa al-Ummah).Tahap kedua adalah tahap interaksi dan perjuangan di tengah umat. Individu-individu Islamyang telah terhimpun dalam partai politik Islam yang ikhlas ini harus diterjunkan di tengah-tengah masyarakat untuk meraih kekuasaan dari tangan umat. Hal itu sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah saw. bersama para sahabat. Setelah dianggap cukup dalam menjalankan proses dakwah tahap pembinaan dan pengkaderan, kelompok dakwah Rasul saw. selanjutnya diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah secara terang-terangan (Lihat: QS al-Hijr [15]: 94).Dalam menjalankan perintah Allah tersebut, Rasulullah saw. dan para sahabat terjun di tengah masyarakat, berinteraksi dengan masyarakat untuk melakukan proses penyadaran umum tentang pentingnya kehidupan yang harus diatur dengan syariah Islam.Proses akhir dakwah darimarhalahkedua ini ditandai dengan pelaksanaanthalabun nushrah(mencari dukungan politik dariahlun nushrah) kepada para pemimpinqabilahuntuk menyerahkan kekuasaannya kepada Rasulullah saw. Puncak darimarhalahini adalah ketika Rasulullah saw. berhasil mendapatkan kekuasaan dari para pemimpinqabilahdari Yastrib (Madinah) melaluiBaiatul AqobahII.Dengan demikian, kekuasaan itu hakikatnya hanya bisa diraih jika umat telah rela menyerahkan kekuasaannya kepada kelompok Islam tersebut. Adapun cara untuk meraih kekuasaan dari tangan umat adalah terlebih dulu melakukan proses penyadaran, yaitu menanamkanmafahim(pemahaman), maqayis(standar perbuatan) danqanaat(keyakinan/kepercayaan) Islam di tengah-tengah mereka; sekaligus memutus hubungan masyarakat denganmafahim, maqayisdanqanaatkufur dan pelaksananya.Dengan cara ini, umat akan mencabut dukungannya terhadap sistem kufur dan pelaksananya, lalu menyerahkan kekuasaannya kepada kelompok Islam yang memperjuangkan syariah dan Khilafah tersebut dengan sukarela. Hanya saja, prosesi seperti ini harus melibatkanahlun-nushrah, yakni orang-orang yang menjadi representasi kekuasaan dan kekuatan umat, agar transformasi menuju Khilafah Islamiyah berjalan dengan mudah.Atas dasar itu, kelompok Islam tidak boleh mencukupkan diri pada aktivitas membina umat dan membentuk opini umum tentang Islam belaka, tetapi harus menuju kekuasaan secara langsung dengan menggunakan metode yang telah digariskan Nabi saw. di atas, yaknithalabun-nushrah. Pasalnya, hanya dengan metodethalabun-nushrahinilah jalansyariuntuk menegakkan Khilafah Islamiyah, bukan dengan metode yang lain.3. Tahap Penerapan Hukum Islam (Marhalah Tathbiq Ahkamul Islam).Setelah prosesthalabun-nushrahberhasil, tahapan selanjutnya adalah penerapan syariah Islam sebagai hukum dan perundang-undangan bagi masyarakat dan negara secarakaffah. Sebagaimana yang pernah dilaksanakan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat, setelah beliau mendapatkan Baiatul Aqabah II, beliau melanjutkan denganhijrahke Madinah. Di Madinah inilah Rasulullah saw. dapat memulai penerapan syariah Islam secarakaffahdalam institusi negara, yakni Daulah Islamiyah. Penerapan syariah Islam ini ditandai dengan pemberlakuanPiagam Madinahyang wajib ditaati oleh seluruh warga negara, baik Muslim maupun non-Muslim. Selain penerapan syariah Islam untuk pengaturan kehidupan masyarakat di dalam negeri, Rasulullah saw. juga menerapkan syariah Islam untuk politik luar negerinya. Inilah