metode penelitian desain penelitian - repository.ipb.ac.id · kering, yang dampaknya...
TRANSCRIPT
79
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menyajikan
kerangka isi penelitian tentang faktor internal dan eksternal petani responden,
serta perilaku agribisnis yang terkristalisasi dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
keterampilan serta motif yang bertalian dengan kompetensi agribisnis petani
kakao untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani lahan kering
yang relatif rendah dibawah standar rata-rata produksi kakao nasional, bila
dikaitkan dengan kondisi potensi sumberdaya petani yang akan diteliti sesuai
dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif korelasional (explanatory) yaitu pendekatan penelitian yang
dimaksudkan untuk mendeskripsikan, menganalisis hubungan antar peubah,
menguji pengaruh dan hubungan antar peubah dari hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya, dengan berbagai asumsi-asumsi berdasarkan teori dan
konsep. Peubah dan indikator pengukuran yang telah dirumuskan dalam penelitian
ini adalah peubah bebas (X), yaitu: faktor internal dalam peubah motivasi diri dan
karakteristik petani kakao, dan faktor eksternal dalam peubah kegiatan
penyuluhan, intervensi pemberdayaan, dan lingkungan usahatani kakao lahan
kering. Peubah tidak bebas (Y), yaitu: tingkat kompetensi agribisnis petani kakao
dalam peubah kompetensi teknis agribisnis petani dan peubah kompetensi
manajerial agribisnis petani, serta pengaruh tingkat kompetensi agribisnis petani
untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani kakao pada lahan
kering, yang dampaknya berimplikasi pada tingkat kesejahteraan komunitas petani
kakao lahan kering.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
hasil survei baik yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif untuk memperkuat
data, fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di lokasi penelitian, secara
langsung (observasi dan wawancara) maupun tidak langsung (dokumentasi).
Metode survei dimaksudkan peneliti untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala
serta fenomena sosial yang ada di lapangan, selanjutnya mencari keterangan-
keterangan secara faktual yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.
80
Sementara analisis secara deskriptif dimaksudkan, untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai fenomena sosial yang ingin diteliti dengan cara mendeskripsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit analisis yang diteliti
(Faisal, 1992:20).
Dengan demikian desain penelitian deskriptif koresional bertujuan untuk
membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti, menguji hipotesis, membuat
prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang
dipecahkan ( Nazir, 1999:63). Rancangan penelitian yang dipilih adalah penelitian
eksplanatoris, yang bertujuan menjelaskan hubungan dan pengaruh antar peubah
penelitian melalui pengujian hipotesis.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi penelitian adalah petani kakao yang berusahatani pada lahan
kering dalam wilayah sentra produksi kakao rakyat di Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara. Menurut Sugiyono (2007:55) bahwa populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Karakteristik populasi yang
menjadi objek penelitian adalah komunitas petani kakao lahan kering yang
bertempat tinggal pada wilayah sentra produksi kakao di Kabupaten Konawe yang
tersebar pada tiga kecamatan sentra produksi kakao yang berjumlah sebanyak
2.045 petani kakao, dengan ciri independensi, antara lain: (a) petani pengelola
perkebunan kakao rakyat (bukan petani pengelola kebun milik PTP/kebun
plasma), (b) skala usahatani kakao yang dimiliki petani mempunyai luas lahan
minimal satu hektar, (c) tanaman kakao yang di usahakan sudah berproduksi atau
kategori tanaman kakao menghasilkan (TKM), dan (d) lahan usahatani kakao
berada dalam wilayah kecamatan sentra produksi kakao Kabupaten Konawe,
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penetapan populasi dari wilayah administrasi kecamatan sentra produksi
kakao Kabupaten Konawe, terpilih tiga desa sentra produksi kakao yakni; Desa
81
Punggalawu Kecamatan Uepay, Desa Lawonua Kecamatan Besulutu, dan Desa
Sambeani Kecamatan Abuki, sebagai objek studi dalam penelitian ini setelah
mempertimbangkan tiga hal berikut ini: (a) tiga desa terpilih sebagai objek studi
memiliki karakteristik komunitas petani kakao yang mempunyai sumber mata
percaharian pokok dari berusahatani lahan kering untuk kelangsungan hidupnya,
(b) potensi produksi dan pengembangan skala usaha agribisnis kakao, relatif lebih
besar dibandingkan dengan desa lainnya yang ada di wilayah kecamatan sentra
produksi kakao Kabupaten Konawe, dan (c) perilaku agribisnis petani kakao
dalam pengelolaan usahatani lahan kering pada tiga desa tersebut, relatif banyak
dipengaruhi ikatan etnik budaya masyarakat petani yang terdiri dari etnik lokal
(suku Tolaki), dan etnik migran (suku Bugis, suku Jawa, dan suku Bali) dengan
produktivitas usahatani kakao masih dibawah rata-rata produktivitas kakao secara
nasional yang mencapai 1,2 ton per hektar (Ditjenbun, 2004:51).
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara, dengan pertimbangan, sebagai berikut:
(1) Kabupaten Konawe memiliki luas wilayah daratan terbesar yakni; seluas
11.669,91 Km2
(2) Komunitas petani lahan kering Kabupaten Konawe, merupakan komunitas
terbesar dalam pengelolaan usahatani kakao di Provinsi Sulawesi Tenggara.
atau 42,43 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi
Tenggara, memiliki existing areal lahan kering seluas 282.761 hektar dengan
areal penanaman kakao rakyat Kabupaten Konawe seluas 105.827 hektar dan
produktivitas usahatani kakao rata-rata hanya mencapai 0,63 ton biji kakao
kering per hektar (Dinas Perkebunan Kabupaten konawe, 2006).
