metode ddm dan dfcf

11
ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham... Jurnal EMBA 1089 Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099 PENILAIAN HARGA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2009 - 2011) Oleh: Ulfa Yulfita Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi email: [email protected] ABSTRAK Penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. Penilaian saham yang menghasilkan informasi nilai instrinsik selanjutnya akan dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah saham sektor manufaktur berada dalam kondisi Overvalued, Undervalued atau Wajar. Nilai saham mencerminkan nilai perusahaan di mata pelaku pasar (bursa), sedangkan nilai perusahaan adalah nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Populasi penelitian ini adalah seluruh sektor manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Sampel yang digunakan sebanyak 14 sektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode yang digunakan untuk menghitung harga wajar per lembar saham yang diterbitkan setiap sektor tidak terlalu memiliki perbedaan harga, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan perbandingan harga wajar saham dengan harga pasar saham, hal ini sebetulnya dapat menjadi perhatian bagi investor dan perusahaan pada posisi harga yang mana keputusan untuk membeli ataupun menjual sahamnya. Kata kunci: nilai saham, pasar modal ABSTRACT Stock valuation is the process of determining a reasonable price for a stock. Stock valuation that yield intrinsic value information will then be compared with the market price of the stock to determine the selling or buying position of a company's stock. This study aims to determine whether the manufacturing sector stocks are in a condition Overvalued, Undervalued or Fair. Stock value reflects the company's value in the eyes of market participants (stock exchange), while the value of the company is the economic value of its net asset. The population was all manufacturing sectors listed on the Stock Exchange in the period of 2009-2011. The samples taken are 14 sectors. The results showed that the two methods used to calculate the fair price per share which is issued every sector often has less difference in price, it can be seen by comparing the fair price with the market price of the stock, it actually can be a concern for investors and companies, on what price position, they can make decision to buy or sell their stocks. Keywords: value of shares, capital market

Upload: nabilah-usman

Post on 25-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Metode DDM Dan DFCF

TRANSCRIPT

Page 1: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

Jurnal EMBA 1089 Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

PENILAIAN HARGA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2009 - 2011)

Oleh:

Ulfa Yulfita

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen

Universitas Sam Ratulangi

email: [email protected]

ABSTRAK

Penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham.

Penilaian saham yang menghasilkan informasi nilai instrinsik selanjutnya akan dibandingkan dengan harga

pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah saham sektor manufaktur berada dalam kondisi Overvalued, Undervalued atau Wajar.

Nilai saham mencerminkan nilai perusahaan di mata pelaku pasar (bursa), sedangkan nilai perusahaan adalah

nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Populasi penelitian ini adalah seluruh sektor manufaktur yang

terdaftar di BEI periode 2009-2011. Sampel yang digunakan sebanyak 14 sektor. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kedua metode yang digunakan untuk menghitung harga wajar per lembar saham yang diterbitkan setiap

sektor tidak terlalu memiliki perbedaan harga, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan perbandingan harga wajar

saham dengan harga pasar saham, hal ini sebetulnya dapat menjadi perhatian bagi investor dan perusahaan pada

posisi harga yang mana keputusan untuk membeli ataupun menjual sahamnya.

Kata kunci: nilai saham, pasar modal

ABSTRACT

Stock valuation is the process of determining a reasonable price for a stock. Stock valuation that yield

intrinsic value information will then be compared with the market price of the stock to determine the selling or

buying position of a company's stock. This study aims to determine whether the manufacturing sector stocks are

in a condition Overvalued, Undervalued or Fair. Stock value reflects the company's value in the eyes of market

participants (stock exchange), while the value of the company is the economic value of its net asset. The

population was all manufacturing sectors listed on the Stock Exchange in the period of 2009-2011. The samples

taken are 14 sectors. The results showed that the two methods used to calculate the fair price per share which is

issued every sector often has less difference in price, it can be seen by comparing the fair price with the market

price of the stock, it actually can be a concern for investors and companies, on what price position, they can

make decision to buy or sell their stocks.

