metode penelitian kualitatif
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
METODE PENELITIAN KUALITATIF
Content Analysis (Analisis Konten)
OLEH:
Syaini Sukinan 154214005
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
JUNI 2015
1
Analisi Konten Pada Artikel Penghafal Al Quran Bisa Masuk Fakultas Kedokteran
1. Rumusan Malasah
Salah satu artikel pada diskusi grup facebook mata kuliah kualitatif sangat
menarik sekali untuk dibaca, dibahas dan dianalisis. Artikel tersebut yaitu mengenai
“Penghafal Al Quran Bisa Masuk Fakultas Kedokteran”. Dari hasil diskusi pada artikel ini banyak sekali
kita temukan pendapat atau opini dari komentator-komentator baik yang setuju maupun yang tidak setuju
mengenai seorang hafidz (penghafal kitab Al-quran) bisa masuk, mendapatkan beasiswa dan mengikuti
perkuliahan di sebuah fakultas yang yang menjadi fakultas favorit yaitu fakultas kedokteran. Dalam hal
ini peneliti tertarik untuk menganalisis dari pendapat atau opini mengenai artikel ini dengan salah satu
metode analis yang cukup tua yaitu content analysis.. Peneliti mencoba merumuskan permasalahan dari
artikel ini diantaranya sebagai berikut “Pendapat apa saja yang muncul dalam diskusi media sosial
mengenai beasiswa untuk penghafal Al-Quran bagi mahasiswa di sebauah fakultas kedokteran dan
bagaimana perbedaan pendapat anatr kelompok masyarakat muslim vs non-muslim?.” Dari rumusan
masalah tersebut peneliti berharap mampu mendeskripsikan dengan baik dan memberikan informasi
mengenai makna yang terkandung baik yang bersifat kontroversial maupun tidak yang terjadi pada
diskusi artikel ini
2. MetodePenelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis
kualitatif isi (content analysis). Menurut moleong (2013) analisis konten adalah teknik
penelitian yang digunakan untuk referensi yang replikabel dan valid dari data pada
konteksnya. Peneliti mencari bentuk dan struktur serta pola yang beraturan dalam teks
dan membuat kesimpulan atas dasar keteraturan yang ditemukan itu. Metode analisis
konten (content analysis) atau analisis isi digunakan untuk menganalisis isi dari suatu
wacana. Kajian konten analisis dapat mengantarkanpeneliti wacana untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan
konteksnya (Krippendorff, dalam Moleong, 2005).
2
Menurut Srnka & Koeszegi (2007), ada lima langkah dalam melakukan analisis isi.
a) langkah 1 dan 2 adalah sumber data dan transkripsi - menciptakan dasar untuk
analisis kualitatif, ketika data yang tersedia (misalnya, bahan grafis atau teks
dokumen) atau ketika bahan lisan sudah ada dalam bentuk tertulis.
b) Langkah 3 adalah penyatuan (pengabungan), yaitu memilih unit analisis dan
membagi materi menjadi unit-unit coding. Unit analisis merupakan langkah
pertama yang sangat penting untuk analisis sistematis bahan kualitatif.
c) Tahap 4 adalah kategorisasi, yaitu pengembangan skema kategori yang
berhubungan dengan masalah penelitian, langkah selanjutnya adalah
melakukan kategorisasi, proses penataan dan kondensasi data dengan
mengelompokkan bahan kualitatif dalam cara teoritis wawasan.
d) Langkah 5 adalah coding, yaitu menetapkan kode kategori untuk teks unit,
coding berarti tugas sistematis kode (angka) untuk unit berdasarkan skema
kategori.
Nino Aditomo 5 Juni pukul 11:36 · Kota Surabaya
Sebuah universitas negeri memberi beasiswa untuk kuliah di jurusan kedokteran bagi penghafat Al Quran. Setujukah anda dengan kebijakan ini? Mengapa?
Penghafal Al Quran Bisa Masuk Fakultas Kedokteran | Tempo Nasional
Rektor UNS Surakarta Ravik Karsidi mengatakan UNS memiliki jalur khusus penerimaan bagi calon mahasiswa yang punya
NASIONAL.TEMPO.CO
3
4
5
6
No. Pernyataan Kategori Perbedaan Kode
7
pendapat
1. Saya setuju saja, bahkan para penghafal kitab suci lain seharusnya jg harus
bisa masuk kategori tersebut, sebab mnghaffalkn subuah kitab suci kata-
perkata kalimat perkalimat tentu mmemerlukan daya ingat yg kuat, seperti
halnya dalam kedokteran mahasiswa bn,yak dituntut untuk memiliki daya ingat
yg baik dlm proses pmmbelajaran
Setuju muslim 1
2. Saya sih kurang setuju pak, berarti beasiswa itu 'hanya dikhususkan utk
mahasiswa yg muslim' sdgkan mahasiswa lain yang sebenarnya memiliki
potensi utk mendapatkan beasiswa jd tidak bs mendapatkan itu krn berbeda
agama. Seperti mengkhususkan agama satuaja gtu pak. Jd kelihatan tidak fair
utk agama yang berbeda. Kecuali ditiap agama di univ tersebut memiliki
persyaratan sama terhadap pembetian beasiswa pak. Sehingga setiap
mahasiswa memiliki peluang yang sama utk mendapatkan beasiswa
berdasarkan agama yg berbeda2
Tidak setuju muslim 2
3. Seprtinya tidak ada yang salah, sebab Itu merupakan usaha yang dilakukan
oleh pihak kampus, dan bagi calon mahasiswa yang mau masuk semestinya
sudah harus tau syaratnya
Setuju non
muslim
1
4. Saya setuju saja, adalah hak dari universitas manapun untuk memberikan
beasiswa bagi mahasiswanya. Asal sdh melewati prosedur yang berlaku.
Misalkan untuk mahasiswa kedokteran, memang dia memenuhi kualifikasi
untuk diterima menjadi mahasiswa kedokteran dari segi akademisnya. Jika
kemudian dia me dapat beasiswa karena dia hafal Al Qur'an, sah2 saja
karena hal tersebut adalah sebuah prestasi.
Setuju muslim 1
5. Jadi beasiswa diberikan kepada mahasiswa kedokteran yang hafal Al Qur'an,
bukan terus hafal Al Qur'an trus diterima di kedokteran dengan beasiswasetuju muslim 1
6. saya setuju untuk soal beasiswa... kan semakin banyak yang dapat beasiswa
ya semakin baik. artinya semakin banyak orang bisa menikmati pendidikan,
asal pendidikan nya bermutu lho ya... jangan cuma asal kejar tayang
setuju non
muslim
1
7. lhoo menurut saya beasiswa adalah keringanan beban studi pak, soal dia
kompeten atau tidaknya itu akan dapat dilihat dari proses studinya di kampus,
kalau dia ngga kompeten sebagai dokter yang baik ya dia ngga akan lulus di
kelas kelas perkuliahan, dan mungkin juga beasiswa nya akan dicabut terkait
dengan peraturan para penerima beasiswa ngga boleh ngga lulus mata kuliah
apapun
netral non
muslim
3
8. ingat bahwa bangku kuliah itu terbatas, apalagi di univ negeri. jadi dengan
diterimanya satu orang (diberi beasiswa), ada satu orang lain yang ditolak
(tidak mendapat beasiswa). karena itu perlu dipastikan bahwa yang diberi
beasiswa memang karena lebih layak daripada yang tidak diberi. di sinilah
relevansi bicara tentang kriteria beasiswa itu
netral muslim 3
9. kalau saya sendiri melihat yang pantas menerima beasiswa tidak hanya dari netral non 3
8
yang dapat menghafalkan Al Quran tapi juga memiliki prestasi dalam bidang
akademiknya, akan lebih baik dari sisi agama dan pendidikan berjalan
seimbang kan lebih baik smile emotikon
muslim
10. senada dengan komen di artikel atas kayaknya saya terlalu berapi api dan
ngga mengindahkan fakta itu mengurangi jatah org lain... ya kalau sampai ada
merugikan orang lain, saya jadinya kurang setuju deh
tidak setuju non
muslim
2
11 Saya merespon pendapatnya luh pak. Maksudnya alangkah lebih baik kalau
pendidikan baik, agama juga baik. Karena apabila mahasiswa tersebut hanya
memiliki agama yg baik, tetapi tetap mendapatkan nilai yg bagus, bukannya
malah mendiskriminasi mahasiswa lainnya?
netral muslim 3
12 kalau seimbang lebih baik pak soalnya kalau pendidikannya baik orang itu
akan mengikuti perkuliahan dengan baik dan mendapat nilai yang baik, dan
kalau agamanya juga baik dia bisa memiliki moral yang baik di masyarak
netral non
muslim
3
13 kalo bisa jgan hapal Alquran aja pak.. tp hapal Injil, Wedha, Tripitaka, dan yg
lain sesuai agama masing2 hehee.. tp memang semua tergantung kebijakan
universitasny
netral non
muslim
3
14 Kalau saya rasa sih rada diskriminan pak ya. Kecuali sih ya pak abis beasiswa
utk kaum muslim, nah nanti2 ad hafalan beasiswa jg utk agama lain. Jd biar
semua mhs yg berbeda agama itu yang memiliki potensi akademik yg baik bs
mendaftar pak. Kan kasian pak dia memiliki potensi akademik yg bagus tp
ternyata adanya jalur ke khususan itu.
tidak setuju muslim 2
15 Menurut saya, apa pun kitab suci yang harus dihafalkan sebagai syarat masuk
fakultas kedokteran itu tidak relevan. Mending fakultasnya berganti nama saja,
bukan fakultas kedokteran, tapi fakultas teologi (Islam/katolik/hindu/budha
tidak setuju non
muslim
2
16 Iya.... saya setuju..... tidak masalah kalau hafal Al Qur'an...... ketika di cermati
dengan baik bukan soal singkronisasi Al Qur'an dengan Ilmu Kedokteran.....
tetapi......?
setuju non
muslim
1
17 Setau saya jadi khufat itu tidak gampang. Kenapa? Karena menghafal Al
Qur'an harus dalam bahasa arab, bukan terjemahannya. Artinya bukan
bahasa kita. Jadi kesulitannya lebih tinggi. Harus ada niat yang kuat, dan kalo
mau lebih memudahkan harus paham bahasa arab juga. Jadi menurut saya
menghafal Al Qur'an itu proses yang kompleks dan butuh waktu.
Kenyataannya tidak sedikit orang2 muslim dengan IQ yang bagus mampu
menghafal Al Qur'an.
setuju muslim 1
18 Sebenarnya tidak masalah tapi agama dan ilmu pengetahuan memiliki sudut
pandang berbeda sehingga mnrt saya kok jadi kurang relevan bila syarat
beasiswanya terkait dg hal keagamaan bukan pendidikan karena institusinya
adalah berbasis pendidikan dan........
tidak setuju non
muslim
2
19 mungkin ini perspektif salah satu agama bahwa individu yg hafal al-quran dan
memahami isi dan mampu mengamalkan ilmunya memiliki kemampuan untuk
bersaing di dunia perkuliahan meskipun jurusan kedokteran karena ada salah
setuju muslim 1
9
satu tokoh atau Bapak kedokteran dunia yang cukup terkenal di eropa yaitu
avicenna atau ibn Sina
20 jd why not kalo penghafal al-quran itu bs masuk fakultas kedokteran??? tp
alangkah indahnya bagi yang menghafal kitab-kitab yang lain sesuai dengan
agama masing-masing bisa masuk fakultas kedokteran jg
setuju muslim 1
21 emmm....terima kasih atas komentarnya pak kris...sebagai orang awam yang
haus akan ilmu saya pernah membaca sebuah artikel bahwasanya menghafal
al-quran yang selama ini di anggap sebagai beban karena harus menghafal
berlembar2 memiliki hubungan dengan.....
setuju muslim 1
22 Sangat bagus jika prinsip ini berkembang di univ swasta.. bukan saja dokter
tapi calon pdmimpin negara juga.. mengap, karena dengan menghfal Al
Qur'an sangat membantu seseorang untuk bertindak dengan mengingat ayat
suci trsebut..... sebab ilmu kedokteran semakin canggih dan seakan
bertentangan dengan doktrin2 semua agama. (jadi takut yaa... Maaf ya Ibu
Dokter... ini fakta
setuju non
muslim
1
23 Lalu apakah manfaat praktisnya kita tahu ayat itu untuk kedokteran, bukannya
lebih baik menguasai bidang kedokteran dibanding kitab sucinya? Kalo yang
tidak beragama tidak boleh masuk kedokteran, apakah itu tidak berarti
diskrimimatif? Bukannya setiap manusia berhak mengenyam pendidikan tak
peduli apa pun latar belakang dan kondisi dari manusia itu?
tidak setuju non
muslim
2
24 Maaf bapak ibu...... Bukan alasan seseorang hafal Al Qur'an dia diterima
kuliah di kedokteran. Tapi secara tes akademis memang dia mampu. Perkara
kemudian dapat beasiswa karena dia hafal Al Qur'an, itu tidak dilarang to?
Seperti halnya karena dia atlit.....
setuju muslim 1
25 ini bilang kalo universitas UNS punya jalur khusus buat nerima calon
mahasiswa yg hapal Alquran minimal 20 juz (ternyata gk cm di fakultas
kedokteran aja). trus mngatakan bahwa program itu bisa jadi salah satu cara
untuk mmbantu ank miskin untu
setuju non
muslim
1
26 mgkin beasiswa ini dimaksudkan untuk ank yg kurang mampu tp berpotensi
untuk masuk fak.kedokteran + hapal Alquran itu.. secara kedokteran mahal
kale.. artikel mnyebutkan gk cm fak.kedokteran aja lho, tp juga ekonomi sama
sospol kalo gk salah, entah knp ditekankan fak.kedokterannya aja heh
netral non
muslim
3
27 agree dengan Mami.. smile emotikon dan mungkin juga memang ada jalur
khusus untuk mendapatkan kesempatan beasiswa ini, namun jalurnya khas
pada suatu agama tertentu, apapun kebijakan dan wacamna suatu organisasi,
dalam hal ini Universitas, yang terpenting adalah mendidik insan muda
menjadi penerus bangsa yang lebih baik dan memberdayakan semua pihak,
tanpa meoihat ras, suku, dan agama tertentu
setuju muslim 1
28 1. lebih baik menghapal kitab suci jangan dijadikan syarat penting untuk
beasiswa PT, karena setahu saya belum ada relevansi antara orang yang
hafal kitab suci dengan performa akademis. Apalagi pada artikel tersebut
netral non
muslim
3
10
dikatakan agar penerimaan tidak melalui tes tertulis.
2. Kalaupun memang ada korelasi antara hafal kitab suci dengan performa
akademik, lebih baik jika tidak terbatas pada agama Islam, namun juga
terbuka untuk agama apapun, termasuk 'agama' atheis
29 Satuju.... jika ini beaswa miskin otomatis syarat ini cocok... sebab kebanyakan
cama cami tdk bisa hafal Al Qur'an dan ini satu usaha yang dilakukan agar
cama cami tidak masuk kampus begitu saja tetapi ada sesuatu yang hRus
mereka penuhi.. na ini hFal 20 jus minimal.... Pak Dandy maaf di aretikel ini
spertinya tdk dikatakan soal ter tulis masuk kampus ini, itu cuman harapan
Muh Nuh ... maaf kalau saya tidak salah tanggapi
netral non
muslim
3
3. Pembahasan dan Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Moleong , 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Srnka K. J. & Koeszegi. S. T. (2007). From Words to Numbers: How to Transform Qualitative
Data into Meaningful Quantitative Results. SBR, 59, 29-57.
11