metode pembinaan badan permusyawaratan desa pasca …

17
Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pilkades di Desa Kalikayen Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Mariyatul Qibtiyah, [email protected] dan Siti Muafifah, Siti[email protected] Abstrak Pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa di Desa Kalikayen belum berjalan optimal, apalagi pasca pemilihan Kepala Desa. Momentum Pemilihan Kepala Desa menjadi momen bagi masyarakat untuk memilih pemimpin di wilayahnya dengan cara yang demokratis. Setelah pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa maka susunan organisasi pemerintah desa pun menjadi susunan yang baru, serta dari berbagai unsur yang baru pula. Berasal dari keberagaman itu, tidak semua ornag yang mengisi kursi pemerintah di desa memahami tugas dan fungsinya secara komprehensif, hal ini perlu dipahamkan kembali. Pada penulisan ini, beberapa rumusan masalah yang akan kita ambil diataranya (1) Bagaimana urgensi pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa di Desa Kalikayen?; dan (2) Bagaimana metode pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa di Desa Kalikayen?. Oleh karena itu, hadir metode pembinaan terhadap Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa guna menjawab tantangan tersebut di atas. Adapun tujuan pengabdian ini adalah untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap badan permuyawaratan desa, membina badan permusyawaratab desa agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik, serta menyampaikan usulan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan penyelenggaran pemerintahan desa. Setelah terlanksananya pengabdian ini, kini Badan Permusyawaratan Desa memahami tugas dan fungsinya serta perannya dalam pembangunan Desa. Selain itu, Badan Permusyawaratan Desa sudah memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun peraturan desa. Luaran program pengabdian kami diantaranya terbitnya modul buku panduan desa yang berisi tentang optimalisasi pelaksanaan Undang- Undang Desa, pengelolaan dana desa, teknik pembentukan peraturan yang ada di Desa. Luaran selanjutnya adalah draft peraturan desa dan kepala desa, serta form usulan kegiatan dan prioritas masalah dari masing-masing dusun. Kata Kunci : BPD; Perangkat Desa; Masyarakat; Desa; Pembinaan. Pendahuluan Desa memiliki kewenangan untuk mengurus sendiri pemerintahannya, salah satunya adalah dalam menetapkan Kepala Desa, masyarakat dapat memilih secara langsung orang yang akan menjadi Kepala Desa melalui sistem demokrasi dengan menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa. Setelah Kepala Desa terpilih maka proses perencanaan pembangunan Desa sudah mulai disusun, meliputi Musyawarah Desa, penyusunan RPJMDes, RKPDes, APBDes yang semua hal itu dituangkan dalam Peraturan Desa. Badan Permusyawaratan Desa memiliki peran yang penting dalam pembangunan Desa karena ia adalah Organisasi Pemerintahan yang menjalankan fungsi legistatif. Selain hal tersebut, susunan anggota Badan Permusyawaratan Desa komponennya baru dan berbeda dari tahun sebelumnya serta banyak yang belum mengetahui arah kerja sistem

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pilkades di Desa Kalikayen

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Mariyatul Qibtiyah, [email protected] dan Siti Muafifah,

[email protected]

Abstrak

Pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa di Desa Kalikayen belum berjalan

optimal, apalagi pasca pemilihan Kepala Desa. Momentum Pemilihan Kepala Desa menjadi

momen bagi masyarakat untuk memilih pemimpin di wilayahnya dengan cara yang demokratis.

Setelah pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa maka susunan organisasi pemerintah desa pun

menjadi susunan yang baru, serta dari berbagai unsur yang baru pula. Berasal dari keberagaman

itu, tidak semua ornag yang mengisi kursi pemerintah di desa memahami tugas dan fungsinya

secara komprehensif, hal ini perlu dipahamkan kembali. Pada penulisan ini, beberapa rumusan

masalah yang akan kita ambil diataranya (1) Bagaimana urgensi pembinaan Badan

Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa di Desa Kalikayen?; dan (2) Bagaimana

metode pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa di Desa

Kalikayen?. Oleh karena itu, hadir metode pembinaan terhadap Badan Permusyawaratan Desa

Pasca Pemilihan Kepala Desa guna menjawab tantangan tersebut di atas. Adapun tujuan

pengabdian ini adalah untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah

terhadap badan permuyawaratan desa, membina badan permusyawaratab desa agar mampu

menjalankan tugasnya dengan baik, serta menyampaikan usulan kepada pemerintah untuk lebih

memperhatikan penyelenggaran pemerintahan desa. Setelah terlanksananya pengabdian ini, kini

Badan Permusyawaratan Desa memahami tugas dan fungsinya serta perannya dalam

pembangunan Desa. Selain itu, Badan Permusyawaratan Desa sudah memiliki bekal pengetahuan

dan pengalaman dalam menyusun peraturan desa. Luaran program pengabdian kami diantaranya

terbitnya modul buku panduan desa yang berisi tentang optimalisasi pelaksanaan Undang-

Undang Desa, pengelolaan dana desa, teknik pembentukan peraturan yang ada di Desa. Luaran

selanjutnya adalah draft peraturan desa dan kepala desa, serta form usulan kegiatan dan prioritas

masalah dari masing-masing dusun.

Kata Kunci : BPD; Perangkat Desa; Masyarakat; Desa; Pembinaan.

Pendahuluan

Desa memiliki kewenangan untuk mengurus sendiri pemerintahannya, salah satunya adalah

dalam menetapkan Kepala Desa, masyarakat dapat memilih secara langsung orang yang akan

menjadi Kepala Desa melalui sistem demokrasi dengan menyelenggarakan Pemilihan Kepala

Desa. Setelah Kepala Desa terpilih maka proses perencanaan pembangunan Desa sudah mulai

disusun, meliputi Musyawarah Desa, penyusunan RPJMDes, RKPDes, APBDes yang semua hal

itu dituangkan dalam Peraturan Desa. Badan Permusyawaratan Desa memiliki peran yang penting

dalam pembangunan Desa karena ia adalah Organisasi Pemerintahan yang menjalankan fungsi

legistatif. Selain hal tersebut, susunan anggota Badan Permusyawaratan Desa komponennya baru

dan berbeda dari tahun sebelumnya serta banyak yang belum mengetahui arah kerja sistem

Page 2: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

pemerintahan di Desa. Anggota Badan Permusyawaratan Desa berasal dari latar belakang

Pendidikan, lingkungan serta ekonomi yang berbeda, sehingga membutuhkan pembinaan dan

pendampingan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Badan Permusyawaratan Desa.