Keywords: value of shares, capital market

Page 2: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

1090 Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Investasi melalui instrument pasar modal yaitu saham dapat memberikan keuntungan (kerugian) berupa

capital gain (loss) dan dividen, namun saham juga mengandung risiko kemungkinan untuk tidak dibayarkan

dividennya karena pembayaran dividen merupakan suatu kebijakan perusahaan. Dividen merupakan aliran kas

berupa imbalan yang dibayarkan perusahaan/emiten kepada para pemegang saham/investor. Persentase dari

pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham (sebagai cash dividend) disebut dividend payout

ratio. Didalam penentuan kebijakan dividen ini, perusahaan sebenarnya menghadapi suatu trade off. Hal ini

terjadi karena berhubungan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan itu untuk

dibayarkan sebagai dividen (kepada pemegang saham) atau digunakan untuk pertumbuhan (oleh perusahaan)

sebagai laba ditahan (Erianda, dkk. 2011).

Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi merupakan keputusan yang sangat berisiko.

Investasi itu sendiri bisa berbentuk investasi bisnis maupun investasi dalam kegiatan sosial, baik berupa

pengembangan bisnis yang sudah ada atau membuat bisnis yang sama sekali baru. Kegiatan investasi adalah

tindakan mengeluarkan sejumlah dana dalam jumlah tertentu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau

manfaat yang lebih besar di masa mendatang, baik keuntungan material maupun non material (Rangkuti, 2012:

1), oleh karena itu sebaiknya seorang investor sebelum memutuskan untuk melakukan investasi di pasar modal

terlebih dahulu melakukan analisis harga saham. Investor bisa melakukan investasi pada berbagai jenis aset

baik aset riil maupun aset finansial. Salah satu jenis aset finansial yang bisa dipilih investor adalah saham, agar

keputusan investasinya tepat atau menghasilkan return seperti yang diharapkan maka investor perlu melakukan

penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan dipilihnya. Penilaian saham yang menghasilkan

informasi nilai instrinsik selanjutnya akan di bandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi

jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan (Tandelilin, 2010: 301).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah harga saham pada sektor manufaktur di nilai

terlalu mahal (overvalued), terlalu murah (undervalued) atau wajar (fair).

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Raharjo (2006: 31), berpendapat bahwa menurut istilah yang ada di masyarakat, definisi saham sangat

beragam. Salah satunya mengatakan bahwa “Saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti

kepemilikan atau pernyataan dari individu atau institusi dalam suatu perusahaan”.

Jenis Saham

Fahmi (2012: 80), dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu

saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preference stock), dimana kedua jenis saham ini memiliki

arti dan aturannya masing-masing.

Nilai Saham

Tanuwidjaja (2008: 43), nilai saham menentukan harga saham yang bersangkutan, sebelum investor

memutuskan membeli atau menjual saham, nilai per lembar saham harus dibandingkan dengan harga yang

ditawarkan.

Tipe Harga Saham

Parahita (2008), menyatakan ada tiga tipe harga saham, yaitu:

1) Par Value, yaitu harga yang tercetak/tertera di lembar saham itu sendiri atau disebut juga dengan harga

nominal.

2) Market Price, merupakan harga yang berlaku dalam transaksi jual beli di bursa, harga ini terbentuk dari

mekanisme permintaan dan penawaran.

3) Fair Value, disebut harga wajar, yaitu harga yang “tak terlihat” yang kita nilai layak untuk saham tersebut.

Page 3: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

Jurnal EMBA 1091 Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Proses Valuasi

Porman (2010: 174), menyatakan ada tiga hal yang penting yang harus dianalisis sebagai bagian proses

valuasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi, yaitu: perekonomian, industri dan analisis perusahaan.

Valuasi Saham

1. Valuasi Saham Preferen

Porman (2010: 219), berpendapat bahwa menghitung harga wajar saham preferen relatif mudah, yaitu dengan

mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang (present value) dengan required rate of return selama

periode waktu yang tidak terhingga (infinite) atau selama anda memiliki saham preferen tersebut.

