meningkatkan disiplin belajar siswa...

213
MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN REWARD STICKER PICTURED: STUDI TERHADAP KELAS II SDN PISANGAN 03 LEGOSO CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas II SDN 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh SITI KHODIJAH 111118300033 PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Upload: vanthuy

Post on 26-May-2018

253 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA

    DENGAN MENGGUNAKAN REWARD STICKER PICTURED:

    STUDI TERHADAP KELAS II SDN PISANGAN 03 LEGOSO

    CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN

    (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas II SDN 03 Legoso Ciputat Timur

    Tangerang Selatan)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    SITI KHODIJAH

    111118300033

    PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015

  • LEMBAR. PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    MENINGKATKAN DISIPLIN tsELAJAR SISWA DENGANMENGGUNAKAI.{ REWAND STICKER PICTURED: STUDI TERHADAP

    SISWA KELAS II SDN PISANGAN 03 T,EGOSO CIPUT.A.T TIMURTANGERANG SELATAN

    (Penelitian Tindakan Kelas pada sisrva kelas II sDN 03 Legoso Ciputat TiMurTangerang Selatan)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk MemenuhiPersyaratan Akademik Program Kualifikasi SI Kependidikan dan Mencapai

    GelaRSarjana Pendidikan Islam (S.pd.I)

    Oleh

    SITI KI{ODIJAII1111018300033

    Menyetujui

    '"frryT'

    Eri Rossatria, M.Ag.NIP: 1 94707 17 1966082001

    PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN SYARIF HIDAYATT]LLAHJAKARTA

    2015

  • t

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Skripsi berjudul "Meningkatkan Disiplin Belajar Sis.wa Dengan Menggunakan

    Reward Sticker Pictured: Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN Pisangan 03Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan" di susun oleh Siti Khodijah,1111018300033, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan

    Kependidikan Islam Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

    ihniah, serta berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang

    ditetapkan oleh fakultas.

    Jakarta, 2 Oktober 2015

    Yang Mengesahkun

    Pernbimbing

    rerDra. Eri Rossatria. M.Ae

    NrP. 1 94707 17 1966082001

  • LEMBAR PENGBSAHAN

    Skripsi berjudul "Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan MenggunakanReward Sticker Picttrred: Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN Pisangan 03 CiptrtatTimur Tangerang Selatan" disusun oleh Siti Khodijah, NIM 1111018300033,diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN SyarifHidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam l-Ijian Munaqosyah pada 16Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperolehgelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) dalarn bidang Pendidikan Guru MadrasahIbtidaiyah.

    J akarta, 2 I Oktober 20 1 5

    Ketua Panitia (Ketua Jurusan /Program Studi)

    Dr. Khalimi. M.Ag.NrP.196s0s1s 199403 1 006

    Sekretaris (Sekretaris Jurusan Prodi)

    Asep Ediana Latif, M.Pd.NIP. 19810623 2009t21 003

    Penguji I

    Nafia Wafiqni. M.Pd.NIP. 1981003 2009t2 2 004

    Penguji II

    Asep Ediana Latif. M.Pd.NrP. 1981,0623 200912 1 003

    MengetahuiDekan Fakul

    Prof. Dr. A

    Tanggal TandaTangan2^ / o/ zars-

    *(y["0

    /7 /to laos Wtt" (w[u^ W

    NIP. 1955 203 1 007

  • KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. t. H. Juanda No 95 Clputat 15412 lndonesia

    FORM (FR)

    No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066Tgl. Terbit ; 't Maret 2010No. Revisi: : 01Hal 1tl

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    I Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    Nama

    Tempat/tgl. Lahir

    NIM

    Jurusan/Prodi

    Judul Skripsi

    : Siti Khodiiah

    : Pati, I I Mei 1992

    :1111018300033

    :Kl/Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMD

    : Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa Dengan Menggunakan

    Reword Sticker Pictured Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso

    Ciputat Timur Tangerang Selatan

    : Dra. Eri Rosstria, M.AgDosen Pembimbing

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

    saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis

    Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda

    Oktolrer 2015

    wh

    I I 1 1018300033

  • i

    ABSTRAK

    Siti Khodijah, Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan Menggunakan

    Reward Sticker Pictured Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur

    Tangerang Selatan. Skripsi Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,

    Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN

    Syarif Hdayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Eri Rossatria, M.Ag.,

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan

    reward sticker pictured mampu meningkatkan disiplin belajar siswa kelas II SD.

    Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua

    siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tindakan,

    pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SDN Pisangan 03 Legoso

    Ciputat Timur Tangerang Selatan, kelas II yang berjumlah 30 siswa pada semester

    genap tahun ajaran 2014-2015. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non

    tes berupa lembar observasi aktifitas guru, lembar observasi aktifitas siswa,

    lembar wawancara guru, anecdotal record dan lembar ceklist disiplin belajar

    siswa. Teknik analisa data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik

    analisa data kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase dari sikap disiplin

    belajar bsiswa. Sedangkan teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk

    menyaring data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

    Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan reward sticker

    pictured mampu meningkatkan sikap disiplin belajar siswa kelas II SDN Pisangan

    03 Legoso Ciputat. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase rata-rata aktifitas

    guru siklus 1 sebesar 80.21% meningkat menjadi 88.61% pada siklus II dengan

    kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata hasil persentase aktifitas siswa siklus 1

    sebesar 79.99% dengan kategori baik dan meningkat menjadi 91.11% pada siklus

    II dengan kategori sangat baik. Selain itu, persentase sikap disiplin belajar siswa

    dari hasil ceklist disiplin belajarnya mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari

    hasil persentase siklus 1 sebesar 80.39% meningkat pada siklus II menjadi 91.65

    % dengan kategori sangat baik. Dari hasil wawancara guru menunjukkan respon

    positif terhadap penggunaan reward sticker pictured. Hal ini menunjukkan bahwa

    dengan menggunakan reward sticker pictured dapat meningkatkan sikap disiplin

    belajar siswa.

    Kata Kunci: Disiplin Belajar, reward sticker pictured.

  • ii

    ABSTRACT

    Siti Khodijah, Improving Learning Discipline Student With Use Reward

    Sticker Pictured: Study Of Students Grade II Elementary School Pisangan 03

    Legoso East Ciputat South Tangerang. Thesis Islamic Elemetary School

    Teacher Education Program, Department of Islamic Education, Faculty of

    Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah Islamic University in Jakarta.

    Supervisor: Eri Rossatria, M.Ag.

    This study aims to determine wether with use reward sticker pictured well

    to do improving learning discipline students of grade II elemetary school

    education. The research method used in this study was Classroom Action

    Research (CAR) using two cycles consists of the planning, implementation,

    observation, and reflection. Research subject are students of grade II who amount

    of 30 students in the second semester of the 2014-2015 school year. The

    instrument of research used is a non-test instrument in the form of teacher

    observation sheet activities, observation of student activity sheets, teacher

    questionnaire, anecdotal record and ceklist learning discipline sheets. Analysis

    using the quantitative descriptive analysis dan qualitative. Quantitative descriptive

    analysis techniques are used to know percentage from learning discipline

    students. Whereas qualitative descriptive analysis techniques are used to netted

    data from observation, interviews, and documentation.

    The result of study showed with used reward sticker pictured capable to

    improvement learning dicipline attitudemof studebts grade II elementary school

    Pisangan 03 Legoso Ciputat. This can to see of result percentage average teacher

    activity of cycle 1 is 80.21% increase to 88.61% of cycle II with category very

    good. Whereas result average percentage student activityof cycle I is 79.99% with

    category good and increase to 91.11% of cycle II with category very good. In

    addition to that, percentage learning discipline attitude from result learning

    discipline checklist experience upgrading. This can to sess result of average

    percentage cycle I is 80.39% increase to cycle II become 91.65% with category

  • iii

    very good. From interviews of techer of the cycle also received of the use reward

    sticker pictured can be increase learning discipline attitude students.

    Keyword: Learning discipline, Reward sticker picturred

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Bismilahirrahmanirrahim

    Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas semua

    limpahan karunia, taufik, Hidayah dan InayahNya. Shalawat serta salam

    senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. beserta

    keluarganya. Beliau adalah pembuka dan penyempurna agama Allah yang

    menjadi penutup para Nabi dan penyempurna risalah sebelumnya. Sang pemberi

    petunjuk jalan yang lurus menuju Allah SWT.

    Skripsi berjudul, Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan

    Menggunakan Reward Sticker Pictured : Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN

    Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan ini, disusun sebagai tugas

    akhir akademik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

    Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis tidak mungkin mampu

    menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga,

    fikiran maupun materi. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. Muhammad Thib Raya, M.A., Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah

    dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Dr. Khalimi, M.Ag. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Dra. Eri Rossatria, M.Ag., denga tulus dan ikhlas dalam memberikan

    nasehat, bimbingan, motivasi, kebaikan, doa-doa dan meluangkan waktu

    untuk membimbing dengan maksimal dan memberikan dukungan kepada

    penulis.

    4. Dr. Didi Supridjadi, MM., dosen Penasehat Akademik Program Studi

    Pendidikan Guru Madrasah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • v

    5. Keluarga besar SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang

    Selatan. Khususnya Ibu Eka Setiwati, S.Pd.I., Selaku wali kelas II B

    SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan.

    6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang

    telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan

    perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.

    7. Kepada kedua orang tua tercinta bapak Rubai dan ibu Sukami yang telah

    membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan berkarya

    untuk ummat dan bangsa.

