metode pelaksanaan supervisi bendungan pidekso

28
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN PIDEKSO Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Konsultan Supervisi, dalam pelaksanaan tugasnya akan memberikan patokan-patokan/rambu-rambu bagi pelaksana pekerjaan (Kontraktor Pelaksana) dalam melaksanakan suatu item pekerjaan di lapangan. Semua ini akan dilaksanakan agar pelaksanaan pembangunan Bendungan Pidekso dapat dikerjakan sesuai tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu. Sehubungan dengan hal itu untuk mencapai hal tersebut di atas diperlukan pola pendekatan dan metodologi yang baku dan rencana kerja yang matang. Semua itu akan dapat dilaksanakan dengan baik jika masing-masing pihak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai prosedur yang ada. Pada bagian berikut akan dipaparkan hal-hal penting yang sangat erat hubungannya dengan metode pelaksanaan dari pekerjaan Konsultan Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso di Kab. Wonogiri untuk Tahun Anggaran 2014 s/d 2017. Hal-hal tersebut diantaranya adalah : A. Standart Operasional Pelaksanaan (SOP) B. Rencana Kerja Konsultan Supervisi D. Jalur Koordinasi A. Standart Operasional Pelaksanaan (SOP) Hasil pekerjaan yang baik hanya dapat dijamin tercapai sesuai rencana apabila pelaksanaan proyek dikerjakan dengan mengacu dan menerapkan standar operasional 0

Upload: johny-sihmadi

Post on 24-Nov-2015

305 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN PIDEKSOSesuai dengan tugas dan tanggung jawab Konsultan Supervisi, dalam pelaksanaan tugasnya akan memberikan patokan-patokan/rambu-rambu bagi pelaksana pekerjaan (Kontraktor Pelaksana) dalam melaksanakan suatu item pekerjaan di lapangan. Semua ini akan dilaksanakan agar pelaksanaan pembangunan Bendungan Pidekso dapat dikerjakan sesuai tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.

Sehubungan dengan hal itu untuk mencapai hal tersebut di atas diperlukan pola pendekatan dan metodologi yang baku dan rencana kerja yang matang. Semua itu akan dapat dilaksanakan dengan baik jika masing-masing pihak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai prosedur yang ada.

Pada bagian berikut akan dipaparkan hal-hal penting yang sangat erat hubungannya dengan metode pelaksanaan dari pekerjaan Konsultan Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso di Kab. Wonogiri untuk Tahun Anggaran 2014 s/d 2017.

Hal-hal tersebut diantaranya adalah :

A. Standart Operasional Pelaksanaan (SOP)B. Rencana Kerja Konsultan SupervisiD.Jalur Koordinasi

A. Standart Operasional Pelaksanaan (SOP)

Hasil pekerjaan yang baik hanya dapat dijamin tercapai sesuai rencana apabila pelaksanaan proyek dikerjakan dengan mengacu dan menerapkan standar operasional pelaksanaan suatu item pekerjaan. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya harus mengacu pada Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) dan menerapkan SOP tersebut dalam setiap item pekerjaan yang dilaksanakannya. Standart Operasional Pelaksanaan (SOP) akan dipersiapkan oleh Konsultan Supervisi.Bagan alir Standart Operasional Pelaksanaan (SOP) dari masing-masing lokasi/item pekerjaan seperti telihat pada Lampiran-1.

Pada prinsipnya dalam pelaksanaan pembangunan Bendungan Pidekso nanti setiap item pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus mendapat persetujuan dari Tim Konsultan Supervisi dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap item pekerjaan akan diperiksa/diinspeksi oleh Tim Konsultan Supervisi sesuai dengan tahapan dari pekerjaan itu dan hasilnya akan dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan. Beberapa contoh bagan alir pekerjaan supervisi untuk item-item pekerjaan utama (major item) dapat dilihat pada Lampiran-2.Dalam pelaksanaan teknisnya, Tim Konsultan Supervisi akan menyediakan format-format resmi dalam rangka untuk pelaksanaan inspeksi tersebut. Untuk kemudahan pengawasan, setiap item pekerjaan akan dibuatkan format khusus yang berkenaan dengan pekerjaan tersebut. Contoh format untuk pengawasan pekerjaan (joint inspection) seperti terlihat pada Lampiran-3.

