metode penelitian - repository.ipb.ac.id · menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel...
TRANSCRIPT
63
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Fenomena meluasnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan
merupakan fenomena hubungan antara manusia dan lingkungannya yang ditandai
dalam dua bentuk yaitu fisik dan non fisik. Aspek fisik adalah aspek yang terkait
dengan bentukan fisik dan semua gejala lingkungan fisik permukiman. Sedangkan
aspek non fisik adalah respon manusia pada lingkungannya yang sifatnya sangat
variatif pada setiap individu dan sangat kualitatif. Penelitian untuk mengungkap
fenomena sejenis ini menuntut metode penelitian yang spesifik yang harus dapat
mengungkap aspek fisik sekaligus aspek non fisik sehingga dalam penelitian ini
digunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini berbentuk explanatory research yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian melalui pengujian
hipotesis dengan uji statistik. Pendekatan kualitatif dilakukan dalam upaya
menjelaskan substansi hasil uji statistik yang didapat. Secara singkat uji statistik
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 11 Metode penelitian dan Lingkup Kajian No Metode Lingkup Kajian 1 Deskriptif Karakteristik individu penghuni permukiman kampung kota
Karakteristik lingkungan permukiman kampung kota yang terdiri dari karakteristik fisik kampung dan kondisi sarana prasarana yang tersedia Karakteristik sosial masyarakat (modal sosial) yang terdiri atas kepercayaan (trust) dan relasi mutual, norma dan nilai sosial, jaringan/organisasi masyarakat dan peran tokoh masyarakat Tingkat kebutuhan akan rumah pada masyarakat kampung kota Partisipasi masyarakat untuk tingkatkan kualitas lingkungan
2 Deskriptif Korelasional
Hubungan karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, karakteristik modal sosial dan partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
3 Analisis jalur
Arah pengaruh dan bersar pengaruh antara variabel karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, karakteristik modal sosial, tingkat kebutuhan akan rumah terhadap partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan
64
Lokasi, Populasi dan Sampel
Penelitian dilakukan di empat kelurahan di Kota Bandung Propinsi Jawa
Barat. Pemilihan sampel lokasi dilakukan secara purposif. Kelurahan-kelurahan
terpilih ini memiliki permukiman yang dikategorikan kampung kota yang
diantaranya mengalami penurunan kualitas lingkungan (kumuh) berdasarkan hasil
identifikasi Dinas Perumahan dan Tata Kota Kota Bandung. Ke-empat kelurahan
tersebut adalah Kel. Arjuna Kec. Cicendo, Kel. Cikawao Kec. Lengkong, Kel. Kebon
Pisang Kec. Sumur Bandung dan Kel. Cibangkong Kec. Batununggal.
Alasan pemilihan lokasi-lokasi tersebut didasarkan pada keberadaan faktor-
faktor yang dapat menyebabkan suatu lingkungan mengalami penurunan kualitas
lingkungan (kumuh) yaitu lokasi permukiman terletak pada lokasi-lokasi dimana
terdapat faktor (1) penarik ekonomi, (2) terletak pada kawasan yang manajemen
pengelolaanya tidak terdefinisi dengan jelas seperti daerah bantaran sungai yang
pengelolaannya berada pada pemerintah pusat, propinsi dan daerah, atau sekitar jalur
KA yang pengelolaannya merupakan wewenang perusahaan KA dan pemerintah
daerah yang dilalui jalur KA tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di
permukiman kampung kota yang telah dipilih sebagai sampel lokasi. Sampel
Penelitian adalah responden yang merupakan bagian dari populasi. Pengambilan
sampel responden dilakukan secara random. Jumlah sampel penelitian ditentukan
berdasarkan Metode Slovin dengan kesalahan sampling yang dapat diterima sebesar
5% sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 240 KK yang diambil secara random
dari masing-masing lokasi penelitian, masing-masing lokasi sebanyak 60 KK.
Data dan Instrumen Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari lapangan di
lokasi penelitian. Data primer tersebut meliputi: (1) karakateristik individu warga
masyarakat kampung kota yang dijadikan responden, (2) karakteristik fisik
lingkungan permukiman kampung kota, (3) modal sosial masyarakat kampung kota,
(4) persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan kampung, (5) tingkat
kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman dan (6) partisipasi masyarakat
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.
65
Data sekunder adalah data pendukung penelitian yang didapat dari berbagai
sumber seperti data potensi desa yang didapat dari kantor kelurahan-kelurahan yang
lokasinya terpilih menjadi sampel penelitian, data dari Dinas tata ruang tentang
lokasi kawasan-kawasan kumuh, buku-buku sumber, media masa, internet maupun
sumber-sumber lainnya. Data sekunder yang mendukung penelitian ini adalah: peta
kawasan yang dijadikan lokasi penelitian, perundang-undangan dan kebijakan yang
terkait dengan penyediaan rumah dan permukiman, rumah dan lingkungan
permukiman sehat, rencana strategis pembangunan di bidang permukiman.
Teknik dan Instrumen Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu kepada tujuan
penelitian dan identifikasi variabel penelitian yang diteliti. Instrumen yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data karakteristik fisik lingkungan
kampung kota dan karakteristik hunian. Proses observasi dilengkapi dengan alat
bantu berupa perekam visual (camera digital dan handycam), tape recorder, dan
buku catatan yang dapat mendokumentasikan seluruh data yang dibutuhkan.
2. Focus Group Discusson (FGD)
FGD adalah kepanjangan dari Focus Group Discussion atau Diskusi
Kelompok Terfokus digunakan untuk menggali data dari peserta diskusi melalui
sebuah diskusi berkelompok untuk membahas masalah partisipasi masyarakat dalam
peningkatan kualitas lingkungan. Data hasil FGD digunakan untuk bahan analisis
dan rumusan pengembangan model penyuluhan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan kampung kota yang berbasis masyarakat.
3. Kuisioner
Instrumen kuisioner menggunakan jenis kuisioner tertutup dengan instrumen
skala Likert yang telah dimodifikasi. Kuisioner dibuat dengan 5 pilihan jawaban
yaitu nilai 5 (sangat setuju/sangat baik), nilai 4 (setuju/baik), nilai 3 (cukup/sedang),
nilai 2 (tidak setuju/buruk), nilai 1 (tidak pernah/tidak ada) apabila pernyataan/
pertanyaan dalam bentuk kalimat positif dan jika pernyataan/pertanyaan dalam
bentuk kalimat negatif maka penilaian nya adalah sebaliknya. Kuisioner ini
digunakan untuk mendapatkan data karakteristik individu, karakteristik modal sosial
66
masyarakat, persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat
kebutuhan akan rumah dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
lingkungan.
4. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi yang lebih dalam
pada beberapa responden berkenaan dengan substansi penelitian.
Data hasil wawancara dan hasil FGD digunakan untuk memperkuat data-data
kuantitaif dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar pengembangan model
penyuluhan untuk merumuskan strategi gerakan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas lingkungan kampung kota.
Untuk mengetahui kelayakan instrumen sebagai alat pengumpul data perlu
dilakukan ujicoba instrumen dan untuk hal tersebut perlu dilakukan analisis validitas
dan reliabilitas. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004). Validitas merujuk pada “sejauh mana”
suatu pengukuran secara empiris cukup menggambarkan makna nyata dari konsep
yang sedang dipertimbangkan. Validitas instrumen diperlukan untuk memberikan
keyakinan tentang ketepatan perangkat pengukuran yang digunakan sehingga
mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini uji validitas instrumen yang dilakukan adalah jenis uji
validitas konstruks (construct validity) untuk menilai seberapa jauh instrumen dapat
mengukur sifat bangunan pengertian. Untuk menunjukkan validitas konstruks perlu
dilakukan pendekatan rasional dan empirik. Pendekatan rasional didasarkan kepada
unsur yang membentuk konstruks tersebut serta menetapkan apakah butir-butir
pertanyaan/pernyataan sesuai dalam menaksir unsur dalam kuesioner. Pendekatan
empiris dimaksudkan untuk melihat instrumen dari segi internal yaitu kesesuaian
dengan apa yang diramalkan oleh konstruks tersebut.
