mesin pengering sepatu skripsi · mesin pengering pada umumnya digunakan untuk mengeringkan...
TRANSCRIPT
i
MESIN PENGERING SEPATU
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin
oleh :
NEWTRON TUMANGGOR
NIM : 125214090
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SHOES DRYER MACHINE
FINAL PROJECT
As partial fulfillment of the requirement
to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering
by :
NEWTRON TUMANGGOR
Student Number : 125214090
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Penulis
Newtron Tumanggor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma :
Nama : Newtron Tumanggor
Nomor Mahasiswa : 125214090
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
Mesin Pengering Sepatu
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media yang lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Yang menyatakan
Newtron Tumanggor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Mesin pengering pada umumnya digunakan untuk mengeringkan hasil-hasil
pertanian misalnya jagung, gabah, daun tembakau dll, tingkat konsumsi sepatu di
Indonesia meningkat 20% tiap tahun,selama ini perawatan sepatu di Indonesia
jika sepatu mengalami kebasahan masih dengan menggunakan cara konvensional
yaitu dijemur dengan memanfaatkan panas matahari. Dikarenakan ketersediaan
energi surya yang tidak dapat diprediksi terlebih pada saat musim hujan maka
proses pengeringan dengan energi surya tidak dapat dihandalkan. Maka dari itu,
diperlukan alternatip lain untuk dapat mengeringkan sepatu. Di industri obat-
obatan serta di pabrik susu pada umumnya memerlukan mesin pengering pakaian,
kaos kaki, penutup kepala dan sepatu. Seperti diketahui, karyawan pabrik obat-
obatan setiap hari harus memakai pakaian, kaos kaki, sepatu dan penutup kepala
agar produksi pabrik tetap steril Di pasaran mesin pengering sepatu dengan energi
listrik untuk kapasitas besar sulit ditemukan.
Oleh karena itu diperlukan inovasi produk mesin pengering sepatu yang
mampu mengeringkan sepatu dalam jumlah yang cukup besar yang aman, ramah
lingkungan dan praktis serta mampu bekerja dengan tanpa melibatkan sumber
energi matahari. Tujuan penelitian adalah : (a) Merancang dan membuat mesin
pengering sepatu dengan energi listrik. (b) Mengetahui beberapa karakteristik
mesin pengering sepatu dan mengetahui laju pengeringan sepatu. dengan berbagai
variasi jumlah sepatu yang dikeringkan. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknik
Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Variasi penelitian adalah
jumlah sepatunya yang terdiri dari; 4 sepatu, dan 20 sepatu, dibandingkan dengan
pengeringan dengan cara dijemur dibawah matahari 4 sepatu, dan 20 sepatu.
Bahan sepatu yang digunakan dalam penelitian yaitu kain leather serap air dengan
ukuran sepatu adalah 41 dengan bahan tapak karet.
Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik mesin pengering sepatu
untuk variasi 4 sepatu memiliki rata-rata temperature pengeringan di ruang
pengering bola kering 67 oC dan kelembabannya sebesar 12 % sedangkan untuk
variasi 20 sebesar 65 oC dan kelembabannya sebesar 11 % dan laju udara
pengeringan untuk 4 sepatu sebesar 36 kg/jam dan untuk 20 sepatu sebesar 61,2
kg/jam, mesin pengering sepatu ini mempunyai kapasitas paling efektif untuk 20
sepatu. kemampuan pengeringan untuk mengeringkan 20 sepatu dan 4 sepatu
sama besar, dengan laju pengeringan sebesar 0,101 kg/jam.
Kata kunci : Mesin pengering sepatu, sistem terbuka, refrigerant dehumidifier.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
The dryer is generally used for drying agricultural products such as corn,
grain, tobacco leaf, the level of consumption of shoes in Indonesia increased by
20% each year, over this shoe care in Indonesia if the shoe experience kebasahan
still using conventional way that is dried by utilizing the heat of the Sun. Due to
the availability of solar energy which can be unpredictable especially in the rainy
season then the process of drying with solar energy can not be reliable. Therefore,
it is necessary to other alternative to shoes can dry out. In the industry as well as
drugs in the milk factory in general need a dryer clothes, socks, shoes and head
covering. As is known, the employees of the plant medicines every day should
wear underwear, socks, shoes and head covering so that the production of the
factory remain sterile in the market the dryer shoe with electrical energy for large
capacity hard to find.
It is therefore necessary the dryer shoe product innovation that is capable
of drying shoes in large enough quantities of safe, environmentally friendly and
practical as well as being able to work with without involving the source of solar
energy. Research objectives are: (a) the design and make the dryer shoe with
electrical energy. (b) Knowing several characteristics the dryer the shoes and
knowing the rate of drying shoes. with a wide variation of the number of shoes
that were dried. The location of the research in the laboratory of mechanical
engineering University of Sanata Dharma Yogyakarta. Research is the number of
variations of the loafer which consists of; 4 shoes, and 20 shoes, compared with
drying by means of dried under the Sun 4 shoes, and shoes. Shoe materials used in
research namely fabric leather shoe size with water absorbency is 41 with rubber
tread.
Research results suggest that the characteristics of a dryer for shoes shoes
4 variations has an average temperature of drying in the dryer to dry the ball 67
oC and kelembabannya of 12% while for 20 variations of 65 ° c and
kelembabannya of 11% and the rate of air drying for 4 shoes of 36 kg/h and for 20
shoes of 61.2 kg/hour, shoe dryer has the most effective capacity to 20 shoes.
drying ability to dry 20 shoes and 4 shoes as great, with the rate of drying of 0.101
kg/hour
Keyword: shoe dryer, open system, refrigerant dehumidifier.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar. Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib untuk mendapatkan gelar
sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan
skripsi ini melibatkan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Sudi Mungkasih Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah memberikan petunjuk, pengarahan, dan saran
selama penyusunan Skripsi ini.
3. Kedua orang tua, Ir. Rahman Tumanggor dan Masfride Sinaga yang telah
memberi motivasi dan dukungan kepada penulis, baik secara materi maupun
spiritual.
4. Seluruh staf dan pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam
penyusunan Skripsi ini.
5. Rosma, Theodora, Sutri selaku teman yang telah memberikan dorongan dan
semangat kapada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan semua pihak yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan dan
bantuan dalam wujud apapun selama penyusunan Skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Terima
kasih.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Penulis
Newtron Tumanggor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
TITLE PAGE .......................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah ........................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ..................................... 4
2.1. Dasar Teori ................................................................................................... 4
2.1.1. Pengeringan ........................................................................................ 4
2.1.2. Parameter Dehumidifikasi .................................................................. 5
2.1.2.1. Suhu Udara Pengering ................................................................. 5
2.1.2.2. Kelembapan Relative (RH) Udara Pengering ............................. 6
2.1.2.3. Kecepatan Udara Pengeringan .................................................... 6
2.1.2.4. Kelembapan Spesifik .................................................................. 6
2.1.2.5. Kadar Air Bahan ......................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.1.3. Siklus Kompresi Uap .......................................................................... 7
2.1.3.1. Proses Kompresi (1-2) ................................................................. 8
2.1.3.2. Proses Desuperheating ................................................................ 9
2.1.3.3. Proses Kondensasi (2a-3a) .......................................................... 9
2.1.3.4. Proses Pendinginan Lanjut ........................................................ 10
2.1.3.5. Proses expansi (3-4) .................................................................. 10
2.1.3.6. Proses Evaporasi (4-1a) ............................................................ 11
2.1.3.7. COP Siklus Kompresi Uap ....................................................... 11
2.1.4. Psychrometric Chart ......................................................................... 11
2.2. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 15
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 17
3.1. Objek Penelitian ......................................................................................... 17
3.2. Variasi Penelitian ....................................................................................... 18
3.3. Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Sepatu ................................ 18
3.3.1. Alat .................................................................................................... 18
3.3.2. Bahan ................................................................................................ 21
3.3.3. Alat Bantu Penelitian ........................................................................ 28
3.4. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 29
3.4.1. Alur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 30
3.4.2. Pembuatan Mesin Pengering ............................................................ 30
3.4.3. Proses Pengisian Refrigeran ............................................................ 31
3.4.3.1. Proses Pemetilan (1-2) ............................................................... 31
3.4.3.2. Proses Pemvakuman ................................................................. 33
3.4.3.3. Proses Pengisian Refrigeran 134a ............................................. 34
3.4.4. Skematik Pengambilan Data ............................................................. 34
3.4.5. Langkah-langkah Pengambilan Data ............................................... 36
3.5. Cara mendapatkan Kesimpulan .................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ...... 41
4.1. Hasil Penelitian .......................................................................................... 41
4.2. Perhitungan ................................................................................................. 46