B. Rencana Kerja Konsultan Supervisi

Seperti yang tertuang dalam Dokumen Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso di Kab. Wonogiri, berikut ini adalah tugas-tugas yang akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi, diantaranya: 1. Melakukan supervisi pengawasan pekerjaajn fisik dan konstruksi pembangunan Bendungan Pidekso dan fasilitas-fasilitasnya.

2. Memberikan saran, masukan dan dukungan teknis serta administrasi kepada Pengguna Jasa.

3. Mengevaluasi teknis setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan Bendungan Pidekso tersebut.

4. Memberikan saran teknis/review disain/alternatif disain kepada Pengguna Jasa.

5. Membantu dan mendukung Pengguna Jasa dalam penyusunan serta kelengkapan sertifikasi Bendungan Pidekso.

6. Mengevaluasi perilaku Waduk Pidekso sebelum berfungsi dan selama proses pengisian untuk mendapatkan sertifikasi pengisian (imponding).

7. Menyusun rencana dasar pola operasi dan pemeliharaan (O&P) dari Waduk Pidekso.

8. Mendokumentasikan setiap tahapan dan kegiatan konstruksi selama pelaksanaan.9. Memberikan bimbingan teknis kepada Pengguna Jasa dan Buku Panduan dalam mengoperasikan seluruh alat/peralatan bendungan.

10. Pembuatan dan menyusun dokumentasi Peta Foto Udara Kondisi Akhir pembangunan dengan skala 1 : 10.000 sebanyak 1 set (terdiri dari atas 6 SP, 1 SP = 1.500 Ha).

Sehubungan dengan tugas dari Konsultan Supervisi seperti pada poin (1) di atas, berikut akan dipaparkan metode pelaksanaan dari pekerjaan supervisi pembangunan Bendungan Pidekso ini untuk masing-masing item pekerjaan mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan.1. Pekerjaan Persiapan1.1. Mobilisasi personil dan peralatan dari Konsultan Supervisi untuk melaksanakan pekerjaan persiapan.

1.2. Melaksanakan joint survey di lapangan :

Memeriksa Bench Mark { B.M )

Membuat Peta Topografi secara akurat dengan skala sama dengan Peta yg diberikan oleh Pemilik Proyek Mencocokan hasil pemetaan tersebut dengan Peta Topografi dari Pemilik Proyek meliputi As Bendungan, Lokasi Bangunan-bangunan Pelengkap seperti Bangunan Pengelak, Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pelimpahan.

Gambar 1

Gambar- 2

1.3. Kalau semua hasil pemetaan sudah sesuai dengan dengan Peta Topografi dari Pemilik Proyek, langsung dibuat Cross Section ( Potongan melintang ) dari semua rencana lokasi bangunan untuk menentukan MC-0 .1.4. Kalau ternyata hasil pemetaan tidak sama dengan peta yg diberikan oleh Pemilik Proyek maka dibuatkan usulan kepada Pemilik Proyek untuk diadakan Revisi Desain.1.5. Dari Peta Topografi tersebut mulai di-plotting-kan gambar/denah lokasi bangunan-bangunan fasilitas seperti perkantoran, gudang, laboratorium, bengkel, motor pool, crushing dan batching plant, jalan-jalan hantar, borrow area disekitar daerah Bendungan, tempat-tempat pembuangan hasil galian ( disposal area/Spoil bank ), tempat-tempat penimbunan sementara (Stock Pile), lokasi power supply, lokasi water supply, serta bangunan sementara untuk para karyawan dan pegawai ( mes, dapur umum dan bedeng-bedeng kerja).

1.6. Merencanakan Struktur Organisasi Konsultan Supervisi disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap-tahap pelaksanaan proyek.

1.7. Merencanakan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pengawasan (Supervisi) dari paket pekerjaan tersebut. 1.8. Merencanakan mobilisasi personil dan peralatan.2. Melaksanakan Pekerjaan Awal

2.1. Mobilisasi personil dan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk tenaga penunjang.2.2. Mulai memeriksa gambar-gambar kerja/Shop Drawing yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk bangunan-bangunan yang akan dikerjakan secara bertahap.