Rumusnya adalah:

𝐕𝐩 = 𝐃/𝐊

Ket: Vp = Nilai Intrinsik (nilai wajar) preferen

D = Dividen tetap

k = Required rate of return atau Discount rate

2. Valuasi Saham Biasa

Porman (2010: 220), menyatakan ada tiga langkah penting yang harus diikuti oleh investor sebelum mengambil

keputusan untuk membeli suatu saham, yaitu:

1) Perkiraan laba per saham (EPS = earning per share) di masa mendatang.

2) Perkiraan rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio).

3) Hitung nilai sekarang (present value) aliran dividen yang diperkirakan melalui pendiskontoan dividen-

dividen tersebut dengan tingkat imbal-hasil yang diharapkan (required rate of return).

Keuntungan Investasi Saham

Situmorang, dkk. (2010: 3 & 4), menyatakan ada tiga keuntungan investasi saham, yaitu:

1. Dividen

Pemilikan saham suatu perusahaan, baik perusahaan yang tercatat di BEI (emiten) maupun yang tidak

tercatat di BEI (non-emiten), investor biasanya akan mendapatkan dividen.

2. Capital Gain

Keuntungan dari hasil jual beli saham berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli saham

3. Bisa Dijaminkan

Saham juga bisa dijaminkan ke bank sebagai agunan untuk memperoleh kredit, namun biasanya saham

hanya dianggap sebagai agunan tambahan oleh bank, atau tidak bisa berdiri sendiri dengan alasan tingkat

fluktuasi saham yang tidak bisa di prediksi.

Kerangka Konseptual

Gambar 1. Konsep Metode Penentuan Harga Saham Pada Sektor Manufaktur

Penghasilan Masa

Depan Sektor

Manufaktur

Deviden Masa

Depan Sektor

Manufaktur

Pertumbuhan Masa

Depan Sektor

Manufaktur

Kondisi

Pasar Sektor

Manufaktur

Intriksi atau

Nilai riil

Harga Berlaku Di Pasar

Sektor Manufaktur

Jika Nilai Intrinsik Lebih Besar Dari Harga

Berlaku Di Pasar, Berarti Harga Saham

Terlalu Murah (Undervalued)

Jika Nilai Intrinsik Lebih Rendah Dari Harga

Berlaku Di Pasar Berarti Harga Saham Terlalu

Mahal (Overvalued)

Bandingkan

AKTIVA

BELI JUAL

Page 4: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

1092 Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian survei dangan menggunakan analisis

deskriptif. (Hermawan, 2005: 18), penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang bersifat

obyektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Bursa Efek Indonesia yang terdaftar di situs www.idx.co.id pada tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari

tahun 2009-2011 sebanyak 141 populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 sektor manufaktur

berdasarkan teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2010: 122).

Berikut ini adalah pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti:

1. Laporan keuangan yang di publikasikan terus-menerus pada Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun, yaitu

dari tahun 2009-2011.

2. Sektor manufaktur yang sering menempati peringkat satu dan dua berdasarkan total aset dari tahun

2009-2011.

3. Sektor manufaktur yang terus-menerus membagikan dividennya selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2009-

2011.

Tabel 1 Perusahaan-Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

Kode Emiten Jenis Sub Industri Nama Perusahaan

INDF Food and Beverages Indofood Sukses Makmur Tbk

GGRM Tobacco Manufacturers Gudang Garam Tbk

TKIM Paper and Allied Products Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk

AKRA Chemial and Allied Products AKR Corporindo Tbk

KKGI Adhesive Resource Alam Indonesia Tbk

INTP Cement Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

SMGR Cement Semen Indonesia Tbk

SCCO Cables Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk

ASII Automotive and Allied Astra International Tbk

UNTR Automotive and Allied United Tractors Tbk

KLBF Pharmaceuticals Kalbe Farma Tbk

TSPC Pharmaceuticals Tempo Scan Pacific Tbk

UNVR Cousumer Goods Unilever Indonesia Tbk

TCID Cousumer Goods Mandom Indonesia Tbk

Sember: idx

Perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat pada tabel 1 merupakan perusahaan yang telah

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data

Data terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data primer dan data sekunder. Didalam penelitian ini,

penulis menggunakan data sekunder sektor manufaktur yang tercatat di web www.idx.co.id.

Page 5: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

Jurnal EMBA 1093 Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Sumber Data

Sumber data didapatkan dari publikasi perusahaan yang disediakan bagi masyarakat, baik melalui Pusat

Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, maupun dari berbagai media massa. Jadi data yang digunakan

adalah merupakan informasi umum.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara dokumentasi data kuantitatif berupa

data keuangan perusahaan yang di publikasikan oleh perusahaan tersebut.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah metode valuasi absolut, sering disebut metode valuasi intrinsic,

adalah metode untuk mencari nilai sejati (intrinsic) sebuah saham. Hasil penghitungan ini akan menjadi nilai

wajar sebuah saham dan sering dikemukakan oleh analis sebagai target harga (Moechdie & Ramelan, 2012:

268).

Indikator

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dividend Discounted Model (DDM)

2. Metode Discounted Cash Flow (DCF)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penulis menggunakan dua pendekatan metode yaitu DDM (Divident Discounted Model) dan DCF

(Discounted Cash Flow) dalam menentukan harga wajar saham. Hasil perhitungan dengan menggunakan dua

metode untuk menentukan harga per lembar saham dari sektor manufaktur periode 2009-2011 dapat dilihat pada

gambar grafik sebagai berikut:

Sumber: hasil olah data

Gambar 2 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham

dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang

mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual

sahamnya ke investor.

2104.17

4345.835300

-779.55 -792.61

-6603.77

1914.332976.11

5056.9

-8000

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

1 2 3

Gambar 2 Grafik PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

Page 6: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

1094 Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Sumber: hasil olah data

Gambar 3 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Gudang Garam Tbk

memberikan perbedaan harga pada tahun pertama dan pada tahun berikutnya dalam menentukan kewajaran

harga dari tiap lembar saham, karena hasil yang didapatkan pada tahun pertama harga menjadi terlalu murah dan

menjadi terlalu mahal pada tahun berikutnya.

Sumber: hasil olah data

Gambar 4 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Pabrik Kertas Tjiwi

Kimia Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM selama 3

tahun harga menjadi terlalu mahal dan pada metode DCF harga menjadi terlalu murah pada tahun pertama dan

kedua sedangkan pada tahun ketiga harga menjadi terlalu mahal. Harga yang murah biasanya merupakan saat

yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan

karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor.

Sumber: hasil olah data

12020.83

35391.67

49470.83

14508.93

-19909.5 -19305.02

14542.6719070.18

22804.07

-30000

-20000

-10000

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

1 2 3

Gambar 3 Grafik PT. Gudang Garam Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

1458.33

2529.17 2475

584.79 588.24 588.24

1810.12

2770.27

844.16

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

1 2 3

Gambar 4 Grafik PT. Pabrik Kertas Tjiwi Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

849.171235

2262.08

-77.64

-2399.43

885.13708.85 725.41183.63

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

1 2 3

Gambar 5 Grafik PT. AKR Corporindo Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

Page 7: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

Jurnal EMBA 1095 Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Gambar 5 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. AKR Corporindo Tbk

tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil

yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya

menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke

investor.

Sumber: hasil olah data

Gambar 6 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Resource Alam

Indonesia Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM selama 3

tahun harga menjadi terlalu mahal dan pada metode DCF harga menjadi terlalu mahal pada tahun pertama dan

pada tahun kedua harga menjadi terlalu murah sedangkan pada tahun ketiga harga kembali menjadi terlalu

mahal. Harga yang murah biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga

yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia

menjual sahamnya ke investor.