(3) Perilaku agribisnis petani kakao dalam pengelolaan usahatani lahan kering di
Kabupaten Konawe, sangat dipengaruhi berbagai hambatan pengembangan
kompetensi petani beragribisnis dengan berbagai kondisi faktor internal dan
eksternal yang potensial dalam pengelolaan usahatani kakao lahan kering
sebagai sumber mata pencaharian hidup petani untuk mencapai perubahan
kesejahteraan hidup petani perkebunan rakyat.
(4) Tradisi petani kakao yang berusahatani pada lahan kering di Kabupaten
Konawe, saat ini belum banyak mengikuti berbagai perkembangan inovasi
teknologi sehingga perilakunya masih konvensional dalam pengelolaan
82
usahatani dengan indikasi kesenjangan produksi dan produktivitas usahatani
yang masih rendah dari potensi genetik kakao setempat yang relatif dibawah
standar rata-rata produksi Nasional, sehingga perlu dikaji tingkat kompetensi
petani kakao beragribisnis dalam pengelolaan usahatani lahan kering yang
diyakini mempunyai motivasi yang kuat dalam mengembangkan kompetensi
teknis dan kompetensi manajerial yang standar untuk meningkatkan
produktivitas dan pendapatan usahatani, guna mencapai kesejahteraan
komunitas petani lahan kering secara berkelanjutan.
(5) Kabupaten Konawe merupakan gambaran suatu model perencanaan wilayah
pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) dan
termasuk lokasi kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao
Nasional (GERNAS Kakao) dan Program Nasional dalam pengembangan
“Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Melalui Teknologi Informasi” atau
Program FEATI (Farmer Extension Agriculture Trught Information).
Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati atau bagian kecil yang
mewakili gambaran populasi atau cuplikan dari populasi. Sampel yang
direncanakan mewakili populasi penelitian ini, ditetapkan dengan teknik
”Stratifikasi random sampling”. Dalam menetapkan petani responden sampel,
dikonsentrasikan pada unit wilayah desa terpilih pada wilayah kecamatan sentra
produksi kakao terbesar di wilayah Kabupaten Konawe, dan responden sampel
yang ditetapkan adalah petani kakao yang bertempat tinggal di Desa Panggulawu
Kecamatan Uepay, Desa Lawonua Kecamatan Besulutu, dan Desa Sambeani
Kecamatan Abuki, yang digunakan sebagai unit analisis penelitian. Penetapan unit
wilayah petani responden dilakukan sesuai stratifikasi wilayah populasi dan
penentuan responden sampel diperoleh secara acak (random) sesuai karakteristik
populasi sejumlah 2.045 petani kakao yang tercatat pada komunitas petani lahan
kering, yang sumber mata pencaharian hidupnya dari perkebunan kakao rakyat.
Selanjutnya secara proporsional pada unit analisis penelitian ditarik sampel
sebanyak 180 orang petani kakao.
83
Penarikan atau penentuan jumlah sampel dari populasi petani kakao yang
terwakili pada sampel wilayah desa sentra produksi kakao rakyat, dilakukan
dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla dkk, 1993:161), yaitu:
n = N
1 + N (e)
Keterangan :
2
n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persentase kelonggaran/galat pendugaan.
Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka didapatkan ukuran jumlah
responden sampel petani kakao yang mempunyai skala usahatani kakao ≥ 1,0
hektar dan memiliki kondisi tanaman kakao menghasilkan (TKM) pada tiga desa
di wilayah sentra produksi kakao rakyat yang mewakili populasi penelitian,
sebagai berikut:
n = 2.045 1 + 2.045 (0,08) n = 2.045 = 145 (sampel minimal)
2
14,088
Hasil perhitungan penentuan sampel minimal dengan galat pendugaan
8,0 persen (0.08), maka didapatkan ukuran minimal sampel adalah 145, dengan
demikian jumlah 180 (>145) sampel responden pada penelitian ini sudah
memenuhi ukuran sampel minimal yang ditentukan berdasarkan rumus Slovin.
Dengan jumlah populasi dari wilayah Kecamatan sentra produksi kakao
Kabupaten Konawe sebagai daerah penelitian, maka penarikan sampel dilakukan
secara proporsional ditetapkan jumlah responden sampel, dengan menggunakan
perhitungan:
n = ni x 100
Ni
Keterangan : n = jumlah sampel ni = ukuran sampel strata lokasi (i) Ni = ukuran populasi strata lokasi (i)
Dengan menggunakan perhitungan tersebut, maka diperoleh jumlah
sampel keseluruhan pada unit analisis Desa Panggulawu Kecamatan Uepay
84
sebesar 28,33 persen, Desa Lawonua Kecamatan Besulutu sebesar 35,56 persen,
dan Desa Sambeani Kecamatan Abuki sebesar 36,11 persen. Jumlah sampel
masing-masing daerah penelitian yang diperoleh berdasarkan persentase populasi,
dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Desa Panggulawu sampel Kecamatan Uepay, ditentukan dengan cara yaitu:
28,33 % x 180 = 51 orang.
(2) Desa Lawonua sampel Kecamatan Besulutu, ditentukan dengan cara yaitu:
35,56 % x 180 = 64 orang.
(3) Desa Sambeani sampel Kecamatan Abuki, ditentukan dengan cara yaitu:
36,11 % x 180 = 65 orang.
Masing-masing persentase jumlah sampel tersebut dikalikan kepada jumlah
total sampel yang akan diambil yakni 180 (n=180), disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Populasi Petani Kakao Lahan Kering
Lokasi Sentra Produksi Kakao
Populasi Petani Kakao (Ni)
Ukuran sampel (n = %)
Kecamatan Uepay N1 = 579 n1 = 51 (28,33) Kecamatan Besulutu N2 = 728 n2 = 64 (35,56) Kecamatan Abuki N3 = 738 n3 = 65 (36,11) Jumlah Ni = 2.045 ni = 180 (100,00)
Populasi petani kakao yang memenuhi ciri independensi sebagai petani
pengelola perkebunan rakyat dengan tanaman kakao menghasilkan (TKM) di
wilayah sentra produksi kakao Kabupaten Konawe berjumlah 2.045 orang dengan
ukuran sampel maksimal 8 persen ditetapkan sebanyak 180 petani responden
sampel sebagai obyek kajian dalam penelitian ini.
Data dan Instrumentasi
Data
Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Muhidin dan abdurahman,
2007:14). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden, dengan
menggunakan kuesioner dan panduan wawancara secara berstruktur maupun tidak
85
berstruktur. Data primer yang dikumpulkan adalah data dengan skala ordinal,
interval dan rasio, meliputi; karakteristik diri petani kakao, meliputi; umur petani
dalam tahun, pendidikan formal sesuai lamanya mengikuti pendidikan pada
jenjang formal, pendidikan nonformal sesuai banyaknya jenis pelatihan yang
diikuti, kekosmopolitan sesuai intensitas kontak petani dengan pihak luar, luas
lahan kakao sesuai satuan luas areal pemilikan lahan kering yang ditanami kakao,
jumlah tanaman kakao menghasilkan (TKM), pendapatan keluarga sesuai
besarnya tingkat pendapatan yang diperoleh keluarga petani dalam sebulan, dan
kultur budaya yang dicirikan dengan keterikatan etnik petani dalam pengelolaan
usahatani kakao.
Data sekunder diperoleh dari pencacatan dan dokumentasi data yang telah
tersedia di kantor-kantor dan instansi pemerintah daerah, seperti; data
kependudukan, petani lahan kering, data luas areal, produksi dan produktivitas
tanaman kakao, data potensi lahan kering, data curah hujan, data tata guna lahan,
data kelembagaan penyuluhan, jumlah dan sebaran penyuluh, kelembagaan sosial
dan ekonomi masyarakat di perdesaan, peta wilayah dan peta Kawasan Industri
Masyarakat Perkebunan Kakao (KIMBUN- Kakao), dan data lainnya yang
relevan untuk melengkapi kebutuhan data utama dalam penelitian ini.
Instrumentasi
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data utama
(data primer) yang dikumpulkan adalah kuesioner yang berisi butir-butir
pernyataan dan pertanyaan yang berhubungan dengan peubah-peubah yang
diperlukan dan akan dikaji dalam penelitian ini. Peubah-peubah tersebut adalah
(1) peubah bebas yaitu; faktor internal dalam motivasi diri (X1), karakteristik
petani kakao (X2), dengan faktor eksternal dalam kegiatan penyuluhan (X3),
intervensi pemberdayaan (X.4), lingkungan (X5), dan (2) peubah tidak bebas (Y)
yaitu; tingkat kompetensi petani kakao beragribisnis (Y.1), yang dicirikan dengan
kompetensi teknis (Y1.1) dan kompetensi manajerial (Y1.2) dari perilaku agribisnis
petani merupakan kristalisasi unsur kompetensi petani (motif, sifat bawaan,
konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan) yang dibutuhkan dalam penguasaan
kemampuan petani beragribisnis kakao pada usahatani lahan kering, serta tingkat
produktivitas usahatani kakao (Y2) dan tingkat pendapatan usahatani kakao lahan
86
kering (Y3
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan teknik
pengumpulan data penelitian, sebagai berikut;
), sebagai hasil pengaruh nyata dari pengembangan model kompetensi
petani kakao dalam agribisnis usahatani lahan kering. Selanjutnya dikaji korelasi
pengembangan model kompetensi petani kakao beragribisnis yang diduga
berhubungan dan berpengaruh nyata (signifikan) terhadap tingkat produktivitas
dan pendapatan usahatani kakao lahan kering, yang berdampak kepada
kesejahteraan komunitas petani kakao lahan kering di wilayah penelitian.
(1) Pengamatan langsung (observasi), yaitu data dikumpulkan dengan
berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan.
(2) Panduan wawancara dengan menggunakan kuesioner, yaitu mengadakan
wawancara langsung dengan responden obyek amatan penelitian untuk
mengumpulkan data, keterangan dan informasi yang diperlukan dengan
menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk acuan pertanyaan kepada
responden.
(3) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat data-data
yang sudah tersedia di kantor-kantor atau instansi pemerintah daerah yang
terkait dengan penelitian.
(4) Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh-tokoh masyarakat
atau responden terpilih yang di anggap mampu memberikan penjelasan
secara mendalam tentang hal-hal yang lebih jauh perlu diketahui oleh
peneliti.
Pengumpulan Data
Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Muhidin dan Abdurahman,
2007:14). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data perimer
dan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data dengan skala ordinal,
interval, dan rasio sehingga fungsi data dapat memberikan gambaran tentang
sesuatu keadaan atau masalah, baik yang berbentuk angka-angka maupun yang
berbentuk kategori sehingga dapat mengukur dengan jelas konsep-konsep yang
abstrak dengan menggunakan peubah yang kongkrit menjadi informasi ilmiah.
87
Konsep yang abstrak dapat diwakili oleh konsep yang kongkrit melalui proses
pengukuran dengan memberikan nilai atau angka-angka yang mendekati realita.
Nilai atau angka-angka yang beragam dari konsep-konsep disebut variabel
atau peubah yang diklasifikasikan menjadi dua yakni variabel kuantitatif dan
variabel kualitatif. Masing-masing variabel atau peubah yang terpilih dalam
penelitian ini diukur dengan tingkatan skala yang sesuai dan skala pengukuran
dibuat dengan cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu ukuran
kuantitatif (peubah). Peubah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai-
nilai sikap, pengetahuan, keterampilan, serta motivasi perilaku (behavioral)
sehingga skala pengukuran yang sesuai untuk mengukur hal tersebut adalah skala
pengukuran Likert yang menggunakan ukuran berjenjang atau skala ordinal
(Kerlinger, 2006:119). Skala pengukuran yang dipilih peneliti berkaitan erat
dengan teknik analisis data yang digunakan. Setiap skala pengukuran yang tidak
memenuhi syarat harus dirubah atau dikonversi kedalam skala pengukuran yang
sesuai dengan teknis analisis yang digunakan. Salah satu metode konversi data
yang digunakan oleh peneliti untuk menaikkan tingkat pengukuran skala ordinal
ke skala interval adalah penggunaan metode successive interval (MSI).
Indikator peubah bebas (X) terdiri dari peubah motivasi diri (motif internal
dan motif eksternal), karakteristik petani kakao (umur, pendidikan formal,
pendidikan nonformal, kekosmopolitan, luas lahan produksi, TKM, pendapatan
keluarga, keterikatan etnik), kegiatan penyuluhan (akses informasi TTG, intensitas
pelaksanaan penyuluhan), intervensi pemberdayaan (kebijakan Pemda, akses
keterjangkauan saprodi dan peralatan), dan lingkungan masyarakat perkebunan
(kondisi fisik lahan dan interaksi masyarakat perkebunan). Peubah dan indikator
peubah tersusun dari item-item parameter peubah bebas yang diukur berdasarkan
skala interval yang ditentukan dalam penelitian ini.
Secara rinci indikator dan parameter peubah yang digunakan dalam
penelitian ini, dapat disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
88
Tabel 3. Indikator dan Parameter Pengukuran Peubah Bebas (X) Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Motivasi Diri (X1 ) Motif Intrinsik (X1.1 1. Harapan (skala interval rendah- tinggi) )
2. Curahan waktu di kebun (skala interval rendah- tinggi)
3. Percaya diri (skala interval rendah- tinggi) 4. Semangat kerja (skala interval rendah-
tinggi) 5. Kepuasan kerja (skala interval rendah-
tinggi) Motif Ekstrinsik (X1.2
)
1. Hasrat mengembangkan usahatani (skala interval rendah- tinggi)
2. Keinginan menggunakan inovasi teknologi (skala interval rendah- tinggi)
3. Keinginan meningkatkan produksi (skala interval rendah- tinggi)
4. Keinginan meningkatkan mutu produksi (skala interval rendah- tinggi)
5. Keinginan meningkatkan kapasitas diri (skala interval rendah- tinggi)
Karakteristik Petani Kakao (X2) Umur petani (X2.1
)
Umur atau usia petani responden saat penelitian ini dilaksanakan (tahun): 1. Usia sangat kurang produktif (> 55 thn) 2. Usia kurang produktif (45 – 54 thn) 3. Usia cukup produktif (35 – 44 thn) 4. Usia produktif (25 – 34 thn) 5. Usia sangat produktif (15 - 24 thn)
Pendidikan formal (X2.2
) Lamanya waktu mengikuti pendidikan (jenjang dalam tahun) : 1. Tidak tamat SD (< 6 tahun) 2. SD (6 tahun) 3. SLTP (9 tahun) 4. SLTA (12 tahun) 5. PT (15 tahun)
Pendidikan Nonformal (X2.3
)
Frekuensi ikut pelatihan/kursus (kali dalam setahun): 1. Tidak pernah (sangat rendah) 2. 1 kali setahun (rendah) 3. 2 kali setahun (sedang) 4. 3 kali setahun (tinggi) 5. > 4 kali setahun (sangat tinggi)
89
Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Kekosmopolitan (X2.4
)
Tingkat intensitas petani berhubungan dengan pihak luar komunitas (kali/thn): 1. Tidak pernah berhubungan(sangat rendah) 2. 1 – 2 kali setahun (rendah) 3. 3 – 4 kali setahun (sedang) 4. 5 – 6 kali setahun (tinggi) 5. > 7 kali setahun (sangat tinggi)
Luas lahan produksi (X2.5
)
Luasan areal produksi kakao (ha) : 1. < 1.0 ha (sangat sempit) 2. >1.0 – 2.0 ha (sempit) 3. >2.0 - 3.0 ha (sedang) 4. >3.0 – 4.0 ha (luas) 5. > 4.0 ha (sangat luas)
Jumlah Tanaman Kakao Menghasilkan (X2.6
)
1. < 1000 pohon (sangat kurang sesuai) 2. >1000 – 1500 pohon (kurang sesuai) 3. >1500 – 2000 pohon (cukup sesuai) 4. >2000 – 2500 pohon (sesuai) 5. > 2500 pohon (sangat sesuai)
Pendapatan keluarga (X2.7
)
Pendapatan anggota keluarga petani dari luar usahatani (Rp/bln) : 1. < Rp500.000,00 (sangat rendah) 2. >Rp500.000, 00- Rp1.000.000, 00(rendah) 3. >Rp1.000.000,00 - Rp1.500.000, (sedang) 4. >Rp1.500.000,00- Rp2.000.000,00 (tinggi) 5. > Rp 2.000.000,00 (sangat tinggi)
Keterikatan etnik/suku (X2.8 Sifat bawaan petani berdasarkan asal etnik/suku dalam komunitas:
)
1. Sangat lemah pengaruhnya 2. Lemah pengaruhnya 3. Cukup pengaruhnya 4. Kuat pengaruhnya 5. Sangat kuat pengaruhnya
Akses informasi teknologi tepat guna (X3.1
)
1. Menyampaikan informasi Teknologi Tepat Guna (skala interval rendah- tinggi)
2. Sasaran penyuluhan (skala interval rendah-tinggi)
3. Metode penyuluhan (skala interval kurang sesuai- sangat sesuai)
4. Materi penyuluhan (skala interval kurang sesuai- sangat sesuai)
5. Respon sasaran penyuluhan (skala interval rendah- tinggi)
Tabel 3. Lanjutan.
90
Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Intensitas pelaksanaan penyuluhan (X3.2
)
1. Jadual kunjungan penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)
2. Pertemuan petani dalam penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)
3. Kehadiran petani dalam penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)
4. Pemecahan masalah usahatani (skala interval kurang sesuai- sangat sesuai)
5. Keterlibatan petani dalam penyuluhan (skala interval kurang sering- sangat sering)
Intervensi pemberdayaan (X4) Kebijakan Pemda (X4.1 1. Kebijakan harga jual kakao (skala interval
kurang- sangat mendukung) )
2. Kebijakan retribusi komoditi kakao (skala interval kurang- sangat mendukung)
3. Kebijakan perbedaan harga fermentasi dan nonfermentasi (skala interval kurang- sangat mendukung)
Akses keterjangkauan saprodi dan peralatan usahatani (X4.2
)
1. Kemudahan mendapatkan saprodi (skala interval kurang- sangat menjangkau)
2. Kemudahan mendapatkan peralatan (skala interval kurang- sangat menjangkau)
3. Kemampuan membeli saprodi dan peralatan usahatani (skala interval kurang- sangat mampu)
4. Peranan agen saprodi dan peralatan (skala interval kurang- sangat mendukung)
Ketersediaan pasar kakao (X4.3
)
1. Kemudahan distribusi produksi kakao (skala interval sulit- sangat mudah)
2. Kemudahan transaksi penjualan kakao (skala interval sulit- sangat mudah)
3. Ketersediaan jalur pemasaran kakao (skala interval kurang- sangat tersedia)
4. Ketersediaan mitra usahatani kakao (skala interval kurang- sangat tersedia)
Kondisi fisik lahan usahatani (X5.1
)
1. Potensi lahan per satuan luas (skala interval kurang- sangat potensial)
2. Kesuburan tanah (skala interval kurang- sangat subur)
3. Ketersediaan air tanah (skala interval kurang- sangat tersedia)
4. Kemiringan tanah (skala interval kurang- sangat sesuai)
Tabel 3. Lanjutan.
91
Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Interaksi sosial masyarakat perkebunan (X5.2
1. Kerjasama pelaku usaha (skala interval rendah- tinggi) )
2. Interaksi masyarakat (skala interval kurang- sangat sering)
3. Acara adat/budaya (skala interval kurang- sangat sering)
4. Acara keagamaan (skala interval kurang- sangat sering)
Selanjutnya indikator peubah tak bebas (Y) terdiri atas peubah tingkat
kompetensi agribisnis petani kakao mencakup: indikator kompetensi teknis
budidaya kakao dan kompetensi pengelolaan usahatani kakao. Parameter indikator
kompetensi teknis budidaya tanaman diukur berdasarkan tingkat kemampuan
menyiapkan sarana produksi, penanaman, pemupukan, pengendalian hama-
penyakit tanaman, panen kakao, pengolahan biji kakao, dan akses jalur pasar
kakao. Parameter indikator kompetensi pengelolaan usahatani kakao diukur
berdasarkan tingkat kemampuan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
kemitraan, evaluasi dan pengendalian serta pengambilan keputusan terhadap
resiko usahatani.
Tingkat produktivitas usahatani kakao mencakup: indikator tingkat
produksi, tingkat mutu, dan nilai tambah. Tingkat pendapatan usahatani kakao
mencakup: indikator nilai penerimaan, pengeluaran biaya, dan nilai pendapatan.
Item-item parameter peubah tak bebas yang diukur berdasarkan skala interval
dalam penelitian ini. Secara rinci mengenai indikator dan parameter pengukuran
peubah tak bebas disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Lanjutan.
92
Tabel 4. Indikator dan Paremeter Pengukuran Peubah Tak Bebas (Y) Peubah/ Indikator Parameter pengukuran Tingkat Kompetensi Agribisnis Petani Kakao (Y1) Tingkat Kompetensi Teknis Budidaya Kakao (Y1.1
)
1. Tingkat kemampuan menyiapkan sarana produksi dengan tepat (skala interval)
2. Tingkat kemampuan melakukan penanaman secara tepat (skala interval)
3. Tingkat kemampuan melakukan pemupukan secara tepat (skala interval)
4. Tingkat kemampuan pengendalian hapentan secara terpadu (skala interval)
5. Tingkat kemampuan panen yang tepat (skala interval)
6. Tingkat kemampuan melakukan pengolahan biji kakao bermutu (skala interval)
7. Tingkat kemampuan mengakses jalur pemasaran yang efektif (skala interval)
Tingkat Kompetensi Pengelolaan Usahatani Kakao (Y1.2
)
1. Tingkat kemampuan melakukan perencanaan agribisnis (skala interval)
2. Tingkat kemampuan pengorganisasian sumberdaya secara produktif (skala interval)
3. Tingkat kemampuan melaksanakan kemitraan bisnis usahatani (skala interval)
4. Tingkat kemampuan melakukan evaluasi dan pengendalian usahatani (skala interval)
5. Tingkat kemampuan mengambil keputusan terhadap resiko usahatani (skala interval)
Tingkat Produktivitas Usahatani Kakao (Y2) Tingkat Produksi per satuan Areal (Y2.1
1. Jumlah tanaman kakao menghasilkan (TKM) per satuan luas (pohon/ha) )
2. Volume kakao yang dihasilkan setahun (kg/ha)
Tingkat Mutu Kakao (Y2.2
)
1. Mutu kakao asalan ( non fermentasi. kakao basah ka > 15 %)
2. Mutu nonfermentasi kakao ( k.a 8 - 14 %) 3. Mutu fermentasi kakao ( k.a < 7 %)
Nilai Tambah Usahatani Kakao (Y2.3
) 1. Tambahan nilai produksi kakao (buah/ha) 2. Tambahan nilai bobot biji kakao
(kg/100 buah) Pendapatan Usahatani Kakao (Y3) Nilai Penerimaan Hasil Usahatani Kakao (Y3.1
)
1. Jumlah produksi hasil biji kakao persatuan areal dalam setahun (kg/ha/tahun)
93
Peubah/ Indikator
Parameter pengukuran 2. Nilai satuan harga penjualan hasil biji
kakao berdasarkan standar mutu dalam setahun (Rp/kg/tahun)
3. Nilai penerimaan usahatani (Rp/tahun) Nilai Pengeluaran Biaya Usahatani Kakao (Y3.2
) 1. Pengeluaran biaya tetap usahatani kakao
dalam setahun (Rp/ha/tahun) 2. Pengeluaran biaya tidak tetap usahatani
kakao dalam setahun (Rp/ha/tahun) Nilai Pendapatan Bersih Usahatani Kakao (Y3.3
1. Total nilai penerimaan hasil usahatani kakao dalam setahun (Rp/ha/tahun) )
2. Total biaya dalam setahun (Rp/ha/tahun) 3. Nilai pendapatan bersih usahatani kakao
dalam setahun (Rp/tahun)
Validitas Instrumen
Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid, jika instrumen dapat
mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Menurut Arikunto
(1993:219) bahwa ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian yaitu
validitas logis dan validitas empirik. Validitas logis adalah validitas yang
dinyatakan berdasarkan hasil penalaran, sedang validitas empirik adalah validitas
yang dinyatakan berdasarkan hasil pengalaman. Kerlinger (2006:301-302)
membagi tiga jenis validitas yaitu validitas isi menunjukkan pada pengukuran isi
dari kuesioner penelitian untuk mewakili semua aspek yang dianggap sebagai
aspek kerangka konsep, validitas konstruk menunjukkan pada pengukuran
kerangka konsep yang jelas dan didefinisikan terlebih dahulu berdasarkan studi
literatur, dan validitas kriteria yang berhubungan (prediktif) menunjukkan pada
kemampuan alat untuk memprediksi kemungkinan yang terjadi pada masa yang
akan datang.
Untuk memperoleh instrumen yang mempunyai validitas tinggi, maka
langkah pengujian validitas instrumen dilakukan dengan cara sebagai berikut : (a)
memberikan definisi konsep secara operasional melalui studi literatur dan
konsultasi dengan orang yang ahli, (b) menyusun pertanyaan dan pernyataan
disertai dengan alternatif jawaban dan skor setiap item pertanyaan dan pernyataan
kepada responden, (c) menentukan tabulasi skor untuk setiap item pertanyaan dan
pernyataan yang telah dijawab berupa chek list atau isian ringkas oleh setiap
Tabel 4. Lanjutan.
94
responden, dan (d) menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi
product moment Pearson dengan cara menghitung korelasi masing-masing
pertanyaan dan pernyataan pada setiap peubah dengan membandingkan skor total
item pertanyaan dan pernyataan pada peubah yang telah ditentukan. Bila angka
korelasi yang diperoleh (r hitung) lebih besar dari angka kofiesien korelasi
(r tabel) maka alat ukur tersebut dinyatakan valid.
Rumus yang digunakan untuk uji validitas instrumen kuesioner penelitian
yang disebarkan kepada petani responden dalam penelitian ini, dimaksudkan agar
data yang diperoleh peneliti dari lapangan dapat diukur dan dikatakan valid
(syahi), maka terlebih dahulu harus diuji dengan menggunakan rumus Product
Moment Pearson, dengan formulasi sebagai berikut:
n∑ XY - ∑ X.∑Y rxy = √ [n ∑ X2 – (∑ X)2 ][n ∑ Y2 – (∑ Y)2
]
Keterangan : n = banyaknya responden X = skor pertama pada item i Y = skor kedua yang diperoleh responden ∑X = jumlah skor pertama pada item i ∑Y = jumlah skor yang diperoleh responden ∑XY = jumlah hasil perkalian skor pertama dengan skor kedua (Karl Pearson dalam Arikunto, 1993:225)
Sebelum instrumen penelitian dipergunakan dalam pengumpulan data
maka instrumen penelitian tersebut akan diuji coba terlebih dahulu, agar kelak
dapat diperoleh data yang valid atau sah, serta memiliki konsistensi yang tinggi
sehingga dapat diperoleh data yang akurat, tepat dan sebaik mungkin dalam
penelitian. Pada penelitian ini, jumlah petani kakao yang dijadikan contoh untuk
menguji validitas instrumen sebanyak 30 orang petani pada taraf nyata 5 % dan
derajad bebas (db) adalah item yang memiliki nilai r hitung > r table pada taraf
alpha (α= 0.05) adalah item skor pernyataan dan pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian. Selanjutnya intrumen dinyatakan valid untuk disebarkan kepada
responden sampel sebanyak 180 petani kakao lahan kering (Lampiran 1).
95
Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur sehingga hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila
dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen)
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah. Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas
instrumen dalam penelitian ini adalah koefisien Alpha ( ) dari Cronbach (1951)
dalam Arikunto (1993:236).
Indeks yang menunjukkan suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan, maka setiap alat ukur seharusnya memiliki kemampuan untuk
memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Alternatif jawaban pada kuesioner
lebih dari dua item pertanyaan maupun pernyataan, maka untuk menghitung atau
menguji reliabilitas kuesioner penelitian digunakan rumus Cronbach’s Alpha
dengan formulasi:
N Σ σ2
α = 1 − item
N –1 σ2
total
Keterangan: α = Cronbach’s Alpha N = banyaknya pertanyaan σ2
item
σ = variance dari pertanyaan
2total
= variance dari skor
Interpretasi nilai Cronbach Alpha (α) yakni mulai skala 0 sampai 1, dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Nilai Cronbach Alpha 0.00 – 0.20 menunjukkan sangat kurang reliabel
2. Nilai Cronbach Alpha 0.21 – 0.40 menunjukkan kurang reliabel
3. Nilai Cronbach Alpha 0.41 – 0.60 menunjukkan cukup reliabel
4. Nilai Cronbach Alpha 0.61 – 0.80 menunjukkan reliabel
5. Nilai Cronbach Alpha 0.81 – 1.00 menunjukkan sangat reliabel
96
Reliabilitas instrumen penelitian ini ditentukan dengan cara mengukur
peubah-peubah dalam suatu uji insterumen. Hasil pengukuran peubah dalam uji
reliabilitas instrumen pada penelitian ini dengan menggunakan metode Cronbach
Alpha melalui aplikasi Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi.17.
Nilai Cronbach Alpha digunakan untuk menentukan reliabilitas pada instrumen
penelitian yang ditunjukkan dengan angka kisaran nilai 0,614 – 0,957, yang
berarti instrumen reliabel dan handal untuk digunakan mengukur kesahian
peubah-peubah yang menjadi kerangka teoritik dalam penelitian ini.
Secara rinci mengenai pengukuran reliabilitas instrumen dalam kuesioner
penelitian dengan nilai Cronbach Alpha disajikan pada Tabel 5.
97
Tabel 5. Nilai Cronbach Alpha pada Instrumen Kuesioner Penelitian Kode Peubah/Variabel Indikator Nilai Cronbach
Alpha X Motivasi Diri 1
X1.11. Harapan
Motif Intrinsik
2. Curahan waktu dikebun 3. Percaya diri 4. Semangat kerja 5. Kepuasan kerja
0.872
X1.21. Hasrat kembangkan
usahatani
Motif Ekstrinsik
2. Keinginan gunakan TTG 3. Keinginan produksi 4. Keinginan mutu produksi 5. Keinginan meningkatkan
kapasitas diri
0.829
X
2
Karakteristik Petani
X2.1X
Umur produktif 2.2
X Lamanya Pend. Formal
2.3
X
Pend. nonformal yang diikuti
2.4X
Kekosmopolitan 2.5
X Luas lahan usahatani
2.6X
Tanaman Menghasilkan 2.7
X Pendapatan Keluarga
2.8
0.650
Ikatan etnis/budaya
X
3
Kegiatan Penyuluhan
X3.11. Informasi TTG
Akses Info TTG
2. Sasaran penyuluhan 3. Metode penyuluhan 4. Materi penyuluhan 5. Respon sasaran
penyuluhan
0.845
X3.21. Jadwal penyuluhan
Intensitas Penyuluhan
2. Pertemuan petani dalam penyuluhan
3. Kehadiran petani dalam penyuluhan
4. Pemecahan masalah usahatani
5. Keterlibatan petani dalam penyuluhan
0.845
98
Kode Peubah/Variabel Indikator Nilai Cronbach Alpha
X Intervensi Pemberdayaan Pemda
4 X4.11. Kebijakan harga jual
kakao
Kebijakan Pemda
2. Kebijakan retribusi komoditi kakao
3. Kebijakan perbedaan harga fermentasi dan non fermentasi
0.720
X4.2
1. Kemudahan mendapatkan saprodi
Akses Sarana produksi dan Peralatan
2. Kemudahan menjangkau peralatan usahatani
3. Kemampuan membeli saprodi dan peralatan UT
4. Keberadaan agen penyalur saprodi UT
0.681
X4.31. Kemudahan distribusi
Akses Pasar Kakao
2. Kemudahan transaksi penjualan kakao
3. Ketersediaan jalur pemasaran kakao
4. Ketersediaan mitra usahatani kakao
0.717
X Lingkungan 5
X5.11. Potensi lahan satuan luas
Kondisi Fisik Usahatani:
2. Kesuburan tanah 3. Ketersediaan air tanah 4. Kemiringan tanah
0.717
X5.2
1. Kerjasama pelaku usaha
Interaksi Sosial Masyarakat Perkebunan:
2. Aktivitas komunikasi 3. Acara adat-istiadat 4. Acara keagamaan
0.642
Tabel 5. Lanjutan.