Selanjutnya, kendala dalam perencanaan pembangunan Desa pasca pemilihan Kepala Desa

salah satunya adalah kurangnya pemahaman Badan Permusyawaratan Desa mengenai tugas

fungsinya serta kurangnya pengetahuan dan antusias masyawarakat mengenai perencanaan

pembangunan Desa. Apabila kita melihat Kewenangan Desa sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016

tentang Kewenangan Desa, Desa memiliki wewenang yang luas untuk mengurus Desa guna

mencapai Desa yang mandiri dan sejahtera dalam bingkai NKRI. Secara umum kewenangan Desa

meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan

Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa. Melihat beberapa permasalahan tersebut

di atas maka perlu metode pembinaan khusus agar Badan Permusyawaratan Desa dapat

menjalankan tugasnya selama 6 Tahun ke depan.

Pada penulisan ini, beberapa rumusan masalah yang akan kita ambil diataranya (1)

Bagaimana urgensi pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa di

Desa Kalikayen?; dan (2) Bagaimana metode pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca

Pemilihan Kepala Desa di Desa Kalikayen?. Artikel ini disusun untuk mengetahui urgensi

pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa serta mendeskripsikan

metode pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa di Desa

Kalikayen.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris. Menurut Waluyo “Penelitian

hukum empiris istilah lain yang digunakan adalah penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut

pula dengan penelitian lapangan. Penelitian hukum sosiologis ini bertitik tolak dari data primer.

Data primer/data dasar adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama

dengan melalui penelitian lapangan. Perolehan data primer dari penelitian lapangan dapat

dilakukan baik melalui pengamatan (observasi), wawancara ataupun penyebaran kuesioner.”1

Metode yang kami lakukan adalah dengan wawancara dan diskusi Bersama anggota badan

permusyawaratan desa dan perangkat desa. Selain itu kami melibatkan masyarakat dalam proses

pembinaan ini karena masyarakat memilik peran penting dalam tugas Badan Permusyawaratan

Desa. Lokasi pengabdian ini dilaksanakan di Desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang. Waktu pengabdian ini dilaksanakan pada 15 Juli s.d 27 Agustus 2019.

Kegiatan yang kami lakukan diantaranya adalah menyelenggarakan rembug awal BPD, bedah UU

Desa, belajar bersama menyusun peraturan desa, diskusi persiapan musrenbang, perencanan

musrenbang Bersama tokoh masyarakat.

Sasaran program pembinaan kami adalah badan permusyawaratan desa, perangkat desa,

ketua RT/RW, Lembaga yang ada di Desa. Focus program pembinaan kami adalah memahami

Bersama Undang-Undang Desa, tahapan dan teknik pembentukan peraturan yang ada di Desa,

1 Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika. 1996. Hlm-16

Page 3: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

serta organisir pembangunan Desa melalui MUSRENBANG. Hal tersebut kami laksanakan

dengan membedah Undang-Undang Desa Bersama para tokoh masyarakat, mendampingi BPD

dalam proses pembentukan Peraturan Desa, mendampingi masing-masing kepala Dusun dalam

menyusun dokumen usulan kegiatan dan musyawarah dusun.

Hasil dan Pembahasan

Otonomi Desa

Sejak saat diundangkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kini Desa memiliki

kewenangan sendiri untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahannya serta membangun Desa

dengan memaksimalkan potensi melalui partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Undang-

undang ini Merupakan hasil perjuangan masyarakat yang menjadikan desa sebagai perhatian

utama pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan kemandirian. Undang-Undang

Desa memuat tentang pedoman pembangunan desa yang diwujudkan melalui musyawarah

perencanaan pembangunan, pengelolaan keuangan desa, peraturan desa, BUM Desa, pemiihan

kepala desa, Badan permusyawaratan desa. Sebagai desa, harusnya bangga dan memiliki

semangat untuk menemukan jati diri desanya sehingga dapat menjadi desa yang mandiri dan

sejahtera sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Otonomi Daerah di Indonesia telah membuka peluang sebesar-besarnya bagi pemeritah

Daerah untuk bertanggungjawab dalam mengatur sendiri urusan pemerintahannya. Hal ini

merupakan salah satu jawaban atas permasalahan timpangnya pembangunan antara pusat dan

daerah maupun antar daerah kabupaten dan kota. Ketimpangan tersebut menyebabkan tingginya

angka kemikinan di Indonesia. Berdasarkan data BPS (September, 2015) menyebutkan bahwa

tingkat kemiskinan di perkotaan sebesar 8,22% sedangkan tingkat kemiskinan di pedesaan

mencapai 14,09%. 2Karena hal itu, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap

pembangunan di pedesaan yang salah satunya adalah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa. Undang-Undang ini memberikan kewenangan yang luas kepada Desa,

meliputi urusan penyekenggaraan pemerintahan, pembangunan Desa, pemberdayaan dan

pembinaan masyarakat desa.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan ruang gerak yang luas

kepada masyarakat untuk mengatur perencanaan pembangunan atas dasar kebutuhan yang menjadi

prioritas masyarakat tanpa terbebani oleh program-program dari berbagai instansi pemerintah

selanjutnya disebut sebagai otonomi desa. Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan

utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah wajib

menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. 3

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan

2 Nyimas, Latifah Letty Aziz. Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa. Jakarta: Jurnal Penelitian Politik.2016. Vol. 13.No. 2. Hlm-193 3 HAW Widjaja, Otonomi Desa : Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008),hlm-165.

Page 4: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

dihormati dalam system pemerintahan NKRI.4 Kewenangan yang telah diberikan ini menjadi dasar

desa untuk bergerak membangun masyarakat di desa menjadi masyarakat yang mandiri dan

sejahtera. Walaupun desa telah diberikan otonomi khusus, akan tetapi kewenangan tersebut tidak

boleh terlepas dari bingkai NKRI.

