metode penelitian - repository.ipb.ac.id · menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel...

14
63 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Fenomena meluasnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan merupakan fenomena hubungan antara manusia dan lingkungannya yang ditandai dalam dua bentuk yaitu fisik dan non fisik. Aspek fisik adalah aspek yang terkait dengan bentukan fisik dan semua gejala lingkungan fisik permukiman. Sedangkan aspek non fisik adalah respon manusia pada lingkungannya yang sifatnya sangat variatif pada setiap individu dan sangat kualitatif. Penelitian untuk mengungkap fenomena sejenis ini menuntut metode penelitian yang spesifik yang harus dapat mengungkap aspek fisik sekaligus aspek non fisik sehingga dalam penelitian ini digunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini berbentuk explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian melalui pengujian hipotesis dengan uji statistik. Pendekatan kualitatif dilakukan dalam upaya menjelaskan substansi hasil uji statistik yang didapat. Secara singkat uji statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 11 Metode penelitian dan Lingkup Kajian No Metode Lingkup Kajian 1 Deskriptif Karakteristik individu penghuni permukiman kampung kota Karakteristik lingkungan permukiman kampung kota yang terdiri dari karakteristik fisik kampung dan kondisi sarana prasarana yang tersedia Karakteristik sosial masyarakat (modal sosial) yang terdiri atas kepercayaan (trust) dan relasi mutual, norma dan nilai sosial, jaringan/organisasi masyarakat dan peran tokoh masyarakat Tingkat kebutuhan akan rumah pada masyarakat kampung kota Partisipasi masyarakat untuk tingkatkan kualitas lingkungan 2 Deskriptif Korelasional Hubungan karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, karakteristik modal sosial dan partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman 3 Analisis jalur Arah pengaruh dan bersar pengaruh antara variabel karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, karakteristik modal sosial, tingkat kebutuhan akan rumah terhadap partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Upload: phamkhanh

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

63

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Fenomena meluasnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan

merupakan fenomena hubungan antara manusia dan lingkungannya yang ditandai

dalam dua bentuk yaitu fisik dan non fisik. Aspek fisik adalah aspek yang terkait

dengan bentukan fisik dan semua gejala lingkungan fisik permukiman. Sedangkan

aspek non fisik adalah respon manusia pada lingkungannya yang sifatnya sangat

variatif pada setiap individu dan sangat kualitatif. Penelitian untuk mengungkap

fenomena sejenis ini menuntut metode penelitian yang spesifik yang harus dapat

mengungkap aspek fisik sekaligus aspek non fisik sehingga dalam penelitian ini

digunakan metode kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian ini berbentuk explanatory research yang bertujuan untuk

menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian melalui pengujian

hipotesis dengan uji statistik. Pendekatan kualitatif dilakukan dalam upaya

menjelaskan substansi hasil uji statistik yang didapat. Secara singkat uji statistik

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 11 Metode penelitian dan Lingkup Kajian No Metode Lingkup Kajian 1 Deskriptif Karakteristik individu penghuni permukiman kampung kota

Karakteristik lingkungan permukiman kampung kota yang terdiri dari karakteristik fisik kampung dan kondisi sarana prasarana yang tersedia Karakteristik sosial masyarakat (modal sosial) yang terdiri atas kepercayaan (trust) dan relasi mutual, norma dan nilai sosial, jaringan/organisasi masyarakat dan peran tokoh masyarakat Tingkat kebutuhan akan rumah pada masyarakat kampung kota Partisipasi masyarakat untuk tingkatkan kualitas lingkungan

2 Deskriptif Korelasional

Hubungan karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, karakteristik modal sosial dan partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

3 Analisis jalur

Arah pengaruh dan bersar pengaruh antara variabel karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, karakteristik modal sosial, tingkat kebutuhan akan rumah terhadap partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan

64

Lokasi, Populasi dan Sampel

Penelitian dilakukan di empat kelurahan di Kota Bandung Propinsi Jawa

Barat. Pemilihan sampel lokasi dilakukan secara purposif. Kelurahan-kelurahan

terpilih ini memiliki permukiman yang dikategorikan kampung kota yang

diantaranya mengalami penurunan kualitas lingkungan (kumuh) berdasarkan hasil

identifikasi Dinas Perumahan dan Tata Kota Kota Bandung. Ke-empat kelurahan

tersebut adalah Kel. Arjuna Kec. Cicendo, Kel. Cikawao Kec. Lengkong, Kel. Kebon

Pisang Kec. Sumur Bandung dan Kel. Cibangkong Kec. Batununggal.

