metode pemberi askep fungsional.docx

21
Manajemen Asuhan Keperawatan Profesi keperawatan telah didefinisikan dalam banyak cara oleh banyak orang. definisi ini meliputi konsep-konsep seperti promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan penyakit dalam semua tahap kehidupan, dari konsepsi sampai kematian. Banyak sistem organisasi pelayanan kesehatan tidak mempromosikan perawatan pasien yang berorientasi pada kesejahteraan atau mode progresif pemberian perawatan. Sejak dulu keperawatan belum jelas dalam memberikan asuhan pada klien seperti apa peran perawat dalam pengaturannya. Bukti dicatat dalam laporan konsultasi dan studi penelitian menunjukkan bahwa ada sedikit inovasi dalam seleksi, penjadwalan, penugasan, delegasi, dan akuntabilitas organisasi perawatan kesehatan, terutama dalam keperawatan. sulit untuk berbicara tentang jaminan mutu, pengembangan staf, penilaian kinerja, dan perencanaan karir ketika hal ini terjadi. di samping itu, administrator rumah sakit mendesak direktur keperawatan untuk merevisi organisasi mereka. Sebagai akibatnya, terjadi kesenjangan dan rentang kontrol yang meningkat, sehingga perawatan hampir mustahil bersamaan menjadi tim kerja, menyediakan dalam layanan pendidikan, dan mendorong pertumbuhan di kalangan staf. Tiga metode utama

Upload: rifdatul-kh

Post on 14-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Manajemen Asuhan KeperawatanProfesi keperawatan telah didefinisikan dalam banyak cara oleh banyak orang. definisi ini meliputi konsep-konsep seperti promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan penyakit dalam semua tahap kehidupan, dari konsepsi sampai kematian. Banyak sistem organisasi pelayanan kesehatan tidak mempromosikan perawatan pasien yang berorientasi pada kesejahteraan atau mode progresif pemberian perawatan. Sejak dulu keperawatan belum jelas dalam memberikan asuhan pada klien seperti apa peran perawat dalam pengaturannya.Bukti dicatat dalam laporan konsultasi dan studi penelitian menunjukkan bahwa ada sedikit inovasi dalam seleksi, penjadwalan, penugasan, delegasi, dan akuntabilitas organisasi perawatan kesehatan, terutama dalam keperawatan. sulit untuk berbicara tentang jaminan mutu, pengembangan staf, penilaian kinerja, dan perencanaan karir ketika hal ini terjadi. di samping itu, administrator rumah sakit mendesak direktur keperawatan untuk merevisi organisasi mereka. Sebagai akibatnya, terjadi kesenjangan dan rentang kontrol yang meningkat, sehingga perawatan hampir mustahil bersamaan menjadi tim kerja, menyediakan dalam layanan pendidikan, dan mendorong pertumbuhan di kalangan staf. Tiga metode utama saat ini digunakan untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit:1. Keperawatan fungsionalDalam perawatan, metode keperawatan yang dibagi menjadi tugas yang terpisah-pisah. ini dilakukan dengan memvariasikan tingkat tenaga keperawatan, tergantung pada kemampuan dari setiap tugas dalam hal penilaian dan pengetahuan teknis, dan penyusunan anggota staf individu. setiap anggota staf bertanggung jawab untuk tugas-tugas yang hanya dilakukan selama tugas yang diberikan.2. Keperawatan tim.Metode ini menggunakan tim heterogen personil keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Pemimpin tim adalah seorang perawat terdaftar atau, di beberapa rumah sakit, seorang Perawat Praktis Berlisensi. Pemimpin tim diberi tanggung jawab untuk perencanaan kesinambungan, dan evaluasi dari asuhan keperawatan dari semua pasien dirawat oleh tim, untuk mengawasi anggota tim dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, dan untuk mengevaluasi hasil.3. Primary Nurse (di rumah sakit). dalam metode ini memberikan asuhan keperawatan, perawat profesional terdaftar diberi tanggung jawab secara keseluruhan dan kewenangan untuk menilai jumlah pasien di dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengurus 24 jam pasien sehari, dari saat pasien dirawat di unit keperawatan sampai pasien pulang. Seorang perawat profesional asosiasi melaksanakan intervensi keperawatan ketika perawat primer tidak hanya bertugas.Keperawatan primer mungkin tidak layak di setiap agen atau dalam setiap situasi, terutama ketika tidak cukup perawat terdaftar yang tersedia. saat keperawatan primer tidak dapat digunakan dalam beberapa situasi, keperawatan tim dapat berfungsi efektif. Bagian dari efektivitas kedua tim dan rencana keperawatan primer tergantung pada filosofi badan dan individu yang terlibat.Metode Pemberian Asuhan KeperawatanModel praktek keperawatan professional merupakan suatu system, baik menyangkut struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di rumah sakit, ada beberapa metode yang dapat di implementasikan dengan metode penugasan dalam bentuk metode pemberian asuhan keperawatan. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan yang dikenal, antara lain metode fungsional, tim, keperawatan primer, modular, dan menejemen kasus keperawatan.1. Metode Fungsional Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat memperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruangan tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral, mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya.Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bias dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada perawat. Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan tidak professional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial. Sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan ini membosankan perawat karena hanya berorientasi pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk situasi di rumah sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan secara rutin.a. Keuntungan dan Kerugian metode fungsionalPenerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan keperawatan kepada pasien memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan dan metode fungsional yaitu:1. Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa menjadi tanggung jawabnya2. Pekerjaan menjadi lebih efisien3. Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat4. Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan5. Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan6. Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih cepat selesai.Selain itu, perawat dalam membeikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara holistic dan tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional, tidak membeikan kepuasaan baik pada pasien maupun pada perawat, dan kadang bisa terjadi saling melempar tanggung jawab bila terjadi kesalahan.Kerugian pada metode fungsional yaitu:1. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total.2. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.4. Tidak memberikan kepuaan pada pasien atau perawat lainnya.5. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.6. Hubungan perawat dengan klien sulit terbentuk.b. Peran Perawat Kepala RuangUntuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruangan (ners unit manager) harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanaan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari semua kemungkinan terjadinya saling melmpar kesalahan. Sekalipun di akui metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang di sukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak komperehensif dan melakuan pasien kurang manusiawi (Gillies, 1994)2. Metode Tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan terbaik. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat professional, nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pembantu pasien.Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas, memungkinkan adanyatransfer of knowledge dan transfer of experiencesdi antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meninggkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan massalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab ada pada tinggkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaan pengetahuan dan keterampilan professional.Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai berikut :a. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan timb. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatanc. Melakukan peran sebagai model perand. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasiene. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasienf. Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasieng. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota timh. Menjadi guru pengajari. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektifBila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketua tim, akan berdampak secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. Dibandingkan dalam metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung jawab,otoritas,dan tanggung gugat kepada anggota tim.a. Keuntungan dan Kerugian Metode TimBeberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :1. Dapat memberi kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih manusiawi karna pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami kebutuhannya.2. Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan melihat pasien secara holistic.3. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi dengan klien. Hal ini akan mempermudah dalam mengenali kemampuan ak-nggota tim yang dapat di manfaatkan secara optimal.Beberapa kerugian dari metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah:1. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.2. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.3. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.4. Akontabilitas dalam tim kabur.b. Peran Perawat Kepala RuangPeran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan minat yang dimilikinya. Disamping itu perawat kepala ruangan harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai dengan keterampilan anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala ruangan harus mampu sebagai model peran.Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan memimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang harus membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat terdiri tiga sampi lima perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.c. Tanggung Jawab1. Tanggung jawab anggota tim:a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.c. Memberikan laporan.2. Tanggung jawab ketua tim:a. Membuat perencanaan.b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.d. Mengembangkan kemampuan anggota.e. Menyelenggarakan konferensi.3. Tanggung jawab kepala ruang:A. Perencanaan1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:8. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan9. Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan10. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah11. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk12. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.13. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.14. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.B. Pengorganisasian1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.2. Merumuskan tujuan metode penugasan.3. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2 3 perawat.5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.8. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.10. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.C. Pengarahan1. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.2. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.3. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.4. Menginformasikan hal hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.D. Pengawasan1. Melalui komunikasi :Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.2. Melalui supervise :Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim

PasienStafPasienStafKetua TimKetua TimKepala Ruangan

3. Metode Keperawatan Primer Metode ini di kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan keputuan antara perawat primer dan pasien. MenurutHegyvary(1982), pemberian asuhan keperawatan dengan metode keperawatan primer memberikan setiap perawat primer tanggung jawab menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada sekelompok kecil pasien (4-6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulanh/keluar (Gullies, 1994). Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat dilakukan olrh perawat penggantinya (perawat asisten).Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer bertanggung jawab kepada setiap pasen untuk mengkaji kondisi kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan. Selain itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang dibuatdan mengoordinasi prawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan lainya, misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan dokter atau lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan individual, mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien pulang (discharge planning).a. Keuntungan dan Kerugian Metode Keperawatan PrimerMetode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan, memiliki beberapa keuntungan yang dapat diidentifikasi, antara lain :1. Asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan memperlakukan pasien secara holistic2. Pasien akan merasa lebih puas karena terjadi kesinambungan perawatan3. Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas, perawat juga memiliki tanggung gugat didalam memberikan asuhan, hubungan terus menerus antara perawat dan pasien akan memudahkan pasien menyampaikan permasalahan serta dapat memperpendek lama hari perawatan bagi pasien.Asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan primer diberikan oleh seorang perawat professional untuk sekelompok kecil pasien.b. Peran Perawat Kepala RuanganPeran perawat menjadi sangat penting untuk mengantisipasi kerugian yang dapat muncul dalam implementasi metode keperawatan tim. Peran perawat kepala ruang tersebut dapat dilakukan, seperti meakukan identifikasi perawat di ruangan/unit yang memiliki minat mrnjadi perawat primer dan memfasilitasi untuk pendidikan, menjabarkan tugas-tugas dan perawat primer dan perawat asisten/anggota. Selain itu, perawat berperan sebagai model dan konsultan, mengembangkan penelitian, melakukan analisis kebutuhan tenaga (perawat) yang mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam recruitment tenaga baru, menyusun jadwal dinas,membuat perencanaan pengembangan staf, dan melakukan kegiatan evaluasi.4. Metode Medular Metode ini adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan ti maupunmetode keperawatan primer (Gillies, 1994). Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat professional maupun non professional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat professional. Disamping ini, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktufollow up care.Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan modular, satu tim yang terdiri dari dua hingga tiga perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8 sampai 12 orang (Magargal, 1987). Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang di butuhkan dalam perawatan cukup memadai.Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat professional. Perawat professional memiliki kewajiban untuk memimbing dan melatih non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing secara motivator.5. Metode Manajemen Kasus Keperawatan Metode ini merupakan generasi kedua dan metode keperawatan primer (Zander, 1988). Pengembangan metode ini didasarkan pada bukti-bukti bahwa manajemen kasus dapat mengurangi pelayanan yang terpisah-pisahdan duplikasi. Rogers (1991) menyoroti bahwa dengan pengaplikasian metode manajemen kasus akan berdampak positif yaitu lama perawatan pasien menjadi lebih pendek.Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian asuhan keperawatan dan manajemen sumber-sumber terkait yang memungkinkan adanya manajemen yang straegis dari cozt dan quality oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga perawatan lanjut. MenurutAmerican Nurses Asociation(1988), manajemen kasus(case managemen) adalah suatu system pemberian pelayanan kesehatan yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan pasien yang di harapkan dalam kurun waktu perawatan di rumah sakit.Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien adalah untukmermuskan dan mencapai hasil yang standar dalam perawatan untuk setiap pasien, memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih awal dan masa perawatan yang ditentukan maupun pada waktu yang direncanakan, menggunakan sedikit mungkin sumber pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil yang di harapkan, meningkatkan profesionalisasi perawat dan kepuasan kerja.Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan bertugas sebagai case manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien, sejak masukrumah sakit hingga pasien tersebut selesai dari masa perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat memiliki tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan evaluasi.