meningkatkan disiplin belajar siswa...
TRANSCRIPT
-
MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN REWARD STICKER PICTURED:
STUDI TERHADAP KELAS II SDN PISANGAN 03 LEGOSO
CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN
(Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas II SDN 03 Legoso Ciputat Timur
Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
SITI KHODIJAH
111118300033
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
-
LEMBAR. PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
MENINGKATKAN DISIPLIN tsELAJAR SISWA DENGANMENGGUNAKAI.{ REWAND STICKER PICTURED: STUDI TERHADAP
SISWA KELAS II SDN PISANGAN 03 T,EGOSO CIPUT.A.T TIMURTANGERANG SELATAN
(Penelitian Tindakan Kelas pada sisrva kelas II sDN 03 Legoso Ciputat TiMurTangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk MemenuhiPersyaratan Akademik Program Kualifikasi SI Kependidikan dan Mencapai
GelaRSarjana Pendidikan Islam (S.pd.I)
Oleh
SITI KI{ODIJAII1111018300033
Menyetujui
'"frryT'
Eri Rossatria, M.Ag.NIP: 1 94707 17 1966082001
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATT]LLAHJAKARTA
2015
-
t
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul "Meningkatkan Disiplin Belajar Sis.wa Dengan Menggunakan
Reward Sticker Pictured: Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN Pisangan 03Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan" di susun oleh Siti Khodijah,1111018300033, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ihniah, serta berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 2 Oktober 2015
Yang Mengesahkun
Pernbimbing
rerDra. Eri Rossatria. M.Ae
NrP. 1 94707 17 1966082001
-
LEMBAR PENGBSAHAN
Skripsi berjudul "Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan MenggunakanReward Sticker Picttrred: Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN Pisangan 03 CiptrtatTimur Tangerang Selatan" disusun oleh Siti Khodijah, NIM 1111018300033,diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN SyarifHidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam l-Ijian Munaqosyah pada 16Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperolehgelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) dalarn bidang Pendidikan Guru MadrasahIbtidaiyah.
J akarta, 2 I Oktober 20 1 5
Ketua Panitia (Ketua Jurusan /Program Studi)
Dr. Khalimi. M.Ag.NrP.196s0s1s 199403 1 006
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Prodi)
Asep Ediana Latif, M.Pd.NIP. 19810623 2009t21 003
Penguji I
Nafia Wafiqni. M.Pd.NIP. 1981003 2009t2 2 004
Penguji II
Asep Ediana Latif. M.Pd.NrP. 1981,0623 200912 1 003
MengetahuiDekan Fakul
Prof. Dr. A
Tanggal TandaTangan2^ / o/ zars-
*(y["0
/7 /to laos Wtt" (w[u^ W
NIP. 1955 203 1 007
-
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. t. H. Juanda No 95 Clputat 15412 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066Tgl. Terbit ; 't Maret 2010No. Revisi: : 01Hal 1tl
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
I Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tempat/tgl. Lahir
NIM
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
: Siti Khodiiah
: Pati, I I Mei 1992
:1111018300033
:Kl/Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMD
: Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Reword Sticker Pictured Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso
Ciputat Timur Tangerang Selatan
: Dra. Eri Rosstria, M.AgDosen Pembimbing
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda
Oktolrer 2015
wh
I I 1 1018300033
-
i
ABSTRAK
Siti Khodijah, Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan Menggunakan
Reward Sticker Pictured Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur
Tangerang Selatan. Skripsi Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hdayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Eri Rossatria, M.Ag.,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan
reward sticker pictured mampu meningkatkan disiplin belajar siswa kelas II SD.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua
siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SDN Pisangan 03 Legoso
Ciputat Timur Tangerang Selatan, kelas II yang berjumlah 30 siswa pada semester
genap tahun ajaran 2014-2015. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non
tes berupa lembar observasi aktifitas guru, lembar observasi aktifitas siswa,
lembar wawancara guru, anecdotal record dan lembar ceklist disiplin belajar
siswa. Teknik analisa data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik
analisa data kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase dari sikap disiplin
belajar bsiswa. Sedangkan teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
menyaring data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan reward sticker
pictured mampu meningkatkan sikap disiplin belajar siswa kelas II SDN Pisangan
03 Legoso Ciputat. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase rata-rata aktifitas
guru siklus 1 sebesar 80.21% meningkat menjadi 88.61% pada siklus II dengan
kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata hasil persentase aktifitas siswa siklus 1
sebesar 79.99% dengan kategori baik dan meningkat menjadi 91.11% pada siklus
II dengan kategori sangat baik. Selain itu, persentase sikap disiplin belajar siswa
dari hasil ceklist disiplin belajarnya mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari
hasil persentase siklus 1 sebesar 80.39% meningkat pada siklus II menjadi 91.65
% dengan kategori sangat baik. Dari hasil wawancara guru menunjukkan respon
positif terhadap penggunaan reward sticker pictured. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan reward sticker pictured dapat meningkatkan sikap disiplin
belajar siswa.
