metode penelitian sosial
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinamika kehidupan di sekolah sesungguhnya merupakan tanah subur bagi
proses pendidikan demokrasi. Sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keutamaan
demokratis yang dibutuhkan oleh masyarakat kita. Jika demokrasi dapat dipahami
sebagai sebuag keterlibatan aktif dari setiap anggotanya, yang di dalamnya berbagai
macam hubungan satu sama lain diletakkan dalam kerangka relasi kekuasaan satu sama
lain berdasarkan tugas dan wewenangnya, Sekolah sesungguhnya merupakan tempat
subur proses pendidikan demoktratis. Ini terjadi karena corak relasional antar individu
di dalamnya sangatlah bervariasi, mulai dari penjaga kebun, satpam, guru, orang tua,
sampai masyarakat luas sebagai pemangku kepentingan umum.
Metode tata aturan kedisiplinan menduduki temapt penting bagi pendidikan
karekter dan menjadi inspirasi baru bagi kinerja sekolah. Melalui penerapan
kedisiplinan, sekolah tidak sekadar mengembangkan kemampuan intelektual para
siswa, melainkan juga memberikan sumbangan dasar bagi persiapan moral anak
didiknya dalam kehidupan.
Disiplin merupakan salah satu kecakapan hidup yang sangat penting dan perlu
dimiliki oleh setiap orang guna mencapai kesuksesan dalam hidupnya, tidak hanya
kesuksesan dalam belajar tetapi juga kesuksesan dalam hidup bermasyarakat. Proses
pembelajaran yang dijalankan siswa di sekolah sudah pasti memiliki peraturan dan tata
tertib, dan setiap siswa diwajibkan untuk mematuhi tata tertib tersebut. Kepatuhan dan
ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah disebut
disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, yang berupaya mengatur perilaku
siswa disebut disiplin sekolah. Ketertiban siswa sering kali kita dengar sebagai suatu
masalah di sebuah sekolah, apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa-
siswanya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya.dimana
siswa sering melakukan pelanggaran di sekolah.
Sri Esti Wuryani Djiwandono (2002:303) berpendapat bahwa untuk
menciptakan kedisiplinan di kelas ada tiga langkah yaitu: ”perencanaan, mengajar
1
siswa bagaimana mengikuti aturan, dan merespon secara tepat dan konstruktif ketika
masalah timbul”. Perencanaan meliputi membuat aturan dan prosedurnya serta
menentukan konsekuensi untuk aturan yang dilanggar. Selanjutnya menanamkan
aturan pada diri siswa dan langkah yang terakhir bagaimana guru menyikapi secara
bijak jika ada pelanggran disiplin di kelas.
Untuk meningkatkan kedisiplinan yang tinggi di sekolah dan menerapkan
peraturan dan tata tertib secara maksimal, untuk itu sekolah memerlukan sebuah tim
khusus yang menangani masalah kedisiplinan dan berfungsi sebagai kontrol perilaku
siswa di sekolah, sehingga lambat laun kedisplinan dapat menjadi budaya di sekolah.
Perlunya sekolah meningkatkan kedisiplinan bertujuan agar siswa mampu belajar
hidup disiplin dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dan lingkungan
sekitar di kehidupan sehari-harinya. Sehingga secara khusus di lingkungan sekolah
dapat tercipta keamanan dan terbentuk suasana belajar yang nyaman dan kondusif.
Kedisiplinan siswa merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sekolah.
Di sekolah yang tingkat kedisiplinannya baik pasti akan menghasilkan proses belajar
mengajar yang baik, sebaliknya di sekolah yang tingkat kedisiplinannya buruk pasti
akan banyak ditemui pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan sehingga
menyebabkan terganggunya proses belajar mengajar di sekolah itu. Jika sudah
demikian, untuk memperbaiki keadaannya pun tentu tidak mudah. Perlu dilakukan
kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya. Ketertiban siswa terhadap
peraturan sekolah meliputi kewajiban siswa datang ke sekolah sebelum pelajaran
dimulai, mengikuti seluruh pelajaran dan pulang ketika jam pelajaran usai, dll. Maka
dari itu, untuk menertibkan siswa dalam hal pelaksanaan peraturan sesuai dengan yang
diharapkan, peran guru BK sangatlah penting bagi sekolah.
