menjaga nilai tukar rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar...

16
Atas Nama Pertumbuhan Ekonomi Karawo, Ikon Gorontalo Satu Solusi Subsidi BBM Lahir dari Pembatasan 3 14 12 7 M emasuki 2013, kabar bahwa rupiah menjadi per- mainan spekulan melalui negara tetangga, me- nyeruak. Pada saat yang sama, rupiah pun meng- alami tekanan di dalam negeri. Transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) disalahgu- nakan untuk mendulang keuntungan, dengan ‘bermain’ selisih kurs dalam wujud dolar AS. Menjadi masalah ketika harga perkiraan kurs di masa mendatang melenceng dari perkiraan ‘normal’ kurs rata-rata. Belum lagi praktik NDF absen menghadirkan underlying, dan transaksi pun tidak menyertakan dua mata uang yang ‘dipertukarkan’ sejum- lah nilai kontrak. Praktik NDF sudah dilarang Bank Indonesia. Terkuak- nya penyalahgunaan NDF ini mesti menjadi bahan korek- si bagi banyak pihak, untuk bersama-sama memperkuat pasar keuangan dalam negeri. Pada sisi lain, neraca pembayaran pun masih diba- yangi defisit dengan beragam penyebab. Sayangnya, per- soalan ini lagi-lagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas subsidi BBM dengan mena- warkan solusi yang mungkin sudah saatnya dijalankan. 2013, juga menjadi momentum perwajahan baru Ge- rai Info. Menggunakan bahasa bertutur untuk beragam rubrikasi yang dikemas ulang. Pemahaman bersama atas arah kebijakan dan segala pernak-pernik kebanksentral- an disajikan dengan kepekatan substansi yang tak ber- kurang. u Satu Istilah Ragam Guna 9 EDISI 34 n JANUARI 2013 n TAHUN 4 n NEWSLETTER BANK INDONESIA GERAI John Abas Menjaga Nilai Tukar Rupiah Di tengah iklim investasi yang menuntut pasokan dolar AS, nilai tukar Rupiah tetap harus dijaga dari gerusan inflasi dan spekulasi.

Upload: truongquynh

Post on 13-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

Atas Nama Pertumbuhan Ekonomi

Karawo, IkonGorontalo

Satu SolusiSubsidi BBM

Lahir dari Pembatasan

3

14

12

7

Memasuki 2013, kabar bahwa rupiah menjadi per­mainan spekulan melalui negara tetangga, me­nyeruak. Pada saat yang sama, rupiah pun meng­

alami tekanan di dalam negeri.Transaksi Non­Deliverable Forward (NDF) disalahgu­

nakan untuk mendulang keuntungan, dengan ‘bermain’ selisih kurs dalam wujud dolar AS. Menjadi masalah ketika harga perkiraan kurs di masa mendatang melenceng dari perkiraan ‘normal’ kurs rata­rata. Belum lagi praktik NDF absen menghadirkan underlying, dan transaksi pun tidak menyertakan dua mata uang yang ‘dipertukarkan’ sejum­lah nilai kontrak.

Praktik NDF sudah dilarang Bank Indonesia. Terkuak­nya penyalahgunaan NDF ini mesti menjadi bahan korek­

si bagi banyak pihak, untuk bersama­sama memperkuat pasar keuangan dalam negeri.

Pada sisi lain, neraca pembayaran pun masih diba­yangi defisit dengan beragam penyebab. Sayangnya, per­soalan ini lagi­lagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas subsidi BBM dengan mena­warkan solusi yang mungkin sudah saatnya dijalankan.

2013, juga menjadi momentum perwajahan baru Ge­rai Info. Menggunakan bahasa bertutur untuk beragam rubrikasi yang dikemas ulang. Pemahaman bersama atas arah kebijakan dan segala pernak­pernik kebanksentral­an disajikan dengan kepekatan substansi yang tak ber­kurang. u

Satu IstilahRagam Guna

9

EDISI 34 n januarI 2013 n TaHun 4 n nEWSLETTEr BanK InDOnESIa

gerai

John Abas

Menjaga Nilai Tukar

Rupiah

Di tengah iklim investasi yang

menuntut pasokan dolar AS, nilai tukar Rupiah tetap harus dijaga dari gerusan

inflasi dan spekulasi.

Page 2: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

2 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

mEj

a r

EDa

KSI

Istilah moneter, karena berhu bung an dengan uang atau fu lus, selalu dianggap serius. Mak lum, semua nya menjadi serius kalau berhubung­an de ngan uang.

Akibatnya, bank sentral atau oto ritas moneter sebagai tukang cetak uang pun selalu diamati tingkah po lah nya de ngan serius. Khususnya oleh pelaku usaha.

Maklum, semua perilaku bank sentral akan selalu berhubungan dengan nilai uang yang beredar di masyarakat. Baik itu daya beli mau­pun pendapatan usaha.

Namun, di balik keseriusan ini, terselip ‘sedikit’ kelucuan. Se buah ke lu cuan yang lucunya juga bisa jadi serius, karena me ngandung kon­tradiksi.

Bank sentral mungkin satu­satu nya lembaga yang mengha sil kan se suatu sekaligus juga kha watir dengan apa yang dihasilkannya sendiri. Ins titusi ini men ce tak dan mengeluar kan uang, te tapi juga khawatir de­ngan uang yang mereka ciptakan itu!

Bisa jadi, Bank Sentral tidak selalu tenang dengan uang cip ta annya. Kalau uang beranak­pi nak beredar berlebihan di ma syarakat, dia men­jadi galau. Karena ekonomi bisa hiperaktif sehingga kepanasan.

Sebaliknya, kalau uang yang dikeluarkannya tidak mengalir lancar di masyarakat, bank sentral pun menjadi resah. Kali ini karena takut ekonomi menjadi dingin alias impoten.

uang memang bisa menjadi berkah dan juga bencana. Bank sen­tral punya hak tunggal untuk menciptakan uang agar menja di berkah, tetapi juga punya kewajiban tunggal mengendalikan uang agar tidak menjadi ben cana.

Hmmmmm... Ciyuuss lho... Dua kerjaan yang membutuhkan tak ha­nya disiplin tapi ju ga karakter. uang yang diciptakan bank sentral harus bisa nurut kepada sang penciptanya, agar bermanfaat dan ‘barokah’. u

Penanggung JawabDODy BuDI WALuyO

Pemimpin RedaksiDIFI A JOHANSyAH

Redaksi PelaksanaHARyMuRTHy GuNAWAN

RIzANA NOORTuTuT DEWANTO

DEDy IRIANTOWAHyu INDRA SuKMA

DIyAH WOELANDARIRISANTHy uLI N

Alamat RedaksiHumas Bank Indonesia

Jl MH Thamrin 2 ­ JakartaTelp : 021 ­ 3817317, 3817187

email : [email protected] : www.bi.go.id

Berbicara ketahanan nasional, dulu banyak orang akan mengaitkannya dengan sistem persenjataan dan jumlah tentara. Anggapan itu hanya berlaku sampai

akhir era kolonialisme saja. Kini, membahas ketahanan na sional tak akan lengkap tanpa berbicara seberapa tang­guh perekonomian suatu negara.

Belajar dari sejarah krisis, salah satu aspek ekonomi penting yang rentan mendapat ‘serangan’ adalah nilai mata uang. Berapa banyak negara yang ekonominya am­bruk gara­gara nilai tukar mata uangnya anjlok.

Dalam sistem ekonomi yang sudah mengglobal, keti­ka modal tak lagi memandang ras, agama, dan batas­batas negara, ‘serbuan’ bisa datang dari entitas negara atau bah­kan hanya sekelompok orang bermodal yang mencoba mencari keuntungan cepat. Rupanya, rupiah sering dijajal menjadi laiknya ‘mainan’ para pencari untung cepat.

Penelitian Bank Indonesia menyimpulkan bahwa se­lama 2008­2011 terjadi volatilitas nilai tukar rupiah. Ketika fenomena itu dikaitkan de ngan aktivitas transaksi Non-De-liverable Forward (NDF) rupiah di bursa luar negeri seperti Singapura, New york, dan Hong Kong, ternyata ada rela ­sinya. Menjadi masalah, karena kuotasi NDF juga dikutip para pemain bursa berjangka rupiah di dalam negeri.

Terkuaknya dugaan kolusi penentuan rate NDF ru­piah yang dilakukan Asosiasi Bank Singapura baru­baru ini cukup menggegerkan. Mungkin para trader dari bank­bank dalam asosiasi tersebut tak pernah berniat untuk bersekongkol me rongrong perekonomian Indonesia de­ngan cara menyebabkan volatilitas nilai tukar rupiah. Na­mun bagi otoritas penggawang perekonomian Indonesia, jelas para trader ini sudah mengambil peran berbahaya.

Tapi karena lokasi transaksi ada di luar negeri, bukan yurisdiksi Bank Indonesia, maka pengawasan bukan cara jitu mengatasi upaya yang kerap mencantumkan iming­iming lindung nilai alias hedging. Bagi Bank Indonesia, bersama seluruh stakeholders memperdalam pasar valuta asing dalam negeri, adalah pilihan yang lebih bijak.

Alih­alih mencari kambing hitam atau merutuki situ­asi, introspeksi dan koreksi lebih berarti. Bagaimanapun, lahirnya transaksi semacam NDF ini bermula dari ‘keluhan’ kedangkalan pasar valuta asing domestik, atau minimal belum cukup banyaknya instrumen yang memfasilitasi ke­butuhan valuta asing di dalam negeri. u

KetahananMata Uang

Lucunya Moneter...