4.3. Pembahasan ................................................................................................ 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 54
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 54
5.2. Saran ........................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 56
LAMPIRAN ........................................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skem siklus kompresi uap ................................................................ 7
Gambar 2.2a. P-h diagram Siklus Kompresi Uap ................................................... 8
Gambar 2.2b. T-s Diagrma Siklus Kompresi Uap .................................................. 8
Gambar 2.3. Psychometric Chart ........................................................................ 12
Gambar 2.4. Skema Mesin Pengering Sepatu ..................................................... 13
Gambar 3.1. Skematik Pengering Sepatu ............................................................ 17
Gambar 3.2a. Gergaji Kayu .................................................................................. 18
Gambar 3.2b. Kayu ............................................................................................... 18
Gambar 3.3a. Obeng Plus dan Minus.................................................................... 19
Gambar 3.3b. Kunci Pas ........................................................................................ 19
Gambar 3.4. Meteran ........................................................................................... 19
Gambar 3.5. Tube Cutter ..................................................................................... 20
Gambar 3.6. Tube expander ................................................................................ 20
Gambar 3.7. Tang kombinasi .............................................................................. 20
Gambar 3.8. Pompa Vakum ................................................................................ 21
Gambar 3.9. Gas Las Hi-cook ............................................................................. 21
Gambar 3.10. Kondensor....................................................................................... 23
Gambar 3.11. Pipa Kapiler .................................................................................... 24
Gambar 3.12. Kompresor ...................................................................................... 24
Gambar 3.13. Evaporator ..................................................................................... 25
Gambar 3.14. Filter ............................................................................................... 26
Gambar 3.15. Refrigeran ....................................................................................... 27
Gambar 3.16. Presure gauge.................................................................................. 27
Gambar 3.17. Kipas dan Motor Listrik ................................................................. 28
Gambar 3.18. Skematik Diagram Alur Penelitian ................................................. 30
Gambar 3.19. Rancangan Mesin Pengering Sepatu .............................................. 32
Gambar 3.20. Skematik Pengeringan Sepatu ........................................................ 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 4.1. Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja evaporator (Tevap)
........................................................................................................ 47
Gambar 4.2. Kelembaban spesifik setelah kondensor (wD) dan kelembaban
spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wE) ........................ 48
Gambar 4.3. Hubungan antara massa sepatu terhadap waktu pada 4 sepatu ..... 52
Gambar 4.4. Hubungan antara massa sepatu terhadap waktu pada 20 sepatu. ... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tabel yang Dipergunakan Untuk Pengisiannnnnn Data ..................... 38
Tabel 4.1. Data hasil rata-rata untuk 4 Sepatu ..................................................... 42
Tabel 4.2. Data Hasil Rata-rata Untuk 20 Sepatu ................................................ 43
Tabel 4.3. Data Hasil Rata-Rata Pengeringan Matahari Untuk 4 Sepatu............. 45
Tabel 4.4. Data Hasil Rata-Rata Pengeringan Matahari Untuk 20 Sepatu........... 46
Tabel 4.5. Data Hasil Perhitungan 4 Sepatu ......................................................... 50
Tabel 4.6. Data Hasil Perhitungan 20 Sepatu ....................................................... 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin pengering pada umumnya digunakan untuk mengeringkan hasil-hasil
pertanian misalnya jagung, gabah, daun tembakau dll. Bukan hanya komuditi
agroindustri mesin pengering juga digunakan untuk keperluan industri misalnya
untuk pengering kertas, pengering sepatu, pengering pakaian, penutup kepala, kaos
kaki dll. Di industri obat-obatan serta di pabrik susu pada umumnya memerlukan
mesin pengering pakaian, kaos kaki, penutup kepala dan sepatu. Seperti diketahui,
karyawan pabrik obat-obatan setiap hari harus memakai pakaian, kaos kaki, sepatu
dan penutup kepala agar produksi pabrik tetap steril.
Pada tahun 2009 tingkat konsumsi sepatu di Indonesia meningkat 20% (Hadi
Suprapto dan Elly Setyo Rini, 2009) dengan banyaknya tingkat komsumsi sepatu ini
maka peluang untuk membuat tempat perawatan sepatu memiliki prospek yang
sangat menjanjikan. Selama ini perawatan sepatu di Indonesia jika sepatu mengalami
kebasahan masih dengan menggunakan cara konvensional yaitu dijemur dengan
memanfaatkan panas matahari. Dikarenakan ketersediaan energi surya yang tidak
dapat diprediksi terlebih pada saat musim hujan maka proses pengeringan dengan
energi surya tidak dapat dihandalkan. Maka dari itu, diperlukan alternatip lain untuk
dapat mengeringkan sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berangkat dari persoalan tersebut di atas, penulis tertarik untuk merancang,
membuat dan melakukan penelitian tentang mesin pengering sepatu dengan energi
listrik. Penulis tertarik untuk mempergunakan siklus kompresi uap di dalam proses
pengeringannya. Sistem udara yang di pergunakan di dalam pengeringan sepatu
dipilih secara terbuka.
1.2 Perumusan Masalah
Di pasaran mesin pengering sepatu dengan energi listrik untuk kapasitas besar
sulit ditemukan. Oleh karena itu diperlukan inovasi produk mesin pengering sepatu
yang mampu mengeringkan sepatu dalam jumlah yang cukup besar yang aman,
ramah lingkungan dan praktis serta mampu bekerja dengan tanpa melibatkan sumber
energi matahari.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Merancang dan membuat mesin pengering sepatu dengan energi listrik.
b. Mengetahui beberapa karakteristik mesin pengering sepatu dan mengetahui laju
pengeringan sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.4 Batasan Batasan
Beberapa batasan di dalam pembuatan mesin pengering sepatu adalah :
a. Mesin pengering bekerja menggunakan siklus kompresi uap, dengan komponen
utama : kompresor, evaporator, kondensor, pipa kapiler, dan refrigeran
b. Daya kompresor sebesar 1 HP, komponen lain dari mesin siklus kompresi uap,
besarnya menyesuaikan dengan daya kompresor yang dipergunakan.
c. Mesin siklus kompresi uap menggunakan refrigeran R134a,
d. Mesin pengering bekerja dengan aliran udara pengering sistem terbuka,
e. Sumber energi pengering sepatu adalah energi listrik.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian antara lain :
a. Menambah kajian ilmu pengetahuan tentang mesin pengering energi listrik dengan
kompresi uap. yang dapat ditempatkan di Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma.
b. Dapat dipergunakan sebagai referensi bagi para peneliti yang tertarik melakukan
penelitian tentang mesin pengering sepatu, dengan energi listrik
c. Didapatnya model mesin pengering sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
2.1.1 Pengering
Salah Satu cara pengeringan dapat dilakukan dengan cara menurunkan
kelembaban (Fatouh dkk, 2006). Ada beberapa cara pengeringan yang bisa
dilakukan (1) secara konvensional dengan tenaga matahari, (2) dengan dehidrator
dan (3) menggunakan mesin kalor (Goh dkk, 2011). Keunggulan mesin kalor
untuk proses pengeringan antara lain kemampuannya untuk mengontrol
temperatur dan kelembaban, sehingga dapat diatur untuk berbagai kondisi
pengeringan (Claussen dkk, 2007). Pemanfaatan dehumidifier untuk proses
pengeringan yang mengkombinasikan mesin kalor dan pengering dapat
mengurangi kalor laten dan kalor sensibel, sehingga kemampuan thermalnya akan
meningkat dan pengontrolan kondisi udara masuk lebih efektif (Sarkar dkk,
2006). Pengeringan dengan proses dehumidifikasi adalah proses dimana
kandungan air pada suatu material padat dipindahkan dengan kalor sebagai
sumber energi (Hawlader dkk, 2006). Udara kering memiliki kelembaban relatif
yang rendah sehingga proses pengeringan dapat lebih mudah terjadi.
Pada tahun 2012 Minea membuat mesin Pengering dengan
menggabungkan dehumidifier dengan pemanas (Minea, 2012). Dehumidifier
terdiri dari kompresor, kondensor, katup ekspansi, evapotarator dan fan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menghasilkan aliran udara. Kenaikan temperatur akan meningkatkan laju
perpindahan kalor ke material yang dikeringkan dan laju difusi air pada material
yang dikeringkan. Kelembaban relatif udara yang rendah pada akhirnya
membantu perpindahan air dari material yang dikeringkan. Keunggulan dari
pengering dehumidifier dibandingkan pengering konvensional adalah higienis,
mudah melakukan pengontrolan temperatur dan kelembaban udara pengering
sehingga dapat dipergunakan pada kisaran temperatur yang luas (Claussen dkk,
2007; Colak dan Hepbasli, 2009). Selain itu kualitas produk yang dikeringkan
lebih baik, tidak tergantung pada kondisi cuaca luar serta tidak menghasilkan asap
yang mengotori atmosfer (Perera dkk, 1997). Warna dan aroma dari produk yang
dikeringkan dengan pengering dehumidifier juga lebih baik dibandingkan dengan
pengering temperature tinggi (Strommen dkk, 2002; Prasertan dan Rahman,
1996).
2.1.2 Parameter Dehumidifikasi
Menurut Brooker, beberapa parameter yang mempengaruhi lama waktu
yang dibutuhkan pada proses dehumidifikasi antara lain: (1) Suhu udara
pengeringan, (2) kelembaban relative udara pengering, (3) kecepatan aliran
udarang pengering, (4) kelembaban spesifik dan (5) kadar air bahan.
2.1.2.1 Suhu Udara Pengeringan
Suhu udara pengeringan akan mempengaruhi laju penguapan air bahan dan
mutu pengeringan, semakin tinggi suhu maka panas yang digunakan untuk
penguapan air akan meningkat sehingga waktu pengeringan akan menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
singkat. Agar bahan yang dikeringkan tidak sampai rusak, suhu harus dikontrol
secara terus-menerus.