Otonomi desa dimaksudkan agar upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan desa

menjadi lebih cepat terwujud, hal ini tidak akan terjadi jika pembangunan desa masih ditentukan

dan dirancang secara sentralistik seperti pada masa lalu. Kewenangan Desa yang ada dalam

Undang-Undang Desa disebutkan bahwa desa mempunyai empat kewenangan, meliputi (1)

kewenangan berdasarkan hak asal usul. Hal ini berbeda dengan perundang-undangan sebelumnya

yang menyebutkan bahwa urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa,

(2) kewenangan lokal berskala Desa dimana desa mempunyai kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus desanya. Berbeda dengan perundangundangan sebelumnya yang menyebutkan,

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya

kepada desa, (3) kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau

pemerintah daerah kabupaten/kota. (4) kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Urgensi Pendampingan Pemerintahan Desa dari Pemerintah Daerah

Penyusunan Peraturan Desa merupakan hal yang sangan urgen khususnya setelah

lahirnya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.5 Desa harus senantiasa membuat

Peraturan Desa sebagai payung hukum bagi desa dalam melaksanakan program-program desa

untuk kesejahteraan desa. Oleh karena itu setiap desa harus memahami betul khusunya terkait

dengan peyusunan Peraturan Desa. Hal tersebut dilakukan agar Peraturan Desa yang dibuat oleh

Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa dapat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan yang ada dan dapat berjalan dengan baik sesuai ketentuan.6

Untuk semakin memantapkan pemahaman tentang Pendampingan Desa, Kementrian Desa

menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) No. 03 Tahun 2015 Tentang Pendamping Desa. Disana

dipaparkan jelas bahwa Pendamping Desa bukan pengelola proyek pembangunan di desa. Kerja

Pendampingan Desa difokuskan pada upaya memberdayakan masyarakat desa melalui proses

belajar sosial. Dengan demikian, pendampingan desa tidak dibebani dengan tugas-tugas

pengelolaan adminisrasi keuangan dan pembangunan desa yang berdasarkan UU Desa sudah

menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah desa.7

4 M.Silahudin. Kewenangan desa dan regulasi desa. (Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2015). Hlm-11 5 . Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. 6 .Djogo, Tony.(2003). Kelembagaan dan Kebijakan Dalam Pengembangan Agroforesti. Word Agroforestry Centre(ICRAF) Southeast Asia. 7 . Sumber Saparin, Luas Bidang kegiatan Pemerintahan, Tata Pemerintahan Dan Administrasi Pemerintahan Desa,

Ghalia Indonesia. Hlm 15

Page 5: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

Tujuan Pendampingan Desa pun Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas

pemerintah desa dan pembangunan Desa. Meingkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi

masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif. Meningkatkan sinergi program

pembangunan Desa antarsektor dan mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris. Dalam

ruang lingkup pendampingan masyarakat Desa dilaksanakan secara berjenjang untuk

memberdayakan dan memperkuat Desa. Pendampingan masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan

yang didasarkan pada kondisi geografis wilayah, nilai APB Desa, dan cakupan kegiatan yang

didampingi Pemerintah, Pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan

Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat Desa melalui pendampingan

masyarakat Desa yang berkelanjutan, termasuk dalam hal penyediaan sumber daya manusia.

Pada Pasal 127 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 memberikan arahan lebih

detail. Pendamping desa harus mengawal penyusunan perencanaan dan penganggaran yang

berpihak kepada kepentingan warga miskin, kaum disabilitas, perempuan, anak dan kelompok

marginal. Jika Pendamping PNPM hanya fokus pada penganggaran BLM saja, maka pendamping

desa harus mengawal konsolidasi keuangan desa melalui APBDesa. Sumber pendapatan desa,

mulai dari PADesa, ADD dari APBN, Alokasi Dana Desa (ADD) dari APBD, bagi hasil pajak dan

retribusi, serta berbagai sumber pendapatan lainnya harus dikelola secara transparan dan akuntabel

melalui APBDesa.

Penyelenggaraan pemerintahan desa hingga saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan

dan kendala . sejumlah kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa saat ini

diantaranya masih rendahnya efektivitas kelembagaan dan tata kelola pemerintahan desa serta

pelayanan masyarakat. Selain itu, rendahnya kapasitas dan kualitas pelayanan apratur

pemerintahan desa, masih terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan

pemerintahan desa, serta masih lemahnya koordinasi antar Kementerian/Lembaga dan pemda

dalam pembinaan desa.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa memandatkan bahwa Pemerintah,

pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten untuk memberdayakan

masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat desa dilaksanakan antara lain dengan pendampingan

desa. Pasal 112 ayat (4) UU No. 6/2014 tentang Desa memandatkan bahwa pemberdayaan

masyarakat Desa dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pemantauan pembangunan Desa dan kawasan pedesaan.

Dalam rangka implementasi UU Desa, secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja

perangkat daerah kabupaten/kota, yang selama ini dibantu oleh tenaga ahli kabupaten (TA), tenaga

pendampingan desa (PD), pendampingan loka desa (PLD), kader pemberdayaan masyarakat Desa,

dan pihak ketiga. Sedangkan tugas camat sebagai bawahan bupati/walikota melakukan koordinasi

dan fasilitasi pendampingan Desa diwilayahnya. Kecamatan mempunyai fungsi yang sangat

strategis dalam rangka implementasi Undang-Undang Desa. Namun yang terjadi dilapangan,

pelaksanaan pendampingan desa selama ini masih berjalan sendiri-sendiri. Sehingga proses

pendampingan desa tidak berjalan maksimal. “ Ego sektoral masih sangat kental”.

Disisi yang lain, Mental Baru dalam memperlakukan desa belum sepenuhnya menjiwai

dada, hati dan pikiran dari mayoritas kita. “ Baik yang dipemerintah maupun diluar pemerintah”.

Kondisi yang ada di Desa Kalikayen, anggota BPD banyak yang hanya lulusan SMA serta

beberapa orang lulusan Strata 1 akan tetapi bidang keilmuan yang dimiliki kurang mendukung

Page 6: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

terhadap fungsi penyelenggaraan pemerintahan. Selain hal tersebut, system kaderisasi belum

terbentuk. Hal itu berdampak pada matinya pembelajaran baik itu dari evaluasi atau kritik saran

dari pemerintah sebelumnya terkait pelaksanan tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa.