    8. Teman-teman seperjuangan Hizmet Pasiad-Turki Indonesia, Melita

    Andriani, Sri Yulianingsih, Siti Bahriah, Mariati Mauli Bella Nisa,

    Fitriani dan teman-teman PGMI angkatan 2011 yang sangat inspiratif dan

    solid dalam merah mimpi bersama.

    9. Teruntuk Mas Bayu Wibowo, motivator dan inspirator yang memberikan

    dorongan yang luar biasa dan energi positif serta kesabarannya dalam

    mengarahkan dan memberikan masukan terbaik bagi penulis.

    Terimakasih atas kebaikan dan doa-doanya yang dipanjatkan kepada

    penulis. Semoga Allah memberikan balasan terindah dan kebahagiaan

    yang sempurna menurutNya. Semoga semua mimpi yang menjadi

    harapan akan indah pada wakttunya berkat kesabaran dan keikhlasan

    karenaNya.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan

    pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta

    masukan yang membangun sebagai perbaikan. Akhir kata, semoga

    skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

    pembaca.

    Jakarta, 1 Oktober 2015

    Siti Khodijah

  • vi

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK................................................................................................. i

    ABSTRACK............................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR................................................................................ iv

    DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL DAN GRAFIK............................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah............................................................. 8

    C. Pembatasan Masalah ........................................................... 11

    D. Perumusan Masalah.............................................................. 11

    E. Tujuan Penelitian.................................................................. 11

    F. Manfaat Penelitian................................................................ 11

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Disiplin Belajar

    1. Pengertian Disiplin........................................................... 13

    2. Pengertian Disiplin Belajar.............................................. 14

    3. Tujuan Disiplin Belajar Siswa......................................... 16

    4. Strategi Penerapan Disiplin............................................. 17

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa........ 22

    6. Fungsi Disiplin Belajar di Dalam Kelas........................ 25

    B. Hakikat Reward dalam Pendidikan

    1. Pengertian Reward ....................................................... 26

    2. Syarat-syarat Reward.................................................... 26

    3. Bentuk-bentuk Reward................................................. 29

    4. Reward Berupa Sticker Pictured.................................. 32

    C. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

    1. Pengertian Bahasa Indonesia....................................... 36

  • vii

    2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD.................. 36

    3. Karakteristik Bahasa Indonesia................................... 37

    4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia...... 38

    5. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia........... 39

    6. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia.................. 40

    D. Penerapan Reward dalam Pengendalian Disiplin Siswa

    1. Pengenalan Disiplin di Sekolah...................................... 42

    2. Pengenalan Hukuman di sekolah.................................... 46

    E. Hasil Penelitian yang Relevan........................................... 49

    F. Kerangka Berpikir.............................................................. 50

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 53

    B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian........ 53

    C. Subjek Penelitian.............................................................. 56

    D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian...................... 56

    E. Tahap Intervensi............................................................... 56

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan.................... 59

    G. Data dan Sumber Data..................................................... 59

    H. Instrumen Pengumpulan Data......................................... 59

    I. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 60

    J. Validasi Data................................................................... 64

    K. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Analisis................... 66

    L. Pengembangan Perencanaan Tindakan........................... 68

    BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, INTERPRETASI HASIL

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Objek Penelitian

    1. Gambaran Umum SDN Pisangan 03 Legoso................... 69

    2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Pisangan IV Legoso............ 70

    3. Keadaan Guru dan Karyawan ......................................... 71

    4. Keadaan Siswa Secara Umum.......................................... 73

    5. Sarana dan Prasarana........................................................ 73

  • viii

    B. DESKRIPSI DATA

    1. Pra Tindakan..................................................................... 74

    2. Perencanaan Tindakan...................................................... 75

    3. Tahap Pelaksanaan dan Pemberian Checklist Disiplin Belajar 77

    4. Pemeriksaan Keabsahan Data........................................... 80

    5. Data Hasil Tindakan......................................................... 80

    C. ANALISA DATA

    1. Lembar Observasi............................................................ 112

    2. Lembar Observasi Siswa................................................. 111

    3. Hasil Disiplin Belajar Siswa Melalui Cheklist ............... 115

    4. Hasil Wawancara............................................................ 118

    D. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN.................. 118

    E. KETERBATASAN PENELITIAN................................ 119

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan................................................................ 121

    B. Saran.......................................................................... 121

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 : Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

    Bahasa Indonesia kelas II

    Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................... 50

    Tabel 3.2 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi...................... 60

    Tabel 3.3 : Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi

    Guru dan Siswa........................................................................ 64

    Tabel 4.1 : Keadaan Guru dan Karyawan SDN Pisangan Tahun Ajaran

    2014- 2015 ............................................................................ 68

    Tabel 4.2 : Keadaan Siswa/Siswi SDN Pisangan 03 Ciputat Timur

    Tahun Ajaran 2014-2015........................................................ 70

    Tabel 4.3 : Sarana Prasarana SDN Pisangan 03 Ciputat Timur Tahun

    : Ajaran 2014-2015.................................................................... 71

    Tabel 4.4 : Instrumen Observasi- Checklist Sikap Disiplin

    Belajar Siswa kelas II B SDN Pisangan 03 Ciputat Timur..... 73

    Tabel 4.5 : Kondisi Sikap Belajar Siswa Sebelum Diterapkannya

    Reward Sticker Pictured.......................................................... 75

    Tabel 4.6 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa

    pertemuan ke 1....................................................................... 80

    Tabel 4.7 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa

    pertemuan ke II....................................................................... 83

    Tabel 4.8 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa

    pertemuan ke III..................................................................... 85

    Tabel 4.8 : Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus 1................................ 87

    Tabel 4.9 : Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1.............................. 88

    Tabel 4.10 : Hasil Disiplin Belajar siswa siklus 1..................................... 90

    Tabel 4.11 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa

  • x

    siklus 2 pertemuan ke I..................................................... 96

    Tabel 4.12 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar

    siswa siklus 2 pertemuan ke II ....................................... 98

    Tabel 4.13 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar

    siswa siklus 2 pertemuan ke III ...................................... 101

    Tabel 4.14 : Hasil Observasi Guru Siklus II........................................ 102

    Tabel 4.15 : Hasil Observasi Siswa Siklus II...................................... 104

    Tabel 4.16 : Hasil Disiplin Belajar Siswa Siklus II............................. 106

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 : Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas..................... 53

    Gambar 4.1 : Foto kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan ke I........ 79

    Gambar 4.2 : Foto Kegiatan Pembelajaran siklus I pertemuan ke II...... 83

    Gambar 4.3 : Foto Kegiatan Pembelajaran siklus 1 pertemuan 3 .......... 84

    Gambar 4.4 : Foto kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke I........ 95

    Gambar 4.5 : Foto kegiatan pembelajaran siklus 2 pertemuan ke II....... 97

    Gambar 4.6 : Foto kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke III..... 100

    Gambar 4.7 : Diagram Persentase Aktifitas Guru Siklus 1..................... 109

    Gambar 4.8 : Diagram Persentase Rata-rata Aktifitas Guru

    Siklus 1 dan II................................................................... 109

    Gambar 4.9 : Diagram Persentase Rata-rata Aktifitas Guru

    Siklus 1 dan II.................................................................... 110

    Gambar 4.10 : Diagram Persentase aktifitas siswa siklus I....................... 111

    Gambar 4.11 : Diagram Persentase aktifitas siswa siklus II..................... 111

    Gambar 4.12 : Diagram Rata-rata Persentase aktifitas siswa

    siklus 1 dan II.................................................................... 112

    Gambar 4.13 : Diagram Persentase Perubahan Sikap Disiplin Belajar

    Siswa siklus 1 dan siklus II............................................... 115

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    A. Perangkat Pembelajaran

    1. RPP, LKS dan Materi

    2. RPP, LKS dan Materi

    B. Instrumen Penelitian

    1. Lembar wawancara guru

    2. Lembar Observasi Aktifitas Guru

    3. Lembar Observasi Aktifitas Siwa

    4. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Guru

    5. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Siswa

    6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

    7. Uji Validitas Instrumen

    8. Lembar Checklist Disiplin Belajar Siswa

    9. Catatan Anecdotal record

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan

    manusia. Dengan adanya pendidikan manusia memiliki pengetahuan dan

    pengalaman yang baik dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, pendidikan

    merupakan usaha masyarakat untuk mempersiapkan generasi-generasi selanjutnya

    agar memiliki nilai-nilai yang luhur dan mewarisi budaya bangsa yang

    bermartabat. Nilai-nilai luhur tersebut dapat terintegrasi pada diri peserta didik

    dengan adanya pendidikan karakter sehingga mampu meningkatkan kualitas dan

    mutu pendidikan bangsa yang akan datang.