tahap terakhir dari metode penegakan syariah Islam yang dapat diteladani dari perjalanan dakwah Rasulullah saw. Setelah perjuangan kelompok Islam memperoleh kekuasaan dariahlun-nushrah, pemimpin dari kelompok Islam tersebut akan dibaiat untuk menjadi khalifah, dengan tugas menerapkan Islam secarakaffah, baik untuk pengaturan kehidupan di dalam negeri maupun luar negerinya.Dengan penerapan Islam secarakaffahinilah,insya Allahkeagungan Islam akan tampak dalam penerapannya di dalam negeri dan juga akan tampak dari tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia, untuk menebar rahmat-Nya. Hal itu sebagaimana yang telah dijanjikan Allah SWT dalam al-Quran (Lihat: QS al-Anbiya [21]: 107).WalLhu alam bish-shawb. [sumber: Makalah JICMI 2013] [Dwi Condro Triono, PhD.; DPP Hizbut Tahrir Indonesia]

07 July 2010Metode Sahih Menegakkan Khilafahhttp://hizbut-tahrir.or.id/2010/07/16/metode-sahih-menegakkan-khilafah/

Imam Al-Qurthubi menyatakan, Tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban tersebut (mengangkat khalifah) di kalangan umat dan para imam mazhab; kecuali pendapat yang diriwayatkan dari al-Ashamyang tuli (asham) terhadap syariahdan siapa saja yang berkata dengan pendapatnya serta mengikuti pendapat dan mazhabnya(Al-Qurthubi,Tafsr al-Qurthubi, 1/264).Permasalahan berikutnya adalah bagaimana metode (thariqah/manhaj) penegakan Khilafah? Metode (thariqah/manhaj) haruslah digali dari Rasulullah saw. Setiap perjuangan yang menyimpang dari metode Rasulullah saw. hanya akan berakhir dengan kegagalan.Siapapun yang melakukan penelaahan mendalam terhadap sirah Nabi Muhammad saw. akan menemukan bahwa beliau menempuh tiga tahapan dalam mewujudkan pemerintahan Islam di Madinah.1. Tahap Pertama: Kaderisasi (Tatsqif).Sejak beliau mendapatkan wahyu, beliau diperintahkan untuk menyampaikannya kepada masyarakat. Misalnya, ketika Allah SWT menurunkan QS al-Muddatsir ayat 1-2, bersegeralah sang Nabi terakhir itu mengajak masyarakat untuk memeluk Islam. Beliau menyampaikan Islam kepada istrinya, Khadijah ra. Kemudian, disampaikan pula kepada sepupunya Ali bin Abi Thalib ra., maulanya Zaid, sahabat beliau Abu Bakar ash-Shiddiq ra., dan masyarakat secara umum.Beliau bukan sekadar mengajak mereka masuk Islam, melainkan ditindaklanjuti dengan membinanya. Beliau membina kaum Mukmin di rumah Arqam bin Abi al-Arqam (Dar al-Arqam). Di rumah Arqam itulah Rasulullah saw. menempa para Sahabat, mengajarkan Islam kepada mereka, membacakan al-Quran kepada mereka, menjelaskannya, memerintahkan mereka untuk menghapal dan memahami al-Quran. Setiap kali ada yang masuk Islam, langsung digabungkan ke Darul Arqam.Di sinilah Nabi saw. melakukan dua hal.Pertama:pembinaan akidah dan syariah hingga terbentuk para kader berkepribadian Islam.Kedua:pengorganisasian Sahabat sehingga membentuk kelompok dakwah yang secara solid dan berjamaah bergerak di tengah masyarakat. Bukan hanya Nabi saw. seorang diri yang melakukan pembinaan, para Sahabat lain pun mencari dan membina orang yang baru masuk Islam. Sebagai contoh, beliau pernah meminta Khubbab bin al-Arts untuk mengajarkan al-Quran kepada Zaenab binti al-Khaththab dan suaminya, Said, di rumahnya.Bila dilihat dari kacamata modern apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw ini merupakan pembinaan intensif (tatsqif murakkaz). Pembinaan