Pada lain sisi, kegiatan pembinaan adalah kegiatan yang sifatnya berjangka dan tidak pada

waktu singkat seperti model diskusi atau seminar. Metode pembinaan berorientasi pada proses

pembelajaran hingga menuju kesepahaman dan sadar pentingnya peran Badan permusyawaratan

Desa terhadap pembangunan di Desa Kalikayen. BPD yang baru sedikit yang mengetahui arah

tujuan ke depan, sehingga perlu diarahkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan desa

salah satunya adalah keselarasan antara rencana pembangunan daerah Provinsi dengan

Kabupaten/Kota serta Kabupaten/Kota dengan Kecamatan dan atau Desa. Keselarasan tersebut

ditujukan supaya pembangunan itu efektif dan harmonisasi antar peraturan perundang-undangan

secara vertikal.

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara

musyawarah dan mufakat. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD.Masa jabatan anggota

BPD adalah 6(enam) tahun dan dapat dipilh lagi untuk 1(satu) kali masa jabatan berikutnya. Syarat

dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam Peraturan Daerah yang

berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Adapun jumlah anggota Badan Perwakilan Desa

ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai

berikut: (1) Jumlah penduduk desa sampai dengan 1.500 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 5

(lima) orang. (2) Jumlah penduduk desa antara 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, jumlah anggota

BPD sebanyak 7 (tujuh) orang. (3) Jumlah penduduk desa antara 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa,

jumlah anggota BPD sebanyak 9 (Sembilan) orang. (4) Jumlah penduduk desa antara 2.501 sampai

dengan 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 11 (sebelas) orang. (5) Jumlah penduduk lebih

dari 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 13 (tiga belas) orang.8

Gambaran dinamika penataan dan penguatan kelembagaan pemerintah desa dibalik skema

yang ditawarkan oleh UU Desa menunjukkan pembangunan desa dibidang ekonomi lebih baik

dibandingkan dengan pembangunan di bidang kelembagaan desa setelah adanya UU Desa.

Artinya, keterbukaan ruang yang dimiliki pemerintah desa kemudian mendahulukan pembangunan

ekonomi. Tentunya, hal ini kurang sesuai dikarenakan pembangunan ekonomi dan pembangunan

politik harus selaras dibangun bersama, Meskipun, dalam derajad dan periode tertentu ada

kecendrungan pelaksanaanya sedikit menonjolkan salah satu dimensi memang diperlukan, tetapi

pembangunan desa tidak boleh mendahulukan salah satu aspek dari kedua hal tersebut secara

dominan.

Peran Pemerintah Provinsi dalam Pembinaan dan Pengawasan Desa

Sebagaimana diatur dalam UU Desa Pasal 114, Pemerintah Provinsi mempunyai peran

8 Miskawati dan Heri Tahir. Perana Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Tolajuk Kecamatan Latimojong Kabupaten Luwu). Makassar: Universitas Negeri Makassar. 2014. Hlm-41

Page 7: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

pengawasan dan pembinaan terhadap desa, beberapa peran pemerintah provinsi dapat diuraikan

sebagai berikut9:

• Melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota dalam rangka penyusunan

• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur desa;

• Melakukan pembinaan kabupaten/kota dalam rangka pemberian Alokasi DanaDesa;

• Melakukan pembinaan peningkatan kapasitas kepala desa dan perangkat desa, Badan

Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan;

• Melakukan pembinaan manajemen pemerintahan desa;

• Melakukan pembinaan upaya percepatan pembangunan desa melalui bantuan keuangan,

bantuan pendampingan, dan bantuan teknis;

• Melakukan bimbingan teknis bidang tertentu yang tidak mungkin dilakukan

oleh pemerintah daerah kabupaten/kota;

• Melakukan inventarisasi kewenangan provinsi yang dilaksanakan oleh desa;

• Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penetapan Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah kabupaten/kota dalam pembiayaan desa;

• Melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota dalam rangka penataan wilayah desa;

• Membantu pemerintah dalam rangka penentuan kesatuan masyarakat hukum adat sebagai

desa;

• Membina dan mengawasi penetapan pengaturan BUM Desa kabupaten/kota dan lembaga

kerja sama antar desa.

• Dan lain-lain yang sesuai dengan

Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan desa, Pemerintah provinsi dapat mengalokasikan

Bantuan Keuangan kepada desa dalam APBD Provinsi yang merupakan salah satu sumber

pendapatan desa yang akan dituangkan dalam APB Desa.

Perspektif desa berbeda dengan perspektif pemerintahan, yakni melihat desa sebagai

bagian dari pemerintahan, atau melihat bahwa pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan

desa/ kelurahan merupakan struktur hirarkhis dalam pemerintahan NKRI. Pemerintahan bekerja

di bawah kendali Presiden yang mengalir secara hirarkhies dan top down dari atas sampai ke

tingkat desa. Menurut perspektif pemerintahan, desa merupakan organisasi pemerintahan yang

paling kecil, paling bawah, paling depan dan paling dekat dengan masyarakat. Paling “kecil”

berarti bahwa wilayah maupun tugas- tugas pemerintahan yang diemban desa mampunyai

cakupan atau ukuran terkecil dibanding dengan organisasi pemerintahan kabupaten/kota,

provinsi maupun pusat. Paling “bawah” berarti desa menempati susunan atau lapisan

pemerintahan yang terbawah dalam tata pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Namun “bawah” bukan berarti desa merupakan bawahan kabupaten/kota, atau kepala

desa bukan bawahan bupati/walikota. Desa tidak berkedudukan sebagai pemerintahan yang

berada dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 200 UU

Nomor 32 Tahun 2004. Menurut

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, desa berkedudukan dalam wilayah

kabupaten/kota. Hal ini sama sebangun dengan keberadaan kabupaten/kota dalam wilayah

provinsi.

9 . Moch Musoffa Ihsan.2015. Ketahanan Masyarakat Desa. Kementrian Desa. Jakarta: Pembangunan Daerah

Teringgal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hlm 32.