    Undang-Undang Negara di Indonesia dalam bidang pendidikan dapat

    dijadikan pedoman dalam proses pelaksanaannya. Undang-Undang Republik

    Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) di

    Indonesia mengatakan bahwa:

    Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan

    bertanggung jawab.1

    Dari undang-undang tersebut, sangat jelas bahwa tujuan pendidikan di

    Indonesia adalah membentuk karakter dan kepribadian peserta didik dengan nilai-

    nilai yang luhur agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu, dan

    menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta demokratis. Dengan

    demikian menjadi tugas bersama terutama sekolah dalam merealisasikan tujuan

    pendidikan nasional tersebut. E. Mulyasa dalam bukunya Manajemen PAUD

    mengatakan bahwa karakter memegang peranan yang penting dalam berbagai

    aspek kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh

    1Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    (Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), cet ke-3, h. 12

  • 2

    karenaitu, pendidikan karakter memegang peranan yang sangat penting dan akan

    mewarnai perkembangan kepribadian peserta didik secara keseluruhan.2

    Sedangkan menurut E. Mulyasa menekankan konsep pendidikan

    karakter, bahkan belajar dapat diartikan sebagai ibadah untuk mencari ridho

    Allah, dalam rangka mengantarkan manusia memperoleh kebahagiaan hidup di

    dunia dan akhirat, serta untuk melestarikan nilai-nilai Islam dan tidak sekedar

    menghilangkan kebodohan. 3

    Dengan demikian karakter peserta didik akan tercermin melalui

    pendidikan yang diperolehnya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun

    lingkungan sekitar. Lingkungan sekolah memiliki peranan yang cukup besar

    dalam membangun pendidikan yang berkarakter. Salah satu karakter yang dapat

    dibangun dan dibiasakan adalah sikap disiplin. Nilai-nilai kedisiplinan perlu

    dibangun dan dikembangkan sedini mungkin mengingat disiplin memegang

    peranan yang sangat penting. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan

    perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Oleh karena itu,

    kedisiplinan harus ditanamkan demi tercapainya tujuan pendidikan.

    Pihak-pihak yang terkait seperti sekolah, keluarga, dan masyarakat ikut

    membantu menananamkan karakter disiplin dengan baik. Kedisiplinan hendaknya

    diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang

    telah ditetapkan sehingga jika disiplin sudah menjadi sebuah karakter maka tujuan

    pendidikan akan tercapai dan mendapatkan hasil yang maksimal. Sebaliknya

    siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah akan mendapatkan

    hukuman atau sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Dengan

    demikian, jika sekolah mampu menerapkan tata tertib dengan baik dan konsisten

    maka kedisiplinan akan menjadi sebuah budaya dan karakter yang tercemin pada

    perilaku siswa.

    Selanjutnya, disiplin dapat terwujud dengan adanya pembiasaan. Salah

    satu alat pendidikan yang dapat digunakan dalam membentuk disiplin yaitu

    dengan pemberian reward dan punishment. Reward dapat diberikan kepada anak-

    2 H.E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosda karya), cet III, h. 67.

    3Ibid., h, 69.

  • 3

    anak yang menunjukkan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, baik dari segi

    prestasi kepribadiannya (kelakuannya, kerajinannyadan sebagainya) maupun

    dalam prestasi belajarnya.

    Menurut Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul Mendidik dan

    Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah bahwa Reward diharapkan dapat

    memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak disiplin diri akan

    membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.4 Dengan

    demikian teknik mendisiplinkan anak dengan menggunakan reward bertujuan

    agar peserta didik memiliki disiplin diri dalam lingkungan sekolah. Jika disiplin

    dilakukan secara terus menerus maka akan mengarahkan peserta didik untuk

    konsisten dan berprilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

    Selain itu Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum ad-din yang dikutip oleh

    Muhammad Abu Nadlir menulis, "Jika pada seseorang anak menonjol akhlak baik

    dan perbuatan terpujinya, maka ia patut dimuliakan, digembirakan dan dipuji di

    depan orang banyak untuk memberikan semangat berakhlak mulia dan berbuat

    terpuji." Memuliakan anak dan memberi semangat dengan hadiah atau dengan

    ucapan yang manis sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh ath-

    Thabrani, "Saling memberi hadiahlah agar kalian saling mencintai."5

    Oleh karena seorang siswa yang rajin, berakhlak baik, dan yang dapat

    menjalankan kewajiban, layak memperoleh hadiah dari gurunya. Kala itulah, anak

    itu akan menemukan jiwanya senang menerima itu di hadapan teman-temannya.

    Sebab, pada usia pelajar, jiwa seorang anak lebih dipenuhi insting suka memiliki.6

    Karakter setiap manusia, terutama anak (peserta didik), pasti lebih menyukai

    mendapat penghargaan yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud. Dan ia

    pun akan berusaha keras mendapatkannya. Karena itu, seorang guru hendaknya

    merespons apa yang disukai seorang anak. Guru harus bisa memberikan hadiah-

    hadiah tersebut pada kesempatan yang tepat.

    4 Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT

    Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47

    5 Muhammad Abu Nadlir, Perlunya Penghargaan Bagi Siswa, (Jakarta: Jurnal Nasional, 2012). Diunggah pada 25 februari 2015 pukul 20.33.

    6 Ibid., h. 4.

  • 4

    Namun hal tersebut berbeda dengan kenyataan pendidikan yang ada di

    Indonesia. Banyak sekali kita temui permasalahan dalam pendidikan terkait

    reward dan punishment yang belum tepat dalam pembentukan karakter peserta

    didik. Menurut Lickona yang dikutip oleh Anas Salahudin dalam bukunya yang

    berjudul Pendidikan Karakter mengatakan bahwa

    Terdapat sepuluh tanda penurunan karakter bangsa yaitu (1)

    meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) pengaruh peer group

    yang kuat dalam tindak kekerasan, (3) penggunaan kata-kata buruk, (4)

    meningkatnya perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman

    moral, (6) menurunnya etos kerja, (7) rendahnya rasa hormat kepada

    guru dan orang tua, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan

    masyarakat, (9) membudayanya ketidakjujuran, (10) adanya rasa curiga

    dan kebencian di antara sesama.7

    Selain itu, metode yang digunakan juga bermacam-macam misalnya

    memberi hukuman yang dianggap setimpal karena tidak mematuhi perintah

    pendidik. Pendidik merasa mempunyai kewenangan penuh terhadap metode

    pengajaran yang ia yakini dapat membantu keberhasilannya dalam mendidik.

    Sehingga peserta didik cenderung merasakan keterpaksaan bukan atas kesadaran

    bahwa pendidikan itu juga adalah kebutuhan bagi mereka.

    Metode pengajaran tersebut kurang tepat karena dapat mengganggu

    psikologi anak dan akan berpengaruh pada perkembangan anak ke depannya.

    Sangat sedikit guru yang sadar ataupun memiliki bekal dalam hal mendidik.

    Banyak guru menjadi ditakuti oleh muridnya karena metode yang kurang tepat

    misalnya dengan paksaan dan kekerasan sehingga suasana proses belajar mengajar

    tak ubahnya seperti pendidikan militer yang penuh dengan tekanan psikologis.

    Hal ini juga yang sering dimanfaatkan oleh guru yang kurang kompeten dan

    mengancam tidak meluluskan atau memberi nilai jelek sehingga tega melakukan

    kekerasan kepada anak didiknya sendiri.

    Di Indonesia, pendidikan kognitif lebih dominan dibandingkan dengan

    pendidikan karakter. Padahal kedua hal tersebut sangat penting untuk mencetak

    generasi muda yang cerdas bukan saja dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam

    7Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013). h. 35

  • 5

    hal sikap dan perilaku yang humanis.8 Berbeda dengan negara-negara lainnya

    yang sistem pedidikannya sudah maju seperti Finlandia dan Jepang. Mereka

    menerapkan sistem pendidikan yang memiliki keseimbangan antara pendidikan

    kognitif dan pendidikan karakter. Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk berkasih

    sayang, jujur, disiplin, bersikap adil, dan bertanggungjawab terhadap diri mereka,

    manusia dan lingkungan sekitarnya.

    Selain itu, orang tua maupun guru sering merasa kesulitan dalam

    menanamkan kedisiplinan terhadap anak. Jika anak tidak mengikuti atau

    mematuhi peraturan yang ada mereka lebih banyak menggunakan hukumann

    kepada anak atau sebaliknya terlalu mengumbar reward dengan mengiming-

    iminginya hadiah yang berlebihan. Hukuman yang diberikan kepada anak dalam

    upaya mendisiplinkan anak secara tidak langsung menjadikan pribadi anak

    terbelenggu dan tidak percaya diri. Namun reward yang diberikan tidak boleh

    berlebihan karena hal tersebut akan menjadikan anak meremehkan usaha dan

    tidak bertanggung jawab. Hukuman dan hadiah dapat digunakan dalam upaya

    mendisiplinkan peserta didik. Namun reward dan punishment harus diberikan

    pada situasi yang tepat dengan tujuan untuk mendidik mereka.

    Menurut Severe, stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi

    anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat

    mengembangkan sikap disiplin dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika

    mereka mampu bersikap disiplin baik dalam proses pembelajaran maupun di luar

    pembelajaran. Menurut Severe kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau

    memotivasi anak, mengingat peraturan dan belajar bertanggung jawab.9

    Menurut Putri rahayu dalam jurnalnya menjelaskan bahwa stiker

    memberikan umpan balik positif yang segera terhadap prestasi anak

    sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan dan motivasi internal yang

    dapat mengembangkan rasa percaya diri dalam anak. Kita dapat melihat

    semangat dalam mata mereka ketika mendapatkan stiker dengan gambar

    muka-muka yang lucu. Selain itu, stiker dapat mendorong anak untuk

    bersikap proaktif dan membuat rencana. Stiker meningkatkan jumlah

    8 Qory Dellasera, Hari Pendidikan Nasional, (Jakarta: Jurnal Nasional, 20014).

    9 Putri Rahayu , Pengaruh Penerapan Reward Terhadap Percaya Diri Anak Kelompok B

    di TK Nglanduk 01 Madiuan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunggah pada hari

    selasa pukul 15.40

  • 6

    interaksi positif antara guru dan anak. Alat ini memberi catatan sehingga

    guru dapat mengevaluasi kemajuan yang menunjukkan perilaku apa yang

    meningkat dan mana yang perlu ditingkatkan. Teknik ini mendorong

    anak untuk berhasil dan mendapatkan stiker yang sebanyak-banyaknya.10

    Dengan demikian mereka akan memahami bahwa dengan menaati

    peraturan dengan baik dan memiliki semangat belajar yang tinggi akan

    mendapatkan ganjaran yang menyenangkan dan penghargaan yang baik.