67
Untuk menguji validitas konstruks digunakan pendapat dari ahli yang dalam
hal ini adalah 3 orang dosen pembimbing yang dianggap ahli di bidangnya
Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Dari proses konsultasi
tersebut beberapa kali instrumen diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan yang
diberikan.
Setelah pengujian konstruksi dari ahli selesai, dilanjutkan dengan uji coba
instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada
sampel darimana populasi diambil. Jumlah anggota yang digunakan adalah 30 orang.
Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validititas dilakukan
dengan analisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen
dengan rumus Product Moment dari Pearson, yaitu:
r hitung = n ( ∑ XY ) – ( ∑X ) . ( ∑Y )
√( n . ∑ X2 – (∑X2 )) . ( n . ∑Y2 ) – (∑Y2 ))
r hitung = Koefisien korelasi
∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden Setelah perhitungan korelasi (r) tersebut dilakukan, kemudian dikonsultasikan
dengan r tabel pada taraf signifikansi 95% = 0,241. Dengan demikian butir-butir
pertanyaan/pernyataan dalam kuisioner yang memiliki korelasi di bawah taraf
signifikansi 95% dinyatakan tidak valid. Dari hasil perhitungan tersebut terdapat 13
butir pertanyaan/pernyataan yang tidak valid. Butir-butir yang tidak valid ini
dikeluarkan dari kuisioner dan tidak digunakan dalam pengambilan data selanjutnya.
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas diartikan sebagai tingkat stabilitas dan konsistensi skala yang
dihasilkan apabila suatu gejala diukur beberapa kali seperti yang dikatakan
Singarimbun (1989): Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan
sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua
kali atau lebih. Kerlinger (1990) mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan untuk
mengukur reliabilitas, yaitu (1) apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali
68
memberikan hasil yang sama, (2) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur hal yang
sebenarnya dari sifat yang diukur, (3) galat pengukurannya.
Galat pengukuran merupakan himpunan akibat dari berbagai sumber
pengaruh: unsur acak atau kebetulan yang biasa terjumpai, keletihan sementara,
kondisi serba kebetulan pada suatu saat tertentu yang mempengaruhi obyek
pengukuran atau instrumen pengukuran, fluktuasi daya ingat orang atau suasana hati
dan faktor-faktor lain yang bersifat sementara dan terus menerus bergeser. Hal ini
mengandung arti bahwa semakin besar galat, makin rendah tingkat reliabilitas suatu
penelitian, demikian pula sebaliknya. Dalam penelitian ini uji coba reliablitas
instrumen menggunakan Uji Cronbach Alpha, dengan rumus:
α = koefisien alpha, atau koefisien reliabilitas alpha
n = jumlah butir pada perangkat instrumen 2Yi
σ = varian variabel acak skor observasi butir ke-i ⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=∑=
2X
n
1i
2Y
σ
σ - 1
1-nn α
1
2Xσ = varian variabel acak skor observasi pada semua butir
Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan, koefisien alpha yang diperoleh
menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah reliabel
seperti dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 12 Hasil uji Reliabilitas
Variabel Reliabilitas (Nilai Cronbach Alfa)
Karakteristik individu 0,66 Karakteristik fisik permukiman 0,64 Modal sosial masyarakat 0,63 Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan 0,79 Tingkat kebutuhan akan rumah dan permukiman 0,81 Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan 0,75
Dari tabel di atas terlihat bahwa bahwa besarnya koefisien reliabilitas alpha yang
diperoleh menunjukkan > 0,60. Dengan demikian instrumen penelitian yang
digunakan merupakan alat ukur yang koefisien reliabilitasnya dapat diterima
69
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa model analisis hubungan antara
variabel yang terdiri atas lima variabel bebas, empat variabel bebas sekaligus terikat
dan satu variabel terikat. Variabel-variabel utama tersebut adalah:
Variabel bebas (1) Karakteristik individu (X1)
(2) Karakteristik fisik lingkungan permukiman (X2)
Variabel bebas sekaligus variabel terikat
(3) Modal sosial masyarakat (Y1)
(4) Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan (Y2)
(5) Tingkat kebutuhan akan rumah (Y3)
Variabel terikat
(6) Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan (Y4)
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk dapat mengukur variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,
masing-masing variabel terlebih dahulu diberi batasan atau dioperasionalisasikan
sehingga menjadi jelas, dan selanjutnya dapat diukur. Variabel-variabel yang
dioperasionalkan tersebut meliputi variabel dan sub variabel yang diteliti dalam
penelitian ini yaitu karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman
kampung kota, modal sosial masyarakat di permukiman kampung kota, persepsi
tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat
kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman, dan partisipasi meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman.
Karakteristik Individu
Karakteristik individu adalah keadaan individu pemukim yang membedakan
satu pemukim dengan pemukim lainnya (satu individu keluarga dengan individu
keluarga lainnya) yang dipengaruhi oleh: umur, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran,
jumlah keluarga, dan lama tinggal di permukiman saat ini. Secara lengkap Variabel
karakteristik individu dan indikatornya dijelaskan seperti berikut:
70
Tabel 13 Variabel dan Indikator Karakteristik lndividu
Indikator Parameter 1. Usia Tingkatan Usia (Jumlah tahun sejak lahir sampai dengan saat
dilakukan wawancara)
2. Pendidikan Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh yang sudah diselesaikan sampai dengan saat dilakukan wawancara
3. Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
4. Pendapatan Jumlah total pendapatan keluarga: a. Pendapatan kepala keluarga selama satu bulan yang digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari b. Pendapatan anggota keluarga lain yang digunakan untuk
menambah kebutuhan keluarga selama satu bulan 5. Jumlah keluarga Jumlah anggota keluarga (jiwa) yang tinggal dalam satu rumah
6. Lama tinggal Jumlah tahun sejak pertama tinggal di permukiman kampung kota sampai saat dilaksanakannya wawancara
Karakteristik Fisik Lingkungan Permukiman
Karakteristik lingkungan fisik terdiri dari (1) ketersediaan prasarana
lingkungan permukiman seperti jaringan jalan, jaringan pematusan air hujan
(drainase), jaringan pembuangan limbah dan sampah, jaringan pengadaan air bersih,
jaringan listrik, telpon, dan ketersediaan sarana lingkungan seperti fasilitas tempat
belanja, tempat peribadatan, tempat sosialisasi dan rekreasi, tempat olah raga, tempat
pendidikan dan tempat kesehatan, dan (2) Kondisi sarana dan prasarana lingkungan
permukiman yang tersedia saat ini. Berikut adalah variabel dan indikator
Karakteristik lingkungan fisik permukiman
Tabel 14 Variabel dan Indikator Karakteristik Lingkungan Fisik Permukiman
Indikator Parameter 1. Ketersediaan sarana dan
prasarana lingkungan permukiman
Prasarana lingkungan: • jaringan jalan • jaringan pembuangan limbah dan sampah • jaringan drainase • jaringan pengadaan air bersih • jaringan listrik dan telpon Sarana lingkungan permukiman • fasilitas belanja • fasilitas peribadatan • fasilitas pendidikan • fasilitas sosialisasi • fasilitas olah raga dan bermain • fasilitas kesehatan
71
2. Kondisi Sarana lingkungan permukiman yang tersedia saat ini
Kondisi sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang tersedia saat ini • buruk • sedang • baik
Modal Sosial Masyarakat
Lingkungan Sosial adalah kondisi faktor-faktor sosial masyarakat yang
terdapat di permukiman kampung kota yang mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam keikutsertaannya meningkatkan kualitas lingkungan di wilayahnya.
Sehubungan dengan tujuan penelitian maka yang menjadi indikator adalah:
hubungan ketetanggaan, tingkat kegotongroyongan masyarakat, peran tokoh
masyarakat untuk menggerakan masyarakat meningkatkan kualitas lingkungan.
Tabel 15 Variabel dan indikator modal sosial masyarakat
Variabel/Indikator Parameter 1. Saling percaya antar warga
(trust) Tingkat kepercayaan dan kesaling pengertian antara tetangga dan komunitas kampung
2. Relasi mutual (resiprositas) Hubungan antar tetangga dan warga kampung kota 3. Nilai dan norma Kepatuhan terhadap aturan yang ada 4. Peran tokoh masyarakat dan
organisasi sosial/masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan
Keberadaan jaringan atau organisasi masyarakat dan keikutsertaan masyarakat dalam organisasi tersebut serta peran tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
Persepsi dan motivasi meningkatkan Kualitas Lingkungan
Variabel Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan terdiri dari
sub variabel Persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman. Persepsi adalah proses kognitif yang dialami
seseorang didalam memahami informasi lingkungannya melalui penglihatan,
pendengaran, perasaan, penciuman, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman yang
sebelumnya. Dalam penelitian ini, indikator persepsi terdiri dari: Pengalaman tinggal
di permukiman lain sebelumnya, persepsi tentang kualitas rumah dan lingkungan
permukiman yang saat ini ditempati yang berpengaruh terhadap cara pandang dan
perlakuan terhadap rumah dan sarana prasarana lingkungan yang tersedia serta
indikator kepuasan terhadap rumah dan lingkungan yang saat ini ditempati.
Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri individu yang
merangsangnya untuk melakukan aktivitas atau sesuatu yang menjadi dasar mengapa
72
individu bertindak. Dalam hal ini adalah motivasi yang dimiliki masyarakat untuk
dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang terdiri dari motivasi meningkatkan
kualitas rumah dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Berikut
adalah indikator-indikatornya.
Tabel 16 Variabel dan indikator persepsi dan motivasi meningkan kualitas lingkungan Sub Variabel/Indikator Parameter
Persepsi tentang kualitas lingkungan (Y2.1) 1. Pengalaman tinggal di
permukiman lain Pengalaman tinggal di permukiman lain sebelum tinggal di permukiman saat ini
2. Persepsi mengenai fungsi rumah
Persepsi tentang fungsi rumah
3. Persepsi tentang kualitas rumah
Persepsi tentang kualitas rumah
4. Persepsi tentang kualitas lingkungan
Persepsi tentang kualitas lingkungan dan perlakuan terhadap lingkungan permukiman
5. Kepuasan terhadap rumah dan lingkungan saat ini
Tingkat kepuasan terhadap kondisi rumah dan lingkungan permukiman yang ditinggali saat ini
Motivasi meningkatkan kualitas lingkungan (Y2.2) 1. Motivasi tinggal di
permukiman saat ini Alasan yang mempengaruhi memilih tinggal di permukiman saat ini
2. Motivasi meningkatkan kualitas rumah
Alasan yang mempengaruhi keingingan memelihara/meningkatkan kualitas rumah
3. Motivasi meningkatan kualitas lingkungan
Alasan yang mempengaruhi keingingan memelihara/meningkatkan kualitas lingkungan
Tingkat kebutuhan akan rumah tinggal
Berdasarkan budaya dan lingkungan sosialnya, masyarakat yang hidup di
wilayah perkotaan mempunyai karakteristik spesifik yang berbeda dengan karakter
masyarakat yang hidup di wilayah pedesaan. Pada umumnya masyarakat perkotaan
memiliki tuntutan yang lebih tinggi sehubungan dengan rumah sebagai hunian.
Untuk masyarakat yang tinggal di permukiman kampung kota dengan budaya
bermukim dipengaruhi cara hidup di perdesaan namun juga tidak lepas dari pengaruh
lingkungan sekitarnya yang bersuasana urban maka mengadopsi teori Maslow
tentang tingkat kebutuhan manusia manusia maka tingkat kebutuhan akan hunian
dapat dikategorisasikan sebagai berikut: Survival needs, Safety and Security needs,
Affiliation needs, Esteem needs dan Self actualization needs. Variabel Kebutuhan
akan rumah secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
73
Tabel 17 Variabel dan indikator kebutuhan akan rumah
Variabel/Indikator Parameter 1. Kebutuhan akan rumah dan
lingkungan permukiman Tingkat kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman
2. Kemampuan memenuhi kebutuhan akan rumah
Tingkat kemampuan memenuhi kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman
3. Kondisi fisik rumah Standar minimal untuk dikatagorikan sebagai rumah sehat seperti konstruksi bangunan, ketersediaan ventilasi dan bukaan untuk sinar matahari, sirkulasi udara, sumber-sumber air dan saluran-saluran pembuangan
4. Ketersediaan ruang dalam rumah
Ketersediaan ruang-ruang dalam rumah dan di luar rumah yang digunakan untuk kelangsungan hidup sehari-hari
Partisipasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan
Partisipasi dalam peningkatan kualitas rumah dan sarana permukiman ini
adalah perilaku dan keikutsertaan responden dalam kegiatan-kegiatan yang
dikategorikan sebagai kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan. Sehubungan
dengan tujuan dalam penelitian ini variabel partisipasi ini dirinci dalam indikator-
indikator: Perilaku keseharian dalam menggunakan sarana lingkungan, Keikutsertaan
dalam kegiatan peningkatan kualitas lingkungan, dan Frekuensi keikut sertaan dalam
kegiatan meningkatakan kualitas lingkungan.
Variabel Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18 Variabel dan indikator partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman Variabel/Indikator Parameter
1. Sikap proaktif untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
Sikap individu yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang tidak terkait dalam kegiatan bersama (membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, menanam pepohonan dsb)
2. Perilaku dan keikutsertaan mengikuti kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
Kegiatan bersama yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan seperti gotong royong bersih-bersih kampung, memperbaiki sarana prasarana lingkungan yang rusak dan sejenisnya.
3. Frekuensi partisipasi Frekuensi mengikuti pertemuan dan kualitas keikutsertaan dalam pertemuan tersebut
74
Analisis Data
Tahapan Analisis data terbagi dalam: 1) Tahap deskripsi data dan 2) Tahap
pengujian hipotesis.
1. Tahap Deskripsi Data
Pada tahap deskripsi data, data yang terkumpul dianalisis dengan analisis
statistik deskriptif. Statistik deskriptif bertujuan untuk melihat data apa adanya.
untuk memperoleh gambaran umum mengenai variabel-variabel yang diukur pada
sampel. Analisis statistik deskriptif yang umum dilakukan adalah: (1) parameter
statistik (rerata, standar deviasi, varian, median, modus), (2) analisis gambaran data
(distribusi frekuensi dan persentasi) dan (3) analisis kecenderungan
Data yang diperoleh di deskripsikan menurut masing-masing variabel. Tahap
ini bertujuan melihat kecenderungan data yang ada pada setiap variabel, karena akan
dicari skor rata-rata, standar deviasi, median dari setiap variabel yang diteliti.
Untuk mendapatkan nilai-nilai tendensi sentral setiap variabelnya dilakukan
dengan statistik deskriptif melalui bantuan program SPSS 14.
2. Tahap pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis meliputi: (1) analisis korelasi, (2) analisis persamaan
regresi dan 3) analisis jalur. Penelitian ini mencoba melihat hubungan sebab akibat
antar variabel yang telah ditentukan untuk keperluan menemukan jawaban atas
pertanyaan penelitian. Alat analisis yang tepat untuk keperluan tersebut
menggunakan model hubungan kausal yang memungkingkan peneliti untuk
menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap variabel-
variabel dalam penelitian ini.
Analisis regresi dimaksudkan untuk melihat pengaruh secara tunggal maupun
bersama-sama antara variabel. Sedangkan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh
langsung dan tak langsung yang terjadi pada variabel yang dianalisis.