2.3. Melaksanakan pengawasan supervisi pekerjaan striping/grubbing yang meliputi :

Rencana lokasi bangunan-bangunan fasilitas

Rencana inlet dan outlet dari bangunan pengelak

Daerah sepanjang As Bendungan untuk persiapan pekerjaan boring dan grouting pondasi Bendungan.

Daerah borrow area/rencana pengambilan batu (Quarry)

2.4. Melaksanakan pengawasan supervisi pembangunan bangunan fasilitas, termasuk bangunan-bangunan di Quarry, Gudang bahan peledak, tannggul pengaman dan pagar, Kantor, Pos Penjagaan, Tempat Penyampuran.

Gambar 3

Gambar- 4

2.5. Melaksanakan pengawasan supervisi pekerjaan Grouting Test pada As Bendungan.

2.6. Melaksanakan pengawasan supervise pelaksanaan Mix Design untuk bermacam-macam mutu beton.

2.7. Melaksanakan pengawasan supervise eksploitasi di Quarry (Pekerjaan Quarrying) dan melaksanakan eksploitasinya.

2.8. Setelah Bahan Peledak siap ditempat dan disimpan dalam gudang bahan peledak, dilaksanakan pengawasan supervise pekerjaan Test Peledakan di Quarry.

2.9. Melaksanakan pengawasan supervisi penyelidikan untuk Material Timbunan, terutama untuk timbunan Inti Bendungan (Lapisan Kedap Air) di daerah sekitar rencana waduk yg telah ditetapkan dalam Tender Dok. Hal ini dilakukan untuk mengetahui baik kuantitas maupun kualitas dari maerial yang ada di Borrow Area.2.10. Melaksanakan pengawasan supervisi kegiatan penyelidikan material di Quarry Area yang telah ditentukan untuk material beton (daerah pengambilan pasir dan kerikil), untuk mengetahui baik kualitas maupun kuantitasnya.

3. Melaksanakan Pengawasan Supervisi Pekerjaan Utama, meliputi:3.1. Pengawasan Supervisi Bangunan Pengelak (Terowongan atau Conduit) Galian terbuka di bagian inlet dan outlet.

Jaringan Power Supply

Water Supply untuk pengeboran/tandon air di atas terowongan atau conduit. Air Compressor untuk pengeboran

Mesin bor / leg drill

Ssteel support / steel legging

Peralatan untuk sprey mortal/gunite dan rock angker.

Peralatan untuk hasil peledakan : rocker shovel, lori, locomotif, rail, wheel loader, dump truck

Peralatan penghisap hasil peledakan (blower) Peralatan penahan longsoran di bagian depan inlet dan outlet terowongan atau conduit Penentuan drilling patern, dalamnya lubang bor, jumlah lubang bor, jumlah dynamite masing-masing lubang bor dan nomer-nomer detonator untuk masing-masing lubang bor

Pengawasan supervisi pelaksanaan pengalian trowongan dengan cara dan urut-urutan sebagai berikut: pengeboran dan pembersihan lubang bor, pengisian dynamite dan detonator, menyambung kabel-kabel detonator, meledakkan dengan mesin peledak (Blasting machine ), mempercepat pengeluaran gas hasil peledakan dengan menyemprot memakai angin dari compressor dan blower, mengeluarkan hasil galian, memasang steel support. Demikian seterusnya sampai selesai pekerjaan penggalian.

Gambar 5

Gambar- 6

Kalau Trowongan sudah agak dalam + >10 m dipasang penerangan, kabel listrik diikatkan pada penyangga ( steel support).

Kalau terdapat sumber-sumber air, dibuat saluran pengering / pengumpul air kemudian dipompa keluar memakai sumpump atau pompa listrik yg kecil 2" lewat air hose / pipa diameter 2"

Setelah selesai penggalian trowongan, dilaksanakan pembetonan dinding trowongan, biasanya dimulai dari bagian dalam kearah inlet dan outlet (mundur). Sekali pembetonan sepanjang 6.0 m - 9.0 m tergantung dari diameter trowongan. Pembetonan bisa sekaligus untuk dinding trowongan dan invert (lantai) , bisa juga diselesaikan dinding trowongan 2-3 seksi, disusul dengan lantai/invert.