    Sebaliknya jika ia tidak menaati peraturan dengan baik maka akan mendapatkan

    ganjaran yang tidak menyenangkan dan merugikan diri sendiri.

    Dalam menerapkan tata tertib dan peraturan yang berlaku di sekolah, tidak

    semua peserta didik dapat melaksanakan tata tertib dan peraturan yang berlaku di

    sekolah dengan baik. Berdasarkan pengamatan penulis dalam kegiatan proses

    pembelajaran di kelas II di SDN III Pisangan Ciputat Timur semester II masih

    terdapat beberapa sikap yang menunjukkan ketidakdisiplinan baik dalam proses

    pembelajaran atau di luar pembelajaran. Masalah-masalah tersebut diantaranya:

    Berdasarkan pengamatan atau observasi pendahuluan selama satu minggu

    dengan menggunakan anecdotal record saat kegiatan pembelajaran berlangsung,

    terdapat beberapa sikap yang menunjukkan rendahnya kesadaran akan

    kedisiplinan dalam belajar.

    Tabel 1.1

    Kondisi Sikap Belajar Siswa Sebelum Diterapkannya Reward Sticker

    Pictured

    No Aspek Sikap Kedisiplinan Kondisi Awal

    1 Keaktifan, kepatuhan, dan

    ketaatan dalam masuk

    sekolah

    Masih terdapat 2-5 siswa yang datang

    terlambat di setiap harinya berdasarkan

    absen kelas

    Terdapat 3 siswa yang memiliki semangat

    yang rendah dalam masuk sekolah, hal

    tersebut terlihat dari jumlah tidak hadirnya

    10 Rahayu Putri, Pengaruh Penerapan Reward Terhadap Percaya Diri Anak Kelompok B di TK Nglanduk 01 Madiuan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunggah pada hari

    selasa pukul 15.40

  • 7

    mereka di absen kelas

    Masih banyak siswa yang kurang

    menyadari akan kedisiplinannya dalam

    masuk kelas tepat waktu setelah istirahat,

    misalnya terdapat siswa yang jajan ketika

    bel berbunyi dan bermain dengan teman-

    temannya di luar kelas

    2 Disiplin dalam mengerjakan

    tugas

    Ketika guru memberikan tugas, terdapat

    4-6 yang siswa tidak langsung

    mengerjakannya mereka malah bercanda

    dan gaduh di dalam kelas sehingga

    mengganggu teman lainnya.

    Ketika waktu telah selesai dalam

    mengerjakan tugas, terdapat 6 siswa yang

    sering terlambat mengumpulkannya

    karena kurang fokus terhadap tugasnya

    Kemandirian dalam mengerjakan tugas

    masih kurang.

    3 Mengikuti pelajaran di

    sekolah dengan aktif,

    teratur, dan tertib sesuai

    ketentuan untuk mencapai

    tujuan belajar

    Saat proses pembelajaran berlangsung, 10

    dari siswa yang masih menggunakan

    waktu belajarnya untuk bermain-main.

    Ketika kegiatan diskusi berlangsung,

    terdapat beberapa siswa yang mengobrol

    di luar topik pembelajaran

    Keaktifan dalam merespon umpan balik

    guru masih kurang

    Saat kegiatan belajar mengajar

    berlangsung, masih banyak dari siswa

    yang tidak duduk tenang di tempat

    masing-masing.

  • 8

    4 Mentaati tata tertib sekolah

    dengan penuh kesadaran

    Masih terdapat siswa yang memakai

    seragam tidak sesuai dengan harinya

    Terdapat beberapa siswa yang acuh

    dengan kerapihan seragamnya.

    Masih adanya peserta didik yang acuh

    ketika kondisi kelas kotor

    Terdapat beberapa siswa yang

    mengucapkan kata-kata yang kotor saat

    proses pembelajaran berlangsung

    Masih terdapat siswa yang membuang

    sampah tidak pada tempatnya

    Masih banyak siswa yang meminjam alat

    tulis, baik berupa pensil, penghapus atau

    rautan sehingga mengurangi konsentrasi

    dan kedisiplinan dalam belajar. Selain itu

    masih terdapat 2-6 siswa yang sering lupa

    membawa buku pelajaran.

    Dari tabel di atas, dapat kita amati bahwa kondisi disiplin belajar siswa

    masih rendah dan membutuhkan perhatian. Oleh karena itu peneliti berusaha

    untuk menangani dengan tujuan memperbaiki dan menyadarkan siswa akan

    pentingnya kedisiplinan dalam belajar.

    Dengan adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut, perlu adanya alat

    kontrol pendidikan salah satunya adalah reward (penghargaan) dan Punishment

    (peringatan). Reward dapat diberikan bagi siswa yang mematuhi seluruh

    peraturan dan tata terib dengan baik dan konsisten. Sedangkan punishment

    diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan dan mengulanginya kembali

    setelah peringatan itu diberikan. Penerapan reward dan punishment merupakan

    suatu upaya yang dapat dilaksanakan di sekolah demi tercapainya sebuah

    kedisiplinan terhadap tata tertib atau peraturan-peraturan sekolah. Apabila tata

    tertib tersebut dilaksanakan dengan baik dan teratur, maka tujuan pendidikan baik

  • 9

    berupa tujuan institusional (kelembagaan), tujuan kurikuler (bidang studi),

    maupun tujuan intruksional (pengajaran) akan mendapatkan hasil yang baik pula.

    Reward yang baik dalam pendidikan adalah reward yang mampu

    memberikan nilai-nilai yang mampu mendidik siswa. Tidak menimbulkan iri hati,

    siswa tidak berorientasi pada reward yang diberikan oleh guru dan siswa tidak

    merasa dibedakan antara siswa yang mendapatkan reward dengan siswa yang

    tidak mendapatkan reward. Karena esensi dari disiplin sendiri adalah

    membiasakan diri untuk menataati peraturan tata tertib dan patuh pada berbagai

    ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Menurut Severe,

    stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi anak sehingga stiker

    menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat mengembangkan sikap disiplin

    dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika mereka mampu bersikap disiplin

    baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Menurut Severe

    kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau memotivasi anak, mengingat

    peraturan dan belajar beretanggung jawab.11

    Pemberian reward stiker bergambar merupakan salah satu cara yang

    dapat digunakan untuk memberikan efek atau pengaruh terhadap sikap disiplin

    belajar peserta didik dengan cara menempelkan pada papan prestasi dengan tujuan

    untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan sikap disiplin belajarnya.

    Reward dan punishment yang diberikan memiliki dua cara, yang pertama bersifat

    umum misalnya memberikan pujian, menepuk pundak, memberikan hadiah

    berupa materi dan lainnya. Punishment dapat diberikan dengan memberikan

    nasehat, bermuka masam, menegurnya dan lain-lain.

    Menurut teori Behaviorisme mengatakan bahwa manusia belajar karena

    pengaruh lingkungan. Belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi melalui

    proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Oleh karena itu lingkungan

    yang sistematis, teratur dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus)

    yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan

    11 Rahayu Putri, Pengaruh Penerapan Reward Terhadap Percaya Diri Anak Kelompok B

    di TK Nglanduk 01 Madiuan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunggah pada hari

    selasa pukul 15.40

  • 10

    respon yang sesuai. Menurut Ivan Pavlov dalam hukumnya Clasical

    Conditioning, berbicara tentang stimulus yang dipersyaratkan (conditional

    refleks) untuk memberikan respons yang diharapkan oleh lingkungan sesuai

    dengan tuntutan lingkungan (refleks yang dikondisikan).12

    Dengan demikian

    membutuhkan pembiasaan dalam penanaman sikap disiplin peserta didik secara

    konsisten.

    Dari berbagai permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan

    Menggunakan Reward Sticker Pictured : Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN

    Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka ada

    beberapa masalah yang dlapat diidentifikasi sebagai berikut:

    1. Pendidikan lebih menekankan pada aspek kognitif dari pada pendidikan

    karakter

    2. Penggunaan punishment yang tidak tepat sering mengalami permasalahan

    yang berkepanjangan

    3. Pemberian reward yang tidak sesuai dengan usaha siswa menjadikan siswa

    meremehkannya.

    4. Penggunaan metode pengajaran yang belum tepat dalam upaya

    mendisiplinkan anak

    5. Disiplin belajar siswa masih rendah

    6. Kurang tepatnya penggunaan strategi dan teknik dalam menerapkan

    disiplin di sekolah dasar masih rendah.

    7. Kurangnya penggunaan Reward dalam upaya membina dan

    mengembangkan disiplin belajar

    8. Masih banyak guru yang kurang memperhatikan penggunaan reward dan

    punishment yang tepat

    12Conny R. Semiawan, Belajar dan pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar,

    (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 3.

