bab ii tinjauan pustaka a. status gizi 1. pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Menurut Soekirman (2000), Status gizi berarti sebagai keadaan fisik
seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau
kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Sedangkan Soekidjo (1996)
menyatakan bahwa status gizi adalah konsumsi gizi makanan pada seseorang
yang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan.
Menurut (Nyoman,2002). Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi
dalam bentuk variabel tetentu.
2. Zat Gizi yang diperlukan Anak Balita
a. Karbohidrat atau Hidrat Arang
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi
tubuh. Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat akan menentukan
jumlah energi yang tersedia bagi tubuh setiap hari. Hidrat arang
merupakan sumber kalori utama
bagi manusia. Kira-kira 80% dari kalori yang didapat tubuh
manusia (terutama untuk bangsa-bangsa di Asia Tenggara) berasal dari
hidrat arang. Hidrat arang terutama terdapat dalam tumbuh-tumbuhan
seperti beras, gandum, dan umbi-umbian, yang terdiri dan tiga macam
unsur yaitu karbon, oksigen, dan hidrogen (Moehji, 2002).
b. Protein atau zat putih telur
Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan sel jaringan,
baik, jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan
hewan. Sintesa protein dari unsur kimia hanya terjadi dalam bentuk
tumbuh-tumbuhan, sedang manusia dan hewan memperoleh protein dari
bahan pangan hewani.
Guna protein bagi manusia adalah sebagai benkut:
1). Untuk membangun sel jaringan tubuh.
2). Untuk mengganti sel tubuh yang aus atau rusak.
3). Untuk membuat air susu, enzim dan hormon air susu yang diberikan
ibu kepada bayinya dari makanan ibu itu sendiri.
4). Membuat protein darah.
5). Untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh.
6). Sebagai pemberi kalori (Moehji,2002).
Bahan-bahan makanan protein dapat kita golongkan ke dalam dua
golongan, yaitu sebagai berikut:
1). Bahan-bahan makanan sumber protein yang berasal dari hewan,
contohnya :daging, jenis ikan, telur, dan susu.
2). Bahan-bahan makanan sumber protein yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, contohnya; beras, jenis kacang-kacangan, tempe, dan tahu.
9
c. Lemak
Lemak adalah senyawa kimia yang dalam stuktur molekulnya
mengandung gugus asam lemak. Secara alamiah lemak secara fisik
didapatkan dalam dua bentuk yaitu minyak yang berbentuk cair dan dalam
bentuk padat. Kegunaan lemak yang berasal dari makanan digunakan
tubuh untuk hal-hal sebagai berikut yaitu pemberi kalori, melarutkan
vitamin-vitamin sehingga vitamin tersebut dapat diserap oleh dinding usus
dan memberikan asam-asam lemak essensial. Sedangkan kegunaan
simpanan lemak dalam tubuh manusia antara lain, sebagai cadangan
tenaga, sebagai bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal, biji mata,
sebagai isolasi sehingga panas tubuh tidak banyak yang keluar,
mempertahankan tubuh dari gangguan-gangguan luar seperti pukulan atau
bahan -bahan yang berbahaya seperti zat kimia.
d. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit, tetapi penting untuk melakukan fungsi metabolik dan harus
didapat dari makanan. Meskipun vitamin hanya diperlukan dalam Jumlah
sedikit jika kekurangan akan menimbulkan hal-hal yan merugikan
(hipovitaminosis sampai avitaminosis jika terlihat tanda-tanda klinis yang
nyata).
Secara umum fungsi vitamin antara lain yaitu sebagai bagian dari
suatu enzim atau co-enzim (pembantu enzim) yang mengatur berbagai
10
proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan,
mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel baru, membantu
pembuatan zat tertentu dalam tubuh (Farida, 2004).
e. Mineral
Kira-kira 6% manusia dewasa terbuat dan mineral. Mineral yang
dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari tanah. Tanaman sumber pangan
menyerap mineral yang diperlukan dan menyimpannya dalam stuktur
tanaman. Hewan sebagai konsumen tingkat pertama menggunakan dan
menyimpan mineral dalam tubuhnya. Manusia sebagai konsumen tingkat
akhir memperoleh mineral dan pangan nabati dan hewani.
Fungsi mineral dalam tubuh adalah
1). Memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan penggunaan
mineral pembentuk asam (klorin, fosfor, belerang) dan mineral
pembentuk basa (kapur, besi, magnesium, kalium , natrium).
2). Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat,
lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh.
3). Sebagai hormon dan enzim tubuh.
4). Membantu memelihara keseimbangan air tubuh (klorin, kalium,
natrium)
5). Menolong dalam pengiriman isyarat ke seluruh tubuh (kalsim, kalium,
natrium)
6). Sebagai bagian cairan usus (kalsium, magnesium, kalium, natrium)
11
7). Berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, gigi, dan
jaringan tubuh lainnya (kalsium, fosfor, fluorin) (Farida , 2004).
3. Angka Kecukupan Gizi
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah jumlah zat-zat gizi yang
hendaknya dikonsumsi setiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian
dari diet normal rata-rata orang sehat (Almatsier, 2001)
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya
dalam jangka waktu yang cukup lama. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin, aktifltas, berat badan dan tinggi badan, genetika serta
keadaan hamil dan menyusui. Anjuran kecukupan gizi adalah jumlah yang
diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan orang pada umumnya.
Kecukupan energi bayi dan balita relatif lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhan masih sangat pesat.
Disini juga tampak bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
perempuan dan laki-laki dalam hal kebutuhan energi dan proteinnya.
Perhitungan tingkat konsumsi energi.
Kecukupan gizi rata-rata perorang perhari untuk anak balita yaitu
untuk umur 1-3 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 90 cm
membutuhkan energi 1250 Kkal dan 23 Gr protein.
12
Tabel 1
Perhitungan Kecukupan Gizi Rata-Rata Perorang
Perhari untuk Anak Balita
Golongan Umur BB TB Energi Protein1 -3 Tahun 12 90 1250 23
Sumber: Nyoman , (2000)
Kegunaan angka kecukupan gizi adalah
a. Untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi
makanan bagi penduduk atau golongan masyarakat tertentu yang
didapatkan dari hasil survey gizi atau makanan.
b. Untuk perencanaan pemberian makanan tambahan balita maupun
perencanaan makanan institusi.
c. Untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat nasional (Karyadi dan
Muhilal, 1996).
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa
penyakit ataupun bila kekurangan hanya marginal atau ringan dapat
menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya
kemampuan fungsi. Bila kekurangan tersebut hanya marginal saja, tidak
dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi
fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal
tersebut karena faktor gizi (Karyadi dan Muhilal, 1996).
Adapun rumus AKG adalah sebagai berikut:
13
BB rielAKG individu = ——————— x Energi Standart
BBStandart
AKG Standart Pencapaian AKG = ———————— x 100%
AKG Individu
(Nyoman , 2002)
4. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi anak balita dimaksudkan untuk mengetahui
Apakah seseorang atau kelompok balita tersebut mempunyai status gizi
kurang, baik atau lebih. Penilaian status gizi anak balita tersebut bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana keseimbangan antara zat gizi yang masuk
dalam tubuh dengan zat gizi yang digunakan oleh tubuh, sehingga tercipta
kondisi fisik yang optimal. Ada berbagai cara dalam mengukur atau menilai
status gizi seseorang yaitu melalui penilaian status gizi secara langsung yang
dibagi dalam empat penilaian yaitu antropometri, klinis. biokimia, biofisik.
Kedua adalah penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi dalam tiga
cara yaitu survey konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi
a. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung.
1). Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui
kebiasaan makanan zat gizi tingkat kelompok, rumah tangga dan
perorangan serta faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan
tersebut. Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan sasaran
14
pengamatan atau pengguna yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan
individual. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah tingkat
rumah tangga dan perorangan (Nyoman, 2000).
2). Statistik Vital
Cara untuk mengetahui keadaan gizi di suatu wilayah adalah
dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Dengan menggunakan
statistik kesehatan dapat diperhitungkan penggunaannya sebagai
bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi
masyarakat. Beberapa statistik vital yang berhubungan dengan
kesehatan dan gizi antara lain: angka kesakitan, aneka kematian,
pelayanan kesehatan dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan
gizi ( Nyoman, 2000).
3). Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil yang
saling mempengaruhi dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan
lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang
tersedia bergantung pada keadaan lingkungan seperti ikiim, tanah,
irigasi, penyimpanan, transportasi, dan tingkat ekonomi penduduk
(Nyoman, 2000).
15
b. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1). Pemeriksaan klinis
Penggunaaan pemeriksaan klinis untuk mendeteksi defisiensi
gizi yaitu dengan mendeteksi kelainan atau gangguan yang terjadi
pada kulit, rambut, mata, membran mukosa mulut, dan bagian tubuh
yang lain dapat dipakai sebagai petunjuk ada tidaknya masalah gizi
kurang.Tanda-tanda klinis malnutrisi tidak spesifik, karena ada
beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama tetapi
penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis harus
dipadukan dengan pemenksaan yang lain (Nyoman, 2000).
2). Biokimia
Pemeriksaan biokimia yang sering digunukan dalam penelitian
adalah tehnik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan subtansi
kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut
dibandingkan dengan standar normal yang telah ditetapkan. Dalam
berbagai hal pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh di rumah
sakit atau pusat kesehatan, dan pada pemeriksaan ini hanya dapat
dilakukan oleh orang yang ahli (Nyoman, 2000).
3). Biofisik
Penilaian status gizi dengan biofisik adalah melihat dan
kemampuan fungsi jaringan dan perubahan stuktur. Tes kemampuan
fungsi jaringan meliputi, kemampuan kerja dan adaptasi sikap.
16
Pemeriksaan ini bisa dilakukan secara klinis maupun tidak. Penilaian
status gizi secara biofisik sangat mahal dan memerlukan tenaga
profesional. Penelitian ini dilakukan melalui tiga cara yaitu. Uji
radiologi, Tes fungsi fisik, dan sitologi (Nyoman, 2000).
4). Antropometri
Parameter yang digunakan pada penilaian status gizi dengan
menggunakan antropometri adalah umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lngkar kepala, dan lingkar dada (Supariasa, 2001).
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/ U), tinggi badan menurut umur
(TB/ U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U
adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang dan
otot, indeks TB/U adalah pengukuran pertumbuhan linier, indeks
BB/TB adalah indeks untuk membedakan apakah kekurangan gizi
terjadi secara kronos atau akut (Supariasa, 2001).
Dalam buku petunjuk Teknik Pemantauan Stasus Gizi (PSG)
anak balita tahun 1999, klasifikasi status gizi dapat diklasifikasikan
menjadi 5 yaitu: gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang dan gizi
buruk. Baku rujukan yang digunakan adalah World Health
Organization - National Center For Health Statistic (WHO-NCHS),
dengan indeks berat badan menurut umur. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Depkes dan Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita
17
tahun 1999menggunakan rujukan WHO-NCHS dengan klasifikasi
seperti terlihat pada tabel.
Tabel 2
Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS
Kategori Cut of poin *)
Gizi lebih
Gizi baik
Gizi sedang
Gizi kurang
Gizi buruk
120 % Median BB/U baku WHO-NCHS
80 % -120% Median BB/U baku WHO-NCHS
70 %-79,9% Median BB/U baku WHO-NCHS
60 %-69,9% Median BB/U baku WHO-NCHS
< 60 % Median baku WHO- NCHS
(Supariasa, 2001)
5. Macam Status Gizi Anak Balita
Status gizi anak balita dibedakan menjadi empat yaitu status gizi lebih
status gizi baik, status gizi kurang dan buruk.
a. Status Gizi Lebih
Penyakit ini bersangkutan dengan energi di dalam hidangan yang
dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan atau penggunaan semua zat gizi
tersebut. Dan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan
setinggi-tingginya.
18
Anak yang status gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara
normal dengan bertambahnya usia. Tumbuh atau pertumbuhan berkaitan
dengan masalah perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat,
panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam stuktur dan fungsi
tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1998).
b. Status Gizi Kurang dan Status Gizi Buruk
Status gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau
beberapa macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan status
gizi kurang karena kekurangan zat gizi yang dikonsumsi atau mungkin
mutunya rendah. Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada
beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan
oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari
makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang
berusia dibawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta
pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk
tumbuh juga untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Akibat status gizi kurang adalah sebagai
berikut:
19
1) KEP
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.
Orang yang mengidap KEP nampak kurus, namun gejala
klinik secara besar dapat di bedakan menjadi tiga yaitu marasmus,
kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor (Nyoman, 2002).
2) Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang
dari normal, biasanya dengan tanda : lelah, lesu, letih, bibir tampak
pucat, lidah licin, susah BAB, kadang pusing, dan mudah mengantuk
(Nyoman, 2002).
3) GAKY
Adalah kekurangan gizi disebabkan kurangnya konsumsi
yodium dalam bahan makanannya, kekurangan yodium pada anak yaitu
cacat fisik dan mental, seperti bisu, tuli, bisu-tuli, pertumbuhan badan
terganggu, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu (Nyoman
2002).
4) KVA
Adalah penyakit mata yang disebabkan kurangnya vitamin A
dalam makanannya. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang
paling sering terjadi pada anak-anak di Indonesia yang umumnya
20
terjadi pada usia antara 2-5 tahun. Adapun kriteria KVA adalah sebagai
benkut: bercak bitot dengan konjungtiva mengering, kornea mengering
atau keratomalasia dan parut komea (Nyoman,2002).
6. Faktor yang mempengaruh Status Gizi antara lain :
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan
tidak langsung.
a. Faktor yang mempengaruhi secara langsung :
Menurut Soekirman (2000), penyebab langsung timbulnya gizi kurang
pada anak adalah konsumsi makanan dan penyakit infeksi, kedua
penyebab tersebut saling berpengaruh. Dengan demikian timbulnya gizi
kurang tidak hanya karena kurang makanan tetapi juga karena adanya
penyakit infeksi, terutama diare dan ispa. Anak yang mendapatkan
makanan yang cukup baik tetapi sering terserang demam atau diare,
akhirnya akan dapat menderita gizi kurang, sebaliknya anak yang tidak
memperoleh maknan cukup dan seimbang daya tahan tubuhnya dapat
melemah. Dalam keadaan ini anak akan mudah terserang penyakit dan
kurang nafsu makan sehingga anak kekurangan makanan. Akhirnya berat
badan anak menurun, apabila keadaan ini terus berlangsung anak akan
menjadi kurus dan timbullah masalah kurang gizi.
21
b. Faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung :
1) pola asuh gizi
pola asuh gizi merupakan faktor yang secara tidak langsung
mempengaruhi konsumsi makanan pada bayi. Dengan demikian pola
asuh gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan faktor
tidak langsung dari status gizi. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh gizi sudah dijelaskan diatas diantaranya :
tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat
pengetahun ibu, aktivitas ibu, jumlah anggota keluarga dan budaya
pantang makanan.
2) Jarak Kelahiran Yang Terlalu Rapat
Jarak kelahiran akan mempengaruhi status gizi anak dalam
keluarga. Dengan adanya jarak kelahiran yang dekat maka kebutuhan
makanan yang seharusnya hanya diberikan pada satu anak akan terbagi
dengan anak yang lain yang sama-sama memerlukan gizi yang optimal
(Moehji, 2002).
Anak yang berusia dibawah lima tahun masih sangat
memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun
perawatan kasih sayang. Jika dalam masa tahun ini ibu hamil lagi
maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak menjadi berkurang akan
tetapi AS1 yang masih aktif sangat dibutuhkan anak akan berhenti
keluar. Anak yang belum dipersiapkan secara baik menerima makanan
22
pengganti AS1 yang kadang-kadang mutu gizi anak makanan tersebut
juga rendah. Hal ini akan menyebabkan status gizi anak kurang.
3) Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam
penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh
kembangnya. Kebersihan baik kebersihan perorangan maupun
lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit.
Akibat dari kebersihan yang kurang maka anak akan sering sakit
misalnya diare, kecacingan, tifus, hepatitis, malaria, demam berdarah
dan sebagainya. Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal
dari pabrik, asap kendaraan atau asap rokok, dapat berpengaruh
terhadap tingginya angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pemapasan
Akut). Kalau anak sering menderita sakit maka tumhuh kembangnya
terganggu (Soetjiningsih,1998)
4) Pelayanan kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan
kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini
dan mutu fisik yang rendah (Aritonang, 2003). Peran pelayanan telah
lama diadakan untuk memperbaiki status gizi. Pelayanan kesehatan
berpengaruh terhadap masalah kesehatan terutama masalah gizi.
Pelayanan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat
membantu dalam meningkatkan derajad kesehatan. Dengan pelayanan
23
kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan masyarakat
akan terpenuhi. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu kegiatan
posyandu yang dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
balita dengan penimbangan berat badan (BB) secara rutin setiap bulan.