Sumber: hasil olah data

Gambar 7 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham

dimana hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang

mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual

sahamnya ke investor.

2129.171450.42

5135.42

-58.14 -117.23-778.1

1036.521469.29

3984.07

-2000

0

2000

4000

6000

1 2 3

Gambar 6 Grafik PT. Resource Alam Indonesia Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

8329.17

15987.5 15691.67

-1804.33 -2298.95 -3033.13

6041.467752.65 8657.96

-5000

0

5000

10000

15000

20000

1 2 3

Gambar 7 Grafik PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

Page 8: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

1096 Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Sumber: hasil olah data

Gambar 8 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Semen Indonesia Tbk

tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil

yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya

menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke

investor.

Sumber: hasil olah data

Gambar 9 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Supreme Cable

Manufacturing & Commerce Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada

metode DDM selama 3 tahun harga menjadi terlalu mahal dan pada metode DCF harga menjadi terlalu mahal

pada tahun pertama sedangkan pada tahun kedua dan ketiga harga menjadi terlalu murah. Harga yang murah

biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya

menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke

investor.

5356.25

8716.67 9279.17

-3766.18 -3659.02-5277.35

4541.055420.62 5909.03

-8000

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

1 2 3

Gambar 8 Grafik PT. Semen Indonesia Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

1310 1661.67 2329.17

341.69

-3930.13

-2190.72

727.37

2615.66

4727.61

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

1 2 3

Gambar 9 Grafik PT. Supreme Cable Manufacturing &

Commerce Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

Page 9: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

Jurnal EMBA 1097 Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Sumber: hasil olah data

Gambar 10 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Astra International

Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana

hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal

biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual

sahamnya ke investor.

Sumber: hasil olah data

Gambar 11 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. United Tractors Tbk

tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil

yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya

menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya.

Sumber: hasil olah data

24358.33 27595.83 62550

-691667

-1828.79 -19959.6820081.13 31403.54 46665.93

-800000

-700000

-600000

-500000

-400000

-300000

-200000

-100000

0

100000

200000

1 2 3

Gambar 10 Grafik PT. Astra International Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

11145.83

19745.8323716.67

-2096.57

-14148.68

-36607.14

9291.34 10302.0413910.8

-40000

-30000

-20000

-10000

0

10000

20000

30000

1 2 3

Gambar 11 Grafik PT. United Tractors Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

1017.08 2314.58 3356.25-200.8 -2034.88

-105555.56

740.65 1120.88 1341.68

-150000

-100000

-50000

0

50000

1 2 3

Gambar 12 Grafik PT. Kalbe Farma Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

Page 10: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

1098 Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Gambar 12 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Kalbe Farma Tbk

tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana hasil

yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal biasanya

menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya.

Sumber: hasil olah data

Gambar 13 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Tempo Scan Pacifik

Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM harga menjadi

terlalu murah pada tahun pertama dan pada tahun kedua harga menjadi terlalu mahal, sedangkan pada tahun

ketiga harga kembali menjadi terlalu murah dan pada metode DCF harga menjadi terlalu murah pada tahun

pertama sedangkan pada tahun kedua dan ketiga harga menjadi terlalu mahal. Harga yang murah biasanya

merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga yang mahal biasanya menguntungkan

bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual sahamnya ke investor.

Sumber: hasil olah data

Gambar 14 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Unilever Indonesia

Tbk tidak memberikan perbedaan harga dalam menentukan kewajaran harga dari tiap lembar saham dimana

hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu mahal dalam kedua metode tersebut. Harga yang mahal

biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia menjual

sahamnya ke investor.