Kata Kunci: Disiplin Belajar, reward sticker pictured.
-
ii
ABSTRACT
Siti Khodijah, Improving Learning Discipline Student With Use Reward
Sticker Pictured: Study Of Students Grade II Elementary School Pisangan 03
Legoso East Ciputat South Tangerang. Thesis Islamic Elemetary School
Teacher Education Program, Department of Islamic Education, Faculty of
Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah Islamic University in Jakarta.
Supervisor: Eri Rossatria, M.Ag.
This study aims to determine wether with use reward sticker pictured well
to do improving learning discipline students of grade II elemetary school
education. The research method used in this study was Classroom Action
Research (CAR) using two cycles consists of the planning, implementation,
observation, and reflection. Research subject are students of grade II who amount
of 30 students in the second semester of the 2014-2015 school year. The
instrument of research used is a non-test instrument in the form of teacher
observation sheet activities, observation of student activity sheets, teacher
questionnaire, anecdotal record and ceklist learning discipline sheets. Analysis
using the quantitative descriptive analysis dan qualitative. Quantitative descriptive
analysis techniques are used to know percentage from learning discipline
students. Whereas qualitative descriptive analysis techniques are used to netted
data from observation, interviews, and documentation.
The result of study showed with used reward sticker pictured capable to
improvement learning dicipline attitudemof studebts grade II elementary school
Pisangan 03 Legoso Ciputat. This can to see of result percentage average teacher
activity of cycle 1 is 80.21% increase to 88.61% of cycle II with category very
good. Whereas result average percentage student activityof cycle I is 79.99% with
category good and increase to 91.11% of cycle II with category very good. In
addition to that, percentage learning discipline attitude from result learning
discipline checklist experience upgrading. This can to sess result of average
percentage cycle I is 80.39% increase to cycle II become 91.65% with category
-
iii
very good. From interviews of techer of the cycle also received of the use reward
sticker pictured can be increase learning discipline attitude students.
Keyword: Learning discipline, Reward sticker picturred
-
iv
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas semua
limpahan karunia, taufik, Hidayah dan InayahNya. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. beserta
keluarganya. Beliau adalah pembuka dan penyempurna agama Allah yang
menjadi penutup para Nabi dan penyempurna risalah sebelumnya. Sang pemberi
petunjuk jalan yang lurus menuju Allah SWT.
Skripsi berjudul, Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan
Menggunakan Reward Sticker Pictured : Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN
Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan ini, disusun sebagai tugas
akhir akademik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis tidak mungkin mampu
menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga,
fikiran maupun materi. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Muhammad Thib Raya, M.A., Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.Ag. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Eri Rossatria, M.Ag., denga tulus dan ikhlas dalam memberikan
nasehat, bimbingan, motivasi, kebaikan, doa-doa dan meluangkan waktu
untuk membimbing dengan maksimal dan memberikan dukungan kepada
penulis.
4. Dr. Didi Supridjadi, MM., dosen Penasehat Akademik Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
v
5. Keluarga besar SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang
Selatan. Khususnya Ibu Eka Setiwati, S.Pd.I., Selaku wali kelas II B
SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan.
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang
telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan
perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.
7. Kepada kedua orang tua tercinta bapak Rubai dan ibu Sukami yang telah
membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan berkarya
untuk ummat dan bangsa.