Redaksi menerima kiriman naskah dan mengedit naskah sebelum dipublikasikan.

DIFI A JOHANSyAHDepartemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat

redaksi

editorial kolom

D A

ulia

Page 3: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

3EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

fOK

uS

D A

ulia

Dalam sejarah bangsa­bangsa, apa pun pilihan ideologi, sis­tem politik, dan akhirnya sistem keuangan, adalah untuk kesejah­teraan rakyatnya. Tentu saja, se­

jarah kebijakan moneter, sebagai bagian dari sistem ekonomi, tak beranjak jauh dari hal tersebut.

Ekonomi punya istilah dan definisi yang terukur untuk menggambarkan apa itu kese­jahteraan. Namanya adalah pertumbuh an ekonomi, dengan rumus baku berupa agre­gat dari investasi, konsumsi dalam negeri, belanja pemerintah, dan nilai ekspor di­kurangi nilai impor.

Lalu di mana peran kebijakan mone ter?Dalam rumus pertumbuhan ekonomi

tersebut, peran ekspor dan impor cukup sig­nifikan selain faktor harapan pada investasi. Tak cukup mengandalkan pertumbuhan pa da konsumsi dalam negeri dan belanja Pe merintah, meski keduanya lumayan bisa diandalkan karena hampir pasti ada.

Di sinilah, kebijakan moneter akan ba­nyak memberi andil. Ketika berbicara tran­saksi melibatkan bangsa dan negara ber­beda, valuta asing jelas terlibat di dalam nya. Muncullah kurs, alias nilai tukar.

Ibarat perusahaan, setiap negara pasti punya strategi untuk mendapatkan manfaat sebesar­besarnya. Termasuk dalam ke bijakan moneter.

Inflasi adalah musuh terbesar yang harus

diantisipasi dalam kebijakan mo neter. Kenya­manan investor, menjadi tantangan yang juga menjadi pertimbangan dalam penen­tuan kebijakan moneter.

Pada posisi ini, nilai tukar adalah ukuran paling gampang dari kesehatan ekonomi suatu bangsa. Volatilitas nilai tukar bisa menjadi cara intip paling cepat atas kondisi ekonomi suatu bangsa, sebelum mendalami faktor lain. Kurs yang bergerak ekstrem, bisa menjadi alarm bahaya.

lll

Lagi­lagi, terbukti bahwa sejarah masa lalu tetap berdampak hingga masa kini. Salah satunya adalah soal penggunaan uang kertas alias fiat money.

Bila dulu alat tukar memiliki nilai intrinsik yang setara dengan nilai barang yang diper­tukarkan, uang kertas hari ini tidak lagi punya nilai intrinsik yang cukup.

Hal paling ‘ajaib’ dari sistem uang ker­tas (fiat money) adalah kita bisa langsung mence taknya sendiri ketika kekurangan modal. Namun, terus mencetak uang untuk menutupi defisit, akan membuat nilai mata uang itu tak kredibel.

Indonesia pernah mengalami pahitnya hiperinflasi dan kejatuhan nilai tukar rupiah. Perjalanan waktu memberikan pelajaran berharga dari rentetan krisis dan kebijakan ekonomi Indonesia.

Maka, tantangan bagi otoritas mone ter hari ini adalah bagaimana menciptakan iklim eko nomi yang nyaman bagi beragam bangsa ‘bergaul’ dengan ekonomi Indonesia, tetapi sekaligus menjaga kedaulatan ekonomi.

Sekali lagi, atas nama per tumbuhan ekonomi, investasi serta tran saksi ekspor dan impor adalah faktor pen ting yang harus difasilitasi dengan baik. Saat kesenjangan antara tabungan masyarakat dengan in­vestasi masih besar, pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing atau portofolio juga masih dibutuhkan untuk menggerak­kan roda ekonomi Indonesia. Ekonomi ter­buka, menjadi pilihan.

Selain regulasi, fasilitasi untuk investasi serta ekspor dan impor tersebut, tentu saja ketersediaan likuiditas dan instrumen yang menunjang menjadi tuntutan. Pendalaman pasar keuangan dalam negeri masih menjadi tantangan berat saat ini. Tapi, jangan sam­pai pula atas nama per tumbuh an ekonomi, investasi, dan kebutuh an va luta asing untuk ekspor dan impor, mata uang negara yang bagaimanapun me rupakan simbol kedaula­tan ekonomi, menjadi permainan spekulan.

Beruntung, rentetan krisis ekonomi yang pernah menghantam bangsa ini sejak merdeka, sedikit banyak menjadi tempaan dan pondasi untuk penentuan kebijakan moneter menghadapi tantangan hari ini. Termasuk dalam menghadapi manuver para spekulan. u

Atas NamaPertumbuhan Ekonomi

Inflasi adalah musuh terbesar kebijakan moneter.

Page 4: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

4 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

fOK

uS

Hal paling ajaib dari sistem uang kertas (fiat money) adalah kita bisa langsung mencetaknya sen diri ketika kekurangan mo ­dal. Sayangnya, ‘keajaiban’ inilah

yang juga telah menghantarkan hiperinflasi ke berbagai negara berkembang, yang selalu mengalami defisit anggaran setelah merde­ka. Termasuk Indonesia. (Lihat grafis).

Seiring pelajaran berharga dari lika­li­ku moneter Indonesia semenjak merdeka, ekonomi Indonesia terus ber kem bang pesat. Dilucutinya beragam fak tor penghambat in­vestasi asing sejak awal 1980 sampai 1990­an, membuat arus modal a sing mengalir de ras. Pendapatan per kapita masyarakat In­donesia pun mengalami kena ik an empat kali lipat dari 1970 ke 1996.

Namun, kebijakan nilai tukar tetap men­ciptakan dilema baru ketika pada awal 1990­an pertumbuhan ekspor Indonesia melemah. Harga­harga barang dan jasa di Indonesia menjadi lebih mahal, menyebabkan rupiah dianggap overva lued. Antara 1990 sampai 1997, nilai rupiah mengalami apresiasi 22 persen.

Akhirnya, ekonomi Indonesia tak mam pu menahan badai krisis moneter yang menim­pa Asia pada 1997. Harvard International Institute for International Development me­nyebut ada empat pilar ke le mahan ekonomi Indonesia.

Empat pilar itu adalah banyaknya arus modal masuk yang sebagian besar bersi­fat jangka pendek, nilai tukar rupiah yang sedikit overvalued di tengah melemahnya ekspor, lemahnya sistem finansial terutama di sisi perbankan, dan kronisme binis.

Krisis 1997 diikuti melemahnya nilai tu­kar rupiah. Dengan tekanan pasar yang de­mikian besar terhadap rupiah, mulai Agustus 1997 Bank Indonesia mene rapkan sistem nilai tukar mengambang (floating) sehing­ga nilai tukar dolar AS sempat menembus

Rp17.000 per satu dolar AS. Nilai tukar rupiah baru mulai ‘jinak’ pada 1999, pada kisaran Rp7.000­9.000 per dolar AS.

Pasca­krisis moneter 1997­1998, eko nomi Indonesia diwarnai fluktuasi nilai tukar rupiah dan juga kebijakan nilai tukar mengambang. Ketika itulah berbagai pihak asing yang se­ring berurusan dengan rupiah mengalami masa penuh ketidakpastian. Me reka memer­lukan lindung nilai (hedging) dari transaksi berdenominasi ru piah yang mereka terima, sementara mereka ber operasi dengan dolar AS. Apa lagi sejak Januari 2001 muncul aturan yang melarang asing mengakses transaksi ru­piah berjangka di dalam negeri.

Terbatasnya peluang memperoleh lin­dung nilai di pasar valuta rupiah di Indonesia (onshore) ini menyebabkan munculnya pasar di luar negeri (offshore) yang menyediakan bursa berjangka rupiah. Termasuk hadirnya bursa berjangka rupiah tanpa transaksi fisik, atau disebut Non­Deliverable forward (NDF).

Bursa NDF hadir dengan dalih utama me menuhi kebutuhan lindung nilai. NDF

ba nyak menyasar mata uang negara­negara pasar berkembang (emerging market). Pada umumnya NDF diperdagangkan over the counter di berbagai pusat finansial dunia, seperti New york (mata uang Amerika Latin),

Kisah Nilai TukarMata Uang

Masih terbatasnya peluang memperoleh lindung nilai di pasar valuta rupiah di Indonesia (onshore) memicu munculnya pasar di luar negeri (offshore) yang menyediakan bursa berjangka rupiah.

Orde LamaGejolak politik berdampak pada daya beli masya­rakat dan nilai tukar rupiah. Pada 1949, uS $1 = Rp3,8, di akhir Orde Lama, uS $1 = Rp250.

1966Orde Baru datang. Defisit tak lagi ditutup dengan me nambah suplai uang, tapi dengan utang. Meng­gunakan filosofi ang­garan berimbang, defisit ang garan disesuaikan de­ngan ketersediaan utang luar negeri.

1966­1973Sistem nilai tukar tunggal meng­gantikan sistem nilai tukar berlapis yang dipakai pada era Orde Lama.

1973Pasca krisis Arab­Israel, harga mi­nyak dunia melambung empat ka li lipat. Indonesia mendapat du rian runtuh. Pendapatan dari minyak melonjak dari semula uS $0,4 miliar pada 1969 dan uS $0,9 miliar pada 1972, menjadi uS $5,2 miliar pada 1974 dan uS $7,4 mi­liar pada 1978.

Lika-Liku MoNeTeR iNdoNesia 1974Berlaku sistem nilai tukar tetap (fixed ex change rate), US $1 = Rp415.

Page 5: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

5EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

fOK

uS

London (mata uang Eropa Timur dan Asia), dan pusat NDF mata uang Asia tentu saja di Hong Kong dan Singapura.

Kontrak NDF hanya mengandalkan se­lisih dari kurs yang diperjanjikan dan kurs re­

ferensi saat tanggal jatuh tempo, bu kan no­mi nal seluruh transaksi yang ha rus di lindungi nilainya. Akibatnya, tak per lu modal besar untuk bermain NDF sehingga kontrak ini akhirnya lebih banyak diwarnai aksi spekulasi

dibandingkan kebutuhan lindung nilai.Ketika ekonomi Indonesia sudah mulai

pulih, semakin banyak pihak asing yang ter­kait dengan transaksi rupiah sehingga ke­butuhan akan lindung nilai rupiah de ngan skema NDF semakin populer. Demikian pula dengan aksi spekulasi NDF rupiah. Inilah yang membuat transaksi NDF rupiah offshore lebih ramai dibandingkan transaksi bursa rupiah onshore yang menjadi patokan resmi kurs rupiah terhadap dolar AS.

Menurut data HSBC, selama 2012 diper­kirakan transaksi harian onshore rupiah men­capai sekitar 500 juta dolar AS, sementara transaksi harian offshore (NDF) rupiah volu­menya bisa mencapai 700 juta sampai 1,3 miliar dolar AS. Pasar NDF rupiah merupa­kan salah satu yang terbesar di Asia bersama peso Filipina dan yuan (ren minbi) Cina.

Masalahnya, kurs rupiah terhadap dolar AS yang tercipta di pasar NDF berbeda de­ngan kurs resmi rupiah. Data kurs resmi da­pat dijumpai misalnya dalam rilis harian Reu­ters, yang mengompilasi kurs dari bank lokal dan bank asing di Jakarta atau kurs tengah versi Bank Indonesia.

Kurs di NDF tentu saja bisa memenga ruhi psikologi pelaku pasar valuta rupiah di dalam ne geri. Berdasarkan penelitian Bank Indone­sia pada 2012 terhadap bursa spot rupiah, berjangka (forward) rupiah, dan NDF rupiah dari 2008 sampai 2011, disimpulkan bahwa selalu terjadi volatilitas kurs rupiah terhadap dolar AS.

Kurs rupiah di pasar spot onshore ter­masuk yang volatilitasnya terendah di anta­ra mata uang Asia, namun untuk NDF­nya mempunyai volatilitas tertinggi. Disim pulkan juga mengenai adanya dampak rambatan (spill over) dari volatilitas di pasar NDF rupiah terhadap pasar spot dan berjangka rupiah di dalam negeri.

Lalu, baru­baru ini terkuak kasus rekaya­sa kurs NDF terhadap mata uang Asia yang dilakukan Asosiasi Bank Singapura dengan korban paling banyak adalah rupiah, ring­git Malaysia, dan dong Vietnam. Rupanya, para trader bank­bank yang menawarkan jasa NDF di Singapura saling berkolusi untuk menentukan rate kurs rupiah terhadap dolar AS, sehingga mereka meraup untung mudah dari spekulan atau orang yang berniat men­cari lindung nilai rupiah.

Menurut data Bloomberg, pada 11 Janu­ari 2013 perbedaan kurs dolar AS terhadap rupiah di bursa Indonesia de ngan bursa NDF offshore mencapai 2,6 persen. Angka ini merupakan perbedaan terbesar sejak 22 September 2011.

Melihat tingkah polah NDF dan dampak­nya pada kurs rupiah, Bank Indonesia jauh hari sudah melarang transaksi ini. Tapi, lokasi transaksi di luar negeri bukanlah yurisdiksi Bank Indonesia. u

Kebijakan yang di ­pakai sejak 1981, m e n d o n g k r a k pro duk manufak­tur yang pada 1982 nilainya US $850 juta naik men jadi US $1,48 mi liar pada 1983, naik lagi menjadi US $2,166 pada 1984. Kri sis besar yang menerpa se­te lah era ini ada­lah kri sis ekonomi global pada 1997.

1974­1978Ekonomi overheating karena lon­jakan surplus dan belanja Peme­rintah, laju inflasi mencapai 22 persen jauh melonjak dibanding 8 persen pada 1970­1972. Ru­piah overvalued. Ekspor terpukul, karena transaksi memakai harga internasional tetapi daya beli di dalam negeri tergerus inflasi.

1978Pada November tahun ini, Bank Indonesia me lakukan devaluasi rupiah. uS $1 = Rp625, untuk menjaga ekspor.

1981Harga minyak dunia merosot akibat resesi ekono­mi global, saat 71 persen pendapatan Indonesia disokong penjualan minyak. Pendapatan tu­run dari Rp7,8 miliar pada 1981­1982 menjadi Rp6,9 miliar pada 1982­1983. Ekspor non­migas diminta ditingkatkan, bersamaan dengan de­valuasi bertahap kurs agar ekspor kompetitif. Dimulailah era sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating) di Indonesia.

1986Rupiah kem bali meng alami de­valuasi. Nilai tu­kar rupiah dari Rp1.134 per uS $1 turun men­jadi Rp1.664.

1983Devaluasi rupiah ter jadi pa da Maret tahun ini, kurs rupi­ah turun 48 per sen. US $1 dari Rp702,5 menjadi Rp970.

Page 6: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

6 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

fOK

uS

Transaksi NDF adalah kontrak kese pakatan antara pihak yang menginginkan hedging atas ri siko nilai tukar mata uang ter tentu, de ngan lembaga ke­

uangan penyedia kontrak berjangka valu­ta. Pihak pertama kita se but saja investor. Transaksi ini dijalankan de ngan meng­gunakan mata uang utama sebagai cash settlement, biasanya dolar AS. Jadi, dalam kontrak NDF rupiah, misalnya, tidak ada uang rupiah yang ditukarkan (non delive-rable) oleh kedua pihak.

Ada tiga fitur utama dalam kontrak NDF, yaitu kurs kontrak (contract rate) yang disepakati investor dan lembaga ke uangan, kurs acuan (fixing rate), dan tanggal berlaku transaksi (fixing date) atau jatuh tempo. Misal nya, kita ambil kasus perdagangan NDF rupiah menggunakan dolar AS. Lem­baga keuangan biasanya menentukan kurs kontrak rupiah berdasarkan tanggal jatuh tempo (maturity date) yang diinginkan in­vestor, kurs rupiah­dolar AS antar­bank, volatilitas pasar, margin keuntungan, dan suku bunga rupiah antar­bank di Indonesia.

Suku bunga bisa memakai Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR). Sedang­kan kurs acuan biasanya menggunakan sumber independen yang digunakan oleh kalangan industri keuangan. Salah satu acuan kurs ini adalah layanan Reuters yang memberikan info kurs harian mata uang lokal terhadap dolar AS, yang diambil dari rata­rata kurs perbankan asing dan lokal di ibu kota suatu negara, yang biasanya diumumkan pada tengah hari. Maka dalam kontrak NDF digunakanlah perkiraan nilai rupiah pada tanggal jatuh tempo yang disepakati berdasarkan rujukan­rujukan itu.

Misalnya di masa depan investor bakal menerima pembayaran dalam rupiah. Jika investor khawatir rupiah bakal melemah ter hadap dolar AS, maka dalam kontrak NDF investor akan memilih untuk men­jual rupiahnya dan membeli dolar AS saat

tanggal jatuh tempo. Sebaliknya bila in­vestor yakin rupiah di masa depan bakal menguat terhadap dolar AS, maka dalam kontrak NDF investor akan memilih untuk membeli rupiah dan menjual dolar AS saat tanggal jatuh tempo.

Satu poin yang harus dicatat dari transak si NDF adalah investor dan penye­dia layanan hanya ‘berhitung’ selisih nilai kurs, pada saat kontrak jatuh tempo. Selisih kurs yang dibayarkan itu berupa hard cur-rency dolar AS. Jika perhitungan investor benar, entah rupiah melemah atau mengu­at terhadap dolar AS, maka lembaga ke­uangan akan membayar selisih dari kurs yang terjadi. Sebaliknya jika dewi fortuna memihak pada lembaga keuangan, maka sang investorlah yang harus membayar selisih kurs.

Karena modalnya hanyalah selisih kurs, kontrak NDF bisa dimainkan oleh pemain kecil, tak seperti kontrak valuta berjangka yang membutuhkan transaksi fisik. Kon­trak berjangka (deliverable forward) yang diizinkan termasuk di Indonesia butuh modal besar minimal senilai nominal tran­saksi untuk dapat dilakukan.

Dalam kontrak NDF, para pemain umum nya adalah investor yang ingin memperbesar peluang mendapatkan ke­

untungan. Bisa jadi, dia adalah investor yang menanamkan modal di Indonesia, tetapi tidak yakin dengan imbal hasil yang didapat pada saat jatuh tempo disanding­kan dengan nilai tu kar dan risiko investasi lainnya. Investor macam ini disebut seba­gai arbitrageur atau investor yang berpe­ngalaman mengambil untung dari selisih kurs di dua pasar uang.

Sedikit mirip dengan praktik ijon dalam pertanian, sama­sama menentukan harga sekarang untuk hasil yang baru dike­tahui pada masa mendatang. Hanya, alih­alih bicara soal harga padi dan banyaknya hasil panen, NDF bicara soal nominal be­sar, valuta asing, dan pembayaran berupa selisih kurs dalam wujud dolar AS.

NDF menjadi masalah, karena tran­saksi ini tidak ada jaminan (underlying) dan transaksi fisik senilai nominal transaksi (settlement). Lokasi transaksi di luar nege­ri yang bukan yurisdiksi Bank Indonesia, dengan transaksi ‘swakelola’, menyebab­kan pengawasan pun sulit dilakukan. Sa­yangnya, psikologi pelaku pasar dalam negeri kerap larut mengikuti kuotasi nilai tukar dari transaksi NDF sebagai acuan transaksi forward rupiah domestik, pada­hal tidak kredibel dan tak melambangkan kondisi fundamental.

Bank Indonesia sudah melarang tran­saksi tanpa jaminan seperti ini sejak lama, melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No­mor 10/ 37 /PBI/2008. Pasal 4 ayat 1 dan 2 tegas menyatakan transaksi valuta asing harus ada underlying dan penyelesaian dengan nilai penuh.

Terkuaknya penyalahgunaan NDF se­telah sebe lumnya di benua lain juga ada persoalan dengan London Inter­Bank Of­fered Rate (LIBOR), adalah tantangan bagi kita untuk dapat melakukan pendalaman pasar ke uangan valas dalam negeri. Baik itu untuk forward maupun kebutuhan lain, yang dapat memberikan kuotasi kredibel bagi pelaku pasar keuangan dalam negeri maupun investor asing. u

Mengundi Selisih Kurs‘Makhluk’ apa sebenarnya Non­Deliverable Forward (NDF) yang kini marak diberitakan?

EDHIE HARyANTODepartemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat

Dok

BI

Bank Indone­sia melarang transaksi NDF, karena tak ada underlying dan settlement, meru­juk PBI Nomor 10/37/PBI/2008.

Page 7: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

7EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

fOK

uS

Arus modal ke negara­negara yang ekonominya sedang ber kembang (emerging mar ket), teruta ma di Asia, me­ning kat sangat pesat se panjang dekade 1980 dan 1990­an. Non­Deliverable Forward (NDF) awalnya berkembang untuk mata uang Amerika Latin de ngan peso Meksiko

sebagai mata uang yang pa ling banyak ditraksaksikan. Transaksi ini kemudian meluas untuk mata uang Eropa Timur dan Asia Timur, ter­masuk Asia Tenggara.

Tapi, di negara­negara emerging market ini selain transaksi mata uang berjangka tak berkembang, juga terjadi pengetatan akses untuk orang asing terhadap pasar mata uang berjangka domestik. Tujuan­nya jelas. Otoritas moneter seperti bank sentral khawatir bila orang asing yang biasanya bermodal besar itu diberi akses terlalu bebas pada mata uang lokal, seperti pinjaman bank atau bursa berjangka mata uang, akan mem­buat mereka ikut bermain kurs. Bila dibiarkan, bakal mun­cul banyak aksi speku­lasi kurs mata uang lokal, sehingga volatilitas nilai kurs bakal membuat otori­tas moneter kehilangan ken dali atas mata uangnya sendiri.

Sampai hari ini banyak negara pasar berkembang termasuk Cina, Indonesia, Korea Selatan, Filipina, dan Taiwan membatasi akses pihak asing terhadap pasar mata uang lokal mereka. Cina dan Taiwan melarang akses pihak asing terhadap bursa ber­jangka lokal mata uang yuan. Sementara Indonesia, Korea Selatan, Filipina, dan India masih memberi akses, asalkan transaksi itu memang benar­benar punya jaminan, atau transaksi terjadi secara fisik yang dikenal dengan istilah Deliverable Forward (DF). Transaksi dengan jaminan dan DF biasanya dilakukan oleh institusi keuangan yang memang butuh mata uang lokal untuk keperluan transaksi riil.

Namun, ada pula institusi keuangan yang butuh transaksi mata uang lokal hanya untuk lindung nilai (hedging) dan spekulasi. Seba­gai konsekuensi dari pembatasan akses mata uang lokal oleh otoritas moneter negara­negara pasar berkembang, maka banyak perbankan menawarkan jasa kontrak perdagangan berjangka mata uang tanpa transaksi fisik atau lebih dikenal sebagai NDF itu. Tentu saja bursa tersebut hanya bisa dibuka di luar negara yang mata uangnya ditran­saksikan.

Sebelum Januari 2001, transaksi berjangka rupiah yang bersifat deliverable atau ada transaksi fisiknya, sangat aktif diperdagangkan di luar negeri (offshore), terutama di Singapura. Saat itu, pihak asing masih menikmati akses bebas terhadap rupiah. untuk mengurangi spekulasi terhadap rupiah, Bank Indonesia melalui PBI No 3/3/2001 tanggal 12 Januari 2001, akhirnya melakukan pembatasan pinjaman bank dalam rupiah dan juga transfer bank dalam mata uang rupiah

terhadap orang asing, juga akses ke transaksi derivatif rupiah seperti bursa berjangka.

Kebijakan pada 2001 te rsebut membatasi tran saksi fisik rupiah di luar negeri dan akhirnya mempengaruhi bur sa DF rupiah. Itulah yang mendorong lahirnya kontrak NDF untuk mata uang rupiah di Singapura beberapa bulan kemudian, tak lain dan tak bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hedging dan spekulasi.

Menarik sekali bahwa mata uang ringgit Malaysia dan baht Thai­land tak begitu aktif diperdagangkan para spekulan NDF Asia, walau kedua negara juga melakukan pembatasan transaksi mata uang lokal oleh pihak asing. Otoritas moneter kedua negara ternyata punya ke­bijakan yang membuat pasar NDF offshore untuk mata uang mereka

tak bisa berkembang.Dalam kasus Malaysia, Bank Negara

Malaysia sebagai bank sentral telah me­netapkan sistem kurs tetap ringgit

terhadap dolar AS sejak 1998, setelah krisis mone­ter menimpa Asia. Selain itu, transaksi NDF untuk ringgit Malaysia tak mem punyai acuan kurs. Ditambah, ada kebijak­

an pengendalian nilai tu­kar yang melarang bank

lokal Malaysia melakukan tran saksi valuta asing dengan

ins titusi keuangan di luar negeri. Hal­hal inilah yang menyebabkan

institusi keuangan luar sulit melaku­kan hedging terhadap ringgit lewat kontrak NDF.

Hal yang mirip juga terjadi di Thailand. Bank Thailand selaku otoritas moneter secara aktif memperingatkan bank­bank asing agar tidak mengacu pada transaksi NDF dalam menentu­kan kurs baht. Ada ancaman nyata di sini. Bila bank­bank asing keta­huan memakai transaksi NDF baht sebagai acuan kurs, maka kantor cabang lokal mereka di Thailand akan mendapatkan konsekuensi sanksi berat. Meski demikian, mungkin saja transaksi NDF baht bisa berkembang di masa depan sebagai respons atas kebijakan Bank Thailand di masa lalu yang membatasi orang asing mempunyai re­kening bank dengan denominasi baht.

Cukup mengejutkan ketika dugaan kolusi NDF oleh Asosiasi Bank Singapura terkuak baru­baru ini, ternyata ringgit juga menjadi salah satu mata uang yang paling aktif diperdagangkan di samping rupiah dan dong Vietnam. Sebagai langkah antisipasi, Bank Negara Malaysia langsung memerintahkan perbankan lokal untuk wajib mengguna­kan kurs ringgit lokal dalam transaksi valu ta asing.

Langkah bank sentral Malaysia ini jelas untuk menutup pintu bagi spekulan yang memanfaatkan kurs offshore guna meraup untung ce­pat. Info kurs lokal ringgit diberikan oleh Association Cambiste Inter­nationale, yang mengambil data kurs rata­rata dari 12 bank lokal dan asing di Kuala Lumpur. Kurs resmi tersebut diumumkan setiap hari pada pukul 11.10 waktu setempat. u

Lahir dari PembatasanTransaksi dengan jaminan dan DF biasanya dilakukan oleh institusi keuangan yang memang butuh mata uang lokal untuk keperluan transaksi riil.

D Aulia

Page 8: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

8 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

LIpu

Tan

Kick-off Redenominasi

Jalan Panjang Membentang

Bagi mereka yang terlibat per siap an Program Redenominasi, 23 Januari 2013 merupakan se buah hari yang isti mewa. Bertempat di ruang Flo­res Hotel Borobudur, Jakarta Pusat,

Kick­off Konsultasi Publik Program Redenomi­nasi dilaksanakan, kerja sama Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

“Jumlah digit dalam uang rupiah saat ini belum menggambarkan kondisi ekonomi In­donesia yang baik,” ujar Menteri Keuangan,

Agus Mar towardojo, dalam pidato pembu­kanya. yaitu jika dilihat dari perbandingan nilai rupiah de ngan dolar Amerika. Ditambah inefisiensi pe cahan rupiah dalam pengelolaan data transaksi, adalah alasan kuat untuk me­laksanakan redenominasi di Indonesia.

Penerapan Redenominasi selalu terbagi dalam beberapa langkah yang harus dijalani oleh negara yang melaksanakannya.

Pertama, tahapan ini, sangat bergan­tung pada peran Parlemen dalam menge­

Beragam kajian sudah dilakukan masih perlu diujiterapkan hingga bagian terkecil, sehingga saat redenominasi dijalankan tak lagi ada hambatan tak terduga.

NATyA Ayu C RDepartemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat

Dok

BI

Dok

BI

Page 9: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

9EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

LIpu

TanRedenominasi berasal dari kata

‘re’ dan ‘denominasi’. ‘Denomi­nasi’ bisa diartikan sebagai

sa tu an mata uang. Sedangkan ‘re’ biasa diartikan sebagai peng­ulangan.

Secara umum, ‘redenominasi’ di artikan sebagai penulisan ulang no minal mata uang. Biasanya dila­ku kan dengan cara mengurangi se jumlah angka nol pada mata uang. Misalnya, dalam sebuah re­denominasi Bank Sentral atau pe­merintah bisa menyatakan bahwa 1 uang baru bernilai sama dengan 100 uang lama.

Namun, redenominasi bukan hanya istilah untuk penyederhana­an penulisan nominal tersebut. Re de nominasi juga dipakai untuk peristiwa perubahan mata uang. Mi salnya saat penerapan mata uang tunggal euro di kawasan Eropa.

Kesepakatan tersebut mem­buat negara­negara di Eropa Barat me lakukan redenominasi. yaitu, meng ganti mata uang lama mere­ka menjadi mata uang euro, yang nilai uangnya berbeda dengan nilai uang lama tiap negara.

Setiap satu euro, adalah se­tara dengan 1,955 mark Jerman atau 6,55 frank Prancis. Istilah re­denominasi juga bakal kembali dipakai di kawasan tersebut, bila mereka memutuskan keluar dari zona euro dan kembali ke mata uang lama. u

Satu IstilahRagam Guna

mOnETarIa

sahkan un dang­undang yang mendasari pelaksana an program Redenominasi. Ber­samaan de ngan proses ini, program kon­sultasi publik da lam rangka mendapatkan masukan dari ma syarakat pun di perlukan.

Kedua, Sosialisasi atau tahapan pe­nyam pai an “apa itu redenominasi yang telah disepakati untuk dijalankan”. Target komu­nikasi pelaksanaan program sangat pen­ting diterima dan dimengerti oleh seluruh masyarakat.

Ketiga, tahapan dimulainya penggu­naan dua mata uang. Secara bersamaan keseluruhan transaksi ekonomi dalam kurun waktu tertentu menggunakan uang lama dan baru. Ditetapkannya titik tertentu se­bagai awal pelaksanaan ‘dual-tagging’ atau penggunaan dua harga pada kurun waktu yang telah ditentukan. Berlakunya uang baru dan lama.

Keempat, tahapan akhir, menjadi titik awal bagi penggunaan mata uang de ngan denominasi baru. Namun demikian, peng­gunaan kata baru pada uang ini tidak ber­laku lagi.

Dalam pidato tersebut Menteri Ke­uangan menggambarkan perkembangan ekonomi Indonesia yang baik sejak 2007. Tingkat inflasi pun terkendali. Kondisi terse­but berlanjut bahkan di tengah krisis global saat ini.

Gubernur Bank Indonesia, Darmin Na­sution, bertutur dengan contoh­contoh praktis untuk menggambarkan kebutuh­an redenominasi. Salah satu yang dicuplik menjadi contoh adalah korelasi pelajaran berhitung di sekolah dasar, de ngan praktik transaksi sehari­hari.

Anak­anak sekolah dasar, misal nya, di­ajarkan perhitungan lima ditambah tiga. Tetapi, di luar sekolah harus menghitung 5.000 ditambah 3.000. “Si anak bisa bi ngung,” ujar Gubernur jenaka. Bila dibiarkan terlalu lama sehingga ada terlalu ba nyak angka nol da lam penulisan rupiah, menurutnya kasih­an anak­cucu kita.

Berturut­turut setelah kedua pidato pem buka tersebut, adalah paparan ma teri

terkait perubahan penulisan no minal ru­piah. Dua pem bicara memaparkan materi tersebut. yaitu Dirjen Perbendaharaan Ke­menterian Keuangan, Agus Suprijanto, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas.

Paparan tersebut mengulas de ngan mendalam perbedaan antara re denominasi dengan sanering. Hal mendasar yang ha­rus digarisbawahi sebagai perbedaan, re­denominasi atau penyederhanaan digit no minal tidak akan mengurangi daya beli masyarakat. Sebaliknya, sanering atau pemotongan nilai uang, akan otomatis me­ngu rangi daya beli ter sebut.

Beberapa kajian mengenai re de no mi­nasi juga disampaikan dalam pa paran kedua narasumber. Seperti, manfaat redenominasi, ilustrasi penyederhanaan di git pada rupiah, serta faktor penentu keberhasilan rede­nominasi berikut contoh sukses dari negara yang pernah melakukan redenominasi.

Dari sesi tanya jawab dalam paparan tersebut, banyak hal praktis ter kait imple­mentasi redenominasi yang masih butuh pemikiran dan solusi. Persoalan yang diang­kat dengan kritis oleh para penanya, mulai dari masalah pencatatan transaksi manual dan berbasis teknologi informasi, hingga komplikasi yang mungkin timbul dalam penulisan kontrak transaksi bila tak ada pa­yung hukum yang tegas.

Banyak pekerjaan rumah menanti Ke­menterian Keuangan dan Bank Indonesia, agar redenominasi berjalan mulus. Bera­gam kajian sudah dilakukan masih perlu di­ujiterapkan hingga bagian terkecil, sehingga saat redenominasi dijalankan tak lagi ada hambatan tak terduga.

Saat ini rancangan undang­undang per­ubahan harga rupiah sudah disele sai kan Pemerintah ber sama Bank Indonesia. Ran­cangan tersebut sudah diajukan kepada DPR dan telah masuk prog ram legislasi nasional 2013. Kick off ini merupakan bagian dari kon­sultasi publik, untuk mendapatkan masukan dari berbagai kalangan mengenai prog ram maupun rancangan undang­undang terse­but.

What’s next?.. Setelah kick off, bera gam kegiatan konsultasi publik yang lebih luas akan terus digelar. Harapan nya, terkumpul beraneka masukan, yang dapat memberikan jawaban me nge nai kesiap an masyarakat menerima redenominasi. Juga masukan tentang hal lain yang perlu dibenahi untuk mempersiapkan program ini.

Bila konsultasi publik dan rancangan undang­undang disetujui DPR, barulah so­sialisasi redenominasi bisa dijalankan. Masih butuh banyak proses, melalui jalan panjang, untuk redenominasi. usai kick off, kerja keras masih menanti mereka yang terlibat persia­pan redenominasi. u

Jumlah digit dalam uang rupiah saat ini belum meng­gambarkan kondisi ekonomi Indonesia yang baik.

Secara umum, ‘redenominasi’ diartikan sebagai penulisan ulang nominal mata uang.

Page 10: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

10 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

rua

ng

Ba

ca

Maluku utara merupakan sa­lah satu contoh provinsi yang mempunyai ke ter gan tungan pasokan ba han pangan dari daerah lain yang masih

sangat besar. Sekitar 70 per sen kebutuhan pangan pokok sehari­hari seperti sayuran, cabai, tomat dan berbagai komoditi horti­kultura lain nya dipasok dari Sulawesi utara. Dominan nya ketergantungan pasokan dari dae rah lain itu mempengaruhi pembentu­kan harga di Ternate, belum lagi ancaman gangguan cuaca dan kendala transportasi laut serta biaya pe ngiriman yang mahal.

Bila laut sedang tidak ramah, bisa di­pastikan harga bahan pokok akan me lon jak naik, menyebabkan inflasi yang tinggi. Na­mun, ketergantungan pangan dari daerah lain itu sebenarnya dapat dikurangi dengan terus berupaya me ningkatkan produksi di daerah sendiri, misalnya yang pa ling mu­dah adalah sayuran. Maka dari itu Kantor Perwakil an Bank Indonesia Pro vinsi Maluku utara kembali mengampanyekan Gerak an Tanam Sayur di Pekarangan (Genta Sekar) di

wilayah Kota Ti dore Kepulauan. Kali ini BI menggandeng Balai Peng­

kajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Maluku utara dan Badan Pelaksana Penyu­luhan Pertanian, Perikanan dan Kehu tanan (BP4K) Kota Tidore Kepulauan. Peng galakan Genta Sekar di Kota Tidore Kepulauan ini merupakan kelanjutan dari program serupa yang telah dilaksanakan di Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat sejak Septem­ber 2012.

Pada program tersebut, BI bekerja sama dengan TNI dan pemerintah dae rah se­tempat melalui pemanfaatan lahan be lum terpakai untuk penanaman hortikultura dan tanaman pangan. Pengembangan lahan di­lakukan oleh Kelompok Tani Wa nita Lolobi dan Kelompok Tani Dou Kalupa di wilayah Kota Tidore Kepulauan. BI memberikan ban­tuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa sarana produk pertanian. Sedang­kan untuk pendampingan dan pelatihan budidaya tanaman diberikan oleh BPTP Provinsi Ma luku utara dan BP4K Kota Tidore Ke pulauan. Penyerahan bantuan dilakukan

17 Desember 2012 yang dirangkaikan de ­ngan penanaman ber bagai jenis tanam an hortikultura dan tanaman pangan.

Hasil perdananya, pada pertengah an Desember 2012 lalu dilakukanlah pa nen ca bai dan tomat. Seperti yang diharapkan, hasil panen tersebut ternyata berhasil mem­bantu menekan kenaikan harga cabai dan tomat yang merupakan komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Ternate. Seba­gaimana pemberitaan di salah satu harian lokal beberapa hari kemudian, harga cabai dan tomat meng alami penurunan di perten­gahan bulan Desember 2012 padahal tren siklikal tahun­tahun sebelumnya menunjuk­kan harga komoditas ini justru meningkat di akhir tahun.

Genta Sekar diharapkan dapat men­dorong masyarakat membantu peningkat­an produksi sayuran lokal setidaknya untuk kebutuhan rumah tangga. De ngan de mikian masyarakat petani setempat juga bisa me­nyadari bahwa mereka sebenarnya punya peran besar untuk menekan inflasi harga pangan. u

Bila laut sedang tidak ramah, bisa dipastikan harga bahan pokok di Maluku utara melonjak.

Menekan Inflasidari Sisi Pasokan

D A

ulia

Page 11: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

11EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

gEr

aI c

an

DaSebuah antrean di

pin tu surga. Tam­pak seorang ulama

berdiri di belakang se­orang pe muda pialang sa ham. Rupanya, dua orang itu meninggal di saat yang hampir bersa­maan, saat dunia sedang dilanda krisis ekonomi dah syat. Ketika pialang menghadap, ma laikat pen jaga surga bertanya, ’’Se butkan sia pa dirimu supaya aku bisa me nilai la yak atau tidak ka mu masuk surga.’’ Sang pia­lang menjawab, ’’Nama saya Bejo Sugiharto, pia­lang saham di Bursa Efek Ja karta.’’ Sang malaikat mem berinya jubah sutra dan tongkat emas, lalu sang pialang saham pun masuk ke surga.

Ketika giliran sang ula ma, dia mem­perkenal kan diri: ‘’Saya Haji Muhidin, pemuka agama di Ja karta.’’ Malai­kat lalu ber kata: ‘’Ambil jubah katun dan tong­kat kayu ini, lalu ma­suklah ke surga de ngan hati bahagia.’’ Haji Mu ­hidin rupanya ragu­ragu untuk masuk surga. Dia lalu bertanya kepada ma laikat: ‘’Sebentar, pria di depan saya tadi yang mengaku pialang saham kok dapat jubah sutra dan tongkat emas? Bagaimana mungkin?’’ Men de ngar pertanyaan itu, sang malaikat men­jawab, ’’Di sini amalan manusia diukur dari dam paknya. Ke tika ka­mu berkotbah, orang­orang pada ngantuk. Ketika pia lang itu be­kerja, banyak nasabah­nya berdoa.’’ u

Tergantung Dampaknya

Seorang eksekutif perusahaan me­renungkan pencapaian ka rier nya di usia paruh baya. Rumah megah

dan mobil­mobil me wah sudah dimiliki. Dia menikahi seorang perempuan cantik yang memberinya tiga anak yang ber­prestasi di sekolah internasio nal. Namun, sang eksekutif merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Karena sibuk berkarir, dia jarang bertemu istri yang hobi berso­sialita dan anak­anak yang menghabis­kan waktu bersama teman­teman gaul mereka.

Ternyata, kondisi yang sama juga di­alami sahabatnya sesama eksekutif papan atas. Bahkan, kondisi sang sa ha bat lebih parah karena istrinya se lingkuh dan anak­anaknya terjerat nar koba. Karena stres de ngan kondisi keluarga, sahabatnya itu akhirnya me melihara wanita simpanan. Setelah merenung, sang eksekutif sukses itu menulis email nasihat kepada sa­

habatnya yang malang. Begini isi surat elektronik itu:

‘’Wahai sahabatku, kita tahu bahwa uang ternyata tak bisa memberikan ke­bahagiaan hidup. uang bisa membelikan kita rumah, tapi bu kan kehangat an ke­luarga. uang bisa membeli ran jang me­wah, tapi bukan tidur nye nyak. uang bisa membeli arloji Rolex, tapi tak bisa mem­beli waktu. uang bisa membeli buku, tapi bukan penge tahuan dan kebijaksanaan. uang bisa membeli obat, tapi bukan ke­sehatan. uang bisa memberikan kita seks, tapi bukan cinta.

Jadi, kamu lihat bahwa uang bukan­lah segalanya. Bahkan, uang bisa menim­bulkan kesengsaraan. Aku me nulis surat ini karena akulah saha batmu. Sebagai sahabat, aku ingin mengangkat keseng­saraan hidupmu. Maka, kirimkanlah se­mua uangmu ke padaku... dan aku akan menanggung semua deritamu.’’ u

Derita Sukses

Dja

lu’1

3

Page 12: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

12 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

pEr

SpEK

TIf

Tidak bisa dipungkiri subsi­di BBM menjadi bom wak tu yang terus meng­ancam. Subsidi BBM le­bih terlihat sebagai ke­

bi jakan politis dibanding fiskal. Har ga BBM domestik hanya separuh dibandingkan negara berkembang lainnya. Sa ngat ekstrem murahnya saat kita sudah jatuh miskin minyak.

umumnya pemberi subsidi ada­lah negara me limpah minyak seperti Arab Saudi, Iran, dan Rusia. Kita tam­paknya lupa, masa sebagai negara kaya mi nyak sudah berakhir. Indo­nesia malah menjadi pengimpor mi­nyak dengan jumlah sa ngat besar.

Hanya Indonesia dan India, ne­gara yang tak lagi menjadi pengeks­por mi nyak yang masih menerapkan subsidi BBM. Dengan subsidi sekitar 20 miliar dolar AS per tahun, bahkan subsidi BBM Indonesia per kapita empat kali lipat lebih tinggi diban­ding India.

Politik BBMSangat murahnya BBM meng­

obral euforia konsumsi yang luar bi­asa boros. Bahkan memicu derasnya penyelundupan ke industri ataupun ke luar negeri.

Borosnya konsumsi minyak me­mukul nera ca berjalan hingga mem­bukukan rekor defisit, menggambar­kan kebutuhan dolar AS yang me lebihi pasokan. Tanpa diimbangi upaya me motong mata rantai keter­gantungan subsidi BBM yang men­jadi sumber defisit neraca berjalan, stabilisasi nilai tukar tidak akan efek­tif.

Setidaknya tiga faktor menye­babkan kualitas perdagangan mero­sot. Pertama, ekspor dido minasi ko moditas primer dengan nilai ter­batas, akibat ketergantungan proses pengolahan dari ne geri jiran.

Kedua, dominasi komoditas pri mer menye babkan neraca berja­lan ren tan terhadap fluktuasi harga interna sional. Regulator pertam­bangan sudah berbenah dengan mewajibkan nilai tambah di dalam negeri, namun memunculkan konse­kuensi peningkatan impor untuk in­vestasi pertambangan.

Ketiga, ketergantungan pada subsidi BBM, ke tika posisi Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak. Akibat situasi ini, tekanan besar terjadi pada neraca berjalan, yang akhirnya berujung pada pele­mahan rupiah.

Membengkaknya defisit neraca ber jalan bersumber pada kebutuhan dolar yang sangat besar untuk impor minyak. Volume lifting domestik ha­nya memenuhi 33 persen dari kon­sumsi BBM, si sanya diimpor berupa minyak mentah dan produk.

Konsekuensinya, rupiah berada dalam tekanan secara permanen. Se­dangkan stabilisasi mem punyai kon­sekuensi mahal berupa penurunan cadangan devisa, yang akan mem­buat pelemahan rupiah terakumu­lasi makin besar. Stabilisasi nilai tukar tidak akan efektif tanpa diimbangi upaya memotong mata rantai keter­gantungan subsidi BBM yang men­jadi sumber defisit neraca berjalan.

Obligasi GasKebijakan subsidi yang belum

ter arah membuat konversi BBM ke gas juga masih jauh panggang dari api. Anggaran konversi gas sa­ngat terbatas, hanya Rp2 triliun, tak sebanding besarnya subsidi BBM Rp270 triliun. Kendala pendanaan infrastruktur gas dapat diatasi mela­lui penerbitan obligasi gas, sehingga konversi gas segera tereali sasi.

Kebijakan mendasar subsidi BBM terletak pa da konversi gas, me­manfaatkan harga murah gas sekitar Rp5.500 per kg, dibanding harga pre­mium Rp8.500 per liter. Sistem pem­batasan kuota BBM me nimbulkan har ga ganda yang membuat kebijak­an ini tidak efektif. Sayang konversi gas masih jauh dari realisasi akibat sangat minimnya anggaran.

Perencanaan matang memung­kin kan pem biayaan infrastruktur gas dila kukan melalui pe ner bitan obligasi gas (O­Gas). Pemerintah dimungkinkan me nerbitkan obli­gasi tersebut pada 2013 senilai Rp24 triliun dengan tenor satu tahun, saat subsidi BBM masih dialokasikan Rp270 tri liun.

Dana sejumlah Rp24 triliun terse­but digunakan untuk membangun ja ringan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan subsidi harga tabung konverter yang cukup mahal ­­ sekitar Rp15 juta per tabung. Obli­gasi tersebut dapat dilunasi mela lui penghematan subsidi BBM Rp500 per liter pada 2014, yang totalnya mencapai Rp24 triliun.

Proses tersebut dapat berlanjut ke tahun berikutnya sampai proses kon versi selesai. Program ini akan melepaskan ekonomi dari kung­kungan subsidi BBM. u

Satu Solusi

Subsidi BBM

Subsidi BBM mengancam ketahanan fiskal, mene­kan neraca berjalan, dan melemah­kan rupiah.

GATOT M MANANDepartemen Pengelolaan Moneter

D A

ulia

Page 13: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

13EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

pEr

SpEK

TIf

Kesibukan sangat terasa di Konsu­lat Jenderal Republik Indonesia di Houston, Texas, Amerika Serikat, pagi itu. Ketika para petinggi se­buah perusahaan tambang emas

terbesar di negara adidaya itu mencoba mengurus visa.

Kekuatan tambang emas di bumi Nu­santara ternyata memang sepadan de ngan kesibukan dan kerumitan yang harus diper­siapkan untuk bisa masuk ke Indonesia. Negeri ini duduk di rangking delapan peng­hasil emas terbesar dunia.

Kemilau emas memang abadi, apa pun yang terjadi. Bahkan ketika Amerika Serikat meninggalkan skema Bretton Woods pada 1971, yang diikuti hampir seluruh negara. Saat emas tidak lagi menjadi anchor bagi uang yang tercipta, karenanya.

Runtuhnya perjanjian Bretton Woods yang disepakati pada Juli 1944, menjadi pembenaran untuk mengembangbiakkan uang. Dunia menggantikan peran emas dengan hard currency, yang dikenal de ngan nama dolar AS, euro, poundsterling, yen,

dan frank Swiss. Isi brankas bank­bank sentral tak la­

gi dipenuhi emas sebagai cadangan de­visa utama. Kondisi ini tanpa disadari te­lah mengakibatkan banyak malapetaka ke uangan dalam waktu kurang dari dua dekade terakhir.

Seorang profesor tua di kelas ekonomi saya dulu menyimpulkan, pola krisis bi­asanya akan terjadi dalam kurun waktu 10 tahun. yaitu berdasarkan siklus bisnis atau kehidupan manusia si pencipta uang itu sendiri. Namun, sejarah membuktikan bahwa periode siklus krisis eko nomi se­makin lama ternyata makin pendek.

Sebagian orang beranggapan bahwa tata kelola keuangan negara yang tidak tepat, sebagai cikal bakal krisis. Ada pula yang menuding ekspansi swasta berle­bihan sebagai biang keladi. Mungkin, ilmu­ilmu ‘jadul’ kadangkala patut dipertim­bangkan kembali saat ini.

Fakta hari ini, negara­negara maju se­perti Amerika Serikat, Jerman, dan Pran cis, masih memandang penting emas sebagai salah satu komponen cadangan devisanya. Mereka masuk daftar 20 pemilik cadangan devisa emas terbesar, mempertahankan di atas 30 persen cadang an devisa mereka dalam wujud emas. Amerika bahkan pada 2011 menyim pan 8.133,5 ton emas.

Tak Selalu Emas Bagaimana dengan Indonesia? Ber­

da sar kan laporan tahunan 2011, Bank In­donesia memiliki 73,1 ton emas. Kom posi­sinya mirip-mirip lah dengan bank sentral lain di kawasan Asia Tenggara.

Kenapa jumlah cadangan emas Bank Indonesia tak sebesar negara maju?

Ke pemilikan emas sebagai cadangan devisa sangat bergantung pada pola per­olehan cadangan devisa, dan kebutuhan negara dalam melakukan transaksi.

Cadangan devisa pada umumnya me­miliki lima komponen utama. yaitu dalam bentuk valuta asing, Reserve Position in the Fund (RPF), Special Drawing Right (SDR), emas moneter, dan tagihan lainnya.

Penentuan apa yang menjadi kom­ponen terbesar dalam cadangan devisa, prinsipnya berdasarkan pada tiga hal. yaitu, keamanan, likuiditas, dan profita bilitas. Keamanan jadi pertimbangan per tama.

Indonesia, menempatkan valu ta asin g menjadi komponen terbesar cadangan de­visa, berupa hard currency. Kebutuhan hard currency menjadi sa lah satu dasar pertim­

bangan pilihan ini. Stok valuta asing yang memadai juga

dapat memastikan stabilitas nilai tukar ru­piah akan terjaga dengan baik. Nilai tukar rupiah masih menjadi salah satu tolok ukur yang dilihat pihak asing, ketika menakar tingkat kepercayaan terhadap pemerintah.

Pemerintah dan swasta dalam men­jalankan kegiatannya pun membutuhkan kepastian pasokan valuta asing de ngan harga yang stabil. Menjadi tugas Bank Indo­nesia, untuk meyakinkan kecukupan sup lai dan harga valuta asing yang baik.

Nilai cadangan devisa berupa valuta asing yang besar, dapat membantu Bank Indonesia menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Termasuk menghadapi upaya­upa ­ya spekulatif pelaku pasar dalam mengejar keuntungan.

Di samping itu, kebutuhan investasi berbentuk valuta asing juga harus diperhi­tungkan Bank Indonesia. Kebutuhan dunia usaha atau pembayaran pinjaman peme­rintah maupun swasta juga pasti mening­katkan permintaan valuta asing.

Beragam dasar permintaan valuta a sing ini, mengarahkan Bank Indonesia me­nerapkan pengelolaan cadangan de visa dengan pola yang ada saat ini. Walau kilau emas tetap saja akan selalu menggoda, tetapi begitulah pilihannya. u

Pilah-pilih Cadangan Devisa...

DEDy IRIANTODepartemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat

123456789

1011121314151617181920

Cadangan Devisa Emas Moneter per 2011

Negara Miliar USDChina 3,305Jepang 1,303Arab Saudi 541Rusia 514Taiwan 386Brasil 371Swiss 335Korea Selatan 316India 293 Hong Kong 285Jerman 263Singapura 247Italia 187Algeria 186Perancis 185Thailand 180Meksiko 154Amerika Serikat 149Malaysia 135Inggris 126

D A

ulia

Ke pemilikan emas se­bagai cadangan devisa sangat bergantung pada pola perolehan cadangan devisa, dan kebutuhan negara dalam melakukan transaksi.

Page 14: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

14 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akan kem­bali melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI). Kali

ini untuk LKTBI Tahun 2012. Buku Panduan Fasilitasi Audit BPK di Bank Indonesia pun diluncurkan. Target penilaian wajar tanpa pengecua lian, dibidik.

“Pemeriksaan akan makan waktu 90 hari. Entry-meeting (pemeriksaan LKTBI 2012) akan dilaksanakan pada 4 Februari 2013,” kata Kepala Departemen Audit Intern (DAI) Bank Indonesia, Dyah Virgoana Gandhi, Selasa (29/1/2013). Pemeriksaan ini, merupakan kegi­tan rutin yang menjadi amanat dari uu Bank Indone­sia.

Buku Panduan Fasilitasi Audit BPK di Bank Indo­nesia, ujar Dyah, disusun agar semua pihak terkait dapat memahami rangkaian kegiatan audit otoritas pemeriksa keuangan itu. Paparan mengenai buku ini, digelar marathon pada 29 Januari ­1 Februari 2013, melibatkan seluruh pimpinan satuan kerja di Bank Indonesia.

Selain berkoordinasi terkait rencana pemerik­saan BPK, pertemuan juga membahas beberapa permasalahan satuan kerja pada periode pemerik­saan laporan sebelumnya. Dari pembahasan tersebut disimpulkan bahwa pembenahan dan pengecekan kembali kelengkapan dokumen, juga kesiapan nara­sumber yang bertugas memberikan penjelasan pada auditor BPK, harus dipersiapkan lebih baik.

Bila masih ada permasalahan ketika audit ber­langsung, DAI mempersilakan setiap satuan kerja un­tuk aktif berkomunikasi dengan Divisi Konsultasi Au­dit Intern DAI. Dengan persiapan dan koordinasi yang baik ini, diharapkan Bank Indonesia dapat memper­tahankan pencapaian opini ‘wajar tanpa pengecual­ian’ atas LKTBI. “Sebagaimana yang selalu diraih sejak 2003,” imbuh Dyah. u

Guyuran hujan tak menyurutkan kemeriahan Festival Karawo 2012, di pelataran parkir Mal Gorontalo, penghujung 2012. Karnaval Karawo, bagian dari festival, diikuti tak kurang 50

kontingen dengan melibatkan 1.200 orang dari beragam instansi dan latar belakang. Festival dan karnaval ini merupakan bagian dari upaya Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Gorontalo mengembangkan sulaman Karawo.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Wahyu Purnama, mengatakan pengembangan Karawo dan Festival Kara­wo diharapkan semakin mendekatkan keinginan Pemerintah dan masyarakat menjadikan Karawo sebagai ikon kebanggaan ma syarakat Provinsi Gorontalo. “(Sekaligus) mendorong pember­dayaan sektor riil dan uMKM di Gorontalo,” tegas Wahyu yang juga didaulat menjadi Ketua Panitia Festival Karawo 2012, saat pembu­kaan festival, Sabtu (8/12/2012).

Sulaman Karawo adalah kerajinan khas masyarakat Gorontalo. Terlacak sejarah keberadaannya sejak 1713, sulaman ini terancam punah. Dua tahun terakhir, Bank Indonesia Gorontalo berupaya mengembangkannya kembali, melalui Program Klaster Karawo. Bantuan teknis diberikan, mulai dari pelatihan pembukuan se­derhana, kewirausahaan, desain, mengiris dan menyulam, hingga padu­padan warna.

Bersama pendampingan teknis, dilakukan pula beragam so­siali sasi, promosi, dan pengembangan jejaring pemasaran. Situs untuk memasarkan produk sulaman Karawo juga diluncurkan, dengan alamat www.tokokarawo.com. Para pengusaha Karawo dapat menjual produk mereka melalui situs ini. Sulaman Karawo dapat menghasilkan produk dari wujud kain, sampai pakaian, tas, dasi, dompet, dan beragam kreasi lain.

Sejak dikembangkan Bank Indonesia, kreativitas sulaman karawo mengalami peningkatan pesat. Demikian juga angka pen­jualan, yang meningkat tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir. Apresiasi atas upaya Bank Indonesia mengembangkan kembali Karawo, disampaikan Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie.

Dukungan pun datang dari Kementerian Perindustrian. Festi­val Karawo akan masuk menjadi salah satu agenda program kerja pemberdayaan kementerian tersebut. “Mulai 2013,” sebut Dirjen IKM Kementerian Perindustrian, Euis Saedah, yang hadir dalam pembukaan festival. u

Festival Karawo 2012

Menghidupkan Ikon Gorontalo

pEr

IST

IWa

& H

um

an

IOr

a

Diluncurkan, Buku Panduan untuk Mempertahankan Opini Audit

Dok

BI

Dok

BI

Page 15: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

15EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

pEr

IST

IWa

& H

um

an

IOr

a

Bertepatan dengan 100 hari Joko Wi do­do menjabat Gubernur DKI Jakarta, 22 Januari 2013, Bank Indonesia bersama

lima bank penerbit e-money dan Pemerintah Daerah di kawasan Jakarta Raya meluncur­kan penggunaan e-ticketing untuk Trans­Jakarta. Sebelumnya, penggunaan tiket elektronik sudah berjalan untuk moda trans­portasi serupa di yogyakarta dan Solo.

“Interoperabilitas terbatas di sektor transportasi ini diharapkan dapat menjadi awal pencapaian interoperabilitas seluruh industri pembayaran di Indonesia” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas, saat peluncuran, di Monas. E-ticket ing Trans Jakarta adalah sarana pembayaran dan pembelian tiket moda transportasi TransJa­karta, menggunakan e-mo ney dari perban­kan.

Lima bank sudah mendukung e-ticket-ing TransJakarta. yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Central Asia, dan Bank Daerah Khusus Ibukota. Kartu e-money kelima bank terse­but akan dibaca oleh alat yang dipasang di koridor pintu masuk TransJakarta.

Tahap pertama, e-ticketing akan dite­rapkan pada TransJakarta Koridor 1, rute Blok M ­ Kota. Pada tahap ke dua, dijadwalkan pada Februari ­ April 2013, menyusul koridor selebihnya. “Ke depan, interoperabili tas ini akan diperluas dan menjadi contoh bagi penerap an di kereta api, jalan tol, parkir, dan lain sebagainya”, imbuh Ronald.

Keuntungan penggunaan e­tic keting bagi TransJakarta, antara lain adalah mengu­rangi kebocoran pendapatan dan menekan

biaya cash mana gement. Tujuan akhirnya, efisiensi serta peningkatan imag e kemuda­han dan kepraktisan pela yanan sektor trans­portasi publik.

Di berbagai negara, interoperabilitas di sektor transportasi merupakan cara ampuh untuk meningkatkan penggunaan uang elek tronik. Berdasarkan survei Bank Indone­

sia pada 2012, potensi penggunaan e-mo-ney di sektor transportasi dan ritel di wilayah Jabodetabek mencapai Rp24 triliun.

Data statistik Bank Indonesia mencatat saat ini ada sekitar 21 juta pemegang e-money di Indonesia. Nilai transaksi per tahun mencapai Rp90 juta, dengan nominal men­capai Rp1,7 triliun. u

Beli Tiket TransJakarta Bisa Pakai e-Money

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe memberi­kan bantuan dan membina kelompok Tani Lele “BINTER”. Sebagai langkah awal, dipenuhi kebutuh an untuk tambak

lele, terdiri atas bibit lele, mesin pence tak pelet, pompa air, tim­bangan, jaring pukat, dan pakan dari ukur an kecil sampai panen, di Desa Blang Weu Baroh Kecamatan Blang Mangat Kota Lhok­seumawe.

Masyarakat Blang Weu Baroh telah turun temurun menjadi petani ikan air tawar. Kondisi alamnya pun sa ngat cocok untuk pengembangan budi daya ikan air tawar. Masyarakatnya juga terampil memelihara ikan lele.

Maka, kelompok tani yang telah terbentuk dengan jumlah 10 orang anggota ini layak dikembangkan. Kepala Kantor Perwaki­lan Bank Indonesia Lhokseumawe, zulfan Nukman, mengatakan sudah ada kesepakatan terkait pengembangan jumlah anggota.

Setiap kali usai panen, anggota kelompok harus bertambah satu orang. Misal, awalnya kelompok memiliki 10 anggota. Setelah panen dan penyemaian bibit, anggotanya harus bertambah menjadi 11 orang, dan berlanjut lagi dengan pola serupa. “Hal ini bisa dilakukan melalui pembagian keuntungan hasil panen,” kata zulfan.

zulfan juga mengharapkan bantuan ini digunakan seba­gaimana mestinya, dan bisa me ningkatkan ekonomi Blang Weu Baroh. Diharapkan pula agar Desa Blang weu Baroh bisa menjadi desa penghasil lele terbesar di Lhokseumawe sekaligus mampu memenuhi permintaan pasar di Aceh. Harapannya, ke depan Kelompok Tani “BINTER” dapat menjadi cikal bakal klaster ikan lele di Kota Lhokseumawe. Terakhir, masyarakat pun berharap desa tersebut bisa menjadi desa percontohan bagi desa­desa yang lainnya. u

Pembinaan Kelompok Tani Lele ‘BINTER’

Dok

BI

Page 16: Menjaga Nilai Tukar Rupiah - bi.go.id · soalan ini lagilagi juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Beragam sudut pandang menyentil masalah ini, termasuk mengulik kembali efektivitas

16 EDISI 34 u JANuARI 2013 u TAHuN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

Ada yang bilang 2013 adalah tahun penuh ketidakpastian bila dilihat dari sudut pandang ekonomi. Per ekonomian global yang tak kunjung bangkit dari kelesuan, semenjak krisis ekonomi tahun 2008, masih belum jelas juntrungan­nya. Tapi, banyak pihak juga meyakini perekonomian In­

donesia masih akan baik­baik saja, seperti tahun­tahun sebelumnya. Nah, di awal tahun ini, Bank Indonesia se­

bagai salah satu penggawang perekonomian Indonesia, sudah melakukan “tera wangan” terhadap prospek perekonomian ke depan. Me neropong jalan yang akan dilalui mesin ekonomi bangsa ini.

Pertengahan Januari lalu, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyebutkan ada tiga tantangan utama bagi In do nesia, di te ngah optimisme terhadap pros pek pereko­nomian 2013. “Pertama, risiko yang bersum­ber dari masih tingginya ketidakpastian pe­mulihan ekonomi global dan harga komoditas yang dapat mengganggu kinerja ekspor Indo­nesia,” kata Darmin Nasution, saat memapar­kan rencana kerja bank sentral kepada DPR, di Jakarta.

Menurut Darmin, dalam kondisi tersebut, kuatnya permintaan domestik yang terus berlanjut dapat meningkatkan tekanan terhadap neraca transaksi berjalan. Dalam kalimat lain, penduduk Indonesia diharapkan tidak mengerem kegemaran berbe lanja agar roda perekonomian terus berputar kencang, agar barang­barang produksi dan jasa terus dikon­sumsi, agar lapangan pekerjaan bisa terus bertambah.

Tantangan kedua adalah konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang terus meningkat, di tengah semakin menurunnya produksi mi­nyak nasional. Kombinasi kedua faktor yang bertolak­belakang ini menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan kian besar.

Konsekuensi dari peningkatan konsumsi minyak ––karena me­ningkatnya jumlah kendaraan bermotor–– sangat jelas. yakni impor minyak akan semakin meningkat. “Sehingga semakin memperbesar defisit transaksi berjalan. Kami memandang tingginya konsumsi BBM serta besarnya subsidi BBM menjadi permasalahan sentral yang harus diatasi dengan segera,” kata Darmin Nasution.

Di samping itu, lanjut Darmin, meningkat­nya konsumsi BBM dapat meningkatkan be ban subsidi dalam APBN, yang dapat mem pengaruhi persepsi negatif mengenai ke­sinambungan fiskal. “Pada gilirannya, hal itu ke­mudian dapat memberikan tekanan pa da nilai tukar rupiah,” kata Darmin Nasution.

Lalu, tantangan yang ketiga adalah ke ter­gantungan terhadap impor yang tinggi, terkait pemenuhan kebutuhan barang mo dal dan ba­han baku. Menurut Darmin, ke ter gantungan impor dapat menimbulkan tekanan terhadap transaksi berjalan ketika kegiatan investasi te­rus mengalami pening katan. Meski demikian, tutur Darmin Nasution sejauh ini neraca pem­bayaran Indonesia masih surplus, meskipun tipis, disebabkan transaksi modal dan finansial masih surplus. “Surplus pas-pasan lah.”

Secara umum, Bank Indonesia menyim­pulkan bahwa pada tahun 2013 ini ekonomi Indonesia masih cukup stabil. Namun, tantangan yang dihadapi bakal kian berat karena harus tetap menjaga kestabilan ekonomi dalam negeri, di tengah situasi perekonomian eksternal atau global yang masih belum kon­dusif. “Di tengah optimisme prospek perekonomian 2013, tantangan utama adalah bagaimana meminimalisasi risiko­risiko yang dapat meningkatkan kerentanan atas kelangsungan pertumbuh an ekono­mi, terutama yang bersumber dari defisit ne raca transaksi berjalan,” ujar Darmin Nasution. u

TigaTantangan di 2013

Tantangan utama adalah bagaimana meminimalisasi risiko­risiko yang dapat meningkat­kan keren tanan atas kelang sungan per­tumbuhan ekonomi.

EKSp

OSE

Dok BI

Ekonomi Indonesia masih cukup stabil, namun tantangan yang dihadapi bakal kian berat mengingat situasi perekonomian global belum kondusif.