menulis cerpen dan ini kiat-kiatnya · mencoba membuat tape dari bahan makanan yang baru (belum...

4
Siswa kelas VIII SMP Katolik Makale membuat puisi dari pengamatan terhadap lingkungan sekolahnya. Puisi lebih mudah diciptakan setelah secara kontekstual, siswa mengamati lingkungan sekitar. PRAKTIK YANG BAIK USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa WAJO - Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Muhammad Isrul, menjadi Juara Pertama lomba menulis yang bertajuk Lomba Menulis Cerita (LMC-SMP) se- Indonesia yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud pada November tahun lalu. Cerpennya berhasil menyisihkan 2.043 naskah cerpen dari seluruh Indonesia. Setelah dipastikan juara satu nasional, cerpen yang berjudul “Piala di atas Dangau” dimuat di majalah sastra bergengsi Horison. Saat dihubungi untuk menceritakan kiat-kiatnya menjuarai lomba yang sangat ketat tersebut, menurut Isrul harus rajin membaca. “Saya menjadwalkan membaca secara intensif buku setiap Ahad, dan di waktu lainnya. Dengan sering membaca, kita bisa lebih banyak ide dan kosa kata,” kata penyuka buku sejarah dan inspiratif ini.Yang penting juga harus sering berlatih menulis. Menurut Amkayus, guru pembimbing yang merupakan guru bahasa Indonesia di SMP mitra USAID PRIORITAS itu, program WARTA PRIORITAS EDISI 14 / MARET - MEI 2016 Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected] USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat. budaya baca yang dikenalkan USAID PRIORITAS di sekolah SMPN 4 Tanasitolo telah mendorong siswa untuk rajin membaca. “Di setiap kelas kita membuat sudut baca dan sekolah kami juga punya taman baca Tomacca. Kebiasaan membaca siswa kemudian dikontrol dengan buku kontrol membaca. Dalam buku tersebut, para siswa harus menceritakan kembali secara singkat isi dari buku yang dibacanya. Siapa yang paling banyak baca buku dalam satu bulan dan paling bagus resumenya diangkat jadi raja dan ratu baca setiap bulannya dan diberi hadiah,” ujarnya. Program tersebut telah membuat para siswa meningkat minat baca dan menulisnya. Terkhusus untuk membuat cerpen, menurut Amkayus, untuk bisa juara sampai tingkat nasional, ada beberapa trik yang dia terapkan dalam membimbing siswanya. Pertama, siswa diajak membaca bersama- sama cerpen-cerpen yang pernah juara sebelumnya. “Cerpen yang juara adalah yang SAYA merasa agak sulit membuat siswa kelas VI dapat dengan mudah mengetahui nama-nama provinsi dengan ibu kotanya. Untuk itu saya membuat kartu dua warna yaitu kartu warna hijau untuk nama provinsi dan kartu warna kuning untuk nama ibu kotanya. Adapun pemanfaatannya dalam pembelajaran sebagai berikut. Pertama setiap kelompok yang terdiri dari 5 orang ditentukan perannya, yaitu sebagai pemain dan pengendali (pemegang kunci). Siswa yang bertugas sebagai pengendali membagikan kartu yang sudah dibuat atau disiapkan ke masing-masing pemain secara acak. Selanjutnya pemain pertama akan menurunkan salah satu kartu, kalau kartu kuning yang diturunkan berarti pemain berikutnya yang akan menurunkan kartu hijau. Misalnya kartu kuning nama ibu kota Mamuju yang diturunkan oleh pemain pertama, maka kartu hijau nama provinsi Sulawesi Barat yang diturunkan oleh pemain berikutnya. Yang bertugas sebagai pemegang kunci harus melihat kunci yang sudah disiapkan. Kalau benar berarti pemain tersebut mendapat skor satu dan dia berhak untuk menurunkan kartu baru menantang temannya. Begitu dan seterusnya. Setelah permainan ini dilakukan selama dua bulan oleh para siswa, dampaknya siswa sudah lancar menyebutkan nama provinsi dan ibu kotanya tanpa harus berpikir lama-lama. Pemakaian kartu ini sangat membantu siswa dalam belajar IPS walaupun bahan yang digunakan dari karton bekas yang dimodifikasi. Belajar Nama Provinsi dengan Kartu 2 Warna Kreasi Siswa dalam Pembelajaran PAKEM dan Kontekstual Setelah dikenalkan pembelajaran PAKEM dan kontekstual, siswa-siswa di sekolah mitra dan nonmitra USAID PRIORITAS banyak menghasilkan produk-produk pembelajaran yang menunjukkan keaktifan belajar dan kreativitas. Untuk memperkuat gerakan literasi, tak ada dinding yang kosong di SDN 2 Parepare dari pajangan karya siswa. Sekolah berharap siswa menjadi terbiasa membaca, karena dimana pun pandangannya diarahkan di sekolah, pasti ada tulisan terpampang di situ. Siswa kelas IX SMP 2 Bisappu, Bantaeng, membuat berbagai macam diagram setelah mendata warna kesukaan dari teman-temannya sekelasnya. Data tersebut kemudian diubah menjadi diagram untuk memudahkan melihat perbandingan jumlah siswa dan kesukaan terhadap warna. menginspirasi, yang kadang terbit dari pengalaman pribadi,” ujarnya. Kedua, cerpen dibuat rancangannya terlebih dahulu. Ketiga, rancangan diturunkan dalam tulisan secara bertahap paragraf per paragraf. “Setiap selesai satu paragraf, saya bimbing siswa baik dari segi kosa kata, pengembangan cerita, dan lain-lain,” ujarnya. Keempat, mengatur konflik dalam cerita. “Agar cerita menarik, konflik-konflik dalam cerita harus dimunculkan namun diatur penempatannya dengan baik,” ujarnya. 8 ISSN 2460-5948 Siswa SMPN I Pajukukkang, Bantaeng, membuat model hidrolik sederhana untuk memudahkan mengetahui konsep hukum pascal: “Tekanan yang diberikan zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama besar” Siswa serius bermain kartu warna Oleh Rais, Guru SDN 173 Tiroang, Pinrang Didampingi Kepala Dinas Pendidikan Wajo dan staf USAID PRIORITAS, Muhammad Isrul menerima penghargaan dari Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru, karena telah menjuarai penulisan cerpen tingkat nasional. Hasil karya siswa kelas VIII MTs Asadiyah Putri 1 Sengkang. Siswa menentukan sebuah benda, menggambarkan sifat-sifat benda tersebut, bahan-bahan pembentuk benda tersebut, dan mencoba membuat kalimat dalam bahasa Inggris dari benda tersebut. Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