5) Stabilitas Rumah Tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada
keluarga yang harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang
harmonis (Soetjinmgsih, 1998).
B. Pola Asuh Gizi
1. Pengertian Pola Asuh Gizi
Menurut Zzeitien (2000), pola asuh gizi adalah praktek di rumah
tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan Perawatan kesehatan
serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan anak. Sedangkan menurut (Soekirman, 2000), pola asuh adalah
berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan,
kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya kesemuanya berhubungan
dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental).
24
2. Aspek Kunci Pola Asuh Gizi
Adapun aspek kunci pola asuh gizi adalah :
a. Perawatan dan Perlindungan Bagi Anak
Setiap orang tua berkewajiban untuk memberikan Perawatan dan
perlindungan bagi anaknya. Masa lima tahun pertama merupakan masa
yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun
intelengensinya sehingga masa ini mendapatkan Perawatan dan
perlindungan yang intensif (Agoes dan Poppy, 2001).
Bentuk Perawatan bagi anak dimulai sejak bayi lahir sampai
dewasa misal sejak bayi lahir yaitu memotong pusar bayi, pembenan
makan dan sebagainya. Perlindungan bagi anak berupa pengawasan waktu
bermain dan pcngaturan tidur.
b. Praktek Menyusui dan Pembenan MP-ASI
Menyusui adalah proses memberikan AS1 pada bayi. Pemberian
AS1 berarti menumbuhkan kasih sayang antara ibu dan bayinya yang akan
sangat mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak dikemudian
hari. AS1 diberikan setelah lahir biasanya 30 menit setelah lahir.
Kolostrum merupakan salah satu kandungan AS1 yang sangat penting
yang keluar 4 -6 hari pertama. Kolostrum berupa cairan yang agak kental
dan kasar serta berwarna kekuning-kuningan terdiri dari banyak mineral
(natrium, kalium, dan klorida) vitamin A, serta zat-zat anti infeksi
penyakit diare, pertusis, difteri, dan tetanus. Sampai bayi berumur 4 -6
25
bulan hanya diberi AS1 saja tanpa tambahan bahan makanan dan
minuman lain.
Pemberian makanan pendamping AS1 harus disesuaikan dcngan
usia balita. Pengaturan makanan baik untuk pemeliharaan, pemulihan,
pertumbuhan, serta aktifitas fisik. Makanan pendamping AS1 adalah
makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih
karena AS1 tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian makanan
pendamping AS1 harus berlahap dan bervariasi dari mulai bentuk bubur
kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan
akhirnya makanan padat. Makanan pendamping AS1 diberikan pada bayi
di samping AS1. Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak balita mulai umur
3 bulan sampai umur 24 bulan (Aritonang,1994).
c. Pengasuhan Psiko-Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak hidup
sendiri-sendiri tetapi saling membutuhkan antar sesama dalam kehidupan
sehari-hari. Pengasuhan psiko-sosial terwujud dalam pola interaksi dengan
anak. Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga.
Pengasuhan psiko-sosial ini antara lain terdiri dari cinta dan kasih
sayang serta interaksi antara ibu dan anak. Salah satu hak anak adalah
untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan
perlakuan yang adil dan orang tuanya. Pengasuhan psiko-sosial ini
26
didasarkan pada frekuensi interaksi antara ibu dan anak. Meningkatkan
kedekatan ibu dan anak ditentukan dengan frekuensi interaksi dan sikap
sayang selalu senyum dengan anak (Zeitien, 2001).
d. Penyiapan Makanan
Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
fisik dan mental anak. Oleh karena itu makanan harus dapat memenuhi
kebutuhan gizi anak. Penyiapan makanan harus dapat mencukupi
kebutuhan gizi balita.
Pengaturan makanan yaitu pengaturan makanan harus dapat
disesuaikan dengan usia balita selain untuk mendapatkan gizi pengaturan
makanan juga baik untuk pemeliharaan, pemulihan, pertumbuhan,
perkembangan serta aktititas fisiknya (Agoes dan Poppy , 2001)
Makin bertambah usia anak makin bertambah pula kebutuhan
makanannya, secara kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi
kebutuhannya tidak cukup dari susu saja. Saat berumur 1-2 tahun perlu
diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap, disamping itu anak
usia 1-2 tahun sudah menjalani masa penyapilian.
Adapun pola makan orang dewasa yang diperkenalkan pada balita adalah
hidangan serba-serbi dengan menu seimbang yang terdiri dan :
1) Sumber zat tenaga misalkan roti, nasi- mie, dan tepung-tepungan
2) Sumber zat pembangun misalkan susu. daging. ikan, tempc. tahu dan
kacang-kacangan.
27
3) Sumber zat pengatur misalkan sayur-sayuran dan buah-buahan (Agoes
dan Poppy, 2001).
Masa balita merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan
yang membutuhkan zat gizi terutama pada masa balita. Kecukupan energi
bayi dan balita yaitu 0-1 tahun membutuhkan energi 110-120 Kkal/Kg
BB. umur 1-3 tahun membutuhkan energi 100 Kkal/Kg BB.
Tabel 1
Kecukupan Energi Bayi dan Balita
UmurKECUKUPAN ENERGI LAK1-LAKI DAN
PEREMPUAN (Kkal/KgBB)0-1
1-3
110-120
100 Sumber: Agoes dan Poppy (2001)
Protein digunakan untuk mnembangun sel jaringan tubuh,
mengganti sel jaringan tubuh yang rusak atau aus, membuat air susu,
protein darah dan untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan
tubuh. Kecukupan protein bayi dan balita dalam sehari untuk umur 0-1
tahun memerlukan 2,5 Gr/Kg BB. 1-3 tahun memerlukan 2 Gr/Kg BB.
Tabel 2
Kecukupan Protein Bayi dan Balita dalam Sehari
Umur Kecukupan Protein (Kkal/KgBB)0-1
1-3
2,5
2 Sumber: Agoes dan Popy (2001)
28
Semakin bertambah usia, air semakin banyak dibutuhkan. Umur 3-
10 hari membutuhkan air 80-150 ml/KgBB/hari. 3-9 hulan membutuhkan
125-160 ml/Kg/Hari dan umur l-3 tahun membutuhkan 100-13 ml/Kg BB
Tabel 3
Kecukupan Air Bayi dan Balita dalam Sehari
Kelompok Umur Kebutuhan Air (Kg BB/Hari)3 hari 80-10010 hari 125-1503 bulan 140-1606 bulan 130-1559 bulan 125-1451 tahun 120-135
2-3 tahun 115-125 Sumber: Agoes dan Popy ( 2001)
Pola makanan yang diberikan yaitu menu seimbang sehari-hari,
sumber tenaga, sumber zat pembangun, dan sunber zat pengatur. jadwal
pemberian makanan bagi bayi dan balita adalah :
1). Tiga kali makanan utaina (pagi, siang. malam)
2). Dua kali makanan selingan (diantara dua kali makanan mama) (Agoes
dan Poppy , 2003)
e. Kebersihan Diri dan Sanitasi Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses
tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan membentuk
kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat. Hal ini menyangkut
29
dengan keadaan bersih, rapi, dan teratur. Oleh karena itu anak perlu dilatih
untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti berikut ini:
1). Mandi dua kali sehari.
2). Cuci tangan sebelum dan sesudah tidur.
3). Menyikat gigi sebelum tidur
4). Membuang sampah pada tempatnya
5). Buang air kecil pada tempatnya atau WC (Agoes dan Poppy , 2001).
f. Praktek Kesehatan di Rumah dan Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan.
Bayi dan anak perlu diperiksa kesehatannya oleh bidan atau dokter
bila sakit sebab mereka masih memiliki resiko tinggi untuk terserang
penyakit. Adapun praktek kesehatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pemeriksaan pemantauan kesehatan adalah :
1). Imunisasi
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan agar bayi tidak
mudah terserang atau tertular penyakit seperti hepatitis B(HB),
tuberkulosis, diberi, batuk rejan, tetanus, folio dan campak. Pemberian
imunisasi harus sedini mungkin dan lengkap. BCG diberikan pada usia
2 bulan, DPT 1-3 diberikan pada usia 2-5 bulan, HB 1-3 diberikan
pada usia 3-5 bulan dan campak diberikan pada usia 6 bulan
Tabel 4
Jadwal Imunisasi Berdasarkan Standart Nasional
30
Umur (Bulan) Jenis Imunisasi2 BCG, DPT 1. Polio 13 H B 1*, DPT 2, Polio 24 HB 2*, DPT 3, Polio 35 HB3*, Polio36 Campak
Sumber: Agoes dan Poppy, (2001:37)
2). Pemantauan Pertumbuhan anak
Hal ini dapat dilakukan dengan aktif melakukan kegiatan
pemeliharaan gizi misalkan posyandu. Sebagian aktif mengikuti
pemeliharaan gizi maka orang tua dapat melihat pertumbuhan anak
melalui penimbangan balita, pemberian vitamin A pada bulan
februari dan Agustus serta pemberian makanan tambahan (Agoes dan
Poppy, 2001).
3. Faktor yang mampengaruhi Pola Asuh Gizi
Menurut teori lawrence green,kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior cause). Dan selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:
a. Faktor Predisposisi (Respoding Faktor)
yang terwujud dalam penetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,
dan sebagainya.
b. Faktor Pendukung (Enabling Faktor)
31
yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat
kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (Renforming Faktor)
yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas
yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan
sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu
ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh gizi:
a. Pandapatan keluarga
Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral
maupun material dan makanan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan dan melakukan gerak hidupnya. Peningkatan pendapatan
dalam rumah tangga memberikan kesempatan kepada rumah tangga
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu jumlah dan keragaman
pangan yang mereka beli. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Soekirman,2000), yang menyatakan bahwa keluarga yang berstatus
sosial ekonomi yang rendah atau miskin umumnya menghadapi masalah
gizi kurang keadaanya serba terbalik dan masalah gizi lebih dan
32
pendapat (Soetjiningsih,1998), yang menyatakan bahwa pendapatan
keluarga yang baik dapat menunjang tumbuh kembang anak. Karena
orang tua menyediakan semua kebutuhan anak-anaknya
Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang
menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang
diperlukan. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan sangat
mempengaruhi daya beli keluarga terhadap bahan pangan yang akhirya
berpengaruh terhadap status gizi seseorang terutama waf. balita karena
pada masa itu diperlukan banyak zat gzi untuk pertumbuhan
perkembangannya.
b. Pendidikan Ibu
Pendidikan merupakan proses seseorang mcngembangkan
kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam
masyarakat tempat ia hidup (Munip, 2004).Pendidikan ibu dalam hal mi
adalah latar belakang pendidikan ibu.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik
maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik. Bagaimana menjaga kesehatan
anaknya, pcndidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998).
33
c. Pengetahuan Gizi Ibu
Seorang ibu rumah tangga bukan merupakan ahli gizi, tetapi juga
harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada
anggota keluarganya. Pengetahuan gizi ibu merupakan pengetahuan
seorang ibu dalam menyediakan makanan yang bergizi guna mendapat
kesehatan yang baik serta mempertahankan kesehatan (Djaeni, 2000).
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan merupakan masalah yang sudah umum. Salah
satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang
gizi atau kcmampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari (Suhardjo,1996)
d. Aktifitas Ibu
Dewasa ini makin banyak ibu berperan ganda selain sebagai ibu
rumah tangga juga sebagai wanita karier semua itu guna menciptakan
keluarga yang lebih mapan tapi juga menimbulkan pengaruh terhadap
hubungan dengan anggota keluarga terutama pada anaknya. Seorang ibu
yang tidak bekerja dapat mengasuh anaknya dengan baik dan
mencurahkan kasih sayangnya.
e. Budaya pantang makanan.
Pola asuh dan pola kosumsi makanan hasil budaya masyarakat yang
bersangkutan, dan mengalami perubahan yang terus-menerus
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan
34
budaya masyarakat tersebut, pola asuh ini diajarkan bukan diturunkan
secara herediter dari nenek moyang sampai generasi sekarang dan
generasi-generasi yang akan datang. Pendapat masyarakat tentang
konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan
bahan makanan, salah satu pengaruh yang sangat dominan terhadap pola
asuh kosumsi adalah pantangan atau tabu, terdapat jenis-jenis makanan
yang tidak boleh dimakan oleh kelompok umur tertentu atau oleh
perempuan remaja atau perempuan hamil dan menyusui. Larangan ini
sering tidak jelas dasarnya, tetapi mempunyai kesan larangan dari
penguasa supernatural, yang akan memberi hukuman bila larangan
tersebut dilanggar. Namun demikian orang sering tidak mengatakan
dengan jelas dan pasti, siapa yang melarang tersebut dan apa alasannya
(Sediaoetomo, 1999).
f. Pelayanan kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan
kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini dan
mutu fisik yang rendah (Aritonang, 2003). Peran pelayanan telah lama
diadakan untuk memperbaiki status gizi. Pelayanan kesehatan
berpengaruh terhadap masalah kesehatan terutama masalah gizi.
Pelayanan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat
membantu dalam meningkatkan derajad kesehatan. Dengan pelayanan
kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan masyarakat
35
akan terpenuhi. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu kegiatan
posyandu yang dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
balita dengan penimbangan berat badan (BB) secara rutin setiap bulan.
g. Jumlah anggota keluarga
Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap
pembagian pangan pada masing-masing anggota keluarga (Lee.2000)
pada anggota keluarga yang memiliki balita dengan jumlah anggota
keluarga yang besar bila tidak didukung dengan keseimbangan
persediaan makanan dirumah maka akan berpengaruh terhadap pola
asuh yang secara langsung mempengaruhi konsumsi pangan yang
diperoleh masing-masing anggota keluarga terutama balita yang
memerlukan makanan pendamping ASI.
Progam Keluarga Berencana telah mencanangkan bahwa jumlah
anggota keluarga yang paling ideal adalah 4 orang, program pemerintah
ini bertujuan agar anggota keluarga dengan jumlah sekian diharapkan
dapat lebih memudahkan keluarga tersebut mencukupi semua kebutuhan
anggota keluarganya, tanpa menanggung beban kebutuhan anggota
keluarga yang banyak. Namun progam pemerintah ini belum 100 %
berhasil, terbukti dengan masih banyaknya keluarga yang memiliki
jumlah anggota keluarga yang banyak. Hal ini lebih banyak pada
keluarga yang tinggal di pedesaan.
36
Menurut Maryati (2000). penelitian disuatu Negara Colombia
menunjukan bahwa dengan kenaikan jumlah anak, jumlah makanan per
orang akan menurun sehingga terjadi penambahan kasus kurang gizi
pada anak dibawah 5 tahun. Jika jarak kelahiran pendek akan
mempengaruhi status kesehatan dan gizi baik bagi bayi yang baru lahir
ataupun pada anak sapihan. Dengan adanya perbaikan status gizi anak
dan ibu akan meningkatkan tekanan penduduk sehingga demikian
progam ditujukan pada pembatasan pertumbuhan penduduk
37
1. Perawatan dan perlindungan anak
2. Praktek menyusui dan pemberian MP-ASI
3. Pengasuhan psikososial
4. Penyiapan makanan
5. Kebersihan diri dari sanitasi lingkungan
6. Praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan
Pola Asuh Gizi
Dampak
Status gizi
Faktor Predisposisi
1. Pendapatan keluarga
2. Pendidikan ibu
3. Pengetahuan ibu
4. Aktivitas ibu
5. Budaya pantang makan
Faktor Pendukung
Akses Untuk MenjangkauPelayanan Kesehatan
Faktor Pendorong
Jumlah Anggota Keluarga
Infeksi
C. Kerangka Teori Gambar 1
Kerangka Teori
Hubungan tidak langsung
Hubungan langsung
Sumber : Laurence Grenn & Badan Litbang Kesehatan (2007)
38
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu pola asuh gizi dengan status gizi
E. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Ada hubungan antara Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Anak Balita di desa
sumurjomblangbogo bojong-pekalongan.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau apa saja yang
menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Adapun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (X)
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain disebut
independent variabel. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh
gizi (X1) dan pola asuh gizi (X2) di Desa Sumurjomblangbogo Bojong
Pekalongan
Hasil akhir berupa pengelompokkan yaitu :
a. Pola asuh baik
b. Pola asuh buruk
39
Pola asuh gizi Status gizi
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi anak balita di Bojong
Pekalongan tahun 2005
Data status gizi anak balita diukur dengan indikator sebagai berikut :
a. > + 2 SD dikategorikan berat badan lebih gizi (gizi lebih)
b. – 2 – 2 SD dikategorikan berat badan normal (gizi normal)
c. – 3 - < -2 SD dikategorikan berat badan rendah (gizi kurang)
d. < -3 SD dikategorikan berat badan sangat rendah (gizi buruk)
40