8. Teman-teman seperjuangan Hizmet Pasiad-Turki Indonesia, Melita
Andriani, Sri Yulianingsih, Siti Bahriah, Mariati Mauli Bella Nisa,
Fitriani dan teman-teman PGMI angkatan 2011 yang sangat inspiratif dan
solid dalam merah mimpi bersama.
9. Teruntuk Mas Bayu Wibowo, motivator dan inspirator yang memberikan
dorongan yang luar biasa dan energi positif serta kesabarannya dalam
mengarahkan dan memberikan masukan terbaik bagi penulis.
Terimakasih atas kebaikan dan doa-doanya yang dipanjatkan kepada
penulis. Semoga Allah memberikan balasan terindah dan kebahagiaan
yang sempurna menurutNya. Semoga semua mimpi yang menjadi
harapan akan indah pada wakttunya berkat kesabaran dan keikhlasan
karenaNya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta
masukan yang membangun sebagai perbaikan. Akhir kata, semoga
skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Jakarta, 1 Oktober 2015
Siti Khodijah
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................. i
ABSTRACK............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK............................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 11
D. Perumusan Masalah.............................................................. 11
E. Tujuan Penelitian.................................................................. 11
F. Manfaat Penelitian................................................................ 11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Disiplin Belajar
1. Pengertian Disiplin........................................................... 13
2. Pengertian Disiplin Belajar.............................................. 14
3. Tujuan Disiplin Belajar Siswa......................................... 16
4. Strategi Penerapan Disiplin............................................. 17
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa........ 22
6. Fungsi Disiplin Belajar di Dalam Kelas........................ 25
B. Hakikat Reward dalam Pendidikan
1. Pengertian Reward ....................................................... 26
2. Syarat-syarat Reward.................................................... 26
3. Bentuk-bentuk Reward................................................. 29
4. Reward Berupa Sticker Pictured.................................. 32
C. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa Indonesia....................................... 36
-
vii
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD.................. 36
3. Karakteristik Bahasa Indonesia................................... 37
4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia...... 38
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia........... 39
6. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia.................. 40
D. Penerapan Reward dalam Pengendalian Disiplin Siswa
1. Pengenalan Disiplin di Sekolah...................................... 42
2. Pengenalan Hukuman di sekolah.................................... 46
E. Hasil Penelitian yang Relevan........................................... 49
F. Kerangka Berpikir.............................................................. 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 53
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian........ 53
C. Subjek Penelitian.............................................................. 56
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian...................... 56
E. Tahap Intervensi............................................................... 56
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan.................... 59
G. Data dan Sumber Data..................................................... 59
H. Instrumen Pengumpulan Data......................................... 59
I. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 60
J. Validasi Data................................................................... 64
K. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Analisis................... 66
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan........................... 68
BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum SDN Pisangan 03 Legoso................... 69
2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Pisangan IV Legoso............ 70
3. Keadaan Guru dan Karyawan ......................................... 71
4. Keadaan Siswa Secara Umum.......................................... 73
5. Sarana dan Prasarana........................................................ 73
-
viii
B. DESKRIPSI DATA
1. Pra Tindakan..................................................................... 74
2. Perencanaan Tindakan...................................................... 75
3. Tahap Pelaksanaan dan Pemberian Checklist Disiplin Belajar 77
4. Pemeriksaan Keabsahan Data........................................... 80
5. Data Hasil Tindakan......................................................... 80
C. ANALISA DATA
1. Lembar Observasi............................................................ 112
2. Lembar Observasi Siswa................................................. 111
3. Hasil Disiplin Belajar Siswa Melalui Cheklist ............... 115
4. Hasil Wawancara............................................................ 118
D. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN.................. 118