Upload: vannhi

Post on 13-Aug-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Siswa kelas VIII SMP Katolik Makale membuat puisi dari pengamatan terhadap lingkungan sekolahnya. Puisi lebih mudah diciptakan setelah secara kontekstual, siswa mengamati lingkungan sekitar.

PRAKTIK YANG BAIK

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

WAJO - Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Muhammad Isrul, menjadi Juara Pertama lomba menulis yang bertajuk Lomba Menulis Cerita (LMC-SMP) se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud pada November tahun lalu. Cerpennya berhasil menyisihkan 2.043 naskah cerpen dari seluruh Indonesia. Setelah dipastikan juara satu nasional, cerpen yang berjudul “Piala di atas Dangau” dimuat di majalah sastra bergengsi Horison.

Saat dihubungi untuk menceritakan kiat-kiatnya menjuarai lomba yang sangat ketat tersebut, menurut Isrul harus rajin membaca. “Saya menjadwalkan membaca secara intensif buku setiap Ahad, dan di waktu lainnya. Dengan sering membaca, kita bisa lebih banyak ide dan kosa kata,” kata penyuka buku sejarah dan inspiratif ini. Yang penting juga harus sering berlatih menulis.

Menurut Amkayus, guru pembimbing yang merupakan guru bahasa Indonesia di SMP mitra USAID PRIORITAS itu, program

WARTA PRIORITASEDISI 14 / MARET - MEI 2016

Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)

Editor Mustajib (Communication Specialist)

Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs)

ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

budaya baca yang dikenalkan USAID PRIORITAS di sekolah SMPN 4 Tanasitolo telah mendorong siswa untuk rajin membaca.

“Di setiap kelas kita membuat sudut baca dan sekolah kami juga punya taman baca Tomacca. Kebiasaan membaca siswa kemudian dikontrol dengan buku kontrol membaca. Dalam buku tersebut, para siswa harus menceritakan kembali secara singkat isi dari buku yang dibacanya. Siapa yang paling banyak baca buku dalam satu bulan dan paling bagus resumenya diangkat jadi raja dan ratu baca setiap bulannya dan diberi hadiah,” ujarnya. Program tersebut telah membuat para siswa meningkat minat baca dan menulisnya.

Terkhusus untuk membuat cerpen, menurut Amkayus, untuk bisa juara sampai tingkat nasional, ada beberapa trik yang dia terapkan dalam membimbing siswanya. Pertama, siswa diajak membaca bersama-sama cerpen-cerpen yang pernah juara sebelumnya. “Cerpen yang juara adalah yang

SAYA merasa agak sulit membuat siswa kelas VI dapat dengan mudah mengetahui nama-nama provinsi dengan ibu kotanya. Untuk itu saya membuat kartu dua warna yaitu kartu warna hijau untuk nama provinsi dan kartu warna kuning untuk

nama ibu kotanya. Adapun pemanfaatannya dalam pembelajaran sebagai berikut. Pertama setiap kelompok yang terdiri dari 5 orang ditentukan perannya, yaitu sebagai pemain dan pengendali (pemegang kunci).

Siswa yang bertugas sebagai pengendali membagikan kartu yang sudah dibuat atau disiapkan ke masing-masing pemain secara

acak. Selanjutnya pemain pertama akan menurunkan salah satu kartu, kalau kartu kuning yang diturunkan berarti pemain berikutnya yang akan menurunkan kartu hijau. Misalnya kartu kuning nama ibu kota Mamuju yang diturunkan oleh pemain pertama, maka kartu hijau nama provinsi Sulawesi Barat yang diturunkan oleh pemain berikutnya.

Yang bertugas sebagai pemegang kunci harus melihat kunci yang sudah disiapkan. Kalau benar berarti pemain tersebut mendapat skor satu dan dia berhak untuk menurunkan kartu baru menantang temannya. Begitu dan seterusnya.

