menurut soekirman

4

Click here to load reader

Upload: chyntia-winny-widayanti

Post on 20-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

PGM

TRANSCRIPT

Menurut Soekirman (1999) dalam Made Amin et al. (2004) menyatakan bahwa penyebab dari tingginya prevalensi gizi kurang secara langsung adalah adanya asupan gizi yang tidak sesuai antara yang dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh, dimana asupan gizi secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola pengasuhan terhadap anak yang diberikan oleh ibu. Hal ini senada dengan pernyataan Irawan (2004) yang menyebutkan bahwa gizi kurang dan gizi buruk adalah manifestasi karena kurangnya asupan dari protein dan energi dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi AKG dan biasanya juga terdapat kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Konsumsi makanan yang tidak adekuat ini erat pula kaitannya dengan keadaan infeksi pada anak balita. Anak yang tidak cukup mendapatkan makanan maka daya tahannya akan melemah sehingga mudah diserang infeksi yang akan mengurangi nafsu makan sehingga pada akhirnya dapat menderita gizi kurang (Proyek Perbaikan Gizi Masyarakat, 2001).A. Penyebab langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

B. Penyebab tidak langsungAda 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.KEP merupakan suatu keadaan dimana konsumsi energi dan protein dalam makanan sangat rendah sehingga tidak mencukupi AKG. Gejala klinis yang bias any timbul yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmic-kwashiorkor. Dari ketiga gejala tersebut pembedanya berupa ada atau tidaknya edema. Untuk gejala klinis yang disertai edema disebut kwashiorkor sedangkan marasmus tidak disertai edema. Selin dari makanan yang tidak seimbang, ketahanan pangan keluarga, tidak adanya sanitasi, dan pola pengasuhan dapat menjadi penyebab terjadinya KEP. Pemerintah bisa mengupayakan agar permasalahan gizi buruk seperti KEP ini tidak terjadi lagi di Indonesia, seperti pengaktifan Posyandu, program imunisasi, deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi, rehabilitasi (untuk memulihkan keadaan gizi bayi atau balita) dengan pemberian HEM (High Energy Milk) dan MP (Makanan Pendamping) ASI.

KVA yang terjadi balita menyebabkan timbulnya penyakit xerophtalmia yang dilihat dari kadar serum retinol