metode penelitian desain penelitian - repository.ipb.ac.id · kering, yang dampaknya...

23
79 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menyajikan kerangka isi penelitian tentang faktor internal dan eksternal petani responden, serta perilaku agribisnis yang terkristalisasi dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta motif yang bertalian dengan kompetensi agribisnis petani kakao untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani lahan kering yang relatif rendah dibawah standar rata-rata produksi kakao nasional, bila dikaitkan dengan kondisi potensi sumberdaya petani yang akan diteliti sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional (explanatory) yaitu pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan, menganalisis hubungan antar peubah, menguji pengaruh dan hubungan antar peubah dari hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, dengan berbagai asumsi-asumsi berdasarkan teori dan konsep. Peubah dan indikator pengukuran yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah peubah bebas (X), yaitu: faktor internal dalam peubah motivasi diri dan karakteristik petani kakao, dan faktor eksternal dalam peubah kegiatan penyuluhan, intervensi pemberdayaan, dan lingkungan usahatani kakao lahan kering. Peubah tidak bebas (Y), yaitu: tingkat kompetensi agribisnis petani kakao dalam peubah kompetensi teknis agribisnis petani dan peubah kompetensi manajerial agribisnis petani, serta pengaruh tingkat kompetensi agribisnis petani untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani kakao pada lahan kering, yang dampaknya berimplikasi pada tingkat kesejahteraan komunitas petani kakao lahan kering. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis hasil survei baik yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif untuk memperkuat data, fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di lokasi penelitian, secara langsung (observasi dan wawancara) maupun tidak langsung (dokumentasi). Metode survei dimaksudkan peneliti untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala serta fenomena sosial yang ada di lapangan, selanjutnya mencari keterangan- keterangan secara faktual yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Upload: vocong

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

79

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menyajikan

kerangka isi penelitian tentang faktor internal dan eksternal petani responden,

serta perilaku agribisnis yang terkristalisasi dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan

keterampilan serta motif yang bertalian dengan kompetensi agribisnis petani

kakao untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani lahan kering

yang relatif rendah dibawah standar rata-rata produksi kakao nasional, bila

dikaitkan dengan kondisi potensi sumberdaya petani yang akan diteliti sesuai

dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif korelasional (explanatory) yaitu pendekatan penelitian yang

dimaksudkan untuk mendeskripsikan, menganalisis hubungan antar peubah,

menguji pengaruh dan hubungan antar peubah dari hipotesis yang telah

dirumuskan sebelumnya, dengan berbagai asumsi-asumsi berdasarkan teori dan

konsep. Peubah dan indikator pengukuran yang telah dirumuskan dalam penelitian

ini adalah peubah bebas (X), yaitu: faktor internal dalam peubah motivasi diri dan

karakteristik petani kakao, dan faktor eksternal dalam peubah kegiatan

penyuluhan, intervensi pemberdayaan, dan lingkungan usahatani kakao lahan

kering. Peubah tidak bebas (Y), yaitu: tingkat kompetensi agribisnis petani kakao

dalam peubah kompetensi teknis agribisnis petani dan peubah kompetensi

manajerial agribisnis petani, serta pengaruh tingkat kompetensi agribisnis petani

untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani kakao pada lahan

kering, yang dampaknya berimplikasi pada tingkat kesejahteraan komunitas petani

kakao lahan kering.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

hasil survei baik yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif untuk memperkuat

data, fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di lokasi penelitian, secara

langsung (observasi dan wawancara) maupun tidak langsung (dokumentasi).

Metode survei dimaksudkan peneliti untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala

serta fenomena sosial yang ada di lapangan, selanjutnya mencari keterangan-

keterangan secara faktual yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

80

Sementara analisis secara deskriptif dimaksudkan, untuk eksplorasi dan klarifikasi

mengenai fenomena sosial yang ingin diteliti dengan cara mendeskripsikan

sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit analisis yang diteliti

(Faisal, 1992:20).

Dengan demikian desain penelitian deskriptif koresional bertujuan untuk

membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti, menguji hipotesis, membuat

prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang

dipecahkan ( Nazir, 1999:63). Rancangan penelitian yang dipilih adalah penelitian

eksplanatoris, yang bertujuan menjelaskan hubungan dan pengaruh antar peubah

penelitian melalui pengujian hipotesis.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi penelitian adalah petani kakao yang berusahatani pada lahan

kering dalam wilayah sentra produksi kakao rakyat di Kabupaten Konawe

Provinsi Sulawesi Tenggara. Menurut Sugiyono (2007:55) bahwa populasi

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Karakteristik populasi yang

menjadi objek penelitian adalah komunitas petani kakao lahan kering yang

bertempat tinggal pada wilayah sentra produksi kakao di Kabupaten Konawe yang

tersebar pada tiga kecamatan sentra produksi kakao yang berjumlah sebanyak

2.045 petani kakao, dengan ciri independensi, antara lain: (a) petani pengelola

perkebunan kakao rakyat (bukan petani pengelola kebun milik PTP/kebun

plasma), (b) skala usahatani kakao yang dimiliki petani mempunyai luas lahan

minimal satu hektar, (c) tanaman kakao yang di usahakan sudah berproduksi atau

kategori tanaman kakao menghasilkan (TKM), dan (d) lahan usahatani kakao

berada dalam wilayah kecamatan sentra produksi kakao Kabupaten Konawe,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penetapan populasi dari wilayah administrasi kecamatan sentra produksi

kakao Kabupaten Konawe, terpilih tiga desa sentra produksi kakao yakni; Desa

81

Punggalawu Kecamatan Uepay, Desa Lawonua Kecamatan Besulutu, dan Desa

Sambeani Kecamatan Abuki, sebagai objek studi dalam penelitian ini setelah

mempertimbangkan tiga hal berikut ini: (a) tiga desa terpilih sebagai objek studi

memiliki karakteristik komunitas petani kakao yang mempunyai sumber mata

percaharian pokok dari berusahatani lahan kering untuk kelangsungan hidupnya,

(b) potensi produksi dan pengembangan skala usaha agribisnis kakao, relatif lebih

besar dibandingkan dengan desa lainnya yang ada di wilayah kecamatan sentra

produksi kakao Kabupaten Konawe, dan (c) perilaku agribisnis petani kakao

dalam pengelolaan usahatani lahan kering pada tiga desa tersebut, relatif banyak

dipengaruhi ikatan etnik budaya masyarakat petani yang terdiri dari etnik lokal

(suku Tolaki), dan etnik migran (suku Bugis, suku Jawa, dan suku Bali) dengan

produktivitas usahatani kakao masih dibawah rata-rata produktivitas kakao secara

nasional yang mencapai 1,2 ton per hektar (Ditjenbun, 2004:51).

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi

Tenggara, dengan pertimbangan, sebagai berikut:

(1) Kabupaten Konawe memiliki luas wilayah daratan terbesar yakni; seluas

11.669,91 Km2

(2) Komunitas petani lahan kering Kabupaten Konawe, merupakan komunitas

terbesar dalam pengelolaan usahatani kakao di Provinsi Sulawesi Tenggara.

atau 42,43 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi

Tenggara, memiliki existing areal lahan kering seluas 282.761 hektar dengan

areal penanaman kakao rakyat Kabupaten Konawe seluas 105.827 hektar dan

produktivitas usahatani kakao rata-rata hanya mencapai 0,63 ton biji kakao

kering per hektar (Dinas Perkebunan Kabupaten konawe, 2006).

(3) Perilaku agribisnis petani kakao dalam pengelolaan usahatani lahan kering di

Kabupaten Konawe, sangat dipengaruhi berbagai hambatan pengembangan

kompetensi petani beragribisnis dengan berbagai kondisi faktor internal dan

eksternal yang potensial dalam pengelolaan usahatani kakao lahan kering

sebagai sumber mata pencaharian hidup petani untuk mencapai perubahan

kesejahteraan hidup petani perkebunan rakyat.

(4) Tradisi petani kakao yang berusahatani pada lahan kering di Kabupaten

Konawe, saat ini belum banyak mengikuti berbagai perkembangan inovasi

teknologi sehingga perilakunya masih konvensional dalam pengelolaan

82

usahatani dengan indikasi kesenjangan produksi dan produktivitas usahatani

yang masih rendah dari potensi genetik kakao setempat yang relatif dibawah

standar rata-rata produksi Nasional, sehingga perlu dikaji tingkat kompetensi

petani kakao beragribisnis dalam pengelolaan usahatani lahan kering yang

diyakini mempunyai motivasi yang kuat dalam mengembangkan kompetensi

teknis dan kompetensi manajerial yang standar untuk meningkatkan

produktivitas dan pendapatan usahatani, guna mencapai kesejahteraan

komunitas petani lahan kering secara berkelanjutan.

(5) Kabupaten Konawe merupakan gambaran suatu model perencanaan wilayah

pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) dan

termasuk lokasi kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao

Nasional (GERNAS Kakao) dan Program Nasional dalam pengembangan

“Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Melalui Teknologi Informasi” atau

Program FEATI (Farmer Extension Agriculture Trught Information).

Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang diamati atau bagian kecil yang

mewakili gambaran populasi atau cuplikan dari populasi. Sampel yang

direncanakan mewakili populasi penelitian ini, ditetapkan dengan teknik

”Stratifikasi random sampling”. Dalam menetapkan petani responden sampel,

dikonsentrasikan pada unit wilayah desa terpilih pada wilayah kecamatan sentra

produksi kakao terbesar di wilayah Kabupaten Konawe, dan responden sampel

yang ditetapkan adalah petani kakao yang bertempat tinggal di Desa Panggulawu

Kecamatan Uepay, Desa Lawonua Kecamatan Besulutu, dan Desa Sambeani

Kecamatan Abuki, yang digunakan sebagai unit analisis penelitian. Penetapan unit

wilayah petani responden dilakukan sesuai stratifikasi wilayah populasi dan

penentuan responden sampel diperoleh secara acak (random) sesuai karakteristik

populasi sejumlah 2.045 petani kakao yang tercatat pada komunitas petani lahan

kering, yang sumber mata pencaharian hidupnya dari perkebunan kakao rakyat.

Selanjutnya secara proporsional pada unit analisis penelitian ditarik sampel

sebanyak 180 orang petani kakao.

83

Penarikan atau penentuan jumlah sampel dari populasi petani kakao yang

terwakili pada sampel wilayah desa sentra produksi kakao rakyat, dilakukan

dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla dkk, 1993:161), yaitu:

n = N

1 + N (e)

Keterangan :

2

n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persentase kelonggaran/galat pendugaan.

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka didapatkan ukuran jumlah

responden sampel petani kakao yang mempunyai skala usahatani kakao ≥ 1,0

hektar dan memiliki kondisi tanaman kakao menghasilkan (TKM) pada tiga desa

di wilayah sentra produksi kakao rakyat yang mewakili populasi penelitian,

sebagai berikut:

n = 2.045 1 + 2.045 (0,08) n = 2.045 = 145 (sampel minimal)

2

14,088

Hasil perhitungan penentuan sampel minimal dengan galat pendugaan

8,0 persen (0.08), maka didapatkan ukuran minimal sampel adalah 145, dengan

demikian jumlah 180 (>145) sampel responden pada penelitian ini sudah

memenuhi ukuran sampel minimal yang ditentukan berdasarkan rumus Slovin.

Dengan jumlah populasi dari wilayah Kecamatan sentra produksi kakao

Kabupaten Konawe sebagai daerah penelitian, maka penarikan sampel dilakukan

secara proporsional ditetapkan jumlah responden sampel, dengan menggunakan

perhitungan:

n = ni x 100

Ni

Keterangan : n = jumlah sampel ni = ukuran sampel strata lokasi (i) Ni = ukuran populasi strata lokasi (i)

Dengan menggunakan perhitungan tersebut, maka diperoleh jumlah

sampel keseluruhan pada unit analisis Desa Panggulawu Kecamatan Uepay

84

sebesar 28,33 persen, Desa Lawonua Kecamatan Besulutu sebesar 35,56 persen,

dan Desa Sambeani Kecamatan Abuki sebesar 36,11 persen. Jumlah sampel

masing-masing daerah penelitian yang diperoleh berdasarkan persentase populasi,

dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Desa Panggulawu sampel Kecamatan Uepay, ditentukan dengan cara yaitu:

28,33 % x 180 = 51 orang.

(2) Desa Lawonua sampel Kecamatan Besulutu, ditentukan dengan cara yaitu:

35,56 % x 180 = 64 orang.

(3) Desa Sambeani sampel Kecamatan Abuki, ditentukan dengan cara yaitu:

36,11 % x 180 = 65 orang.

Masing-masing persentase jumlah sampel tersebut dikalikan kepada jumlah

total sampel yang akan diambil yakni 180 (n=180), disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Populasi Petani Kakao Lahan Kering

Lokasi Sentra Produksi Kakao

Populasi Petani Kakao (Ni)

Ukuran sampel (n = %)

Kecamatan Uepay N1 = 579 n1 = 51 (28,33) Kecamatan Besulutu N2 = 728 n2 = 64 (35,56) Kecamatan Abuki N3 = 738 n3 = 65 (36,11) Jumlah Ni = 2.045 ni = 180 (100,00)

Populasi petani kakao yang memenuhi ciri independensi sebagai petani

pengelola perkebunan rakyat dengan tanaman kakao menghasilkan (TKM) di

wilayah sentra produksi kakao Kabupaten Konawe berjumlah 2.045 orang dengan

ukuran sampel maksimal 8 persen ditetapkan sebanyak 180 petani responden

sampel sebagai obyek kajian dalam penelitian ini.

Data dan Instrumentasi

Data

Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat

dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Muhidin dan abdurahman,

2007:14). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden, dengan

menggunakan kuesioner dan panduan wawancara secara berstruktur maupun tidak

85

berstruktur. Data primer yang dikumpulkan adalah data dengan skala ordinal,

interval dan rasio, meliputi; karakteristik diri petani kakao, meliputi; umur petani

dalam tahun, pendidikan formal sesuai lamanya mengikuti pendidikan pada

jenjang formal, pendidikan nonformal sesuai banyaknya jenis pelatihan yang

diikuti, kekosmopolitan sesuai intensitas kontak petani dengan pihak luar, luas

lahan kakao sesuai satuan luas areal pemilikan lahan kering yang ditanami kakao,

jumlah tanaman kakao menghasilkan (TKM), pendapatan keluarga sesuai

besarnya tingkat pendapatan yang diperoleh keluarga petani dalam sebulan, dan

kultur budaya yang dicirikan dengan keterikatan etnik petani dalam pengelolaan

usahatani kakao.

Data sekunder diperoleh dari pencacatan dan dokumentasi data yang telah

tersedia di kantor-kantor dan instansi pemerintah daerah, seperti; data

kependudukan, petani lahan kering, data luas areal, produksi dan produktivitas

tanaman kakao, data potensi lahan kering, data curah hujan, data tata guna lahan,

data kelembagaan penyuluhan, jumlah dan sebaran penyuluh, kelembagaan sosial

dan ekonomi masyarakat di perdesaan, peta wilayah dan peta Kawasan Industri

Masyarakat Perkebunan Kakao (KIMBUN- Kakao), dan data lainnya yang

relevan untuk melengkapi kebutuhan data utama dalam penelitian ini.

Instrumentasi

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data utama

(data primer) yang dikumpulkan adalah kuesioner yang berisi butir-butir

pernyataan dan pertanyaan yang berhubungan dengan peubah-peubah yang

diperlukan dan akan dikaji dalam penelitian ini. Peubah-peubah tersebut adalah

(1) peubah bebas yaitu; faktor internal dalam motivasi diri (X1), karakteristik

petani kakao (X2), dengan faktor eksternal dalam kegiatan penyuluhan (X3),

intervensi pemberdayaan (X.4), lingkungan (X5), dan (2) peubah tidak bebas (Y)

yaitu; tingkat kompetensi petani kakao beragribisnis (Y.1), yang dicirikan dengan

kompetensi teknis (Y1.1) dan kompetensi manajerial (Y1.2) dari perilaku agribisnis

petani merupakan kristalisasi unsur kompetensi petani (motif, sifat bawaan,

konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan) yang dibutuhkan dalam penguasaan

kemampuan petani beragribisnis kakao pada usahatani lahan kering, serta tingkat

produktivitas usahatani kakao (Y2) dan tingkat pendapatan usahatani kakao lahan

86

kering (Y3

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan teknik

pengumpulan data penelitian, sebagai berikut;

), sebagai hasil pengaruh nyata dari pengembangan model kompetensi

petani kakao dalam agribisnis usahatani lahan kering. Selanjutnya dikaji korelasi

pengembangan model kompetensi petani kakao beragribisnis yang diduga

berhubungan dan berpengaruh nyata (signifikan) terhadap tingkat produktivitas

dan pendapatan usahatani kakao lahan kering, yang berdampak kepada

kesejahteraan komunitas petani kakao lahan kering di wilayah penelitian.

(1) Pengamatan langsung (observasi), yaitu data dikumpulkan dengan

berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan.

(2) Panduan wawancara dengan menggunakan kuesioner, yaitu mengadakan

wawancara langsung dengan responden obyek amatan penelitian untuk

mengumpulkan data, keterangan dan informasi yang diperlukan dengan

menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk acuan pertanyaan kepada

responden.

(3) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat data-data

yang sudah tersedia di kantor-kantor atau instansi pemerintah daerah yang

terkait dengan penelitian.

(4) Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh-tokoh masyarakat

atau responden terpilih yang di anggap mampu memberikan penjelasan

secara mendalam tentang hal-hal yang lebih jauh perlu diketahui oleh

peneliti.

Pengumpulan Data

Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat

dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Muhidin dan Abdurahman,

2007:14). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data perimer

dan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data dengan skala ordinal,

interval, dan rasio sehingga fungsi data dapat memberikan gambaran tentang

sesuatu keadaan atau masalah, baik yang berbentuk angka-angka maupun yang

berbentuk kategori sehingga dapat mengukur dengan jelas konsep-konsep yang

abstrak dengan menggunakan peubah yang kongkrit menjadi informasi ilmiah.

87

Konsep yang abstrak dapat diwakili oleh konsep yang kongkrit melalui proses

pengukuran dengan memberikan nilai atau angka-angka yang mendekati realita.

Nilai atau angka-angka yang beragam dari konsep-konsep disebut variabel

atau peubah yang diklasifikasikan menjadi dua yakni variabel kuantitatif dan

variabel kualitatif. Masing-masing variabel atau peubah yang terpilih dalam

penelitian ini diukur dengan tingkatan skala yang sesuai dan skala pengukuran

dibuat dengan cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu ukuran

kuantitatif (peubah). Peubah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai-

nilai sikap, pengetahuan, keterampilan, serta motivasi perilaku (behavioral)

sehingga skala pengukuran yang sesuai untuk mengukur hal tersebut adalah skala

pengukuran Likert yang menggunakan ukuran berjenjang atau skala ordinal

(Kerlinger, 2006:119). Skala pengukuran yang dipilih peneliti berkaitan erat

dengan teknik analisis data yang digunakan. Setiap skala pengukuran yang tidak

memenuhi syarat harus dirubah atau dikonversi kedalam skala pengukuran yang

sesuai dengan teknis analisis yang digunakan. Salah satu metode konversi data

yang digunakan oleh peneliti untuk menaikkan tingkat pengukuran skala ordinal

ke skala interval adalah penggunaan metode successive interval (MSI).

Indikator peubah bebas (X) terdiri dari peubah motivasi diri (motif internal

dan motif eksternal), karakteristik petani kakao (umur, pendidikan formal,

pendidikan nonformal, kekosmopolitan, luas lahan produksi, TKM, pendapatan

keluarga, keterikatan etnik), kegiatan penyuluhan (akses informasi TTG, intensitas

pelaksanaan penyuluhan), intervensi pemberdayaan (kebijakan Pemda, akses

keterjangkauan saprodi dan peralatan), dan lingkungan masyarakat perkebunan

(kondisi fisik lahan dan interaksi masyarakat perkebunan). Peubah dan indikator

peubah tersusun dari item-item parameter peubah bebas yang diukur berdasarkan

skala interval yang ditentukan dalam penelitian ini.

Secara rinci indikator dan parameter peubah yang digunakan dalam

penelitian ini, dapat disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

88

Tabel 3. Indikator dan Parameter Pengukuran Peubah Bebas (X) Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Motivasi Diri (X1 ) Motif Intrinsik (X1.1 1. Harapan (skala interval rendah- tinggi) )

2. Curahan waktu di kebun (skala interval rendah- tinggi)

3. Percaya diri (skala interval rendah- tinggi) 4. Semangat kerja (skala interval rendah-

tinggi) 5. Kepuasan kerja (skala interval rendah-

tinggi) Motif Ekstrinsik (X1.2

)

1. Hasrat mengembangkan usahatani (skala interval rendah- tinggi)

2. Keinginan menggunakan inovasi teknologi (skala interval rendah- tinggi)

3. Keinginan meningkatkan produksi (skala interval rendah- tinggi)

4. Keinginan meningkatkan mutu produksi (skala interval rendah- tinggi)

5. Keinginan meningkatkan kapasitas diri (skala interval rendah- tinggi)

Karakteristik Petani Kakao (X2) Umur petani (X2.1

)

Umur atau usia petani responden saat penelitian ini dilaksanakan (tahun): 1. Usia sangat kurang produktif (> 55 thn) 2. Usia kurang produktif (45 – 54 thn) 3. Usia cukup produktif (35 – 44 thn) 4. Usia produktif (25 – 34 thn) 5. Usia sangat produktif (15 - 24 thn)

Pendidikan formal (X2.2

) Lamanya waktu mengikuti pendidikan (jenjang dalam tahun) : 1. Tidak tamat SD (< 6 tahun) 2. SD (6 tahun) 3. SLTP (9 tahun) 4. SLTA (12 tahun) 5. PT (15 tahun)

Pendidikan Nonformal (X2.3

)

Frekuensi ikut pelatihan/kursus (kali dalam setahun): 1. Tidak pernah (sangat rendah) 2. 1 kali setahun (rendah) 3. 2 kali setahun (sedang) 4. 3 kali setahun (tinggi) 5. > 4 kali setahun (sangat tinggi)

89

Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Kekosmopolitan (X2.4

)

Tingkat intensitas petani berhubungan dengan pihak luar komunitas (kali/thn): 1. Tidak pernah berhubungan(sangat rendah) 2. 1 – 2 kali setahun (rendah) 3. 3 – 4 kali setahun (sedang) 4. 5 – 6 kali setahun (tinggi) 5. > 7 kali setahun (sangat tinggi)

Luas lahan produksi (X2.5

)

Luasan areal produksi kakao (ha) : 1. < 1.0 ha (sangat sempit) 2. >1.0 – 2.0 ha (sempit) 3. >2.0 - 3.0 ha (sedang) 4. >3.0 – 4.0 ha (luas) 5. > 4.0 ha (sangat luas)

Jumlah Tanaman Kakao Menghasilkan (X2.6

)

1. < 1000 pohon (sangat kurang sesuai) 2. >1000 – 1500 pohon (kurang sesuai) 3. >1500 – 2000 pohon (cukup sesuai) 4. >2000 – 2500 pohon (sesuai) 5. > 2500 pohon (sangat sesuai)

Pendapatan keluarga (X2.7

)

Pendapatan anggota keluarga petani dari luar usahatani (Rp/bln) : 1. < Rp500.000,00 (sangat rendah) 2. >Rp500.000, 00- Rp1.000.000, 00(rendah) 3. >Rp1.000.000,00 - Rp1.500.000, (sedang) 4. >Rp1.500.000,00- Rp2.000.000,00 (tinggi) 5. > Rp 2.000.000,00 (sangat tinggi)

Keterikatan etnik/suku (X2.8 Sifat bawaan petani berdasarkan asal etnik/suku dalam komunitas:

)

1. Sangat lemah pengaruhnya 2. Lemah pengaruhnya 3. Cukup pengaruhnya 4. Kuat pengaruhnya 5. Sangat kuat pengaruhnya

Akses informasi teknologi tepat guna (X3.1

)

1. Menyampaikan informasi Teknologi Tepat Guna (skala interval rendah- tinggi)

2. Sasaran penyuluhan (skala interval rendah-tinggi)

3. Metode penyuluhan (skala interval kurang sesuai- sangat sesuai)

4. Materi penyuluhan (skala interval kurang sesuai- sangat sesuai)

5. Respon sasaran penyuluhan (skala interval rendah- tinggi)

Tabel 3. Lanjutan.

90

Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Intensitas pelaksanaan penyuluhan (X3.2

)

1. Jadual kunjungan penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)

2. Pertemuan petani dalam penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)

3. Kehadiran petani dalam penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)

4. Pemecahan masalah usahatani (skala interval kurang sesuai- sangat sesuai)

5. Keterlibatan petani dalam penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)

Intervensi pemberdayaan (X4) Kebijakan Pemda (X4.1 1. Kebijakan harga jual kakao (skala interval

kurang- sangat mendukung) )

2. Kebijakan retribusi komoditi kakao (skala interval kurang- sangat mendukung)

3. Kebijakan perbedaan harga fermentasi dan nonfermentasi (skala interval kurang- sangat mendukung)

Akses keterjangkauan saprodi dan peralatan usahatani (X4.2

)

1. Kemudahan mendapatkan saprodi (skala interval kurang- sangat menjangkau)

2. Kemudahan mendapatkan peralatan (skala interval kurang- sangat menjangkau)

3. Kemampuan membeli saprodi dan peralatan usahatani (skala interval kurang- sangat mampu)

4. Peranan agen saprodi dan peralatan (skala interval kurang- sangat mendukung)

Ketersediaan pasar kakao (X4.3

)

1. Kemudahan distribusi produksi kakao (skala interval sulit- sangat mudah)

2. Kemudahan transaksi penjualan kakao (skala interval sulit- sangat mudah)

3. Ketersediaan jalur pemasaran kakao (skala interval kurang- sangat tersedia)

4. Ketersediaan mitra usahatani kakao (skala interval kurang- sangat tersedia)

Kondisi fisik lahan usahatani (X5.1

)

1. Potensi lahan per satuan luas (skala interval kurang- sangat potensial)

2. Kesuburan tanah (skala interval kurang- sangat subur)

3. Ketersediaan air tanah (skala interval kurang- sangat tersedia)

4. Kemiringan tanah (skala interval kurang- sangat sesuai)

Tabel 3. Lanjutan.

91

Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Interaksi sosial masyarakat perkebunan (X5.2

1. Kerjasama pelaku usaha (skala interval rendah- tinggi) )

2. Interaksi masyarakat (skala interval kurang- sangat sering)

3. Acara adat/budaya (skala interval kurang- sangat sering)

4. Acara keagamaan (skala interval kurang- sangat sering)

Selanjutnya indikator peubah tak bebas (Y) terdiri atas peubah tingkat

kompetensi agribisnis petani kakao mencakup: indikator kompetensi teknis

budidaya kakao dan kompetensi pengelolaan usahatani kakao. Parameter indikator

kompetensi teknis budidaya tanaman diukur berdasarkan tingkat kemampuan

menyiapkan sarana produksi, penanaman, pemupukan, pengendalian hama-

penyakit tanaman, panen kakao, pengolahan biji kakao, dan akses jalur pasar

kakao. Parameter indikator kompetensi pengelolaan usahatani kakao diukur

berdasarkan tingkat kemampuan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

kemitraan, evaluasi dan pengendalian serta pengambilan keputusan terhadap

resiko usahatani.

Tingkat produktivitas usahatani kakao mencakup: indikator tingkat

produksi, tingkat mutu, dan nilai tambah. Tingkat pendapatan usahatani kakao

mencakup: indikator nilai penerimaan, pengeluaran biaya, dan nilai pendapatan.

Item-item parameter peubah tak bebas yang diukur berdasarkan skala interval

dalam penelitian ini. Secara rinci mengenai indikator dan parameter pengukuran

peubah tak bebas disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Lanjutan.

92

Tabel 4. Indikator dan Paremeter Pengukuran Peubah Tak Bebas (Y) Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Tingkat Kompetensi Agribisnis Petani Kakao (Y1) Tingkat Kompetensi Teknis Budidaya Kakao (Y1.1

)

1. Tingkat kemampuan menyiapkan sarana produksi dengan tepat (skala interval)

2. Tingkat kemampuan melakukan penanaman secara tepat (skala interval)

3. Tingkat kemampuan melakukan pemupukan secara tepat (skala interval)

4. Tingkat kemampuan pengendalian hapentan secara terpadu (skala interval)

5. Tingkat kemampuan panen yang tepat (skala interval)

6. Tingkat kemampuan melakukan pengolahan biji kakao bermutu (skala interval)

7. Tingkat kemampuan mengakses jalur pemasaran yang efektif (skala interval)

Tingkat Kompetensi Pengelolaan Usahatani Kakao (Y1.2

)

1. Tingkat kemampuan melakukan perencanaan agribisnis (skala interval)

2. Tingkat kemampuan pengorganisasian sumberdaya secara produktif (skala interval)

3. Tingkat kemampuan melaksanakan kemitraan bisnis usahatani (skala interval)

4. Tingkat kemampuan melakukan evaluasi dan pengendalian usahatani (skala interval)

5. Tingkat kemampuan mengambil keputusan terhadap resiko usahatani (skala interval)

Tingkat Produktivitas Usahatani Kakao (Y2) Tingkat Produksi per satuan Areal (Y2.1

1. Jumlah tanaman kakao menghasilkan (TKM) per satuan luas (pohon/ha) )

2. Volume kakao yang dihasilkan setahun (kg/ha)

Tingkat Mutu Kakao (Y2.2

)

1. Mutu kakao asalan ( non fermentasi. kakao basah ka > 15 %)

2. Mutu nonfermentasi kakao ( k.a 8 - 14 %) 3. Mutu fermentasi kakao ( k.a < 7 %)

Nilai Tambah Usahatani Kakao (Y2.3

) 1. Tambahan nilai produksi kakao (buah/ha) 2. Tambahan nilai bobot biji kakao

(kg/100 buah) Pendapatan Usahatani Kakao (Y3) Nilai Penerimaan Hasil Usahatani Kakao (Y3.1

)

1. Jumlah produksi hasil biji kakao persatuan areal dalam setahun (kg/ha/tahun)

93

Peubah/ Indikator

Parameter pengukuran 2. Nilai satuan harga penjualan hasil biji

kakao berdasarkan standar mutu dalam setahun (Rp/kg/tahun)

3. Nilai penerimaan usahatani (Rp/tahun) Nilai Pengeluaran Biaya Usahatani Kakao (Y3.2

) 1. Pengeluaran biaya tetap usahatani kakao

dalam setahun (Rp/ha/tahun) 2. Pengeluaran biaya tidak tetap usahatani

kakao dalam setahun (Rp/ha/tahun) Nilai Pendapatan Bersih Usahatani Kakao (Y3.3

1. Total nilai penerimaan hasil usahatani kakao dalam setahun (Rp/ha/tahun) )

2. Total biaya dalam setahun (Rp/ha/tahun) 3. Nilai pendapatan bersih usahatani kakao

dalam setahun (Rp/tahun)

Validitas Instrumen

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid, jika instrumen dapat

mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Menurut Arikunto

(1993:219) bahwa ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian yaitu

validitas logis dan validitas empirik. Validitas logis adalah validitas yang

dinyatakan berdasarkan hasil penalaran, sedang validitas empirik adalah validitas

yang dinyatakan berdasarkan hasil pengalaman. Kerlinger (2006:301-302)

membagi tiga jenis validitas yaitu validitas isi menunjukkan pada pengukuran isi

dari kuesioner penelitian untuk mewakili semua aspek yang dianggap sebagai

aspek kerangka konsep, validitas konstruk menunjukkan pada pengukuran

kerangka konsep yang jelas dan didefinisikan terlebih dahulu berdasarkan studi

literatur, dan validitas kriteria yang berhubungan (prediktif) menunjukkan pada

kemampuan alat untuk memprediksi kemungkinan yang terjadi pada masa yang

akan datang.

Untuk memperoleh instrumen yang mempunyai validitas tinggi, maka

langkah pengujian validitas instrumen dilakukan dengan cara sebagai berikut : (a)

memberikan definisi konsep secara operasional melalui studi literatur dan

konsultasi dengan orang yang ahli, (b) menyusun pertanyaan dan pernyataan

disertai dengan alternatif jawaban dan skor setiap item pertanyaan dan pernyataan

kepada responden, (c) menentukan tabulasi skor untuk setiap item pertanyaan dan

pernyataan yang telah dijawab berupa chek list atau isian ringkas oleh setiap

Tabel 4. Lanjutan.

94

responden, dan (d) menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi

product moment Pearson dengan cara menghitung korelasi masing-masing

pertanyaan dan pernyataan pada setiap peubah dengan membandingkan skor total

item pertanyaan dan pernyataan pada peubah yang telah ditentukan. Bila angka

korelasi yang diperoleh (r hitung) lebih besar dari angka kofiesien korelasi

(r tabel) maka alat ukur tersebut dinyatakan valid.

Rumus yang digunakan untuk uji validitas instrumen kuesioner penelitian

yang disebarkan kepada petani responden dalam penelitian ini, dimaksudkan agar

data yang diperoleh peneliti dari lapangan dapat diukur dan dikatakan valid

(syahi), maka terlebih dahulu harus diuji dengan menggunakan rumus Product

Moment Pearson, dengan formulasi sebagai berikut:

n∑ XY - ∑ X.∑Y rxy = √ [n ∑ X2 – (∑ X)2 ][n ∑ Y2 – (∑ Y)2

]

Keterangan : n = banyaknya responden X = skor pertama pada item i Y = skor kedua yang diperoleh responden ∑X = jumlah skor pertama pada item i ∑Y = jumlah skor yang diperoleh responden ∑XY = jumlah hasil perkalian skor pertama dengan skor kedua (Karl Pearson dalam Arikunto, 1993:225)

Sebelum instrumen penelitian dipergunakan dalam pengumpulan data

maka instrumen penelitian tersebut akan diuji coba terlebih dahulu, agar kelak

dapat diperoleh data yang valid atau sah, serta memiliki konsistensi yang tinggi

sehingga dapat diperoleh data yang akurat, tepat dan sebaik mungkin dalam

penelitian. Pada penelitian ini, jumlah petani kakao yang dijadikan contoh untuk

menguji validitas instrumen sebanyak 30 orang petani pada taraf nyata 5 % dan

derajad bebas (db) adalah item yang memiliki nilai r hitung > r table pada taraf

alpha (α= 0.05) adalah item skor pernyataan dan pertanyaan yang digunakan

dalam penelitian. Selanjutnya intrumen dinyatakan valid untuk disebarkan kepada

responden sampel sebanyak 180 petani kakao lahan kering (Lampiran 1).

95

Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur sehingga hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila

dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen)

diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah. Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas

instrumen dalam penelitian ini adalah koefisien Alpha ( ) dari Cronbach (1951)

dalam Arikunto (1993:236).

Indeks yang menunjukkan suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan, maka setiap alat ukur seharusnya memiliki kemampuan untuk

memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Alternatif jawaban pada kuesioner

lebih dari dua item pertanyaan maupun pernyataan, maka untuk menghitung atau

menguji reliabilitas kuesioner penelitian digunakan rumus Cronbach’s Alpha

dengan formulasi:

N Σ σ2

α = 1 − item

N –1 σ2

total

Keterangan: α = Cronbach’s Alpha N = banyaknya pertanyaan σ2

item

σ = variance dari pertanyaan

2total

= variance dari skor

Interpretasi nilai Cronbach Alpha (α) yakni mulai skala 0 sampai 1, dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Nilai Cronbach Alpha 0.00 – 0.20 menunjukkan sangat kurang reliabel

2. Nilai Cronbach Alpha 0.21 – 0.40 menunjukkan kurang reliabel

3. Nilai Cronbach Alpha 0.41 – 0.60 menunjukkan cukup reliabel

4. Nilai Cronbach Alpha 0.61 – 0.80 menunjukkan reliabel

5. Nilai Cronbach Alpha 0.81 – 1.00 menunjukkan sangat reliabel

96

Reliabilitas instrumen penelitian ini ditentukan dengan cara mengukur

peubah-peubah dalam suatu uji insterumen. Hasil pengukuran peubah dalam uji

reliabilitas instrumen pada penelitian ini dengan menggunakan metode Cronbach

Alpha melalui aplikasi Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi.17.

Nilai Cronbach Alpha digunakan untuk menentukan reliabilitas pada instrumen

penelitian yang ditunjukkan dengan angka kisaran nilai 0,614 – 0,957, yang

berarti instrumen reliabel dan handal untuk digunakan mengukur kesahian

peubah-peubah yang menjadi kerangka teoritik dalam penelitian ini.

Secara rinci mengenai pengukuran reliabilitas instrumen dalam kuesioner

penelitian dengan nilai Cronbach Alpha disajikan pada Tabel 5.

97

Tabel 5. Nilai Cronbach Alpha pada Instrumen Kuesioner Penelitian Kode Peubah/Variabel Indikator Nilai Cronbach

Alpha X Motivasi Diri 1

X1.11. Harapan

Motif Intrinsik

2. Curahan waktu dikebun 3. Percaya diri 4. Semangat kerja 5. Kepuasan kerja

0.872

X1.21. Hasrat kembangkan

usahatani

Motif Ekstrinsik

2. Keinginan gunakan TTG 3. Keinginan produksi 4. Keinginan mutu produksi 5. Keinginan meningkatkan

kapasitas diri

0.829

X

2

Karakteristik Petani

X2.1X

Umur produktif 2.2

X Lamanya Pend. Formal

2.3

X

Pend. nonformal yang diikuti

2.4X

Kekosmopolitan 2.5

X Luas lahan usahatani

2.6X

Tanaman Menghasilkan 2.7

X Pendapatan Keluarga

2.8

0.650

Ikatan etnis/budaya

X

3

Kegiatan Penyuluhan

X3.11. Informasi TTG

Akses Info TTG

2. Sasaran penyuluhan 3. Metode penyuluhan 4. Materi penyuluhan 5. Respon sasaran

penyuluhan

0.845

X3.21. Jadwal penyuluhan

Intensitas Penyuluhan

2. Pertemuan petani dalam penyuluhan

3. Kehadiran petani dalam penyuluhan

4. Pemecahan masalah usahatani

5. Keterlibatan petani dalam penyuluhan

0.845

98

Kode Peubah/Variabel Indikator Nilai Cronbach Alpha

X Intervensi Pemberdayaan Pemda

4 X4.11. Kebijakan harga jual

kakao

Kebijakan Pemda

2. Kebijakan retribusi komoditi kakao

3. Kebijakan perbedaan harga fermentasi dan non fermentasi

0.720

X4.2

1. Kemudahan mendapatkan saprodi

Akses Sarana produksi dan Peralatan

2. Kemudahan menjangkau peralatan usahatani

3. Kemampuan membeli saprodi dan peralatan UT

4. Keberadaan agen penyalur saprodi UT

0.681

X4.31. Kemudahan distribusi

Akses Pasar Kakao

2. Kemudahan transaksi penjualan kakao

3. Ketersediaan jalur pemasaran kakao

4. Ketersediaan mitra usahatani kakao

0.717

X Lingkungan 5

X5.11. Potensi lahan satuan luas

Kondisi Fisik Usahatani:

2. Kesuburan tanah 3. Ketersediaan air tanah 4. Kemiringan tanah

0.717

X5.2

1. Kerjasama pelaku usaha

Interaksi Sosial Masyarakat Perkebunan:

2. Aktivitas komunikasi 3. Acara adat-istiadat 4. Acara keagamaan

0.642

Tabel 5. Lanjutan.

Tabel 5. Lanjutan.

99

Kode Peubah Indikator Nilai Cronbach Alpha

Y

1

Tingkat Kompetensi agribisnis Petani Kakao

Y1.1

1. Tingkat kemampuan menyiapkan sarana produksi

Tingkat Kompetensi Teknis Budidaya:

2. Tingkat kemampuan melakukan penanaman

3. Tingkat kemampuan melakukan pemupukan

4. Tingkat kemampuan melakukan pengendalian hama-penyakit tanaman

5. Tingkat kemampuan melakukan panen

6. Tingkat kemampuan melakukan pengolahan

7. Tingkat kemampuan mengakses jalur pemasaran

0.957

Y1.2

1. Tingkat kemampuan melakukan perencanaan agribisnis

Tingkat Kompetensi Pengelolaan Usahatani:

2. Tingkat kemampuan organisasi sumberdaya

3. Tingkat kemampuan melaksanakan kemitraan usahatani

4. Tingkat kemampuan melakukan evaluasi dan pengendalian usahatani

5. Tingkat kemampuan mengambil keputusan dan resiko usahatani

0.956

Y

2

Tingkat Produktivitas Usahatani Kakao

Y2.1Y

Tingkat Mutu Produksi 2.2

0.614

Nilai Tambah Usahatani

Y Tingkat Pendapatan Usahatani Kakao

3 Y3.1

Y

Penerimaan usahatani setahun

3.2

Y

Pengeluaran biaya usahatani setahun

3.3

0.915

Nilai pendapatan bersih usahatani setahun

Tabel 5. Lanjutan.

100

Analisis Data

Seluruh data yang dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan

kebutuhan pembahasan penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian dibagi

atas dua bagian, yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data

inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi. Statistik inferensial digunakan

untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Menurut Arikunto (1993:338) bahwa statistik inferensial berfungsi untuk

mengeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi, sesuai dengan fungsi

tersebut maka statistik inferensial cocok untuk penelitian sampel.

Jenis analisis data penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan hipotesis

penelitian yang telah di rumuskan pada kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Jenis analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah:

(1) Mendeskripsikan data diskrit yang telah diperoleh dalam penelitian dengan

bentuk tabel distribusi frekuensi. Data yang ditampilkan dalam penelitian ini

merupakan data dengan skala interval dan ratio, yang ditetapkan dengan

skor nilai berdasarkan ukuran skala Likert jenjang lima (Skor 1= sangat

rendah, 2 = rendah, 3= sedang/cukup, 4= tinggi, 5= sangat tinggi).

(2) Menganalisis komponen yang berhubungan dan mempengaruhi tingkat

kompetensi petani kakao beragribisnis untuk meningkatkan produktivitas dan

pendapatan usahatani lahan kering, yakni nilai konstrak dari masing-masing

variabel dianalisis dengan menggunakan statistik uji model regresi linear

berganda dengan rumus :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5

Keterangan :

+... + bnXn + e

Y = Variabel dependen b0

b = intersep

1

X... bn = koefisien regresi 1

e = error (pengganggu) ...Xn = Variabel independen

( Sumber : Sudjana, 2001: 370)

101

Berdasarkan analisis “stepwise”, maka penerapan uji model regresi

dikembangkan sesuai kerangka teoritik penelitian dengan model notasi sebagai

berikut :

Y1 = b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + e1,

di mana; Y

1 b

= peubah tingkat kompetensi agribisnis petani kakao, 2X2

b= koefisien peubah karakteristik petani kakao,

3X3 b

= koefiesien peubah kegiatan penyuluhan, 4X4

b= koefiesien peubah intervensi pemberdayaan,

5X5 e

= koefiesien peubah lingkungan, 1

= koefisien error/luar model 1.

Y2 = Y1 + b4X4 + e2

di mana; Y

,

2 Y

= peubah tingkat produktivitas usahatani kakao, 1

b = peubah tingkat kompetensi agribisnis petani kakao,

4X4 e

= koefiesien peubah intervensi pemberdayaan, 2

= koefiesien error/luar model 2.

Y3= Y2 + b1X1+ b2X2+ b4X4+ b5X5 + e3

di mana; Y

,

3 b

= peubah tingkat pendapatan usahatani kakao, 1X1

b= koefisien peubah motivasi diri,

2X2 b

= koefisien peubah karakteristik petani kakao, 4X4

b= koefisien peubah intervensi pemberdayaan,

5X4 e

= koefisien peubah lingkungan, 3

= koefisien error luar/model 3.

Untuk menganalisis efektifitas hubungan antar peubah dilakukan analisis

hubungan dengan menggunakan asumsi regresi, dan menganalisis diagram jalur

(path analisis) dari model persamaan regresi ganda dan model pengaruh antar

peubah bebas (X) dengan peubah tidak bebas (Y), sehingga dapat meramalkan

sejauhmana faktor internal (motivasi diri dan karakteristik petani kakao) dan

faktor ekternal (kegiatan penyuluhan, intervensi pemberdayaan, dan lingkungan)

berpengaruh terhadap tingkat kompetensi agribisnis petani kakao dalam

pengelolaan usahatani kakao untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan

usahatani lahan kering, saling berhubungan secara asosiatif dan mempengaruhi

peubah-peubah model.