Sumber: hasil olah data

605.421196.67

2262.923125

1066.1

7425.74

647.7 961.42 1151.06

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

1 2 3

Gambar 13 Grafik PT. Tempo Scan Pacific Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

9445.83

15020.83 16091.67

313.95 188.393192.983230.53 3928.32 4829.91

0

5000

10000

15000

20000

1 2 3

Gambar 14 Grafik PT. Unilever Indonesia Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

6041.67 7662.5 8029.1711940.29 13492.06 14800

5018.22 5785.31 6174.78

0

5000

10000

15000

20000

1 2 3

Gambar 15 Grafik PT. Mandom Indonesia Tbk

Nilai Pasar

DDM

DCF

Page 11: Metode DDM Dan DFCF

ISSN 2303-1174 Ulfa Yulfita, Penilaian Harga Saham...

Jurnal EMBA 1099 Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1089-1099

Gambar 15 menunjukkan bahwa penerapan kedua metode baik DDM dan DCF di PT. Mandom Indonesia

Tbk memberikan penjelasan yang berbeda, karena hasil yang didapatkan pada metode DDM selama 3 tahun

harga menjadi terlalu murah sedangkan pada metode DCF hasil yang didapatkan selama 3 tahun harga terlalu

mahal. Harga yang murah biasanya merupakan saat yang tepat bagi investor untuk membeli saham dan harga

yang mahal biasanya menguntungkan bagi perusahaan karena pada saat itu adalah saat yang tepat untuk dia

menjual sahamnya ke investor.

PENUTUP

Kesimpulan

Penerapan kedua metode yang digunakan untuk menghitung harga wajar per lembar saham yang

diterbitkan setiap sektor tidak terlalu memiliki perbedaan harga, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan

perbandingan harga wajar saham dengan harga pasar saham, dari perubahan harga dari terlalu mahal dan terlalu

murah, hal ini sebetulnya dapat menjadi perhatian bagi investor dan perusahaan pada posisi harga yang mana

mereka mengambil keputusan untuk membeli ataupun menjual sahamnya.

Saran

Penulis menyarankan beberapa hal yaitu:

1. Model valuasi saham tidak hanya menggunakan metode DDM dan DCF. Penulis menyarankan bagi

peneliti selanjutnya agar menggunakan metodelain seperti CAPM, PER atau PBV sebagai perbandingan.

2. Keputusan berinvestasi merupakan keputusan yang sangat berisiko, untuk itu sebelum memutuskan untuk

membeli atau menjual sahamnya investor sebaiknya terlebih dahulu melakukan valuasi harga saham, untuk

menghindari harga saham yang hanya ditentukan oleh faktor spekulasi dan estimasi prospek perusahaan

yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Erianda Budi, Arif siswanto, Renny nur’ainy. 2011. Penentuan Harga Wajar Saham PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk dengan Metode Gordon Growth Model. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Depok.

Fahmi Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Cetakan Pertama, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Hermawan Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Penerbit PT. Grasindo, Jakarta.

Moechdie H, Abi & Ramelan Haryajid. 2012. Gerbang Pintar Pasar Modal. Cetakan pertama, Penerbit PT.

Capital bridge advisory, Jakarta.

Parahita, 2008. Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham

http://parahita.wordpress.com/2008/11/15/bagaimana-cara-menentukan-harga-wajar-saham/. Diakses

Maret, 16, 2013.

Porman Tambunan Andi. 2010. Menilai Harga Wajar Saham. Cetakan keempat. Penerbit PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Raharjo Sapto. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan (Panduan Investasi Saham dari A-Z). Cetakan ke-2,

Penerbit PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.

Rangkuti Freddy. 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Situmorang parluhutan, Jauhari mahardhika, Tri listiyarini. 2010. Jurus-Jurus Berinvestasi Saham Untuk

Pemula. Cetakan Pertama, Penerbit TransMedia Pustaka, Jakarta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Penebit Alfabeta, Bandung.

Tandelilin Eduardus, 2010. Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). Edisi Pertama, Penerbit kanisius,

Yogyakarta.

Tanuwidjaja William, 2008. Siasat Investasi Cerdik, Cetakan Pertama, Penerbit Medpress, Yogyakarta.