Alasan pemilihan lokasi-lokasi tersebut didasarkan pada keberadaan faktor-

faktor yang dapat menyebabkan suatu lingkungan mengalami penurunan kualitas

lingkungan (kumuh) yaitu lokasi permukiman terletak pada lokasi-lokasi dimana

terdapat faktor (1) penarik ekonomi, (2) terletak pada kawasan yang manajemen

pengelolaanya tidak terdefinisi dengan jelas seperti daerah bantaran sungai yang

pengelolaannya berada pada pemerintah pusat, propinsi dan daerah, atau sekitar jalur

KA yang pengelolaannya merupakan wewenang perusahaan KA dan pemerintah

daerah yang dilalui jalur KA tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di

permukiman kampung kota yang telah dipilih sebagai sampel lokasi. Sampel

Penelitian adalah responden yang merupakan bagian dari populasi. Pengambilan

sampel responden dilakukan secara random. Jumlah sampel penelitian ditentukan

berdasarkan Metode Slovin dengan kesalahan sampling yang dapat diterima sebesar

5% sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 240 KK yang diambil secara random

dari masing-masing lokasi penelitian, masing-masing lokasi sebanyak 60 KK.

Data dan Instrumen Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari lapangan di

lokasi penelitian. Data primer tersebut meliputi: (1) karakateristik individu warga

masyarakat kampung kota yang dijadikan responden, (2) karakteristik fisik

lingkungan permukiman kampung kota, (3) modal sosial masyarakat kampung kota,

(4) persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan kampung, (5) tingkat

kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman dan (6) partisipasi masyarakat

meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

65

Data sekunder adalah data pendukung penelitian yang didapat dari berbagai

sumber seperti data potensi desa yang didapat dari kantor kelurahan-kelurahan yang

lokasinya terpilih menjadi sampel penelitian, data dari Dinas tata ruang tentang

lokasi kawasan-kawasan kumuh, buku-buku sumber, media masa, internet maupun

sumber-sumber lainnya. Data sekunder yang mendukung penelitian ini adalah: peta

kawasan yang dijadikan lokasi penelitian, perundang-undangan dan kebijakan yang

terkait dengan penyediaan rumah dan permukiman, rumah dan lingkungan

permukiman sehat, rencana strategis pembangunan di bidang permukiman.

Teknik dan Instrumen Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu kepada tujuan

penelitian dan identifikasi variabel penelitian yang diteliti. Instrumen yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data karakteristik fisik lingkungan

kampung kota dan karakteristik hunian. Proses observasi dilengkapi dengan alat

bantu berupa perekam visual (camera digital dan handycam), tape recorder, dan

buku catatan yang dapat mendokumentasikan seluruh data yang dibutuhkan.

2. Focus Group Discusson (FGD)

FGD adalah kepanjangan dari Focus Group Discussion atau Diskusi

Kelompok Terfokus digunakan untuk menggali data dari peserta diskusi melalui

sebuah diskusi berkelompok untuk membahas masalah partisipasi masyarakat dalam

peningkatan kualitas lingkungan. Data hasil FGD digunakan untuk bahan analisis

dan rumusan pengembangan model penyuluhan untuk meningkatkan kualitas

lingkungan kampung kota yang berbasis masyarakat.

3. Kuisioner

Instrumen kuisioner menggunakan jenis kuisioner tertutup dengan instrumen

skala Likert yang telah dimodifikasi. Kuisioner dibuat dengan 5 pilihan jawaban

yaitu nilai 5 (sangat setuju/sangat baik), nilai 4 (setuju/baik), nilai 3 (cukup/sedang),

nilai 2 (tidak setuju/buruk), nilai 1 (tidak pernah/tidak ada) apabila pernyataan/

pertanyaan dalam bentuk kalimat positif dan jika pernyataan/pertanyaan dalam

bentuk kalimat negatif maka penilaian nya adalah sebaliknya. Kuisioner ini

digunakan untuk mendapatkan data karakteristik individu, karakteristik modal sosial

66

masyarakat, persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat

kebutuhan akan rumah dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas

lingkungan.

4. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi yang lebih dalam

pada beberapa responden berkenaan dengan substansi penelitian.

Data hasil wawancara dan hasil FGD digunakan untuk memperkuat data-data

kuantitaif dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar pengembangan model

penyuluhan untuk merumuskan strategi gerakan masyarakat untuk meningkatkan

kualitas lingkungan kampung kota.

Untuk mengetahui kelayakan instrumen sebagai alat pengumpul data perlu

dilakukan ujicoba instrumen dan untuk hal tersebut perlu dilakukan analisis validitas

dan reliabilitas. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau

kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004). Validitas merujuk pada “sejauh mana”

suatu pengukuran secara empiris cukup menggambarkan makna nyata dari konsep

yang sedang dipertimbangkan. Validitas instrumen diperlukan untuk memberikan

keyakinan tentang ketepatan perangkat pengukuran yang digunakan sehingga

mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini uji validitas instrumen yang dilakukan adalah jenis uji

validitas konstruks (construct validity) untuk menilai seberapa jauh instrumen dapat

mengukur sifat bangunan pengertian. Untuk menunjukkan validitas konstruks perlu

dilakukan pendekatan rasional dan empirik. Pendekatan rasional didasarkan kepada

unsur yang membentuk konstruks tersebut serta menetapkan apakah butir-butir

pertanyaan/pernyataan sesuai dalam menaksir unsur dalam kuesioner. Pendekatan

empiris dimaksudkan untuk melihat instrumen dari segi internal yaitu kesesuaian

dengan apa yang diramalkan oleh konstruks tersebut.

67

Untuk menguji validitas konstruks digunakan pendapat dari ahli yang dalam

hal ini adalah 3 orang dosen pembimbing yang dianggap ahli di bidangnya

Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli

diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Dari proses konsultasi

tersebut beberapa kali instrumen diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan yang

diberikan.

Setelah pengujian konstruksi dari ahli selesai, dilanjutkan dengan uji coba

instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada

sampel darimana populasi diambil. Jumlah anggota yang digunakan adalah 30 orang.

Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validititas dilakukan

dengan analisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen

dengan rumus Product Moment dari Pearson, yaitu:

r hitung = n ( ∑ XY ) – ( ∑X ) . ( ∑Y )

√( n . ∑ X2 – (∑X2 )) . ( n . ∑Y2 ) – (∑Y2 ))

r hitung = Koefisien korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden Setelah perhitungan korelasi (r) tersebut dilakukan, kemudian dikonsultasikan

dengan r tabel pada taraf signifikansi 95% = 0,241. Dengan demikian butir-butir

pertanyaan/pernyataan dalam kuisioner yang memiliki korelasi di bawah taraf

signifikansi 95% dinyatakan tidak valid. Dari hasil perhitungan tersebut terdapat 13

butir pertanyaan/pernyataan yang tidak valid. Butir-butir yang tidak valid ini

dikeluarkan dari kuisioner dan tidak digunakan dalam pengambilan data selanjutnya.

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas diartikan sebagai tingkat stabilitas dan konsistensi skala yang

dihasilkan apabila suatu gejala diukur beberapa kali seperti yang dikatakan

Singarimbun (1989): Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan

sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua

kali atau lebih. Kerlinger (1990) mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan untuk

mengukur reliabilitas, yaitu (1) apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali

68

memberikan hasil yang sama, (2) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur hal yang

sebenarnya dari sifat yang diukur, (3) galat pengukurannya.

Galat pengukuran merupakan himpunan akibat dari berbagai sumber

pengaruh: unsur acak atau kebetulan yang biasa terjumpai, keletihan sementara,

kondisi serba kebetulan pada suatu saat tertentu yang mempengaruhi obyek

pengukuran atau instrumen pengukuran, fluktuasi daya ingat orang atau suasana hati

dan faktor-faktor lain yang bersifat sementara dan terus menerus bergeser. Hal ini

mengandung arti bahwa semakin besar galat, makin rendah tingkat reliabilitas suatu

penelitian, demikian pula sebaliknya. Dalam penelitian ini uji coba reliablitas

instrumen menggunakan Uji Cronbach Alpha, dengan rumus:

α = koefisien alpha, atau koefisien reliabilitas alpha

n = jumlah butir pada perangkat instrumen 2Yi

σ = varian variabel acak skor observasi butir ke-i ⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

=∑=

2X

n

1i

2Y

σ

σ - 1

1-nn α

1

2Xσ = varian variabel acak skor observasi pada semua butir

Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan, koefisien alpha yang diperoleh

menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah reliabel

seperti dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 12 Hasil uji Reliabilitas

Variabel Reliabilitas (Nilai Cronbach Alfa)

Karakteristik individu 0,66 Karakteristik fisik permukiman 0,64 Modal sosial masyarakat 0,63 Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan 0,79 Tingkat kebutuhan akan rumah dan permukiman 0,81 Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan 0,75

Dari tabel di atas terlihat bahwa bahwa besarnya koefisien reliabilitas alpha yang

diperoleh menunjukkan > 0,60. Dengan demikian instrumen penelitian yang

digunakan merupakan alat ukur yang koefisien reliabilitasnya dapat diterima

69

Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa model analisis hubungan antara

variabel yang terdiri atas lima variabel bebas, empat variabel bebas sekaligus terikat

dan satu variabel terikat. Variabel-variabel utama tersebut adalah:

Variabel bebas (1) Karakteristik individu (X1)

(2) Karakteristik fisik lingkungan permukiman (X2)

Variabel bebas sekaligus variabel terikat

(3) Modal sosial masyarakat (Y1)

(4) Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan (Y2)

(5) Tingkat kebutuhan akan rumah (Y3)

Variabel terikat

(6) Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan (Y4)

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk dapat mengukur variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,

masing-masing variabel terlebih dahulu diberi batasan atau dioperasionalisasikan

sehingga menjadi jelas, dan selanjutnya dapat diukur. Variabel-variabel yang

dioperasionalkan tersebut meliputi variabel dan sub variabel yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman

kampung kota, modal sosial masyarakat di permukiman kampung kota, persepsi

tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat

kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman, dan partisipasi meningkatkan

kualitas lingkungan permukiman.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu adalah keadaan individu pemukim yang membedakan

satu pemukim dengan pemukim lainnya (satu individu keluarga dengan individu

keluarga lainnya) yang dipengaruhi oleh: umur, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran,

jumlah keluarga, dan lama tinggal di permukiman saat ini. Secara lengkap Variabel

karakteristik individu dan indikatornya dijelaskan seperti berikut:

70

Tabel 13 Variabel dan Indikator Karakteristik lndividu

Indikator Parameter 1. Usia Tingkatan Usia (Jumlah tahun sejak lahir sampai dengan saat

dilakukan wawancara)

2. Pendidikan Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh yang sudah diselesaikan sampai dengan saat dilakukan wawancara

3. Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

4. Pendapatan Jumlah total pendapatan keluarga: a. Pendapatan kepala keluarga selama satu bulan yang digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari b. Pendapatan anggota keluarga lain yang digunakan untuk

menambah kebutuhan keluarga selama satu bulan 5. Jumlah keluarga Jumlah anggota keluarga (jiwa) yang tinggal dalam satu rumah

6. Lama tinggal Jumlah tahun sejak pertama tinggal di permukiman kampung kota sampai saat dilaksanakannya wawancara

Karakteristik Fisik Lingkungan Permukiman

Karakteristik lingkungan fisik terdiri dari (1) ketersediaan prasarana

lingkungan permukiman seperti jaringan jalan, jaringan pematusan air hujan

(drainase), jaringan pembuangan limbah dan sampah, jaringan pengadaan air bersih,

jaringan listrik, telpon, dan ketersediaan sarana lingkungan seperti fasilitas tempat

belanja, tempat peribadatan, tempat sosialisasi dan rekreasi, tempat olah raga, tempat

pendidikan dan tempat kesehatan, dan (2) Kondisi sarana dan prasarana lingkungan

permukiman yang tersedia saat ini. Berikut adalah variabel dan indikator

Karakteristik lingkungan fisik permukiman

Tabel 14 Variabel dan Indikator Karakteristik Lingkungan Fisik Permukiman

Indikator Parameter 1. Ketersediaan sarana dan

prasarana lingkungan permukiman

Prasarana lingkungan: • jaringan jalan • jaringan pembuangan limbah dan sampah • jaringan drainase • jaringan pengadaan air bersih • jaringan listrik dan telpon Sarana lingkungan permukiman • fasilitas belanja • fasilitas peribadatan • fasilitas pendidikan • fasilitas sosialisasi • fasilitas olah raga dan bermain • fasilitas kesehatan

71

2. Kondisi Sarana lingkungan permukiman yang tersedia saat ini

Kondisi sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang tersedia saat ini • buruk • sedang • baik

Modal Sosial Masyarakat

Lingkungan Sosial adalah kondisi faktor-faktor sosial masyarakat yang

terdapat di permukiman kampung kota yang mempengaruhi perilaku masyarakat

dalam keikutsertaannya meningkatkan kualitas lingkungan di wilayahnya.

Sehubungan dengan tujuan penelitian maka yang menjadi indikator adalah:

hubungan ketetanggaan, tingkat kegotongroyongan masyarakat, peran tokoh

masyarakat untuk menggerakan masyarakat meningkatkan kualitas lingkungan.

Tabel 15 Variabel dan indikator modal sosial masyarakat

Variabel/Indikator Parameter 1. Saling percaya antar warga

(trust) Tingkat kepercayaan dan kesaling pengertian antara tetangga dan komunitas kampung

2. Relasi mutual (resiprositas) Hubungan antar tetangga dan warga kampung kota 3. Nilai dan norma Kepatuhan terhadap aturan yang ada 4. Peran tokoh masyarakat dan

organisasi sosial/masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Keberadaan jaringan atau organisasi masyarakat dan keikutsertaan masyarakat dalam organisasi tersebut serta peran tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

Persepsi dan motivasi meningkatkan Kualitas Lingkungan

Variabel Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan terdiri dari

sub variabel Persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan

kualitas lingkungan permukiman. Persepsi adalah proses kognitif yang dialami

seseorang didalam memahami informasi lingkungannya melalui penglihatan,

pendengaran, perasaan, penciuman, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman yang

sebelumnya. Dalam penelitian ini, indikator persepsi terdiri dari: Pengalaman tinggal

di permukiman lain sebelumnya, persepsi tentang kualitas rumah dan lingkungan

permukiman yang saat ini ditempati yang berpengaruh terhadap cara pandang dan

perlakuan terhadap rumah dan sarana prasarana lingkungan yang tersedia serta

indikator kepuasan terhadap rumah dan lingkungan yang saat ini ditempati.

Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri individu yang

merangsangnya untuk melakukan aktivitas atau sesuatu yang menjadi dasar mengapa

72

individu bertindak. Dalam hal ini adalah motivasi yang dimiliki masyarakat untuk

dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang terdiri dari motivasi meningkatkan

kualitas rumah dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Berikut

adalah indikator-indikatornya.

Tabel 16 Variabel dan indikator persepsi dan motivasi meningkan kualitas lingkungan Sub Variabel/Indikator Parameter

Persepsi tentang kualitas lingkungan (Y2.1) 1. Pengalaman tinggal di

permukiman lain Pengalaman tinggal di permukiman lain sebelum tinggal di permukiman saat ini

2. Persepsi mengenai fungsi rumah

Persepsi tentang fungsi rumah

3. Persepsi tentang kualitas rumah

Persepsi tentang kualitas rumah

4. Persepsi tentang kualitas lingkungan

Persepsi tentang kualitas lingkungan dan perlakuan terhadap lingkungan permukiman

5. Kepuasan terhadap rumah dan lingkungan saat ini

Tingkat kepuasan terhadap kondisi rumah dan lingkungan permukiman yang ditinggali saat ini

Motivasi meningkatkan kualitas lingkungan (Y2.2) 1. Motivasi tinggal di

permukiman saat ini Alasan yang mempengaruhi memilih tinggal di permukiman saat ini

2. Motivasi meningkatkan kualitas rumah

Alasan yang mempengaruhi keingingan memelihara/meningkatkan kualitas rumah

3. Motivasi meningkatan kualitas lingkungan

Alasan yang mempengaruhi keingingan memelihara/meningkatkan kualitas lingkungan

Tingkat kebutuhan akan rumah tinggal

Berdasarkan budaya dan lingkungan sosialnya, masyarakat yang hidup di

wilayah perkotaan mempunyai karakteristik spesifik yang berbeda dengan karakter

masyarakat yang hidup di wilayah pedesaan. Pada umumnya masyarakat perkotaan

memiliki tuntutan yang lebih tinggi sehubungan dengan rumah sebagai hunian.