Page 8: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

“Bawah” juga berarti bahwa desa merupakan organisasi pemerintahan yang berhubungan

secara langsung dan menyatu dengan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat sehari-

hari. Istilah “bawah” itu juga mempunyai kesamaan dengan istilah “depan” dan “dekat”. Istilah

“depan” berarti bahwa desa berhubungan

langsung dengan warga masyarakat baik dalam bidang pemerintahan, pelayanan,

pembangunan, pemberdayaan maupun kemasyarakatan. Sebagian besar warga masyarakat

Indonesia selalu datang kepada pemerintah desa setiap akan memperoleh pelayanan maupun

menyelesaikan berbagai masalah sosial. Karena itu pemerintah dan perangkat desa, yang berbeda

dengan pemerintah dan perangkat daerah, harus siap bekerja melayani masyarakat selama

24 jam tanpa henti, tidak mengenal cuti dan liburan. Sedangkan istilah “dekat” berarti bahwa

secara administratif dan geografis, pemerintah desa dan warga masyarakat mudah untuk saling

menjangkau dan berhubungan. Secara sosial, “dekat” berarti bahwa desa menyatu dengan denyut

kehidupan sosial budaya sehari-hari masyarakat setempat.

Dua perspektif itu saling bersinggungan dan beririsan. Namun sesuai pertimbangan

konstitusional, historis dan sosiologis, porsi desa sebagai self governing community jauh lebih besar

dan kuat daripada porsi desa sebagai local self government. Ingat bahwa Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 adalah Undang-Undang Desa, bukan Undang-Undang tentang Pemerintahan Desa.

Desa sebagai self governing community sangat berbeda dengan pemerintahan formal,

pemerintahan umum maupun pemerintahan daerah dalam hal kewenangan, struktur dan perangkat

desa, serta tatakelola pemerintahan desa.10

Sesuai dengan asas rekognisi dan subsidiaritas, desa memiliki kewenangan berdasarkan

hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa, yang tentu sangat berbeda dengan kewenangan

pemerintah daerah. Dalam hal tatapemerintahan, desa memiliki musyawarah desa, sebagai sebuah

wadah kolektif antara pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, lembaga kemasayarakatan,

lembaga adat dan komponen-komponen masyarakat luas, untuk menyepakati hal-hal strategis

yang menyangkut hajat hidup desa. Semua ini memberikan gambaran bahwa karakter desa sebagai

self governing community jauh lebih besar dan kuat.

Penyesuaian penyelenggaraan pemerintah desa terhadap kebijakan UU Desa, terdapat

adanya penataan maupun penguatan pemerintah desa dengan memberikan pengakuan dalam

penghormatan atas keberadaan desa maupun masyarakat desa dalam bingkai negara kesatuan. Hal

tersebut yang kemudian telah memberikan pemerintah desa dalam bingkai negara kesatuan. Hal

tersebut yang kemudian telah memberikan pemerintah desa dan masyarakat desa lebih leluasa

dalam mengelola desa. Lebih lanjut, dari pemaparan pelaksanaan undang-undang desa dalam

bidang ekonomi tersebut terlihatpencapaian pembangunan yang lebih baik. Hanya saja sinergi dan

fungsi koordinasi pada pemerintah pusat perlu ditingkatkan. Selanjutnya terkait pembangunan

politik, khususnya terkait tata kelola pemerintahan desa, sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa

terdapat kegagapan dan juga ketakutan penggunaan kewenangan dan anggaran yang besar. Hal ini

yang masih menjadi pekerjaan dalam program pendampingan desa.

Pilkades di Desa Kalikayen

Pemilihan kepala desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih

kepala desa yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan Kepala Desa

10 . Ndraha, Taliziduhu. 2002 . Pembangunan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm.22

Page 9: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

di Desa Kalikayen diselenggarakan secara serempak dengan Desa-Desa lainnya yang berada di

wilayah Kabupaten Semarang pada tahun 2018. Kepala desa merupakan pejabat pemerintah desa

yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyyelenggarakan rumah tangga

Desanya dan melaksanakan tugas dari pemerintah dan pemerintah daerah. Kegiatan pemilihan

kepala desa dilaksanakan oleh panitia pilkades yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan

proses pemilihan kepala desa.

Atas terselenggaranya pemilihan kepala desa ini masyarakat berharap dapat terpilih

pemimpin yang adil, bijaksana dan memiliki visi yang jelas ke depan. Terpilihnya kepala desa

yang baru juga mengakhiri masa jabatan pemerintah desa pada periode sebelumnya yang

selanjutnya akan disusun susunan organisasi pemerintah desa yang baru melalui proses seleksi

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pemilihan kepala desa dilaksanakan melalui beberapa tahapan, diantaranya tahap persiapan,

pencalonan, pemungutan suara dan penetapan. BPD membentuk pantia pemilihan Kepala Desa

serentak dan panitia pemilihan Kepala Desa antarwaktu. Pembentukan panitia ditetapkan dengan

keputusan BPD yang terdiri dari perangkat Desa dan unsur masyarakat. Jumlah anggota panitia

disesuaikan dengan beban tugas dan kemampuan pembiayaan. Panitia bertanggungjawab kepada

BPD. Dalam hal anggota panitia tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dapat diberhentikan

dengan keputusan BPD. Panitia melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa

antarwaktu. Penyaringan bakal calon Kepala Desa menjadi calon Kepala Desa, paling sedikit 2

(dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang. Jika jumlah bakal calon yang memenuhi persyaratan

lebih dari 3 (tiga), panitia melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria memiliki

pengetahuan mengenai Pemerintahan Desa, tingkat pendidikan, usia dan persyaratan lain yang

ditetapkan Bupati/Wali kota. Jika bakal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua)

orang, panitia memperpanjang waktu pendaftaran selama 7 (tujuh) hari. Jika bakal calon yang

memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua) setelah perpanjangan waktu pendaftaran, BPD

menunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai dengan waktu yang ditetapkan kemudian.11

METODE PEMBINAAN

1. Pendampingan Pembentukan Perdes

Para perancang Perdes perlu membuat perdes atas nama dan untuk kepentingan

masyarakat. Langkah pertama yang harus diambil adalah mengajukan pertanyaan mengenai jenis

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat12. Permasalahan dapat mencakup banyak hal, antara

lain degradasi dan deviasi sumber daya yang mengakibatkan keresahan dan ketimpangan sosial.

Selain mengidentifikasi masalah, perancang perdes harus pula mengidentifikasi penyebab

terjadinya masala(akar masalah) dan pihak-pihak yang terkena dampak dari berbagai macam

masalah tersebut. Untuk mengidentifikasi masalah ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk

melakukan identifikasi misalnya dengan metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity,

Communications, Interest, Process, dan Ideology)

11 Tim Kementerian Dalam Negeri dan Australian Government. Buku Panduan BPD 2018. Jakarta: KOMPAK Kemitraan Pemerintah Australia dan Indonesia. Hlm-29 12 Marjoko, Saputra Iswan dan Hasibuan Hawari. 2013. Pemerintah Desa yang baik. Medan :Bitra Indonesia, The

Activator For Rural Progress.Hlm 112

Page 10: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

Rule(Peraturan), yang mungkin dapat diidentifikasi adalah : susunan kata dari peraturan

kurang jelas atau rancu , peraturan mungkin memberi peluang perilaku masalah, tidak menangani

penyebab-penyebab dari peilaku bermasalah, memberi peluang pelaksanaan yang tidak transparan,

tidak bertanggung jawab, dan tidak partisipatif, dan memberikan kewenangan yang tidak perlu

kepada pejabat pelaksana dalam memutuskan apa dan bagaimana mengubah perilaku bermasalah.

Opportunity (Kesempatan), untuk mengidentifikkasi apakah lingkungan disekeliling pihak

yang dituju suatu perdes memungkinkan mereka berperilaku sebagaimana diperintahkan perdes

atau tidak? Dan apakah lingkungan tersebut membuat perilaku yang sesuai tidak mungkin terjadi?

Capacity (Kemampuan), untuk meidentifikasi apakah para pelaku peran memiliki

kemampuan berperilaku sebagaimana ditentukan oleh peraturan yang ada, Dalam prakteknya,

kesempatan dan kemauan saling bertumpang tindih. Tidak menjadi soal kategori ROCCIPI yang

mana yang mengilhami seorang penyusun Ranperdes ketika merumuskan hipotesa penjelasan.

Kategori-kategori ini berhasil meransang para pembuat rancangan perdes untuk mengidentifikasi

penyebab dari prilaku bermasalah yang harus diubah oleh rancangan mereka.

Communications( Komunikasi), Ketidaktahuan seorang perilaku peran tentang Perdes

mungkin dapat menjelaskan mengapa dia berperilaku tidak sesuai. Apakah pihak yang berwenang

telah mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengomunikasikan peraturan-peraturan

yang ada kepada para pihak yang dituju.

Interest ( Kepentingan ), apakah ada kepentingan material atau non material (sosial) yang

mempengaruhi pemegang peran dalam bertindak sesuai atau tidak dengan aturan yang ada.

Process (Proses), Menurut kriteria dan prosedur apakah dengan proses yang bagaimana

para pelaku peran memutuskan untuk mematuhi Perdes atau tidak. Biasanya, apabila sekelompok

pelaku peran terdiri dari perorangan, kategori proses menghasilkan beberapa hipotesa yang

berguna untuk menjelaskan perilaku mereka. Orang-orang biasanya memutuskan sendiri apakah

akan mematuhi peraturan atau tidak.

Ideology (Idiologi), apakah nilai-nilai, kebiasaan dan adat-istiadat yang ada cukup

mempengaruhi pemegang peran untuk bertindak sesuai atau bertentangan dengan aturan yang

ada13.

Dalam penyusunan Perdes selama ini, masih belum dilengkapi dengan kajian akademis.

Agar Perdes yang disusun benar-benar dapat menjawab kebutuhan masyarakat desa dan menjawab

permasalahan yang akan diatur maka penyususnan kajian akademis menjadi sangat penting. Secara

substansi, kajian akademis harus menelaah tiga permasalahan substansi, yaitu : (!) menjawab

pertanyaan mengapa diperlukan Perdes baru, (2) lingkup materi kandungan dan komponen utama

perdes, (3) proses yang akan digunakan untuk menyusun dan mengesahkan perdes.

13 . Hendry Maddick dan Hanif Nurcholis,2007. Teori dan praktik Pemerintahan dan Otonomi daerah,Grasindo:

Jakarta. Hlm 7

Page 11: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

Secara umum langkah-langkah dalam proses penyusunan peraturan desa baru adalah

sebagai berikut :

(1) Langkah 1 : Identifikasi Masalah

(2) Langkah 2 : Identifikasi Legal baseline atau landasan hukum, dan bagaimana peraturan desa

baru dapat memecahkan masalah.

(3) Langkah 3 : Penyusunan kajian akademis

(4) Langkah 4 : prosedur penyusunan perdes : (a) proses penyiapan Ranperdes di BPD dan (b)

proses penyiapan Ranpedes di Pemerintah desa, (c) proses mendapat persetujuan BPD, (f) proses

pengesahan dan penetapan sebagai lembaran desa.

(5) Langkah 5 : mekanisme pengawasan Perdes

Ket : Pendampingan Pembentukan Perdes.

Sumber : Dokumen pribadi penulis tangga; 25 Juli 2019

2. Pendampingan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Desa memiliki kewenangan dan hak untuk mengatur wilayahnya sesuai aspirasi

masyarakat yang hidup di wilayah desa yang bersangkutan. Kewenangan ini akan menentukan

posisi dan peran Musrenbang terhadap pembangunan di desa karena melihat pentingnya

Musrenbang dalam mendorong otonomi desa. Musrenbang desa jangan dipersempit menjadi

kegiatan rutin hanya mengisi formulir daftar usulan kegiatan yang akan dibawa ke kecamatan,

akan tetapi arah kebijakannya benar-benarmenjadi bagian dari berjalannya otonomi desa,

Perencanaan pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,

pelaksnaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dam pemberdayaan masyarakat

desa. Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka meliputi (1) Rencana

pembangunan jangka menengah untuk jangka waktu enam tahun, dan (2) Rencana pembangunan

Page 12: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

tahunan desa yang sering disebut rencana kerja pemerintah desa disingkat RKPDes merupakan

penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. 14

Rancangan RPJM Desa setidaknya memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan

pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan

desa, pelaksanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, penyusunan RPJM

Desa dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi ibjektif Desa dan prioritas program dan

kegiatan Kabupaten/Kota. Pada penyusunan RPJM Desa dilakukan dengan kegiatan (1)

pembentukan tim penyusun RPJM Desa, (2) penyelarasan arah kebijakan perencanan

pembangunan kabupaten/kota, (3) pengkajian keadaan desa, (4) penyusunan rencana

pembangunan desa melalui musyawarah desa, (5) penyusunan rancangan RPJM Desa, (6)

penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa;

dan (7) penetapan RPJM Desa.

