metode dakwah ustadz suhro suhaemi di mushalla … roziqin-fdk.pdflembar pengesahan skripsi berjudul...
TRANSCRIPT
METODE DAKWAH USTADZ SUHRO SUHAEMI DI
MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA
JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN
KERUKUNAN ANTAR KARYAWAN
Oleh :
Choirul Roziqin
NIM: 109051000079
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
METODE DAKWAH USTADZ SUHRO SUHAEMI DI
MUSHALLA AN.NABAWI HOTBL MENARA PENINSULA
JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN
KERUKUNAN ANTAR KARYAWAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Korn. I)
Oleh:
Choirul Roziqin
Nim: 109051000079
Dosen Pembimbing
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIJURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1434 H./2013 M.
NIP: 19710816
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di Mushalla
An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat Dalam Meningkatkan
Kerukunan Antar Karyawan telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri ruf$ Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 27 Mei 2013. Slaipsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memeroleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakafta, 27 Mei2013
Sidang Munaqasyah
Sidang
--..{_Drs. H. M ud Jalal M.A
195 198103 1 002
Anggota
Penguji I
NIP: 19690221 199703 1 001
Sekretaris Sidang
1971081
(\./:\JDr. Sihabudin Noirfta hidin Sa
Dosen Pembimbing
NIP: 197108 199743 2 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memeroleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penilisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 19 Mei 2013
\ Choirul Roziqin
i
ABSTRAK
Choirul Roziqin
Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di Mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Kerukunan Antar
Karyawan
Dakwah merupakan ajakan kepada jalan yang benar, yang diridhai oleh
Allah SWT menuju kebahagian dunia dan akhirat. Melalui dakwah masyarakat
mengetahui Islam seperti apa dan bagaimana, dengan dakwah seseorang
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk itu dakwah sangat
dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini, karena di dalam dakwah
terdapat ilmu-ilmu yang datang dari Allah yang di dalamnya merupakan suatu
kebaikan bagi manusia, selain itu dalam dakwah terdapat cara bagaimana
seseorang bisa berakhlak baik, bermanfaat, bagaimana manusia bisa taat kepada
Tuhannya, dan mencintai rasulnya. Di antara para da’i atau ustadz yang
menjalankan perintah dari baginda Nabi Muhammad SAW ialah ustadz Suhro
Suhaemi, beliau adalah salah satu pengajar pengajian mingguan yang ada pada
Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat untuk meningkatkan kerukunan antar
karyawan.
Untuk memperdalam penelitian ini, penulis memberikan perumusan
masalah sebagai berikut Metode dakwah apa saja yang dilakukan oleh ustadz
Suhro Suhaemi dalam meningkatkan kerukanan antar karyawan Hotel Menara
Peninsula Jakarta Barat? Seperti apa peningkatan kerukunan antar karyawan di
Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat?
Teori yang digunakan adalah teori Source, Massage, Channel, Receiver
(SMCR). Strategi dari teori ini adalah menggunakan satu arah (one way) yang
menekankan penelitian kepada sumber. Sumber merupakan pihak yang memiliki
pesan dari berbagai referensi yang dapat dipercaya. Sumber memiliki pengaruh
terhadap perorangan maupun kelompok. Sumber utama dalam penulisan skripsi
ini adalah ustadz Suhro Suhaemi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif
dimana penulis menggambarkan metode dakwah ustadz Suhro Suhaemi di
mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat dalam meningkatkan
kerukunan antar karyawan.
Metode dakwah yang digunakan oleh beliau adalah metode ceramah,
metode tanya jawab, metode memberikan ringkasan materi dan metode praktik.
Adapun peningkatan kerukunan antar karyawan yang terjadi adalah, semakin
meningkatnya rasa keseragaman antar sesama. Yang sebelumnya belum mengenal
satu sama lain menjadi saling mengenal. Ketika pertama kali pengajian tersebut
diadakan, jumlah jama’ah hanya sedikit, sekarang semakin bertambah yang
datang ke mushalla An-Nabawi untuk ikut bergabung dalam pengajian tersebut.
Kepedulian antar sesama semakin meningkat terlihat ketika makan bersama dalam
satu wadah. Dan meningkatnya rasa saling membutuhkan, menghargai,
mengingatkan dan memerhatikan satu di antara yang lainnya.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan beragam
macam kenikmatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrips yang berjudul:
“Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di Mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Kerukunan Antar
Karyawan” ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari alam yang gelap
gulita hingga alam yang terang benderang ini.
Dalam proses penulisan skripsi ini, tentu dan pastinya tanpa adanya
dorongan, dukungan, dan bantuan dari orang-orang yang sangat luar biasa ini,
mungkin penulisan skripsi ini belum dapat terselesaikan, oleh sebab itu ungkapan
terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
1. Ayahanda tercinta Ismail dan Ibunda Een Rukmini, yang telah dengan sabar
membimbing ananda dalam perjalanan study ananda. Terimakasih yang tak
terhingga baik dukungan yang berupa moril maupun materil. Ananda sangat
sadar, begitu amat banyaknya yang telah Ayahanda dan Ibunda berikan
kepada ananda, akan tetapi ananda tidak dapat membalas semua jasa
Ayahanda dan Ibunda tercinta. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.
2. Bapak Drs. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi beserta Pembantu Dekan I, II dan III.
iii
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si., selaku ketua prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam, yang telah membantu penulis dalam berbagai hal dan memberikan
nasehat yang sangat berharga kepada penulis.
4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A., selaku sekretaris prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah
banyak meluangkan waktuya, membantu, mendukung dan mencurahkan
pemikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Pimpinan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi beserta para stafnya,
yang telah berkenan meminjamkan buku-buku perpustakaan kepada penulis.
6. Para dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan, keikhlasan serta
penuh kesabaran.
7. Para karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah
penulis dalam segala urusan yang berkaitan dengan kuliah dan skripsi ini.
8. Para guru spiritual penulis, ustadz Suhro Suhaemi, ustadz Yudi Ismail (yang
menemani penulis hingga larut malam), ustadz Musa Sa’abah, ustadz Ahmad
Hidayat, ustadz Ade Hidayat, ustadz Misbahul Jannah, ustadz Astar Fauzi,
kiyai Sukarja al-Bantani, al-Habib Abdul Muthalib bin Hasyim Alaydrus dan
para ustadz yang telah memberikan dukungan dan do’a kepada penulis.
9. Para pengurus mushalla An-Nabawi, bapak ustadz Mansur, bapak ustadz
Sofyan dan para pimpinan beserta para karyawan Hotel Menara Peninsula
yang telah mengizinkan penulis untuk dijadikan objek penelitian pada skripsi
ini.
iv
10. Teman-teman seperjuangan, Ana Rosyana, Fa-ang, Wanda, Syamsul, Prian,
Zek, Udin, Hendra CB, Ilham G, Wawan US dan lain-lain yang tidak dapat
penulis sebutkan seluruhnya, yang telah mendukung penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh kawan-kawan di kampus, kawan-kawan KPI C angkatan 2009,
kawan-kawan KKN SADARI dan kawan-kawan lainnya yang selalu
mendukung penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis memanjatkan do’a dan
menyerahkan segalanya, semoga seluruh amal kebaikkan mereka diterima oleh
Allah SWT. Dan semoga dibalas dengan ganjaran yang lebih dari-Nya. Selain itu,
penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca umumnya. Kritik serta saran sangat penulis harapkan agar
skripsi ini menjadi yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 19 Mei 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAF ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 10
F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Metode Dakwah ............................................................................. 14
B. Pengertian Ustadz .......................................................................... 23
C. Pengertian Hotel ........................................................................... 24
D. Kerukunan Antar Karyawan .......................................................... 25
E. Karyawan ....................................................................................... 26
BAB III PROFIL USTADZ SUHRO SUHAEMI DAN MUSHALLA AL-
NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA JAKARTA BARAT
A. Profil UstadzSuhro Suhaemi ........................................................... 31
B. Profil Umum Mushalla An-NabawiHotel Menara Peninsula .......... 38
C. Visi dan Misi Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula ........ 39
vi
D. Struktur Kepengurusan Mushalla An-Nabawi Hotel Menara
Peninsula .......................................................................................... 40
E. Kegiatan Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula ................ 40
BAB IV ANALISA
A. Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi ......................................... 43
B. Peningkatan Kerukunan Antar Karyawan di Hotel Menara
Peninsula Jakarta Barat ................................................................... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 59
B. Saran ................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu manusia pada hakikatnya menginginkan kebahagian
atau kesenangan hidup di dunia maupun di akhirat nanti. Agama Islam
memberi jaminan kepada pemeluknya akan terwujud kebahagian dan
kesejahteraan umat manusia di dunia dan di akhirat, jika agama itu dijadikan
sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sesungguh-sungguhnya.1
Dan tentu dengan berpedoman pada al-Qur’an dan al-Sunnah.
Seiring berjalannya waktu, maka kemajuan dan kesejahteraan umat
Islam semakin dibutuhkan oleh masyarakat, baik kalangan bawah, menengah,
maupun kalangan atas sekalipun. Sehingga dewasa ini banyak lembaga-
lembaga pemerintahan maupun swasta, atau jasa penginapan (seperti hotel)
yang mendirikan majelis taklim di dalam lembaga atau kewirausahaan
tersebut, yang tujuannya adalah untuk menjaga kerukunan antar karyawan.
Kata rukun, ketika menjadi kata sifat dalam bahasa Indonesia, mengandung
arti “Damai atau Bersatu Hati” (tidak bertengkar/tidak cekcok).2
Kerukunan sebuah perusahaan atau instansi akan dapat tercapai apabila
antar karyawan dalam perusahaan atau instansi memiliki rasa perdamaian
yang kuat (tidak cekcok antar karyawan), sehingga dapat memberi dampak
positif bagi perkembangan perusahaan. Namun, perdamaian tersebut tidak
tumbuh begitu saja, harus ada kesadaran dari masing-masing karyawan
1Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993),
Cet. Ke-3, h. 1. 2A. A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Wahyu Media, 2012),
Cet. Ke-5,h. 482.
2
tentang arti kebersamaan dan perdamaian. Semua itu akan tumbuh pada diri
karyawan apabila terdapat pemahaman yang kuat tentang agama. Pemahaman
agama merupakan pondasi awal untuk menjadikan manusia bertingkah laku
baik, berkasih sayang, tidak saling menjatuhkan, menghina, menghujat dan
sebagainya. Seperti fiman Allah SWT, yang memerintahkan perdamaian
(kerukunan) di antara saudara-saudara seiman, firman tersebut terdapat dalam
Surat al-Hujarat/49: 10, sebagai berikut:
اوما المؤ مىىن اخىة فأ صلحىا بيه أخىيكم واتقىااهلل لعلكم ترحمىن
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya
kamu mendapatkan rahmat”3
Ayat diatas memberi penjelasan bahwa, begitu penting arti perdamaian
di antara manusia, sehingga dengan hidup damai maka Allah akan
menurunkan rahmat-Nya ke dunia. Dalam hal ini, maka dibutuhkanlah
seseorang yang dapat memberi pengaruh di dalam urusan tersebut, tidak lain
adalah seorang kiyai, ustadz, atau para da’i. Seorang da’i yang mengetahui
dan memahami ilmu agama sangatlah dibutuhkan kehadirannya dalam
menuntun umat ke jalan yang benar, yaitu jalan menuju kebahagian dunia dan
akhirat. Para ustadz atau kiyai mempunyai kewajiban dalam menyampaikan
ilmu agama kepada umatnya, selain itu mereka harus mampu memberi
pengaruh yang kuat kepada umat tentang ajaran yang mereka sampaikan,
sehingga dapat menjadi amalan yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari, baik amalan berupa akhlak, aqidah, maupun amalan lain. Semua itu akan
3Muhammad Saifudin, Syaamil Al-Qur’an Miracle The Reference, (Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), h. 516.
3
terwujud apabila diiringi dengan rasa keikhlasan dan kesabaran antar pihak,
yaitu pihak yang menyampaikan pesan dengan pihak yang menerima pesan
tersebut, sehingga pesan yang disampaikan dapat berjalan dengan baik.
Sebuah pesan akan dapat diterima oleh umat, jika pesan itu
tersampaikan dengan cara yang baik. Dalam hal ini maka dibutuhkan sebuah
alat atau pedoman bagi para ustadz, kiyai, atau da’i dalam menyampaikan
pesan tersebut. Alat itu berupa dakwah yang dilakukan melaui kegiatan
ceramah, diskusi, maupun metode lain. Dengan berdakwah, maka para da’i
dapat menyampaikan ajaran agama Islam kepada umat. Seorang da’i juga
membutuhkan sebuah pedoman dalam menyampaikan ajarannya, sehingga
ajaran yang disampaikannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Pedoman tersebut berupa Al-Qur’an dan al-Sunnah. Tanpa adanya pedoman,
maka sebuah ilmu tidak dapat diajarkan, sudah pasti manusia akan tersesat,
dan akan merasakan kegelisahan, kegundahan, bahkan kemelaratan dalam
kehidupannya. Apabila kegelisahan, kegundahan, serta kemelaratan sudah
mengalir pada umat, maka tidak menutup kemungkinan umat akan kehilangan
akhlak al-karimah (akhlak yang mulia) yang diajarkan oleh baginda Nabi
Muhammad SAW. Manusia akan saling menindas satu sama lain, sifat
egoisme akan timbul dari diri manusia dan masih banyak lagi kemungkinan
lain yang bisa terjadi dan dapat menjerumuskan manusia ke jalan yang tidak
benar, sehingga mengakibatkan semakin merosotnya kualitas moral manusia.
Mengajak manusia ke jalan yang benar bukanlah hal yang mudah,
semudah membalikkan telapak tangan. Namun, merupakan suatu kewajiban
bagi seluruh manusia untuk menyeru atau mengajak manusia lain agar
beribadah kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemakmuran dan
4
kesenangan umat manusia itu sendiri. Sehingga Allah SWT berfirman dalam
Surat al-Nahl/16: 125 berikut:
ادع إلى سبيل ربك بالحكمت والمىعظت الحسىت وجادلهم بالتي هي
أحسه إن ربك هى أعلم بمه ضل عه سبيله وهى أعلم بالمهتديه
Artinya:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih memngetahui siapa yang
mendapat petunjuk.”4
Jika diperhatikan ayat di atas, kata ud’u yang diterjemahkan dengan
ajakan adalah fi’lu al-amri. Merujuk pada aturan ushul fiqh, yaitu “al-amru
idza utliqa yansharifu li al-wujub”(“setiap perintah apabila dengan cara yang
mutlak (benar-benar perintah) tanpa memakai ikatan maka dipergunakan
untuk perintah wajib, maka wajib dilaksanakan oleh umat Islam”)
Jadi, menyeru atau mengajak manusia ke jalan yang benar dan diridhai
Allah SWT adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam. Akan tetapi apabila
sudah ada yang melaksanakan maka gugur bagi yang lain. Perlu diketahui
bahwa wajib dibagi menjadi dua, yaitu fardhu kifayah dan fardhu a’in.
Fardhu kifayah adalah apabila salah satu dari mereka sudah ada yang
melaksanakannya, maka gugurlah dosa bagi yang lainnya. Fardhu a’in yaitu
wajib bagi setiap muslim yang mukallaf (orang yang sudah baligh,
mempunyai akal, mempunyai salah satu dari pendengaran atau penglihatan,
dan mendapatkan dakwah Rasulullah SAW, yaitu ajaran Rasulullah SAW
sampai ke pendengarannya atau penglihatannya, baik melalui ceramah atau
4 Muhammad Saifudin, Syaamil Al-Qur’an Miracle The Reference, (Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), h. 559.
5
dengan yang lainnya) untuk melaksanakan perintahan Allah SWT dan Rasul-
Nya.
Dakwah Islam merupakan aktivitas yang diwariskan Nabi Muhammad
SAW kepada umatnya. Tentu sebagai umat Nabi Muhammad SAW, menjaga
dan memelihara agama merupakan hal yang sangat penting. Sebagai umat
Rasulullah SAW, kekuatan Islam tidak terletak pada pengucapan kalimat
“Allahu Akbar”, lalu Islam tersebar luas begitu saja di alam jagat raya ini,
akan tetapi dibutuhkan ikhtiar dan perjuangan. Perjuangan para da’i, lah yang
membuat islam tersebar luas di alam jagat raya ini, dengan perjuangan
mereka, maka insya Allah kemulian, kekuatan, dan eksistensi Islam bisa
dikembalikan sebagaimana terjadi di masa lalu.5
Kembali pada sejarah di zaman rasul, bahwa pada saat Rasulullah
SAW menyebarkan agama Islam di tanah Arab, saat itu banyak cobaan-
cobaan yang Nabi Muhammad SAW hadapi.6 Cacian, makian, dan hinaan
silih berganti menghampiri Rasulullah SAW, akan tetapi beliau tetap
istiqamah untuk berdakwah dengan visi dan misi menyebarkan (dakwah)
dengan akhlak yang mulia. Berbeda dengan zaman sekarang, berdakwah pada
saat ini sangatlah rentan cobaan, sungguh tidak sedikit godaan-godaan yang
mengarah pada kehancuran manusia, begitu banyaknya masalah-masalah yang
dihadapi oleh para da’i dalam menyampaikan ajaran islam kepada umat,
seperti tumbuhnya organisasi-organisasi islam baru, sehingga islam menjadi
agama yang berkotak-kotak, terbatasi oleh adanya pembimbing yang berbeda-
beda, yang satu sama lain timbul rasa paling benar, angkuh, dan sebagainya.
5Ahmad Mahmud, Dakwah Islam (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), h. 15.
6Muhammad Amahzun, Manhaj Dakwah Rasulullah (Jakarta: Qisthi Press, 2004), cet.
Ke-1, h. 30.
6
Hal ini menjadi persoalan yang harus diperhatiakn oleh para ulama atau da’i,
agar perbedaan tersebut tidak menjadikan umat islam terpecah-belah. Oleh
karena itu, keilmuan, pengalaman, dan metode da’i di seluruh kalangan umat
juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk mengundang umat muslim
menjadi satu.
Sebagai pendakwah, usaha yang dilakukan tidak sebatas pada
penyampaian pesan dakwah saja, akan tetapi seorang da’i harus juga
memerhatikan metode dakwah yang digunakan. Banyak metode yang dapat
dilakukan oleh para da’i untuk melakukan kegiatan dakwahnya, metode yang
dilakukan dapat berupa metode ceramah, metode diskusi, pengajian, atau
metode lain yang dapat mengundang umat menjadi tertarik dalam mempelajari
ilmu agama. Namun, dewasa ini umat Islam semakin terlihat kecerdasannya,
sehingga apabila seorang da’i salah dalam menggunakan metode dakwahnya,
maka tidak menutup kemungkinan umat akan menghindar dari majelis taklim
tersebut. Apabila hal itu terjadi, maka akan timbul kemerosatan moral pada
umat, seperti yang kita ketahui, bahwa berhasil atau tidaknya sebuah dakwah
sangat bergantung pada da’i dalam memberikan pengaruh kepada mad’u.
Meski keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan oleh da’i, akan tetapi da’i
yang paling memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan
dakwah.