intensif ini dilakukan untuk membentuk kader yang berkepribadian Islam dan siap berjuang.Secara praktis pembinaan intensif ini diawali dengan melakukan kontak individual. Dulu, Abu Bakar Shiddiq ra. mengontak keluarga dan kawan-kawannya, di antaranya Utsman bin Affan. Lalu disampaikan Islam kepadanya. Begitu juga setiap orang harus melakukan kontak individual untuk menyampaikan dakwah. Setiap aktivis dakwah sejatinya mempunyai daftar nama mulai dari kerabat, kawan dan tetangga untuk dikontak dan disampaikan Islam kepada mereka. Materi yang disampaikan tentu bergantung pada kontakan; bisa akidah, syariah, akhlak atau perkembangan terkini dilihat dari kacamata Islam.Sebagaimana Nabi saw., tidak cukup sebatas orang tersebut menerima Islam sebagai pedoman hidupnya. Orang tersebut perlu dibina hingga menjadi pengemban dakwah. Umumnya, pengkaderan demikian efektif dijalankan dalam bentukhalqah. Di dalamhalqahdilakukan pembinaan dengan kurikulum yang jelas, buku-buku kajian tertentu yang ditetapkan, serta metodetalaqqisehingga kesinambungan gagasan terjaga. Di sinilah setiap kader ditempa pemahaman Islam, kepribadian Islamnya, ibadah, ketaatan, kedisiplinan, pengorbanan, kejamaahan, dll. Lahirlah kader yangmujahid(pejuang) sekaligusmutaabbid(ahli ibadah),mufakkir(pemikir) sekaligussiyasi(politisi).Selain itu, Nabi saw. pernah menyampaikan Islam dengan cara mengumpulkan masyarakat di Bukit Shafa, juga mengundang makan bersama; dalam konteks sekarang ini merupakan pembinaan umum (tatsqif jamai). Kalau dulu di Bukit Safa atau di kebun kurma, maka saat initatsqif jamaidilakukan dengan seminar, kajian di masjid, kuliah zuhur, pesantren Ramadhan, training, pengajian perkantoran, dll. Harapannya, dari aktivitas tersebut dapat terjaring orang-orang yang bertekad kuat menjadi kader dakwah dan masuk dalam pembinaan intensif.2. Tahap Kedua: Membangun Kesadaran Umat (Tafaul Maal Ummah).Tidak semua anggota masyarakat dapat dan mau menjadi kader dakwah. Karenanya, perlu ada penumbuhan kesadaran kolektif umat bagi kalangan tersebut. Pegiatnya adalah para kader dakwah yang terorganisir rapi yang terbina dalam pembinaan intensif tersebut. Untuk menumbuhkan kesadaran itu perlu ditempuh beberapa hal secara bersamaan, yaitu:1.Pergolakan Pemikiran (ash-Shira al-Fikri). Rasulullah saw. senantiasa melakukan pergolakan pemikiran terhadap gagasan/ide/pandangan yang sifatnya tetap. Ini umumnya merupakan pemahaman (mafahim), tolok ukur (maqayis) atau keyakinan (qanaat). Misalnya, beliau menyuarakan secara lantang realitas tuhan kaum kafir seperti ayat Allah SWT (yang artinya):Sesungguhnya kalian dan apa (berhala) yang kalian sembah adalah umpan neraka Jahanam(QS al-Anbiya [21]: 98). Beliau juga menentang sikap hidup kafir Quraisy yang merasa aib bila memiliki bayi perempuan hingga harus membunuhnya.Untuk saat ini, segala gagasan/ide/pandangan yang merupakan akidah kufur harus ditentang dan dijelaskan kebatilannya. Misalnya, sekularisme, pluralisme dan liberalisme merupakan ide yang harus di tentang.Begitu juga gagasan cabang yang lahir darinya seperti demokrasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, dll. Caranya, dengan menjelaskan kebatilan dan bahaya hal-hal tersebut bagi Islam dan umatnya dalam berbagai kesempatan. Bila hal ini dilakukan terus-menerus masyarakat akan