2.1.2 2. Kelembaban relative (RH) udara pengering
Kelembaban relative menentukan kemampuan udara pengering untuk
menampung kadar air bahan yang telah diuapkan. Jika RH semakin rendah maka
semakin banyak uap air yang diserap udara pengering, demikian juga sebaliknya
RH dan suhu pengering akan menentukan tekanan uap jenuh. Perbedaan tekanan
uap air pada udara pengering dan pemukaan bahan akan mempengaruhi laju
pengering. Untuk proses pengeringan yang baik diperlukan RH yang rendah
sesuai dengan kondisi bahan yang dikeringkan.
2.1.2.3. Kecepatan aliran udara pengeringan
Aliran udara pada proses pengeringan berfungsi membawa panas untuk
menguapkan kadar air bahan serta mengeluarkan uap air hasil penguapan tersebut.
Uap air hasil penguapan bahan dengan panas harus segera dikeluarkan agar tidak
membuat jenuh udara pada permukaan bahan, yang akan mengganggu proses
pengeringan, semakin besar volume udara yang mengalir persatuan waktu maka
akan semakin besar kemampuannya dalam membawa air dari permukaan bahan.
2.1.2.4 Kelembaban Spesifik
Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (w), dinyatakan dalam besaran
massa uap air yang terkandung di udara per satuan massa udara kering yang
diukur dalam gram uap air per kilogram dari udara kering (gr/kg) atau (kg/kg).
Pada tekanan barometer tertentu, kelembaban spesifik merupakan fungsi dari suhu
titik embun. Tetapi karena penurunan tekanan barometer menyebabkan volume
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
per satuan massa udara naik, maka kenaikan tekanan barometer akan
menyebabkan kelembaban spesifik menjadi turun.
2.1.2.5 Kadar air bahan
Keragaman kadar air awal bahan sering dijumpai pada proses pengeringan
dan hal ini juga menjadi suatu masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi masalah ini adalah dengan mengurangi ketebalan tumpukan bahan
yang dikeringkan, mempercepat aliran udara pengering, menurunkan suhu udara
pengering dan dilakukan pengadukan bahan. Kadar air akhir bahan merupakan
tujuan proses pengeringan, besarnya kadar akhir air akan menentukan lamanya
proses pengeringan berlangsung. Kadar air dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu
kadar air basah (Mw) dan kadar air basis kering (M).
2.1.3 Siklus Kompresi Uap
Dari sekian banyak sistem refigerasi, yang paling umum digunakan adalah
refrigerasi dengan sistem kompresi uap. Komponen utama dari siklus kompresi
uap meliputi (1) kompresor, (2) evaporator, (3) kondensor dan (4) pipa kapiler.
Gambar 2.1 Skema siklus kompresi uap
Kompresor
Pipa kapiler
Kondensor
Evaporator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pada siklus kompresi uap, di evaporator refrigeran akan menghisap panas
dari lingkungan sehingga panas tersebut akan menguapkan refrigeran. Kemudian
uap refrigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai tekanan
kondensor, dalam kondensor uap refrigeran dikondensasikan dengan cara
membuang panas dari uap refrigeran ke lingkungannya. Kemudian refrigeran akan
kembali di teruskan ke dalam evaporator. Dalam diagram P-h siklus kompresi uap
disajikan dalam Gambar 2.2a dan dalam T-s diagram pada Gambar 2.2b.
Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap sebagai berikut:
2.1.3.1 Proses kompresi (1-2)
Proses ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropik
adiabatik. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk ke dalam kompresor adalah
uap jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi, refrigeran akan
menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropik
(s) konstan Gambar 2.2b, maka temperatur ke luar kompresor pun meningkat.
Besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.1).
P
h
2a 3a
1
2 3
4 1a
2
1
1a
2a 3a
3
4
T
s
Gambar 2.2a P-h diagram siklus
kompresi uap.
Gambar 2.2b T-s diagram siklus
kompresi uap.
P2
P1
PC
PE
TC
TE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Win = h1– h2 …(2.1)
Pada Persamaan (2.1) :
Win = besarnya kerja kompresor (kJ/kg)
h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
2.1.3.2 Proses desuperheating
Proses ini terjadi sebelum memasuki kondensor, refrigeran gas panas
lanjut yang bertemperatur tinggi diturunkan sampai titik jenuh, pada proses ini
tekanan konstan.
2.1.3.3 Proses kondensasi (2a-3a)
Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan
tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang
kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di dalam
kondensor terjadi pertukaran kalor antara refrigeran dengan lingkungannya
(udara), sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin yang
menyebabkan uap refrigeran mengembun menjadi cair. Besar panas per satuan
massa refrigeran yang dilepaskan di kondensor dapat dihitung dengan Persamaan
(2.2).
Qout = h2 – h3 …(2.2)
Pada Persamaan (2.2) :
Qout = besarnya panas dilepas di kondensor (kJ/kg)
h1 = entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
h2 = entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
2.1.3.4 Proses pendinginan lanjut (3a-3)
Pada proses ini terjadi pelepasan kalor sehingga temperature refrigeran
yang keluar dari kondensor menjadi lebih rendah dan berada pada fase cair. Hal
ini membuat refrigeran lebih mudah mengalir melewati pipa kapiler.
2.1.3.5 Proses expansi (3-4)
Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak
terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur.
Dengan demikian dapat dituliskan
h3 = h4 …(2.3)
Proses penurunan tekanan dan pengeringan suhu ini terjadi pada pipa kapiler.
2.1.3.6 Proses evaporasi (4-1a)
Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan,
temperatur konstan) di dalam evaporator. Panas dari lingkungan akan diserap oleh
cairan refrigeran yang bertekanan rendah sehingga refrigeran berubah fasa
menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator
sebenarnya adalah campuran cair dan uap, seperti pada titik 4 dari Gambar 2.2a.
Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator dapat dihitung dengan Persamaan
(2.4).
QIn = h1 – h4 …(2.4)
Pada Persamaan (2.4)
QIn = besarnya panas yang diserap di evaporator (kJ/kg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
h1 = entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)
Selanjutnya, refrigeran kembali masuk ke dalam kompresor dan bersirkulasi
lagi. Begitu seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai. Untuk
menentukan harga entalpi pada masing-masing titik dapat dilihat dari tabel sifat-
sifat refrigeran.
2.1.4 Psychrometric chart
Grafik humiditi atau secara formal disebut grafik psikometrik berhubungan
dengan berbagai macam parameter yang termasuk di dalam neraca energi dan
massa pada udara lembab Pada grafik humiditi, bagian sumbu vertikal (pada
bagian kanan) adalah specific humidity, sedangkan bagian sumbu horizontal
merupakan dry-bulb temperature.
Kondisi udara pada setiap keadaan dapat diketahui dengan
mempergunakan psychrometric chart. Jika suhu udara bola kering dan suhu
udara bola basah diketahui, maka kelembaban udara dapat diketahui, atau jika
suhu udara bola kering dan kelembaban udara diketahui, maka suhu udara bola
basah dapat diketahui. Gambar 2.4 menyajikan psychrometric chart yang dapat
dipakai untuk mengetahui kondisi udara di setiap titik di dalam sistem
pengering sepatu. Salah satu cara proses pengeringan udara dari kondisi yang
mempunyai suhu bola kering sekitar 83 F dengan kelembaban udara sekitar
65% menjadi bersuhu 97 F dengan kelembaban udara sekitar 17% disajikan
pada diagram psychrometric chart Gambar 2.4. (Proses A-B-C-D).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2.4 Psychrometric chart
Pada proses (1) C-D terjadi proses pemanasan, terjadi peningkatan suhu
bola kering, suhu bola basah, entalpi, dan volume spesifik udara, sedangkan
kelembaban relatif menurun. Perubahan tidak terjadi pada kelembaban mutlak,
suhu titik embun, dan tekanan uap. Pada proses (2) terjadi proses pendinginan
evaporatif, (proses D-E), pada proses ini terjadi dimana terdapat penurunan suhu
bola kering, sedangkan suhu titik embun dan kelembaban mutlak terjadi
peningkatan, kemudian entalpi dan suhu bola basah tidak terjadi perubahan. Pada
proses (3) atau (proses A-B) terjadi proses pendinginan dengan dehumidifikasi,
pada proses ini terjadi penurunan suhu bola kering, suhu bola basah, suhu titik
embun, entalpi dan volume spesifik.
A
B C D
E
Te = Suhu kerja evaporator
Tc = Suhu kerja kondensor
Te Tc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 2.5 Skema mesin Pengering Sepatu
Udara yang dilewatkan melalui evaporator akan menurunkan kadar air dalam
udara. Proses A-B ini desebut proses dehumidifikasi. Proses B-C dan proses C-D
terjadi proses heating. dalam proses ini suhu udara kering dinaikan dan
kelembaban udara diturunkan, kemudian udara panas ini dipakai untuk proses
pengeringan sepatu (proses D-E). Proses D-E disetut sebagai evaporative cooling
dimana suhu kering akan menurun dan kelembaban relative akan meningkat.
Kemampuan mesin untuk mengeringkan kandungan air dapat dirumuskan dengan
Persamaan (2.6) :
Mn = udara . . 3600 …(2.5)
Pada Persamaan (2.6) :
Mn = Kemampuan mesin mengeringkan massa air, (kg/jam)
udara = Laju aliran massa udara pada duct, (kgudara/s)
= Massa air yang diuapkan, (kg/kg)
A B C D
E
Udara
keluar
Ruang pengering
Ruang mesin
Udara
masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Untuk mencari laju aliran massa udara pada duct dapat dirumuskan dengan
Persamaan (2.7)
udara = udara . Qudara …(2.6)
Pada Persamaan (2.7) :
udara = Densitas udara, (kg/m3)
Qudara = Debit aliran udara, (m3/s)
udara = Laju aliran massa udara pada duct, (kgudara/s)
Sedangkan untuk mencari massa air yang diuapkan pada proses pengeringan dapat
dirumuskan dengan Persamaan (2.8)
= wour – win …(2.7)
Pada Persamaan (2.8) :
= Massa air yang diuapkan, (kg/kg)
win = Kelembaban spesifik udara masuk lemari pengering, (kgair/kgudara)
wout = Kelembaban spesifik keluar dari lemari pengering, (kgair/kgudara)
Sedangkan untuk mencari debit aliran udara pada proses pengeringan berlangsung
dapat dirumuskan dengan Persamaan (2.9)
Qudara = A.v …(2.8)
Pada Persamaan (2.9) :
Qudara = Debit aliran udara, (m3/s)
A = Luas penampang, (m2)
v = Kecepatan aliran udara, (m/s)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.2 Tinjauan Pustaka
Damar (2014) melakukan penelitian tentang mesin pengering pakaian
dengan cara memanfaatkan panas buang mesin pendingin. Penelitian bertujuan
untuk membuat model alat pengering pakaian dengan memanfaatkan panas buang
mesin pendingin dan meneliti karakteristiknya. Penelitian ini dilakukan dengan
metode eksperimental dengan membuat 4 (empat) model mesin pendingin yakni
(1) mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang (sebagai pembanding), (2)
mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian tanpa
koil pemanas dan penyimpan panas, (3) mesin pendingin dengan pemanfaatan
panas buang untuk pengering pakaian dengan koil pemanas dan tanpa penyimpan
panas, (4) mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering
pakaian dengan koil pemanas dan penyimpan panas sensible. Dari penelitian
didapat hasil dalam waktu 150 menit pengering pakaian dengan memanfaatkan
panas buang mesin pendingin lebih cepat kering dibandingkan pengering pakaian
tanpa memanfaatkan panas buang mesin pendingin (dijemur tanpa panas). Dengan
hasil penurunan massa pakaian menggunakan metode diangin-anginkan sebesar
0,233 kg/150 menit, sedangkan dengan metode menggunakan mesin didapat hasil
sebesar 0,879 kg/150 menit. COP mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas
buang sebesar 2,07, sedangkan rata-rata COP pada semua variasi mesin pendingin
dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian dengan nilai 5,66.
Nico (2015) melakukan penelitian mesin pengering pakaian yang bertujuan
untuk (1) merancang dan membuat mesin pengering pakaian (b) mengetahui
kecepatan pengeringan pakaian yang dibuat dengan berbagai variasi jumlah
pakaian yang dikeringkan. Metode penelitiannya adalah mesin dibuat sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
terbuka dengan debit aliran udara 0,054 m3/detik. Variasi penelitiannya adalah 5
pakaian, 10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Bahan kain yang digunakan
adalah kain salur polyester. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata
kemampuan mengeringkan massa air sebesar 0,905 kg/jam. Waktu untuk
mengeringkan 5 pakaian merupakan yang paling cepat kecepatan pengeringannya
sebesar 0,303 kg/jam. Tetapi variasi pakaian 20 pakaian merupakan kapasitas
paling efektif dari mesin.
Evan (2015) melakukan penelitian mesin pengering pakaian yang bertujuan
untuk (1) merancang dan membuat mesin pengering pakaian (b) mengetahui
kecepatan pengeringan pakaian yang dibuat dengan berbagai variasi jumlah
pakaian yang dikeringkan. Metode penelitiannya adalah mesin dibuat sistem
terbuka dengan debit aliran udara 0,032 m3/detik. Variasi penelitiannya adalah 5
pakaian, 10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Bahan kain yang digunakan
adalah kain salur polyester. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata
kemampuan mengeringkan massa air sebesar 0,739 kg/jam. Waktu untuk
mengeringkan 5 pakaian merupakan yang paling cepat kecepatan pengeringannya
sebesar 0,923 kg/jam. Tetapi variasi pakaian 20 pakaian merupakan kapasitas
paling efektif dari mesin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu mesin pengering sepatu dengan benda uji berupa
sepatu berbahan kain serap air sepatu yang diuji adalah sepatu yang berukuran 41
dengan tapak sepatu berbahan karet. Gambar 3.1b memperlihatkan skematik alat
yang digunakan dalam penelitian. Ukuran runag pengering 52 cm x 39 cm x 6o
cm.
Keterangan :
A : Ruang pengeringan
B : Ruang mesin
Gambar 3.1 Skematik pengering sepatu.
A
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3.2 Variasi Penelitian
Variasi penelitian dilakukan terhadap banyak sepatu yang akan dikeringkan.
Variasi banyaknya sepatu penelitian yang dipilih sebanyak 4 sepatu, dan 20
sepatu. Penelitian dilakukan sebanyak 5 kali percobaan, guna mendapatkan hasil
karakteristik yang baik dari mesin pengering sepatu. Untuk membandingkan
apakah mesin pengering yang digunakan lebih efektif dari pengeringan dengan
tenaga surya atau sinar matahari, maka dilakukan juga penelitian terhadap
pengeringan sepatu di bawah sinar matahari.
3.3 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Sepatu
Dalam proses pembuatan mesin pengering ini diperlukan alat dan bahan
sebagai berikut:
3.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan lemari mesin pengering
sepatu, antara lain:
a. Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong kayu. Kayu yang digunakan memiliki
spesifikasi ketebalan 2,5 cm,
Gambar 3.2a Gergaji kayu Gambar 3.2b Kayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Obeng dan kunci pas
Obeng digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut. Obeng yang
digunakan adalah obeng (-) dan obeng (+). Kunci pas digunkan untuk
mengencangkan baut.
Sumber : 3.2a dan 3.2b http://udyz.heck.in/kunci-pas.xhtml
c. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Dalam proses
pembuatan rangka, meteran banyak digunakan untuk mengukur panjang kayu.
d. Tube cutter
Tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga. Agar hasil pemotongan
pipa lebih baik serta dapat mempermudah proses pengelasan.
Gambar 3.3a Obeng plus dan minus Gambar 3.3b Kunci pas.
Gambar 3.4 Meteran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
e. Tube expander
Tube expander atau pelebar pipa berfungsi untuk mengembangkan ujung pipa
ujung tembaga agar antar pipa dapat tersambung dengan baik.
f. Tang kombinasi dan tang riveter
Tang kombinasi digunakan untuk memotong, menarik dan mengikat kawat
agar kencang. Tang riveter digunkan untuk mengeling paku keeling. Tang riveter
digunakan untuk memasang evaporator dan kondensor pada dudukkan.
Gambar 3.5 Tube cutter
Gambar 3.6 Tube expander
Gambar 3.67 Tang kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
g. Pompa vakum
Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak disistem
mesin pengering sepatu. Hal ini dimaksudkan agar tidak menggangu atau
menyumbat refrigerant. Karena uap air yang berlebihan pada sistem pendinginan
dapat membeku dan menyumbat filter atau pipa kapiler.
h. Gas las Hi-cook
Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan pipa-
pipa tembaga komponen mesin pengering lainnya.
Gambar 3.9 Gas las Hi-cook
3.3.2 Bahan
Bahan atau komponen yang digunakan dalam proses pembuatan lemari
mesin pengering sepatu, antara lain:
a. Kayu
Gambar 3.8 Pompa vakum
Gas las
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kayu diguinakan sebagai casing luar mesin pengering sepatu. Pemilihan kayu
memiliki spesifikasi sebagai berikut: (1) ketebalan 2,5 cm, (2) lebar 10 cm (3)
panjang 150 cm (4) jumlah 30 lembar.
b. Lakban
Lakban digunakan untuk menutup celah-celah yang memungkinkan panas dari
mesin dapat terbuang keluar.
c. Bahan las
Bahan las yang digunakan dalam penyambungan pipa kapiler menggunkan
perak. Kawat las kuningan dan borak. Borak berfungsi untuk menyambung antara
tembaga dan besi. Penggunaan borak sebagai bahan tambahan bertujuan agar
sambungan pengelasan lebih merekat.
d. Metil
Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan saluran-saluran pipa
kapiler. Dosis pemakaian yaitu sebanyak satu tutup botol metil.
e. Roda
Roda digunakan untuk membantu atau memudahkan pada saat memindahkan
mesin pengering sepatu dari satu tempat ke tempat yang lain.
f. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat penukar kalor yang berfungsi untuk
mengkondensasi refrigerant dari fase uap menjadi zat cair. Untuk mengubah fase
dari uap menjadi cair ini diperlukan suhu lingkungan yang lebih rendah agar
terjadi pelepasan kalor ke lingkungan kondensor.
Spesifikasi Kondenser yang digunakan pada mesin pengering adalah;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(1) Panjang : 8,5 cm
(2) Lebar : 27,5 cm
(3) Tinggi : 28 cm
(4) Diameter pipa : 0,93 cm
(5) Bahan pipa : Tembaga
(6) Bahan sirip : Almunium
(7) Jarak sirip : 0,3 cm
(8) Banyak sirip : 85 lembar
(9) Jenis kondensor : Pipa bersirip
Gambar 3.10 Kondensor
g. Pipa kapiler
Pipa kapiler adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum memasuki evaporator. Pipa kapiler
yang dipakai adalah
(1) Diameter pipa kapiler : 0,28 inch
(2) Bahan pipa kapiler : Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 3.11 Pipa kapiler
h. Kompresor
Kompresor merupakan unit yang berfungsi untuk mengkompresi dan
mensirkulasi refrigeran ke pipa-pipa mesing pengering sepatu. Pada penelitian ini
digunakan kompresor :
(1) Jenis : Rotary
(2) Merk : Panasonic 2PS164D5AA0
(3) Daya : 1 HP.
(4) Voltase : 220/240 V
(5) Arus Kompresor : 3.4 A
Gambar 3.12 Kompresor rotary
Pipa Kapiler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
i. Evaporator
Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran yang
sebelumNya dari fase cair menjadi gas. Spesifikasi evaporator yang digunakan
pada mesin pengering adalah;
(1) Panjang : 8,5 cm
(2) Lebar : 27,5 cm
(3) Tinggi : 28 cm
(4) Diameter pipa : 0,93 cm
(5) Bahan pipa : Tembaga
(6) Bahan sirip : Aluminium
(7) Jarak sirip : 0,3 cm
(8) Banyak sirip : 85
(9) Jenis kondensor : Pipa bersirip
Gambar 3.13 Evaporator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
j. Filter
Filter merupakan alat yang berfugsi untuk menyaring kotoran agar tidak terjadi
penyumbatan pada pipa kapiler, seperti kotoran akibat korosi, serbuk-serbuk sisa
pemotongan dan uap air.
Ukuran filter pada mesin adalah :
(1) Diameter : 1,98 inch
(2) Panjang : 27,5 cm
(3) Bahan : Tembaga
Gambar 3.13 Filter
k. Tabung Refrigeran
Refrigeran adalah jenis gas yang digunakan sebagai fluida pendingin.
Refrigeran berfungsi untuk menyerap atau melepaskan kalor dari lingkungan
sekitar. Jenis gas yang dipergunakan dalam penelitian adalah jenis R 134a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 3.15 Refrigeran 134a
l. Presure gauge
Pressure gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran dalam sistem,
baik pada saat pengisian maupun pada saat beroperasi. Dalammesin pengering ini
pressure gauge ini satu untuk mengukur tekanan hisap kompresor dan satu lagi
untuk mengukur tekanan keluar kompresor.
Gambar 3.16 Presure gauge
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
i. Kipas dan motor listrik
Motor listrik digunakan untuk menggerakkan rotor yang akan diteruskan pada
kipas, agar dapat menggerakkan udara untuk masuk ruang pengering.
Jenis motor yang digunakan adalah :
(1) Jenis Motor : Motor arus AC
(2) Voltase : 220/240 V
(3) Ampere : 0,4 A
(4) RPM : 1200/1550 rpm
Gambar 3.17 Kipas dan motor listrik
3.3.3 Alat Bantu Penelitian
Dalam proses pengambilan dta diperlukan alat bantu penelitian sebagai
berikut :
a. Penampil suhu digital dan termokopel
Termokopel berfungsi untuk mengukur perubahan suhu atau temperature saat
pengujian. Cara kerjanya, ujung termokopel diletakkan pada bagian yang diukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dengan cara ditempel maupun digantung, suhu akan tampil pada layar penampil
suhu digital. Dalam pelaksanaannya diperlukan kalibrasi agar lebih akurat.
Spesifikasi penampilan suhu digital yang digunakan dapat dilihat dilampiran.
b. Timbangan digital
Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat sepatu dalam pengujian.
Spesifikasi timbangan digital yang digunakan dapat dilihat dilampiran.
c. Hygrometer
Hygrometer digunakan untuk mengukur suhu udara bola basah dan suhu udara
bola kering saat pengujian. Spesifikasi hygrometer yang digunakan dapat dilihat
dilampiran.
d. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
pengujian. Waktu yang dibutuhkan setiap pengambilan data yaitu 30 menit.
e. Anemometer
Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara pada duct.
Dalam penelitian ini satuan yang digunakan adalah m/s. Spesifikasi anemometer
digital yang digunakan dapat dilihat dilampiran.
3.4 Tata Cara Penelitian
Dalam penelitian ini tata cara penelitian meliputi (1) alur pelaksanaan
penelitian, (2) pembuatan mesin pengering sepatu, (3) proses pengisian
referigeran, (4) skematik pengambilan data dan (5) langkah-langkah pengambilan
data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3.4.1 Alur Pelaksanaan Penelitian
Alur pelaksanaan penelitian mesin pengering sepatu disajikan dalam
Gambar 3.17 Sebagai berikut :
3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Sepatu
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pengering
sepatu yaitu :
Mulai
Perancangan mesin pengering sepatu
Persiapan alat dan bahan
Pembuatan Mesin pengering sepatu dan lemari pengering
Pemvakuman dan pengisian refrigeran 134a
pada mesin dehumidifier
Uji coba
Pengambilan data
Pengolahan, analisis data /
pembahasan, kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 3.18 Skematik diagram alur penelitian
Tidak baik
Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
a. Merancang bentuk dan model mesin pengering sepatu dapat dilihat pada
Gambar 3.18
b. Membuat rangka dan casing mesin pengering dengan bahan kayu
c. Pemasangan komponen- komponen utama mesin pengering sepatu yang
terdiri dari kompresor, evaporator, kondensor, motor listrik dan kipas.
d. Pemasangan tampungan air evaporator.
e. Pemasangan pipa kapiler, pipa-pipa tembaga dan pressure gauge.
f. Pemasangan pintu penutup mesin pengering dan lemari pengering.
g. Merangkai kelistrikan mesin pengering sepatu.
h. Mendempul bagian-bagian yang memungkinkan keluarnya kalor dari mesin
pengering sepatu serta menambahkan lapsan lakban untuk menjaga agar
dempul yang pecah karena suhu tinggi bisa tetap pada posisinya.
3.4.3 Proses Pengisian Refrigeran 134a
Sebelum pengisisan refrigeran diperlukan beberapa proses yaitu peroses
pemetilan dan pemvakuman agar mesin pengering dapat digunakan.
3.4.3.1 Proses Pemetilan
Pemberian metil pada pipa kapiler yang telah dipasang atau dilas pada
evaporator, dengan cara sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Gambar 3.19 Rancangan mesin pengering sepatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
a. Hidupkan kompresor dan tutup pentil tersebut.
b. Kemudian tuang metil kira-kira 1 tutup botol metil,
c. Berikan 1 tutup botol metil tersebut pada ujung pipakapiler, kemudian dihisap
oleh pipa kapiler tersebut.
d. Matikan kompresor dan las ujung pipa kapiler pada lubang keluar filter.
3.4.3.2 Proses Pemvakuman
Merupakan proses untuk menghilangkan udara, uap air dan kotoran yang
disebabkan oleh korosi pipa-pipa tembaga yang terjebak di dalam siklus mesin
pengering. Berikut langkah-langkah pemvakuman, antara lain :
a. Persiapan pressure gauge berikut 1 selang berwarna biru (low pressure).
Yang dipasang pada pentil yang sudah dipasang dopnya dan 1 selang
berwarna merah (high pressure), yang dipasang pada tabung refrigeran.
b. Pada saat pemvakuman, kran manifold diposisikan terbuka dan kran tabung
refrigeran diposisikan tertutup.
c. Hidupkan kompresor, maka secara otomatis udara yang terjebak dalam siklus
akan keluar melalui potongan pipa kapiler yang telah dilas dengan lubang
keluar filter.
d. Pastikan bahwa udara yang terjebak telah habis. Untuk memastikannya
dengan cara menyalakan korek api dan ditaruh didepan ujung pottongan pipa
kapiler.
e. Selain itu, pada jarum presure gauge akan menunjukkan angka 0 psi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
f. Cek kebocoran pada sambungan-sambungan pipa dan katup dengan busa
sabun. Jika terdapat gelembung-gelembung udara maka sambungan tersebut
masih terjadi kebocoran.
g. Setelah sudah dipastikan semua tidak terjadi kebocoran, langkah selanjutnya
mengelas ujung potongan pipa kapiler tersebut.
3.4.3.3 Proses Pengisian Refrigeran 134a
Untuk melakukan pengisian refrigeran pada mesin pengering sepatu
diperlukan beberapa prosedur, seperti berikut :
a. Pasang salah satu selang presure gauge berwarna biru pada katup pengisian
(katup tengah) presure gauge, kemudian ujung selang presure gauge satunya
pada katup tabung refrigeran 134a.
b. Hidupkan kompresor dan buka keran pada katup tabung refrigran secara
perlahan-lahan. Setelah tekanan pada high presure gauge mencapai tekanan
yang diinginkan, tutup keran pada katup tabung refrigeran.
c. Setelah refrigeran terisi kedalam siklus mesin, lepaskan selang presure gauge.
Cek lubang katup, sambungan pipa-pipa dengan busa sabun guna mengetahui
kebocoran.
3.3.4 Skematik Pengambilan Data
Untuk mempermudah pemahaman tentang kerja mesin pengering sepatu
alur dan sistem kerja ditampilkan dalam skematik mesin pengering sepatu yang
diteliti tersaji pada Gambar 3.19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Gambar 3.20 Skematik pengering sepatu
Keterangan Gambar 3.19 skematik pengering sepatu :
a. Termokopel (Tin) berfungsi untuk mengukur udara kering sebelum masuk
mesin pengering.
b. Termokopel (T1) berfungsi untuk mengukur udara kering setelah melewati
evaporator.
c. Termokopel (T2) berfungsi mengukur suhu udara kering setelah melewati
kompresor.
d. Termokopel (T3) berfungsi mengukur suhu udara kering setelah melewati
Kondensor.
e. Termokopel (T4) berfungi untuk mengukur suhu udara kering ruang
pengeringan.
f. Termokopel (T5) berfungsi untuk mengukur suhu udara setelah melewati
ruang pengering.
g. Hygrometer (Twb1) berfungsi untuk mengukur suhu udara basah sebelum
memasuki mesin pengering.
Twb1
Tin
T1
T2
T3
T4
Twb2
Twb3
T5
T2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
h. Hygrometer (Twb2) berfungsi untuk mengukur suhu udara basah dalam ruang
pengeringan.
i. Hygrometer (Twb3) berfungsi untuk mengukur suhu udara basah setelah keluar
ruang pengering.
j. Pressure gauge (Pc) berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran yang masuk
kompresor.
k. Pressure gauge (Pe) berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran yang keluar
kompresor.
l. Anemometer (v) berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara yang
masuk keruang pengering.
3.3.5 Langkah-langkah Pengambilan Data
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data yaitu sebagai
berikut :
a. Penelitian di ambil pada tempat terbuka dan pada musim kemarau.
Perubahan suhu sekitar dan kelembaban dalam penelitian ini diabaikan,
karena suhu sekitar dan kelembabannya selalu berubah-ubah sesuai cuaca.
b. Pastikan bahwa termokopel, hygrometer, dan timbangan digital yang
digunakan sudah dikalibrasi.
c. Pastikan bahwa kipas berkerja. Serta pastikan saluran pembuangan air tidak
tersumbat.
d. Letakkan alat bantu penelitian pada tempat yang sudah ditetapkan.
e. Kemudian nyalakan mesin pengering sepatu,
f. Selanjutnya timbang dan catat massa sepatu kering (Msk).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
g. Selanjutnya tutup semua pintu lemari mesin pengering dan tunggu sampai
30 menit, guna mesin pengering sepatu mencapai suhu kerja yang konstan.
h. Basahi dan peras sepatu sampai air tidak menetes kembali. Kemudian
timbang dan catat massa sepatu basah awal (Msba). Untuk percobaan kedua
dan ketiga massa sepatu basah awal harus didapat hasil yang sama dengan
percobaan pertama.
i. Cek tekanan P1 dan P2, kemudian tutup semua pintu.
j. Atur alarm stopwatch menjadi per 30 menit.
k. Data yang perlu dicatat per 30 menit, antara lain :
Msbt : Massa sepatu basah saat t, (kg)
RHin : Kelembaban udara sebelum masuk mesin pengering, (%).
RHRP : Kelembaban udara dalam ruang pengeringan, (%)
RHout : Kelembaban udara setelah keluar dari mesin pengering, (%)
Tin : Suhu udara kering sebelum masuk mesin pengering, (°C).
T1 : Suhu udara kering setelah melewati evaporator, (°C).
T2 : Suhu udara kering setelah melewati kompresor, (°C).
T3 : Suhu udara kering setelah melewati kondensor, (°C).
T4 : Suhu udara kering dalam ruang pengering, (°C).
T5 : Suhu udara kering setelah melewati ruang pengering, (°C).
v : Kecepatan aliran udara, (m/detik)
P1 : Tekanan refrigeran yang masuk kompresor, (Psi)
P2 : Tekanan refrigeran yang keluar kompresor, (Psi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
l. Hasil dari data yang diperoleh kemudian dijumlahkan hasil kalibrasi alat
bantu dan massa sepatu dikurangi dengan massa kosong.
Tabel 3.1 Tabel yang dipergunakan untuk pengisian data.
No
Waktu Massa
sepatu
kering
Massa sepatu
basah awal
Massa
sepatu
basah saat t
menit kg Kg kg
1 0
2 30
3 60
4 90
5 120
Tabel 3.1 Lanjutan tabel yang dipergunakan untuk pengisian data.
No
Waktu
P1
P2
Tin
Twb1
T1
T2
T3
Twb2
Menit Ps
i
Psi OC
OC
OC
OC
OC
OC
1 0
2 30
3 60
4 90
5 120
Tabel 3.1 Lanjutan tabel yang dipergunakan untuk pengisian data.
No
Waktu
T4
Twb3
T5
v
Menit OC
OC
OC m/detik
1 0
2 30
3 60
4 90
5 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dengan Mn adalah massa air yang menguap dari sepatu, Msba adalah massa
sepatu basah awal, dan Msk adalah massa sepatu kering.
m. Selanjutnya mencari suhu kerja kondensor dan suhu kerja evaporator dengan
menggunakan P-h diagram. Untuk dapat menggunakan P-h diagram maka
tekanan refrigeran P1 dan P2 harus dikonversikan dari satuan Psi ke MPa.
n. Kemudian setelah mendapatkan suhu kerja evaporator dan suhu
kerja
kondensor, maka dapat digunakan untuk mencari kelembaban spesifik
setelah melewati kondensor (wlk) dan kelembaban spesifik setelah keluar
dari mesin pengering (wmp) menggunakan psychrometric chart.
o. Setelah diketahui nilai kelembaban spesifik setelah melewati kondensor (wlk)
dan kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wmp), kemudian
menghitung massa air yang berhasil diuapkan (Δw) tiap variasi. Massa air
yang berhasil diuapkan (Δw) adalah kelembaban spesifik setelah melewati
kondensor (wlk) dikurangi kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin
pengering (wmp). Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan (2.8).
p. Kemudian menghitung laju aliran massa udara pada duct ( udara) tiap variasi.
Laju aliran massa udara pada duct ( udara) adalah debit udara (Qudara) dikali
densitas udara (ρudara) sebesar 1,2 kg/m3
. Laju aliran massa udara pada duct
( udara) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.7).
q. Selanjutnya menghitung kemampuan mesin pengering sepatu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
menguapkan massa air (Mn) dengan menggunakan Persamaan (2.6).
Kemampuan mesin pengering sepatu untuk menguapkan massa air (Mn)
adalah laju aliran massa udara pada duct (ṁudara) dikalikan massa air yang
berhasil diuapkan (Δw) dikalikan 3600 menit.
r. Untuk memudahkan pembahasan, hasil-hasil perhitungan proses pengeringan,
maka digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukan terhadap grafik yang
dihasilkan, dengan mengacu pada tujuan penelitian.
3.5 Cara Mendapatkan Kesimpulan
Dari analisis yang sudah dilakukan akan diperoleh suatu kesimpulan.
Kesimpulan merupakan hasil analisis penelitian dan kesimpulan harus sesuai
dengan tujuan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil yang didapatkan dalam penelitian mesin pengering sepatu sistem
terbuka dengan variasi jumlah sepatu meliputi; massa sepatu kering (Msk), massa
sepatu basah awal (Msba), massa sepatu basah saat t (Msbt), tekanan refrigeran
yang masuk kompresor (P1), tekanan refrigeran yang keluar kompresor (P2), suhu
udara kering sebelum masuk mesin pengering (Tin), kelembaban udara sebelum
masuk mesin pengering (RHin), suhu udara kering setelah melewati evaporator
(T1), Suhu udara kering setelah melewati kompresor (T2), suhu udara kering
setelah melewati kondensor (T3), kelembaban udara setelah melewati kondensor
atau dalam ruang pengering (RHrp), suhu udara keluar dari mesin pengering (T5),
kelembaban udara setelah keluardari mesin pengering (RHout) dan kecepatan
aliran udara (v). Pengujian dilakukan dengan 5 kali percobaan untuk setiap variasi
jumlah sepatunyanya, kemudian dihitung hasil rata-ratanya. Hasil rata-rata
disajikan pada Tabel 4.1 s/d Tabel 4.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 4.1 Data hasil rata-rata untuk 4 sepatu
Waktu
(menit)
Berat
Sepatu
Kering
(kg)
Berat
Sepatu
pada saat t
basah (kg)
Perbedaan
Berat Sepatu
(kg)
Kondisi Udara Luar
t Msba Msbt Tdb
( oC )
Twb
( oC )
RHin
(%)
0
1,3046
1,546
27,680 23,480 70,600
30 1,486 0,059 27,680 23,680 71,840
60 1,424 0,063 29,060 25,150 73.,400
90 1,362 0,062 29,680 25,560 72,200
120 1,329 0,032 29,800 25,750 72,700
150 1,311 0,019 29,500 25,280 71,490
180 1,304 0,007 30,100 26,060 72,910
Tabel 4.1 Lanjutan data hasil rata-rata untuk 4 Sepatu
Waktu
(menit)
Tekanan Kerja
(psi)
Suhu Udara Setelah
melewati
Kondisi Udara
Ruang Pengering
sepatu Evap Komp Kond
t P1 P2 T1 T2 T3 T4
( oC )
Twb
( oC )
0 54,900 432,000 21,920 50,720 83,700 74,780 33,380
30 54,900 433,000 21,920 50,720 83,700 74,780 33,380
60 56,040 437,200 21,900 50,720 83,820 74,720 33,960
90 56,400 440,200 21,920 52,740 86,160 76,420 33,700
120 56,000 437,100 21,820 52,880 85,740 77,600 33.950
150 57,600 449,200 21,940 51,640 86,520 78,600 34,450
180 57,300 450,000 22,780 53,300 88,540 77,200 36,460
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 4.1 Lanjutan data hasil rata-rata untuk 4 Sepatu
Waktu
(menit)
Kondisi Udara Ruang
Pengering sepatu
Kondisi Udara Keluar Ruang
Pengering
t RHRP ( oC )
T5
( oC )
Twb
( oC )
RHout
(%)
0 6,530 60,940 33,300 16,020
30 6,530 60,940 33,300 16,020
60 7,090 68,040 33,960 10,940
90 6,340 69,180 33,70 9,860
120 5,870 68,160 33.190 9,900
150 5,90 70,260 33,410 9,900
180 6,80 71,720 34,600 9,890
Tabel 4.2 Data hasil rata-rata untuk 20 sepatu
Waktu
(menit)
Berat
Sepatu
Kering
(kg)
Berat Sepatu
pada saat t
basah (kg)
Perbedaan
Berat
Sepatu (kg)
Kondisi Udara Luar
t Msba Msbt Tdb
( oC )
Twb
( oC )
RHin
(%)
0
3,164
3,445 - 29,500 23,500 60,700
30 3,339 0,106 29,500 23,500 60,700
60 3,264 0,075 29,500 24,500 66,660
90 3,217 0,047 29,500 24,500 66,660
120 3,194 0,022 29,000 23,500 63,310
150 3,172 0,022 28,500 23,500 66,010
180 3,164 0,009 28,500 23,500 66,010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 4.2 Lanjutan data hasil rata-rata untuk 20 Sepatu
Waktu
(menit)
Tekanan Kerja
(psi)
Suhu Udara Setelah
melewati (oC)
Kondisi Udara
Ruang Pengering
sepatu Evap Komp Kond
T P1 P2 T1 T2 T3 T4
( oC )
Twb
( oC )
0 47,000 380,000 17,900 43,180 80,180 65,420 30,147
30 47,000 380,000 17,900 43,180 80,180 65,420 30,147
60 54,000 430,000 19,420 45,120 84,260 73,140 32,655
90 54,000 420,000 20,440 44,360 86,260 76,500 33,568
120 53,000 420,000 20,400 45,800 87,300 78,000 33,769
150 48,000 390,000 20,300 43,300 84,620 73,980 33,113
180 54,000 420,000 20,840 45,360 86,220 76,860 33,768
Tabel 4.2 Lanjutan data hasil rata-rata untuk 20 Sepatu
Waktu
(menit)
Kondisi Udara Ruang
Pengering sepatu (oC)
Kondisi Udara Keluar Ruang
Pengering (oC)
t RHRP
(%)
T5
( oC )
Twb
( oC )
RHout
(%)
0 7,890 56,360 29,383 14,030
30 7,890 56,360 29,383 14,030
60 6,570 66.000 33,107 11,300
90 5,970 70,460 33,642 9,000
120 5,560 70,380 33,530 8,920
150 6,670 69.870 32,949 8,560
180 6,00 72,080 33,772 8,230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 4.3 Data hasil rata-rata pengeringan matahari untuk 4 Sepatu
Waktu
(menit)
Berat Sepatu
Kering (kg)
Berat Sepatu
pada saat t
basah (kg)
Perbedaan
Berat
Sepatu
(kg) t Msba Msbt
0
1,305
1,546 -
30 1,498 0,048
60 1,458 0,040
90 1,425 0,033
120 1,390 0,035
150 1,359 0,031
180 1,339 0,020
210 1,320 0,019
240 1,304 0,016
Tabel 4.4 Data hasil rata-rata pengeringan matahari untuk 20 Sepatu
Waktu
(menit)
Berat
sepatu
kering (kg)
Berat Sepatu
pada saat t
basah(kg)
Perbedaan
berat
sepatu (kg)
t Msba Msbt
0
3,164
3,445 -
30 3,380 0,065
60 3,328 0,052
90 3,287 0,041
120 3,252 0,035
150 3,222 0,031
180 3,200 0,022
210 3,180 0,019
240 3,163 0,017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4.2 Perhitungan
a. Perhitungan massa air sepatu yang menguap dari sepatu (Mu).
Massa air sepatu yang menguap dari sepatu (Mu) adalah massa sepatu
basah (Msba) dikurangi massa sepatu kering (Msk). Sebagai contoh perhitungan
untuk mencari massa air sepatu yang menguap dari sepatu (Mu) untuk 4 sepatu
pasang menit 30 adalah sebagai berikut :
Mu = Msba – Msk
= (1,5458 -1,30374) kg
= 0,238 kg
b. Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja evaporator (Tevap).
Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja evaporator (Tevap) dapat dicari
dengan menggunakan P-h diagram. Dengan diketahui tekanan refrigeran yang
masuk kompresor dan tekanan refrigeran yang keluar kompresor maka dapat
diketahui suhu kerja evaporator dan suhu kerja kondensor.
P1 = (56 Psi + 14,7 Psi) x 0,00689 MPa
= 0,487 MPa
P2 = (440 Psi + 14,7 Psi) x 0,00689 MPa
= 3,150 MPa
Untuk tekanan kerja evaporator (tekanan rendah) P1 = 0,487 MPa suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kerja evaporator (Tevap) sebesar 14.9 oC dan untuk tekanan kerja kondensor
(tekanan tinggi) P2 = 3,15 MPa suhu kerja kondensor (Tkond) sebesar 88,57 oC.
Gambar 4.1 Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja evaporator (Tevap)
c. Kelembaban spesifik setelah kondensor (wD) dan kelembaban spesifik
setelah keluar dari ruang pengering (wE).
Kelembaban spesifik spesifik udara setelah melewati kondensor (wD) atau
masuk ruang pengering dan kelembaban spesifik udara setelah keluar dari ruang
pengering (wE) dapat dicari dengan menggunakan psychrometric chart.
Kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor (wD) atau kelembaban
spesifik udara masuk ruang pengering dapat diketahui melalui garis kelembaban
spesifik pada titik D.
Kelembaban spesifik udara setelah keluar dari pengering (wE) dapat
diketahui melalui garis kelembaban spesifik pada titik E untuk menentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kelembaban spesifik setelah kondensor (wD) atau udara masuk ruang pengering
dan kelembaban spesifik keluar dari mesin pengering (wE) dapat dicari dari
psychometric chart pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Kelembaban spesifik setelah kondensor (wD) dan kelembaban
spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wE)
wE
wD
Sumber : www.ncsu.edu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d. Perhitungan massa air yang berhasil diuapkan (Δw).
Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.8). Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) adalah
kelembaban spesifik udara keluar dari ruang pengering (wE) dikurangi
kelembaban spesifik udara masuk ruang pengering (wD). Sebagai contoh
perhitungan massa air berhasil diuapkan (Δw) untuk variasi 4 sepatu pada menit
30 adalah sebagai berikut :
Δw = (wE – wD )
= (0,0213 - 0,0165) kgair/kgudara
= 0,005 kgair/kgudara
e. Perhitungan laju aliran udara.
Laju aliran udara dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.6).
Laju aliran udara adalah kemampuan udara menguapkan air dari sepatu dibagi
dengan (∆w x 3600), Sebagai contoh perhitungan laju aliran udara untuk variasi
4 sepatu pada menit 30 adalah sebagai berikut :
udara =
=
= 0,006 kgudara/detik
Nilai Mn didapat dari Tabel 4.1 halaman 44, pada kolom perbedaan berat
sepatu (kg), contoh : pada menit ke 30 untuk variasi 4 sepatu memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
perbedaan berat sepatu sebesar
karena satuan dari Mn adalah kg/jam
maka untuk memperolehnya dikalikan 2 sehingga :
=
= 0,118 kgair/jam
4.5 Data hasil perhitungan 4 sepatu
Waktu wD wE
∆w= wE-
wD Mn Qudara
Menit kg/kg kg/kg kgair/kgudara kgair/jam kgudara/detik m3/detik
0 0,016 0,021 0,005 0,000 0,000 0,000
30 0,016 0,021 0,005 0,118 0,006 0,005
60 0,017 0,020 0,003 0,122 0,012 0,010
90 0,016 0,019 0,002 0,085 0,010 0,008
120 0,016 0,018 0,002 0,108 0,014 0,011
150 0,017 0,020 0,003 0,094 0,008 0,007
180 0,018 0,021 0,003 0,081 0,007 0,006
Tabel 4.6 Data hasil perhitungan 20 sepatu
Waktu wD wE
∆w= wE-
wD Mn Qudara
Menit kg/kg kg/kg kgair/kgudara kgair/jam kgudara/detik m3/detik
0,000 0,013 0,015 0,002 0,000 0,000 0,000
30,000 0,013 0,015 0,002 0,212 0,026 0,022
60,000 0,015 0,019 0,004 0,181 0,013 0,011
90,000 0,015 0,018 0,003 0,152 0,016 0,013
120,000 0,015 0,018 0,003 0,125 0,013 0,011
150,000 0,016 0,017 0,001 0,109 0,023 0,020
180,000 0,016 0,018 0,002 0,094 0,013 0,011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
f. erhitungan debit aliran udara.