Banyak yang dapat dilakukan untuk menjalankan dakwah al-
Islamiyyah, seperti menulis buku, membangun lembaga pendidikan,
mempresentasikan ceramah, menyampaikan khutbah jum’at, pergaulan yang
baik dengan keteladanan, atau pengajaran secara rutinitas di masjid-masjid,
mushalla-mushalla, pesantren-pesantren dan majelis taklim bahkan sebagian
7
perkantoran-perkantoran, instansi-instansi pemerintah dan perusahaan-
perusahaan yang sudah mendirikan majelis taklim seperti perhotelan, rumah
sakit, radio, televisi, bahkan internet.
Di antara para da’i atau ustadz yang menjalankan perintah dari baginda
Nabi Muhammad SAW ialah ustadz Suhro Suhaemi, beliau adalah salah satu
pengajar pengajian mingguan yang ada pada Hotel Menara Peninsula Jakarta
Barat. Beliau adalah salah satu ustadz di wilayah Palmerah Jakarta Barat.
Sudah banyak kitab yang beliau baca tentang ilmu nahwu dan sharaf, berikut
kitab Alfiyyah dan Syarah-nya/penjelasannya (seperti: kitab hudhori, kitab
makuudi, dan kitab ibnu hamdun). Dari pengetahuan dan pemahaman
agamanya yang baik menjadikan pengurus dari pengajian mingguan di hotel
peninsula ini tertarik untuk meminta ustadz Suhro Suhaimi, untuk
memberikan pemahaman agama kepada karyawan sekaligus meningkatkan
kerukunan antar karyawan di Hotel Menara Peninsula. Kegiatan dakwah yang
dilakukan beliau adalah pengajian, Pengajian merupakan sebuah kegiatan
pendidikan agama non formal di mana waktu belajarnya secara berkala dan
teratur. Dalam kegiatan tersebut, beliau mengajarkan tentang ilmu aqidah,
fiqh, dan lain-lain. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah memberi pemahan
yang mendalam tentang Islam kepada para karyawan di hotel tersebut, karena
sebagai makhluk ciptaan-Nya, kita tidak hanya dituntut untuk mencari
kesenangan dunia saja, tetapi harus ada pemahaman tentang kehidupan di
akhirat, yang tujuannya sebagai bekal hidup kita di akhirat nanti.
Kegiatan yang dilakukan oleh ustadZ Suhro Suhaemi di Hotel Menara
Peninsula, merupakan kegiatan yang bisa dikatakan jarang kita jumpai, karena
8
tidak semua instansi, lembaga, atau perusahaan memberi wadah bagi
karyawannya untuk menuntut ilmu di sela-sela jam istirahat setelah bekerja,
maka hal ini patut kita syukuri. Hal ini merupakan suatu perkembangan pada
bidang dakwah, yang dapat memberi dampak positif pada semua umat Islam,
karena selama ini masyarakat menganggap bahwa dalam menuntut ilmu
agama hanya dapat mereka jumpai di tempat-tempat khusus saja, seperti di
masjid-masjid atau mushalla-mushalla, sehingga membuat mereka harus
meluangkan waktu khusus di sela-sela kesibukan bekerja, yang sangat sulit
dilakukan oleh mereka. Namun, dengan perkembangan zaman, ajaran Islam
tidak hanya dapat disampaikan pada tempat-tempat seperti yang tersebut di
atas, melainkan sudah masuk pada instansi-instansi pemerintahan bahkan yang
sangat menggembirakan sudah masuk pada jasa penginapan atau yang kita
kenal dengan perhotelan, yaitu Hotel Menara Peninsula. Hal tersebut akan
memberi kemudahan bagi masyarakat yang merasa dirinya kurang
mendapatkan ilmu agama yang dikarenakan oleh kesibukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis
ke dalam skripsi yang berjudul “Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di
Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat Dalam
Meningkatkan Kerukunan Antar Karyawan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi penelitian
ini pada metode-metode dakwah yang telah digunakan oleh ustadz Suhro
Suhaemi di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat,
dalam meningkatkan kerukunan antar karyawan. Berdasarkan masalah di atas,
9
maka perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan dalam beberapa bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Metode dakwah apa saja yang digunakan oleh ustadz Suhro Suhaemi
dalam meningkatkan kerukanan antar karyawan Hotel Menara Peninsula
Jakarta Barat?
2. Seperti apa peningkatan kerukunan antar karyawan di Hotel Menara
Peninsula Jakarta Barat?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengungkapkan metode dakwah ustadz Suhro Suhaemi dalam
berdakwah di kalangan karyawan Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat.
b. Untuk mengetahui pentingnya penggunaan metode dakwah, demi
menunjang pemahaman mad’u terhadap materi yang disampaikan da’i dan
pemahaman secara khusus pada materi pengajian Tauhid, Fiqh dan
Tasawuf terhadap karyawan Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan untuk mengetahui dan
memahami metode dakwah ustadz Suhro Suhaemi sebagai guru atau ustadz di
kalangan karyawan Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat.
1. Secara akademis, dengan adanya penelitian ini, akan dapat membantu
penulis untuk menambah wawasan ilmu dakwah, memberi tambahan
wacana juga sekaligus menjadi referensi untuk keperluan studi dan
kemudian bisa menjadi bahan bacaan kepustakaan.
2. Secara praktis, penulis berharap dengan adanya tulisan ini, dapat
10
menambah wawasan serta pengetahuan tentang bagaimana metode dakwah
ustadz Suhro Suhaemi pada karyawan Hotel Menara Peninsula Jakarta
Barat. Karena menurut hemat penulis, dewasa ini, pemahaman agama
secara mendalam sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas khususnya pada
karyawan Hotel Menara Peninsula, untuk mengetahui jalan yang benar,
yaitu jalan yang menjadikan manusia memiliki kesenangan di dunia dan di
akhirat, sehingga menciptakan ketenangan hati serta batiniyyah seseorang.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum lebih jauh penulis
melanjutkan penelitian ini dan kemudian menjadi sebuah karya ilmiah, maka
penulis menempuh langkah awal dengan mengkaji karya ilmiah terdahulu
yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Adapun
tujuan atau maksud dari penelitian ini, untuk mengetahui bahwa permasalahan
yang penulis teliti berbeda dengan yang diteliti sebelumnya.
Setelah penulis megadakan kajian pustaka, penulis menemukan beberapa
skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan judul yang akan penulis
teliti. Skripsi tersebut antara lain adalah skripsi karya Nasrullah Nahrawi
Tahun 2010 yang berjudul “Metode Dakwah Muhammad Sanwani Na’im
dalam Menghambat Gerakan Kristenisasi di Wilayah Cipete Utara”, skripsi
karya Nur Hidayat Tahun 2010 yang berjudul “Metode Dakwah Ustadz
Mufakhir dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Terhadap Jama’ah
Masjid Baiturrahman Legoso”, dan skripsi karya Aldila Syahfina di Tahun
2013 yang berjudul “Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan
dalam Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)”.
11
Dari sekian judul skripsi yang tertera di atas, secara teori memang
mengangkat teori yang sama. Namun, yang membedakan dari penelitian ini
adalah objek dan subjek yang akan diteliti. Kemudian yang menjadi kelebihan
dari penelitian ini adalah sebuah dakwah yang diadakan di dalam hotel untuk
para karyawan.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan
Dalam pembahasan skiripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif yaitu dengan metode deskriptif atau menggambarkan
metode dakwah ustadz Suhro Suhaemi.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah ustadz Suhro Suhaemi
b. Objek dalam penelitian ini adalah para mad’u yang mengikuti
pengajian rutin di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Jakarta Barat.
3. Tahapan Penelitian
Agar penulisan ini dapat berjalan sesuai dengan kaidah yang akan
dibahas, maka penulis akan memngumpulkan data-data dan informasi
yang sesuai dengan permasalahan penelitian, oleh sebab itu penulis
melakukan komunikasi secara langsung dan tidak langsung, dan penulis
juga akan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Wawancara (Interview)
Pengumpulan data ini akan melakukan metode Tanya-Jawab
berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan secara langsung
12
kepada yang bersangkutan, yaitu ustadz Suhro Suhaemi mengenai
metode, alasan dan tujuan beliau tentang dakwah terhadap karyawan
Hotel Menara Peninsula yang mengikuti pengajian rutinnya.
b. Observasi
Demi menunjang sebuah penelitian yang sempurna, maka
penulis akan melakukan observasi langsung pada subjek dan objek
penelitian dengan menggunakan metode lapangan dengan cara
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan segala metode
dakwah ustadz Suhro Suhaemi di kalangan karyawan Hotel Menara
Peninsula yang mengikuti pengajian rutinnya.
c. Dokumentasi
Yakni teknik mengumpulkan data melalui pengumpulan
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dalam penelitian
ini dokumen yang bisa dijadikan sumber yaitu seperti buku-buku,
model yang memuat dan dijadikan media dakwah serta artikel-artikel
yang berkaitan dengan metode dakwah ustadz Suhro Suhaemi.
G. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah dan sistematis dalam pembahasan penelitian ini,
sehingga tampak adanya gambaran yang terarah, logis, dan saling
berhubungan antara bab dengan bab, maka penulisan skripsi ini dibagi ke
dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan: yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka konsep, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
13
BAB II Landasan Teori: yang membahas pengertian metode dakwah,
macam-macam dakwah, unsur-unsur dakwah dan pengertian ustadz,
pengertian karyawan, pembagian karyawan dan kerukunan antar karyawan.
BAB III Gambaran Umum: sekilas membahas tentang profil ustadz
Suhro Suhaemi, sekilas perjuangan awal mula berdirinya mushalla dan
pengajian rutin yang ada di Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat, tujuan dari
pengajian rutin yang ada di Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat.
BAB IV Temuan dan Analisa Data: yang meliputi metode dakwah
yang digunakan ustadz Suhro Suhaemi di Hotel Menara Peninsula Jakarta
Barat dalam memeningkatkan kerukunan antar karyawan, Hambatan-
hambatan yang dihadapi beserta Solusinya.
BAB V Penutup: yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Dakwah
1. Pengertian Metode
Metode menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu kata yang
pertama adalah “Meta” yang mengandung arti melalui, dan kata yang
kedua adalah “hodhos” yang mengandung arti jalan atau cara.1 Ada juga
yang mengatakan bahwa, kata metode berasal dari bahasa latin, yaitu
Methodus yang berarti cara. Berbeda dalam bahasa Yunani, Methodus
berarti cara atau jalan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, Method
dijelaskan dengan metode atau cara.2
Kata metode sudah tidak asing lagi dalam bahasa Indonesia, karena
kata metode sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia yang memiliki
pengertian “suatu cara yang dapat ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelas untuk mencapai menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem,
tata pikiran manusia”.3 Abdul Kadir Munsyi, dalam bukunya yang
berjudul Metode Diskusi dalam Dakwah, bahwa metode sebagai cara
untuk menyampaikan sesuatu.4
Melihat dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang digunakan secara
sistematis agar memberikan kemudahan seseorang untuk mencapai suatu
1M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara. 1991), cet. Ke-1, h. 61.
2Woyo Wasito, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Cy Pres, 1974), h. 208.
3Elyas Anten, Ashi Injilizi Arabig (Mesir: Elyas Modern Press, 1951), h. 438.
4Abdul Kadir Mansyi, Metode Diskusi dalam Dakwah (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), h.
438.
15
tujuan yang diinginkan, agar tujuan tersebut dapat dicapai dengan
semaksimal mungkin.
2. Pengertian Dakwah
Kata dakwah jika dilihat dari segi bahasa (etimologi) berasal dari
bahasa Arab yaitu ( دعوة- يدعو - دعا ) yang mengandung arti menyeru,
memanggil, mengajak atau menjamu.5 Jika dilihat dari segi istilah
(terminology) kata dakwah mengandung arti merangkul atau mengajak
manusia dengan cara yang amat bijaksana menuju jalan yang benar sesuai
dengan petunjuk Allah SWT untuk mendapatkan kesenangan, ketenangan,
kenyamanan, keselamatan dan kebahagian di dunia dan di akhirat.6
Adapun menurut DR. Wardi Bachtiar dalam bukunya yang
berjudul Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, mengatakan bahwa dakwah
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk mengubah keadaan
seseorang menuju pada keadaan yang lebih baik serta tidak keluar dari
kaidah-kaidah ajaran agama Islam, yang pada intinya mengajak manusia
kejalan yang diridhai oleh Allah SWT.7
Sehingga dapat dikatakan bahwa dakwah adalah seruan atau
ajakan untuk seluruh manusia kepada kebaikkan. Tujuan dari pada
dakwah adalah untuk menagajak manusia kembali ke jalan yang benar
menuju kesenangan, ketenangan, kenyamanan, keselamatan dan
kebahagian di dunia dan di akhirat yaitu jalan yang diridhai oleh Allah
SWT.
5Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah,
1989), h. 127. 6Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1998). Cet. Ke-3, h. 1.
7Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 31.
16
3. Pengertian Metode Dakwah
Setelah diketahui pengertian dari metode dan dakwah, maka perlu
diketahui apa yang dimaksud dengan metode dakwah. Banyak para ahli
dakwah memberikan pengertian, apa yang dimaksud dengan metode
dakwah.
Berikut ini para ahli dakwah memberikan pengertian metode
dakwah sebagai berikut:
a) Syamsul Munir Amin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah,
memberikan pendapat bahwa metode dakwah adalah cara-cara
penyampaian dakwah yang dilakukan oleh da’i atau da’iyyah kepada
individu, kelompok maupun masyarakat luas agar pesan-pesan tersebut
mudah diterima.8
b) Metode dakwah adalah cara atau jalan dalam menyampaikan materi
keagamaan tersebut. Sebuah dakwah membutuhkan cara atau proses
penyampain yang tepat demi tercapainya sebuah tujuan akhir. Seperti
penyusunan materi yang tepat, pemilihan bahasa yang mudah
dimengerti, adanya bahasa tambahan dan lain-lainnya untuk menarik
simpatik mad’u, dalam menyampaikan suatu pesan dakwah.9
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode dakwah adalah sebuah cara-cara yang dilakukan oleh da’i dalam
menyampaikan materi untuk para mad’u. Agar para mad’u dapat lebih
mudah menerima pesan yang disampaikan oleh da’i, sehingga seorang da’i
harus mempunyai metode dalam berdakwah, karena metode merupakan
cara untuk menyampaikan isi dakwah.
8Syamsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. Ke-1, h. 149.
9Mohammad Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet. Ke-1 h. 48.
17
4. Metode-metode Dakwah
Metode dakwah adalah sebuah cara yang dilakukan oleh da’i untuk
menyebarkan agama Islam. Dalam pembahasan mengenai metode dakwah,
ada beberapa kerangka dasar metode dakwah yang terkandung dalam al-
Qur’an al-Karim dalam Surat al-Nahl/16: 125 berikut:
ادع إلى سبيل ربك ببلحكمة والمىعظة الحسنة وجبدلهم ببلتي هي
أحسن إن ربك هى أعلم بمن ضل عن سبيله وهى أعلم ببلمهتدين
Artinya:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih memngetahui siapa yang
mendapat petunjuk.”10
Berdasarkan kandungan ayat di atas, maka dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa dalam dakwah terdapat tiga metode yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Metode Dakwah Bi al-Hikmah
Menurut Sa’id bin Ali bin Waqif al-Qarthawi yang dikutip dari
buku karangan Syamsul Munir Amin yang berjudul Ilmu Dakwah, al-
Hikmah mempunyai arti secara bahasa dan Istilah.
1) Secara bahasa al-Hikmah adalah
a) Adil, ilmu, sabar, kenabian, al-Qur’an, dan injil;
b) Membuat seseorang menjadi baik dan terhindar dari kerusakan;
c) Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu
yang utama;
d) Pengetahuan atau makrifat.
10
Muhammad Saifudin, Syaamil Al-Qur’an Miracle The Reference (Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), h. 281.
18
2) Secara istilah al-Hikmah adalah:
a) Tepat dalam perkataan dan perbuatan;
b) Mengetahui yang benar dan mengamalkannya;
c) Meletakkan sesuatu pada tempatnya;
d) Menjawab dengan tegas dan tepat.11
Berbeda dengan Siti Muriah dalam bukunya yang berjudul
Metode Dakwah Kontemporer, mengartikan al-Hikmah adalah
bijaksana, yaitu sebuah pendekatan dengan berbagai macam cara
sehingga mad’u dapat menjalankan syariat Islam atas keinginannya
sendiri.12
Maka dapat disimpulkan bahwa metode dakwah al-Hikmah
adalah metode atau cara yang dilakukan oleh da’i dengan berusaha
mencegah perbuatan seseorang yang tidak sesuai dengan ajaran agama
Islam dengan cara yang adil, bijaksana, cermat, dan teliti sesuai
dengan ajaran agama Islam itu sendiri. Kebijaksanaan tersebut tentu
diwujudkan dengan perkataan yang baik dan lembut, penuh kesabaran,
keramahan serta kelapangan. Seorang da’i diperintahkan untuk
mengajak, menyeru, dan meneggakkan amar ma’ruf nahi munkar
dengan cara bi al-Hikmah, yaitu melakukan dakwah dengan
melakukan cara pendekatan secara bijaksana dan cermat dengan
memerhatikan kondisi dan waktu mad’u.
b. Metode Bi al-Mauizhah al-Hasanah
Kata al-Mauizhah al-Hasanah pada dasarnya memiliki dua
kata yaitu al-Mauizhah dan al-Hasanah. Al-Mauizhah berasal dari kata
11
Syamsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. Ke-1, h. 99 12
Siti Muriah “Metode Dakwah Kontemporer” (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), cet.
Ke 1, h. 29.
19
mau’izhatun yang mengandung arti pengajaran atau nasihat.13
Dan kata
al-Hasanah berasal dari hasanatun yang mengandung arti perbuatan
yang baik.14
Metode ini merupakan sebuah nasihat yang baik berupa
petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, yang
diberikan oleh da’i kepada para mad’u sehingga dapat diterima,
berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran , menghindari
sikap kasar sehingga mad’u rela hati dan atas kesadarannya mengikuti
ajaran yang disampaikan oleh da’i. 15
Jadi, seorang da’i dalam
berdakwah atau menyampaikan materi agama atau memberi nasihat
penuh dari hati ke hati
Cara penyamapain Metode ini dapat melalui beberapa bentuk,
di antaranya melalui penuturan kisah-kisah umat terdahulu, dalam
bentuk peringatan atau dalam bentuk berita yang menggembirakan,
serta dalam bentuk pelukisan surga dan neraka beserta penghuninya.16
c. Metode Bi al-Mujadalah
Metode Bi al-Mujadalah adalah cara berdakwah menggunakan
jalan berdiskusi. Metode ini adalah cara atau jalan terakhir dalam
berdakwah. Dimana apabila kedua metode di atas (Metode Dakwah Bi
al-Hikmah dan Metode Bi al-Mauizhah al-Hasanah) dirasa tidak
cukup. Sayyid Qutub menyatakan bahwa dalam menerapkan metode
ini ada yang perlu diperhatikan yaitu:
13
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah,
1989), h. 502. 14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah,
1989), h. 103. 15
Syamsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. Ke-1, h. 99-100. 16
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1997), cet. Ke-1, h. 29.
20
1) Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekan, karena
tujuan metode ini bukan semata mencari kemenangan, akan tetapi
memudahkan mereka agar sampai pada titik kebenaran.
2) Tujuan metode ini semata-mata untuk menunjukkan kebenaran
sesuai ajaran Allah SWT.
Berdasarkan definsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode dakwah bi al-Mujadalah merupakan metode yang diberikan
oleh seorang da’i yang memberikan kesempatan kepada mad’u untuk
menanyakan sesuatu yang belum dipahami. Bisa juga sesuatu yang
sudah dipahami oleh mad’u namun, mad’u masih menginginkan yang
lebih mendalam lagi.
5. Bentuk-bentuk Dakwah
Dalam penyampaian dakwah dapat dikelompokkan menjadi
tiga bentuk dakwah, yaitu:
a. Dakwah bi al-Lisan
Dakwah bi al-Lisan ini adalah sebuah penyampaian dakwah
melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi secara langsung antara
da’i dan mad’u (obyek dakwah).17
Syamsul Munir dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah,
mengatakan bahwa dakwah bi al-Lisan yaitu dakwah yang
dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan
ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. Dari aspek
jumlah barangkali dakwah melalui lisan (ceramah dan lainnya) ini
17
Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 42.
21
sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah
masyarakat.18
Metode ceramah lisan sebagai jembatan dari pada isi yang
terdapat dalam hati. Sebuah perkataan yang baik, benar, masuk akal
dan tepat mengenai sasaran akan menjadikan mad’u tersentuh,
sehingga akrirnya bisa kembali ke jalan yang benar, serta diridhai oleh
Allah SWT. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT Surat al-
Nisa/4: 63, berikut:
اولئك الذين يعلم اهلل مب في قلىبهم فبعزض عنهم وعظهم وقل لهم
في انفسهم قىلب بليغإArtinya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada
mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.19
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa pemilihan kata-kat yang
baik dapat menjadikan mad’u tertarik dengan agama Islam. Seorang
da’i adalah seorang sosok (figure) yang dapat memberikan ketenangan
iman, jiwa dan perasaan mad’u, maka sepatutnya seorang da’i
menyampaikan kata-kata yang baik untuk para mad’u.
b. Dakwah bi al-Hal
Dakwah ini merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan
dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan mad’u.
Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh penerima dakwah. Sepertti, dakwah dengan membangun rumah
18
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11 19
Muhammad Saifudin, Syaamil Al-Qur’an Miracle The Reference (Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), h. 281.
22
sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan
keberadaan rumah sakit.20
Dakwah ini diletakkan kepada perubahan
dan perhatian kondisi material lapisan masyarakat miskin. Dengan
perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat mencegah
kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.21
Menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat secara luas,
seperti dengan cara mewujudkan gamelan sekatan, kesenian wayang
kulit yang sarat berisikan ajaran Islam, merintis permainan-permainan
anak yang berisikan ajaran Islam, mengajarkan lagu-lagu daerah yang
disisipi dengan ajaran Islam, serta mendirikan sebuah pesantren.22
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dakwah bi al-Hal ini
adalah sebuah dakwah yang dilakukan oleh da’i untuk mengatasi
kebutuhan dan kepentingan para mad’u khususnya dalam Bidang
Ekonomi, Pendidikan, dan Masyarakat. Ketika dakwah ini sampai dan
tepat kepada seseorang yang membutuhkannya, maka tujuan dakwah
untuk mengajak seseorang ke jalan yang benar akan lebih mudah
diterima.
c. Dakwah bi al-Qalam
Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan baik
dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet,
koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat
penting dan efektif. Serta tidak membutuhkan waktu secara khusus
20
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 178. 21
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 182 22
Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar sejarah dakwah (Jakarta: Kencana, 2007), h.
176.
23
untuk kegiatannya. 23
Dakwah bi al-Qalam ini sebenarnya sudah
dimulai serta dikembangkan oleh Rasulullah SAW sejak awal
kelahiran dan kebangkitan Islam melalui pengiriman surat-surat
dakwah kepada para kaisar, raja dan para pemuka masyarakat.24
Maka
dakwah bi al-Qalam ini merupakan bentuk dakwah yang sudah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
B. Pengertian Ustadz
Kata Ustadz berasal dari bahasa Arab yaitu “Ustadzun” yang
mengandung arti seorang guru laki-laki atau “Ustadzatun” yang mengandung
arti seorang guru perempuan.25
Realita yang ada khususnya di Indonesia, kata
“Ustadz atau Ustadzah” digunakan sebagai julukan seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang terlihat alim, rajin ke masjid atau mushalla baik
untuk mengikuti shalat berjama’ah maupun mengikuti pengajian rutin, dan
juga dapat memimpin do’a baik berdo’a setelah shalat maupun selepas
kegiatan keagamaan seperti tahlillan, syukuran, selamatan dan lain
sebagainya.
Julukan “Ustadz atau Ustadzah sepatutnya diberikan kepada guru, baik
guru TPA, guru Privat, guru pengajian, maupun guru-guru SD, SLTP, SMA,
dan Perguruan Tinggi (jika dilihat dari segi arti) juga patut diberi julukan
ustadz atau ustadzah. Akan tetapi dari segi epistimologis julukan ustadz atau
ustadzah lebih tepat jika diberikan kepada seorang guru yang ahli atau
memahami ilmu agama secara mendalam, serta mengamalkannya dan
mengajarkannya kepada orang lain.
23
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h.11 24
Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.53.
25Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah,
1989), h. 40.
24
Secara sosiologi siapa saja dapat menjadi seorang ustadz atau
ustadzah. Namun dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, yaitu mempunyai
pengetahuan yang lebih dalam terhadap agama Islam dengan mengamalkan
serta dapat memberikan pemahaman kepada orang lain.
C. Pengertian Hotel
Kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Hospitium, yang
mengandung arti ruang tamu. Seiring berjalannya waktu yang cukup lama
maka kata hospitium ini mengalami proses perubahan pengertian dan
sekaligus untuk membedakan antar Guest House dengan Mansion House
(rumah besar) yang mengalami perkembangan pada saat itu, maka rumah-
rumah besar disebut dengan Hostel. Rumah-rumah besar ini atau hostel ini
disewakan kepada seluruh masyarakat umum tanpa terkecuali untuk
beristirahat atau menginap untuk sementara waktu, selama penginapan
berlangsung maka ada yang mengkoordinir yaitu seorang host, dan selam
tamu-tamu menginap dalam hotel tersebut, mereka harus patuh terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku di masing-masing host.26
Kata hostel yang awalnya menggunakan huruf “s” maka lambat laun
mengalami perubahan, perubahannya terletak pada pengahapusan huruf “s”,
sehingga kata hostel berubah menjadi hotel.27
Ada beberapa yang mendefinisikan kata hotel yaitu sebagai berikut:
1. Aan Surachlan Dimyati mengatakan didalam bukunya yang berjudul
Pengetahuan Dasar Perhotelan, hotel adalah salah satu jenis akomodasi
komersial yang sangat dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Seiring
26
A. Hari Karyono, Usaha Pemasaran Perhotelan (Bandung: Angkasa, 1999), h. 16. 27
A. Hari Karyono, Usaha Pemasaran Perhotelan (Bandung: Angkasa, 1999), h. 17.
25
berjalannya waktu, maka mulai terlihat perkembangan dalam usaha jasa
ini, sehingga menjadi tumbuh menjadi industry tersendiri yaitu industri
perhotelan.28
2. Hotel adalah jasa yang berkupa sebuah bangunan atau komplek bangunan
secara komersial yang memberikan fasilitas tempat tinggal sementara,
makan dan minum untuk masyarakt umum dengan ketentuan yang dibuat
oleh pihak perhotelan. Sehingga seiring berjalannya waktu maka
pengertian hotel berkembang luas menjadi sebuah tempat jasa penginapan
sekaligus fasilitas-fasilitas lainnya.29
Maka dapat disimpulkan bahwa hotel adalah sebuah jasa penginapan
yang bersifat memberikan fasilitas-fasilitas lainnya yang diberikan oleh pihak
hotel tersebut. Hotel juga suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian
atau seluruh bangunan untuk memberikan fasilitas seperti penginapan, makan,
minum dan lainnya, serta menggunakan secara komersial.
D. Kerukunan Antar Karyawan
Secara etimologis kata kerukunan berasal dari bahasa Arab, yaitu
“rukun” yang mengandung arti tiang, dasar, atau sila. Bentuk jamak dari kata
rukun adalah “arkaan” yang mengandung arti bangunan sederhana yang
terdiri atas berbagai unsur. Dapat disimpulkan bahwa kerukunan adalah suatu
kesatuan yang terdiriatas berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur
tersebut saling menguatkan.30
28
Aan Surachlan Dimyati, Pengetahuan Dasar Perhotelan (Jakarta: PT. Anom Kosong,
1989), cet. Ke-1, h. 1. 29
A. Hari Karyono, Usaha dan Pemasaran Perhotelan (Bandung: Angkasa, 1999), h. 16. 30
Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 4.
26
Ketika kata rukun menjadi kata sifat dalam bahasa Indonesia,
mengandung arti “Damai atau Bersatu Hati” (tidak bertengkar/tidak cekcok).31
Kerukunan juga dapat diartikan sebagai kebersamaan dalam hidup yang
diwarnai oleh suasana baik dan damai. Hidup dengan rukun berarti hidup
dengan suasana yang tidak penuh dengan cekcok, satu hati, dan sepakat
dalam berfikir dan bertindak untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Di
dalam kerukunan, setiap individu manusia dapat hidup dengan saling percaya
tanpa mempunyai kecuriagaan, di mana tumbuh semangat dan sikap saling
menghormati dan mempunyai kerelaan hati untuk bekerja sama satu di antar
yang lainnya demi mewujudkan kebersamaan.32
Sementara jika dikaitkan dengan kehidupan social, rukun dapat
diartikan dengan adanya yang satu mendukung keberadaan yang lain.33
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kerukunan dalam konteks sosial merupakan norma
yang sepatutnya diimplementasikan demi terwujudnya masyarakat madani
yang saling peduli dan mendukung eksistensi masing-masing elemen
masyarakat.
E. Karyawan
1. Pengertian Karyawan
Karyawan merupakan aset utama dalam sebuah perusahaan, karena
tanpa adanya keberadaannya mereka di dalam sebuah perusahaan tersebut,
aktivitas perusahaan tersebut tidak akan berjalan. Keberadaan karyawan
sangat berperan aktif dalam menetapkan maju atau mundurnya sebuah
31
A. A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Wahyu Media, 2012), cet. Ke-5,h. 482.
32M. Zainuddin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2001), h. 67. 33
Hamka Haq, Jaringan Kerjasama Antar Umat Beragama: Dari Wacana ke Aksi Nyata (Jakarta: Titahandalusia Press, 2002), h. 54.
27
perusahaan. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan
mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Para
karyawan mempunyai kewajiban dan keterikatan untuk mengerjakan
pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai
dengan perjanjian yang ada.34
Pada umunya yang dimaksud dengan “kepegawaian” adalah segala
hal yang mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai.
Pegawai atau karyawan merupakan tenaga kerja manusia, jasmaniah,
maupun rohainiah (mental dan fikiran), yang senantiasa dibutuhkan dan
arena itu menjadi salah satu modal pokok dalam badan usaha kerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi).35
2. Pembagian Karyawan
Pada umumnya dalam sebuah administrasi kepegawaian terdapat
kelompok-kelompok golongan kepegawaian sebagai berikut:
a. Kelompok jabatan administrative tingkat tinggi, yang mempunyai
fungsi pengambilan keputusan dan pimpinan.
b. Kelompok kepegawaian yang memerlukan skill serta latihan khusus
yang tinggi, karena jabatan-jabatan tersebut bersifat professional dan
ilmu pengetahuan.
c. Jabatan-jabatan diplomatic dalam rangka hubungan luar negeri.
d. Angktan bersenjata.
e. Kelompok kepegawaian dalam instansi-instansi otonomi terutama
perusahaaan-perusahaan Negara dan perusahaan-perusahaan milik
Negara.
34
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2011), h. 12. 35
A. Widjaja, Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), cet. Ke-5, h. 15.
28
f. Kelompok kepegawaian pelayanan administrative.
g. Pekerja-pekerja harian, yang diperlukan untuk melalukan pekerjaan-
pekerjaan tertentu dengan dasar-dasar pengaturan di luar kepegawaian
negeri.36
Sedangkan posisi pegawai atau karyawan dalam suatu perusahaan
dibedakan atas:37
a. Karyawan Oprasional
Karyawan operasional adalah setiap orang yang secara langsung harus
mengajarkan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah alasan
b. Karyawan Manajerial
Seseorang yang berhak memerintahkan karyawannya untuk
mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan apa
yang diperintahkan. Kegiatan-kegiatan yang dikerjakan untuk melalui
orang lain untuk mencapai tujuannya. Karyawan manajerial ini
dibedakan atas manajer lini dan manajer staf.
c. Manajer Lini
Manajer lini adalah orang yang paling bertanggung jawab atas
para karyawan. Bukan saja atas nasib mereka, tetapi juga bertanggung
jawab pada pengembangan pribadi serta peningkatan kompetensi
mereka. Seorang pemimpin yang mempunyai lini (line authority),
berhak dan bertanggung jawab langsung merealisasi tujuan
perusahaan.
36
Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan (Jakarta: LP3ES, 1974), h.128-129.
37Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan (Jakarta: LP3ES,
1974), h. 12-13.
29
d. Manajer Staf
Seorang pemimpin yang mempunyai wewenang staf (staff
authority) yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan untuk
memperlancar penyelesaian tugas-tugas lini.
3. Kepuasan dan Kebutuhan Karyawan
Pada hakekatnya setiap manusia adalah makhluk sosial dan pastinya
menginginkan rasa kepuasan baik zhahir maupun batin. Kepuasan yang di
hati karyawan juga akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan itu
sendiri. Ada beberapa faktor yang menjadikan atau menimbulkan rasa
kepuasan di diri para karyawan:
a. Faktor hubungan antar karyawa, antara lain:
1. Hubungan antar manager dengan karyawan.
2. Factor fisis dan kondisi kerja.
3. Hubungan sosial di antara karyawan.
4. Sugesti dari teman sekerja.
5. Emosi dan situasi kerja
b. Faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan:
1. Sikap orang lain terhadap perkerjaannya.
2. Umur orang sewaktu bekerja.
3. Jenis kelamin.
c. Fakto-faktor luar, yang berhubungan dengan:
1. Keadaan keluarga karyawan.
2. Rekreasi.
3. Pendidikan (training, up grading dan sebagainya)38
Selain itu, setiap individu manusia juga mempunyai kebutuhan,
menurut Maslow yang dikutip dari As’ad dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Industri, dituliskan bahwa kebutuhan manusia itu
digolongkan kedalam lima tingkatan, yaitu:
38
Mohammad As’ad, Psikologi Industri (Yogyakarta: Lembaga Management Akademik
Management Perusahaan YKPN, 1980), cet. Ke-2, h. 109-110.
30
1. Kebutuhan yang bersifat biologis, seperti kebutuhan sandang, pangan,
tempat tinggal kesejahteraan individu dan lain-lain sebagainya.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer, karena kebutuhan ini
sudah ada sejak manusia itu lahir kea lam dunia ini.
2. Kebutuhan akan rasa aman, aman dalam bekerja, aman akan masa
depan yang diharapkan, dan aman dalam bentuk yang lainnya.
3. Kebutuhan akan sosial, manusia adalah makhluk sosial sehingga sudah
pasti mereka membutuhkan sosial, seperti, kebutuhan yang sifatnya
perasaan, perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin
dihormatii oleh orang lain dan perasaan-perasaan lain yang dimiiki
oleh manusia sebagai makhluk sosial.
4. Kebutuhan akan harga diri dari karyawan tersebut, seperti, semakin
tinggi jabatan seseorang dalam perusahaannya, maka semakin tinggi
harga diri yang orang tersebut punya.
5. Mempunyai rasa ingin berbuat yang lebih baik lagi, dalam tingkatan
ini, seseorang akan cenderung untuk selalu mengembangkan diri dan
selalu berbuat yang lebih baik lagi.39
Jadi, setiap manusia mempunyai rasa kebutuhan yang muncul atas
dasar kepentingan manusia itu sendiri. Sebagai makhluk sosial, tentunya
manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial. Akan tetapi, jika
kebutuhan itu dilakukan dengan jalan yang salah, maka perlunya dorongan
dari makhluk sosial yang lainnya.
39
Mohammad As’ad, Psikologi Industri (Yogyakarta: Lembaga Management Akademik
Management Perusahaan YKPN, 1980), h. 48.
31
BAB III
PROFIL USTADZ SUHRO SUHAEMI DAN MUSHALLA AL-NABAWI
HOTEL MENARA PENINSULA JAKARTA BARAT
A. Profil Ustadz Suhro Suhaemi
1. Riwayat Hidup
Tepat pada tanggal 13 April 1955, ustadz Suhro Suhaemi
dilahirkan di daerah Ciamis, Tasikmalaya Jawa Barat. dari pasangan
Bapak Haji Suhaemi al-Hadi dan Ibu Hajah Encoh Binti Haji Surti. Ustadz
Suhro yang biasa dikenal oleh masyarakat, mempunyai nama lengkap
Suhro Suhaemi al-Hadi, beliau yang memang mempunyai nama asli Suhro
menambahkan namanya dengan nama ayah dan kakeknya. Nama tersebut
(Suhaemi) diambil karena memang keta’zhiman beliau kepada orang
tuanya dan al-Hadi adalah nama kakeknya, sehingga ketika seseorang
memberikan do‟a kepadanya dan ketika beliau mengamalkan
keilmuannya, maka akan ikut serta pahala dan kebaikkan untuk ayah dan
kakeknya.1
Keseriusan beliau dalam berdakwah al-Islamiyyah merupakan
sesuatu yang beliau miliki, ini dapat terlihat dari aktifitas sehari-hari
beliau, yang hanya belajar dan mengajar dari satu masjid ke masjid lain,
dari satu mushalla ke mushalla lain, dari satu instansi ke instansi lain
untuk mengajar. Selain itu keseriusan beliau dalam berdakwah juga dapat
terlihat dari penolakan beliau secara baik-baik ketika beliau ditawarkan
untuk turut aktif ke ranah politik.2
1Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
2 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
32
Beliau juga memiliki sebuah toko al-Mukasyafah yang berada di
Pasar Bedeng, di toko tersebut beliau menjual sepatu, sandal, dan tas-tas
sekolah untuk orang dewasa maupun anak-anak, Usaha ini beliau rintis
dari tahun 2005 sampai dengan saat ini. Selain untuk mencari nafkah, toko
yang beliau bangun atas dasar beliau ingin menjalani sunnah Rasulullah
SAW.3
Ketika ustadz Suhro berdagang, beliau juga menjadi ustadz bagi
pedagang-pedagang lainnya yang belum memahami ilmu agama Islam
secara mendalam. Sehingga terkadang di sela-sela waktu beliau
berdagang, ada yang datang hanya untuk menanyakan sesuatu yang
berkaitan dengan agama, curhat (curahan hati), atau meminta pencerahan
karena kegelisahan.4
Pemahaman terhadap agama yang sangat tinggi pada diri beliau,
menjadikan banyak yang berdatangan ke kediaman beliau, hanya untuk
menuntut ilmu agama, begitu banyak para guru Nahwu dan Sharaf dan
guru-guru agama yang belajar dengan beliau, seperti ustadz Musa Sa‟abah
(Kota Bambu Selatan), ustadz Syukur (Ciledug), mereka ini adalah guru
Nahwu dan Sharaf (tata bahasa Arab), yang sampai saat ini masih
menuntut ilmu dengan beliau dan kitab yang mereka pelajari adalah kitab
‘Imrithi, kitab Mutammimah, kitab Kawakib al-Durriyyah, kitab Alfiah,
kitab Hudhari (nama-nama kitab Nahwu dan Sharaf berdasarkan
tingkatannya). Kemudian, habib Ismail al-Sahil bin Ali (mengajar di
madrasah al-Nur Jakarta), kitab yang beliau pelajari adalah kitab al-
3 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
4 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
33
Waraqa (ushul fiqh). Kemudian habib Abdurrahman (tenaga pengajar di
madrasah tsanawiah), kitab yang dipelajari kitab al-I’anath al-Thalibin.
Dan masih banyak para pelajar yang belajar dengan beliau. Selain itu,
banyak kitab-kitab yang sudah dibaca oleh ustadz Suhro, seperti :
a. Kitab Atkiya, al-Hikam, Iqad al-Himam, Ithaaf (kitab-kitab yang di
dalamnya membahas ilmu Tasawuf).
b. Kitab, Alfiah Ibnu Malik, Safinat al-Najah, Riyadh al-Badi’ah, Bajuri,
I’aanath al-Thaalibiin (kitab-kitab yang membahas ilmu Fiqh).
c. Kitab Rahbiyyah (kitab yang menjelaskan tentang Ilmu Faraidh).
d. Tafsir Jalalain (karangan Imam Sayuti dan Imam Mahalli) Tafsir
Shaawi atau Syaraah Jalalain/rincian dari kitab Jalalain (karangan
Ahmad Shawi), Tafsir Ibnu Kastir/Karangan Ibnu Kastir, (kitab-kitab
yang menjelaskan tafsir dari al-Qur‟an).
e. Madzaahib al-Arba’ah (5 JILID) (karangan Abdurrahman al-Jazairi)
Kitab Mizan Kubra (Ikhtilaf dari pada pendapat para ulama).
f. Kitab Jurumiah atau Mukhtashar Jiddan, „Imrithi, Mutammimah,
Kawakib al-Durriyyah, Alfiah, Hudhari, (kitab-kitab Tata bahasa
Arab).
g. Kitab Iksa Ghuji, Sullammunurak, Syamsiah, Mi’yar al-‘Ulum, (kitab
yang memelajari Ilmu Mantiq).
h. Kitab Iqad al-Himam Ma’ani Bayan dan Badi’ Ukud al-Juman,
Mursyidi (kitab-kitab Balaghah)
i. Kitab Kailani, Yaqulu atau Hill al-Ma’qud Min Nazhmir Maqsuud,
(kitab-kitab yang memelajari ilmu Sharaf)
34
j. Kitab Abu Ma’syar al-Falaqi, Sulam al-Nurain (kitab Ilmu
Falaq/perhitungan).
k. Kitab alfiyyah beserta penjelasannya seperti kitab Hudhari, kitab
Makuudi, dan kitab Ibnu Hamdun.5
Masih banyak lagi kitab-kitab lain yang tidak dipaparkan di dalam
penulisan ini. Begitu amat luas keilmuan agama yang beliau miliki.
Masyarakat sekitar dan para murid beliau sangat terkesan dengan beliau
karena ketawadhu’an (rendah hati) beliau dalam membawa keilmuannya,
Ketenangan dari paras wajahnya, senyum yang selalu dilontarkan ketika
bertemu dengan orang lain, sehingga ada rasa ketenangan dan kenyamanan
seseorang jika belajar atau hanya dekat dengan beliau.
2. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal
1) Sekolah Dasar Negeri 03 Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat tamat
pada tahun 1966.
2) Madrasah Tsanawiyyah Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat, tamat
pada tahun 1971.
3) Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yayasan Pendidikan Palmerah
Jakarta Barat, tamat pada tahun 1984.6
b. Pendidikan Non-Formal
1) Pesantren Salafiah Pasir Kadu, Ciamis, Jawa Barat, tamat di tahun
1974.
2) Kursus Bahasa Inggris, di Cihideng, Tasikmalaya, Jawa Barat,
tamat pada tahun 1975.
5Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013
6Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
35
3) Pesantren Salafiah Ciharbeuti, Ciamis, Jawa Barat, tamat pada
tahun 1976.
4) Pesantren di pondok pesantren Sadang, Garut, Jawa Barat, tamat
pada tahun 1978.
5) Pesantren di pondok pesantren Miftahul Huda, Raja Pola,
Tasikmalaya, Jawa Barat, tamat di tahun 1980.7
3. Riwayat Keluarga
Ustadz Suhro menikah pada tahun 1986. Beliau diangkat menjadi
menantu oleh bapak Fakhruddin, bapak Fakhruddin mempunyai dikaruniai
sebelas anak, terdiri dari tiga putra, dan delapan putri, saat ini bapak
Fakhruddin memiliki cucu sebanyak tiga puluh, dan cicit sebanyak
sepuluh, yang didapatnya melalui pernikahanya dengan ibu Mamah.
Kemudian putri beliau yang ke sebelas yang bernama Apung Hasanah
dinikahkannya kepada ustadz Suhro Suhaemi pada tahun 1986, dan dari
pernikahannya tersebut, beliau dikarunia putra dan putri sebanyak tiga
anak, terdiri dari satu putri dan dua putra. Putri yang pertama bernama
Hanifah Sumiarti, putra yang kedua bernama Irfan Hilmi, dan putra yang
ketiga bernama Luthfi Akmaluddin.8
Ustadz Suhro merupakan seorang suami sekaligus ayah dari anak-
anaknya, yang sangat memerhatikan keluarganya mulai dari kehidupan
duniawi dan juga ukhrawi. Kesabaran, ketegasan dan sifat demokratis
yang beliau miliki menjadikan istri dan anak-anak beliau kagum sekaligus
7Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
8 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
36
bersyukur kepada Allah SWT. Dalam keluarga, beliau telah berhasil
menjadi seorang ayah, guru, serta sahabat dalam membina keluarganya.9
Pendidikan yang diberikan ustadz Suhro kepada anak-anaknya
bersifat formal maupun non-formal. Pendidikan formal yang diberikan
anak-anak beliau, dijalankan dengan kesungguhan, karena ustadz Suhro
yang selalu memberikan semangat untuk anak-anaknya, agar bisa menjadi
manusia yang ahli dalam ilmu agama maupun ilmu akhirat. Tidak hanya
pendidikan ukhrawi (agama) saja yang diberikan kepada anak-anaknya,
melainkan ilmu duniawi juga diberikannya, agar dapat berguna dan
bermanfaat untuk orang banyak, bangsa dan khususnya untuk agama yang
dicintainya. Selain itu, ustadz Suhro juga memberikan pendidikan kepada
keluarganya melalui contoh-contoh yang baik yang diberikan untuk istri
dan anak-anaknya.10
4. Aktifitas Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi
Selain sebagai kepala rumah tangga, beliau juga mempunyai
aktivitas berdakwah demi keutuhan agama Islam, di antaranya:
a. Sebagai pengajar atau ustadz tetap pengajian mingguan di masjid jami‟
Baiturrahman Jakarta, masjid jami‟ al-Ridhwan Jakarta, masjid jami‟
al-Hidayah, Slipi, Jakarta, masjid jami‟ al-Ikhwan Jakarta mushalla al-
Hidayah Jakarta, mushalla al-Munir Pelni Jakarta, pengajar atau ustadz
pengajian mingguan untuk karyawan, di Restorant Hanamasa Jakarta,
Sebagai pengajar atau ustadz tetap bulanan di Kantor BRI Patukangan,
Jakarta, sebagai pengajar atau ustadz tetap bulanan di mushalla al-
Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta.
9 Wawancara Pribadi dengan putra ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 09 Mei 2013.
10 Wawancara Pribadi dengan putra ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 09 Mei 2013.
37
b. Mengajar para guru nahwu dan sharaf (tata bahasa Arab) di majelis
taklim Dhuha, yang berada di kediamannya. Selain mengajarkan ilmu
nahwu dan sharaf (tata bahasa Arab), beliau juga mengajarkan ilmu,
tauhid, fiqh, dan tasawuf pada waktu dan murid-murid yang berbeda.
c. Khatib jum‟at:
1. Di masjid jami‟ Bajiturrahman.
2. Di masjid jami‟ al-Hidayah Slipi, Jakarta.
3. Di masjid al-Ikhlas Kantor Cabang Bank Bukopin, S. Parman,
Jakarta.
4. Mall Citra Land Daan Mogot Jakarta.
5. Mall Taman Anggrek Jakarta.
6. Di Hotel Menara Peninsula Jakarta.
7. Kantor LP3ES Jakarta, dan masih banyak lagi yang belum
disebutkan di dalam penulisan ini.
d. Ceramah agama ketika peringatan hari besar Islam, kultum ramadhan
di beberapa masjid-masjid, mushalla-mushalla, dan kantor-kantor atau
instansi-instansi.
e. Mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hasanah yang beliau
miliki di Tasikmalaya Jawa Barat11
.
5. Karya-karya Ustadz Suhro Suhaemi
Selain menjalankan aktifitas dakwah, ada juga beberapa karya-
karya ustadz Suhro Suhaemi yang digunakan untuk berdakwah, di
antaranya:
11
Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
38
a. Bi al-Qalam
Pembuatan makalah yang beliau buat dan bagi, setiap pengajian
tauhid, fiqih, dan tasawuf di masjid-masjid atau mushalla-mushalla
dan majelis-majelis taklim di tempat beliau mengajar.
b. Bi al-Hal
1) Mendirikan sebuah Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hasanah di
Tasikmalaya Jawa Barat.
2) Membuat dua toko Dakwah yang diberi nama al-Mukasyafah di
Pasar Bedeng Jakarta Barat.
3) Merekrut khatib Jum‟at.
4) Mendirikan majelis taklim Dhuha.12
B. Profil Umum Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Mushalla An-Nabawi didirikan pada tahun 1998, mushalla ini
dibangun atas dasar inisiatif atau ide para karyawan muslim yang
menginginkan tempat ibadah khusus didalam hotel. Oleh sebab itu, maka
dibangunlah sebuah mushalla yang sangat unik, yang berada di dalam hotel,
tepatnya di basement (ruang bawah tanah dari gedung hotel terebut). Seiring
berjalannya waktu, mushalla ini semakin ramai dikunjungi oleh para karyawan
atau karyawati muslim, kedatangannya ke mushalla ini, ada yang hanya untuk
shalat lima waktu, ada juga yang hanya melepas lelah sejenak setelah shalat
fardhu.13
Pada akhir tahun 1999, menuju tahun 2000, beberapa karyawan
muslim yang sering berjama‟ah, membuat Dewan Kepengurusan Mushalla
12
Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013. 13
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
39
(DKM) di dalam mushalla An-Nabawi tersebut. Pada tahun ini, mulai
terbentuk ketua mushalla sekaligus ketua majelis taklim, wakil ketua,
sekretaris, bendahara dan seksi-seksi. Dan di tahun ini juga, mulailah shalat
Jum‟at diselanggarakan setiap hari Jum‟at, yang diadakan di halaman
mushalla An-Nabawi tepatnya di basement (ruang bawah tanah dari gedung
hotel tersebut). Masuk pada tahun 2003, para karyawan yang aktif dalam
mushalla An-Nabawi, berinisiatif untuk membuat ajang silaturrahmi, dengan
membuat pengajian rutin atau majelis taklim mingguan dan bulanan. Adapun
pengajian mingguan yang menjadi rutinitas mingguan di mushalla ini,
diselanggarakan setiap hari Rabu setelah shalat Zhuhur. Dan pengajian
bulanan diselanggarakan setiap hari Senin setelah shalat zhuhur di awal
bulan.14
Tujuan dari pengajian ini adalah untuk mempererat tali silaturrahmi
antar karyawan, agar terjalin rasa ukhuwah al-Islamiah di antara karyawan.
Selain itu, diselanggarakannya pengajian ini, untuk memberikan pemahaman
mengenai ajaran agama Islam, dan untuk membina kerukunan antar karyawan
yang ada di hotel tersebut.15
C. Visi dan Misi Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
1. Visi Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
“Untuk menambah pemahaman ilmu agama Islam dengan nuansa
yang berbeda dari DKM lain”16
14
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 15
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 16
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
40
2. Misi Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
a. Memperdalam ilmu agama.
b. Memberikan kesempatan pertanyaan kepada pengajar atau ustadz.
c. Menampilkan para ustadz yang berbeda-beda di setiap pengajian
mingguan.
d. Mengevalusi semua kegiatan di akhir tahun.17
D. Struktur Kepengurusan Mushalla al-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Ketua Mushalla : Bapak ustadz Mansur Soliki.
Wakil Ketua : Bapak Bekti.
Sekretaris : Bapak ustadz Sofyan Hadi.
Bendahara : Sugiarto Farjianto.
Seksi Dakwah : Bapak ustadz Sofyan Hadi.
Seksi : Narqo.
Seksi Koordinator : Para Staff Departemen.
Seksi Sarana dan Prasarana : Bapak Solehuddin.
Seksi Keamanan : Departemen Keamanan Hotel (Security).
Seksi Kebersiahan : Departemen Kebersihan Hotel.18
E. Kegiatan Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Kegiatan yang ada di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
ini, pada umumnya sama seperti tempat-tempat ibadah lainnya. Yang
membedakan hanyalah mushalla tersebut berada di dalam hotel, dan tidak
semua hotel menyelenggarakan pengajian mingguan atau bulanan.
17
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 18
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
41
Kegiatan-kegiatan yang ada di mushalla An-Nabawi tergolong banyak,
adapun kegiatan-kegiatan yang dibuat di golongkan ke dalam tiga kategori,
yaitu:
1. Kegiatan Rutin (harian atau mingguan)
a. Shalat lima waktu baik berjama‟ah maupun tidak.
b. Shalat jum‟at yang dilaksanakan di halaman mushalla (di basement).
c. Pengajian mingguan untuk para karyawan muslim:
1) Tafsir (hari Rabu minggu pertama pukul 13.00).
2) Fiqih (hari Rabu minggu kedua pukul 13.00).
3) Hadist (hari Rabu minggu ketiga pukul 13.00)
4) Aqidah (tauhid) dan akhlak (tasawuf) (hari Rabu minggu keempat
pukul 13.00)
5) Bahasa Arab (setiap hari Kamis pukul 16.30)19
d. Program sosial, seperti:
1) Sumbangan pada masjid mushalla yang sedang dibangun di sekitar
hotel.
2) Sumbangan pada yayasan yatim piatu.
3) Batuan-bantuan untuk perkembangan yayasan, TK, lembaga
lembaga dan lain-lain sebagainya.
e. Bersih-bersih di dalam mushalla dan sekitar mushalla, yang bekerja
sama dengan Departemen Kebersihan Hotel.20
19
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 20
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki pengurus mushalla An-Nabawi Hotel Menara
Pennsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
42
2. Kegiatan Bulanan
a. Pengajian Bulanan (hari Senin awal bulan).
b. Rapat perkembangan majelis taklim. (di sela-sela waktu)21
3. Kegiatan Tahunan
a. Penerimaan zakat, infaq dan shadaqah.
b. Penyaluran zakat kepada yang berhak.
c. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
d. Evalusai tahunan secara tidak formal.22
21
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki pengurus mushalla An-Nabawi Hotel Menara
Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 22
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
43
BAB IV
ANALISA
A. Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi
Setelah penulis mengadakan penelitian mengenai metode yang
digunakan oleh ustadz Suhro Suhaemi, penulis mennyimpulkan ada beberapa
metode yang beliau gunakan dalam dakwahnya, yang dianggap mudah
dicerna oleh para mad’u di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Jakarta Barat untuk meningkatkan kerukunan antar karyawan. Berdasarkan al-
Qur‟an al-Karim Surat al-Nahl/16: 125 berikut;
ادع إلى سبيل زبك بالحكمت والمىعظت الحسنت وجادلهم بالتي هي أحسن إن زبك هى أعلم بمن ضل
عن سبيله وهى أعلم بالمهتدين
Artinya:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih memngetahui siapa yang
mendapat petunjuk.”1
Adapun metode-metode dakwah yang beliau gunakan, untuk
meningkatkan kerukunan antar karyawan, adalah:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang
da’i untuk menjelaskan sebuah ilmu agama kepada para mad’u. Menurut
ustadz Suhro Suhaemi, metode ceramah merupakan sebuah metode atau
cara yang paling mudah untuk menyampaikan sebuah pesan dakwah demi
menunjukan kepada mad’u menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
1 Muhammad Saifudin, Syaamil Al-Qur‟an Miracle The Reference, (Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), h. 559.
44
Menurut Ustadz Suhro Suhaemi, “… mencari yang termudah, yang
dapat diserap oleh jama‟ah, tentunya berupa tausiah atau ceramah …”2
Berdasarkan ungkapan beliau, berdakwah dengan sebuah ceramah
adalah cara yang termudah untuk memberikan pemahaman kepada mad’u.
Dengan metode ini seorang da’i menyampaikan pesan dakwah melalui
lisan, ucapan atau perkataan, Metode ini merupakan sebuah komunikasi
secara langsung antara subyek dan obyek dakwah.
Selain itu, metode ini sangat tepat digunakan oleh ustadz Suhro
Suhaemi karena mad’u yang beliau hadapi merupakan sebuah kelompok
dari sebuah perusahaan, karena dengan metode ini ustadz Suhro Suhaemi
berdakwah kepada para mad’u secara sekaligus, artinya ketika ustadz
Suhro Suhaemi menyampaikan pesan dakwah, beliau tidak hanya
memberikan pemahaman agama kepada satu orang saja, melainkan secara
serempak atau sekaligus.