Tabel 5. Lanjutan.
99
Kode Peubah Indikator Nilai Cronbach Alpha
Y
1
Tingkat Kompetensi agribisnis Petani Kakao
Y1.1
1. Tingkat kemampuan menyiapkan sarana produksi
Tingkat Kompetensi Teknis Budidaya:
2. Tingkat kemampuan melakukan penanaman
3. Tingkat kemampuan melakukan pemupukan
4. Tingkat kemampuan melakukan pengendalian hama-penyakit tanaman
5. Tingkat kemampuan melakukan panen
6. Tingkat kemampuan melakukan pengolahan
7. Tingkat kemampuan mengakses jalur pemasaran
0.957
Y1.2
1. Tingkat kemampuan melakukan perencanaan agribisnis
Tingkat Kompetensi Pengelolaan Usahatani:
2. Tingkat kemampuan organisasi sumberdaya
3. Tingkat kemampuan melaksanakan kemitraan usahatani
4. Tingkat kemampuan melakukan evaluasi dan pengendalian usahatani
5. Tingkat kemampuan mengambil keputusan dan resiko usahatani
0.956
Y
2
Tingkat Produktivitas Usahatani Kakao
Y2.1Y
Tingkat Mutu Produksi 2.2
0.614
Nilai Tambah Usahatani
Y Tingkat Pendapatan Usahatani Kakao
3 Y3.1
Y
Penerimaan usahatani setahun
3.2
Y
Pengeluaran biaya usahatani setahun
3.3
0.915
Nilai pendapatan bersih usahatani setahun
Tabel 5. Lanjutan.
100
Analisis Data
Seluruh data yang dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan
kebutuhan pembahasan penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian dibagi
atas dua bagian, yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data
inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi. Statistik inferensial digunakan
untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum.
Menurut Arikunto (1993:338) bahwa statistik inferensial berfungsi untuk
mengeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi, sesuai dengan fungsi
tersebut maka statistik inferensial cocok untuk penelitian sampel.
Jenis analisis data penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan hipotesis
penelitian yang telah di rumuskan pada kerangka berpikir dalam penelitian ini.
Jenis analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah:
(1) Mendeskripsikan data diskrit yang telah diperoleh dalam penelitian dengan
bentuk tabel distribusi frekuensi. Data yang ditampilkan dalam penelitian ini
merupakan data dengan skala interval dan ratio, yang ditetapkan dengan
skor nilai berdasarkan ukuran skala Likert jenjang lima (Skor 1= sangat
rendah, 2 = rendah, 3= sedang/cukup, 4= tinggi, 5= sangat tinggi).
(2) Menganalisis komponen yang berhubungan dan mempengaruhi tingkat
kompetensi petani kakao beragribisnis untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan usahatani lahan kering, yakni nilai konstrak dari masing-masing
variabel dianalisis dengan menggunakan statistik uji model regresi linear
berganda dengan rumus :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5
Keterangan :
+... + bnXn + e
Y = Variabel dependen b0
b = intersep
1
X... bn = koefisien regresi 1
e = error (pengganggu) ...Xn = Variabel independen
( Sumber : Sudjana, 2001: 370)
101
Berdasarkan analisis “stepwise”, maka penerapan uji model regresi
dikembangkan sesuai kerangka teoritik penelitian dengan model notasi sebagai
berikut :
Y1 = b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + e1,
di mana; Y
1 b
= peubah tingkat kompetensi agribisnis petani kakao, 2X2
b= koefisien peubah karakteristik petani kakao,
3X3 b
= koefiesien peubah kegiatan penyuluhan, 4X4
b= koefiesien peubah intervensi pemberdayaan,
5X5 e
= koefiesien peubah lingkungan, 1
= koefisien error/luar model 1.
Y2 = Y1 + b4X4 + e2
di mana; Y
,
2 Y
= peubah tingkat produktivitas usahatani kakao, 1
b = peubah tingkat kompetensi agribisnis petani kakao,
4X4 e
= koefiesien peubah intervensi pemberdayaan, 2
= koefiesien error/luar model 2.
Y3= Y2 + b1X1+ b2X2+ b4X4+ b5X5 + e3
di mana; Y
,
3 b
= peubah tingkat pendapatan usahatani kakao, 1X1
b= koefisien peubah motivasi diri,
2X2 b
= koefisien peubah karakteristik petani kakao, 4X4
b= koefisien peubah intervensi pemberdayaan,
5X4 e
= koefisien peubah lingkungan, 3
= koefisien error luar/model 3.
Untuk menganalisis efektifitas hubungan antar peubah dilakukan analisis
hubungan dengan menggunakan asumsi regresi, dan menganalisis diagram jalur
(path analisis) dari model persamaan regresi ganda dan model pengaruh antar
peubah bebas (X) dengan peubah tidak bebas (Y), sehingga dapat meramalkan
sejauhmana faktor internal (motivasi diri dan karakteristik petani kakao) dan
faktor ekternal (kegiatan penyuluhan, intervensi pemberdayaan, dan lingkungan)
berpengaruh terhadap tingkat kompetensi agribisnis petani kakao dalam
pengelolaan usahatani kakao untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan
usahatani lahan kering, saling berhubungan secara asosiatif dan mempengaruhi
peubah-peubah model.