Setelah permainan ini dilakukan selama dua bulan oleh para siswa, dampaknya siswa sudah lancar menyebutkan nama provinsi dan ibu kotanya tanpa harus berpikir lama-lama. Pemakaian kartu ini sangat membantu siswa dalam belajar IPS walaupun bahan yang digunakan dari karton bekas yang dimodifikasi.

Belajar Nama Provinsi dengan Kartu 2 Warna

Kreasi Siswa dalam Pembelajaran PAKEM dan Kontekstual

Setelah dikenalkan pembelajaran PAKEM dan kontekstual, siswa-siswa di sekolah mitra dan nonmitra USAID PRIORITAS banyak menghasilkan produk-produk pembelajaran yang menunjukkan keaktifan belajar dan kreativitas.

Untuk memperkuat gerakan literasi, tak ada dinding yang kosong di SDN 2 Parepare dari pajangan karya siswa. Sekolah berharap siswa menjadi terbiasa membaca, karena dimana pun pandangannya diarahkan di sekolah, pasti ada tulisan terpampang di situ.

Siswa kelas IX SMP 2 Bisappu, Bantaeng, membuat berbagai

macam diagram setelah mendata warna kesukaan dari

teman-temannya sekelasnya. Data tersebut kemudian

diubah menjadi diagram untuk memudahkan melihat

perbandingan jumlah siswa dan kesukaan terhadap

warna.

menginspirasi, yang kadang terbit dari pengalaman pribadi,” ujarnya. Kedua, cerpen dibuat rancangannya terlebih dahulu. Ketiga, rancangan diturunkan dalam tulisan secara bertahap paragraf per paragraf. “Setiap selesai satu paragraf, saya bimbing siswa baik dari segi kosa kata, pengembangan cerita, dan lain-lain,” ujarnya. Keempat, mengatur konflik dalam cerita. “Agar cerita menarik, konflik-konflik dalam cerita harus dimunculkan namun diatur penempatannya dengan baik,” ujarnya.

8

ISSN 2460-5948

Siswa SMPN I Pajukukkang, Bantaeng, membuat model hidrolik sederhana untuk memudahkan mengetahui konsep hukum pascal:

“Tekanan yang diberikan zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama besar”

Siswa serius bermain kartu warna

Oleh Rais, Guru SDN 173 Tiroang, Pinrang

Didampingi Kepala Dinas Pendidikan Wajo dan staf USAID PRIORITAS, Muhammad Isrul menerima penghargaan dari Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru, karena telah menjuarai penulisan cerpen tingkat nasional.

Hasil karya siswa kelas VIII MTs Asadiyah Putri 1 Sengkang. Siswa menentukan sebuah benda, menggambarkan sifat-sifat benda tersebut, bahan-bahan pembentuk benda tersebut, dan mencoba membuat kalimat dalam bahasa Inggris dari benda tersebut.

Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya

Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

PENGOLAHAN hasil bumi di daerah Takalar seperti padi, jagung, sukun dan lainnya untuk menjadi produk makanan masih bersifat tradisonal. Pemanfaatan bioteknologi untuk menciptakan variasi produk bisa menjadi alternatif. Inovasi tersebut diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah produk makanan dan sekaligus bisa menjadi sumber penghasilan. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka dalam pembelajaran IPA, saya mengarahkan para siswa untuk lebih memahami teori bioteknologi dan sekaligus memanfaatkanya untuk membuat produk pangan baru.

Salah satu produk bioteknologi adalah tape. Secara teoretis, pembuatan tape adalah proses fermentasi menggunakan ragi sebagai media utama. Setidaknya ada tiga macam organisme yang berfungsi pada proses pembuatan tape ini yaitu Aspergillus, Saccharomyces cerevisiae, dan Acetobacter acetil. Ketiga organisme tersebut memiliki peran yang sinergis, artinya mikro organisme tersebut saling bekerja bergantian mengubah bahan makanan menjadi tape. Proses perubahan Amilum (C6H12O6) menjadi Glukosa (C6H12O6) dilakukan oleh Aspergillus. Glukosa menjadi produk baru Alkohol (C2H5OH) oleh Saccharomyces cerevisiae, dan Alkohol menjadi Asam Cuka (CH3COH) dilakukan oleh Acetobacter acetil. Ketiga bakteri tersebut secara potensial ada di ragi, dan menjadi aktif karena proses fermentasi.

Untuk menerapkan teori bioteknologi fermentasi dan mencoba membuat tape dari bahan makanan yang baru (belum pernah diujicobakan sebelumnya), saya menugaskan siswa secara berkelompok menentukan dan membawa sendiri bahan bakunya.

Langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: Pertama, siswa diperlihatkan berbagai produk bioteknologi pangan sederhana yang telah mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari seperti tape dari singkong dan beras ketan. Siswa mengamati tekstur dan mencoba rasa masing-masing produk. Ketiga, siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan mengakomodasi gender dan kemampuan siswa. Keempat, secara berkelompok siswa berdiskusi tentang lembar kerja dan rencana membuat produk pangan baru yaitu tape dari bahan lain selain singkong dan beras ketan. Adapun

bahan-bahan yang mereka pilih dan telah dibawa dari rumah yaitu jagung, kentang, sukun, talas, pisang tua, dan ubi jalar.

