merosotnya etika pegawai negeri sipil-makalah
TRANSCRIPT
MEROSOTNYA ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL
(Studi Kasus Pada Beberapa Daerah Di Indonesia)
STRUKTUR MAKALAH
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
- PNS,tugas dan fungsinya (UU yang mengatur tentang PNS)
- Etika PNS (UU yang mengatur tentang etika PNS)
- Keadaan PNS dari tahun ke tahun
- Etika dan moralitas PNS yang semakin merosot
B. RUMUSAN MASALAH
- Mengapa etika dan moralitas PNS merosot?
- Bagaimana solusi untuk mengatasi kemerosotan ini sehingga tidak
semakin mengkhawatirkan?
C. TUJUAN PENULISAN
- Mendeskripsikan factor penyebab merosotnya etika dan moral PNS
- Memberikan solusi atas masalah kemerosotan etika dan moral PNS
BAB II GAMBARAN KEADAAN
A. Keadaan sekarang
Data dan fakta keadaan etika dan moralitas PNS saat ini
B. Keadaan yang diinginkan
Sesuai dengan PP tentang etika PNS
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
- Faktor Penyebab Terjadinya Kemerosotan Etika Dan Moral
Kajian dan analisis penulis berdasarkan kasus yang ada
- Solusi yang ditawarkan
Berdasarkan masalah atau kasus yang ditemui
BAB IV PENUTUP
a. Etika PNS Yang diharapkan oleh Pemerintah
Etika PNS dan budaya kerja bagi aparatur pemerintah sangat penting
untuk dikembangkan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan PNS
dalam melayani kepentingan masyarakat sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Perwujudan tujuan utama dari pemerintah berupa pengaturan,
pengurusan dan pelayanan kepentingan masyarakat dapat dilakukan dengan
pola dan cara yang berbeda-beda. Dalam negara yang demokratis, tujuan
dan perwujudan etika bagi setiap penyelenggaraan negara dan
pemerintahan berdasarkan prinsip pendahuluan kepentingan masyarakat.
Etika kerja aparatur pemerintah selalu mengikut-sertakan rakyat
dalam setiap penetapan dan pelaksanaan kebijakan karena norma yang
berlaku dalam sistem pemerintahan demokratris adalah “dari, oleh, dan untuk
rakyat”. Etika pergaulan antara penyelenggara pemerintahan dan rakyat
dilakukan secara transparansi, terbuka dan akuntabilitas. Pemerintah telah
mengatur etika PNS dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PP
42/2004).
Keberhasilan dari pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh
kinerja aparatur negara. Oleh sebab itu, PNS sebagai aparatur negara
bertugas memberikan pelayanan yang terbaik, adil dan jujur kepada
masyarakat. Oleh sebab itu, terdapat kode etik PNS yang mengatur
kehidupan PNS sehari-hari secara konsisten. Kode etik ini dimaksudkan
sebagai bagian dari upaya dalam meningkatkan kualitas PNS dalam
melaksanakan tugasnya. Beberapa nilai dasar yang harus dijunjung tinggi
oleh PNS dalam PP 42/2004, yaitu:
- Ketaqwaan kepada TYME
- Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945
- Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan
- Ketaatan hukum dan peraturan perundang-undagan
- Penghormatan terhadap hak asasi manusia
- Tidak diskriminatif
- Profesional, netral dan bermoral tinggi
- Semangat jiwa korps
Dalam PP 42/2004 juga diatur nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh PNS
dalam melaksanakan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari. PNS wajib
bersikap dan berpedoman pada kode etik dalam bernegara, berorganisasi,
bermasyarakat, terhadap sesama PNS dan diri sendiri.
Beberapa kode etik yang harus dijalan oleh PNS dalam bernegara, yaitu:
- Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan UUD 1945
- Mengangkat horkat dan martabat bangsa dan negara
- Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dan NKRI
- Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
melaksanakan tugas
- Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelengaraan pemerintah yang
bersih dan berwibawa.
- Tanggap, terbuka, jujur, akurat, dan tepat waktu dalam melaksanakan
setiap kebijakan dan progam pemerintah
- Mendayagunakan semua sumber daya negara secara efisien dan efektif.
- Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar
Beberapa kode etik yang harus dijalan oleh PNS dalam berorganisasi, yaitu:
- Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku
- Menjaga informasi yang bersifat rahasia
- Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang
- Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi
- Menjamin kerja sama serta kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait
dalam rangka pencapaian tujuan
- Memiliki kompetesi dalam pelaksanaan tugas
- Patuh dan taat terhadap standar operasioal dan tata kerja
- Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi
- Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
Beberapa kode etik yang harus dijalan oleh PNS dalam bermasyarakat, yaitu:
- Mewujudkan pola hidup sederhana
- Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa
pamrih, dan tanpa unsur pemaksaan
- Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, adil dan tidak
diskriminatif
- Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat
- Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
melaksanakan tugas.
Beberapa kode etik yang harus dijalan oleh PNS terhadap diri sendiri, yaitu:
- Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar
- Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan
- Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan
- Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
- Memiliki daya juang yang tinggi
- Memelihara kesehatan jasmani dan rohani
- Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga
- Berpenampilan rapi, sederhana dan sopan.
Beberapa kode etik yang harus dijalan oleh PNS terhadap sesama PNS, yaitu:
- Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/
kepercayaan yang berbeda
- Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS
- Saling menghormati sesama teman sejawat, baik secara vertikal maupun
horizontal dalam satu unit kerja, instansi, atau antar instansi
- Menghargai perbedaan pendapat
- Menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS
- Menjaga dan menjalin kerja sama yang koperatif sesama PNS
- Berhimpun dalam satu wadah korps pegawai RI yang menjamin
terwujudnya solidaritas dan soliditas semua PNS dalam memperjuangkan
hak-haknya.
b. Etika PNS Yang diharapkan oleh masyarakat
Dewasa ini kehidupan masyarakat mengalami banyak perubahan sebagai akibat
dari kemajuan yang telah dicapai dalam proses pembangunan sebelumnya dan
kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang
dapat dirasakan sekarang ini adalah terjadinya perubahan pola pikir masyarakat ke
arah yang semakin kritis. Hal itu dimungkinkan, karena semakin hari warga
masyarakat semakin cerdas dan semakin memahami hak dan kewajibannya sebagai
warga. Kondisi masyarakat yang demikian menuntut hadirnya pemerintah yang
mampu memenuhi berbagai tuntutan kebutuhan dalam segala aspek kehidupan
mereka, terutama dalam mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya dari
pemerintah. Namun kecenderungan yang terjadi, pelayanan yang seharusnya
ditujukan pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat
terhadap negara.
Pemerintah sebagai service provider (Penyedia Jasa) bagi masyarakat dituntut
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Apalagi pada era otonomi daerah,
kulitas dari pelayanan aparatur pemerintah akan semakin ditantang untuk optimal
dan mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari segi
kulitas maupun dari segi kuantitas pelayanan. Di negara-negara berkembang dapat
kita lihat mutu pelayanan publik merupakan masalah yang sering muncul, karena
pada negara berkembang umumnya permintaan akan pelayanan jauh melebihi
kemampuan pemerintah untuk memenuhinya sehingga pelayanan yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat kurang terpenuhi baik dilihat dari segi kulitas
maupun kuantitas.
Joe Fernandes direktur Institute of Policy and Community Develovement Studies
(IPCOS) mengatakan, rendahnya kualitas pelayanan publik di Indonesia karena
tidak ada motivasi yang kuat dari PNS untuk melayani masyarakat. Menurut
penelitian yang dilakukan IPCOS, sebagian besar orang ingin menjadi PNS karena
bisa kerja santai dan aman (dalam arti tidak akan dipecat). Selain itu, dengan
menjadi PNS, seseorang berpeluang mengkomersialkan tugas dan kewajiban yang
diembankan negara kepadanya untuk keuntungan pribadi. Ada beberapa
permasalah yang ada dalam pelayanan publik yaitu: kurang responsif, kurang
informatif, kurang accessible, kurang koordinasi, birokratis,kurang mau mendengar
keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan efisien.
Hal ini sejalan dengan pendapat Agus Fanar (2009:17), dilihat dari sisi pola
penyelenggaraannya, pelayanan publik di Indonesia masih memilikibeberapa
kelemahan, antaranya :
1. Kurang responsif, respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun
harapan masyarakat masih sering kali lambat atau bahkan diabaikan sama
sekali.
2. Kurang informatif, berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada
masyarakat, lambat penyampaiannya atau bahkan tidak sampai sama sekali
kepada masyarakat.
3. Kurang accessible, berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari
jangkauan masyarakat sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan
pelayanan.
4. Kurang koordinasi, berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan yang
lainnya kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih
ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan
instansi pelayanan lain yang terkait.
5. Terlalu birokratis, pelayanan pada umumnya dilakukan dengan melalui
proses yang terdiri dari beberapa meja yang harus dilalui, sehingga
menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Bahkan kondisi ini
dimanfaatkan oleh oknum aparat untuk mengambil pungutan liar, sehingga
mengakibatkan tingginya biaya pelayanan, menjamurnya korupsi di tubuh
birokrasi dan ketidakpuasan masyarakat penerima layanan.
6. Kurang mau mendengarr keluhan/saran/aspirasi masyarakat, pada umumnya
aparat penyedia layanan kurang peduli terhadap keluhan/saran/aspirasi dari
masyarakat. Akibatnya, pelayanan diberikan apa adanya, tanpa ada
perbaikan dari waktu ke waktu.
7. Inefisien, berbagai persyaratan yang diperlukan seringkali tidak relevan
dengan pelayanan yang diberikan.
Dari beberapa permasalahan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa apa yang
dilakukan oleh aparat pemerintah belum sepenuhnya memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada masyarakat, apa yang dilakukan hanyalah bentuk pelayanan
yang didasari oleh kewajiban sebagai pekerja pemerintah bukan sebagai abdi
masyarakat. Adanya prilaku demikian menyebabkan timbulnya tudingan-tudingan
negatif yang dilontarkan oleh berbagai kalangan terhadap aparatur pemerintah,
seperti aparat dianggap kurang profesional, berbelit-belit (tidak efisien), disiplin kerja
rendah, korupsi, lalai dalam melakukan pengawasan dalam kegiatan bisnis besar
dalam melibatkan uang negara maupun masyarakat dan lain sebaginya.