Dalam metode ceramahnya, beliau memberikan pemahaman agama
serta mendidik para mad’u dengan cara yang bijaksana (bi al-Hikmah), ini
berdasarkan sebuah observasi yang dilakukan peneleti secara langsung,
dimana peneliti mendengarkan isi ceramah yang beliau sampaikan kepada
para mad’u di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat,
yang sangat bijaksana mengenai silaturrahmi, yaitu:
Hadirin yang dimuliaka Allah SWT
Seseorang tidak lahir sendiri, tidak hidup sendiri. Dia terikat oleh
lingkaran di mana dia tidak mungkin terlepas darinya dengan sendiri, dia
adalah lemah dan bukan apa-apa, tetapi dengan lingkaran tersebut, dia
menjadi kuat dan memiliki wujud yang nampak darinya, lingkaran
tersebut tiada lain adalah rahim (keluarga, kerabat dan sahabat). Dari
sini maka Islam mengajak kepada silaturahim, menjalin hubungan rahim
kepada keluarga, kerabat maupun sahabat. Maka setiap manusia harus
2 Wawancara pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
45
bersilaturrahim agar terjalin ukhuwah Islamiah, sampai Rasulullah
mengatakan “Wahai golongan orang muslim, hendaklah kalian bertakwa
kepada Allah dan hendaklah kalian menimbulkan rasa kasih sayang
kepada saudara-saudara kalian, karena tidak ada pahala yang lebih cepat
lagi sampainya di dunia, kecuali silaturrahmi”, artinya, pahalanya yang
dipercepat bukan hanya di akhirat tapi juga di dunia. Rasulullah juga
mengatakan “Siapa yang menginginkan panjang umurnya dan banyak
rezekinya, maka bersilaturrahmi”. Maka jika ada orang yang ingin
panjang umur dan banyak rezeki bersilautrrahmilah. Kemudian apa
tujuan dari silaturrahmi? Tujuan dari silaturrahmi itu banyak sekali, yang
pertama dalam rangka ukhuwah Islamiah (persaudaraan seagama Islam),
yang kedua ukhuwah wathaniah (persaudaraan sebangsa), yang ketiga
ukhuwah basyariah (persaudaraan sesama manusia), walaupun berbeda
agama, tidak masalah, karena ada persaudaraan kemanusian, dan dengan
akhlak yang baik, agar orang tersebut tertarik dengan ajaran agama
Islam yang sangat indah. Ada keuntungan-keuntungan dari silaturrahmi,
yaitu seseorang mampu mendekatkan diri kepada Allah dengan
mendapatkan rahmat-Nya, dengan silaturrahmi juga, menjauhkan diri
seseorang dari api neraka. Padahal, untuk mendapatkan rahmat Allah itu
agak berat, dengan kita bersilaturrahmi maka insya Allah rahmat Allah
SWT akan turun pada kita, amin.
Silaturrahmi akan menjadikan panjang umur bagi seseorang,
sampai ada sebuah kisah yang menarik, yaitu malaikat maut memberikan
kabar kepada nabi Dawud AS, bahwa ada pencabutan ruh seseorang
sekitar enam hari lagi, kemudian ketika beberapa tahun, ternyata orang
tersebut masih hidup, akhirnya nabi Dawud bertanya kepada Allah SWT,
tentang pekerjaan malaikat maut, kenapa malaikat maut tidak
melaksanakannya? Dijawab: bukan karena malaikat maut tidak bekerja,
akan tetapi karena ketika orang tersebut keluar dari rumah nabi Dawud,
ternyata dia langsung bersilaturrahmi kepada saudaranya juga kepada
teman-temannya dan kepada yang telah terputus silaturrahmi denganya,
dengan sebab orang tersebut bersilaturrahmi, yang awalnya diberikan
umur enam hari lagi, oleh Allah SWT diberikan anugrah sehingga
umurnya menjadi dua puluh tahun lagi. Subhanallah.. Ini kehebatan dari
bersilaturrahmi.
Maka jika hadirin menginginkan umur yang panjang, banyak
rezeki bersilaturrahmilah.. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
bersilaturrahmi, bisa dengan datang secara langsung, atau dengan
ngobrol, atau hanya dengan mengucapkan salam, dan juga bisa dalam
pekerjaan yang kita kerjakan disini, bisa kita niatkan untuk
bersilaturrahmi, dengan kerjasama antar teman sepekerjaan, saling
ngobrol dengan cara yang baik, atau dengan kumpul di mushalla ini untuk
menuntut ilmu sambil bersilaturrami. Dan Rasulullah katankan “Salam
yang paling afdhal dalam bersilaturrahmi adalah berjabatan tangan”,
artinya bertemu seseorang kepada yang lainnya itu merupakan
silaturrahmi karena berjabat tangan. Ada pula seseorang datang kepada
Rasulullah, lalu bertanya, Ya Rasul, saya punya banyak teman, sahabat,
dan tetangga, saya bersilaturrahmi tetapi mereka memutuskan saya dan
46
saya memaafkan kepada mereka tetapi mereka masih menzhalimi saya,
saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka masih menjahati saya,
jadi bagimana jalan keluarnya Ya Rasul? Apa boleh saya membalas
mereka? Rasulullah menjawab, Jangan! Jika engkau membalas, maka
engkau dengan mereka sama-sama berserikat dengan mereka dalam
kejahatan, putus silaturrahmi dan kezhaliman. Maka jalan keluarnya
adalah ambillah yang paling utama, yaitu terus dengan bersilaturrahmi,
dengan akhlak yang baik dan selalu memaafkan mereka. Karena tidak
akan berhenti pertolongan Allah SWT datang kepada engkau selama
engkau bersilaturrahmi, memaafkan mereka dan selama engkau berbuat
baik kepada mereka.3
Maka dari materi yang beliau sampaikan di atas, beliau
memberikan pemahaman kepada para mad’u dengan cara yang bijaksana,
artinya beliau menjelaskan bahwa betapa banyak keuntungan-keuntungan
yang diperoleh jika seseorang melakukan silaturrahmi (bi al-Hikmah).
Beberapa nasihat yang beliau sampaikan juga tidak menjadikan mad’u
tersinggung, beliau memberikan nasihat-nasihat yang baik, sedikit tetapi
mendalam (bi al-Mauizhah al-Hasanah). Selain itu pula, dalam
ceramahnya, beliau sering menceritakan kisah-kisah yang menarik (bi al-
Mujadalah), sehingga para mad’u semangat untuk mempraktikan apa yang
diajarkan oleh ustadz Suhro Suhaemi.
Dalam ceramahnya beliau selalu memberikan materi yang ada
kaitannya dengan aqidah, seperti memberikan hadist yang berkaitan
dengan aqidah, yaitu “Wahai golongan orang muslim, hendaklah kalian
bertakwa kepada Allah dan hendaklah kalian menimbulkan rasa kasih
sayang kepada saudara-saudara kalian, karena tidak ada pahala yang
lebih cepat lagi sampainya di dunia, kecuali silaturrahmi”. Dalam hadist
ini, beliau memberikan nasihat-nasihat yang baik agar seseorang dapat
3 Hasil observasi secara langsung di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula,
Jakarta, 27 Februari 2013.
47
bertakwa kepada allah SWT. Dari segi akhlak pun beliau mengajarkan,
bahwa berakhlak yang baik, bukan saja dengan saudara seiman, akan
tetapi berakhlaklah kepada sesama manusia, walaupun dia beragama non-
Islam.
Ketika beliau diwawancara oleh penulis, “Bahwa Aqidah Islamiah
(ilmu tauhid), Syariat Islamiah (ilmu fiqih) dan Akhlak Islamiah (ilmu
tasawuf ) adalah ilmu yang termasuk fardhu „ain, yang diwajibkan kepada
setiap muslim. Sebenarnya di dalam al-Qur‟an itu ada lima puluh tujuh
ribu empat ratus tiga puluh sembilan cabang atau materi ilmu, kalau kita
diberikan umur yang panjang oleh Allah seribu tahun, ilmu yang ada di
dalam al-Qur‟an itu tadi tidak akan pernah selesai kita pelajari, oleh
karena itu, kata Imam Syafi‟i, sudah meringkas, bahwa yang wajib kita
pelajari adalah “ilmu yang penting-penting saja”, untuk kepentingan
kehidupan kita di dunia dan di akhirat yaitu di antaranya Aqidah
Islamiah (ilmu tauhid), Syariat Islamiah (ilmu fiqih) dan akhlak Ismiah
(ilmu tasawuf ).4
Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, materi yang
disampaikan oleh ustadz Suhro adalah ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf,
hanya dalam hal ini, ustadz Suhro memberikan pengajaran mengenai ilmu
Tauhid (Aqidah) dan ilmu Tasawuf (Akhlak) saja, karena di mushalla ini,
sudah ada ustadz lain yang memberikan materi ilmu fiqih. Ilmu tauhid
(Aqidah) dan ilmu Tasawuf (Akhlak) yang diajarkan oleh ustadz Suhro
Suhaemi memberikan efek positif kepada para mad’u yang telah
mengikuti pengajian di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Jakarta Barat karena sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para
pengurus mushalla tersebut yaitu untuk meningkatkan kerukunan dan
ukhuwah Islamiah antar karyawan. Karena dalam wawancara peneliti
kepada bapak Sofyan Hadi selaku karyawan Hotel Menara Peninsula
sekaligus jama’ah pengajian ustadz Suhro Suhaemi mengatakan:
4 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
48
“Kalau untuk saya pribadi ya, memang kalau bicara soal agama,
saya memang bukan lulusan atau keluaran dari pesantren atau sekolah
agama. Jadi, pengaruh sekali, karena dengan adanya ustadz Suhro
mengajarkan aqidah (tauhid) dan akhlak (tasawuf), berkaitan sekali
dengan kehidupan sehari-hari, selain itu juga kan, hampir seluruh kawan-
kawan disini latar belakangnya bukan dari lulusan sekolah agama
(pesantren).5
Dari hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa materi
yang diberikan oleh ustadz Suhro Suhaemi sesuai dengan jama’ah yang
mengikuti pengajiannya di Hotel Menara Peninsula, karena berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan maupun di luar
pekerjaan.
Dalam menghadapi para mad’u. dalam setiap ceramahnya, beliau
memberikan nasihat kepada para mad’u dengan cara yang baik,
memberikan petunjuk kepada jalan yang baik, dan dengan bahasa yang
baik (metode al-Mauizhah al-Hasanah/nasihat-nasihat yang baik),
sehingga para mad’u dapat menerima secara baik apa yang disampaikan
oleh ustadz Suhro Suhaemi, ini dapat terbukti dengan hasil wawancara
yang penulis buat, dari bapak Sofyan Hadi, karyawan hotel sekaligus yang
rutin mengikuti pengajian ustadz Suhro di Hotel Menara Peninsula,
berikut:
“Seberapa besar pengaruh dari dakwah yang ustadz Suhro
berikan kepada bapak? Kalau untuk saya pribadi ya, memang kalau
bicara soal agama, saya memang bukan lulusan atau keluaran dari
pesantren atau sekolah agama.”6
Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, terlihat bahwa
metode ceramah yang beliau berikan, dengan menggunakan metode al-
5 Wawancara dengan bapak Sofyan Hadi selaku karyawan Hotel Menara Peninsula dan
sekaligus jama’ah pengajian ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 06 Mei 2013. 6 Wawancara pribadi kepada bapak Sofyan Hadi karyawan, sekaligus jama’ah yang rutin
mengikuti pengajian ustadz Suhro di Hotel Menara Peninsula. Jakarta, 06 Mei 2013.
49
Mauizhah al-Hasanah (nasihat-nasihat yang baik) sehingga dapat
diterima oleh mad’u, karena dengan ucapan-ucapan yang baik akan bisa
bermanfaat untuk para mad’u atau dengan argumen-argumen yang beliau
miliki dapat memberikan kepuasan kepada para mad’u.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini, digunakan oleh ustadz Suhro Suhaemi
dalam dakwahnya untuk meningkatkan kerukunan anta karyawan. Banyak
para mad’u yang bertanya mengenai yang ada kaitannya dengan agama
maupun akhirat. Dan jawaban yang beliau sampaikan dapat memberikan
pemahaman kepada para mad’u dengan penuh bijaksana (bi al-Hikmah).
Dengan metode ini, para mad’u dapat menanyakan sesuatu yang mereka
belum pahami dengan materi yang dibahas oleh ustadz Suhro Suhaemi,
dan ustadz juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para
mad’u dengan penuh bijaksana, sebagai contoh, ada yang bertanya kepada
ustadz Suhro mengenai pelaksanaan shalat yang ditunda-tunda (tidak tepat
waktu) dikarenakan istirahat terlebih dahulu, berikut:
Ustadz, apakah boleh melaksanakan shalat cuma engga tepat
waktunya, maksudnya, saya itu kalau shalat zhuhur misalnya, setelah
kerja saya engga langsung shalat, tapi saya istirahat dulu ustadz, apa
boleh? Ustadz menjawab: ada sebuah hadist Rasulullah mengatakan,
awal waktu itu ridha Allah, pertengahan waktu adalah rahmat Allah dan
akhir waktu itu ampunan Allah, selama masih di dalam waktunya boleh
saja, akan tetapi, ketika masuk waktu shalat tersebut, niatlah di dalam
waktu tersebut, dengan mengucapkan saya niat shalat zhuhur ini setelah
istirahat dahulu, atau dengan melafadzkan niat “azamtu shalatazzhuhri fii
waqtihaa” namun, setelah istirahat maka segerakanlah shalat zhuhur
tersebut.
Ada juga jama’ah yang menanyakan masalah aqiqah, ustadz
misalnya saya punya anak laki-laki tiga orang dan satu anak perempuan,
karena semuanya belum diaqiqahi, apakah boleh diganti dengan satu ekor
sapi? Ustadz menjawab: asal hukum, mengaqiqahkan anak mulai dari
50
dari tujuh hari, kalau tidak mempunyai uang selama tujuh hari itu boleh
empat belas hari setelah kelahiran, jika tidak ada juga bisa dua puluh
satu hari, jika tidak ada juga bisa jika tidak ada juga bisa empat puluh
hari, kalau tidak punya juga, bisa di bawah umur baligh, bahkan dia
sudah meninggal pun juga boleh. Seseorang melaksanakan aqiqah adalah
sebagai tebusan orang yang terlahir, kata Rasulullah “anak itu
digadaikan dengan aqiqahnya.” Jadi kalau sudah diaqiqahkan beratri
sudah ditebus. Hukumnya sunnatun muakkadatun, sunnah tetapi amat
dianjurkan, laki-laki dua ekor dan perempuan satu ekor kambing,
pelaksanaannya ketika memang kita ada rezeki. Berkaitan dengan
pertanyan tadi, perlu diketahui bahwa satu ekor sapi itu dalam kurban
berlaku untuk tujuh orang, kalau kita mempunyai anak laki-laki tiga
orang, tiga dikali dua sama dengan enam, dan ditambah satu perempuan,
jumlahnya berarti tujuh, maka boleh diganti dengan satu ekor sapi.
Jawaban yang ustadz Suhro berikan kepada mad’u yang bertanya,
sungguh dengan penuh bijaksana, karena beliau tidak memberikan
pengajaran yang keras kepada para mad’u. sehingga mad’u pun tidak
merasa terbebani dalam ibadahnya tersebut.
Seseorang yang beribadah, namun belum memahami betul,
mungkin ada rasa sedikit beban karena beratnya sebuah ibadah, akan tetapi
jika seseorang itu mengetahui dengan benar tentang ibadah itu, maka insya
Allah tidak akan merasa terbebani akan ibadah tersebut. Mad’u dapat
bertanya kepada ustadz Suhro Suhaemi secara langsung kemudian setelah
mad’u bertanya, ustadz Suhro menjawab pertanyaan dari para mad’u
tersebut secara langsung dengan penuh bijaksana, tanpa membebani para
mad’u yang ada (bi al-Hikmah), seperti contoh yang telah dipaparkan di
atas. Jawaban yang beliau berikan, tentunya bersumber dari kitab-kitab
para ulama yang tidak keluar dari al-Qur’an dan al-Hadist (metode bi al-
Hikmah). Sesuai dengan wawancara yang pernah penulis tanyakan kepada
sang ustadz, yaitu:
Jawaban yang diberikan “Tentunya tidak keluar dari kitab
karangan para ulama, karena mereka adalah pakar dari alquran dan
alhadist, artinya yang berbicara sebagai pakarnya, jadi, saya hanya
51
menyambung lidah dari para ulama, karena para ulama yang dapat kita
pegang pemahamannya dan pendapatnya, karena tidak pernah keluar
dari al-Qur‟an dan al-Hadist, artinya, para ulama itu, rujukannya kepada
al-Qur‟an dan al-Hadist.”7
Dari pernyataan di atas, bahwa ketika beliau menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan dari para mad’u, beliau menjawab sesuai
dengan apa yang ada di dalam al-Qur’an, al-Hadist dan pendapat para
ulama dengan bijaksana (bi al-Hikmah). Selain itu, beliau menjawab tanpa
harus memandang siapa yang bertanya, artinya, beliau menjawab yang hak
adalah hak, dan batil adalah batil (bi al-Hikmah) dan jawaban yang beliau
berikan, diberikan secara adil, tidak memandang rendah atau tingginya
jabatan sang mad’u dan tidak dengan sikap yang kasar (bi al-Hikmah).
Seperti yang kita ketahui bahwa metode ini yang sifatnya
membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.
Dalam metode ini, ustadz Suhro sebagai sumber komunikasi, memberikan
jawaban sesuai dengan apa yang ada di dalam al-Qur’an dan al-Hadist dan
ketika beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para
mad’u, beliau menggunakan bahasa yang baik dan menghindari sikap
kasar (bi al-Hikmah). Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan, beliau
menyesuaikan dan mengarahkan para mad’u dengan kata-kata yang tidak
menyinggung perasaan para mad’u.
Metode ini, diterapkan oleh beliau setelah materi yang
disampaikan tuntas. Oleh sebab itu, beliau juga memperkirakan waktu
untuk metode ini. sebagai contoh, lima belas menit sebelum pengajian
ditutup, beliau memberiakn kesempatan kepada para mad’u untuk
bertanya.
7 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 03 Mei 2013.
52
Selain itu, ketika metode ini digunakan, suasana yang awalnya
mungkin biasa-biasa saja, sekejap bisa berubah menjadi suasana yang
“hidup”, ini karena nasihat-nasihat atau petunjuk-petunjuk yang beliau
berikan dengan penuh kata-kata yang baik tanpa menyinggung siapapun.
Walaupun terkadang ada pertanyaan yang menyimpang dari materi,
namun metode ini dapat menjadikan komunikasi yang baik antar materi
yang dibahas dengan daya tangkap jama’ah. Dengan metode ini,
diharapkan adanya komunikasi yang baik juga antara ustadz dengan
jama’ah. Jika ada yang salah persepsi pun dalam materi yang disampaikan,
maka kesempatan bertanyalah yang dapat mengklarifikasi isi materi, dan
ustadz Suhro akan memperjelas dengan kata-kata yang baik, tidak kasar,
sehingga mad’u akan menerima penjelasan yang beliau sampaikan dengan
rela hati dan jelas.
Dalam metode ini, ustadz Suhro juga memberikan cara atau jalan
berdakwah dengan cara berdiskusi yang baik (bi al-Mujadalah). Apabila
beliau menghadapi seorang mad’u yang taraf berfikirnya cukup maju, dan
kritis, seperti mad’u yang mempunyai bekal agama yang cukup. Dan
dalam metode ini beliau harus mempersiapkan argumen-argumen yang
kuat.
Dalam Metode Tanya Jawab ini, terkadang tidak semua orang atau
mad’u dapat menerima dakwah yang ustadz Suhro Suhaemi sampaikan
dengan begitu saja, mungkin dikarenakan setiap mad’u mempunyai
madzhab sendiri-sendiri, namun itu tidak menjadi penghalang bagi beliau
dalam menyampaikan materi kepada para mad’u, walaupun antara ustadz
Suhro Suhaemi dengan para mad’unya memiliki madzhab yang berbeda.
53
Ada tipologi manusia yang merasa perlu untuk mempertanyakan dahulu
kebenaran materi-materi dakwah yang disampaikan kepada mad’u,
sehingga harus adanya diskusi (Metode bi al-Mujadalah) untuk
menemukan jalan yang benar melalui cara yang terbaik, seperti ketika
beliau memberikan pemahaman yang ada kaitannya dengan ilmu fiqih.
Ada seseorang yang bertanya:
Ustadz, yang menjadi rukun shalat adalah al-Fatihah, saya pernah
mendengar bahwa basmillah itu bukan dari surat al-Fatihah, tapi dia
adalah pemisah, bagaimana masalah ini ustadz? Ustadz Suhro menjawab:
kalau menurut Imam Syafi‟i tentu tidak syah shalatnya jika surat al-
Fatihahnya tidak menggunakan basmallah, tapi kalau menurut Imam
Maliki, syah-syah saja. Boleh saja kalau kita mau bertaklid, kepada salah
satu dari Imam Mujtahid, akan tetapi harus dengan satu paket, seperti
dari mulai thaharahnya dan lain-lainnya. Artinya harus dibahas daripada
keseluruhannya. Ini hanya berbeda pemahaman saja.
Setelah melihat diskusi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
setiap ustadz Suhro memberikan jawaban, beliau menggunakan diskusi (bi
al-Mujadalah), tidak merasa paling benar pendapatnya, sehingga mad’u
yang bertanya tidak merasa disalahkan atau dihakimi.
3. Metode Memberikan Ringkasan Materi
Metode ini merupakan sebuah metode yang digunakan oleh ustadz
Suhro Suhaemi menggunakan tulisan dengan meletakkan sesuatu pada
tempatnya artinya tulisan tersebut berisi ajakan atau seruan mengenai
amar ma‟ruf dan nahi munkar yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadist
(bi al-Hikmah). Dalam ringkasan materinya, ustadz Suhro Suhaemi
mengharapkan seseorang menjadi baik dan terhindar dari kerusakan
karena isi dari ringkasan tersebut. Selain itu, tujuan dari ringkasan ini. agar
ketika para mad’u lupa dengan materi yang pernah dibahas, mereka hanya
54
tinggal membuka saja catatan yang pernah diberikan oleh ustadz Suhro.
Penulis mengutip perkataan ustadz Suhro Suhaemi, yang mengatakan
bahwa begitu pentingnya sebuah tulisan atau catatan itu, berikut:
“Ada sebuah perkataan ulama yang mengatakan: Al-Ilmu
kasshayyidi, qayyid shuyudaka bihablil wasiqati” (“ilmu itu seperti hewan
buruan (maksudnya ialah ilmu yang ada pada manusia itu mudah
terlupakan), maka ikatlah buruan engkau itu dengan ikatan yang kuat.
Diperintahkan untuk diikat, artinya mengikat ilmu dengan tulisan atau
catatan agar mudah mengiatnya ketika lupa”)8
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya
sebuah metode memberikan ringkasan, karena dengan metode ini para
mad’u dapat mengingat selalu akan ilmu yang pernah disampikannya. Jika
diperhatikan, sebuah ringkasan yang hanya beberapa lembar dapat
bermanfaat sepanjang waktu, selama ringkasan tersebut masih disimpan
dengan baik. Dengan sebuah tulisan atau catatan ini, kapan saja dan di
mana saja mad’u memerlukannya, mad’u dapat dengan mudahnya melihat
kembali ringkasan yang pernah diberikan.
Catatan materi yang ditulis oleh beliau, berupa ringkasan-ringkasan
yang dikutip dari al-Quran, al-Hadist dan pendapat para ulama. Ini sesuai
dengan wawancara yang dikutip oleh penulis, berikut:
“…Tentunya tidak keluar dari kitab karangan para ulama, karena
mereka adalah pakar dari al-Quran dan al-Hadist, artinya yang berbicara
sebagai pakarnya, jadi, saya hanya menyambung lidah dari para ulama,
karena para ulama yang dapat kita pegang pemahamannya dan
pendapatnya, karena tidak pernah keluar dari al-Qur‟an dan al-Hadist,
artinya, para ulama itu, rujukannya kepada al-Qur‟an dan al-Hadist…”9
Dari pernyataan beliau ini bahwa ringkasan atau catatan yang
beliau buat tidak keluar daripada al-Qur’an dan al-Hadist yang artinya
8 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 03 Mei 2013.
9 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 03 Mei 2013.
55
menunjukan jalan yang benar kepada para mad’u (bi al-Hikmah). Menurut
penulis, metode ini dapat memberikan dampak positif kepada siapa saja
yang membacanya, karena bukan saja para karyawan yang mendapatkan
manfaat dari metode ini, akan tetapi ringkasan ini bisa tersebar ke Istri,
anak, saudara, atau teman di luar Hotel Menara Peninsula. Metode ini
digunakan oleh ustadz Suhro sedari awal beliau berdakwah di kalangan
karyawan Hotel Menara Peninsula. Tehnik dalam metode ini ialah,
sebelum beliau memberikan ceramahnya kepada mad’u, beliau
memberikan ringkasan yang berupa bahasa Arab dan sudah dipersiapkan
sebelum beliau ceramah. Setelah catatan tersebut dibagikan, beliau
berceramah memberikan pemahaman kepada para mad’u sesuai dengan
ringkasan materi yang telah diberikan tadi, sehingga setiap materi yang
dibahas ustadz Suhro tidak keluar dari ringkasan tersebut. Setelah
pengajian selesai, catatan tersebut tidak dikembalikan kepada ustadz
Suhro, melainkan dibawa pulang oleh masing-masing karyawan.10
Dengan
ringkasan materi yang beliau berikan tadi, akhirnya dakwah bisa tersebar
luas kepada orang-orang selain karyawan yang mengikuti pengajian rutin
tersebut. Ini menunjukkan bahwa dakwah melalui tulisan dapat
memberikan pengaruh besar terhadap penyebaran agama Islam.
Dengan ringkasan ini, pesan-pesan dakwah dapat disebarluaskan
secara mudah kepada sasaran dakwah. Dalam hal ini, ringkasan ini cukup
efektif sebagai media dakwah kepada para mad’u.
10
Hasil observasi secara langsung di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula,
Jakarta, 27 Februari 2013.
56
4. Metode Praktik
Dalam metode ini, ustadz Suhro memberikan metode praktik
kepada para mad’u yaitu memberikan pemahaman kepada para mad’u
secara praktik, seperti cara berhubungan (beribadah) kepada Allah SWT
(hablun min Allah) dengan metode bi al-Hikmah yaitu (tepat dalam
perkataan dan perbuatan serta meletakan sesuatu pada tempatnya). Sebuah
praktik akan mendapatkan nilai ibadah di sisi Allah SWT apabila orang
tersebut mengetahui serta mengamalkannya dengan baik dan benar tentang
apa yang dipraktikan.
Metode ini digunakan oleh ustadz Suhro, ketika sebuah materi
yang dibahas berkaitan dengan praktik. Biasanya metode ini digunakan,
ketika materi yang dibahas adalah ilmu fiqih, seperti tata cara shalat,
wudhu, dan lain-lain. Metode ini digunakan beliau juga sebagai pelengkap
setelah memberikan ceramah dan tanya jawab. Praktik yang beliau
contohkan sesuai dengan kebenaran, artinya tidak keluar dari al-Qur’an
dan al-Hadist dan penuh kebijaksanaan (bi al-Hikmah). Contoh
praktiknya: Dalam al-Qur’an Surat al-Maidah/5 : 6, berikut:
يا أيها الرين آمنىا إذا قمتم إلى الصلاة فاغسلىا وجىهكم وأيديكم إلى المسافق وامسحىا
بسءوسكم وأزجلكم إلى الكعبين وإن كنتم جنبا فاطهسوا وإن كنتم مسضى أو على سفس أو
جاء أحد منكم من الغائط أو لامستم النساء فلم تجدوا ماء فتيممىا صعيدا طيبا فامسحىا
بىجىهكم وأيديكم منه ما يسيد الله ليجعل عليكم من حسج ولكن يسيد ليطهسكم وليتم نعمته
عليكم لعلكم تشكسون
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
57
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Ayat di atas menunjukan bahwa ketika seseorang hendak
berwudhu maka, basuhlah mukanya dan tangannya sampai dengan siku,
dan sapulah kepala dan membasuh pula kakinya sampai dengan kedua
mata kakinya, maka disinilah ustadz Suhro mempraktikannya secara
langsung kepada para mad’u apa yang dengan metode bi al-Hikmah yaitu
sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT, tidak mengurang-ngurangi
dan tidak melebih-lebihkan. Dan ketika seseorang sedang mengalami sakit
atau sesuatu yang tidak boleh terkena air, maka beliau memberikan jalan
agar bertayamum.
Dengan metode praktik yang beliau berikan kepada para mad’u,
maka beliau menggunakan metode bi al-Hikmah yaitu sebuah praktik yang
diberikan sesuai dengan kebenaran yang terdapat dalam al-Qur’an al-
Karim melalui pendapat para ulama.
B. Peningkatan kerukunan antar karyawan di Hotel Menara Peninsula
Jakarta Barat.
Sebuah kerukunan tidak timbul secara alami dalam setiap diri individu,
kerukunan dibangun dengan adanya sebuah usaha yang dilakukan oleh setiap
individu, usaha tersebut timbul dengan menciptakan sebuah sikap yang dapat
menciptakan rasa kerukunan dan perdamaian yang dapat memberikan dampak
positif tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi bagi semua masyarakat yang
menciptakan kerukunan dan perdamaian tersebut. dari hasil observasi yang
58
peneliti peroleh, peneliti menemukan peningkatan yang terjadi di mushalla
An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat, sebagai berikut:
1. Semakin meningkatnya rasa keseragaman antar sesama dalam hal
kebaikan pada diri karyawan.11
2. Yang sebelumnya belum mengenal satu sama lain menjadi saling
mengenal.
3. Ketika pertama kali pengajian tersebut diadakan, jumlah jama’ah hanya
sedikit, berkisar lima sampai dengan sepuluh orang, namun, seiring
berjalannya pengajian tersebut, memberi kesan positif kepada mereka
yang datang ke mushalla An-Nabawi untuk ikut bergabung dalam
pengajian tersebut, sehingga jama’ah menjadi bertambah.12
4. Kepedulian antar sesama semakin meningkat terlihat ketika makan
bersama dalam satu wadah.13
5. Meningkatnya rasa saling membutuhkan, menghargai, mengingatkan dan
memerhatikan satu di antara yang lainnya.
11
Wawancara dengan bapak Sofyan Hadi selaku karyawan Hotel Menara Peninsula dan
sekaligus jama’ah pengajian ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 06 Mei 2013. 12
Wawancara dengan bapak Sofyan Hadi selaku karyawan Hotel Menara Peninsula dan
sekaligus jama’ah pengajian ustadz SuhrSuhaemi, Jakarta, 06 Mei 201 13
Hasil observasi secara langsung di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula,
Jakarta, 27 Februari 2013.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode dakwah yang ustadz Suhro Suhaemi gunakan di musholla An-
Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat untuk meningkatkan
kerukunan antar karyawan adalah metode ceramah, metode tanya jawab,
metode memberikan ringkasan materi dan metode praktik.
2. Adapun peningkatan antar karyawan dari metode dakwah yang ustadz
Suhro Suhaemi terapkan di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
adalah semakin meningkatnya rasa keseragaman antar sesama dalam hal
kebaikan pada diri karyawan. Yang sebelumnya belum mengenal satu
sama lain menjadi saling mengenal. Ketika pertama kali pengajian tersebut
diadakan, jumlah jama’ah hanya sedikit, berkisar lima sampai dengan
sepuluh orang, namun, seiring berjalannya pengajian tersebut, memberi
kesan positif kepada mereka yang datang ke mushalla An-Nabawi untuk
ikut bergabung dalam pengajian tersebut, sehingga jama’ah menjadi
bertambah. Kepedulian antar sesama semakin meningkat terlihat ketika
makan bersama dalam satu wadah. Meningkatnya rasa saling
membutuhkan, menghargai, mengingatkan dan memerhatikan satu di
antara yang lainnya.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk ustadz , pengurus, dan
mad’u, yaitu:
60
1. Untuk Ustadz Suhro Suhaemi
a. Ada baiknya jika metode-metode yang ada, ditambah, seperti dengan
mengarang sebuah buku Islam, membuat sebuah rekaman video (video
recording) ketika pengajian diselenggarakan agar tidak hanya
karyawan saja atau orang-orang yang mengikuti pengajian beliau saja
yang mendapatkan pemahaman agama Islam, melainkan seluruh kaum
muslimin, lebih-lebih orang-orang di luar Islam dapat menikmati
dakwah dari ustadz Suhro Suhaemi.
b. Ringkasan beliau yang selalu mengunakan bahasa Arab, mungkin bisa
menjadikan para mad’u tidak terlalu paham dengan apa yang beliau
sampaikan, mungkin sebaiknya ringkasan yang beliau buat,
ditambahkan terjemahannya agar mad’u semakin paham terhadap
materi yang beliau sampaikan.
c. Dengan keilmuan yang ustadz Suhro miliki, ada baiknya jika ustadz
memilki gelar dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan
Tinggi agar semakin berkembang dakwah yang ustadz sampaikan.
d. Adanya kerjasama antara ustadz dengan pengurus untuk
menerjemahkan ringkasan materi yang menggunakan bahasa Arab,
untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
2. Untuk Pengurus Mushalla An-Nabawi
a. Membuat absen untuk para jama’ah yang mengikuti pengajian rutin
ini. Sehingga bisa terlihat yang aktif datang dalam pengajian tersebut.
b. Membuat sebuah penghargaan kepada setiap karyawan yang rajin
menghadiri pengajian di mushalla An-Nabawi.
3. Untuk para mad’u
a. Selalu belajar untuk lebih mendalami ilmu agama.
61
b. Jangan sungkan-sungkan untuk bertanya.
c. Mengajak teman yang lain dalam satu pekerjaan untuk ikut serta dalam
pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh mushalla An-Nabawi
Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat.
62
DAFTAR PUSTAKA
al-Munawar, Said Agil Husin. Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat
Press, 2003.
al-Qaradhawi, Yusuf. Retorika Islam Bagaimana Seharusnya Menampilakan
Wajah Islam. Jakarta: Pustaka al-Kaustar, 2004.
al-Sakandari, Ibnu Athaillah. Kitab ‘Iqadul himam fii syarhil hikam. Bandung:
Daarul Fikri, 1400.
Amahzun, Muhammad. Manhaj Dakwah Rasulullah. Jakarta: Qisthi Press, 2004.
Amin, M. Mansyhur. Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1997).
Amin, Syamsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Anten, Elyas. Ashi Injilizi Arabig. Mesir: Elyas Moderrn Press, 1951.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
As’ad, Mohammad. Psikologi Industri. Yogyakarta: Lembaga Management
Akademik Management Perusahaan YKPN, 1980.
Azis, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah. Solo: Era Intermedia, 2005.
Azis, Mohammad Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta: Logos, 1997.
Daulay, M. Zainuddin. Mereduksi Eskalasi Konflik Antar Umat Beragama di
Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan
Departemen Agama RI, 2001.
Dimyati, Aan Surachlan. Pengetahuan Dasar Perhotelan. Jakarta: PT. Anom
Kosong, 1989.
Haq, Hamka. Jaringan Kerjasama Antar Umat Beragama: Dari Wacana ke Aksi
Nyata. Jakarta: Titahandalusia Press, 2002.
Hari Karyono, A. Usaha dan Pemasaran Perhotelan. Bandung: Angkasa, 1999.
Koentjaraningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1997.
Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002.
Mansyi, Abdul Kadir. Metode Diskusi dalam Dakwah. Surabaya: al-Ikhlas, 1981.
63
Muriah, Siti. Metode Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.
S. P. Hasibuan, Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2011.
Saifudin, Muhammad. Syaamil Al-Qur’an Miracle The Reference. Jakata: PT.
Sygma Examedia Arkanleema, 2011.
Shaleh, Abdur Rasyad. Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang,
1993.
Tjokroamidjojo, Bintoro. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES, 1974.
Umar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1998.
Wasito, Woyo. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Cy Pres, 1974.
Waskito, A. A. Waskito. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Wahyu
Media, 2012.
Widjaja, A. Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali,
1990.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzuriyah, 1989.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
' ..:'z:. L"i Y.:. ).-i Vg
Ji. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat1,541,2lndonesia
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH }AKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7 432728 / 71703580
Website: wrvn'.felkuiniakarta.ac.itl, E-mail : [email protected]
df-i]. .#,:.: .:.. : ,t "rl*.':
! :.'n?ta twtffit?it[,?l!tu i
Nomor : Un.01/F5/KM.0l .3151)+tJb 12013
Lamp :1(satu)bundelHal : Bimbingan Skripsi
Tembusan :
l. Dekan2. Ketua Jurusan Komunikasi dar-r Penyiaran Islarn (KPI)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jakarta, tgMaret 2013
Kepada Yth.Umi Musyarofah, M.AgDosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullali Jakarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasisrvaFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla sebagaiberikut,
Nama : Choirul RoziqinNomor Pokok : 109051000079Jurusan /Semester : Komunikasi dan Penyiaran islam (KPI) / VIIIJudul Skripsi : Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaerni di Mushallah An -
Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat dalarnMeningkatkan Kerukunan antar Karyawan.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama.
Atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
a&.:De,iTi Dekan Bidang Akademik
)
-r,
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWATI DAN ILMU KOMUNIKASITelepor.r/Fax : (021) 7 432723 / 7 4703580
Ji. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputa tl'4lzlndonesia website: www,fdkuinjakarta.ac.icl, E-mail : [email protected] ac id
Nomor : Un.O1/F5/KM.01 3ftfr}.}- t2013
Lamp : -Hal : PenelitianAilawancara
Jakarta, 7j April 2OtZ
Kepada Yth.Pengurus Mushalla An-NabawiHotel Menara Peninsula Jakarta Baratdi Tempat
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.Takarla di bawah ini,
NamaNomor PokokJurusan/Semester
Ternbusan :
l. Pembantu Dekan Bidang Alcadernik2. I(etua Jurusan Komunikasi clan Pcnyiarau trslam (I{Pl)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
: Choirul R.oziqin:109051000079: Kornunikasi dan Penyiaran islam (KPi) / VIII
bermaksud melaksanakan penelitiary'wawancara untuh bahan penulisan skripsi yang
berjudul Metode Daloutth (Jst. Suhro Strhaemi t{i Mushallo An-J',labawi Hotel Menara
P eninsula Jakarta Bcu'ctt.
Sehubungan dengan itu, kami mernohon kepada Bapak/lbu/Sdr' kiranya berkenan
menerima mahasiswa kani tersebr-lt dalam pelaksanaan penelitiarVwawallcara dimaksud'
Demikian, atas perhatieur tlan perkenamya kami meugucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
r"6o+
WAWANCARA KEPADA USTADZ SUHRO SUHAEMI SELAKU PENGAJAR DI
MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA JAKARTA BARAT
Narasumber : Ustadz Suhro Suhaemi (da’i)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Rabu, 24 April 2013
Pukul : 20.00 WIB - selesai
1. P : Apakah bisa ustadz ceritakan tentang riwayat hidup ustadz?
J : Saya lahir pada 13 April 1955, di Ciamis Tasikmalaya Jawa Barat, Bapak
saya bernama Suhaemi dan Ibu saya Hajah Enco. Nama lengkap saya
sebenarnya Suhro Suhaemi al-Hadi, saya tambahkan nama ayah dan kakek
saya yaitu Suhaemi (bapak) dan al-Hadi (kakek). Nama tersebut (Suhaemi dan
al-Hadi) saya ambil karena memang ta‟zhiman aja kepada orang tua dan
kakek, jadi ketika orang mendo‟akan saya, dan saya mengamalkan ilmu yang
ada, maka akan ikut serta pahala dan kebaikkan untuk ayah dan kakek saya.
Saya menikah di tahun 1986, istri saya bernama Apung Hasanah, mertua saya
bapak Fakhruddin dan ibu Mamah. Dari pernikahan saya ini, alhamdulillah
saya dikaruniai tiga anak, yang pertama Hanifah Sumiarti, kedua Irfan Hilmi,
ketiga Luthfi Akmaluddin. Aktifitas sehari-hari yang saya jalani, yah hanya
belajar dan mengajar dari satu masjid ke masjid, dari mushalla ke mushalla
lain, dari rumah ke rumah, bersosialisasi pada masyarakat dan juga berdagang
sandal, sepatu, tas, dan lain-lain di pasar bedeng.
2. P : Ustadz, tolong ceritakan riwayat pendidikan ustadz?
J : Riwayat pendidikan saya dimulai dari SD (Sekolah Dasar) Negeri 03
Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat saya tamat pada tahun 1966. Kemudian SMP
saya MTs (Madrasah Tsanawiyyah) Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat, di tahun
1971 saya tamat. Kemudian SMA (Sekolah Menengah Atas) saya di Yayasan
Pendidikan Palmerah Jakarta Barat, dan tamat pada tahun1984. Selain itu, ada
juga pendidikan non-formal yang pernah saya jalani, yang pertama Pesantren
Salafiah Pasir Kadu, di Ciamis, Jawa Barat, tamat pada tahun 1974 waktu itu.
Terus, mencoba kursus Bahasa Inggris, di Cihideng, Tasikmalaya, Jawa Barat,
dan tamat tahun 1975. Meneruskan kembali pesantren di Pesantren Salafiah
Ciharbeuti, Ciamis, Jawa Barat, tamat pada tahun 1976. Kemudian juga terus
Pesantren kembali di Pondok Pesantren Sadang, Garut, Jawa Barat, dan tamat
di tahun 1978. Kembali lagi meneruskan ilmu agama (Pesantren) di Pondok
Pesantren Miftahul Huda, Tasikmalaya, tepatnya di Raja Pola, Jawa Barat,
tamat di tahun 1980. Itu aja kalau di tanya masalah riwayat pendidikan yang
pernah saya jalani.
3. P : Bagaimana awal perjuangan dakwah ustadz sampai sekarang?
J : Awalnya itu, sebetulnya, mmmh, “keberanian”, jadi, seandinya engga berani,
sulit juga untuk tampil berdakwah, ini adalah sesuai dengan nasehat sayyidina
„Ali karramallahu wajhah, yaitu “fa „alaika bissaja‟ah” atrinya (“hendaklah
kau berani”), bahkan, “laa takhaf bil ghalat” (“untuk awal-awal jangan
sampai kau takut salah. Jadi ketika awal dakwah itu, jangan sampai takut
salah, kenapa? Karena kita akan bisa belajar melalui kesalahan tersebut,
nantikan tinggal diperbaiki dari kesalahan tersebut, sambung beliau. Kalau
kita sudah tahu salah, nanti kesananya tinggal diperbaiki. Mengenai awal
perjuangan saya berdakwah adalah mengajar, dari rumah kerumah, sasaran
dakwahnya ada bapak-bapak, anak-anak, remaja, dan lain sebagainya.. Bahkan
kalau ceramah-ceramah itu, saya belakangan, sehingga ketika saya dahulu
disuruh untuk ceramah, saya sempat menolak, karena menurut saya, waktu itu,
ceramah bukan bidang saya, saya fikir, bidang saya yah mengajar. Tapi karena
banyaknya tuntutan dari berbagai pihak untuk berceramah atau khutbah, maka
saya usahakan, masa sih engga bisa, saya berusaha, dan terus mencoba,
akhirnya bisa. Artinya, tidak ada yang engga bisa, kalau memang kita belajar,
berani dan semangat, sesuai juga dengan hadist Rasul “man jadda wajada”
(“barang siapa yang bersungguh-sungguh maka pasti dia akan berhasil”).
4. P : Apakah tujuan dakwah yang ustadz harapkan?
J : Tujuan dakwah itu sebetulnya, hanya mengembangkan ilmu aja, mmmhh,
kata Rasul “barang siapa belajar, mengajar, dan mau mengamalkan kepada
ilmunya, maka Allah akan berikan ilmu yang mereka belum pelajari”, semua
tidak lain hanyalah untuk mencari Ridha Allah SWT. Tapi, yah itulah, kalau
kita ingin agar cepat dapat ilmu yang belum kita pelajari, mesti rajin belajar,
mengajar, apalagi kalau bisa mengarang serta mengamalkannya, maka Allah
akan berikan kepada dia ilmu yang belum dia pelajari.
5. P : Menurut ustadz apakah kunci sukses dalam berdakwah?
J : Jadi kunci sukses dalam berdakwah, sebenarnya, ini tidak terlepas dari
“lisanul hal afshahul lil lisanil maqal” jadi artinya, perbuatan itu, jauh lebih
hebat ketimbang kata-kata, maksudnya, bukan hanya, memberikan tausiah,
tapi mesti keluar dari pada prakteknya, sehingga yang dimaksud adalah
mengikuti kepada percontohan Rasul. Rasul itu uswatun hasanah suri tauladan
yang bagus di dalam segala bentuk dan segi, baik kata-katanya, perbuatannya,
perilakunya, dan diamnya itu, adalah sebuah percontohan. Itulah kunci sukses
dalam berdakwah, karena orang lain dapat dipercaya itu, karena melihat dari
perilakunya, bukan hanya dari segi omongannnya saja, kalau omongan mah
bisa dibuat-buat.
6. P : Apa saja kegiatan dakwah ustadz?
J : Oh, kegiatan dakwah, ada rutinitas dakwah yang saya jalani yaitu mengajar
mingguan atau bulanan di masjid-masjid, mushalla-mushalla, instansi-instansi,
rumah ke rumah, dan selain mengajar, membuat ringkasan materi, agar dapat
dibawa pulang oeh jama‟ah, selain itu, saya juga berdakwah dengan cara
merekrut khatib jum‟at, dengan harapan agar kelak nanti ada generasi Islam
yang meneruskan dakwah Rasulullah SAW, kemudian juga menjadi khatib
jum‟at di beberapa masjid wilayah Jakarta, ceramah agama ketika ada
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), atau juga ceramah saat ada keluarga yang
syukuran, kultum, dan yang paling saya andalkan untuk kedepannya nanti
adalah mengurus secara langsung Yayasan Pondok Pesantren yang sudah saya
bagun dan saya beri nama Pon-Pes Nurul Hasanah di Tasikmalaya Jawa Barat,
selain itu juga berdagang sambil berdakwah, karena kadang-kadang ada juga,
yang datang ke toko, bukan untuk membeli dagangan melainkan bertanya
mengenai agama Islam, ada juga yang curhat, makanya saya beri nama juga
toko saya Toko al-Mukasyafah.
7. P : Adakah hambatan-hambatan dalam berdakwah dan apa solusinya?
J : Kalau bicara hambatan dalam berdakwah tentu ada ya, misalnya setiap kali
saya menyampaikan materi, terkadang saya mengalami komunikasi yang tidak
efektif. Mugkin karena ada jama‟ah yang sulit mencerna atau menerima materi
yang saya sampaikan, biasanya karena kurang konsentrasi jama‟ah terhadap
materi. Ada juga ketika saya memberikan materi, pemahaman jama‟ah tidak
sesuai dengan apa yang direncanakan (salah persepsi), padahal kalau dilihat
dari materi yang dibahas, kemudian waktu dan tempat semuanya sama.
Mmmhh, sulit untuk mengukur kira-kira sampai mana nih pemahaman
jama‟ah terhadap materi yang saya sampaikan. Ada juga hambatannya daya
tangkap jama‟ah yang tidak mudah dalam menerima isi materi saya.
Kemudian juga ada ketergantungan dari pengurus majelis taklim, karena
metode dakwah yang ada pada saya ini, tergantung adanya undangan, karena
kalau saya engga diundang, maka saya tidak mungkin datang tiba-tiba lalu
berceramah di depan jama‟ah. Rasulullah juga mengatakan “al-„Ilmu yu‟ta
walaa ya‟ti” atinya, ilmu itu harus didatangkan, tidak datang sendiri,
maksudnya ialah, dakwah itu harus adanya undangan-undangan. Itu yang saya
rasa, juga menjadi hambatan saya dalam berdakwah. Jadi kalau pengurus tidak
mengundang, saya tidak mungkin datang begitu saja dan tiba-tiba berdakwah.
Artinya juga dakwah itu butuh dukungan dari berbagai macam pihak juga.
Solusinya adalah ketika ada jama‟ah yang kurang konsentrasi atau
kurang serius dalam menyimak materi yang saya bahas, maka saya mensiasati
dengan memberikan sesuatu yang menarik, seperti mengaitkan pembahasan
dengan menulis dipapan tulis (white board) berupa do‟a-doa yang berkaitan
dengan materi, atau dengan mengisahkan dari seorang nabi Allah atau wali
Allah atau juga dengan humor yang tidak berlebihan. Kemudian saya
mengulas kembali apa-apa yang telah saya sampaikan dengan kata-kata yang
mudah dicerna oleh para jama‟ah. Saya ajak komunikasi aja dengan jama‟ah
seperti dengan menanyakan, “gimana, faham atau tidak?”, atau dengan saya
membuka waktu tanya jawab di dalam atau di luar majelis taklim. Selain itu
juga, saya akan selalu men-support kepada jama‟ah untuk terus selalu
menggali ilmu, dimana pun mereka berada. Dan selalu memberikan motivasi
kepada jama‟ah untuk selalu belajar, belajar, dan belajar (menuntut ilmu) agar
tercapai apa-apa yang dituntut dan mendapat ridha Allah Ta‟ala. Dan selain
itu, memperbanyak jaringan, teman, pengetahuan dan lain sebaginya, agar
dakwah bisa tersebar luas.
Narasumber Pewawancara
(Ustadz Suhro Suhaemi) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
WAWANCARA KEPADA USTADZ SUHRO SUHAEMI SELAKU PENGAJAR
PENGAJIAN DI MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA
JAKARTA BARAT
Narasumber : Ustadz Suhro Suhaemi (pengajar)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Jum’at, 03 Mei 2013
Pukul : 13.00 WIB - selesai
1. P : Bagaimana dakwah menurut ustadz?
J : Dakwah itu adalah ajakan, artinya kita sebagai da‟i mengajak, diri sendiri,
keluarga, teman-teman, jama‟ah dan orang-orang di luar Islam untuk
beribadah kepada Allah SWT, menjalankan semua perintah-Nya, dan
menjauhi segala larangannya-Nya. Karena dakwah itu ada dua yah, yang
pertama dakwah intern dan ekstern. Intern artinya dakwah ke sesame Islam,
dan dakwah ekstern adalah dakwah ke luar agama Islam.
2. P : Metode dakwah apa saja yang ustadz gunakan?
J : Jadi, metodenya itu, mencari metode yang termudah, yang dapt diserap oleh
jama‟ah, tentunya berupa tausiah, selain itu tanya jawab, atau juga tertulis
juga, praktek juga, tapi tergantung dari jama‟ahnya, kalau memang
jama‟ahnya yang memerlukan praktek ya, maka praktek digunakan. Jadi,
macam-macam, ada yang metode yang secara tertulis, ada yang berupa
tausiah, secara metode tanya jawab.
3. P : Apa rujukan dari metode tersebut?
J : Tentunya tidak keluar dari kitab karangan para ulama, karena mereka adalah
pakar dari alquran dan alhadist, artinya yang berbicara sebagai pakarnya, jadi,
saya hanya menyambung lidah dari para ulama, karena para ulama yang dapat
kita pegang pemahamannya dan pendapatnya, karena tidak pernah keluar dari
al-Qur‟an dan al-Hadist, artinya, para ulama itu, rujukannya kepada al-Qur‟an
dan al-Hadist.
4. P : Apakah metode tersebut sudah efektif menurut ustadz?
J : Iya, termasuk sudah efektif menurut saya, tapi, bagi mereka yang ilmunya
sudah ada sehingga lebih mudah diserap, kecuali yang ilmunya belum ada,
kalau ilmunya belum ada, sulit juga memang, jadi memang tergantung dari
tingkatan-tingkata jama‟ah juga, bagi mereka orang-orang yang ahli fikir (mau
berfikir), tentunya cepat memahami, kemudian cepat diserap juga, tapi bagi
mereka yang bukan ahli fikir (malas mikir), tentunya agak juga berat menurut
mereka, tentan metode saya ini, karena memang saya, ketika memberikan
penjelasan itu, tidak pernah keluar dari definisi dan fakta, atau ta‟rif dan dalil.
Nah, ini juga sesuai dengan ilmu mantiq, ilmu mantiq itukan isinya dua yah,
satu adalah untuk mengetahui kepada ta‟rif artinya definisi, kedua untuk
mengetahui kepada dalil artinya fakta. Dan bahkan menurut Imam Ghazali “fa
man lam ya‟rif bil‟ilmil mantiq la yusaku bil‟ilmihi” artinya (“barang siapa
yang tidak mengerti kepada ilmu mantiq atau ilmu logika, maka dia tidak bisa
dipercaya ilmunya”) karena dia tidak mengetahui kepada definisi dan kepada
fakta.
5. P : Apakah sebelum mengajar ustadz ada persiapan?
J : Memang harus, harus adanya persiapan, kalau engga pakai persiapan
dikhawatirkan nanti, “ajraukum „alal fatwaa ajraukum „alannar” (“orang
yang paling berani memberikan fatwa atau nasehat tanpa referensi itu adalah
mereka orang yang paling masuk neraka.”) ini maqalah ulama, tapi maqalah
juga tidak terlepas dari hadist Rasul. Selain itu, dibutuhkan juga persipan fisik,
karena tanpa adanya persiapan fisik sulit juga rasanya, karena kalau sakit
gimana mau memberikan materi, jangan sakit, mengantuk saja bisa menjadi
hamabatan dalam menyajikan materi.
6. P : Apa saja dasar yang digunakan dalam menyajikan materi?
J :Jadi, sebenarnya al-Qur‟an dan al-Hadist, dan kitab-kitab para ulama,
diantaranya ijma dan kiyas, yaitu kesepakatan para ulama dan pengukuran
hukum, dari kata-kata mereka kepada al-Qur‟an dan al-Hadist.
7. P : Apakah ustadz peernah mengalami kesulitan ketika memberikan
pemahaman kepada mad’u?
J : Kalau kesulitan mah ada saja, jadi tergantung dari kondisi orangnya juga sih,
karena terkadang, materi yang disampaikan bisa diserap sama si A, tapi sama
si B belum tentu, atau si A faham, tapi si B belum faham, padahal materinya
dan penjelasannya sama.
8. P : Apa alasan ustadz memberikan materi ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan
ilmu tasawuf?
J : Oh iya, jadi alasannya adalah, bahwa ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu
tasawuf adalah ilmu yang termasuk ilmu yang fardhu „ain, yang diwajibkan
kepada setiap muslim. Sebetulnya di dalam al-Qur‟an itu kan ada lima puluh
tujuh ribu empat ratus tiga puluh sembilan cabang ilmu, kalau umpanya kita
diberikan umur yang panjang oleh Allah seribu tahun, itu ilmu yang ada di
dalam al-Qur‟an tidak akan pernah selesai kita pelajari, maka, oleh karena itu,
kata Imam Syafi‟I tidak lain, mereka sudah meringkas, bahwa yang wajib kita
pelajari adalah “ilmu yang penting-penting saja”, untuk kepentingan
kehidupan kita di dunia dan di akhirat yaitu di antaranya ilmu tauhid, fiqih,
dan tasawuf.
Narasumber Pewawancara
(Ustadz Suhro Suhaemi) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
WAWANCARA DENGAN PUTRA USTADZ SUHRO SUHAEMI
Narasumber : Irfan Hilmi (putra kedua ustadz Suhro)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Kamis, 09 Mei 2013
Pukul : 21.00 WIB - selesai
1. P : Apakah bapak selalu mendidik dengan cara yang baik?
J :Sering, pesan moral sih yang paling ditekan banget, contohnya “irfan jaga
nama baik” kalo ini salah langsung dikasih tahu. Kayak bangun subuh,
kesiangan misalnya, abis shalat langsung dikasih tahu, nasehatin baik-baik.
Kalau pendidikan dunia juga disuruh, tapi lebih mengutamakan urusan agama,
karena kalau agama udah kepegang dunia juga ikut.
2. P : Bagaimana figur bapak di mata anda?
J :Bagus, sebagi kepala rumah tangga, tegas, bisa kasih contoh kepada anak-
anakanya, selalu mendukung apa yang anak-anaknhya mau bapak juga bakal
turutin kemauannya tapi engga keluar jalur. Bapak juga engga egois dengan
kemauannya sendiri, kayak bapak punya kemauan anaknya jadi ustdaz tapi
kesanaya tergantung anaknya, yang penting jangan keluar dari jalur agama.
3. P : Apa bapak berhasil menjadi seorang ayah? Berhasil
J : Berhasil, dilihat dari segi mana? Setiap hari bapak kasih nasihat, buat jadi
orang yang baik sedikit-sedikit dari situ anaknya berubah.
4. P : Apakah bapak bisa menjadi teman?
J :Bisa,karena sering diajak bercanda juga, kalo sore biasanya kita tuh ngumpul
diruang tamu, sambil nonton tv, dari situ ada becandaan, sambil kasih nasehat.
Dengarin ustadz cermah di TV, sekalian kasih gambaran supaya anknya jadi
orang yang benar.
5. P : Apakah bapak bisa menjadi guru?
J : Pas banget, soalnya suka ngasih contoh, setiap hari dinasehatoin tapi dengan
cara ngobrol engga langsung menggurui. Kayak ngobrol aja gitu.
6. P : Bagaimana cara bapak ketika mendidikanaknya untuk mengambil ilmu dunia
akhirat?
J : Sering kasih, katanya jadi anak itu harus bisa bikin bangga orang tua,
Minimal tuh mesti mencontoh orang-orang baik. Dukungan materi juga bapak
kasih asal anaknya mau benar-benar dan sungguh-sungguh menuntut ilmunya.
Narasumber Pewawancara
(Irfan Hilmi) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
WAWANCARA DENGAN PUTRA USTADZ SUHRO SUHAEMI
Narasumber : Lutfi Akmaludin (putra ketiga ustadz Suhro)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Kamis, 09 Mei 2013
Pukul : 21.30 WIB - selesai
1. P : Apakah bapak selalu mendidik dengan cara yang baik?
J : Selalu, biasanya dengan cara dialog, terus juga, menjelaskan pelan-pelan
dan sedikit sedikit, ingetin buat shalat, sekolah lebih tinggi lagi, ngaji juga,
kalau engga ada waktu di rumah bapak ngajarin secara langsung. Kalau di luar
rumah ada pengajian usahain datang, katanya. Bapak maunya ada yang
terusin peninggalan dakwahnya, baca kitab-kitabnya.
2. P : Bagaimana figur bapak di mata anda?
J : Bapak tuh engga pernah marah, tapi tegas, misalnya anaknya engga nurut,
bapak langsung bilang, “keluar aja gih sana kalau engga mau nurut”, tapi lutfi
malah mikir, karena itu bukan kemauan bapak yang asli. Bapak juga.sabar,
kalau ada apa-apaan, misalnya ada maslah, engga marah-marah.
3. P : Apa bapak berhasil menjadi seorang ayah? Berhasil
J : Berhasil. Dilihat dari segi mana? Sikapnya, sebagai seorang ayah patut
dicontoh kesabarannya. Bapak juga bijaksana sama anak-anaknya. Engga
egois.
4. P : Apakah bapak bisa menjadi teman?
J : Bisa, karena terkadang kalau ada masalah lutfi bicara kayak sama temen
aja.. tapi liat situasi juga. Kalau bapak lagi capek engga berani. (sambil
ketawa)
5. P : Apakah bapak bisa menjadi guru?
J : Bisa, cara ngomong bapak baik-baik kalau lagi nasehatin, masuk di hati.
6. P : Bagaimana cara bapak ketika mendidikanaknya untuk mengambil ilmu dunia
akhirat?
J : Salah satu dari anaknya harus ada yang meneruskan pejuangannya.
Narasumber Pewawancara
(Lutfi Akamaluddin) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
WAWANCARA DENGAN JAMA’AH YANG MENGIKUTI PENGAJIAN
RUTIN USTADZ SUHRO SUHAEMI
Narasumber : Bapak Sofyan Hadi
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Rabu, 06 Mei 2013
Pukul :13.00 WIB – Selesai
1. P : Apakah sudah tepat metode yang ustadz Suhro berikan kepada
jama’ah?
J : Untuk metode yang beliau bawa, saya bisa katakan sudah tepat, karena
beliau memberikan metode yang sesuai dengan yang saya pribadi merasakan
tepat untuk memahamami agama. Seperti, materi yang beliau bawa juga sesuai
dengan bulan ramadhan, maka beliau mengaitkan materi dengan bulan suci
ramadhan.
2. P : Seberapa besar pengaruh dari dakwah yang ustadz Suhro berikan
kepada bapak?
J : Kalau untuk saya pribadi ya, memang kalau bicara soal agama, saya memang
bukan lulusan atau keluaran dari pesantren atau sekolah agama. Jadi, pengaruh
sekali, karena dengan adanya ustadz Suhro mengajarkan aqidah (tauhid) dan
akhlak (fiqih dan tasawuf), berkaitan sekali dengan kehidupan sehari-hari,
selain itu juga kan, hampir seluruh kawan-kawan disini latar belakangnya
bukan dari lulusan sekolah agama (pesantren), karena rata-rata itu kawan-
kawan yang ada, pendidikannya umum. Bukan tidak ada, ada, tapi jarang yang
keluaran pesantren atau sekolah agama. Kayak disini ada mas Mansur selaku
ketua pengurus mushalla ini, beliau lulusan pesantren. Bukan tidak ada, ada
tetapi sedikit.
3. P : Apa alasan bapak mengikuti pengajian ini?
J : Yah, alasannya, untuk meningkatkan pemahaman ilmu agama, supaya
keilmuan yang kita miliki, biarpun sedikit, mungkin nantinya akan bermanfaat
bagi orang banyak. Selain itu juga saya mengikuti pengajian ini, untuk
mengetahui mana-mana yang baik dan mana saja yang buruk.
4. P :Suka atau tidak dengan cara penyampaian yang ustadz Suhro berikan
kepada bapak?
J : Kalau dari segi keilmuan beliau, Alhamdulillah, beliau mengusai ilmu-ilmu
agama yang mendalam, karenakan dia juga mengusai betul tentang ilmu nahu
sharaf . Jadi, menurut saya, beliau sangat gamblang jika menyampaikan
materinya, gitu. Selain itu juga, yah kita sebagai jama’ah, sukalah, enak dan
puas serta pas dengan yang kita butuhkan. Lain dengan orang yang sedikit
keilmuannya, kalau ilmu agamanya kurang, kan kita juga sebagai jama’ah
merasa kurang mantap nih kayaknya, kurang pas gitu, kalau orang ilmunya
sudah “mantap” mah, kita juga jama’ah dengernya juga enak, paslah untuk
kalangan karyawan-karyawan.
5. P : Kelebihan dan kekurangan dari penyampaian ustadz Suhro?
J : Kalau kelebihan itu dia, ilmunya yang “mantap”, ilmu nahwu sharaf-nya
juga kan menjadikan apa-apa yang ditanyakan bisa terjawab dan dapat
dipahami. Kalau kekurangannya mungkin, kebablasan waktu biasanya,
hehehe, (sambil tertawa), karenakan kita disini bukan tempat umum, ada
waktu yang telah diberikan perusahaan untuk pengajian. Yah, ngaji sih
bukannya pengen buru-buru, yah memangkan seorang da’i itukan perlu
memperkirakan waktu. Seperti, “saya harus selesai jam segini, dan
memberikan kesempatan bertanya lima belas menit sebelum ditutup”, itu aja
sih kekuarangannya. Mungkin saking enaknya kali ya, kita juga mau negur
juga enggak enak, hehehe (sambil tertawa), yah paling itu aja.
6. P : Apa yang anda ketahui tentang figure ustadz Suhro?
J : Figur beliau dimata jama’ah, yah baik, ramah, murah senyum. Yah, bisa
dikatakan juga sebagai teladan yang baiklah untuk kami.
7. P : Apakah bapak pernah mengalami kesulitan ketika ustadz Suhro
menjelaskan materi yang disampaikan?
J : Kalau kesulitan pastilah pernah, karenakan kita sebagai jama’ah, awam
dengan agama, pastinya setiap materi, kita engga langsung memahami. Paling
jalan satu-satunya bertanya sama ustadz, supaya paham terhadap apa yang di
sampaikan. Mmmmh, pengajian disini juga kan bukan kayak pendidikan yang
ada di kampus, berbeda, kalau di kampus-kan ada UTS, Ujian dan lain-lain,
memang benar-benar dipersiapkan untuk ujian, jadi mau engga mau harus
benar-benar hapal. Kalau kita di sini sekedar kita dapat siraman rohani aja,
juga, pencerahan, agar adanya ukhuwah Islamiah, pemahaman. Kan terkadang
kalau ngaji engga bisa didapati sekali dua kali, yah itu engga cukup, maka
butuh berkali-kali agar paham terhadap ilmu agama.
Narasumber Pewawancara
(Ustadz Sofyan Hadi) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
WAWANCARA KEPADA PENGURUS MUSHALLA AN-NABAWI
Narasumber : Bapak ustadz Mansur Soliki (ketua mushalla)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Jum’at, 24 April 2013
Pukul : 13.00 WIB – selesai
1. P : Bagaimana awal mula berdirinya mushalla An-Nabawi?
J : baik, mengenai mushalla An-Nabawi ini, didirikan pada tahun 1998,
kemudian mushalla ini dibangun atas dasar ide dari para karyawan
muslim yang menginginkan tempat ibadah khusus didalam hotel. Oleh
sebab itu, maka dibangunlah sebuah mushalla di basemant hotel,
Seiring berjalannya waktu, mushalla ini semakin ramai dikunjungi oleh
para karyawan atau karyawati muslim yang ada di dalam hotel, ada
yang datang untuk shalat lima waktu, ada juga untuk melepas lelah
sejenak setelah bekerja, tapi setelah shalat ini lho. Sampai akhirnya di
akhir tahun 1999, menuju tahun 2000, beberapa karyawan muslim
yang sering berjama’ah, membuat Dewan Kepengurusan Mushalla
(DKM) di dalam mushalla ini. Mulailah terbentuk ketua mushalla,
ketua majelis taklim, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-
seksi.
2. P : Bagaimana latar belakang dari pengajian rutin ini?
J : Latar belakang terbentuknya pengajian ini, sebenarnya setelah
terbentuk kepengurusan, di tahun 2003, kawan-kawan yang aktif dalam
mushalla ini, berinisiatif untuk membuat ajang silaturrahim,
memperdalam ilmu agama, mendapatkan pencerahan, selain itu
siraman rohani untuk menenangkan hati dengan cara membuat
pengajian rutin atau majelis taklim mingguan dan bulanan. Awal-
awalnya sih sedikit, paling lima orang, sepuluh orang aja udah banyak
banget, hehehe (sambil tertawa) tapi Alhamdulillah sekarang sudah
banyak yang hadir dalam pengajian mingguan maupun bulanan. Nah,
Kalau yang mingguan setiap hari rabu setelah shalat zhuhur, kalau
yang bulanan setiap hari senin awal bulan setelah shalat zhuhur juga.
3. P : Apa tujuan diadakannya pengajian rutin ini?
J : Tujuan dari pengajian ini adalah untuk mempererat tali silaturrahmi
antar karyawan, agar timbul ukhuwah Isamiah juga antara karyawan.
Selain itu, diselanggarakannya pengajian ini, untuk memberikan
pemahaman mengenai ajaran agama Islam, dan untuk membina
kerukunan antar karyawan yang ada di hotel tersebut.
4. P : Apa visi dan misi dari mushalla ini?
J : Visinya adalah Untuk menambah pemahaman ilmu agama Islam
dengan nuansa yang berbeda dari DKM lain, sedangkan misinya dengan cara
memperdalam ilmu agama. Memberikan kesempatan pertanyaan untuk
karyawan kepada pengajar atau ustadz. Menampilkan para ustadz yang
berbeda-beda di setiap pengajian mingguan. Dan mengevalusi semua kegiatan
di akhir tahun.
5. P : Kegiatan apa saja yang ada di mushalla ini?
J : Mengenai kegiatan yang diselanggarakan di mushalla An-Nabawi ini
terbagi kegalam; “Kegiatan Rutin” (harian atau mingguan), seperti
shalat lima waktu, shalat jum’at yang kami laksanakan di halaman
depan mushalla, kemudian ada pengajian mingguan untuk para
karyawan muslim, ada juga kegiatan program sosial, seperti
sumbangan-sumbangan pada masjid, mushalla yang sedang dibangun
di sekitar hotel, sumbangan yang kami berikan kepada yayasan yatim
piatu, untuk perkembangan yayasan, TK, lembaga-lembaga dan lain-
lain sebagainya, ada juga bersih-bersih di dalam mushalla dan sekitar
mushalla, dengan bekerja sama dengan Departemet Kebersiahan Hotel.
Kemudian ada yang kami sebut dengan “Kegiatan Bulanan”, seperti
pengajian bulanan, rapat perkembangan majelis taklim, dan lain-
lainlah. Dan ada juga yang kami sebut dengan “Kegiatan Tahunan”,
seperti penerimaan zakat, infaq dan shadaqah, penyalurannya kepada
yang berhak, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) di mushalla ini,
dengan membaca yaasiin, tahlil, ratib rawi dan lain-lain, terakhir
evaluasi akhir tahun seluruh kegiatan yang dilaksanakan agar adanya
peningkatan dalam kualitas kegiatan yang kami selanggarakan.
Narasumber Pewawancara
(Bapak Ustadz Mansur Soliki) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
WAWANCARA DENGAN JAMA’AH YANG MENGIKUTI PENGAJIAN
RUTIN USTADZ SUHRO SUHAEMI
Narasumber : Ustadz Ahmad Hidayat (jama’ah)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Selasa, 30 April 2013
Pukul : 08.00 WIB – Selesai
1. P : Apakah sudah tepat metode yang ustadz Suhro berikan kepada
jama’ah?
J : Yah, kalau menurut ana pribadi, dari segi beliau mengajar itu ya sudah tepat,
karena metode yang beliau pakai metode pesantren. Jadi, mungkin sesuatu
yang kita belum dapat, bisa didapat melaui pengajiannya.
2. P : Seberapa besar pengaruh dari dakwah yang ustadz Suhro berikan
kepada bapak?
J : Yah cukup besar juga, karenakan kita ini kan di bawah beliau ilmunya,
sementara, kita terima dengan apa yang beliau berikan, tentunya sangat
berpengaruh besar sekali buat ana pribadi. Karena bisa tahu agama lebih
dalam lagi.
3. P : Apa alasan bapak mengikuti pengajian ini?
J : Untuk mendalami ilmu agama, di samping itu, yah mohon maaf ini, karena
ana sebagai ubudiyyah, jadi namanya kita sebagai pengurus, harus mengikuti
juga pengajian beliau, yah memang ubudiyyah kan yang menyangkut masalah-
masalah ibadah, jadi ana merasa memang cocok untuk ana pribadi buat ikutin
pengajiannya.
4. P :Suka atau tidak dengan cara penyampaian yang ustadz Suhro berikan
kepada bapak?
J : Suka, dari segi keilmuan, karena sedikit banyaknya kita bisa mendapatkan
dengan mudahnya. Buat apa? buat lebih memahami lagi ilmu agama Islam.
5. P : Kelebihan dan kekurangan dari penyampaian ustadz Suhro?
J : Kelebihannya mengenai metodenya itu, ketika beliau memberikan makalah
berarti ini ada sebuah panduan dalam belajar. Jadi, tidak akan gampang lupa
juga, yah kalau lupa tinggal dibuka lagi makalahnya. Dan juga kita bisa
sampaikan juga kepada yang lain. Kalau masalah kekurangan, mungkin
terkadang ketika beliau menjelaskan materi karena dengan detailnya, sehingga
terlalu jauh keluar dari materi yang dibahas. Tapi semua itru wajarlah, karena
begitu detailnya beliau menjelaskan. Memang ana akui di lingkungan sini
jarang yang setingkat keilmuannya dengan beliau.
6. P : Apa yang anda ketahui tentang figur ustadz Suhro?
J : Iya, untuk masalah figur, beliau adalah seorang ulama yang mempunyai
keilmuannya yang sangat besar, bahkan banyak yang belajar dengan beliau,
bahkan orang-orang yang sudah tingkat atas. Orang-orang mengenal beliau
karena keilmuannya yang begitu tinggi. Figurnya bagus, mmmmhh, beliau itu,
seorang ulama besar, tapi tidak menunjukkan, bahwa beliau adalah ulama
besar, baik dari kalangan bawah, dianggap sama saja untuk bergaul, tidak
membeda-bedakan, misalnya, “wah dia nih kalangan bawahan, engga mau ah
bergaul sama dia”, nah, beliau itu engga begitu, beliau mau bergaul sama siapa
saja.
7. P : Apakah bapak pernah mengalami kesulitan ketika ustadz Suhro
menjelaskan materi yang disampaikan?
J : Nah, kalau masalah kesulitan terkadang ada juga sih, kesulitannya, ketika
beliau menulis dipapan tulis (white board) kayak do’a atau apa-lah yang berkaitan
dengan materi, setelah selesai beliau tulis, terkadang beliau langsung menerangkan
yang lain. Itu bagi ana pribadi sebuah kesulitan, susah kayaknya untuk konsentrasi
jadinya dengan materi yang sedang dibahas, gitu.
Narasumber Pewawancara
(Ustadz Ahmad Hidayat) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
Lxffit;t*d,YAYASAN PONDOK PESANTREN
'' NURUI, HASANIA-H ''AKTA NOTAFilS : 3/l 896 NpWp 1 .748.19A.5425
Tft, -ru-
et'(firirr(^=BANK
Sekretariat
Kanca tsRt Ciamis, Bpl Unit CihaurbeutiNo. Rekening Sg-21 -4992Desa Cihaurbeuti 46262 Ciamis _ Jawa Barat
')/: {?*}i; M#'44K?f.y?)t&:'bf ib;is,;i^tp*-r-*;?"6i1
o 4 ? . / b
P61 ; *fuG-,$s, *";g- u#r-2-$ \ /; -,-oJ 9\1,
-.\/ ':-'/ - 'z)" '' y:ryr""kA\\.5":.>!;;;W(c*\f x..iAG;
o,/. l- w
fJ, "if^2'.2/ff {ip R:SY ft?:: \5)y3
() ) ./,)) {&rro,7"^ Ar/ no/' lo ) o)"t.'/uqfr.,/'c-*-..),<!..|J}t';'y}-}" +r]t\ t' -+-e d\),- rr_0.,*=:*€4; *G^4i+ 4t,6 fyr:)<^?4,
Wrft:ry#ci{u", {W1,Jn t_. ---'-----'2 6 ,t '1
'r,:€53 _vr- - -=" ka:\#voi*-Kjlo,f ^ .r' ---/ fJ'7---- ""-
-Y.,f .\- .' (/' I
" KWi 7)," ii 4J {1-/-.'s:ff
* :F;aut .'7 " t:,",i ;: ;f(V,;Affi"WEry:>,^
' o) o4u""6'i()".4,7< :'4;{{aYry;A7;,et t'p i)l-rr:S1Gi ri|,; t\ d r ;7\ <Syi+\tffi Y{ 6i ri?fi'$Vi',,ktt iL:c{"# :* 2( W rM t,
u ?, 3 ffiA|t€--Q 3*F Si(-5ui#:z q<-,/ - /,/ . . --\ ,/. ,a-r' .,,, -r'._ .-4 ,..t ,10 ,," \ ./ ,/ ,,.' ,z -, ,/ , 4
A ?,'"4 :rg 3 @1v.#3,1"4 5 g'
',Ht+{"W:{,4")*bffi:e?# i*44 ?43r\; 43' fr Y5 i";v%l
4-!)\-'=
e 3* Jlri> bpst6a,v -\" 4rffi-oY'L/-l '' ./ o-) r/1 2--- ,''' <5 o
L
1'/"\-q-:'-'r €4+f
xVi-"i'i\ t./ \tr /o /, //-
d7 i*_>"' ":t _l-;; t : \{_):)- ).. ,/
-r" tl) -.' ./-=, , ( \ 'c--2 \-r
,/ - .,-,/ ,/ -z
\; -.r "-. ^
\ itAlr,/
,!$ff'f * N y,ie (''- #+F tv6$r+.i^:<;S*\4"€.#G,*)f2
o'>A>v "6 ; W y 6;f5G'ir i-*ii 5 \Ir 'g;1ft-y-'&;\c313
0J -/6
+-e-u i{;d^/\Y{;i*56t!, . v ;/;b:Ui :Y
3?t*"&i,v4';k
Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula yang berada di Basemant
Hotel
Para karyawan yang mengikuti pengajian ustadz Suhro suhaemi
Salah satu karyawati Hotel yang mengikuti pengajian
Para karyawan yang mengikuti pengajian ustadz Suhro Suhaemi
Setelah ustadz Suhro memberikan ceramahnya di Hotel Menara Peninsula
Ustadz Suhro sedang membekhutbah Jum’at di Hotel Menara peninsula
Aktifitas dakwah di luar mushalla
Ada karyawan yang bertanya
Karyawan sedang mendengarkan ceramah
Doa yang dtulis di papan tulis (white board) oleh ustadz Suhro
Hotel Menara Peninsula
Hotel Menara Peninsula
Kegiatan tahunan (zakat) yang diterima disalurkan keembali