Peralatan pembetonan meliputi ; center form untuk form setting, concrete pump lengkap dengan pipa-pipanya untuk penyaluran beton, serta agitator truck untuk mengirimkan beton dari batching plant ke concrete pump,

Setelah pembetonan selesai dilaksanakan pekerjaan grouting yaitu Back Fiil Grouting dan Consolidation Crouting, melalui lubang-lubang yg telah disiapkan selama pekerjaan pembetonan, yaitu dengan jalan menanam pipa pipa dalam dinding beton baik dibagian atas maupun samping. Peralatan Grouting dimasukkan dalam trowongan.

Gambar 7

Gambar- 8

3.2. Bangunan Pengelak Open Channel dan Conduit

Untuk Bendungan yg tidak terlalu tinggi sekitar 20 - 30 meter, serta lembahnya cukup lebar dan relative landai, untuk Bangunan Pengelak dipilih berbentuk Open Channel. Setelah Bendungan selesai open channel ini di timbun kembali sehingga rata dengan Timbunan Bendungan.

Pekerjaan penggalian dan penimbunan tidak ada hal-hal yg khusus, baik penggalian maupun penimbunan seperti biasanya saja. Selama penggalian hasil galian distock untuk nantinya digunakan untuk timbunan/menimbun kembali. Pelaksanaan penimbunan syarat-syaratnya sama dengan timbunan bendungan

Untuk open channel yg nantinya berfungsi sebagai irrigation facility dlmana open channel tersebut akan tertimbun oleh bendungan, dipasang conduit dari beton bertulang. Dimensi dan jumlahnya disesuaikan dengan kedua fungsi. Biasanya untuk Irrigation Facility cukup satu saja dan lainnya diplug/ditutup dengan beton secara permanen. Bagian inlet dilengkapi dengan Intake Structure ada tower, sliding gate dan Hollow Jet Valve.

3.3. Main Cofferdam

Setelah selesainya Bangunan Pengelak dan air sungai di belokkan lewat Bangunan Pengelakdengan membbuaut primary cofferdam didepan lokasi Main Cofferdam kemudian dilanjutkan dengan pembangunan Main Cofferdam baik dibagian hulu bendungan maupun dibagian hilir bendungan bila diperlukan. Fungsi dari Cofferdam bersama saluran Pengelak baik Trowongan maupun Open Channel adalah melindungi lokasi Bendungan Utama dari banjir selama penimbunan / pembangunan Bendungan Utama.

Main Cofferdam dibagian Upstream Bendungan bisa berdiri sendiri (diluar Tubuh Bendungan) dan bisa juga merupakan bagian dari bagian Upstream Tubuh Bendungan Utama.

Penimbunan Main Cofferdam dilaksanakan setelah penggalian fondasi baik didasar sungai maupun dikanan kiri tebing sungai mencapai batuan yg keras, jadi tidak ada treatmen khusus seperti fondasi Bendungan Utama. Material untuk Timbunan Bendungan Utama lebih-lebih bila Main Cofferdam tersebut merupakan bagian dari bagian Upstream Bendungan Utama. Cara pemadatannyapun sama dengan pemadatan Bendungan Utama. Pada umumnya pembangunan Cofferdam baik Upstream maupun Downstream harus diselesaikan dalam satu musim kering.

3.4. Bendungan Utama

3.4.1. Pekerjaan Grouting

Pelaksanaan Grouting pada Bendungan Tipe Urugan biasanya dilakukan didaerah sepanjang As Bendungan dibawah lapisan kedap air/inti bendungan/CIay Core.

Ada 2 macam Grouting yaitu : Curtain Grouting yg berfungsi menahan sembesan air/seepage yg berasal dari waduk dan Blangket Crouting yg berfungsi memperbaiki bagian atas fondasi dari retakan-retakan dlseluruh Contact Core Area.

Kedalaman Curtain Grouting tergantung dari kedalaman air waduk yg menimbulkan "hydrostatic pressure. Secara empiris ditentukan ditentukan dengan dengan rumus : d - 0.4S - 0.60 H, atau d= 0,5H+C tergantung dari kondisi geologi batuan fondasi dan hasil grouting test dan water pussure test / permeability test. Jarak Curtain grouting antara 0.75 - 1.25 m dan biasanya terdiri dari 2-3 baris dengan jarak baris antara 1.0 - 1.50 meter. dimungkinkan adanya tambahan lubang grouting hingga mencapai permeability yg direncanakan.

Blanket grouting dilaksanakan dengan kedalaman sekitar 5.0 - 6.0 meter dengan jarak antara 2.50 -3.0 meter diseluruh Contact Core Area.

Material grouting terdiri dari campuran cemen dan air dengan perbandingan berat mulai dari 1 : 5 sampai 1:1. Untuk daerah yg permeabilitynya masih tinggi kekentalan injeksi : 1 ; 0.8 - 1 : 0.6.

Curtain grouting dilaksanakan dengan cara stage grouting dengan kedalaman 5 m setiap tahap/stage. Sedangkan untuk Blanket Grouting dilaksanakan dalam 1 stage/tahap. Pelaksanaan pengeboran Curtain grouting dilaksanakan langsung dari grout cap (terutama untuk didasar sungai) atau memakai perancah untuk daerah sepanjang tebing sungai ;

3.4.2. Penyiapan fondasi / Foundation Preperation di daerah Core Contac Area

Untuk daerah dipalung sungai penyiapan pondasi dimulai begitu aliran sungai sudah dibelokkan lewat bangunan pengelak, bersamaan dengan pembersihan dasar sungai untuk pembangunan Cofferdam.

Setelah pembersihan dilanjutkan dengan galian Cutt-off sedalam sesuai rencana, kemudian dilanjutkan dengan pembetonan dasar sungai, yg berfungsi sebagai Concret Cap untuk pelaksanaan grouting. Lebar dasar sungai yg di beton sesuai dengan lebar dasar rencana timbunan core &r { Contact Core Area ) sepanjang dari tebing kiri -kanan sungai.

Kalau didasar sungai dijumpai adanya palung yg cukup dalam, maka palung tersebut dibersihkan dari timbunan/endapan lumpur dan pasir sampai menampakkan lapisan batuan yg keras. Kemudian palung ditutup/diisi dengan beton yg biasa untuk concrete cap.

Untuk perbaikan pondasi didaerah tebing sungai kanan kiri dilaksanakan setelah pekerjaan grouting selesai, kemudian dilanjutkan dengan penggalian dan pembersihkan. Pada bagian yg tidak ratadan banyak cekungan ditutup dengan dental concrete atau dengan slush grout/gunite. Pada bagian yg terdapat tonjolan-tonjolan dipotong untuk diratakan. Ini semua dilaksanakan agar terjadi contact yg rapat antara core material dengan permukaan pondasi untuk menhindari terjadinya rembesan didaerah Core Contact Area tersebut.

Pada saat pembersihan dasar sungai kadang-kadang dijumpai sumber air yang besar baik di daerah Contac Core Area maupun diluar Contac Core Area, baik dibagian Upsteam maupun Downstream.

Untuk mengatasi sumber air ini, cara yang bisa ditempuh adalah membuat Pit ( tempat berkumpulnya air ) kemudian dipasang buis beton berdiameter 80 cm 100 cm dan dipasang pompa ( biasanya submergible pump ). Selama pekerjaan fondasi air yang terkumpulkan dodalam buis beton tersebut dipompa dan dibuang kearah Downstream. Kalau pembersihan fondasi selessai dan siap dilaksanakan penimbunan, maka air yang terkumpul tersebut tidak perlu dipompa da tingginya buis beton terus ditambah sejalan dengan tingginya timbunan. Kalau sewaktu-waktu air dalam buis beton tesebut tidak bertambah, ini berarti airnya sudah seimbang, maka buis beton tersebut ditimbun dengan pasir dan batu kemudian digrouting.

Treatment tersebut terutama dilaksanakan dibagian Core Area maupun dibagian Upstream. Untuk daerah Downstream Core Contact Area, cukup air dialirkan kevagian luar Downstream Slope Bendungan.

Gambar 9

Gambar- 10

Gambar- 11

3.4.3. Perbaikan / Penyiapan Pondasi diluar Core Concret Area

Setelah penggalian dan pembersihan, pada umumnya tidak ada special treatment untuk daerah diluar Core Contact Area, termasuk didasar sungai maupun ditebing kanan kiri sungai.

jadi baik didaerah timbunan filter, transition maupun daerah timbunan rockfill dan riprap tidak diperlukan perbaikan khusus, kecuali penggalian dan pembersihan untuk menghilangkan tanah-tanah yg lunak, rerumputan dan pepohonan.

Perbaikan dan pembersihan didaerah tebing sungai dilaksanakan sesuai dengan kemajuan timbunan, kecuali kalau terdapat patahan atau retakan. Kalau dijumpai patahan atau retakan didaerah tebing sungai, maka daerah tersebut dikupas / digalisampai mendapatkan lapisan yg masif. Patahan atau retakan ini dijumpai / diketahui setelah dilaksanakan striping (pengupasan) lapisan tanah dibagian pondasi.

3.4.4. Pelaksanaan penimbunan Core

Sebelum dilaksanakan penimbunan untuk tubuh bendungan dilaksanakan Trial Embankment disuatu tempat untuk menentukan tebalnya lapisan, kepadatan dan permeabilitasnya, termasuk jumlah lintasan pemadatan guna mencapai kepadatan yg direncanakan.

Tergantung dari tersedianya material disekitar proyek/di sekitar bendungan serta karakteristiknya, Core material bias terdiri dari Natural Core (Tanah Asli) atau Campuran tanah dengan pasir yg disebut Blended Core.

Kalau diperlukan Blended Core, mak untuk mencampur diperlukan stock pile yg terdiri dari lapisan pasir dan tanah liat dengan perbandingan I pasir dan 4 tanah liat atau 1 : 3 tergantung dari hasil test yg memenuhi syarat sesuai dengan yg direncanakan.

Bilamana Natural Core sudah memenuhi persyaratan maka hasil galian dari borrow area iagsung diangkut dengan Dump Truck dan dihampar ditempat penimbunan, diratakan dengan Bulldozer LGP / Swamp Dozer pada ketebalan

sekitar 20 - 25 cm dan dipadatkan dengan Compactor / Sheefoot Roller menjadi 1 S cm. Demikian pula bila diperlukan Blended Core, maka dah tempat pencampuran dimuat dengan Back hoe atau Power shovel, di angkut dengan Dump Truck ketempat penimbunan, dihampar dengan Swamp Dozer dan dipadatkan dengan Sheefoot Roller Baik Nature Core maupun Blended Core pelaksanaan penimbunan dilakukan pada musim kering saja, ini berkaitan dengan dengan optimum rnoister content yg diijinkan. Kalau sewaktu penghamparan dan pemadatan kondisi core terlalu kering dan sukar dipadatkan, maka dilaksanakan penyiraman sehingga mencapai moister content yg diijinkan.

Setelah pemadatan, sebelum ditimbun lapisan berikutnya, dilaksanakan pengambilan sample secara echo sonder untuk dilakukan test di laboratorium.

Untuk diperhatikan bahwa penimbunan Core pada lapisan pertama diatas Concrete pad perataan dan pemadatannya tidak boleh menggunakan Bulldozer, tetapi menggunakan Whell Loader dan atau Tire Roller untuk mencegah rusaknya dasar sunga/ concrete pad.

Karena pemadatannya menggunakan Tire Roller, maka setiap kali penimbunan untuk layer berikutnya, maka permukaan layer pertama perlu dikasarkan menggunakan rake dari motor grader, untuk mendaparkan ikatan yang kuat antara layer lama dengan yang baru.

Timbunan pada bagia abutment dilaksanakan harus dengan hati-hati dan dijaga agar terjadi kontak yang rapat untuk mencegah terjadinya rembesan(seepadge) dengan jalan pemadatannya menggunakan Tire Roller dari Whell Loader, atau menggunakan tamping rammer dengan ketebalan 1.0 m dari abutment dengan ketebalan layer antara 15 cm 20 cm. Biasanya menggunakan bahan Clay Core yang agak plastis.

Gambar 12

Gambar- 13

Gambar- 14

Gambar- 15

3.4.5. Pelaksanaan Penimbunan Filter

Filter material biasanya terdiri dari pasir alam yg gradasinya telah memenuhi syarat. Sample diambil dari lokasi yg telah ditentukan pada saat pelaksanaan survey dan investigasi. Ditinjau dari tersedianya pasir alam, bilamana disuatu daerah terdapat sumber pasir lain, misal pasir dari laut yg biasanya lebih halus, bias dilaksanakan campuran dan dites di laboratorium untuk perbandingan tertentu.

Ketebalan lapisan pasir/filter disesuaikan dengan lapisan Core material. Dipadatkan dengan Smooih Drum Roller kecif iBaby Roller). Penimbunan Filter selapis lebih tinggi dari lapisan Core, untuk menjaga lapisan Core tidak melebar melebihi batas. Penghentian penimbunan Filter disamakan dengan penimbunan Core, jadi penimbunan filter selagu mengikuti penimbunan Core dan dilaksanakan pada musim kering saja.

3.4.6. Pelaksanaan Penimbunan daerah Transisi

Material Transisi mempunyai gradasi peralihan dari filter ke Rock Fiil. Lebar lapisan Transisi berkisar antara < 10-20) x lebar lapisan Filter dan menyambung langsung dengan lapisan Rockfill.

Ketebalan lapisan transisi berkisar 25 50 m, jadi biasaya lebih tinggi sekitar 24 50 cm dari lapisan Filter Core.

Penghentian penimbunan lapisan transisi mengikuti penghentian lapisan filter dan core.

Material transisi berupa rockfil diambil dari Quarry dengan ukuran dari pasir sampai boulder berukuran 50 cm.

Pemadatan daerah Transisi cukup dengan menggunakan Spreading Equipment saja yaitu Bulldozer 20 30 ton

3.4.7. Pelaksanaan Penimbunan daerah Rock Fill

Material untuk timbunan Rock Fill bisa langsung diambil dari Quary atau juga bisa diambil langsung dari Stock Pile, yaitu timbunan sementara dari hasil galian batu pad penggalian pondasi bendungan ataupun dari penggalian bangunan-bangunan pelenkap, seperti dari galian spillway atau galian inlet dan outlet bangunan pengelak. Ukuran boulder batu untuk timbunan rockfill ini disesuaikan dengan syarat-syrat ketebalan lapisan timbunan rickfill, biasanya sekitar 1.o 1.50 meter.

Untuk perataan/spreading menggunakan Bulldozer berukuran 20 30 ton, sekaligus juga berfungsi untuk pemadatan dengan beberapa kali lintasan. Ada pula persyaratan bahwa pemadatan daerah Rockfill dan transisi disamping menggunakan spreading equipment ditambah beberapa lintasan menggunakan Vibrating Roller kapasitas 10 15 ton.

3.4.8. Penimbunan /Pemasangan Riprap

Riprap adalah berfungsi sebagai slope protection pada upstream dan down stream slope dari Main Dam dan Main Cofferdam. Tebalnya berkisar antara 2.0 meter 5.0 meter, terdiri dari boulder berukuran > 1.0 meter dikunci dengan boulder kecil-kecil.

Pemasangan Riprap bersamaan dengan timbunan Rockfill, peralatan yang digunakan adal Bulldozer untuk mendorong boulder yang besar-besar dan diatur oleh Back Hoe termasuk mengisi rongga-rongga diantara boulder yang besar dengan boulde yang lebih kecil. Tebalnya lapisan penimbunan mengikuti tebalnya lapisan Rockfill.

Untuk mengatur Riprap supaya kelihatan rapih dan merata diperlukan operator Back Hoe yg sudah trampil dan berpengalaman. Dibeberapa Bendungan pengaliran Riprap ini ada yg menggunakan Crane. Batu-batu besar yg akan dipasang ditempat Riprap diikat dengan wire, kemudian diangkat dengan Crane ( Crawler Crane / Truck Crane ) dibantu banyak tenaga untuk mengikat dan melepaskan wire tersebut.

Gambar 16

Gambar- 17

3.4.9. Pemasangan Dam Instrumentation

Bersamaan dengan akan dimulainya penimbunan Clay Core perlu dilaksanakan pemasangan peralatan monitoring untuk mengikuti dan mengetahui behavior (tingkah laku ) dari Bendungan dan keadaan pondasi serta besar kecilnya seepage/rembesan setelah pengisian waduk.

Diantara peralatan-peralatan yg dipasang adalah :

Sittlement Device ditanam pada pondasi untuk mengetahui terjadinya settlement/ penurunan pondasi.

Pare pressure yg dipasang dalam timbunan Clay Core (inti bendungan) dan dalam pondasi untuk mengetahui besarnya 'Void pressure" dan rembesan (seepage) dalam tubuh bendungan dan pondasi.

Surface measurement points untuk mengukur settlement dara puncak bendungan dan slope/lereng dari bendungan.

V-notch untuk mengukurdebit rembesan yg dipasang dikaki bendungan.

3.4.10. Perkerasan/Penyelesaian Puncak Bendungan ( Crest Dam )

Puncak Bendungan biasanya dipergunakan untuk jalan, maka penyelesaiannya adalah seperti pada pembuatan jalan, yaitu ditimbun dengan Base Corse dan Sub-Base Corse dan dilapisi dengan asphalt (Hot Mix).

Sebagai pelindung dikanan kiri dipasang Hand Rail / Parapet dilengkapi dengan Trotoir dan Tiang-tiang Listrik dan Jaringannya untuk penerangan.

Tahap Penimbunan Bendungan Urugan

Gambar 18

5. Jalur Koordinasi

Pelaksanaan pembangunan Bendungan Bintang Bano akan dapat terlaksana dengan baik jika koordinasi antara ketiga pihak yaitu PU, Konsultan MK dan Kontraktor dapat berjalan dengan baik.

Sebagai contoh, jika Kontraktor akan memulai suatu item pekerjaan atau meminta diadakan inspeksi pekerjaan di lapangan maka pihak Kontraktor dalam hal ini Pelaksana & Kasi Teknik akan menyiapkan berkas-berkas dokumen Permintaan Inspeksi (Request for Joint Inspection). Dokumen ini akan diajukan ke Konsultan MK dengan konfirmasi waktu (hari, jam) akan dilaksanakan inspeksi bersama-sama di lapangan. Setelah diadakan pemeriksaan/inspeksi oleh Tim dari Konsultan MK dan diberi komentar apakah pekerjaan tersebut bisa diterima atau tidak, perlu perbaikan atau tidak atau pun komentar-komentar lain yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor. Hasil pemeriksaan/inspeksi tersebut selanjutnya akan dilaporkan dan untuk diketahui oleh Tim dari PU.

Jalur koordinasi seperti tersebut dapat dilihat pada Lampiran-4. Pada lampiran tersebut ada beberapa contoh jalur koordinasi untuk beberapa tahapan pekerjaan, diantaranya adalah jalur koordinasi untuk Ijin Mulai Kerja, Permintaan Inspeksi, Tes Material/Bahan, Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, MC 0%, MC 100%, PHO, FHO, Termin/Opname, Pengjuan Gambar Kerja (Working Drawing) dan Gambar Pelaksanaan Terpasang (As Built Drawing).

6. Struktur Organisasi Tim Manajemen Konstruksi

Agar dapat mendukung proses pelaksanaan pengawasan proyek ini berjalan dengan baik dan optimal, maka perlu dibuat tata-laksana/prosedur pelaksanaan yang baik dan untuk merealisasikannya perlu disusun struktur organisasi Tim Manajemen Konstruksi Pembangunan Bendungan Bintang Bano.

Adapun bagan dari Struktur Organisasi Tim Manajemen Konstruksi pada Proyek Pembangunan Bendungan Bintang Bano dapat dilihat pada Lampiran-5 berikut.

Lampiran-1 : Standart Operasional Pelaksanaan (SOP)

8