Untuk masyarakat yang tinggal di permukiman kampung kota dengan budaya

bermukim dipengaruhi cara hidup di perdesaan namun juga tidak lepas dari pengaruh

lingkungan sekitarnya yang bersuasana urban maka mengadopsi teori Maslow

tentang tingkat kebutuhan manusia manusia maka tingkat kebutuhan akan hunian

dapat dikategorisasikan sebagai berikut: Survival needs, Safety and Security needs,

Affiliation needs, Esteem needs dan Self actualization needs. Variabel Kebutuhan

akan rumah secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

73

Tabel 17 Variabel dan indikator kebutuhan akan rumah

Variabel/Indikator Parameter 1. Kebutuhan akan rumah dan

lingkungan permukiman Tingkat kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman

2. Kemampuan memenuhi kebutuhan akan rumah

Tingkat kemampuan memenuhi kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman

3. Kondisi fisik rumah Standar minimal untuk dikatagorikan sebagai rumah sehat seperti konstruksi bangunan, ketersediaan ventilasi dan bukaan untuk sinar matahari, sirkulasi udara, sumber-sumber air dan saluran-saluran pembuangan

4. Ketersediaan ruang dalam rumah

Ketersediaan ruang-ruang dalam rumah dan di luar rumah yang digunakan untuk kelangsungan hidup sehari-hari

Partisipasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Partisipasi dalam peningkatan kualitas rumah dan sarana permukiman ini

adalah perilaku dan keikutsertaan responden dalam kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan. Sehubungan

dengan tujuan dalam penelitian ini variabel partisipasi ini dirinci dalam indikator-

indikator: Perilaku keseharian dalam menggunakan sarana lingkungan, Keikutsertaan

dalam kegiatan peningkatan kualitas lingkungan, dan Frekuensi keikut sertaan dalam

kegiatan meningkatakan kualitas lingkungan.

Variabel Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan secara rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18 Variabel dan indikator partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas

lingkungan permukiman Variabel/Indikator Parameter

1. Sikap proaktif untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

Sikap individu yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang tidak terkait dalam kegiatan bersama (membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, menanam pepohonan dsb)

2. Perilaku dan keikutsertaan mengikuti kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

Kegiatan bersama yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan seperti gotong royong bersih-bersih kampung, memperbaiki sarana prasarana lingkungan yang rusak dan sejenisnya.

3. Frekuensi partisipasi Frekuensi mengikuti pertemuan dan kualitas keikutsertaan dalam pertemuan tersebut

74

Analisis Data

Tahapan Analisis data terbagi dalam: 1) Tahap deskripsi data dan 2) Tahap

pengujian hipotesis.

1. Tahap Deskripsi Data

Pada tahap deskripsi data, data yang terkumpul dianalisis dengan analisis

statistik deskriptif. Statistik deskriptif bertujuan untuk melihat data apa adanya.

untuk memperoleh gambaran umum mengenai variabel-variabel yang diukur pada

sampel. Analisis statistik deskriptif yang umum dilakukan adalah: (1) parameter

statistik (rerata, standar deviasi, varian, median, modus), (2) analisis gambaran data

(distribusi frekuensi dan persentasi) dan (3) analisis kecenderungan

Data yang diperoleh di deskripsikan menurut masing-masing variabel. Tahap

ini bertujuan melihat kecenderungan data yang ada pada setiap variabel, karena akan

dicari skor rata-rata, standar deviasi, median dari setiap variabel yang diteliti.

Untuk mendapatkan nilai-nilai tendensi sentral setiap variabelnya dilakukan

dengan statistik deskriptif melalui bantuan program SPSS 14.

2. Tahap pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis meliputi: (1) analisis korelasi, (2) analisis persamaan

regresi dan 3) analisis jalur. Penelitian ini mencoba melihat hubungan sebab akibat

antar variabel yang telah ditentukan untuk keperluan menemukan jawaban atas

pertanyaan penelitian. Alat analisis yang tepat untuk keperluan tersebut

menggunakan model hubungan kausal yang memungkingkan peneliti untuk

menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap variabel-

variabel dalam penelitian ini.

Analisis regresi dimaksudkan untuk melihat pengaruh secara tunggal maupun

bersama-sama antara variabel. Sedangkan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh

langsung dan tak langsung yang terjadi pada variabel yang dianalisis.

Pada dasarnya metode analisis jalur merupakan bentuk analisis regresi

terstruktur yang mengkaji hubungan kausal diantara variabel-variabel dalam sistem

tertutup (Sumarjo, 1999).

Pada dasarnya total keragaman (total variance) dari variabel terikat (Y) dalam

regresi berganda (multiple regresion) dikomposisikan sebagai berikut:

75

Y = .a + b + c ..................................................................... (1)

a = proporsi keragaman yang dijelaskan secara langsung oleh koefisien jalur

b = proporsi keragaman yang diakibatkan karena adanya korealasi variabel bebas

c = proporsi keragaman yang diakibatkan karena galat (error)

Untuk koefisien jalur, didapat dari model regresi linier berganda yang terdiri

dari n variabel bebas

Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + . . . + BnXn + e ..................... (2)

Y = variabel teribak Xi = variabel bebas ke i, i = 1, 2, 3, . . . n B0 = konstanta e = galat (error)

Dengan mengasumsikan bahwa e = 0 maka bentuk persamaan (2) dapat

diduga dengan persamaan berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + . . . + bnXn .............................. (3)

Selanjutnya apabila SY didefinisikan sebagai simpangan baku sampel untuk variabel

terikat (Y), dan SX1, SX2, SX3 . . . SXn sebagai simpangan baku sampel untuk

variabel-variabel bebas X1, X2, X3 . . . Xn, maka dari persamaan (3) dapat dihitung

koefisien regresi baku yang sering disebut dengan koefisien beta, yaitu:

Bi = bi . Si i = 1, 2, 3, . . . n ............................. (4) Sy

Koefisien jalur pada dasarnya adalah serupa dengan koefisien beta. Apabila

Ci didefinisikan sebagaikoefisien jalur variabel baku Xi (variabel bebas Xi yang

dibakukan sehingga berdistribusi normal dengan nilai rata-rata = 0 dan ragam = 1

maka pada dasarnya Ci dapat dihitung berdasarkan rumus (4) atau dengan kata lain

Bi = Ci

Apabila koefisien lintasan Ci telah diketahui maka beberapa informasi

penting akan dapat diperoleh berdasarkan metode analisis jalur yakni:

1) Pengaruh langsung variabel bebas yang dibakukan Xi terhadap variabel terikat Y

yang telah dibakukan, yang diukur atau ditunjukkan dengan koefisien jalur Ci

2) Pengaruh tidak langsung variabel bebas yang dibakukan Xi terhadap variabel

terikat Y melalui variabel yang telah dibakukan Xj yang diukur oleh besaran

(Cjrij).

3) Pengaruh galat (error/residual) yang tidak dapat dijelaskan oleh model analisis

jalur diukur dengan rumus:

76

n Cs

2 = 1 - ∑ . Cjrij Cs = √ Cs2

i = 1

Besaran Cs2 dalam analisis jalur serupa dengan besaran (1 – R2) dalam

analisis multiple regression.

Secara ringkas analisis data untuk masing-masing variabel dalam penelitian

ini dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 19 Teknik Analisis Data No Teknik Analisis Lingkup Kajian 1 Distribusi frekuensi,

Modus, Mean, Standar deviasi

Karakteristik individu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan lama tinggal Karakteristik lingkungan permukiman kampung kota yang terdiri dari karakteristik fisik kampung dan kondisi sarana prasarana yang tersedia Modal sosial yang terdiri atas tingkat kepercayaan (trust), relasi mutual (resiprositas), norma dan nilai sosial, peran tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan Persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan Tingkat kebutuhan akan rumah dan lingkungan Partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan

2 Regresi Ganda Korelasi Ganda Koefisien Determinasi

Hubungan karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, modal sosial, persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat kebutuhan akan rumah dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

3 Analisis jalur Pengaruh dan besarnya pengaruh dari karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman, modal sosial, persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat kebutuhan masyarakat akan rumah terhadap partisipasi masyarakat meningkatkan kualitas lingkungan