E. KETERBATASAN PENELITIAN................................ 119
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................ 121
B. Saran.......................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas II
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................... 50
Tabel 3.2 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi...................... 60
Tabel 3.3 : Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi
Guru dan Siswa........................................................................ 64
Tabel 4.1 : Keadaan Guru dan Karyawan SDN Pisangan Tahun Ajaran
2014- 2015 ............................................................................ 68
Tabel 4.2 : Keadaan Siswa/Siswi SDN Pisangan 03 Ciputat Timur
Tahun Ajaran 2014-2015........................................................ 70
Tabel 4.3 : Sarana Prasarana SDN Pisangan 03 Ciputat Timur Tahun
: Ajaran 2014-2015.................................................................... 71
Tabel 4.4 : Instrumen Observasi- Checklist Sikap Disiplin
Belajar Siswa kelas II B SDN Pisangan 03 Ciputat Timur..... 73
Tabel 4.5 : Kondisi Sikap Belajar Siswa Sebelum Diterapkannya
Reward Sticker Pictured.......................................................... 75
Tabel 4.6 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa
pertemuan ke 1....................................................................... 80
Tabel 4.7 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa
pertemuan ke II....................................................................... 83
Tabel 4.8 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa
pertemuan ke III..................................................................... 85
Tabel 4.8 : Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus 1................................ 87
Tabel 4.9 : Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1.............................. 88
Tabel 4.10 : Hasil Disiplin Belajar siswa siklus 1..................................... 90
Tabel 4.11 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa
-
x
siklus 2 pertemuan ke I..................................................... 96
Tabel 4.12 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar
siswa siklus 2 pertemuan ke II ....................................... 98
Tabel 4.13 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar
siswa siklus 2 pertemuan ke III ...................................... 101
Tabel 4.14 : Hasil Observasi Guru Siklus II........................................ 102
Tabel 4.15 : Hasil Observasi Siswa Siklus II...................................... 104
Tabel 4.16 : Hasil Disiplin Belajar Siswa Siklus II............................. 106
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas..................... 53
Gambar 4.1 : Foto kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan ke I........ 79
Gambar 4.2 : Foto Kegiatan Pembelajaran siklus I pertemuan ke II...... 83
Gambar 4.3 : Foto Kegiatan Pembelajaran siklus 1 pertemuan 3 .......... 84
Gambar 4.4 : Foto kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke I........ 95
Gambar 4.5 : Foto kegiatan pembelajaran siklus 2 pertemuan ke II....... 97
Gambar 4.6 : Foto kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke III..... 100
Gambar 4.7 : Diagram Persentase Aktifitas Guru Siklus 1..................... 109
Gambar 4.8 : Diagram Persentase Rata-rata Aktifitas Guru
Siklus 1 dan II................................................................... 109
Gambar 4.9 : Diagram Persentase Rata-rata Aktifitas Guru
Siklus 1 dan II.................................................................... 110
Gambar 4.10 : Diagram Persentase aktifitas siswa siklus I....................... 111
Gambar 4.11 : Diagram Persentase aktifitas siswa siklus II..................... 111
Gambar 4.12 : Diagram Rata-rata Persentase aktifitas siswa
siklus 1 dan II.................................................................... 112
Gambar 4.13 : Diagram Persentase Perubahan Sikap Disiplin Belajar
Siswa siklus 1 dan siklus II............................................... 115
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Perangkat Pembelajaran
1. RPP, LKS dan Materi
2. RPP, LKS dan Materi
B. Instrumen Penelitian
1. Lembar wawancara guru
2. Lembar Observasi Aktifitas Guru
3. Lembar Observasi Aktifitas Siwa
4. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Guru
5. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Siswa
6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
7. Uji Validitas Instrumen
8. Lembar Checklist Disiplin Belajar Siswa
9. Catatan Anecdotal record
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Dengan adanya pendidikan manusia memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang baik dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, pendidikan
merupakan usaha masyarakat untuk mempersiapkan generasi-generasi selanjutnya
agar memiliki nilai-nilai yang luhur dan mewarisi budaya bangsa yang
bermartabat. Nilai-nilai luhur tersebut dapat terintegrasi pada diri peserta didik
dengan adanya pendidikan karakter sehingga mampu meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan bangsa yang akan datang.
Undang-Undang Negara di Indonesia dalam bidang pendidikan dapat
dijadikan pedoman dalam proses pelaksanaannya. Undang-Undang Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) di
Indonesia mengatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.1
Dari undang-undang tersebut, sangat jelas bahwa tujuan pendidikan di
Indonesia adalah membentuk karakter dan kepribadian peserta didik dengan nilai-
nilai yang luhur agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu, dan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta demokratis. Dengan
demikian menjadi tugas bersama terutama sekolah dalam merealisasikan tujuan
pendidikan nasional tersebut. E. Mulyasa dalam bukunya Manajemen PAUD
mengatakan bahwa karakter memegang peranan yang penting dalam berbagai
aspek kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh
1Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), cet ke-3, h. 12
-
2
karenaitu, pendidikan karakter memegang peranan yang sangat penting dan akan
mewarnai perkembangan kepribadian peserta didik secara keseluruhan.2
Sedangkan menurut E. Mulyasa menekankan konsep pendidikan
karakter, bahkan belajar dapat diartikan sebagai ibadah untuk mencari ridho
Allah, dalam rangka mengantarkan manusia memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat, serta untuk melestarikan nilai-nilai Islam dan tidak sekedar
menghilangkan kebodohan. 3
Dengan demikian karakter peserta didik akan tercermin melalui
pendidikan yang diperolehnya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
lingkungan sekitar. Lingkungan sekolah memiliki peranan yang cukup besar
dalam membangun pendidikan yang berkarakter. Salah satu karakter yang dapat
dibangun dan dibiasakan adalah sikap disiplin. Nilai-nilai kedisiplinan perlu
dibangun dan dikembangkan sedini mungkin mengingat disiplin memegang
peranan yang sangat penting. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Oleh karena itu,
kedisiplinan harus ditanamkan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Pihak-pihak yang terkait seperti sekolah, keluarga, dan masyarakat ikut
membantu menananamkan karakter disiplin dengan baik. Kedisiplinan hendaknya
diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan sehingga jika disiplin sudah menjadi sebuah karakter maka tujuan
pendidikan akan tercapai dan mendapatkan hasil yang maksimal. Sebaliknya
siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah akan mendapatkan
hukuman atau sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Dengan
demikian, jika sekolah mampu menerapkan tata tertib dengan baik dan konsisten
maka kedisiplinan akan menjadi sebuah budaya dan karakter yang tercemin pada
perilaku siswa.
Selanjutnya, disiplin dapat terwujud dengan adanya pembiasaan. Salah
satu alat pendidikan yang dapat digunakan dalam membentuk disiplin yaitu
dengan pemberian reward dan punishment. Reward dapat diberikan kepada anak-
2 H.E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosda karya), cet III, h. 67.
3Ibid., h, 69.
-
3
anak yang menunjukkan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, baik dari segi
prestasi kepribadiannya (kelakuannya, kerajinannyadan sebagainya) maupun
dalam prestasi belajarnya.
Menurut Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul Mendidik dan
Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah bahwa Reward diharapkan dapat
memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak disiplin diri akan
membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.4 Dengan
demikian teknik mendisiplinkan anak dengan menggunakan reward bertujuan
agar peserta didik memiliki disiplin diri dalam lingkungan sekolah. Jika disiplin
dilakukan secara terus menerus maka akan mengarahkan peserta didik untuk
konsisten dan berprilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum ad-din yang dikutip oleh
Muhammad Abu Nadlir menulis, "Jika pada seseorang anak menonjol akhlak baik
dan perbuatan terpujinya, maka ia patut dimuliakan, digembirakan dan dipuji di
depan orang banyak untuk memberikan semangat berakhlak mulia dan berbuat
terpuji." Memuliakan anak dan memberi semangat dengan hadiah atau dengan
ucapan yang manis sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh ath-
Thabrani, "Saling memberi hadiahlah agar kalian saling mencintai."5
Oleh karena seorang siswa yang rajin, berakhlak baik, dan yang dapat
menjalankan kewajiban, layak memperoleh hadiah dari gurunya. Kala itulah, anak
itu akan menemukan jiwanya senang menerima itu di hadapan teman-temannya.