  • 11

    C. Pembatasan Masalah

    Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis

    membatasi permasalahan tersebut pada Penggunaan reward sticker pictured

    dalam upaya meningkatkan disiplin belajar siswa pada pembelajaran Bahasa

    Indonesia di kelas II SDN Pisangan 03 Ciputat Timur Tangerang Selatan.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka penulis

    merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam penelitian yaitu:

    Bagaimana implementasi dari pemberian reward sticker pictured dapat

    meningkatkan disiplin belajar siswa di kelas II SDN III Pisangan Legoso Ciputat

    Timur.

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan masalah-masalah yang telah dibahas di atas, maka tujuan

    penelitian ini yaitu:

    Untuk mengetahui apakah dengan pemberian reward stiker bergambar dapat

    meningkatkan disiplin belajar siswa kelas II di SDN 03 Pisangan Legoso Ciputat

    Timur.

    F. Manfaat Penelitian

    1. Secara teoritis:

    a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dari khazanah

    keilmuan dan pedoman dalam pembelajaran terhadap siswa guna

    meningkatkan disiplin dan hasil belajarnya

    b. Sebagai sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan sebagai referensi

    untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian

    ini.

    2. Secara Praktis:

    a. Dapat memberikan kontribusi yang baik pada sekolah, baik bagi sekolah

    ini maupun sekolah lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas

    pembelajaran atau pendidikan,

  • 12

    b. Bagi pendidik mampu memberikan gambaran penggunaan reward dengan

    tepat sehingga pengajaran di dalam kelas dapat memberikan dampak

    yang positif.

  • 13

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Disiplin Belajar

    1. Pengertian Disiplin

    Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa disiplin berasal dari kata disciple

    yakni seorang yang belajar dari atau suka rela mengikuti seorang pemimpin.

    Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang

    belajar dari mereka cara hidup menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi

    disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui

    kelompok.13

    Selain itu, menurut Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti dari disiplin

    ialah mendidik, menuntun, dan mengarahkan anak dalam hidupnya dan dalam

    masa pertumbuhan serta perkembangannya.14

    Sama halnya dengan Suharmisi

    yang dikutip oleh singgih tego saputro dan pardiman mengatakan bahwa disiplin

    merupakan sesuatu tentang pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk

    aturan di mana aturan tersebut diterapkan oleh orang yang bersangkutan atau

    berasal dari luar.15

    Sedangkan disiplin menurut Djamarah adalah "Suatu tata tertib yang dapat

    mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Kedisiplinan mempunyai

    peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya

    belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan,

    13 Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 82 14Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Panduan Praktis Bagi Orangtua, (Jakarta:Dahara Prize, 1989). Cet. Ke-1, h. 11

    15 Singgih Tego Saputra dan pardiman, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 2012, h. 78-97

  • 14

    disamping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, serta bakat siswa itu

    sendiri.16

    Sedangkan disiplin menurut Emile Durkheim yang dikutip oleh Thomas

    Lickona bahwa disiplin bukanlah sesuatu alat sederhana yanng bisa digunakan

    untuk menciptakan kedamaian semu di dalam kelas, Disiplin adalah moralitas

    kelas sebagai sebuah masyarakat kecil.17

    Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah

    suatu sikap yang perlu dibangun, diupayakan, baik atas kesadaran sendiri, karena

    paksaan, sanksi atau hukuman dengan tujuan untuk mematuhi peraturan-

    peraturan, nilai-nilai baik yang bersifat formal maupun tidak sehingga tercipta

    sebuah tanggung jawab dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan tertata.

    2. Pengertian Disiplin Belajar

    Disiplin belajar sangat dibutuhkan bagi peserta didik dalam mencapai

    pengetahuan dan kompetensi yang akan dimilikinya. Namun, disiplin belajar tidak

    mudah didapatkan melainkan membutuhkan latihan dan pembiasaan. Menurut

    Fani Julia Fiana dalam jurnalnya Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam

    Pelayanan Bimbingan Konseling menjelaskan bahwa disiplin pengaturan waktu

    belajar pada kategori baik ditandai dengan adanya penggunaan waktu yang efektif

    dan efisien, penyusunan jadwal pelajaran, adanya pengaturan waktu untuk belajar

    dan kegiatan ekstra kurikuler, penggunaan waktu istirahat yang tepat sehingga

    tidak mengganggu proses pembelajaran.18

    Sedangkan menurut Sumardi Surya Brata disiplin belajar: (a) Belajar

    membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual mampu

    potensial), (b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan

    baru, (c) perubahan itu terjadi dengan usaha. Jadi belajar adalah suatu

    upaya yang akan membawa individu kepada suatu perubahan. Perubahan

    tersebut tidak hanya bertambahnya ilmu pengetahuan namun juga dalam

    bentuk kecakapan, keterampilan sikap, pengertian, harga diri dan

    penyesuaian diri. 19

    16Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002). h. 12

    17 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi

    Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media 2013). h. 147

    18Fani Julia Fiana, Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan

    Bimbingan Konseling, (Jurnal Ilmiah Konseling, April 2013).

    19 Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Press, 1990), Cet. 1, h. 232

  • 15

    Selanjutnya pengertian belajar menurut Slameto ialah suatu proses usaha

    yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

    baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungannya. Sedangkan dimaksud disiplin belajar adalah pernyataan

    sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar

    dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan sekolah maupun di rumah.

    20

    Selain itu, menurut Slameto terdapat empat macam disiplin belajar yang

    dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu:

    (1) disiplin peserta didik masuk sekolah diantaranya, keaktifan, kepatuhan, dan ketaatan dalam masuk sekolah. (2) Disiplin dalam

    mengerjakan tugas. (3) Disiplin dalam mengikuti pelajaran di

    sekolah, adanya keaktifan, keteraturan, ketentuan, dan ketertiban

    dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujauan belajar.

    (4) disiplin dalam menaati tata tertib, yakni kesesuaian tindakan

    peserta didik dengan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran. 21

    Selain itu, Disiplin belajar adalah pengendalian diri siswa terhadap bentuk-

    bentuk aturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh

    siswa yang bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan

    tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar, baik disiplin di rumah, di

    sekolahdengan tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan tujuan dari proses

    belajarnya22

    . Jadi disiplin belajar harus timbul dalam diri seseorang dengan

    bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga ia mampu bertinteraksi dengan

    lingkngannya dengan baik.

    Sedangkan belajar adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan

    tujuan untuk melakukan perubahan sehingga kualitas seseorang dapat meningkat.

    Melalui belajar seseorang akan mengetahui keadaan dirinya dan mampu menjalani

    kehidupannya dengan baik. Namun, belajar yang konsisten dan teratur yang

    20Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2003). H. 67

    21 Ibid., 87 22

    Singgih Tego Saputra dan pardiman, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 2012, h. 81

  • 16

    mampu merubah seseorang sehingga membutuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri

    akan muncul melalui sikap disiplin belajar yang sungguh-sungguh sehingga

    mampu mengontrol diri dan mengendalikan pikirannya.

    Dengan demikian, disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

    Jika disiplin sudah tertanam dengan baik maka akan tercipta sebuah peradaban

    yang bermartabat. Terkait dengan kedisiplinan dalam belajar bahwa seorang siswa

    harus memiliki sikap disiplin dalam belajar. Mengerjakan tugas yang diberikan

    oleh guru, menaati semua peraturan sekolah, mendengarkan penjelasan guru

    dengan baik, manaati dan mengikuti kegiatan sekolah, masuk sekolah tidak

    terlambat, dan menaati kegiatan belajar di rumah.

    3. Tujuan Disiplin Belajar Siswa

    Disiplin belajar merupakan karakter yang sangat penting dan perlu dibangun

    terutama bagi peserta didik. Dengan adanya sikap tersebut, akan menjadikan

    siswa belajar lebih maju, belajar lebih baik di sekolah, di rumah dan di

    perpustakaan. Agar siswa disiplin, maka seluruh guru dan staf yang ada di sekolah

    memberikan contoh dan mmapu bersikap diisplin dengan baik.

    Menurut Sylvia Rimm menjelaskan bahwa disiplin bertujuan mengarahkan

    anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi

    masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan,

    kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan

    penuh kasih sayang.23

    Rachman mengatakan bahwa secara rinci kegunaan atau pentingnya

    disiplin bagi diri siswa , yaitu:

    1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang 2) Membantu siswa memahamidan menyesuaikan diri dengan tuntutan

    lingkungan

    3) Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah 4) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar 5) Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif

    dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.24

    23Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), h. 47

    24

    Fani Julia Fiana, Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan Konseling, (Jurnal Ilmiah Konseling, April 2013).h. 27

  • 17

    Menurut Anas Salahudin mengatakan bahwa disiplin membutuhkan

    pengawasan yang transparan dengan tujuan agar menjadikan peserta didik lebih

    berkualitas, memiliki karakter yang agung, dan penuh dengan pesona diri yang

    tampil menjadi suri tauladan masyarakat terutama masyarakat modern.25

    Sikap

    disiplin dapat tumbuh dan menjadi karakter yang sangat baik jika dilaksanakan

    dengan sepenuh hati dan atas dasar kesadaran diri sendiri.

    Sebaliknya jika sikap disiplin tidak atas dasar kesadaran diri sendiri dan tidak

    dengan sepenuh hati maka akan menghasilkan sikap disiplin yang lemah. Disiplin

    menjadi sikap yang sangat penting bagi seseorang terutama bagi peserta didik

    dalam proses pembelajaran. Menurut Charles Schaefer mengatakan bahawa tujuan

    kedisiplinann dalam belajar adalah memberikan pola tingkah laku yang benar,

    juga untuk mengembangkan kontrol dan arah, misalnya berbuat sesuatu tanpa

    harus diarahkan kepada orang lain (kontrol eksternal).26

    Sikap disiplin perlu

    ditanamkan sejak dini mulai dari hal-hal yang sederhana sehingga peserta didik

    memiliki keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktunya secara efisien.

    Peserta didik yang sudah terbiasa belajar dengan teratur, baik dalam proses

    pembelajaran di sekolah maupun kegiatan belajar di rumah akan melatih otaknya

    untuk selalu bekerja. Sehingga ketajaman otak dan daya pikir meningkat.

    Sebaliknya peserta didik yang tidak teratur menggunakan waktunya untuk belajar

    dan bermalas-malasan maka akan menghasilkan otak yang kaku karena jarang

    dilatih sehingga daya pikirnya menjadi lemah.

    Selain itu, disiplin bertujuan untuk kemaslahatan diri sendiri dan orang lain.

    Jika disiplin dilatih dengan baik dan berkesinambungan, maka akan menjadi

    sebuah kebiasaan dan kebiasaan tersebut menjadi sebuah karakter yang kuat.

    4. Strategi Penerapan Disiplin

    Disiplin merupakan salah satu karakter yang paling penting yang perlu dibina

    dan ditegakkan kepada peserta didik. Sehingga dengan adanya karakter disiplin

    yang kuat akan mampu melahirkan karakter-karakter lain yang lebih baik. Dengan

    demikian peserta didik menjadi anak yang berkarakter atau berakhlak mulia.

    25 Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013). h. 244.

    26

    Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Panduan Praktis Bagi Orang Tua, (Jakarta: Dahara Prize, 1989). h. 11

  • 18

    Disiplin akan mudah diterapkan jika peserta didik sudah terbiasa dengan rutinitas

    yang konsisten sepanjang waktu.

    Selain itu, guru maupun orang tua bersikap fleksibel artinya mampu membina

    anak dengan disiplin tanpa mengekangnya dan memberikan kebebasan yang

    terarah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat kegiatan yang bervariasi

    dan berdampak baik bagi peserta didik. Membuat jadwal yang sesuai dengan

    tahap perkembangan psikologinya sehingga anak tidak bosan dan merasa nyaman

    dengan kondisi tersebut.

    Menurut Sylvia Rimm terdapat beberapa strategi yang perlu diterapkan dalam

    upaya membina karakter disiplin bagi peserta didik. Diantaranya:

    (1)Konsisten, orang tua maupun guru harus konsisten dalam menegakkan

    sikap disiplin kepada peserta didik. Sehingga anak mempercayai dan

    menaati peraturan yang telah disepakatinya. Konsisten yang dilakukan

    tidak boleh kaku sehingga menjadikan anak lebih keras dan marah

    sehingga mereka banyak membangkang dengan peraturan yang ada.

    (2)Pujian, merupakan bentuk perhatian yang positif. Namun kata-kata

    pujian juga memiliki nilai tambah, yakni menunjukkan apa yang

    diharapkan dari anak dan mengajarkan mereka tentang nilai-nilai yang

    kita yakini. Oleh karena itu kita harus berhati-hati sehingga tidak

    menimbulkan sifat kompetitif dan merasa super kepada anak. Untuk

    memuji anak kita harus mampu memikirkan nilai-nilai yang kita

    yakini dan persiapkan kata-kata pujian yang realistis, positif, dan

    merefleksikan nilai-nilai tersebut ssehingga anak melihat harapn guru

    dan orang tua realistis.

    (3)Konsekuensi, misalnya anak yang memulai perkelahian akan

    menanggung akibat perbuatannya sehingga mendapatkan konsekuensi

    negatif. Artinya dia akan mendapatkan hukuman atas perbuannya dan

    harus bertanggung jawab. Selain itu, terdapat konsekuensi positif

    misalnya, anak yang berpakaian sendiri sebelum ke sekolah merasa

    lebih baik daripada yang harus dipaksa berpakain setiap pagi.

    (4)Aktifitas, hal tersebut merupakan prestasi belajar bagi anak dan

    larangan melakukan aktifitas sebagai bentuk hukuman. Misalnya,

    setelah selesai makan kudapan, kita akan membaca buku. Hadiah

    aktifitas juga efektif bagi anak-anak usia prasekolah: setelah

    membereskan mainan kita akan makan kudapan. Kebanyakan orang

    menggunakan hukuman berupa larangan aktifitas, bukannya

    menggunakan aktifitas sebagai hadiah atau penghargaan.

    (5)Hadiah materi, secara teknis hadiah ini disebut sebagai benda

    pendorong dan sering digunakan oleh banyak orang tua. Benda

    pendorong tersebut efektif hanya untuk jangka pendek. Hadiah berupa

    benda paling efektif jika digunakan sementara saja. Kita juga harus

  • 19

    menghindari dalam memberikan hadiah yang berlebih karena akan

    berdampak buruk.27

    Berdasarkan hasil penelitian Reisman dan Payne yang dikutip oleh buku

    karangan Prof. Dr. H.E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Manajemen

    Paud mengemukakan 9 (sembilan) cara untuk membina disiplin sebagai berikut:

    (1) Konsep diri (self-Concept) strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari

    setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan

    bersifat empatik, menerima, hangat, dan terbuka sehingga peserta

    didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam

    memecahkan masalah.

    (2) Keterampilan berkomunikasi (Communication Skill): guru harus memilki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima

    semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

    (3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (Natural and Logical Consequences); perilaku-perilaku yang salah terjadi karena pesrta

    didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.

    Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah. Untuk itu guru

    disarankan; a) menunujukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah,

    sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya.

    b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang

    salah.

    (4) Klarifikasi nilai (Values Clarification); strategi ini dilakukan untuk

    membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri

    tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

    (5) Analisis transaksional (Transactional Analysis); disarankan agar guru

    belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan

    peserta didik yang menghadapi masalah.

    (6) Terapi realitas (Reality Therapy); sekolah harus berupaya mengurangi

    kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus

    bersikap positif dan bertanggung jawab.

    (7) Disiplin yang terintegrasi (Assertive Dicipline); metode ini

    menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan

    dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku

    yang sistematik diimplementasikan di kelas, termasuk pemanfaatan

    papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang

    berperilaku menyimpang.

    (8) Modifikasi perilaku (Behavior Modification); perilaku salah

    disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi. Sehubungan

    27 Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), h. 79

  • 20

    dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan

    yang kondusif.

    (9) Tantangan bagi disiplin (Dare to Dicipline); guru diharapkan cekatan,

    sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan

    ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai

    keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu

    membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi

    sebagai pemimpin.28

    Sedangkan untuk membina disiplin peserta didik seorang guru disarankan

    untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

    1) Berperan sebagai model perilaku yang baik

    Guru berfungsi sebagai model yang signifikan untuk para muridnya

    ketika mereka menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada

    muridnya dan memecahkan masalah dengan sikap tenang dan

    terhormat.

    2) Memperlihatkan rasa hormat dan perhatian satu sama lain

    Guru diharapkan mampu menunjukkan perilaku yang sama

    terhadap sesama guru, saling menunjukkan sikap sopan dan

    memperlihatkan perhatian satu sama lain.

    3) Secara kontinu menekankan aspek-aspek positif rencana disiplin

    Pendekatan-pendakatan positif sangat efektif untuk membentuk

    perilaku yang diharapkan dan menciptakan sebuah lingkungan

    yang menerima serta mendukung.

    4) Minta masukan dan keterlibatan murid

    Para murid dan guru harus mengambil kesempatan untuk

    melibatkan organisasi murid dalam peran kepemimpinan dan

    manajemen yang sesuai seperti menggunakan organisasai murid,

    memfasilitasi aktifitas sosial murid dan mengadakan program-

    program kerja kelompok.29

    Selain itu pada buku yang sama dari Geoff Colvin

    menjelaskan tentang mengajarkan perilaku yang diharapkan pada

    siswa dengan usia yang lebih muda diantaranya adalah:

    a) Jelaskan Berikan cukup alasan dan tujuan untuk perilaku tertentu.

    Dorong sebanyak mungkin partisipasi murid dalam

    mengembangkan dasar alasan perilaku yang diharapkan.

    28H.E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosda karya), cet III, h. 86

    29Geoff Colvin, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (PT Indeks: Jakarta, 2008). h. 60-61.

  • 21

    Memastikan para murid mengerti apa kita minta dari

    mereka dan mengapa kita memintanya

    b) Sebutkan perilaku murid dengan jelas Dengan jelas sebut perilaku yang diminta kepada murid.

    Perilaku-perilaku ini harus terpisah-pisah, berseri dan dapat

    diamati.

    c) Praktik Praktik sangat mendasar untuk mengembangakn kelancaran

    dalam seluruh bidang keterampilan.

    d) Pantau Berikan murid kesempatan untuk secara bebas

    menunjukkan perilaku tersebut dalam situasi-situasi nyata.

    Dengan hati-hati pantau kinerja para murid.

    e) Tinjau Kembangkan sistem untuk meninjau secara periodik kinerja

    murid dalam perilaku yang diharapkan. Sertakan

    pengamatan formal perilaku murid untuk menilai berapa

    banyak murid yang melakukan ekspektasi perilaku, berapa

    lama hal ini dilakukan, serta masalah perilaku seperti apa

    yang muncul. 30

    Menurut Anas Salahudin mengatakan bahwa pribadi yang jujur dan

    disiplin dapat terwujud melalui upaya berikut ini: (1) pengetahuan tentang nilai-

    nilai yang telah terinternalisasi dalam diri sendiri, (2) pola perilakunya sudah

    menetap, (3) responnya terhadap stimulus selalu sistematis dan metodologis, (4)

    sikapnya terhadap sesuatu selalu konsisten dan optimis, (5) cara pandangnya

    dipadu oleh prinsip-prinsip hidup yang bertanggung jawab.31

    Dari pendapat di atas, diharapkan guru dapat melaksanakan tugasnya dan

    dapat mempraktekkan pendapat tersebut dengan baik sehingga pembinaan dan

    pengembangan karakter disiplin anak dapat berjalan dan mencapai tujuan yang

    diharapkan. Sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif, nyaman, dan

    menyenangkan. Pendekatan-pendekatan tersebut harus dilaksanakan secara

    komprehensif baik dari pihak sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat

    sehingga mampu mengembangkan karakter peserta didik yang kuat, baik, positif

    dan konsisten.

    30Ibid., hal. 55

    31Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013). h. 244

  • 22

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa

    Dalam upaya membentuk sikap disiplin belajar siswa, terdapat beberapa

    faktor yang mempengaruhi sikap disiplin dan hasil belajarnya. Karena disiplin

    adalah sebuah ketaatan dan kepatuhan serta sikap atau perubahan tingkah laku

    maka hal tersebut tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    Fani Juliana mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan

    yang mendukung disiplin siswa yaitu a) dukungan dari diri sendiri

    artinya pelaksanaan disiplin ini seperti mengikuti proses pembelajaran

    dengan baik, dan menjalani aturan-aturan di sekolah dengan baik tanpa

    menjadikannya sesuatu beban. Dengan adanya kesadaran diri siswa untuk

    melaksanakan disiplin membuat siswa belajarbertanggung jawab dan

    menumbuhkan rasa kebersamaan. b) Dukungan dari teman sebaya artinya

    pelaksanaan disiplin siswa di sekolah sudah baik karena siswa tidak

    dipengaruhi oleh ajakan cabut oleh teman saat proses pembelajaran

    berlangsung, tidak takut diolok-olok teman apabila menaati peraturan.

    Hal ini dapat berjalan baik karena siswa dapat menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya sehingga mampu menolak pengaruh-pengaruh negative

    dari teman sebaya. c) Dukungan dari Lingkungan. Artinya faktor-faktor

    yang mendukung disiplin siswa dari lingkungan sangat baik sehingga

    siswa terbiasa belajar teratur baik di rumah maupun di sekolah . Siswa

    tersebut akan terlatih terus untuk belajar mandiri, tertib dan bertanggung

    jawab dalam kegiatan belajarnya.32

    Selain itu, Slameto mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

    disiplin belajar siswa yaitu

    a) Faktor-faktor intern meliputi faktor jasmani, faktor psikologi dan

    kelelahan. Faktor jasmani diantaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh.

    Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensia, perhatian, minat,

    bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor kelelahan misalnya

    pengaturan jam yidur, istirahat, olahraga yang teratur dan variasi dalam

    belajar.

    b) Faktor-faktor ekstern meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

    masyarakat. Faktor keluarga misalnya cara orang tua mendidik, relasi antar

    anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian

    orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Selanjutnya faktor sekolah

    meliputi, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

    siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

    gedung sekolah, metode mengajar, standar pelajaran di atas ukuran dan

    tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi, kegiatan siswa dalam

    32Fani Julia Fiana, Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan

    Bimbingan Konseling, (Jurnal Ilmiah Konseling, April 2013).h. 32

  • 23

    masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

    masyarakat.33

    Disiplin tidak muncul dengan sendirinya melainkan membutuhkan waktu

    untuk latihan, pembiasaan, kesadaran diri, dan selalu dikembangkan secara

    optimal. Disiplin perlu dilatih sejak dini mulai dari lingkungan terdekat yakni

    keluarga, sekolah dan lingkungan teman sebaya. Disiplin dapat diterapkan dengan

    melaksanakan hal-hal yang sederhana secara konsisten seperti kebiasaan bangun

    pagi, sarapan pagi, belajar, sholat, jam tidur, dan berangkat sekolah harus

    dilaksanakan dengan tepat waktu. Sehingga dengan adanya kedisiplinan dalam

    melaksanakan kegiatan sehari-hari menjadi kebutuhan dan tanggung jawab bagi

    individu.

    Selain itu menurut Hurlock, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

    cara mendisiplin diantaranya:

    a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua. Bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka berhasil

    mendidik mereka dengan baik, mereka menggunakan teknik yang

    serupa dalam mendidik anak asuhan mereka.

    b. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok. Semua orang tua dan guru, tetapi terutama mereka yang muda dan tidak

    berpengalaman, lebih dipengaruhi oleh apa yang oleh anggota

    kelompok mereka dianggap cara sebagai yang terbaik daripada oleh

    sendirian mereka sendiri mengenai apa yang terbaik.

    c. Usia orang tua atau guru. Usia orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan

    permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Mereka

    cenderung mengurangi kendali tatkala anak menjelang remaja.

    d. Pendidikan untuk menjadi orang tua dan guru. Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak dan lebih

    mengerti anak dan kebutuhannya lebih menggunakan teknik demokratis

    dibandingkan orang tua yang tidak mendapat pelatihan demikian.

    e. Jenis kelamin Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya

    dibandingkan pria, dan mereka cenderung kurang otoriter.

    f. Status sosio ekonomi Orang tua dan guru kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras,

    memaksa, dan kurang toleran dibandingkan mereka kelas atas, tetapi

    33 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2003). h. 54-72

  • 24

    mereka lebih konsisten. Semakin berpendidikan, semakin mereka

    menyukai disiplin demokratis.

    g. Konsep mengenai peran orang dewasa Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran

    orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah

    mneganut konsep yang lebih modern. guru yang yakin bahwa harus ada

    tata cara yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan disiplin

    otoriter dibandingkan guru yang mempunyai konsep mengajar yang

    demokratis.

    h. Usia anak Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil daripada

    untuk mereka yang lebih besar. Adapun teknik yang disukai,

    kebanyakan mereka merasa bahwa anak kecil tidak dapat mengerti

    penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka pada

    pengendalian otoriter.

    i. Situasi Ketakutan dan kecemasan biasanya tidak diganjar hukuman, sedangkan

    sikap menentang, negativisme dan agresi kemungkinan lebih

    mendorong pengendalian yang otoriter.34

    Menurut Syarif Hidayat terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu

    (1) kesadaran; (2) keteladanan, dan (3) penegakan aturan. Kesadaran merupakan

    faktor utama dalam tegaknya disiplin. Sedangkan keteladanan dan penegakan

    peraturan tidak akan mampu bertahan bila tidak dilandasi dengan kesadaran yang

    tumbuh dalam diri seseorang. 35

    Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin

    membutuhkan berbagai faktor yang mampu membina dan menegakkannya.

    keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh dalam membangun sikap

    disiplin peserta didik. Keteladanan yang baik akan termanifestasi melalui sikap

    dan perilaku peserta didik. Pembiasaan yang baik juga dapat dilakukan secara

    konsisten dan berkesinambungan, serta orang tua maupun dari pihak sekolah

    harus sejalan dan memilki visi dan misi bersama dalam upaya peningkatan sikap

    disiplin peserta didik.

    34 Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 95

    35

    Syarif Hidayat, Pengaruh Kerjasama Guru dan Orang Tua Terhadap Disiplin Peserta Didik di SMPN Jagakarsa Jakarta Selatan, (Jurnal Ilmiah Widya, Agustus 2013). h. 95

  • 25

    6. Fungsi Disiplin Belajar di dalam Kelas

    Disiplin memiliki banyak fungsi. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

    Disiplin sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga akan

    tercipta kehidupan yang penuh ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu,

    disiplin menjadi perhatian utama dalam pengembangan karakter peserta didik

    terutama dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa yang disiplin terhadap

    peraturan sekolah, akan merasakan dampaknya baik melalui hasil belajarnya

    maupun sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.

    Sesuai dengan fungsi disiplin belajar di dalam kelas, Singgih Gunarsa

    mengatakan bahwa fungsi utama disiplin adalah untuk mengajarkan bagaimana

    mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas atau

    peraturan yang ada. Pemberian sanksi terhadap mereka yang telah melakukan

    pelanggaran harus ditetapkan berdasarkan dan atau sesuai dengan peraturan yang

    berlaku.36

    Menurut Elizabeth Hurlock, terdapat Fungsi yang bermanfaat yaitu,

    (a) Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti

    hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian. (b) untuk mengajar anak

    suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang

    berlebihan. (c) untuk membantu anak mnegendalikan diri dan pengarahan

    diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk

    membimbing tindakan mereka. Sedangkan fungsi yang tidak bermanfaat

    yaitu (a) untuk menakut-nakuti anak, (b) sebagai pelampiasan agresi orang

    yang mendisiplin.37

    Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sikap

    disiplin, maka akan tercipta lingkungan yang kondusif, membangun kepribadian

    yang kuat sebagai manifestasi masa depan, dan mampu bertanggung jawab

    dengan baik terhadap perbuatan yang dilakukan. Selain itu, mereka menyadari

    akan pentingnya kedisiplinan dan manfaatnya baik untuk dirinya sendiri maupun

    dalam kehidupan bermasyarakat.

    36Syarif Hidayat, Pengaruh Kerjasama Guru dan Orang Tua Terhadap Disiplin Peserta

    Didik di SMPN Jagakarsa Jakarta Selatan, (Jurnal Ilmiah Widya, Agustus 2013). h. 98

    37 Opcit,. h. 97

  • 26

    B. Hakikat Reward dalam Pendidikan

    1. Pengertian Reward

    Reward adalah kata serapan dari bahasa inggris reward. Reward adalah

    sesuatu yang diberikan untuk memberikan semangat atas suatu pekerjaan,

    pelayanan. John W. Santrock mendefinisikan bahwa reward adalah

    konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.

    Santrock memberikan istilah yang berbeda dengan rewardnya yakni

    reinforcement, namun memiliki kesamaan makna. Maksud dari definisi Santrock

    tersebut adalah bahwa suatu perilaku pasti akan kembali terjadi dengan cara

    memberikan konsekuensi positif atau ganjaran yang dapat meningkatkan peluang

    motif perilaku tersebut sebelum diberikannya ganjaran.38

    Reward dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi belajar anak dan

    mampu membina serta mengembangkan disiplin peserta didik. Reward dan

    punishment yang diberikan harus bersifat efektif, sesuai dengan perilakunya.

    Alifus Sabri mengatakan bahwa reward adalah alat pendidikan yang diberikan

    kepada anak-anak yang menunjukkan prestasi atau hasil pendidikan yang baik,

    baik dari segi prestasi kepribadiannya yang meliputi kelakuannya, kerajinannya,

    maupun dalam prestasi belajarnya.39

    Sedangkan reward yang diberikan bermacam-macam dan tidak selamanya

    berbentuk materi. Reward dapat diberikan berupa pujian, sanjungan, tepuk tangan,

    dan kata-kata positif. Hal ini sangat penting karena ucapan yang baik dan positif

    mampu mempengaruhi kondisi psikologis peserta didik. Kata-kata tersebut

    menyejukkan hatinya, dan mendorong mereka untuk percaya diri, optimis, dan

    semangat baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

    2. Syarat-syarat Reward

    Reward dapat diberikan oleh guru kepada peserta didik dengan tujuan untuk

    mengapresiasi atas sikap dan perilaku baiknya serta kemampuan baik akademis

    maupun nonakademis. Ganjaran atau reward merupakan salah satu alat

    pendidikan yang berfungsi untuk mendidik anak supaya anak dapat merasa senang

    38 John W. Santrock, Alih Bahasa Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), Cet 2. H. 272-273

    39 Alifus Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2005) h. 60

  • 27

    karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Namun seorang

    pendidik harus mengetahui bagaiamana memberikan reward atau ganjaran yang

    tepat terhadap peserta didiknya dengan tujuan agar anak menjadi lebih giat dalam

    usaha untuk memperbaiki prestasi yang telah dicapainya. Jadi dengan adanya

    reward ini bukanlah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik, namun bertujuan

    untuk mendidik mereka membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan

    lebih keras dari anak tersebut.

    Terdapat beberapa syarat yang harus diperhatiakn oleh pendidik dalam

    memberikan reward Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul

    Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis terdapat beberapa pedoman dalam

    memberikan reward yang perlu diperhatikan oleh pendidik:

    1) Untuk memberikan reward yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Ganjaran dan

    penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tak

    diinginkan

    2) Ganjaran yang diberikan kepada anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak lain yang merasa

    pekerjaannya juga lebih baik tetapi tidak mendapat ganjaran.

    3) Memberi ganjaran hendaklah hemat. Terlalu sering atau terus menerus memberi ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran

    itu sebagai alat pendidikan.

    4) Janganlah memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak menunjukkan prestasi kerjanya. Ganjaran yang telah diberikan

    terlebih dahulu akan memberikan anak-anak berburu-buru dalam

    bekerja dan akan memberikan kesukaran-kesukaran bagi beberapa

    orang anak yang kurang pandai.

    5) Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah

    dari jerih payah yang telah dilakukannya.40

    Selain itu, menurut Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul

    Pendidikan Karakter menjelaskan tetang syarat imbalan atau reward untuk

    dijadikan alasan agar berbuat baik, maka seorang guru dapat melakukan

    beberapa hal berikut ini:

    1) Memperkenalkan imbalan (reward) sebagai motivator tambahan hanya jika peraturan telah dibahas dan dilaksanakan sebagaimana

    mestinya sehingga komunitas kelas dapat berfungsi dengan baik

    40 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011). Cet ke 20. h. 184.

  • 28

    2) Gunakan sistem imbalan sesekali saja dan jangan gunakan terus menerus.Ini untuk menghindari ketergantungan pada motivator

    eksternal.

    3) Jelaskan pada siswa bahwa mematuhi peraturan adalah menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain dan membuat kelas menjadi tempat

    yang menyennagkan

    4) Membuat sebuah sistem di mana imbalan bagi perilaku baik adalah peluang lain untuk berkelakuan baik seperti membantu tugas guru atau

    mengajari siswa lain.41

    Seorang pendidik harus menyadari bahwa objek dari yang dididik adalah

    anak yang masih lemah kemampuannya dan belum memiliki pemikiran yang

    matang seperti orang dewasa. Mereka pun belum bisa dituntuk layaknya orang

    dewasa yang mampu mengerjakan perbuatan yang baik dan meninggalkan

    perbuatan yang buruk berdasarkan atas kesadaran mereka sendiri. Tanggung

    jawab dan kewajiban mereka masih belum sempurna sehingga penghargan atau

    imbalan baik berupa pujian atau lainnya sangat diperlukan untuk membentuk

    kemauan dan kata hati.

    Menurut Ngalim Purwanto mengatakan bahwa pendidik hendaklah

    menginsafi pula bahwa tujuan pendidikan adalah membawa anak dalam

    pertumbuhannya menjadi manusia yang tahu akan kewajiban, mau mengerjakan

    dan berbuat yang baik bukan karena pujian dan ganjaran.42

    Selanjunya menurut Charles Schaefer syarat-syarat reward diantaranya

    adalah:

    a. Hadiah konkrit seharusnya diberikan hanya sebagai pendorong, yaitu mengahrgai, memberi perhatian, menghormati, memberi kasih sayang.

    Dengan cara tersebut, secara berangsur-angsur hadiah konkrit akan hilang

    dan dapat diganti hanya dengan kata-kata

    b. Memilih hadiah yang sesuai dengan kesukaan anak c. Memberikan hadiah secara sistematis artinya memberikan hadiah untuk

    sikap tertentu, jelas dan konkrit. Selanjutnya membuat catatan untuk

    mengetahui perkembangan dan kekurangannya, memberikan hadiah

    dengan segera setelah anak melakukan apa yang diinginkan dan meninjau

    kembali keberhasilan-kebarhasilan atau kekurangan-kekurangan.

    d. Kesalahan kita pada umumnya adalah ingin mendapatkan banyak perubahandengan hadiah yang sekecil-kecilnya sedangkan langkah

    41Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media 2013). h. 170.

    42 Opcit., h. 184

  • 29

    pertama untuk mendapatkan perubahan pada anak memerlukan hadiah

    yang besar dan banyak.43

    Oleh karena itu syarat-syarat dalam memberikan reward sangat diperlukan

    sebagai upaya dalam pembentukan karakter dan membangun kesadaran dari

    masing-masing peserta didik untuk melakukan perbuatan yang baik dan menerima

    konsekuensi dari pelanggaran yang telah mereka lakukan. Sehingga dengan

    demikian terbentuklah sebuah pembiasaan yang baik yang akan menjadi karakter

    yang kuat pada diri mereka nantinya.

    3. Bentuk-bentuk Reward

    Bentuk-bentuk Reward menurut Ronald L Partin dalam bukunya edisi ke

    tiga yang berjudul Kiat Nyaman Mengajar di Dalam Kelas menjelaskan bahwa

    terdapat tiga bentuk reward:

    a. Dukungan sosial, imbalan yang berarti pada sebagian siswa mungkin tidak berpengaruh terhadap siswa lainnya. misalnya, pujian terbuka

    dari guru merupakan imbalan yang menyenangkan bagi beberapa

    siswa dan secara positif memotivasi perilakunya. Seringkali siswa

    hanya memilki sedikit motivasi internal (dalam diri) ketika masuk

    kelas. Entah kurang menyukai pelajarannya atau tidak nyaman dengan

    teman-temannya sehingga diperlukan imbalan ekternal (dari luar)

    untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Dukungan soisal dapat

    berbentuk, diberi peringkat, tepuk tangan, pengakuan, senyuman,

    anggukan, pelukan, sikap tubuh positif, sertifikat, ucapan selamat,

    kediapn mata, pengakuan dalam kelompok, kehormatan, piagam

    penghargaan, kertas bergambar wajah, tersenyum, kalimat

    penghargaan, pengakuan teman, tanda berhasil, pujian, catatan

    menyenangkan, komentar positif, tanda tangan kepala sekolah,

    diberikan kertas khusus, stiker, tepuk bahu, teman-teman berdiri

    sebagai penghormatan dan dimintai pendapat atau nasehat.

    b. Dukungan Aktifitas, hak istimewa misalnya diberi kesempatan untuk menggunakan komputer, diberi waktu istirahat, diberi kesempatan

    pertama dalam beraktifitas, piknik, membuat karya seni, melakukan

    kegiatan lapangan, bernyanyi, pulang lebih awal, memilih tempat

    duduk, mengajari siswa yang lebih muda, menggambar atau membuat

    kerajinan tan