Prosedur pembuatan adalah sebagai berikut:a. Alat dan Bahan :

1. Satu bahan yang dipilih tiap satu kelompok : pisang tua, jagung, sukun, talas, kentang dan ubi jalar

2. Ragi3. Pisau atau pemotong lainnya4. Panci + kompor5. Daun pisang6. Wadah plastik yang dilengkapi tutup

b. Cara kerja :1. Mencuci bahan hingga bersih2. Mengukus bahan menggunakan panci3. Bahan yang sudah dikukus sejenak dibiarkan dingin4. Bahan yang telah dingin dikupas dan dipotong sesuai selera

masing-masing kelompok5. Mengamati tekstur dan rasa bahan kemudian mencatat pada

tabel pengamatan6. Bahan kemudian ditaburi ragi yang telah dihaluskan

sebelumnya7. Menyiapkan dan membersihkan pembungkus dari daun

pisang agar betul-betul steril8. Membungkus bahan yang telah ditaburi dengan daun pisang,

bentuk dan modelnya merupakan kreasi dari siswa sendiri9. Pada saat membungkus produk diusahakan rapat karena

udara tidak boleh masuk ke dalam bahan.10. Memasukkan bahan-bahan yang telah dibungkus kedalam

wadah plastik kemudian menutupnya rapat-rapat.11. Menyimpan wadah plastik di laboratorium dan dibiarkan 2-3

hari untuk proses fermentasi12. Pada hari ke 2-3 bahan dibuka dan diamati tekstur dan

rasanya. Siswa mengisi tabel pengamatan

Para siswa melakukan percobaan tersebut, dan pada hari ketiga menuliskan laporannya. Hasil pengamatan pada hari ketiga menunjukkan semua bahan makanan berubah menjadi tape. Siswa secara berkelompok membuat laporan tentang perubahan struktur, rasa dan baunya setelah menjadi tape. Beberapa bahan makanan berubah rasanya menjadi unik dan tetap enak seperti sukun, pisang tua dan jagung. Kentang hambaratau tidak berasa sama sekali. Sementara talas tidak enak sama sekali, bahkan baunya sangat menyengat, strukturnya menjadi lebih gembur berair dengan warna kecoklatan.

Dari percobaan ini diperoleh informasi bahwa bahan makanan yang kandungan karbohidratnya tinggi mengalami proses fermentasi dari tahap ke tahap secara sempurna. Rasanya juga juga jadi manis, seperti pada sukun, dan jagung. Sedangkan yang kandungan karbohidratnya rendah, cenderung hasil fermentasinya tidak sempurna, dan rasanya hambar atau bahkan tidak enak sama sekali.

Dengan pembelajaran ini, siswa merasa mendapatkan pengalaman baru, mereka secara aktif berkreasi sendiri membuat produk pangan baru dari peristiwa fermentasi organisme (Bioteknologi). Beberapa siswa bahkan berangan-angan memasarkannya suatu saat nanti.

32

TANA TORAJA - Sejak kembali dari studi visit ke beberapa sekolah di Jawa Timur November 2015, komite sekolah dan tokoh masyarakat di SDN 183 Balla Bittuang langsung mendeklarasikan terbentuknya SANE, atau Sangkutu Banne. Sebuah perkumpulan masyarakat yang ingin berkontribusi nyata terhadap sekolah.

Sangkutu Banne dalam bahasa Toraja bisa bermakna Segepok Bibit. Namun dalam konteks deklarasi ini, Sangkutu Banne merupakan pernyataan tekad dari para orang tua untuk melestarikan bibit yang unggul, yaitu para siswa, dengan cara melibatkan diri secara aktif sebagai bagian integral stakeholder sekolah.

Dalam deklarasi, komunitas SANE menegaskan bahwa siswa yang sekolah di SDN 183 Balla Bittuang merupakan bibit yang harus dirawat dan semua orang tua harus memberikan perhatian yang lebih baik, terutama mendukung keperluan pembelajaran.

Didahului dengan rapat di sekolah tersebut, SANE telah terbentuk di setiap tingkatan kelas. Dengan SANE, tiap orang tua di setiap kelas menyusun agenda masing-masing. Salah satu yang paling nampak adalah pembuatan pot bunga dan kolam ikan untuk mencari dana.

Dalam pembuatan pot bunga misalnya, kontribusi orang tua beragam. Ada yang menyumbang pasir, semen, makanan, dan tenaga. Beberapa lainnya bertindak sebagai tenaga pemasaran. Setelah pot

bunga selesai dibuat, orang tua promosi. Setiap pot dijual dengan harga 50 ribu rupiah. “Banyak anggota SANE yang membeli pot tersebut untuk keperluan di rumah,” ujar Apdalina Nanna, Kepala Sekolah SDN 183 Balla Bittuang. Hasil penjualan pot bunga itu disumbangkan ke sekolah untuk mencukup kebutuhan pembelajaran aktif, seperti pembelian ATK. Pihak sekolah merasa terbantu dengan kehadiran SANE dan berbagai programnya yang menunjang pembelajaran sekolah. (Bahar M, DC Toraja)

Sane, Wadah Orang Tua Siswa Peduli Sekolah di SDN 183 Balla Bittuang, Tana Toraja

SIDRAP - Gerakan menjadikan Sidrap Kota Baca mendapat apresiasi dari Pemerintah Provinsi Sulsel. Pada upacara Hari Pendidikan Nasional Provinsi Sulawesi Selatan yang dipusatkan di Kabupaten Sidrap, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu'mang, memberikan penghargaan Sidrap sebagai Kabupaten Pelopor Program Nasional Percontohan Gerakan Budaya Membaca. Penghargaan tersebut diberikan kepada Rusdi Masse, Bupati Sidrap, (2/5/2016).

“Penghargaan ini merupakan apresiasi yang besar pemerintah provinsi terhadap upaya-upaya mengarusutamakan budaya baca di tengah masyarakat,” ujar Nur Kanaah, Kepala Dinas Pendidikan Sidrap di sela-sela upacara yang dihadiri oleh undangan perwakilan pemerin-tah daerah dari 23 kabupaten/kota Provinsi Sulsel tersebut.

Sidrap mulai tahun 2015, telah menerapkan program budaya baca di semua sekolah dan masuk sebagai 10 Kabupaten Nasional Gerakan Budaya Membaca. Setiap sekolah diwajibkan melaksanakan program membaca senyap 15 menit sebelum pembelajaran dan menambah jam membaca

selama satu jam setiap hari Sabtu. “Pada kegiatan 15 menit membaca tiap hari, siswa-siswa membaca sesuai kesukaannya. Pada kegiatan satu jam membaca di hari Sabtu, siswa merangkum, membuat resensi dan kadang menceritakan kembali apa yang telah dibaca,” ujar Asma, Koordinator USAID PRIORITAS untuk Sidrap.

Untuk mendorong tumbuhnya budaya baca, Bupati Sidrap mengeluarkan surat keputusan pembentukan tim budaya baca. Bupati, wakil bupati dan ketua DPRD bertindak sebagai penasehat. Sementara Sekda dan Bappeda sebagai pengarah.

Sedangkan kepala dinas pendidikan sebagai ketua harian. Anggota-anggotanya terdiri dari para kabid dinas pendidikan, koordinator pengawas, kepala UPTD, Kepala MKKS dan K3S, Koordinator Daerah dan Fasda USAID PRIORITAS. Tugas tim ini memastikan bahwa program budaya baca tersosialisasi dengan baik, melakukan analisis kebutuhan, menyusun kebijakan, melakukan pelatihan dan pendampingan, dan mengevaluasi program budaya baca.

“Asistensi yang dilakukan USAID PRIORITAS dalam budaya baca ini sangat membantu mewujudkan Sidrap sebagai kota baca,” ujar Nur Kanaah, Kadis Pendidikan Sidrap.

Beberapa sekolah juga telah membentuk komunitas membaca, seperti di SMPN 2 Pangsid. Komunitas yang anggota-anggotanya terdiri dari para siswa tersebut sering mengadakan diskusi buku.

Salah satu bukti nyata hasil membaca di sekolah adalah Aisyah, siswa kelas V SDN I Allakuang, yang karena minat bacanya tumbuh pesat, telah membaca 117 buku dalam kurun lima bulan. Tidak hanya dia suka membaca buku, tapi juga mampu menceritakan hasil membacanya dengan baik. Hal itu dibuktikan di panggung pameran pendidikan Hardiknas Sidrap.

Sidrap Terima Penghargaan Pelopor Program Nasional Percontohan Gerakan Budaya Membaca

Diapit oleh M. Ridwan Tikolla, Governance Management Specialist USAID PRIORITAS (paling kiri), H.Syahruddin Alrif wakil ketua

komisi E DPRD Sulsel (paling kanan) dan Arifin Nu’mang Wagub Sulsel, Bupati Sidrap Rusdi Masse dan Kadis Pendidikan Sidrap Nur

Kanaah memegang Piagam Penghargaan Kab. Pelopor Program Nasional Gerakan Membaca dari Gubernur Sulsel.

Kelompok siswa melakukan percobaan membuat tape dari pisang

Oleh Mukhlis SPd, Guru SMPN 2 Takalar

Percobaan Bioteknologi: Buat Tape dari Beragam Jenis Makanan

Orang tua siswa yang bergabung dalam SANE membuat pot bunga dan dijual untuk membiayai pembelajaran.

DALAM pembelajaran PKn kelas IV tentang sumber daya alam di Indonesia, saya mencoba lebih kreatif menemukan media yang dapat menguatkan ingatan siswa. Saya menggunakan media murah yaitu dari kemasan plastik snack, mie, dan biskuit. Selain mudah didapat, penggunaan media ini juga membuat lingkungan lebih bersih. Para siswa diminta mengumpulkan kemasan yang dimaksud, tidak sekadar sebagai sampah tetapi sebagai sarana belajar.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut.

Pertama, siswa diberikan tugas

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

Identifikasi Sumber Daya Alam Indonesia Lewat Sampah

MATEMATIKA harus diajarkan secara menyenangkan agar siswa sejak dini terbiasa suka dengan pelajaran ini. Salah satu cara adalah dengan menciptakan media yang menarik bagi mereka.

Untuk mengajarkan perkalian, saya mencoba secara kreatif membuat bus perkalian dari bahan-bahan bekas. Media ini saya buat setelah memperhatikan bahwa banyak siswa di kelas kami yang suka bermain mobil-mobilan dan sejenisnya.

Media ini dibuat agar konsep matematis perkalian lebih mudah dipahami oleh siswa kelas 2 yang saya ajar, dan memudahkan mereka menjawab tugas terkait perkalian.

Alat dan Bahan

1. Kardus minuman gelas yang kecil / kardus teh gelas 1 buah

2. Gunting dan cutter kecil3. Jarum4. Botol air mineral sedang 5 buah

(tergantung tingkat perkaliaannya)5. Kertas kado yang polos 1 buah6. Lem kertas7. Plaster (isolasi/lakban)8. Beberapa potongan-potongan

kardus

Cara Membuat

1. Belah dua kardus mengikuti plester kardus (jangan ada bagian kardus yang dibuang), bagian kardus yang terbuka dijadikan bagian bawah busnya

2. Buatlah beberapa lubang di atas kardus (bagian atas bus). Diamater lubang disesuaikan dengan ukuran tutup botol. Jarak antar lubang sekitar 4 cm. Lubangi kardus tersebut yang dijadikan bagian atas busnya. Caranya dengan mengikuti ukuran penutup botolnya dengan jarak sekitar 4 cm dari lubang berikutnya

3. Plaster ujung kardus pertama yang terbuka yang akan dijadikan bagian belakang bus

4. Pada ujung kardus kedua, bentuklah menjadi seperti kepala mobilnya dengan menambahkan beberapa potong kardus kecil, bisa dilem atau diplester

5. Setelah berbentuk bus (catatan: bagian bawah busnya tidak memakai penutup), kemudian

Bus Perkalian

dibungkus bus tersebut dengan kertas kado

6. Rapikan dengan lem7. Buatlah bannya dari potongan kardus

yang sudah dibungkus dengan kertas kado tempelkan ban busnya sebanyak 4 buah

8. Pada bagian atas bus, tusuk dengan jarum mengikuti pola lubang kardus tadi

9. Lubangi kertas kado sesuai lubang kardus dengan mengikuti lubang-lubang jarum tersebut

10. Setelah semuanya terlubangi, selanjutnya buka semua penutup botolnya

11. Gunting bagian bawa botolnya 12. Masukkan botol-botol tersebut ke

setiap lubang pada kardus yang berbentuk bus dengan bagian mulut botol berada di bawah (jangan lupa buka penutup botolnya)

13. Selesai... Jadilah bus perkaliannya.

Cara Penggunaan

Contoh: 4 x 2 = ....

Sediakan beberapa batu yang ukurannya kecil, yang penting bisa melewati mulut botol. Angka "4" menunjukkan banyaknya botol yang harus diisi dengan batu sedangkan angka "2" menunjukkan setiap botol diisi dengan 2 biji batu.

Setelah ke-4 botol tersebut diisi batu, angkat busnya dan hitunglah berapa jumlah batunya yang sudah dimasukkan.

Media ini bisa digunakan kapan saja saat ada kegiatan perkalian, baik di dalam pembelajaran atau saat mereka bermain sendiri di luar pembelajaran. Media ini membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Mereka sangat antusias belajar matematika, materi yang biasanya dianggap sulit menjadi mudah dan menarik karena diajarkan dengan bermain bersama-sama. Siswa yang biasanya diam, menjadi tertantang termasuk dalam menjawab pertanyaan temannya. Permainan bisa dilakukan secara berpasangan, atau antar kelompok.

Karena media dibuat secara berkelompok, siswa juga terbangun ketrampilan dan kerjasamanya semenjak dini. Mereka juga diajarkan untuk dapat lebih kreatif memanfaatkan barang bekas yang ada sebagai media pembelajaran.

Oleh Muh. Syahril, Guru MIS Darul Rasyidin Maros

mencari kemasan snack atau kerupuk, mie, permen, biskuit, dll.

Kedua, mengiden-tifikasi sumber daya alam pada kemasan, bahan yang terkandung, dan lokasi produksinya. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.

Ketiga, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya yang dibuat dalam bentuk power point.

Keempat, merangkai pulau, masih merupakan tugas berkelompok yaitu menggambar pulau yang ada di Indonesia berdasarkan tempat sumber daya yang ada pada kemasan yang telah dikumpulkan.

Kelima, memasang simbol atau tulisan kecil sumber daya alam yang ada pada pulau yang telah dirangkai. Keenam, memasangkan jenis kemasan sesuai dengan asal provinsinya. Kemudian siswa menempelkan setiap kelompok kemasan pada pulau sesuai dengan provinsi asal produksinya.

Contoh kegiatannya sbb: Kemasan Super Bubur terdapat sumber daya alam

seperti beras, merica (sebagai bumbu), daging, kacang-kacangan. Kemasan Teh Celup Sariwangi terdapat sumber daya alam Teh. Kemasan kecap terdapat sumber daya alam seperti kacang kedelai, garam, biji gandum, air, dll. Limbah kemasan minyak goreng terdapat sumber daya alam kelapa sawit.

Selain mengenalkan sumber daya alam pada kemasan, siswa juga mengetahui daerah-daerah di Indonesia. Misalnya pada kemasan teh terdapat daerah Bekasi, Cikarang, pada limbah kemasan kecap terdapat daerah Pasuruan, sedangkan pada limbah kemasan minyak goreng Filma terdapat daerah Medan.

Dengan cara ini, ternyata siswa lebih mampu memahami materi tentang sumber daya alam dan asal sumber daya alam itu. Ini dibuktikan dengan cara bertanya pada siswa pada minggu berikutnya. Tanpa membuka buku kembali rata-rata siswa masih ingat. Dari media tersebut juga membuat mereka sadar bahwa di setiap benda terdapat sesuatu yang bisa diambil sebagai data. Mereka menjadi sadar data, dan diharapkan lebih kreatif dalam melihat sesuatu dan mengambil atau mempelajari data-data di dalamnya.

4 5

TANA TORAJA - Saat berkunjung ke Tana Toraja untuk menyerahkan secara simbolis hibah 46.200 buku bacaan berjenjang (B3) ke Pemda Tana Toraja, Deputi Direktur USAID PRIORITAS, Feiny Sentosa, menceritakan salah satu manfaat buku tersebut kepada 56 peserta pelatihan teknik penggunaan buku tersebut yaitu menumbuhkan antusiasisme siswa membaca.

“Ada seorang siswa kelas awal yang sebutlah ‘sangat nakal’ dan kurang bisa membaca. Namun karena tertarik isi buku bacaan berjenjang ini, dia meminta temannya mengajarnya membaca,” ujarnya menceritakan salah satu keunggulan dan manfaat buku bacaan berjenjang tersebut (25/4/2016).

Menurut para guru yang telah menggunakannya, buku bacaan berjenjang terbukti melecut siswa bergerak mengembangkan keterampilan literasinya sejak dini. Misalnya di SDN 07 Letta

Bantaeng, setelah ikut sesi pembelajaran membaca dengan buku tersebut, siswa kelas awal yang difasilitasi ibu Idayani berinisiatif membuat buku kecil sendiri. Salah satu buku karya siswa tersebut berjudul “Seminggu Bersama Kakek,” yang isinya mirip buku aslinya dengan judul yang sama, namun berdasarkan kreativitas siswa itu sendiri. “Buku bacaan ini membuat siswa percaya diri dan antusias menuliskan kisahnya sendiri,” ujarnya

Di Pangkep, Ibu Hasni Hasan, guru SDN 1 Kassi Kecamatan Balocci, Pangkep, secara kreatif meminta siswa bermain peran sebagai guru mengajar menggunakan buku bacaan berjenjang pada teman-temannya sendiri. “Praktik ini meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk berani tampil di depan maupun bertanya. Mereka berlomba-lomba mengacungkan tangan,” ujar Hasni fasilitator daerah B3 Pangkep.

Di Makassar, bapak Akbar guru kelas III SD Inpres Tamalanrea 4 menggunakannya

untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan membaca. “Walaupun mengalami kesulitan membaca, buku ini benar-benar membuat mereka antusias ikut membaca,” ujarnya.

Manfaat Penggunaan Buku Bacaan Berjenjang dalam Gerakan Literasi

Waktu liburan pun, siswa ibu Nurhayati tetap semangat belajar dengan B3

Para siswa secara berkelompok membuat bus perkalian.

Oleh Hajerah Kadir, Kepala SDN 213 Sanggalea, Maros

Sampah kemasan menjadi media belajar sumber daya alam di Indonesia.

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK6 7

MAKASSAR - Sebanyak 80 mahasiswa UIN Alauddin Makassar dari 8 program studi (prodi) diantaranya prodi pendidikan agama Islam, fisika, matematika, bahasa Indonesia, manajemen pendidikan Islam, bahasa Inggris, dan lain-lain mendapatkan pelatihan metode pembelajaran aktif model USAID PRIORITAS di salah satu aula universitas tersebut (31 Juli 2016). Selama tiga hari mereka dilatih pembelajaran aktif mulai dari implementasi PAKEM, keterampilan informasi, pertanyaan tingkat tinggi, mengelola kelas dan hasil karya siswa, dan lain-lain. Mereka juga melakukan simulasi mengajar di hadapan teman-temannya, dan langsung terjun mengajar ke beberapa madrasah binaan UIN Alauddin yaitu MTs Madani dan MI Madani.

Kurnia, salah satu mahasiswa tarbiyah semester tujuh mengatakan program pelatihan model USAID PRIORITAS ini sangat berarti baginya. “Saya berlatih mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Ternyata siswa menjadi antusias, kreatif dan terlibat aktif dalam pembelajaran,” ujarnya.

Sementara mahasiswi lainnya, Intan, merasakan banyak pengalaman baru dengan metode yang ia pakai. “Ternyata masih banyak yang belum saya ketahui, dan perlu lebih banyak praktik,” ujarnya.

“Di prodi manajemen pendidikan Islam, mahasiswa langsung menerapkan bagaimana mengelola kelas untuk implementasi PAKEM. Kapan siswa harus bekerja dalam kelompok dan kapan individu. Bagaimana membuat lembar kerja yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Sebelumnya mereka belum banyak praktik menyangkut hal ini,” ujar Syamsudduha, dosen UIN

Alauddin Makassar yang menjadi fasilitator pelatihan.

Pelatihan ini merupakan bagian dari pembekalan untuk Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa yang akan terjun ke sekolah mengejar langsung siswa selama dua bulan. Pelatihan untuk mahasiswa dengan mengadopsi modul USAID PRIORITAS ini, untuk membekali mahasiswa PPL agar lebih siap menerapkan pembelajaran aktif saat praktik mengajar di sekolah.

Mahasiswa Pun Nikmati Mengajar Pembelajaran Aktif

MAROS - Sebuah taman baca yang indah baru saja didirikan di SD Inpres 105 Alatengae Maros. Taman baca berukuran 4 x 7 meter itu terletak di tengah kolam ikan berukuran 37 x 82 meter. Sekolah menyebut taman baca yang didirikan di atas kolom beton di tengah kolam sebagai “Taman Baca Apung”.

Di tepi kolam mengalir sungai Bantimurung yang bening dan di sampingnya pohon rimbun melindungi pembaca dari panas terik matahari. Untuk menuju taman baca, sebuah jembatan kecil didirikan di atas kolam.

Taman baca apung tersebut dibangun dari usaha dan sumbangan beberapa orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat di Maros. Lantai tegel disumbang kepala desa Alatengae. Paving blok, seng dan kayu untuk rangka taman berasal dari dua anggota DPRD Maros lewat dana aspirasi. Sedangkan semen berasal dari Camat Bantimurung yang menyalurkan bantuan dari perusahaan Semen Bosowa. Buku-buku berasal dari sumbangan USAID PRIORITAS, Badan Lingkungan Hidup Daerah, dan pengadaan buku dari sekolah.

“Saya melobi tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh agar bisa membangun taman ini. Mereka tergerak dan ikut menggali sumber-sumber dana dan daya yang memungkinkan,“ ujar Kaharuddin, kepala sekolah.

Sebelum jam pelajaran dimulai, selama 15 menit siswa-siswi tiap kelas dalam satu minggu secara bergiliran membaca di taman

baca apung. Mereka juga bisa membaca di tempat lain seperti di sudut baca dan perpustakaan. Khusus setiap hari Sabtu, sekolah juga mengadakan program membaca wajib selama 35 menit.

Amelia, salah seorang siswa mengaku sangat suka membaca di taman baca baru di sekolah tersebut. “Saya sering membaca di sini, tempatnya nyaman, segar dan asyik untuk berteduh,” ujar Amelia, yang sedang asyik membaca buku cerita bersama teman-temannya sambil duduk di atas karpet dan menyandar di pagar kayu taman tersebut.

Taman baca itu tidak hanya untuk siswa, tapi juga orang tua siswa dan penduduk setempat. “Kami juga sediakan bacaan, terutama koran dan majalah, sampai sore. Ternyata aman dan tidak ada yang mengambil. Beberapa penduduk setempat sering menghabiskan waktu di situ sambil membaca. Mereka merasa nyaman bersantai-santai di situ,” ujar Kaharuddin.

Program membaca yang dijalankan di SD Inpres 105 Alatengae, menurut kepala sekolah, telah menunjukkan hasil signifikan. Semenjak didirikan taman baca, sudut baca dan diadakan jam membaca khusus, anak-anak menjadi lebih sering menghabis-kan waktunya membaca. “Saya juga melihat kemajuan membaca siswa kelas satu luar biasa. Mereka sekarang lebih cepat dan lancar membaca dibanding siswa-siswa tahun-tahun sebelumnya,” ujar Kaharuddin.

Taman Baca Apung, Persembahan Masyarakat Agar Siswa Cinta Buku

SAYA menggunakan history book untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan menulis siswa-siswa MIN Dampang, terutama siswa kelas II. History book adalah kumpulan tulisan-tulisan per individu siswa selama satu semester dipajang khusus per individu untuk menunjukkan sejarah kemajuan menulisnya.

Awalnya saya ragu memulai metode ini. Namun sejak minggu pertama penerapan-nya, siswa menunjukkan peningkatan minat baca. Kegiatan ini saya lakukan rutin setiap hari Jumat, melalui beberapa tahapan. Pertama, setiap siswa mengambil buku cerita di sudut baca; Kedua, siswa membaca hening selama ± 15 menit; Ketiga siswa menulis isi cerita dengan bahasa sendiri pada kertas post it yang telah dibagikan berdasarkan buku yang telah dibaca.

Saya mengoreksi semua tulisan untuk mengetahui dan mengarahkan kesesuaian aspek penulisan, EYD, dan bahasanya dan

siswa memperbaiki berdasarkan masukan. Keempat, setiap siswa memajang karya di papan history book di dinding kelas.

Kami terus melakukan hal ini sampai akhir semester ganjil tahun 2016. Saya mengevaluasi dan memperhatikan history book para siswa. Pada awal semester ganjil umumnya siswa hanya menulis 3-4 kata. Sebagai contoh, pada awal semester ganjil siswa bernama Rusdi hanya menulis “Budi bangun pagi tiap hari” Di akhir semester, dia menulis dua paragraf dan terdapat peningkatan pada bahasa dan ejaan.

Berikut adalah tulisan Rusdi di akhir semester: “Paman menemani Erna belanja. Erna membeli mainan kesukaannya. Paman membeli sabun dan shampoo, Erna membeli permen.”

History book ini membuat siswa MIN Dampang semakin giat membaca dan menulis, bahkan pada beberapa kesempatan mereka membaca dan menulis tanpa diarahkan guru.

History BookTaman Baca “Apung”, di SD Inpres Alatengae Maros.

Oleh Fatmawati, Guru Kelas VI MIN Dampang, Bantaeng

Dua mahasiswa calon guru Univeristas Islam Negeri

Alauddin Makassar menunjukkan hasil karya siswa setelah pulang dari praktik mengajar di MI

Madani

Ibu Fatmawati sedang mengoreksi hasil tulisan karya siswa yang akhirnya

membentuk history book dari tulisan masing masing siswa.