metode penelitian - upi | institutional repositoryrepository.upi.edu/1843/6/d_pk_0807947_chapter...
TRANSCRIPT
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini mengupas metode penelitian dengan membahas desain penelitian,
pertanyaan penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian dan teknik
pengumpulan, serta analisis data.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.
Pendekatan kualitatif dipilih karena ia sesuai dengan hakikat dan tujuan
penelitian, yakni mendeskripsikan sebuah proses pembelajaran menulis cerita
pendek dengan menggunakan empat strategi pembelajaran yang berbeda. Dari
deskripsi pembelajaran ini diperoleh sebuah potret (thick description)
pembelajaran yang layak dijadikan rujukan dalam pengembangan metode
pembelajaran menulis fiksi pada tingkat universitas. Penelitian ini dilakukan
untuk menjawab pertanyaan dalam memahami proses pembelajaran itu.
Hancock and Algozzine (2006) menyebutkan bahwa:
Research involves systematic actions that help researchers add credibility
the questions and answers engaged in his or her research. It involves
finding patterns or irregularities in data, which in turn become tentative
answers to questions that often form the basis for additional study (2006).
Apa yang akan dilakukan pada sebuah penelitian harus diawali oleh
burning issue, yakni sesuatu yang menjadikan peneliti tergerak untuk melakukan
penelitian pada bidang itu.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kemudian merencanakan pertanyaan penelitian dan mencoba
menjawabnya lewat penelitian. Pada penelitian ini burning issue yang muncul
adalah lemahnya keterampilan mahasiswa dalam penulisan cerita pendek sehingga
muncul gagasan untuk membuat strategi sebagai upaya meningkatkan kreativitas
mahasiswa dalam menulis.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa: (1)
portofolio tugas menulis mahasiswa, (2) interviu, (3) hasil sebaran kuesioner, dan
(4) observasi kelas. Tugas portofolio hasil pembelajaran dianalisis menggunakan
dua kategori yaitu (a) apa yang ditulis mahasiswa dan (b) bagaimana cara
mahasiswa menuliskannya. Tugas yang diberikan adalah menulis empat buah
cerita pendek setelah melibati pengalaman strategi pembelajaran yang berbeda.
Interviu dilakukan kepada subjek penelitian yang dipilih secara purposif yakni
mewakili kelompok mahasiswa kategori sudah bisa menulis dengan baik dan yang
mewakili kategori tulisannya yang masih perlu mendapat perbaikan. Mengutip
pendapat Hancock and Algozzine (2006), penelitian:
... involves determining of what we want to study? It is applied in research
question. How do we want to study it? It is applied in the design. Whom we
want to study applied in the case or sample? How best to acquire
information? It is applied in data-collection techniques. How best to
analyze or interpret the information that we acquire? It is applied in the
dissemination process, and how to confirm our findings applied in the
verification process.
Menjawab pertanyaan penelitian harus sesuai dengan framework supaya
penelitian tetap pada rencana semula. Framework dari suatu penelitian terdiri dari
konsep, definisi, dan kajian literatur.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Framework disertasi ini akan melahirkan masalah penelitian, pertanyaan
penelitian, pengumpulan data, teknik analisis data, dan interpretasi temuan.
Menurut Merriam (1992):
Framework indicates to the reader the topic we are interested in. It also
identifies what is known about the topic, what aspect of the topic we are
going to focus on, what is not known, why it is important to know it, and
precise purpose of the study. All of this information is pulled from the
larger frame of the study in order to construct the problem statement itself.
Framework penelitian ini adalah proses pengembangan kreativitas mahasiswa
dalam menulis cerita pendek. Framework ini pun menentukan pendekatan yang
dipakai dan disesuaikan dengan masalah penelitian.
Karena yang diteliti berfokus pada proses menulis cerita pendek, pendekatan
kualitatif lebih cocok seperti apa yang dikatakan Merriam (1992):
Qualitative research is an umbrella concept covering several forms of
inquiry that help us understand and explain the meaning of social
phenomena with as little disruption of the natural setting as possible. Other
terms of qualitative research that can be used often used interchangeably
are naturalistic inquiry, interpretive research, field study, participant
observation, inductive research, case study, and ethnography (1992).
Tak begitu berbeda seperti yang telah diungkapkan Merriam, Denzin dan
Lincoln dalam Richards (2009) menjelaskan sebagai berikut:
Qualitative research is a situated activity that locates the observer in
the world. It consists of a set of interpretive, material practices that
make the world visible. These practices transform the world. They turn
theworld into a series of representations, including field notes,
interviews, conversations, photographs,recordings, and memos to the
self. This means that qualitative researchers study things in their
natural settings, attempting to make sense of or to interpret,
phenomena in terms of the meanings people bring to them (2009: )
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sementara itu, studi kasus menurut Hancock and Algozzine (2006) adalah
kata lain dari penelitian kualitatif. Walaupun studi kasus terkadang lebih fokus
terhadap individu yang merepresentasikan sebuah kelompok, biasanya lebih
ditujukan pada sebuah fenomena kehidupan yang ada seperti apa yang ditawarkan
Hancock and Algozzine (2006) bahwa:
The topics of case study research vary widely, just like the topics of
any type of other research. An event that occurred on campus or a
situation that has particular relevance for a researcher would be
appropriate areas for case study. Case study researchers also study
programs or activities that are of special interest. (2006:).
Yang diteliti dalam disertasi ini adalah strategi pembelajaran menulis
cerita pendek di program studi Sastra Inggris FISS UNPAS. Studi kasus ini
mengidentifikasi proses pengajaran menulis secara mendalam. Data diperoleh
dari para responden, yang merupakan multiple source of information.
Merujuk pada multiple source of information, Patton dalam Merriam
(1992) menjelaskan sebagai berikut.
Multiple source of information are sought and used because no single
source of information can be trusted to provide a comprehensive
perspective. By using a combination of observation, interviewing, and
document analysis, the field worker is able to use different data sources
to validate and cross-check finding. (1992).
Untuk menjawab pertanyaan penelitian seperti disebut di Bab I, dilakukan
pengumpulan data dengan melakukan observasi kepada mahasiswa dan dosen,
menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa, dan wawancara dengan para
mahasiswa yang dipilih secara purposive, yaitu 10 orang mahasiswa yang sudah
bisa dan yang belum bisa menulis (Sampel transkripsi wawancara terlampir).
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Untuk melihat bukti kemajuan penulisan mereka, mahasiswa yang dijadikan
subjek penelitian diberi tugas menulis cerita pendek, (Lihat Lampiran 2:
Portofolio Karangan Mahasiswa). Berikut ini dijelaskan bagaimana proses
pembelajaran ini dilakukan.
1. Subjek penelitian diperkenalkan kepada sejumlah teori menulis, termasuk
di dalamnya bagaimana membuat kalimat deskripsi, narasi, argumentasi,
dan eksposisi. Selain itu subjek penelitian juga dibekali dengan cara
penulisan yang baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Proses pembelajaran digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Strategi Pembelajaran melalui pendalaman teori
Background: Pengetahuan, pengalaman
Teori Penulisan Deskripsi, Narasi, Eksposisi, Argumentasi, Unsur Intrinsik Karya
Karya Subjek Penelitian
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Subjek penelitian diberi model cerita yang sudah dipublikasikan. Pada
pembelajaran ini, subjek penelitian diminta membaca beberapa cerita
pendek yang mereka pilih sendiri dan satu cerita pendek berjudul “Babi”
(Putu Wijaya: 2005). Setelah pembahasan di kelas, mereka diminta
menulis cerpen berdasarkan imajinasi yang mereka kembangkan sendiri.
Proses pembelajaran digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.2
Strategi pembelajaran menulis dengan mencontoh model tulisan yang sudah
dipublikasikan
3. Subjek diajak menonton film berjudul The Last Exorcism (2012)
kemudian mereka diminta untuk menulis cerita pendek berdasarkan
imajinasi mereka setelah menonton film tersebut.
Universe – Dunia Nyata
Pengarang Karya Sastra Subjek Karya
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Proses pembelajaran digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.3
Strategi pembelajaran menulis dengan menonton dan mengapresiasi film
4. Subjek penelitian dibawa ke luar kelas (outdoor learning). Pembelajaran
dilakukan di sebuah taman yang berada di kampus Universitas Pasundan
dan kampus Universtas Pendidikan Indonesia.
Pada pembelajaran outdoor ini mereka dimotivasi untuk mengembangkan
dan meliarkan imajinasi mereka melalui objek (gedung, pohon, manusia,
binatang, serangga, dll) yang mereka lihat. Di akhir pembelajaran mereka
menghasilkan sebuah produk berupa puisi kolaborasi dan puisi kelompok dan
kemudian diberi tugas menulis cerpen. Proses pembelajaran digambarkan sebagai
berikut.
Universe – Dunia Nyata
Sutradara Karya Sastra
Subjek Karya
Film
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.4
Strategi pembelajaran menulis dengan media alam (outdoor learning)
Analisis isi dilakukan terhadap cerita pendek yang telah ditulis oleh para subjek
penelitian. Karya ini dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu apa yang ditulis
(what to write) dan bagaimana cara menuliskannya (how to write).
Karya para subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan
karya yang dinilai baik dan kelompok dengan karya yang perlu perbaikan. Karya
subjek penelitian yang dijadikan data adalah sebanyak 40 cerita pendek dengan
judul yang berbeda. Empat puluh cerita pendek itu ditulis selama kurun waktu
satu semester.
Universe – Dunia Nyata
Subjek Karya Sastra
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2010
yang mengontrak mata kuliah Imaginative writing di semester 2 pada program
studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan,
Bandung. Pada perkuliahan itu, mereka diingatkan kembali terhadap
pembelajaran menulis di SMA dengan sejumlah tugas sebagai berikut: (1) menulis
paragraf ekspositoris, deskripsi, argumentasi, dan narasi; (2) mengkritisi tulisan
yang pernah dimuat di media massa, dan (3) menulis cerpen secara mandiri.
Mahasiswa yang terlibat dalam studi kasus ini berjumlah 38 orang, yakni seluruh
mahasiswa pada angkatan itu.
Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa mereka masih lemah dalam
pembuatan alur cerita, penciptaan tema, penciptaan tokoh imajiner, mereka-reka
tempat dan waktu kejadian dalam cerita. Mereka juga lemah dalam menggunakan
gaya bahasa. Berdasarkan kelemahan itu, instruktur menggunakan empat strategi
pembelajaran menulis sebagaimana dilaporkan di atas.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Seperti lazimnya dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen
utama. Di samping itu ada sejumlah instrumen lain sebagai pendukung, yaitu,
catatan lapangan, tugas, kuesioner, penulisan jurnal, dan wawancara. Instrumen
tersebut dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Peneliti sebagai instrumen kunci
Instrumen kunci dari penelitian ini adalah peneliti sendiri. Lincoln dan
Guba (1986) menyebutkan kelebihan peneliti sebagai instrumen utama
dalam penelitian kalitatif sebagai berikut.
“The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We
shall see that other forms of instrumentation may be used in later
phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing
mainstay”. (1986)
Menurut Nasution dalam Sugiono (2009: 97) seorang peneliti disebut
sebagai instrumen penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala strategi
pembelajaran dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak dalam penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya dan menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menentukan arah pengamatan dan mengetes hipotesis yang timbul
seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau
perbaikan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan angket atau tes yang bersifat
kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar
dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak
dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh dan
yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang
lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan atau disebut juga sebagai buku harian penelitian adalah
instrumen yang berisikan semua catatan tentang hal-hal yang terjadi di
lapangan pada proses penelitian. Selain catatan proses pengajaran,
interaksi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa, juga termasuk di
dalamnya analisis dari kejadian-kejadian selama proses penelitian seperti
diutarakan oleh Silverman, “obviously in making field notes, one is not
simply recording data but also analyzing it” (2005). (Lihat Lampiran
Sampel catatan lapangan).
3. Tugas
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tugas yang diberikan kepada subjek penelitian adalah penulisan cerita
pendek. Masing-masing subjek penelitian melakukan sekurang-kurangnya
empat kali penulisan cerita pendek dengan judul yang berbeda-beda.
Walaupun subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan sastra Inggris, tugas
yang diberikan menggunakan Bahasa Indonesia mengingat penulisan karya
fiksi dalam bahasa asing akan berdampak pada hasil yang kurang memuaskan
dilihat dari berbagai aspek, di antaranya kemampuan subjek penelitian
terhadap akurasi tata bahasa Inggris, rasa bahasa, dan juga aspek kultural yang
berbeda.
Dalam hasil penelitian tentang menulis kreatif menggunakan bahasa asing,
James (2005: 49) mengatakan sebagai berikut.
When we write in another language, no matter how fluent we are in
that laguage, unless we are actually bilingual, we tend to write much
more simply. We have fewer words at our disposal and are not so
confident with the more complex structures in that language. So we
have to make more use of a smaller amount.
Ketika subjek penelitian menulis dalam bahasa Inggris mereka akan
cenderung menggunakan bahasa yang sederhana. James mengatakan bahwa
seandainya pun bahasa itu ditulis dalam bahasa pertama kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa asing, tetap ada sesuatu yang hilang sebagus apapun
terjemahannya. Rasa bahasa, penggunaaan istilah dalam bahasa pertama, idiom-
idiom, dan serta aspek kultural akan sangat mewarnai hasil tulisannya.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
James (2005: 47) yang berpengalaman mengajar mahasiswa jurusan
bahasa Jerman yang menulis kreatif dalam bahasa Inggris menjelaskan sebagai
berikut:
German students so quite good in English, however, they are not
native speakers of English, and although what they write and say
makes absolute sense, it does not sound quite like any of the version of
English we are used to. (2005: 47)
Bahasa tulis tidak bisa dijelaskan dengan intonasi suara, gerak tangan dan
bibir, ataupun isyarat, maka dari itu penggunaaan bahasanya harus benar-benar
akurat dan satu bahasa tidak bisa diterjemahkan secara persis kepada bahasa lain.
Seperti yang diungkapkan James (2005: 52) bahwa:
One area of using another language which I have not yet explored
fully, but which is interesting, is the actual existence of some
concepts in one language which do not exist in another. It can lead
to an economy of language and expressing something which we
cannot in our native tongue.
Dalam penelitian ini, tugas yang diberikan memperlihatkan kemajuan yang
berbeda pada setiap subjek penelitian. Namun dari tugas itu tampak ada
kemajuan pada aspek (1) sisi imajinasi, (2) penambahan kosa kata, (3)
penambahan penggunaan majas dan gaya bahasa, dan (4) kebaruan gagasan.
4. Kuesioner
Kuesioner disebarkan kepada semua subjek penelitian untuk mendapatkan
data tentang pengajaran menulis di SMA, novel yang telah dibaca, pengalaman
belajar di dalam kelas, imajinasi setelah menonton film, dan pengalaman outdoor
learning. Data yang diperoleh menyangkut perasaan, pengetahuan, dan tingkah
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
laku dari para subjek penelitian. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah adanya
discovery (penemuan) bukan membuktikan hipotesis.
Kuesioner disebarkan guna mendapatkan insight. Sejumlah pertanyaan
disiapkan untuk menggali potensi yang ada pada setiap subjek penelitian. Angket
bisa bersifat tertutup atau terbuka. Angket tertutup berisi pertanyaan yang yang
jawabannya lebih spesifik. Angket tertutup ini lebih memudahkan proses analisis.
Sementara angket terbuka memberikan keleluasaan kepada subjek penelitian
untuk menjawab secara luar dan lebar. Kuesioner ini diberikan sebanyak empat
kali, yaitu pada akhir kegiatan di setiap pembelajaran dengan strategi
pembelajaran yang berbeda.
5. Jurnal
Selain mendapat tugas berupa penulisan cerita pendek, subjek penelitian juga
diharuskan menulis jurnal. Jurnal mereka pada umumnya terdiri atas 1- 2
halaman. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
merasakan kemajuan dalam pembuatan karyanya. Berikut adalah contoh jurnal
yang ditulis seorang mahasiswa:
Berdasarkan beberapa metoda yang pernah saya lakukan untuk perkembangan imajinasi
saya, saya lebih nyaman dan merasa imajinasinya lebih berkembang saat saya
melakukan metoda yang membaca cerpen karya orang terlebih dahulu, karena dengan
membaca terlebih dahulu saya merasa lebih terpancing imajinasi menulisnya serta cara
penulisannya baik gaya bahasa, setting, atau imajinasinya. Dengan membaca, saya
menemukan kosa kata baru yang lebih cocok saat digunakan dalam beberapa kegiatan
yang bisa dilakukan seseorang atau benda yang bergerak atau bahkan gerakan hewan
yang saya tidak tahu. Selain kosa kata, dengan membaca saya jadi lebih tahu karakter-
karakter yang harus digunakan saat menulis sebuah karya tulis seperti contoh “Si
Kabayan yang lucu”. Selain itu ada banyak hal yang saya temukan saat membaca
terlebih dahulu. Selain metoda membaca, saya juga suka saat menggunakan metoda
outdoor, karena dengan outdoor saya bisa survey langsung kejadian real yang biasa
mahluk lakukan. Untuk segi imajinasi, ourdoor juga sangat cocok untuk saya karena
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan outdoor banyak sekali hal baru yang jika diimajinasikan akan menjadi imajinasi
yang liar.
6. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk
melengkapi data observasi. Sejumlah subjek penelitian dipilih secara purposif
untuk mengetahui hal-hal penting langsung dari subjek penelitian yang akan
ditanyakan secara mendalam.
Fokus pertanyaan menyangkut jumlah buku yang pernah dibaca, kebiasaan
membaca dan menulis, lingkungan literasi di rumah, dan persepsi mereka tentang
multi-strategi pembelajaran menulis. Stainback (1988: 66) menyatakan bahwa,
“interviewing provides the reseacher a means to gain a deeper understanding of
how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained
through observation alone”. Jadi betapa pentingnya wawancara untuk penelitian
kualitatif karena peneliti bisa lebih mengetahui hal-hal penting secara mendalam.
Ada tiga jenis wawancara (Esterberg: 2002: 41), yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semistruktur, dan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur (structured interview) adalah wawancara yang di mana
setiap subjek penelitian mendapat pertanyaan yang sama.
Wawancara semistruktur (semistructured interview) adalah wawancara
yang dimasukan dalam kategori in-depth interview, yaitu seorang peneliti secara
bebas memberikan pertanyaan yang berbeda namun dirasa perlu pada setiap
subjek penelitiannya.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam wawancara ini seorang peneliti dan subjek penelitian berbicara
secara terbuka. Subjek penelitian memberikan masukan, pendapat atau
gagasannya dan seorang peneliti langsung mencatatnya secara teliti dan
komprehensif.
Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) yaitu wawancara
yang bebas. Pada wawancara ini seorang peneliti tidak mengunakan pedoman
wawancara seperti pada jenis wawancara yang telah disebutkan terdahulu namun
menggunakan garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada subjek
penelitian.
Pada penelitian ini digunakan wawancara semistruktur supaya data yang
diperoleh lebih mendalam karena subjek penelitian akan memberikan jawaban
yang bervariasi. Subjek penelitian memberikan masukan, pendapat atau
gagasannya dan dicatat secara teliti dan komprehensif. Metodologi yang ditempuh
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3. 1
Metodologi Penelitian
Problem
Metode
Hasil
D. Data Analisis
Penelitian ini menggunakan 38 orang subjek penelitian pada mata kuliah
imaginative writing. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif
Kurikulum Bahasa
Inggris FSS
UNPAS
Mahasiswa
tidak mampu
menulis fiksi
Metode
pembelajaran
tidak optimal
Strategi
pembelajaran
baru
Pengamatan
perkuliahan
selama satu
semester
Pengembangan
Strategi
Strategi #1, 2,
3,4 44
#1: Mahasiswa mengenal
teori dan membuat cerita
sederhana
#3: Mahasiswa mampu
membuat cerita horor
#4: Mahasiswa mampu
membuat fiksi sejarah
#2: Mahasiswa berani
membuat cerita imaginer
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan metode studi kasus pada subjek penelitian angkatan 2010 jurusan Sastra
Inggris FISS Universitas Pasundan.
Penelitian ini lebih ditekankan pada proses pembelajaran menulis cerita
pendek melalui empat strategi pembelajaran untuk mendorong antusiasme dan
kreativitas dalam menulis fiksi.
Instrumen pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor 1
sampai 3 ini adalah observasi kelas secara langsung dengan fokus utama pada
materi, tugas, kegiatan dosen, dan kegiatan subjek penelitian. Dalam proses
pembelajaran ini dosen menggunakan empat strategi pembelajaran, yaitu (1)
belajar menulis dengan pendalaman teori, (2) belajar menulis melalui mencontoh
model tulisan yang sudah dipublikasikan, (3) belajar menulis dengan menonton
dan mengapresiasi film, dan (4) belajar menulis dengan menghadirkan suasana
alam pada proses pembelajarannya (outdoor learning). Data Diperoleh dari
observasi kelas, wawancara, quesioner dan analisis isi.
1. Observasi Kelas (8 Februari 2011-7 Juni 2011)
Tabel 3.2
Observasi kelas
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Analisis Isi (Content Analysis)
Untuk melihat kemajuan penulisan subjek penelitian, cerita pendek karya
mereka dilakukan analisis isi. Analisis isi (content analysis) dibagi dalam dua
kategori, yaitu “Apa yang ditulis” dan “Bagaimana Cara Menuliskannya”
Kategori “Apa yang ditulis” terdiri dari gagasan dan tema yang muncul dalam
tulisan, sementara kategori “Bagaimana Cara Menuliskannya” meliputi
instrinsic elements, teknik dan gaya penulisan serta gaya bahasa yang dipakai
pada cerita tersebut. Dari kedua kategori tersebut tampak bukti kreativitas
subjek penelitian dalam menulis cerita fiksi.