Debit aliran udara dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.7).
debit aliran udara adalah laju aliran udara dibagi massa jenis udara (ρudara)
sebesar 1,2 kg/m3
. Sebagai contoh perhitungan debit aliran udara untuk variasi 4
sepatu pada menit 30 adalah sebagai berikut :
Qudara =
=
= 0,005 kgudara / detik
4.3 Pembahasan
Dari Tabel 4.1 s/d Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mesin pengering
sepatu sistem terbuka yang dibuat mampu mengeringkan sepatu. Didapat
karakteristik untuk variasi 4 sepatu memiliki rata-rata temperature pengeringan di
ruang pengering bola kering 67 oC dan kelembabannya sebesar 12 % sedangkan
untuk variasi 20 sebesar 65 oC dan kelembabannya sebesar 11 % dan laju udara
pengeringan untuk 4 sepatu sebesar 36 kg/jam dan untuk 20 sepatu sebesar 61.2
kg/jam. Dari Gambar 4.3 dan 4.4 dapat diketahui bahwa pengeringan
menggunakan mesin sepatu memerlukan waktu 180 menit sedangkan untuk
pengeringan surya pengeringannya memerlukan waktu 280 menit, pengeringan
dengan kapasitas 20 sepatu adalah pengeringan yang sangat efisien dibandingkan
pengeringan dengan 4 buah sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 4.3 Hubungan antara massa sepatu terhadap waktu pada 4 sepatu.
Gambar 4.4 Hubungan antara massa sepatu terhadap waktu pada 20 sepatu.
Dari grafik Gambar 4.3 dan 4.4 dipengaruhi oleh kecepatan uap air yang
dibuang keluar oleh mesin pengering sepatu. Konstanta waktu yang diperlukan
untuk menguapkan massa uap air untuk 4 sepatu sebesar, waktu yang diperlukan
1,26
1,3
1,34
1,38
1,42
1,46
1,5
1,54
1,58
0 30 60 90 120 150 180 210
Pengeringan dengan…Pengeringan dengan…
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
PENGERINGAN SEPATU
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit)
Ma
ssa
Sep
atu
(k
g)
Waktu (menit) Waktu (menit)
Mass
a S
epatu
(k
g)
Mass
a S
epatu
(k
g)
Waktu (menit)
3,1000
3,1600
3,2200
3,2800
3,3400
3,4000
3,4600
3,5200
0 30 60 90 120 150 180 210
pengeringan…
Mass
a S
epatu
(k
g)
Waktu (menit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
untuk mengeringkan 4 dan 20 sepatu dengan menggunakan pengeringan tenaga
surya sama besar dengan pengeringan menggunakan mesin. Jika pengeringan
dilakukan untuk 40 sepatu maka waktu yang diperlukan untuk pengeringan dapat
dihitung. waktu total yang diperlukan untuk mengeringkan 40 sepatu, untuk 4
sepatu memerlukan total waktu 1800 menit dengan 10 kali proses pengeringan,
untuk 20 sepatu memerlukan total waktu 360 menit dengan 2 kali proses
pengeringan, Maka dapat dikatakan bahwa kapasitas paling efektif untuk 20
sepatu dan kapasitas paling tidak efektif untuk 4 sepatu.
Dari Tabel 4.5 s/d 4.6 dapat diketahui bahwa kemampuan mengeringkan
massa air (Mn) mempunyai massa yang berbeda-beda (tidak konstan) tiap
variasinya. Ketidakkonstanan kemampuan mengeringkan massa air (Mn)
dikarenakan kelembaban spesifik (Δw) dan laju aliran massa udara (ṁ) yang juga
tidak konstan. Kemampuan mengeringkan massa air (Mn) untuk 4 sepatu 20
sepatu mempunyai rata-rata, 0,101 kg/jam,.
Dari Tabel 4.4 s/d 4.6 dapat diketahui bahwa waktu yang seharusnya
dibutuhkan untuk menguapkan massa air pada sepatu (Mu) tidak bergantung dari
banyaknya jumlah sepatu yang akan dikeringkan. Waktu yang didapat untuk
menguapkan massa air pada sepatu, untuk 4 sepatu membutuhkan waktu 180
menit, untuk 20 sepatu membutuhkan waktu 180 menit,.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengetahui laju pengeringan
mesin pengering sepatu sistem terbuka dengan berbagai variasi jumlah
sepatu yang dikeringkan memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Mesin pengering sepatu sistem terbuka berhasil dibuat dan bekerja
dengan baik.
b. Mesin pengering sepatu ini mempunyai karakteristik untuk variasi 4
sepatu memiliki rata-rata temperature pengeringan di ruang pengering
bola kering 67 oC dan kelembabannya sebesar 12 % sedangkan untuk
variasi 20 sebesar 65 oC dan kelembabannya sebesar 11 % dan laju
udara pengeringan untuk 4 sepatu sebesar 36 kg/jam dan untuk 20
sepatu sebesar 61,2 kg/jam, Mesin pengering sepatu ini mempunyai
kapasitas paling efektif untuk 20 sepatu. kemampuan pengeringan
untuk mengeringkan 20 sepatu dan 4 sepatu sama besar, dengan laju
pengeringan sebesar 0,101 kg/jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
5.2 Saran
Dari proses penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui laju
pengeringan mesin pengering sepatu sistem terbuka dengan berbagai
variasi jumlah sepatu yang dikeringkan ada beberapa saran yang dapat
dikemukakan:
a. Pada desain ruang pengering sepatu, penulis menyarankan untuk
ukuran lubang pembuangannya, pada ruang pengering lebih
diperbesar, agar pembuangan dapat berjalan lancer.
b. Pada ruang pengering, perlu diberi tambahan kipas, agar proses
pembuangan udara dapat dipercepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
DAFTAR PUSTAKA
Claussen, I.C., Ustad, T.S., Strommen, I.dan Walde, P.M., 2007, Atmospheric
freeze drying – a review, Drying Technology 25:957-67.
Colak, N. dan Hepbasli, A., 2009, A review of heat pump drying : Part 1- system,
models and studies. Energy Conversion and Management 50 (2009):
2180-2186.
Fatouh, M., Metwally, M.N., Helali, A.B.dan Shedid, M.H. (2006). Herbs drying
using a heat pump dryer. Energy Conversion and Management 47:
2629-2643.
Goh, L.J., Othman, M.Y., Mat, S., Ruslan, H.dan Sopian, K. (2011). Review of
heat pump systems for drying application. Renewable and Sustainable
Energy Review 15 : 4788-4796.
Hawlader, M.N.A., Perera, C.O. dan Tian, M. (2006). Comparison of the retention
of 6-gingerol in drying under modified atmosphere heat pump drying
and other drying methods. Dry Technology 24: 51-56.
Laurensius, N., 2015, Mesin Pengering Pakaian Sistem Terbuka Dengan Debit
Aliran Udara 0,054 m3/detik , Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Maryadi, D., 2009, Simulasi Pengaruh Parameter (Kecepatan dan Tempratur)
Udara Dan Discan terhadap Laju Perubahan Humidifikasi dalam
Regenerator Menggunakan CFD, Semarang : Universitas Diponogoro.
Minea, V. (2012). Part I drying heat pumps system integration. International
Journal of Refrigeration 36: 643-658.
Perera, C.O. dan Rahman, M.S.(1997). Heat pump demuhidifier drying of food.
Trends Food Science Technology 8: 75-79.
Renaldi, N., 2015, Mesin Pengering Pakaian Sistem Terbuka Dengan Debit
Aliran Udara 0,032 m3/detik , Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Sarkar, J., Bhattacharyya, S., Gopal, R. dan Transcritical, M. (2006). CO2heat
pump dryer: part mathematical model and simulation. Drying
Technology 24:1583-1591.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Strommen, I., Eikevik, T.M., Alves-Filho, O., Syverud, K. dan Jonassen, O.
(2002). Low temperatur drying with heat pumps new generations of
high quality dried products. 13th
International Drying Symposium.
Beijing, China, 27-30 Agustus.
Suprapto, H, dan E.S Rini, 2009, Konsumsi Sepatu Bakal Naik 20%, Vivanews :
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/35365-konsumsi-sepatu-lokal-
bakal-naik-20,
Wicaksono, B.D.A., 2014, Pemanfaatan Panas Buang Mesin Pendingin Untuk
Pengering Pakaian , Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Ketika Menit Ke-30 untuk 4 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 2. Data Ketika Menit Ke-60 untuk 4 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 3. Data Ketika Menit Ke-90 untuk 4 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 4. Data Ketika Menit Ke-120 untuk 4 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 5. Data Ketika Menit Ke-150 untuk 4 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 6. Data Ketika Menit Ke-180 untuk 4 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 7. Data Ketika Menit Ke-30 untuk 20 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 8. Data Ketika Menit Ke-60 untuk 20 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 9. . Data Ketika Menit Ke-90 untuk 20 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 10. . Data Ketika Menit Ke-120 untuk 20 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 11. . Data Ketika Menit Ke-150 untuk 20 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 12. . Data Ketika Menit Ke-180 untuk 20 Sepatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI