metode pembelajaran inquiry & discovery

13
1. PENDAHULUAN Seorang guru yang professional dituntut untuk dapat menampilkan keahlian di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis strategi belajar mengajar sehingga dapat memilih strategi manakah yang paling tepat untuk suatu bidang pengajaran. Strategi belajar mengajar merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputu sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely dalam Uno: 2007). Sedangkan Dick dan Carey (dalam Uno: 2007) berpendapat bahwa strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk didalamnya materi atau paket pengajarannya. Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu. Gropper mengatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula. Pendapat Gropper sesuai dengan Ely yang mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan

Upload: ekiputra

Post on 30-Jun-2015

594 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

1. PENDAHULUAN

Seorang guru  yang professional dituntut untuk dapat menampilkan keahlian

di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan untuk

menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran

dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis strategi belajar

mengajar sehingga dapat memilih strategi manakah yang paling tepat untuk suatu

bidang pengajaran.

Strategi belajar mengajar merupakan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang

meliputu sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman

belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely dalam Uno: 2007). Sedangkan Dick dan

Carey (dalam Uno: 2007) berpendapat bahwa strategi belajar mengajar tidak hanya

terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk didalamnya materi atau

paket pengajarannya. Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi

pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai

tujuan pengajaran tertentu. Gropper mengatakan bahwa strategi belajar mengajar

merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan

dicapai. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap

materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang

harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.

Pendapat Gropper sesuai dengan Ely yang mengatakan bahwa perlu adanya

kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh

langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan

bahwa strategi belajar mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan.

Strategi belajar mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan

menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai tujuan..

Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian. Gerlach dan Ely

dalam bukunya ”Teaching and Media: A Systematic Approach” mengemukakan

bahwa teknik (yang kadang-kadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap

situasi belajar mengajar. Teknik adalah jalan atau alat yang digunakan guru untuk

mengarahkan kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Guru yang efektif,

sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode dengan efektif dan efisien

menuju tercapainya tujuan.

Page 2: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

Metode, menurut menurut Winarno Surakhmad (dalam Uno: 2007) adalah

cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini

berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar).

Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang metode pendekatan pembelajaran

inquiry dan discovery (Guided Discovery Lesson atau pelajaran dengan penemuan

terbimbing).

2. INQUIRY

Salah satu metode pembelajaran dalam matematika, yang sampai sekarang

masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry.

Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2007:135).

David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (dalam Sutrisno:

2008) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah

laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional

fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry

berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian

pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.

Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian

dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan

lebih mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk

mencari atau memahami informasi. Gulo (dalam Trianto: 2007) menyatakan strategi

inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan

penuh percaya diri.

Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan

mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih

tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan”

matematika. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung

metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep

matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini

Page 3: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut

(Blosser dalam Sutrisno: 2008).

Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Matematika dan Sains

(Haury dalam Sutrisno: 2008). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa

metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan

pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman

konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry

tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam

matematika saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.

Selanjutnya, metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses

pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas

dalam memecahkan masalah (Sutrisno: 2008). Siswa benar-benar ditempatkan

sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode

inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih

masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun

dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas

guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka

memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi

intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi

(Sagala, 2004).

Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat

beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan

bahwa pembelajaran dengan metode inquiry (Garton dalam Sutrisno: 2008) memiliki

5 komponen yang umum yaitu

1. Question2. Student Engangement3. Cooperative Interaction4. Performance Evaluation5. Variety of Resources

Page 4: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

1.      Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan

pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa

akan suatu fenomena. Untuk memudahkan proses ini, guru menanayakan

kepada siswa mengenai hipotesis yang memungkinkan. Dari semua gagasan

yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan

yang diberi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan

sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa.

Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang

harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai

dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa

langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti

tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat

atau dikonstruksi.2. Student Engangement.

Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.3. Cooperative Interaction. 

 Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.4. Performance Evaluation.

Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain.

5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber

belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan

ahli, dan lain sebagainya.

Metode inquiry salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para

peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Metode pembelajaran ini dalam

penyampaian bahan pelajarannya tak dalam bentuk final dan tak langsung. Artinya,

Page 5: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

dalam metode inquiry peserta didik sendiri diberi peluang untuk mencari, meneliti

dan memecahkan jawaban, menggunakan teknik pemecahan masalah.

Pendekatan dan strategi pembelajaran saat ini diharapkan lebih menekankan

agar siswa dipandang sebagai subjek belajar. Konsep ini bertujuan hasil

pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung

alamiah, siswa ‘bekerja’ dan mengalami, bukan berupa transfer pengetahuan dari

guru ke siswa. Pendidikan tak lagi berpusat pada lembaga atau pengajar yang

hanya mencetak lulusan kurang berkualitas, tapi berpusat pada peserta didik.

Pendekatan inquiry adalah pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan

masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai

mengambil keputusan sendiri.

Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan,

kesesuaian, ketepatan dan kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk

mengajukan masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan

diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan inquiry dengan melalui 5 fase ialah:

Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa

memberikan tantangan untuk diteliti.

Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat

khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang

dihadapi.

Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang

relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis

sehingga diperoleh hubungan sebab akibat.

Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan,

pernyataan, atau prinsip yang lebih formal.

Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang

dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk

membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat.

 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Inquiry, merupakan perluasan dari

discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya, inquiry mengandung proses

mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya: Merumuskan problema, merancang

eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data,

membuat kesimpulan dan sebagainya.

Page 6: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

 

3. DISCOVERY (PENEMUAN TERBIMBING)

 

. DR. J. Richard Suchman (dalam Widdiharto: 2004) mencoba mengalihkan

kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi  guru ke situasi yang

melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud

diskusi, seminar, dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery

Lesson (pelajaran dengan penemuan terpimpin)

Discovery (penemuan terbimbing) sering dipertukarkan pemakainnya dengan

inquiry (penyelidikan). Sund berpendapat bahwa discovery (penemuan terbimbing)

adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu

prinsip. Proses mental, misalnya: mengamati, menjelaskan, mengelompokkan,

membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep misalnya: lingkaran,

segitiga, x < y, dan sebagainya. Prinsip misalnya: “ kuadrat sisi miring pada segitiga

siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya”

Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-

batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry baik untuk

siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi.

Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang

ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing

siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk berfikir sendiri,

sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang

telah disediakan oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada

kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana ia bebas

menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and

error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu

siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka

pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan

pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu

mereka dalam “menemukan” pengetahuan baru tersebut.

Model ini membutuhkan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya,

akan tetapi hasil belajar yang dicapai sebanding dengan waktu yang digunakan.

Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara

Page 7: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

langsung dalam proses pemahaman dan ‘mengkonstruksi’ sendiri konsep atau

pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara perorangan maupun

kelompok.  

Agar pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan dengan efektif, beberapa

langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut:

1.                           Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa

dengan data secukupnya, yang dinyatakan dengan pernyataan atau

pertanyaan. Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang

menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak

salah. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui

kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.

2.                           Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melakukan

kegiatan. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan

siswa dalam melaksanakan kegiatan.

3.                           Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun,

memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam

hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.

Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke

arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

4.                           Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa

penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau

prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

5.                           Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis

yang dilakukannya.

6.                           Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh

siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan

untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan

menuju arah yang hendak dicapai.

7.                           Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan

adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.

Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur

tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga

kepada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diiingat pula

bahwa induksi tidak menjamin 100 % kebenaran konjektur.

Page 8: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

8.                           Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya

guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk

memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

9.                           Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

10.                       Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal

yang sulit dan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan

sebagaimana mestinya.

Model Penemuan Terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari Model Penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:  

1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.2. Menumbuhkan sekaligus menamkan sikap inquiry (mencari-temukan).3. Mendukung kemampuan problem solving siswa4. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru,

dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5. Materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya (Marzano, dalam Widdiharto: 2004).

 

Sementara itu kekurangannya (Widdiharto: 2004) adalah sebagai berikut:

1. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.2. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan

beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-

topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.

 4. PENUTUP DAN KESIMPULAN

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendekatan inquiry

dan discovery adalah untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan

fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Karena pada dasarnya secara

intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari

tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga setiap

individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak intuitif lagi)

dan dengan prosedur yang benar.

Page 9: Metode Pembelajaran inquiry & discovery

Melaui pendekatan ini, guru dapat meyakinkan siswa bahwa ilmu bersifat

tentatif dan dinamis, karena ilmu berkembang terus menerus. Sesuatu yang saat ini

diyakini benar, kelak suatu saat belum tentu benar atau berubah. Disamping itu,

siswa dilatih untuk dapat menghargai alternatif-alternatif lain yang mungkin berbeda

dengan yang telah ada sebelumnya dan telah diyakini sebagai suatu kebenaran.  

 

DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Penerbit Alfabeta.

 Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam belajar Sains

terhadap Motivasi Belajar Siswa.. http://www.erlangga.co.id. Diakses pada tanggal 21 April 2008.

 Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.

Surabaya. Penerbit Pustaka Publisher  Uno, Hamzah.B. 2007. Mode Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara.   Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.

Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMP jenjang Dasar. Yogyakarta.  Diknas