SMK Negeri 1 Purwosari berada di kabupaten Pasuruan. Sekolah ini
menerapkan sistem penilaian berdasarkan karakter lewat kedisiplinan dan etika dalam
kehidupan sehari-hari. Tentunya penerapan ini tidak akan mudah, mengingat latar
belakang siswa yang berbeda-beda asal sekolah dan juga asal tempat tinggalnya. Latar
belakang inilah yang mempengaruhi setiap siswa yang masuk tidak sama dalam hal
kedisiplinanya. Namun, sudah menjadi salah satu tanggung jawab sekolah tersebut
untuk menjadikan siswa SMK tersebut memiliki kedisiplinan yang tinggi sesuai
dengan misinya, yakni “mengembangkan disiplin diri, etos kerja yang tinggi, kreatif
2
dan inovatif”. Dalam hal ini guru BK sangat berperan penting untuk membangun
karakter siswa sehingga memiliki empat elemen yang terdapat pada misi sekolah
tersebut. Upaya ini merupakan salah satu tugas dari guru BK untuk memberikan
bimbingan dalam kedisiplinan baik secara langsung mauun tidak langsung.
1.2 Rumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang terdapat pada latar belakang di atas, adapun
rumusan masalah yang dapat ditarik sebagai berikut :
1. Pelanggaran apa saja yang sering dilakukan oleh siswa?
2. Apakah indikator yang menyebabkan timbulnya berbagai macam
pelanggaran kedisiplinan?
3. Apa saja bentuk hukuman bagi siswa yang melakukan pelanggaran
kedisiplinan?
4. Bagaimana dampak pemberian hukuman dari guru BK terhadap siswa yang
melakukan pelanggaran kedisiplinan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui berbagai macam pelanggaran yang dilakukan oleh siswa terkait
dengan kedisiplinan
2. Untuk mengetahui indikator-indikator yang menyebabkan timbulnya
berbagai macam pelanggaran kedisiplinan
3. Untuk mengetahui jenis hukuman bagi siswa yang melakukan pelanggaran
kedisiplinan?
4. Untuk mengetahui dampak pemberian hukuman oleh guru BK.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kedisplinan ialah sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat, termasuk disiplin
dalam dunia pembelajaran. Disiplin di perlukan dimanapun, karena dengan disiplin akan
tercipta kehidupan yang teratur dan tertata.
2.1 Pengertian Kedisiplinan
Kata kedisiplina berasal dari bahasa latin yaitu discipulus, yang berarti
mengajari atau mengajari yang di hormati. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(2007), menyatakan bahwa disiplin adalah :
1. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya)
2. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib
3. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu
Kedisiplinan juga perlu dilihat dari kata kunci pedagogi lian, yaitu segi
gradualitas atau pentahapannya. Yang dimaksud dengan gradualitas adalah psoses
tentang bagaimana seseorang individu itu dapat mengakuisi pemahaman moral melalui
latihan-latihan tertentu. Akuisi dan latihan ini terwujud dalam ketaatan, pemberian
contoh, pengamatan, imitasi dan usaha-usaha untuk mengulang secara terus-menerus
contoh-contoh peran dalam masyarakat, pengalaman tanggung jawab, memiliki
kekuatan untuk mengontrol diri dan mengoreksi diri. Oleh karena itu, kedisiplinan
akan menentukan jenis kriteria pembelajaran yang akan dibentuk melalui konteks,
situasi subjek dan lingkungannya, supaya individu dapat mengatasi dua ekstrem yang
mengganggu harmoni, yaitu antara permisivisme dan otoritarianisme.
Kedisiplinan adalah satu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau
perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak di rasakan sebagai beban,
bahakn sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia juga tidak berbuat
sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah
sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa
4
ketaatan, kepatuhan yang di dukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan
kewajiban dalam rangka mencapai tujuan.
Disiplin adalah tingkat konsisten dan konsekwen seseorang terhadap suatu
komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan
dicapai, waktu dan proses pelaksanaannya suatu kegiatan. (Depdikbud, 1995 : 3).
Menurut Arkunto (1990), didalam pembicaraan kedisiplinan dikenal dua istilah
yang pengertiannya hampir sama tapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah
itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan
ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan
dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat
pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada
pada kata hatinya (Arikunto, 1990).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan
adalah membagi kenyamanan kepada para siswa dan staf atau guru, serta meciptakan
lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan dari pengembangan diri
sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendari dari luar.
2.2 Kedisiplinan dari Sudut Pandang Psikologi dan Sosiologi
Penafsiran psikologis tentang kedisiplinan melihat terutama bagaimana
relasi antara berbagai macam subjek yang belajar melalui pendekatan yang
ditawarkan oleh berbagai macam mazhab dalam psikologis. Mereka yang memiliki
pendekatan lebih analitis Freudian akan menera dan menafsirkan kedisiplinan dari
sudut pandang yang sifatnya lebih negative. Tata keteraturan dari luar yang mereka
lihat akan dilihat dalam kerangka tata keterautran internal yang menjadi
pengalaman masa lalu anak. Mereka yang memiliki pendekatan humanistis akan
melihat kedisiplinan dalam rangka asimilasi atas keberadaan diri si subjek sesuai
dengan aoa yang nereka cita-citakan dan ingini.
Pendekatan humanis lebih memberikan perhatian pada penelitian isi sebiah
dedisiplinan. Mereka yang memandang kedisiplinan dasi sudut pandang sosial
memiliki pandangan dan orientasi yang berbeda. Mereka melihat keberadaan
individu sebagai makhluk yang tidak dapat melepaskan diri dari tata aturan sosial
5
yang ada. Sebab, keberadaan individu dalam struktur sosial merupakan ‘cara
berada’ mereka. Oleh karena itu, tata aturan sosial mejadi jiwa bagi pendidikan itu
sendiri.
Didalam kehidupan bermasyarakatlah mereka melihat individu menemukan
unsure pertama ‘pendidikan moral’ yagn dapat mengukuhkan keberadaan individu
sebagai makluk bermoral.
2.3 Fungsi Kedisiplinan
Ada berbagai macam fungsi kedisiplinan. Salah satunya adalah bagaimana
fungsi kedisiplinan yang ada di sekolah menurut Menurut Arifah Rahmana, 1992,
antara lain :
1. Untuk menetralisir keadaan anak, sebab pada dasarnya mereka berasal
dari lingkungan keluarga yang berbeda-beda dan hal ini akan
mempengaruhi kepribadiannya masing-masing, sehingga perlu di
tanamkan pada anak rasa disiplin ini sejak dini.
2. Untuk kelancaran proses belajar mengajar, karena disiplin anak akan
lebih aman dan tidak merasa terganggu oleh teman dan ini berarti
mengusahakan agar mereka menyadari bahwa dari tindakannya disiplin
itu adalah untuk mereka sendiri.
3. Mendidik dan melatih siswa agar dapat menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya, baik untuk belajar, berangkat sekolah mengikuti
kegiatan ektra kurikuler maupun kegiatan lainya.
4. Untuk menanamkan rasa hormat menghormati antara satu dengan yang
lainya.
5. Untuk menanamkan pada siswa bahwa dalam tingkah laku dan
geraknya bersifat bebas terikat, bebas berarti leluasa dalam
mengembangkan potensinya, dan terikat dalam arti terikat oleh tata
tertib yang ada di sekolah.
6
2.4 Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Kata bimbingan dan konseling merupakan kata yang tidak dapat dipisahkan
karena saling berkaitan, menurut Hallen (2002) istilah bimbingan selalu di rankai
dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling
merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik
lainnya. Sedangkan bimbingan itu lebih luas dan konseling merupakan alat yang
paling penting dari usaha pelayanan.
Konseling merupakan teknik bimbingan yang bersifat terapeutik karena
yang menjadi sasarannya bukan perubahan tingkah laku, tetapi hal yang lebih
mendasar dari itu, yaitu perubahan sikap. Antara bimbingan dan konseling
mempunyai hubungan yang erat di mana di antara keduanya saling melengkapi
dalam membantu klien atau orang lain memecahkan suatu permasalahan dan
mengubah pola hidup seseorang. Mengubah pola hidup yang salah menjadi benar,
pola hidup yang negative menjadi positif, sehingga klien dapat mengarahkan hidup
sesuai dengan tujuannya (Badriah, 2008).
Jones (dalam Walgito,2004) memandang konseling sebagai salah satu
teknik dari bimbingan Sekali pun menunjukkan adanya kesamaan dan juga
perbedaan diantara kedua pengertian bimbingan dan konseling, namun dalam
praktiknya keduanya saling sangkut-menyangkut dan saling isi-mengisi satu
dengan yang lain. Bimbingan menyangkut konseling dan sebaliknya, konseling
juga menyangkut bimbingan. Karena itu kemudian kedua istilah itu digunakan
sekaligus. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), layanan berasal dari
kata ”layan” yang kata kerjanya adalah melayani yang mempunyai arti membantu
menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang; meladeni, menerima
(menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dans ebagainya).
Jadi, layanan bimbingan konseling di sekolah merupakan usaha menyambut
dan menerima keluhan- keluhan masalah siswa yang dilakukan oleh ahli (guru BK)
untuk membantu dan menerima permintaan bantuan moral dari siswa sehingga
siswa bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan serta dapat
memahami dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuannya.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam BAB terkahir ini akan dijelaskan mengenai metode-metode yang ada dalam
penelitian ini. Adapaun metodenya ialah sebagai berikut.
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian
tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif yang lebih menonjolkan proses dan makna. Peserta penelitian,
dalam hal ini adalah para siswa dan siswi SMA Negeri 8 Malang, diminta untuk
menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator grup peneliti
menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan
persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk
menentukan derajat kesepakatan yang ada di dalam grup.
4.2 Kehadiran Peneliti
Seluruh peneliti ikut hadir dan aktif dalam kegiatan penelitian ini sehingga
penelitian berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada kendala apapun sesuai dengan
apa yang telah direncanakan oleh para peneliti.
4.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di SMK Negeri 1 Purwosari yang beralamat di Jl.
Raya Purwosari – Purwosari , Pasuruan.
4.4 Sumber Data atau Korpus
Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari siswa dan siswi yang melakukan
tindakan pelanggaran kedisiplinan di SMK Negeri 1 Purwosari serta guru BK SMK
Negeri 1 Purwosari. Selain itu sumber juga di dapatkan dari media massa baik online
maupun offline serta testimoni alumni mengenai kedisiplinan yang ada di SMK
Negeri 1 Purwosari.
8
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data melalui berbagai sumber, seperti internet maupun Koran untuk
mengetahui lebih dalam prestasi dan kehidupan siswa yang menunjang mengenai
kedisiplinan siswa. Selain itu wawancara juga dibutuhkan untuk mengetahui kondisi
didalam lingkup SMK Negeri 1 Purwosari tersebut serta untuk lebih mengenal
bagaimana peraturan dan sistem yang diterapkan di SMK Negeri 1 Purwosari. Hal
yang bisa ditambahkan adalah testimoni alumni mengenai kedisiplinan yang ada di
SMK Negeri 1 Purwosari.
observasi non partisipan untuk melihat secara langsung kondisi yang ada di
lapangan. Observasi non partisipan ini digunakan untuk menyelidiki dan survey
siswa yang melakukan pelanggaran ringan dan juga berat serta intesitas melakukan
pelanggaran.
Setelah mengetahui siswa yang melakukan tindakan pelanggaran, maka akan
dilakukan wawancara semi terstruktur kepada guru BK mengenai siswa yang
menjadi sasaran, yakni siswa yang melakukan pelanggaran namun hanya sekali dan
siswa yang sering melakukan pelanggaran dengan intesitas pelanggaran sering.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tindakan pelanggaran apa saja yang
dilakukan siswa tersebut, pemberian hukuman apa saja yang dijatuhkan kepada siswa
tersebut, serta dampak apa yang ditimbulakn pada siswa tersebut.
Wawancara langsung terhadap siswa sasaran SMK Negeri 1 Purwosari. Di
dalam wawancara tersebut berisi beberapa pertanyaan diantaranya adalah alasan apa
yang mendasari siswa saat melakukan pelanggaran dan apakah hukuman yang
diberikan oleh guru BK saat mereka melakukan pelanggaran sudah cukup dianggap
efektif atau belum serta alasan mengapa hukuman tersebut belum atau sudah cukup
efektif.
4.6 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik pengumpulan data.
Dari teknik tersebut akan bisa ditemukan gambaran kondisi dari sekolah tersebut
yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dan kesimpulan sebagai pembanding dalam
hasil akhir penelitian.
9
Teknik selanjutnya, yakni observasi digunakan untuk mengetahui keadaan riil
dari sekolah tersebut. Pada tahap observasi diharapkan mendapatkan informasi yang
kongkret mengenai sistem dan peraturan yang ada. Sehingga dapat mengetahui
apakah sistem dan peraturannya berjalan sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat
oleh sekolah.
Setelah itu dilanjutkan dengan wawancara pada pihak guru BK untuk
memberikan konfirmasi mengenai siswa tersebut dan berbagai temuan yang mungkin
ditemukan pada saat observasi. Dilanjutkan dengan analisis hasil wawancara siswa
sehingga mengetahui alasan siswa melakukan tindak pelanggaran tersebut dan
bagaimana dampak pemberian hukumannya sehingga didapatkan kesimpulan
bagaimana pemberian bimbingan yang tepat kepada siswa yang melakukan tindakan
pelanggaran sehingga dapat berdampak positif bagi karakter siswa tersebut.
4.7 Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 (tiga) tahapan dan ditambah
dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian.
Tahap-tahap penelitian tersebut adalah :
1. Tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan
penelitian,memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi
dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan instrument penelitian dan yang menyangkut persoalan etika
penelitian. Tahap ini dilakukan bulan Januari s.d Februari 2014.
2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data. Tahap ini dilakukan bulan Maret 2013.
3. Tahap analisis data, yang meliputi : analisis selama dan setelah
pengumpulan data, yaitu bulan Maret s.d April 2013.
4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian, yaitu bulan April 2013.
10
DAFTAR RUJUKAN
Fitria Lailatus Zahrifah dan Eko Darminto. Penggunaan Strategi Pengelolaan Diri untuk
Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa.
Heru Sutrisno. Kasus Perilaku Pelanggaran Disiplin Siswa di Sekolah Ditinjau dari
Kerangka Teori Sosiologi Fungsionalisme.
Kusuma A, Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo.
Selvi Selvia. Hubungan Kepribadian Guru PKN Dengan Disiplin Siswa.
Tanpa Nama. Hubungan Disiplin Belajar dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar pada
Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Lokantara Kecamatan Temanggung Kabupaten
Temanggung Seme.
11