Pada dasarnya metode analisis jalur merupakan bentuk analisis regresi
terstruktur yang mengkaji hubungan kausal diantara variabel-variabel dalam sistem
tertutup (Sumarjo, 1999).
Pada dasarnya total keragaman (total variance) dari variabel terikat (Y) dalam
regresi berganda (multiple regresion) dikomposisikan sebagai berikut:
75
Y = .a + b + c ..................................................................... (1)
a = proporsi keragaman yang dijelaskan secara langsung oleh koefisien jalur
b = proporsi keragaman yang diakibatkan karena adanya korealasi variabel bebas
c = proporsi keragaman yang diakibatkan karena galat (error)
Untuk koefisien jalur, didapat dari model regresi linier berganda yang terdiri
dari n variabel bebas
Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + . . . + BnXn + e ..................... (2)
Y = variabel teribak Xi = variabel bebas ke i, i = 1, 2, 3, . . . n B0 = konstanta e = galat (error)
Dengan mengasumsikan bahwa e = 0 maka bentuk persamaan (2) dapat
diduga dengan persamaan berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + . . . + bnXn .............................. (3)
Selanjutnya apabila SY didefinisikan sebagai simpangan baku sampel untuk variabel
terikat (Y), dan SX1, SX2, SX3 . . . SXn sebagai simpangan baku sampel untuk
variabel-variabel bebas X1, X2, X3 . . . Xn, maka dari persamaan (3) dapat dihitung
koefisien regresi baku yang sering disebut dengan koefisien beta, yaitu:
Bi = bi . Si i = 1, 2, 3, . . . n ............................. (4) Sy
Koefisien jalur pada dasarnya adalah serupa dengan koefisien beta. Apabila
Ci didefinisikan sebagaikoefisien jalur variabel baku Xi (variabel bebas Xi yang
dibakukan sehingga berdistribusi normal dengan nilai rata-rata = 0 dan ragam = 1
maka pada dasarnya Ci dapat dihitung berdasarkan rumus (4) atau dengan kata lain
Bi = Ci
Apabila koefisien lintasan Ci telah diketahui maka beberapa informasi
penting akan dapat diperoleh berdasarkan metode analisis jalur yakni:
1) Pengaruh langsung variabel bebas yang dibakukan Xi terhadap variabel terikat Y
yang telah dibakukan, yang diukur atau ditunjukkan dengan koefisien jalur Ci
2) Pengaruh tidak langsung variabel bebas yang dibakukan Xi terhadap variabel
terikat Y melalui variabel yang telah dibakukan Xj yang diukur oleh besaran
(Cjrij).
3) Pengaruh galat (error/residual) yang tidak dapat dijelaskan oleh model analisis
jalur diukur dengan rumus:
76
n Cs
2 = 1 - ∑ . Cjrij Cs = √ Cs2
i = 1
Besaran Cs2 dalam analisis jalur serupa dengan besaran (1 – R2) dalam
analisis multiple regression.
Secara ringkas analisis data untuk masing-masing variabel dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 19 Teknik Analisis Data No Teknik Analisis Lingkup Kajian 1 Distribusi frekuensi,
Modus, Mean, Standar deviasi
Karakteristik individu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan lama tinggal Karakteristik lingkungan permukiman kampung kota yang terdiri dari karakteristik fisik kampung dan kondisi sarana prasarana yang tersedia Modal sosial yang terdiri atas tingkat kepercayaan (trust), relasi mutual (resiprositas), norma dan nilai sosial, peran tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan Persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan Tingkat kebutuhan akan rumah dan lingkungan Partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan
2 Regresi Ganda Korelasi Ganda Koefisien Determinasi
Hubungan karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, modal sosial, persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat kebutuhan akan rumah dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
3 Analisis jalur Pengaruh dan besarnya pengaruh dari karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, modal sosial, persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat kebutuhan masyarakat akan rumah terhadap partisipasi masyarakat meningkatkan kualitas lingkungan