Tim penyusun RPJM Desa terdiri dari kepala Desa selaku Pembina, sekretaris desa selaku

ketua, ketua Lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris dan anggota yang berasal dari

perangkat desa, Lembaga pemberdayaan masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa dan

unsur masyarakat lainnya. Tim penyusun semuanya berjumlah paling sedikit 7 orang dan paling

banyak 11 orang. Sebagai mahasiswa hukum yang notabene sudah pernah belajar tentang otonomi

daerah, maka bermanfaat kiranya kami bisa menyampaikan dan mendampingi masyarakat dalam

proses perencanaan pembangunan.15 Hal-hal yang kami lakukan dalam pendampingi antara lain :

1. Menyampaikan kepada masyarakat tentang substansi yang ada pada Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, khususnya peran masyarakat dalam perencanaan

pembangunan yang dituangkan dalam bentuk artikel khusus MUSRENBANG Desa

2. Mendampingi setiap Tahapan MUSRENBANG Desa

Tahapan Pra-Musrenbang Desa

1. Perngorganisasian Musrenbang, terdiri atas kegiatan-kegiatan :

a. Pembentukan tim penyelenggara Musrenbang (TPM);

b. Pembentukan Tim Pemandu Msusrenbang Desa oleh TPM (2-3 orang);

c. Persiapan teknis pelaksanaan Musrenbang Desa yaitu :

✓ Penyusunan jadwal dan agenda Musrenbang Desa;

✓ Pengumuman kegiatan Musrenbang desa dan penyebaran undangan kepada peserta

dan narasumber (minimal 7 hari sebelum hari-H);

✓ Mengkoordinir persiapan logistic (tempat, konsumsi, alat dan bahan).

2. Pengkajian desa secara partisipatif, terdiri atas kegiatan-kegiatan

a. Kajian kondisi, permasalahan dan potensi desa (per dusun/RW dan/atau per sector/isu

pembangunan) Bersama warga masyarakat;

b. Penyusunan data/informasi desa dari hasil kajian oleh tim pemandu.

3. Penyusunan draf rancangan awal RKP Desa, terdiri atas kegiatankegiatan :

14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa 15 Rianingsih Djohani, Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa. (Bandung: Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbitan (KDT). 2008). Hlm- 6

Page 13: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

a. Kaji ulang (review) dokumen RPJM Desa dan hasil-hasil kajian desal eh TPM dan Tiim

Pemandu,

b. Kajan dokumen/data/informasi kebijakan program dan anggaran daerah oleh TPMdan

Tim Pemandu

c. Penyusunan draf Rancangan AAwal RKP Desa dengan mengacu pada kajian tadi oleh

TPM dan Tim Pemandu

Ket : Musyawarah Dusun Kalikayen, Desa Kalikayen

Sumber : Dokumen pribadi penulis tanggal 30 Juli 2019

Tahapan pelaksanaan Musrenbang Desa

1. Pembukaan, acara dipandu oleh pembawa acara dengan kegiatan sebagai beriut :

a. Kata pembuka dan penyampaian agenda Musrenbang Desa

b. Laporan ketua panitia Musrenbang (Ketua TPM);

c. Sambutan dari kepala desa sekaligus pebukaan secara resmi;

d. Doa Bersama.

2. Pemaparan dan diskusi dengan narasumber (diskusi panel) sebagai masukan untuk

musyawarah:

a. Pemaparan oleh wakil masyarakat mengenai gambaran persoalan desa menurut hasil

kajian, yang dibagi sesuai dengan urusan/bidang pembangunan desa;

b. Pemaparan kepala desa mengenai (1) hasil evaluasi RKP Desa yang sudah berjalan; (2)

kerangka prioritas program menurut RPJM Desa; (3) informasi perkiraan ADD dan

sumber anggaran lain untuk tahun yang sedang direncanakan;

c. Pmaparan pihak kecamatan, UUPTD/SKPD kecamatan mengenai kebijakan dan

prioritas program daerah di wilayah kecamatan;

d. Tanggapan/diskusi Bersama warga masyarakat.

3. Pemaparan draft Rancangan Awal RKP Desa oleh TPM (biasanya sekdes) dan tanggapan

atau pengecekan (verifikasi) oleh peserta

4. Kesepakatan kegiatan prioritas dan anggarannya per bidang/isu

5. Musyawarah penentuan Tim Delegasi Desa

Page 14: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

6. Penutupan yaitu penandatanganan berita acara Musrenbang dan penyampaian kata penutup

oleh Ketua TPM/ pemandu.

Tahapan Pasca-Musrenbang Desa

1. Rapat kerja tim perumus hasil Musrenbang desa : (1) penerbitan SK Kades untuk tim

delegasi desa; (2) penyusunan daftar prioritas masalah desa untuk disampaikan di

Musrenbang kecamatan; (3) penyusunan RKP Desa sampai menjadi SK Kades

(berdasarkan SEB dan Permendagri No.66/2007) atau peraturan Kades (berdasarkan PP

No.72/2005)

2. Pembekalan Tim Delegasi desa oleh TPM (termasuk Tim Pemandu) agar : (1) menguasai

data/informasi dan penjelasan mengenai usulan yang akan dibawa tim delegasi ke

Musrenbang kecamatan, serta (3) penguatan kemampuan lainnya (wawasan, Teknik

komunikasi, presentasi)

3. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dengan mengacu pada

dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa).

Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi untuk mengambil

keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis. Menempatkan Musyawarah Desa sebagai bagian

dari kerangka kerja demokratisasi dimaksudkan untuk mengedepankan Musyawarah Desa

yang menjadi mekanisme utama pengambilan keputusan Desa. Dengan demikian, perhatian

khusus terhadap Musyawarah Desa merupakan bagian integral terhadap kerangka kerja

demokratisasi Desa. UU Desa mendefinisikan musyawarah Desa sebagai berikut:

Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan

Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh

Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis16

Antusiasme masyarakat

Keadaan di Desa Kalikayen mengharuskan pemerintah Desa berjuang lebih keras agar

penyelenggaraan MUSRENBANG Desa tidak hanya sekedar formalitas, akan tetapi menjadi

ujung tombak pembangunan. Hal ini perlu pendekatan kepada masyarakat tentang pengetahuan

umum MUSRENBANG Desa, tahapan, peran masyarakat, serta tata cara menyusun usulan

kegiatan untuk RKP Desa maupun RPJM Desa. Masayarakat Desa Kalikayen menganggap bahwa

pembangunan yang dimaksudkan dalam MUSRENBANG Desa hanyalah pembangunan yang

kaitannya dengan infrastruktur saja. Padahal yang tercantum dalam Undang-Undang Desa lebih

luas, diantaranya meliputi pembangunan Desa, penyelenggaran pemerintahan, pemberdayaan

masyarakat Desa dan pembinaan Lembaga kemasyarakatan Desa.17

Masyarakat Desa Kalikayen kami fasilitasi dengan uraian artikel singkat tentang

MUSRENBANG Desa supaya hal tersebut dapat disampaikan kepada RW/RT serta masyarakat

secara lebih luas. Antusiasme masyarakat harusnya didukung oleh pemerintah daerah supaya

16 Amanulloh, Naeni. Buku 3 : Demokratisasi Desa. Jakarta : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia: 2015. Hlm-36 17 Wawancara Bersama Pak Mashudi,S.Ag. Kepala Urusan Pemerintahan pada 25 Agustus 2019 pukul 19.38 WIB

Page 15: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

semangat masyarakat dalam membangun daerah terwadahi melalui aspirasi yang diajukan melalui

Musrenbang Dusun dan Musrenbang Desa.

Kurangnya Pendampingan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan musrenbang

Pemerintah Desa dalam menjalankan tugasnya berada di bawah kontrol Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, hal itu diaplikasikan salah satunya pada koreksi dan evaluasi raperdes yang

dibentuk oleh Desa. Akan tetapi, jika melihat kondisi BPD yang minim pengetahuan tentang tugas

fungsi dan tata cara menjalankan fungsinya maka menurut penulis hal tersebut masih menjadi

tangungjawab pemerintah untuk membina BPD supaya ke depan dapat menjalankan

tanggungjawabnya dengan baik dan sesuai dengan aspirasi masyarakat khususnya di Desa

Kalikayen.

Proses penyelenggaraan di Desa Kalikayen masih jauh dari kata sempurna, karena

Musrenbang Desa yang seharusnya dapat dilaksanakan maksimal 3 bulan setelah terpilihnya

kepala desa yang baru,sampai saat ini bulan Agustus 2019 masih belum dibentuk tim penyusun

RPJM Desa dan RKP Desa. Selanjutnya kami dampingi pengisian rencana usulan kegiatan dan

prioritas masalah di Desa supaya nanti bisa menjadi bahan kepala dusun dalam

memimpin/memandu Musyawarah Perencanaan Pembangunan di tingkat dusun.

Kesimpulan

Metode pembinaan terhadap Badan Permusyawaratan Desa Pasca Pemilihan Kepala Desa

dilakukan melalui beberapa cara diantaranya pendidikan dan pelatihan pembentukan peraturan

Desa, pendampingan pembentukan Peratuan Desa, serta pendampingan Musrenbang Desa.

Metode diatas diperlukan mengingat minimnya pengetahuan Badan Permusyawaratan Desa

terhadap perencanaan pembangunan desa dan tugas fungi lainnya. Masyarakat belum

mendapatkan pendampingan maupun pembinaan dari pemerintah daerah khususnya bagi anggota

Badan Permusyawaratan Desa Kalikayen. Pemerintah diharapkan mampu memberikan perhatian

lebih kepada Desa supaya Desa dapat menjalankan wewenangnya secara maksimal.

Ucapan terimakasih

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami

selama KKN berlangsung di Desa Kalikayen. Artikel ini didedikasikan untuk memperdalam

keilmuan hukum khususnya di bidang Hukum Tata Negara serta sebagai luaran KKN Kemitraan

Perancangan Peraturan Perundang-Undangan Tahap II ATahun 2019

Page 16: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

Referensi:

Amanulloh, Naeni. Buku 3 : Demokratisasi Desa. Jakarta : Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia: 2015.

Aziz, Nyimas Latifah Letty. Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa. Jakarta: Jurnal Penelitian

Politik. 2016. Vol. 13.No. 2.

Djohani, Rianingsih. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Desa. Bandung: Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbitan (KDT). 2008.

Djogo, Tony.(2003). Kelembagaan dan Kebijakan Dalam Pengembangan Agroforesti. Word

Agroforestry Centre(ICRAF) Southeast Asia.2003.

Miskawati dan Heri Tahir. Perana Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pembangunan

Desa (Studi di Desa Tolajuk Kecamatan Latimojong Kabupaten Luwu). Makassar:

Universitas Negeri Makassar. 2014.

Silahudin, M. Kewenangan desa dan regulasi desa. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2015.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika. 1996.

Widjaja, HAW. Otonomi Desa : Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2008.

Hendry Maddick dan Hanif Nurcholis. Teori dan praktik Pemerintahan dan Otonomi

daerah,Grasindo: Jakarta.2007.

Sumber Saparin, Luas Bidang kegiatan Pemerintahan, Tata Pemerintahan Dan

Administrasi Pemerintahan Desa, Ghalia Indonesia.2015

Marjoko, Saputra Iswan dan Hasibuan Hawari. Pemerintah Desa yang baik. Medan :Bitra

Indonesia, The Activator For Rural Progress.2013

Ndraha, Taliziduhu . Pembangunan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.2002.

Moch Musoffa Ihsan. Ketahanan Masyarakat Desa. Kementrian Desa. Jakarta:

Pembangunan Daerah Teringgal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia.2015.

Tim Kementerian Dalam Negeri dan Australian Government. Buku Panduan BPD 2018. Jakarta:

KOMPAK Kemitraan Pemerintah Australia dan Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Page 17: Metode Pembinaan Badan Permusyawaratan Desa Pasca …

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2014 tentang desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa