menteriperhubungan. barang milik negara (bmn) di lingkungan departemen perhubungan adalah semua...

33
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG MENTERI PERHUBUNGAN OALAM RANGKA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA 01 LlNGKUNGAN OEPARTEMEN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam ketentuan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Barang Milik Negara berwenang dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan Barang Milik Negara yang ada dalam penguasaannya; b. bahwa sebagai tindaklanjut dari ketentuan tersebut huruf a diatas. dan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, perlu dilakukan pelimpahan sebagian wewenang Menteri Perhubungan dalam rangka penggunaan barang milik negara di lingkungan Departemen Perhubungan kepada pimpinan unit Ese!on I Qan Kepala Kantorl Satuan Kerja di lingkungan Departemen Perhubungan; C. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas, per!u ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam Rangka Penggunaan Barang Milik Negara di lingkungan Departemen Perhubungan; 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

Upload: hoangkhue

Post on 26-Apr-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA

PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG MENTERI PERHUBUNGANOALAM RANGKA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

01 LlNGKUNGAN OEPARTEMEN PERHUBUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

a. bahwa dalam ketentuan Pasal 6 ayat (2) Peraturan PemerintahNomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang MilikNegara/Daerah, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai PenggunaBarang Milik Negara berwenang dan bertanggung jawab terhadappengelolaan Barang Milik Negara yang ada dalampenguasaannya;

b. bahwa sebagai tindaklanjut dari ketentuan tersebut huruf a diatas.dan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan,Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan BarangMilik Negara, perlu dilakukan pelimpahan sebagian wewenangMenteri Perhubungan dalam rangka penggunaan barang miliknegara di lingkungan Departemen Perhubungan kepada pimpinanunit Ese!on I Qan Kepala Kantorl Satuan Kerja di lingkunganDepartemen Perhubungan;

C. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas, per!uditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang PelimpahanSebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam RangkaPenggunaan Barang Milik Negara di lingkungan DepartemenPerhubungan;

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

Page 2: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor5, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang PengelolaanBarang Milik Negara/Daerah (lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4609). sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (lembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahanlembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja KementerianNegara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah denganPeraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang UnitOrganisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RepublikIndonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PresidenNomor 21 Tahun 2008;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentangTata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfataan,P~nghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor31/KM.6/2008 tentang Pelimpahan Sebagian WewenangPengelolaan Barang Milik Negara Kepada Kepala Kantor Wilayahdan Kepella Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang diIingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk dan atasnama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan/atauKeputusan Menteri Keuangan;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungansebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriPerhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2008;

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PELIMPAHANSEBAGIAN WEWENANG MENTERI PERHUBUNGAN OALAMRANGKA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA 01L1NGKUNGAN OEPARTEMEN PERHUBUNGAN.

Page 3: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

1. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan DepartemenPerhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atasbeban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau berasaldari perolehan lainnya yang sah.

2. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang danbertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman sertamelakukan pengelolaan Barang Milik Negara dalam hal ini MenteriKeuangan

3. Pengguna Barang di lingkungan Departemen Perhubungan adalahMenteri Perhubungan yang bertindak sebagai pemegangkewenangan penggunaan Barang Milik Negara di IingkunganDepartemen Perhubungan.

4. Kuasa Pengguna Barang (KPS) di lingkungan DepartemenPerhubungan adalah Kepala Kantor/ Satuan Kerja ( Kasatker) ataupejabat di Iingkungan Departemen Perhubungan yang ditunjukoleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang beradadalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

5. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh PenggunaBarang atau Kuasa Pengguna Barang, dalam mengelola danmenatausahakan Barang Milik Negara yang sesuai dengan tugaspokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

6. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara yangtidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsiKementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja, dalam bentuk sewa,pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan/atau bangun serahguna/bangun guna serah dengan tidak mengubah statuskepemilikan.

7. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negaradari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan daripejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna dan/atauKuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang daritanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang beradadalam penguasaannya.

8. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang MilikNegara sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan caradijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagaipenyertaan modal negara.

Page 4: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

9. Penilaian Barang Milik Negara adalah suatu proses kegiatanpenelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektifdan relevan dengan menggunakan metode/teknik tertentu untukmemperoleh nilai Barang Milik Negara.

10. Harga taksiran adalah hasil perhitungan yang dilakukan olehTim/Panitia yang dibentuk pejabat berwenang dalam rangkapemanfaatan, pemindah tanganan dan penghapusan;

11. Penerimaan Umum adalah penerimaan negara bukan pajak yangberlaku umum pada Kementerian Negara/Lembaga yang berasaldari pemanfaatan atau pemindah tanganan Barang Milik Negarayang tidak termasuk dalam jenis Penerimaan Negara Bukan Pajakyang dapat digunakan/diperhitungkan untuk membiayai kegiatantertentu oleh instansi bersangkutan sebagaimana dimaksud dalamketentuan perundang-undangan yang mengatur tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak.

12. Pelimpahan Wewenang Menteri Perhubungan adalah suatuperbuatan hukum yang diberikan kepada Pimpinan unit EselonI dan Kepala Kantorl Satuan KerJa di Iingkungan DepartemenPerhubungan, untuk menandatangani surat permohonan dalamrangka pengajuan usul penetapan status penggunaan,pemanfaatan, pemindah tanganan dan penghapusan kepadaKantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Kanwi!DJKN) atau Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang(KPKNL).

13. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal DepartemenPerhubungan yang selanjutnya disebut Sesjen.

14. Pimpinan Unit Eselon I adalah Inspektur Jenderal, DirekturJenderal dan Kepala Badan di Iingkungan DepartemenPerhubungan.

15. Kepala Kantor adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)/KepalaSatuan Kerja (Satker) di Iingkungan Departemen Perhubungan.

16. Paket usulan yaitu jumlah nilai keseluruhan Barang Milik Negarayang diusulkan dalam satu proses penghapusan.

Page 5: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

PENETAPANSTATUSPENGGUNAANBARANG MILIKNEGARA

BMN sebelum digunakan terlebih dahulu harus ditetapkan statuspenggunaannya.

Berkenaan dengan Penetapan status penggunaan BMN sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2, BMN dibedakan dalam 5 (lima) klasifikasisebagai berikut :

1. tanah dan/ atau bangunan yang nilai per bidang tanahdan/atau per lmit bangunan mempunyai nilai lebih dariRp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah);

a) Barang yang mempunyai bukti kepemilikan dengannilai perolehan BMN per unit lebih dariRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

b) Barang-barang dengan nilai perolehan BMN per unitlebih dari Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

1. tanah dan/ atau bangunan yang nilai per bidang tanahdan/atau per unit bangunan mempunyai nilai lebih dariRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai denganRp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah):

a) Barang yang mempunyai bukti kepemilikan dengannilai perolehan BMN per unit lebih dariRp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiahsampai dengan dari Rp.1.000.000.000,- (satu miliarrupiah);

b) Barang-barang dengan nilai perolehan BMN per unitlebih dari Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh jutarupiah sampai dengan dari Rp.1.000.000.000,- (satumiliar rupiah);

Page 6: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

1. tanah danl atau bangunan yang nilai per bidang tanahdan/atau per unit bangunan mempunyai nilai sampaidengan Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

a) Barang yang mempunyai bukti kepemilikan dengannilai perolehan BMN per unit lebih dari Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) sampaidengan Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh jutarupiah);

b) Barang-barang dengan nilai perolehan BMN per unitsampai dengan Rp.250.000.000,- (dua ratus limapuluh juta rupiah);

d. Klasifikasi 4 berupa BMN selain tanah dan/atau bangunanyang nilai per unitnya Rp.1,- (satu rupiah) sampai denganRp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah);

••e. Klasifikasi 5 berupa BMN yang dari awal pengadaannya

direncanakan untuk penyertaan modal pemerintah pusatkepada BUMN atau dihibahkan kepada Pemerintah Daerah.

"'ersyaratan penetapan status penggunaan BMN sebagaimanadimaksud pada Pasal 3 ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :

b. memiliki bukti kepemilikan (sertifikat) atas nama PemerintahRepublik Indonesia (untuk tanah);

d. memiliki bukti kepemilikan untuk barang yang memerlukan sepertisepeda motor, mobil, kapal dan pesawat terbang;

e. selain tanah dan/atau bangunan dilampirkan pula surat perintahmembayar dan surat perintah pencairan dana.

Page 7: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

Prosedur penetapan status penggunaan BMN Klasifikasi 1sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a ditetapkan denganketentuan sebagai berikut :

a. Penetapan status penggunaan menjadi kewenangan MenteriKeuangan cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonan dengandisertai data/dokumen sebagaimana tersebut pada pasal 4 kepadapimpinan unit Eselon I terkait;

c. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi kesesuaian rencanaawal terhadap usul status penggunaan BMN tersebut. Apabilaterbukti tidak sesuai dengan rencana program, Pimpinan unitEselon I memerintahkan revisi kepada KepalaKantor/UPT/Satker/KPB yang bersangkutan dengan tembusanKepala Biro Keuangan dan Perlengkapan. Setelah dilakukanpenyesuaian selanjutnya Pimpinan unit Eselon I mengajukanpermohonan kepada Sesjen;

d. Sesjen mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan cq.Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

e. Setelah Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negaramenetapkan status penggunaannya, kemudian diteruskan secaraberjenjang sampai kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB dansegera dicatat dalam daftar b2rang Kuasa Pengguna Barang.

Prosedur penetapan status penggunaan BMN Klasifikasi 2sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b ditetapkandengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penetapan status penggunaan menjadi kewenangan KepalaKantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (KakanwilDJKN);

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonan dengandisertai data/dokumen sebagaimana tersebut pada pasal 4 kepadaKakanwil DJKN dengan tembusan pimpinan unit Eselon I terkait;

c. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi terhadap usul statuspenggunaan BMN tersebut Apabila terbukti tidak sesuai denganrencana program, Pimpinan unit Eselon I memerintahkan revisikepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB yang bersangkutandengan tembusan Kakanwil DJKN;

Page 8: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

d. Setelah Kakanwil DJKN menetapkan status penggunaannya,Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB memberi informasi kepadapimpinan unit Eselon I terkait, dengan tembusan Biro Keuangandan Perlengkapan, untuk segera mencatat dalam daftar barangKuasa Pengguna Barang.

Prosedur penetapan status penggunaan BMN Klasifikasi 3sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c ditetapkan denganketentuan sebagai berikut:

a. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonan dengandisertai datal dokumen sebagaimana tersebut pada pasal 4kepada Kepala KPKNL dengan tembusan pimpinan unit Eselon Iterkait;

b. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi terhadap usul statuspenggunaan BMN tersebut. Apabila terbukti tidak sesuai denganrencana program, Pimpinan unit Eselon I memerintahkan revisikepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB yang bersangkutandengan tembusan Kepala KPKNL;

c. Setelah Kepala KPKNL menetapkan status penggunaannya,Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB memberi informasi kepadapimpinan unit Eselon I terkait, dengan tembusan Biro Keuangandan Perlengkapan, untuk segera mencatat dalam daftar barangKuasa Pengguna Barang.

Prosedur penetapan status pellggunaan BMN Klasifikasi 4sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d ditetapkan denganketentuan sebagai berikut:

a. Penetapan status penggunaan menjadi kewenangan KepalaKantor/U PTISatker/KPB;

b. Setelah Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB menetapkan statuspenggunaannya, segera melaporkan hasil penetapan dimaksudkepada pimpinan unit Eselon I terkait, dengan tembusan BiroKeuangan dan Perlengkapan, untuk segera mencatat dalam daftarbarang Kuasa Pengguna Barang;

(1) Prosedur penetapan status penggunaan BMN Klasifikasi 5sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e ditetapkan denganketentuan sebagai berikut :

Page 9: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

a. Penetapan status penggunaan menjadi kewenangan MenteriKeuangan selaku Pengelola Barang;

'- b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonandengan disertai data/dokumen sebagaimana tersebut padapasal 4 kepada pimpinan unit Eselon I terkait;

c. Pimpinan unit Eselon I melakukan penelitian dan evaluasi, danselanjutnya mengajukan permohonan kepada MenteriPerhubungan up. Sesjen, setelah terlebih dahulu dilakukanaudit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

d. Sesjen atas nama Menteri Perhubungan mengajukanpermohonan kepada Menteri Keuangan;

e. Setelah Menteri Keuangan menetapkan status penggunaannya,kemudian diteruskan secara berjenjang kepada unit penerimaBadan Usaha Milik Negara, Pemerintah Daerah, atau pihakketiga lainnya, dan selanjutnya :

1) unit Kerja Eselon I mencatat BMN yang telah ditetapkanstatus penggunaan tersebut sebagai BMN Kantor Pusat/UnitKerja Eselon I;

2) Unit Kerja Eselon I, segera mengajukan usulanpenghapusan dengan tidak lanjut Hibah kepada PemerintahDaerah atau Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepadaBadan Usaha Milik Negara, dalam jangka waktu 6 bulansetelah Penetapan Satus Penggunaan.

(2) Prosedur penetapan status penggunaan BMN sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) untuk pembagian/pelimpahanwewenangnya sebagaima tercantum pada lampiran I Peraturanin!.

BAB III

PEMANFAATANBARANG MILIK NEGARA

(1) Pemanfaatan BMN dalam Peraturan ini merupakanpendayagunaan BMN yang tidak dipergunakan sesuai dengantugas pokok dan fungsi Kantor/UPT/Satker dengan tidakmengubah status kepemilikan.

Page 10: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

(2) Termasuk dalam pemanfaatan BMN sebagaimana dimaksud padaayat (1) berupa:

a. Sewab. Pinjam pakaic. Kerjasama pemanfaatan.

Sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf amerupakan pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktutertentu dengan menerima imbalan sewa yang dibayar sekaligusdimuka.

Untuk sewa BMN sebagaimana dimaksud" dalam Pasal 11, BMNdibedakan dalam 3 (tiga) klasifikasi yaitu:a. Klasifikasi 1 berupa:

1. tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkansurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak lebih dariRp.5.000.000.000,- (lima miliar rupiah), dan untuk

2. BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN lebih dari Rp.500.000.000,- (lima ratus jutarupiah);

1. tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkansurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak lebih dariRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai denganRp.5.000.000.000.- (lima miliar rupiah);

2. BMN selain tanah dan/ atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN lebih dari Rp.100.000.000,- (seratus jutarupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus jutarupiah);

Page 11: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

1. tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkansurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak sampai denganRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

2. BMN selain tanah danl atau bangunan dengan nilaiperolehan sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus jutarupiah).

Pasal 13

Untuk sewa BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, harusmemenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. BMN yang dalam kondisi belum atau tidak digunakan olehPengguna Barang atau Pengelola Barang;

2. Jangka waktu sewa paling lama 5 (lima) tahun sejakditandatangani perjanjian, dan dapat diperpanjang;

3. Perpanjangan jangka waktu sewa dilakukan oleh PenggunaBarang setelah terlebih dahulu dievaluasi oleh Pengguna Barangdan disetujui oleh Pengelola Barang;

4. Penghitungan besaran sewa minimum didasarkan pada formulatarif sewa sebagaimana diatur dalam Lampiran II.A PeraturanMenteri Keuangan Nomor 96/PMK 06/2007 tentang Tata CaraPelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan danPemindahtangar:ln Barang Milik Negara;

5. Penghitungan nilai BMN dalam rangka penentuan besaran sewaminimum dilakukan sebagai berikut :

a. Penghitungan nilai BMN untuk sebagian tanah dan/ataubangunan yang berada pada Pengguna Barang dilakukan olehtim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang dan dapatmelibatkan instansi teknis terkait dan/atau penilai;

b. Penghitungan nilai BMN selain tanah dan/atau bangunan,dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang dandapat melibatkan instansi teknis terkait dan/atau penilai.

(1) Prosedur sewa BMN Klasifikasi 1 sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 huruf a ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Persetujuan sewa menjadi kewenangan Menteri Keuangan cq.Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

Page 12: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonandengan disertai data lengkap kepada Pimpinan unit Eselon Iterkait, tembusan Sesjen Dephub;

c. Pimpinan unit Eselon I meneliti dan melakukan evaluasikelayakan terhadap usulan sewa BMN tersebut. Apabilaterbukti dinilai tidak layak dan/atau diperlukan oleh unit kerjadilingkungannya. maka Pimpinan unit Eselon I memerintahkanrevisi kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB yangbersangkutan dengan tembusan Kepala Biro Keuangan danPerlengkapan. Setelah dilakukan penyesuaian/perbaikan dandinilai layak selanjutnya Pimpinan unit Eselon I mengajukanpermohonan kepada Sesjen;

d. Sesjen mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangancq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

e. Setelah Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal KekayaanNegara memberikan persetujuan, kemudian Pengguna Barangmembuat Surat Keputusan Sewa dan diteruskan secaraberjenjang sampai kepada UPT/Satker untuk dilakukan kontrakperjanjian sewa menyewa.

(2) Tata cara sewa BMN Klasifikasi 2 sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 huruf b ditetapkan dengan ketpntuan sebagai berikut:

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengaj1lkan permohonandengan disertai data lengkap kepada Kakanwil DJKN dengantembusan pimpinan unit Eselon I terkait, tembusan SesjenDephub;

c. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi (terhadap tembusan)kelayakan terhadap usulan sewa BMN tersebut. Apabilaterbukti dinilai tidak layak dan/atau diperlukan oleh unit kerjadilingkungannya, maka Pimpinan unit Eselon I memerintahkanrevisi kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB yangbersangkutan dengan tembusan Kakanwil DJKN;

d. Setelah Kakanwil DJKN memberikan persetujuan, kemudianPengguna Barang membuat surat Keputusan Sewa danditeruskan secara berjenjang sampai kepada KepalaKantorlSatker untuk dilakukan sewa menyewa.

(3) Tata cara sew a BMN Klasifikasi 3 sebagaimana dimaksud padaPasal12 huruf c ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 13: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonandengan disertai data lengkap kepada Kepala KPKNL dengantembusan pimpinan unit Eselon I terkait, tembusan SesjenDephub;

C. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi (terhadap tembusan)kelayakan terhadap usulan sewa BMN tersebut. Apabilaterbukti dinilai tidak layak dan/atau diperlukan oleh unit kerjadilingkungannya, maka Pimpinan unit Eselon I memerintahkanrevisi kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB dengantembusan Kepala KPKNL;

d. Setelah Kepala KPKNL memberikan persetujuan, KepalaKantor/UPT/Satker/KPB memberikan informasi kepada uniteselon I terkait, dengan tembusan Biro Keuangan danPerlengkapan, dan untuk melakukan perjanjian sewamenyewa.

Pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 2 huruf badalah bentuk pemanfaatan berupa penyerahan penggunaan barangantar pemerintah pusat dan Pemerintah Pusat dengan PemerintahDaerah, dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan, dansetelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepadaPengguna Barang.

Untuk pinjam pakai BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,dibedakan dalam 3 (tiga) klasifikasi yaitu :

1. tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkanSurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak lebih dariRp.1 0.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);

2. BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehanBMN lebih dari Rp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus jutarupiah);

Page 14: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

1. tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkanSurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak lebih dariRp.2.000.000.000,- (dua milar rupiah)) sampai denganRp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);

2. BMN selain tanah dan/ atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN lebih dari Rp.500.000.000,- (lima ratus jutarupiah) sampai dengan Rp.2.500.000.000,- (dua miliar limaratus juta rupiah);

1. tanah dan/ atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkanSurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak sampai denganRp.2.000.000.000,- (dua miliar rupiah):

2. BMN selain tanah dan/ atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN samp?,i dengan Rp.500.000.000,- (lima ratusjuta rupiah).

Untuk plnJam pakai BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. BMN harus dalam kondisi belum/tidak digunakan oleh PenggunaBarang untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsiKantor/UPT/Satker/KPB yang bersangkutan;

b. Tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam pakaikan meliputisebagian tanah dan/atau bangunan yang merupakan sisa daritanah dan/atau bangunan yang sudah digunakan oleh PenggunaBarang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok danfungsinya;

c. Jangka waktu pinjam pakai BMN paling lama 2 (dua) tahun sejakditandatanganinya perjanjian pinjam pakai, dan dapatdiperpanjang;

d. Dalam hal jangka waktu pinjam pakai BMN akan diperpanjang,permintaan perpanjangan jangka waktu pinjam pakai harus sudahditerima Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelumjangka waktu pinjam pakai berakhir;

Page 15: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

e. Tanah dan/atau bangunan yang dipinjam pakaikan harusdigunakan sesuai peruntukan dalam perjanjian pinjam pakai dantidak diperkenankan mengubah, baik menambah dan/ataumengurangi bentuk bangunan, apabila pinjam pakai tersebutberupa bangunan;

f. Pemeliharaan dan segala biaya yang timbul selama masapelaksanaan pinjam pakai menjadi tanggung jawab peminjam;

g. Setelah masa plnJam pakai berakhir, peminjam harusmengembalikan BMN yang dipinjam dalam kondisi semulasebagaimana yang dituangkan dalam perjanjian dan dibuatkanberita acara serah terima.

(1) Tata cara pinjam pakai BMN Klasifikasi 1 sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 huruf a ditetapkan dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Persetujuan plnJam pakai menjadi kewenangan MenteriKeuangan cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonankepada pimpinan unit Eselon I terkait;

c. Pimpinan unit Eselon I meneliti dan melakukan evaluasiterhadap usul pinjam pakai BMN tersebut, apabila terbuktitidak sesuai dengan kondisi lapangan tentang aset yang akandipinjamkan tersebut, maka Pimpinan unit Eselon Imemerintahkan revisi kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPByang bersangkutan dengan tembusan Kepala Biro Keuangandan Pedengkapan dan setelah dilakukan penyesuaianselanjutnya mengajukan permohonan kepada Sesjen;

d. Sesjen mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangancq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

e. Setelah Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal KekayaanNegara memberikan persetujuan, kemudian Pengguna Barangmembuat surat pinjam pakai, dan diteruskan secara berjenjangsampai kepada Kantor/UPT/Satker/KPB untuk dilakukanperjanjian pinjam pakai.

(2) Prosedur pinjam pakai BMN Klasifikasi 2 sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 huruf b ditetapkan dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Persetujuan plnJam pakai menjadi kewenangan KakanwilDJKN;

Page 16: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonankepada Kakanwil DJKN dengan tembusan pimpinan unitEselon I terkait;

c. Pimpin~n unit Eselon I meneliti dan melakukan evaluasiterhadap tembusan usul pinjam pakai BMN tersebut, apabilaterbukti tidak sesuai dengan kondisi lapangan tentang asetyang akan dipinjamkan tersebut, maka Pimpinan unit Eselon Imemerintahkan revisi kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPByang bersangkutan dengan tembusan Kakanwil DJKN;

d. Setelah Kakanwil DJKN memberikan persetujuan, kemudianpengguna barang dalam hal ini Sesjen atas nama Menterimembuat surat pinjam pakai dan diteruskan secara berjenjangsampai kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB untukdilakukan perjanjian pinjam pakai.

(3) Prosedur pinjam pakai BMN Klasifikasi 3 sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 huruf c ditetapkan dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Persetujuan pinjam pakai menjadi kewenangan KepalaKPKNl;

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonankepada Kepala KPK~l dengan tembusan pimpinan unitEselon I terkait;

c. Pimpinan unit Eselon I meneliti dan melakukan evaluasiterhadap tembusan usul pinjam pakai BMN tersebut, apabilaterbukti tidak sesuai dengan kondisi lapangan tentang asetyang akan dipinjamkan tersebut, maka Pimpinan unit Eselon Imemerintahkan revisi kepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPByang bersangkutan dengan tembusan Kepala KPKNl;

d. Setelah Kepala KPKNl memberikan persetujuan, KepalaKantor/UPT/Satker/KPB segera melakukan perjanjian pinjampakai dan memberi informasi kepada pimpinan unit Eselon Iterkait, dengan tembusan Biro Keuangan dan Perlengkapan;

Kerjasama pemanfaatan BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10ayat (2) huruf c, adalah pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalamjangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negarabukan pajak.

Page 17: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

Untuk kerjasama pemanfaatan BMN sebagaimana dimaksud dalamPasal 19, BMN dibedakan dalam 3 (tiga) Klasifikasi yaitu :

1. tanah dan!atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkanSurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak lebih dariRp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah);

2. BMN selain tanah dan! atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN lebih dari Rp.1.000.000.000,- (satu miliarrupiah);

1. tanah dan!atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkanSurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak lebih dariRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai denganRp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah);

2. BMN selain tanah dan! atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN lebih dari Rp.250.000.000,- (dua ratus limapuluh juta rupiah) sampai dengan Rp.1.000.000.000,- (satumiliar rupiah);

1. tanah dan!atau bangunan dengan nilai tanah berdasarkanSurat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak sampai dengal"lRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

2. BMN selain tanah dan! atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN sampai dengan Rp.250.000.000,- (dua ratuslima puluh juta rupiah).

Untuk kerjasama pemanfaatan BMN sebagaimana dimaksud dalamPasal 20 ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kerjasama pemanfaatan tidak mengubah status kepemilikan BMNyang menjadi objek kerjasama pemanfaatan;

b. Sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari pelaksanaankerjasama pemanfaatan merupakan BMN sejak awalpengadaannya;

c. Jangka waktu kerjasama pemanfaatan BMN paling lama 30 (tigapUluh) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan dapatdiperpanjang;

Page 18: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

d. Penerimaan negara yang wajib disetorkan ke rekening kas umumnegara oleh mitra kerjasama pemanfaatan BMN selama jangkawaktu kerjasama pemanfaatan, terdiri dari :

2. pembagian keuntungan hasH pendapatan kerjasamapemanfaatan BMN.

e. Kewenangan Pengelola Barang (Menteri Keuangan cq. DirekturJenderal Kekayaan Negara) dalam rangka KerjasamaPemanfaatan, yaitu :

1. Perhitungan nilai BMN dalam rangka penentuan besarankontribusi tetap dilakukan oleh penilai yang ditugaskan olehPengelola Barang.

2. Penetapa~ besaran kontribusi tetap atas BMN selain tanahdan/atau bangunan, ditetapkan oleh Pengguna Barangdengan persetujuan Pengelola Barang berdasarkan hasilperhitungan penilai.

(1) Prosedur kerjasama pemanfaatan BMN Klasifikasi 1 sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 huruf a ditetapkan dengan ketentuansebagai berikut :

a. Persetujuan kerjasama pemanfaatan menjadi kewenanganMenteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonankepada pimpinan unit Eselon I terkait, dan tembusan Sesjen;

c. Pimpinan unit Eselon I meneliti dan melakukan evaluasiterhadap tembusan usulan kerjasama pemanfaatan BMNtersebut apabila terbuktl tidak sesuai dengan kondisi lapangantentang aset yang akan dilakukan kerjasama pemanfaatantersebut, maka pimpinan unit Eselon I memerintahkan revisikepada Kepala Kantor/UPTI Satker/KPB yang bersangkutandengan tembusan Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan,setelah dilaksanakan revisi maka Pimpinan unit Eselon Imengajukan permohonan kepada Sesjen;

d. Sesjen mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangancq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

Page 19: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

e. Setelah Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal KekayaanNegara memberikan persetujuan. kemudian Pengguna Barangmembuat Surat Kerjasama Pemanfaatan dan diteruskansecara berjenjang sampai kepada Kantor/UPT/Satker/KPBuntuk dilakukan perjanjian kerjasama pemanfaatan.

(2) Prosedur kerjasama pemanfaatan BMN Klasifikasi 2 sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 huruf b ditetapkan dengan ketentuansebagai berikut yaitu :

a. Persetujuan kerjasama pemanfaatan menjadi kewenanganKakanwil DJKN;

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonankepada Kakanwil DJKN dengan tembusan pimpinan unitEselon I terkait dan Sekretaris Jenderal;

c. Pimpinan unit Eselon I meneliti dan melakukan evaluasiterhadap tembusan usulan kerjasama pemanfaatan BMNterse but apabila terbukti tidak sesuai dengan kondisi lapangantentang aset yang akan dilakukan kerjasama pemanfaatantersebut, maka pimpinan unit Eselon I memerintahkan revisikepada Kepala Kantor/UPTI Satker/KPB. yang bersangkutandengan tembusan Kakanwil DJKN;

d. Setelah Kakanwil DJKN memberikan persetujuan, kemudianPengguna Barang membuat surat kerjasama pemanfaatan danditeruskan secara berjenjang sampai kepada KepalaKantor/UPT/Satker/KPB untuk dilakukan perjanjian ke~asamapemanfaatan.

(3) Prosedur kerjasama pemanfaatan BMN Klasifikasi 3 sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 huruf c ditetapkan dengan ketentuansebagai berikut :

a. Persetujuan kerjasama pemanfaatan menjadi kewenanganKepala KPKNL;

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonankepada Kepala KPKNL dengan tembusan pimpinan unitEselon I terkait, dan Sekretaris Jenderal;

c. Pimpinan unit Eselon I meneliti dan melakukan evaluasiterhadap tembusan usulan kerjasama pemanfaatan BMNterse but apabila terbukti tidak sesuai dengan kondisi lapangantentang aset yang akan dilakukan kerjasama pemanfaatantersebut, maka pimpinan unit Eselon I memerintahkan revisikepada Kepala Kantor/UPTI Satker/KPB yang bersangkutandengan tembusan Kepala KPKNL;

Page 20: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

d. Setelah Kepala KPKNL memberikan persetujuan, KepalaKantor/UPT/Satker/KPB segera melakukan perjanjiankerjasama pemanfaatan dan memberi informasi kepadapimpinan unit Eselon I terkait, dengan tembusan BiroKeuangan dan Perlengkapan.

(4) Pengajuan usul pemanfaatan BMN sebagaimana dimaksud dapatdilihat pada matrik sebagaimana contoh pada pada Lampiran IIPeraturan ini.

BABIV

PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA

Penghapusan BMN merupakan tindakan menghapus BMN dari daftarbarang dengan menerbitkan Keputusan dari pejabat yang berwenanguntuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa PenggunaBarang dari tanggung jawab administrasi dan fisik yang berada dalampenguasaannya.

a. penghapusan dari c..dftarbarang pengguna/daftar barang kuasapengguna;

Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan dalamhal:

a. penyerahan BMN yang tidak digunakan untuk menjalankan tugaspokok dan fungsinya kepada Pengelola Barang;

b. pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Baranglainnya;

e. sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar dilakukanpenghapusan, seperti :

Page 21: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

4. bencana alam/dampak terjadinya keadaan kahar (forcemajeure);

(1) BMN selain tanah dan/atau bangunan yang akan dihapus harusmemenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. persyaratan teknis: secara fisik barang tic:takdapat digunakankarena rusak, dan tidak ekonomis apabila diperbaiki, secarateknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi,telah melampaui batas waktu kegunaannya (kadaluarsa),barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karenapenggunaan, seperti terkikis/aus dan lain-lain sejcnisnya, atauberkurang dalam timbangan/ukuran yang ditimbulkan akibatpenguapan/susut dalam penyimpanan atau pengangkutan;

b. persyaratan ekonomis: lebih menguntungkan bagi negara bilabarang dihapus karena biaya operasional dan pemeliharaanlebih besar daripada manfaatnya;

c. persyaratan khusus: hilang/kecurian, terbakar; susut,menguap, mencair; bencana alam/dampak terjadinya keadaankahar (force majeure), kadaluarsa, mati, cacat, tidak produktif(hewanl tanaman);

d. Persyaratan tambahan: untuk kendaraan bermotor berusiasekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun, sejak tanggal, bulan,tahun perolehan atau tanggal, bulan, tahun pembuatan(selain perolehan), hilang atau rusak berat akibat kecelakaanatau keadaan kahar (force majeure) dengan kondisi 30%(berdasarkan keterangan instansi yang berwenang), tidakmengganggu penyelenggaraan tugas pokok dan fungsiKantor/U PTISatker/KPB.

Page 22: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

(2) BMN tanah dan/atau bangunan yang akan dihapus harusmemenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. BMN dalam kondisi rusak berat, terkena bencana alam dalamkeadaan kahar (force majere), atau sebab lain di luarkemampuan manusia;

b. lokasi BMN menjadi tidak sesuai dengan Rencana Umum TataRuang (RUTR), karena adanya perubahan tata ruang kota;

c. tidak memenuhi kebutuhan organisasi karena perkembangantugas;

d. penyatuan lokasi BMN dengan BMN lainnya dalam rangkaefisiensi;

e. pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategisPertahanan Keamanan.

a. Pejabat Pengurus Barang Milik Negara (BMN) melakukaninventarisasi terhadap barang yang kondisinya memenuhisyarat untuk dihapus dan segera melaporkan kepada kepalaKantorlSatuan Kerja/Kuasa Pengguna Barang.

b. Kepala KantorlSatuan Kerja/Kuasa Pengguna Barangmelaporkan dan sekaligus mengusulkan Pembentukan PanitiaPenghapusan kepada Direktur Jenderal/Kepala Badan,dengan melampirkan :1) Daftar nama, NIP, Kedudukan dalam Panitia

Penghapusan;2) Daftar Barang yang akan dihapus.

c. Atas dasar usulan dari Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Barangmaka unit kerja Eselon I menerbitkan Keputusan pembentukanPanitia Penghapusan Barang Milik Negara dan Panitiamelaksanakan Tugas :1) Melakukan Penelitian/Pemeriksaan/Penilaian BMN yang

dituangkan dalam Berita Acara dan ditandatangani olehseluruh Panitia Penghapusan;

2) Membuat daftar BMN yang akan dihapus, dengan datayang lengkap serta ditandatangani oleh seluruh PanitiaPenghapusan;

Page 23: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

3) Membuat Foto BMN yang akan diusulkan untukdihapuskan.

4) Melengkapi dokumen pendukung.(2) Tahapan usulan penghapusan :

a. Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan penghapusansecara berjenjang (sesuai dengan batas kewenangan) untukmendapatkan persetujuan I penolakan dari Ditjen KekayaanNegara, Kanwil DJKN, dan KPKNL yang disertai dengankelengkapan dokumen pendukungnya;

b. Setelah mendapatkan persetujuan I rekomendasi, maka unitkerja Eselon I mengajukan permohonan kepada KuasaPengguna Barangl menerbitkan Keputusan penghapusan(sesuai dengan batas kewenangan penandatangan keputusanpenghapusan).

a. KantorlSatker setelah menerima Keputusan PenghapusanBMN, mengajukan permoho:lan untuk proses lelang kepadaKantor Lelang setempat yang hasilnya dituangkan dalamRisalah Lelang.

b. Melaporkan pelaksanaan lelang kepada Sesjen Dephub. DirjenKekayaan Negara, Irjen, Dirjen/Kepala Badan.

Atas Keputusan Penghapusan Barang Milik Negara dari pejabatberwenang, Kepala KantorlSatuan Kerja mengeluarkan BarangMilik Negara dari catatan Sistem Informasi Manajemen AkuntansiBarang Milik Negara (SIMAK BMN) Setelah mendapatkan risalahlelang tesebut dari Daftar Barang milik Kuasa Pengguna Barang

Dalam usulan penghapusan BMN sebagaimana tersebut dalam pasal27 ayat (2), untuk mendapatkan persetujuan dari pengelola sesuaidengan batas kewenangannya, BMN dibedakan dalam 3 (tiga)klasifikasi yaitu :

Page 24: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

a) tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan BMNper paket usulan lebih dari Rp.500.000.000,- (lima ratusjuta rupiah);

b) BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN per paket usulan lebih dariRp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah);

a) tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanahberdasarkan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajaklebih dari Rp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus jutarupiah);

b) BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN per paket usulan lebih "dariRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

a) tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan BMNper paket usulan di atas Rp.250.000.000,- (dua ratuslima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,-(lima ratus juta rupiah);

b) BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN per paket usulan di atasRp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai denganRp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah);

a) tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanahberdasarkan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajaklebih dari Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampaidengan Rp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus jutarupiah);

b) BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN per paket usulan lebih dariRp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai denganRp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

Page 25: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

1. Tanpa Pemindahtanganan

a) tanah danl atau bangunan dengan nila; perolehan BMNper paket usulan sampai dengan Rp.25o.ooo.ooo,- (duaratus lima puluh juta rupiah):

b.) BMN selain tanah danl atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN per paket usulan sampai denganRp.100.000.000,- (seratus juta rupiah);

a) tanah dan/atau bangunan dengan nilai tanahberdasarkan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajaksampai dengan Rp.1.ooo.ooo.ooo.- (satu miliar rupiah)

b) BMN selain tanah danl atau bangunan dengan nilaiperolehan BMN per paket usulan sampai denganRp.50o.ooo.ooo,- (lima ratus juta rupiah).

e. Pembagian Pelimpahan wewenang pengajuan rekomendasip"enghapusan. sebagaimana tercantum pada Lampiran IIIPeraturan ini;

(1). Prosedur tahapan penghapusan BMN Klasifikasi 1 sebagaimanadimaksud dalam Pasal 23 ditetapkan dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Penetapan persetujuan I Rekomendasi usulan penghapusanmenjadi kewenangan Menteri Keuangan cq. Direktur JenderalKekayaan Negara;

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonandengan disertai data/dokumen sebagaimana tersebut padapasal 26 kepada pimpinan unit Eselon I terkait;

c. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi terhadap usulanpenghapusan tersebut. Apabila terbukti tidak sesuai denganpersyaratan, Pimpinan unit Eselon I memerintahkan revisikepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB yang bersangkutandengan tembusan Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan.Setelah dilakukan penyesuaian selanjutnya Pimpinan unitEselon I mengajukan permohonan kepada Sesjen;

Page 26: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

d. Sesjen mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangancq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

e. Setelah Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal KekayaanNegara menerbitkan persetujuan I Rekomendasi. kemudianSesjen segera menerbitkan Keputusan Penghapusan dandisampaikan secara berjenjang.

(2). Prosedur tahapan penghapusan BMN Klasifikasi 2 sebagaimanadimaksud dalam Pasal 23 ditetapkan dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Penetapan persetujuan I Rekomendasi usulan penghapusanmenjadi kewenangan Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Kekayaan Negara (Kakanwil DJKN);

b. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan permohonandengan disertai data/dokumen sebagaimana tersebut padapasal 26 kepada Kakanwil DJKN dengan tembusan pimpinanunit Eselon I terkait;

c. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi terhadap usulanpenghapusan tersebut Apabila terbukti tidak sesuai denganpersyaratan, Pimpinan unit Eselon I memerintahkan revisikepada Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB yang bersangkutandengan tembusan Kakanwil DJKN;

d. Setelah Kak<::nwil DJKN menerbitkan surat persetujuanlrekomendasi. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB segeramengajukan usulan dimaksud kepada pimpinan unit Eselon Iterkait. selanjutnya pimpinan unit Eselon I mengusulkankepada Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan, untukmendapatkan surat kl.putusan.

(3). Prosedur penetapan status penggunaan BMN Klasifikasi 3sebagaimana dimaksud dalam Pasal huruf c ditetapkan denganketentuan sebagai berikut:

a. Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB mengajukan usulanpenghapusan dengan disertai datal dokumen sebagaimanatersebut pada pasal 26 kepada Kepala KPKNL dengantembusan pimpinan unit Eselon I terkait;

b. Eselon I meneliti dan melakukan evaluasi terhadap usulanpenghapusan tersebut tersebut. Apabila terbukti tidak sesuaidengan persyaratan, Pimpinan unit Eselon I memerintahkanrevisi kepada Kepala Kantorl UPT/Satker/KPB yangbersangkutan dengan tembusan Kepala KPKNL;

c. Setelah Kepala KPKNL menerbitkan surat persetujuan IRekomendasi, Kepala Kantor/UPT/Satker/KPB segeramengajukan usulan dimaksud kepada pimpinan unit EselonI terkait, dengan tembusan Biro Keuangan danPerlengkapan, untuk mendapatkan surat keputusan.

Page 27: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

(1) Setelah memperoleh Persetujuan/Rekomendasi penghapusan,untuk pelaksanaannya ditetapkan keputusan penghapusan.

a. Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Perhubungan, untukBMN berupa:

2. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehanBMN per paket usulan di atas Rp. 250.000.000,- (duaratus lima puluh juta rupiah);

b. Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan atas nama Sesjenuntuk BMN selain tanah dan/atau bangunan, nilai perolehanBMN per paket usulan lebih dari Rp. 100.000.000,- (seratusjuta rupiah) sampai dengan Rp.250.000.000,- (dua ratus limapuluh juta rupiah).

c. Irjen, Dirjen, atau Kabadan di Iingkungan DepartemenPehubungan untuk BMN dengan nilai perolehan per unitsampai dengan Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah)dengan nilai perpaket u~ulan sampai denganRp.100.000.000,- (seratus juta rupiah), kecuali :

2. BMN yang dihapus dengan tindak lanjut tanpapemindahtanganan, berpedoman pada ketentuan yangberlaku;

(3) Pembagian Pelimpahan wewenang penandatangan keputusanpenghapusan, sebagaimana tercantum pada Lampiran IVPeraturan ini;

Page 28: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

(1) Tindak lanjut penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal23 dapat dilakukan pemindahtanganan atau tanpapemindahtanganan (dimusnahkan);

(2) Termasuk dalam pemindahtanganan dengan cara penjualan,dipertukarkan, dihibahkan/disumbangkan, penyertaan modalpemerintah.

(3) Pemusnahan dapat dilakukan dalam hal BMN tersebut tidakdapat digunakan, atau tidak dapat dimanfaatkan atau tidak dapatdipindahtangankan.

Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapatdilakukan dengan cara pembakaran, dihancurkan, ditimbun danatau ditenggelamkan ke dasar laut.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Bab IV butir 4 a PeraturanMenteri Perhubungan Nomor KM.3 Tahun 2006 Tentang PetunjukPelaksanaan Penghapusan, Pemanfaatan, Tukar Menukar Barang MilikNegara dan Tata Cara Pengalihan Status Rumah Negara Golongan IIMenjadi Rumah Negara Golongan III di lingkungan DepartemenPerhubungan dinyatakan tidak berlaku.

Page 29: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Menteri Keuangan;3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;4. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan;5. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal, dan

para Kepala Badan di Iingkungan Departemen Perhubungan;6. Para Kepala Biro dan 'para Kepala Pusat di lingkungan Setjen

Departemen Perhubungan.

n aslinyaKSLN

Page 30: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

an Status Pen unaanYang menetapkan

No.t Sekretaris Jenderal

2 KepalaKantor/UPT/SatuanKerja

3 KepalaKantor/UPT/SatuanKerja

KepalaKantor PelayananKekayaanNegara dan Lelang

4 KepalaKantor/UPT/SatuanKer"a

KepalaKantorlSatuan Kerja menetapkanStatus Pen unaanBaran untuk BMN

LAMPlRAN I Peraturan Menteri PerhubunganNOMOR : KM.62 Tahun 2008TANGGAL : 5 Desember 2008

Tanah danl atau Bangunan(per Bidang tanah/unit bangunan)

) Rp.2,5 M

SelainTanah dan/atau Ban unan

) Rp.1M per unitSpeda motor, Mobil, Kapal, Pesawat

) Rp.250 jt sid Rp.1M per unit- Speda motor, Mobil, Kapal, Pesawat,- BMN Lain a1. sid Rp.250 jt per unit

Speda motor, Mobil, Kapal, PesawGt2. > Rp.25 jt sid 250 jt

BMN lainn amempunyainilai perolehan per unitsam i den an R .25.000.000,-

Page 31: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

Pen a·uan Usul PemanfaatanUsulan Dari

Lampiran II Peraturan Menteri PerhubunganNomor : KM.62 Tahun 2008Tanggal: 5 Desember 2008

No.t Sekretaris Jenderal

Tana'" dan/atau BangunanPemanfaatan (per Bidang tanah/unit bangunan)

Sewa > R .5 MPinjam Pakai > R .10 M

Kerjasama Pemanfaatan > R .2,5 M

2 Ke ala KantorlsOtuan Ker·a la Kanwil Dit"en Keka aan araSewa

Pinjam PakaiKerjasama Pemanfaatan

3 Kepala KantorlSatuan Kerja Kepala Kantor Pelayanan KekayaanNe ara dan Lela

SewaPinjam Pakai

Kerjasama Pemanfaatan

SelainTana'" danl atau Ban unan

Page 32: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

Lampiran III Peraturan Menteri PerhubunganNomor : KM.62 Tahun 2008Tanggal: 5 Desember 2008

en!!a uan su en!!] apusanUsulan Dari Kepada

~

Tanah dan/atau Bangunan SelainNo. Penghapusan (per Bidang tanah/unit bangunan) Tanah danl atau BanQunan

1 Sekretaris Jenderal Menteri KeuanganUp.Dirjen Kekayaan Negara

Tanpa Pemindahtanganan > Rp.500 it > Rp.250 jtPemindahtanganan > Rp.2.5 M > Rp.l M

2 Kepala KantorlSatuan Kerja Kepala Kanwil Ditjen Kekayaan NeQaraTanpa Pemindahtanganan > Rp.250 jt sId Rp.500 jt > Rp.lOO jt sId Rp.250 jt

Pemindahtanganan > Rp.l M sId Rp.2.5 M > Rp.500 jt sId Rp.l M

3 Kepala KantorlSatuan Kerja Kepala Kantor Pelayanan KekayaanNegara dan lelang

Tanpa Pemindahtanganan sId Rp.250it sId Rp.lOO jtPemindahtanganan sId Rp.l M sId Rp.500 jt

Page 33: MENTERIPERHUBUNGAN. Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Departemen Perhubungan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

Lampiran IV Peraturan Menteri PerhubunganNomor : KM. 62 Tahun 2008Tanggal: 5 Desember 2008

enan a an~anan epu usan en~J apusanNilai Perolehan

No. Kewenangan Tanah dan Bangunan Selain Tanah dan Gabungan (3+4) KeteranganBangunan·

1 2 3 4 5 6Seluruh Tanah dan/ atau Di atas Gabungan Paket Usulan -

1. Sekretaris Jenderal bangunan Rp.250.000.000,- Tanah, Bangunan dan SelainTanah dan BanRUIlan

2. Direktur Jenderalf - Sampai dengan - Tidak termasuk BMN yang :Kepala Badan Rp.100.000.000,- 1. Mempunyai bukti kepemilikan;

2. Nilai Perolehan per unit di atasRp.25.000.000,-

2. Kepala Biro Keuangan - Di atas - -dan Perlengkapan Rp.100.000.000,-

sampai denganRp.250.000.000,-

MH ,.(lVIb)