dapat memahami mana ide-ide kufur yang berada di tengah umat Islam. Mereka tidak mau diatur oleh sistem tersebut. Sebaliknya, mereka menuntut penerapan Islam.2.Perjuangan Politik (al-kifah as-siyasi). Aktivitasal-kifah as-siyasimerupakan aktivitas yang ditujukan untuk menyikapi realitas politik kekinian, yang terjadi pada saat tertentu. Pada zaman Rasulullah saw. pernah ada suatu realitas: mengurangi timbangan sudah menjadi kebiasaan. Untuk menyikapi hal tersebut, Allah SWT menurunkan QSal-Muthafifinyang diserukan oleh Rasulullah saw. di tengah masyarakat. Pada saat kaum kafir meminta agar Nabi saw. menunjukkan mukjizat seperti para nabi terdahulu dan meminta agar Nabi saw. berdoa hingga harga yang melambung tinggi menjadi turun, dijawab dengan telak dalam QS al-Araf [7] ayat 188. Begitu juga kebiasaan mereka menjerumuskan budak wanita dalam pelacuran (semacamtraffickingsekarang) disikapi oleh Nabi saw. dengan menyampaikan QS an-Nur [24] ayat33.Masih banyak peristiwa lain.Saat ini, setiap kejadian/peristiwa politik kekinian yang bertentangan dengan Islam dan merugikan umat Islam perlu dilakukankifah siyasi. Misalnya, kelompok Islam harus melakukan aktivitaskifah siyasipada saat pemerintah menaikkan harga BBM, tarif dasar listrik, mensahkan RUU Kelistrikan, RUU Migas, RUU Sumberdaya Air, RUU Penanaman Modal, dll. Begitu juga saat terjadi peristiwa politik internasional seperti tragedi Mavi Marmara oleh Israel baru-baru ini. Langkahnya dengan membuat tulisan, buletin, pers rilis, delegasi ke DPR, mendatangi menteri, mendatangi Presiden, dll. Lalu dijelaskan bahaya dan kerugian yang akan diderita rakyat serta pertentangannya dengan syariah Islam kepada masyarakat di berbagai forum. Bahkan bila diperlukan dapat dilakukan dengan demontrasi damai (masirah). Dengan ini semua, masyarakat sedikit demi sedikit akan tersadarkan.3.Membongkar rencana jahat kaum kafir (kasyf al-khuthath). Rasulullah saw. sering menyampaikan wahyu terkait rencana jahat kaum kafir. Sebagai contoh, membongkar rencana tokoh Quraisy (seperti Abu Jahal, Abu Sufyan, Umayyah ibn Khalaf dan Walid bin Mughirah) yang berdiskusi di pusat kajian strategis mereka,Darun Nadwah, dengan memberikan cap negatif pada diri Rasulullah saw.; membongkar persekong-kolan kaum kafir dengan kaum munafik. Allah SWT membongkar rencana jahat ini dalam QS al-Mudatstsir [74] ayat 18-26.Meneladani hal ini, dalam upaya penegakkan Khilafah, penting untuk membongkar makar negara kafir imperialis dan anteknya. Misalnya, rencana jahat AS di Irak, Afganistan, Pakistan dan Bangladesh perlu dijelaskan kepada masyarakat dalam khuthbah, kuliah subuh, pengajian ibu-ibu, dll. Masyarakat juga perlu dipahamkan tentang hakikat kunjungan Obama ke Indonesia yang hanya ingin lebih mencengkeramkan kakinya di negeri Muslim terbesar ini serta menghalangi bersatunya umat Islam dalam Khilafah; disamping untuk kepentingan minyak, gas, ekonomi, pangkalan militer, dan pembentukan lobi Yahudi-AS di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai seminar,workshop, tablig akbar, dll; juga dengan mengirim delegasi ke ormas, LSM, partai politik, pesantren, DPR, Kementrian Luar Negeri, dll.4.Penting juga untuk melakukan advokasi bagi kepentingan umat (tabanni mashalih ummah). Caranya, dengan melakukan advokasi bagi kepentingan umat. Misalnya, ketika ada pihak yang ingin melakukanyudisial reviewUU Penodaan Agama, maka perlu dilakukan perlawanan dengan menjadi pihak terkait dalam sidang di Mahkamah Konstitusi. Ketika terjadi malpraktik maka dapat dilakukan upaya pembelaan terhadap korban. Dilakukanlah advokasi terhadap pihak terkait, termasuk penguasa. Disampaikan solusi menurut Islam. Hal ini dilakukan sedemikian rupa sampai hasil yang diinginkan.Jika semua aktivitas itu dilakukan secara intensif dan masif maka insya Allah dengan izin Allah SWT taraf berpikir umat akan makin meningkat. Pembelaan dan dukungan terhadap syariah dan Khilafah beserta para pejuangnya akan menggelontor. Sebab, di mata umat makin tampak siapa sebenarnya yang berjuang untuk membebaskan mereka dari penjajahan.3. Tahap Tiga: Istilam al-Hukmi dengan Dukungan Ahlun Nushrah.Pada saat kehendak dominan masyarakat menghendaki syariah dan Khilafah, maka masyarakat bersama dengan kelompok pejuang syariah dan Khilafah akan menuntut penguasa agar menegakkan Khilafah atau mundur seraya menyerahkan kepemimpinan kepada mereka. Umat tidak percaya lagi kepada penguasa maupun wakil mereka. Terjadilah kevakuman kekuasaan. Mereka yang terdiri dari tokoh-tokoh berbagai daerah dari berbagai kalangan dan organisasi membentuk semacamahlul halli wal aqdiuntuk membaiat khalifah. Bila penguasa secara sukarela menyerahkan kekuasaan atas dasar kesadaran bahwa mereka sudah delegitimasi, tidak lagi dipercaya oleh rakyat, apalagi mereka berubah menjadi mendukung tuntutan masyarakat itu, maka ketika itu terjadilah penyerahan kekuasaan dari rakyat kepada penguasa baru (istilam al-hukmi). Mereka hanya tinggal mengumumkan ke publik, Kami mundur dari kekuasaan ini karena sudah tidak lagi dipercaya rakyat sebagai pemilik kekuasaan tersebut.Namun sebaliknya, bila mereka tak mau melepaskan kekuasaan kufurnya, lalu menghadapi rakyat sebagai pemilik kekuasaan dengan kekerasan maka di sinilah pentingnya dukungan pemilik kekuatan (ahlul quwwah, ahlun nushrah) terhadap dakwah. Oleh sebab itu, sejak awal perlu adanya dukunganahlun nushrah.Mereka yang masuk ke dalamahlun nushrahadalah setiap pemilik kekuatan, termasuk militer. Dengan adanya dukunganahlun nushrahpenyerahan kekuasaan akan terjadi dengan damai. Begitulah yang dialami oleh Nabi saw. saat menegakkan pemerintahan di Madinah.Cara untuk meraih dukunganahlun nushrahtidak lain dengan mendatangi dan mendakwahi mereka. Mereka adalah putra umat Islam. Tengoklah apa yang dilakukan Rasulullah saw. Selain aktif mendakwahi kabilah-kabilah di Makkah, beliau juga mendakwahi kabilah-kabilah di luar Makkah yang datang tiap tahun ke Mekah, baik yang datang untuk berdagang maupun yang hendak melakukan ibadah di sekitar Kabah. Beliau berdakwah di jalan-jalan, Pasar Ukadz dan Mina. Di antara mereka ada sekelompok orang dari Madinah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka para pemilik kekuatan di sana. Merekalah yang kelak menjadiahlun nushrahbagi Nabi saw.Ketikaistilam al-hukmitelah terjadi, maka di tengah penguasa yang telah kehilangan legitimasinya, khalifah dengan dukungan rakyat mengumumkan tegaknya Khilafah. Penyelesaian peralihan kekuasaan dilakukan dalam tempo sesingkat-singkatnya sesuai dengan realitas politik waktu itu. Dengan teknik seperti ini penegakkan Khilafah akan berjalan secara alami.Wallahu alam.[]