Sebab, pada usia pelajar, jiwa seorang anak lebih dipenuhi insting suka memiliki.6
Karakter setiap manusia, terutama anak (peserta didik), pasti lebih menyukai
mendapat penghargaan yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud. Dan ia
pun akan berusaha keras mendapatkannya. Karena itu, seorang guru hendaknya
merespons apa yang disukai seorang anak. Guru harus bisa memberikan hadiah-
hadiah tersebut pada kesempatan yang tepat.
4 Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47
5 Muhammad Abu Nadlir, Perlunya Penghargaan Bagi Siswa, (Jakarta: Jurnal Nasional, 2012). Diunggah pada 25 februari 2015 pukul 20.33.
6 Ibid., h. 4.
-
4
Namun hal tersebut berbeda dengan kenyataan pendidikan yang ada di
Indonesia. Banyak sekali kita temui permasalahan dalam pendidikan terkait
reward dan punishment yang belum tepat dalam pembentukan karakter peserta
didik. Menurut Lickona yang dikutip oleh Anas Salahudin dalam bukunya yang
berjudul Pendidikan Karakter mengatakan bahwa
Terdapat sepuluh tanda penurunan karakter bangsa yaitu (1)
meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) pengaruh peer group
yang kuat dalam tindak kekerasan, (3) penggunaan kata-kata buruk, (4)
meningkatnya perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman
moral, (6) menurunnya etos kerja, (7) rendahnya rasa hormat kepada
guru dan orang tua, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan
masyarakat, (9) membudayanya ketidakjujuran, (10) adanya rasa curiga
dan kebencian di antara sesama.7
Selain itu, metode yang digunakan juga bermacam-macam misalnya
memberi hukuman yang dianggap setimpal karena tidak mematuhi perintah
pendidik. Pendidik merasa mempunyai kewenangan penuh terhadap metode
pengajaran yang ia yakini dapat membantu keberhasilannya dalam mendidik.
Sehingga peserta didik cenderung merasakan keterpaksaan bukan atas kesadaran
bahwa pendidikan itu juga adalah kebutuhan bagi mereka.
Metode pengajaran tersebut kurang tepat karena dapat mengganggu
psikologi anak dan akan berpengaruh pada perkembangan anak ke depannya.
Sangat sedikit guru yang sadar ataupun memiliki bekal dalam hal mendidik.
Banyak guru menjadi ditakuti oleh muridnya karena metode yang kurang tepat
misalnya dengan paksaan dan kekerasan sehingga suasana proses belajar mengajar
tak ubahnya seperti pendidikan militer yang penuh dengan tekanan psikologis.
Hal ini juga yang sering dimanfaatkan oleh guru yang kurang kompeten dan
mengancam tidak meluluskan atau memberi nilai jelek sehingga tega melakukan
kekerasan kepada anak didiknya sendiri.
Di Indonesia, pendidikan kognitif lebih dominan dibandingkan dengan
pendidikan karakter. Padahal kedua hal tersebut sangat penting untuk mencetak
generasi muda yang cerdas bukan saja dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam
7Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013). h. 35
-
5
hal sikap dan perilaku yang humanis.8 Berbeda dengan negara-negara lainnya
yang sistem pedidikannya sudah maju seperti Finlandia dan Jepang. Mereka
menerapkan sistem pendidikan yang memiliki keseimbangan antara pendidikan
kognitif dan pendidikan karakter. Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk berkasih
sayang, jujur, disiplin, bersikap adil, dan bertanggungjawab terhadap diri mereka,
manusia dan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, orang tua maupun guru sering merasa kesulitan dalam
menanamkan kedisiplinan terhadap anak. Jika anak tidak mengikuti atau
mematuhi peraturan yang ada mereka lebih banyak menggunakan hukumann
kepada anak atau sebaliknya terlalu mengumbar reward dengan mengiming-
iminginya hadiah yang berlebihan. Hukuman yang diberikan kepada anak dalam
upaya mendisiplinkan anak secara tidak langsung menjadikan pribadi anak
terbelenggu dan tidak percaya diri. Namun reward yang diberikan tidak boleh
berlebihan karena hal tersebut akan menjadikan anak meremehkan usaha dan
tidak bertanggung jawab. Hukuman dan hadiah dapat digunakan dalam upaya
mendisiplinkan peserta didik. Namun reward dan punishment harus diberikan
pada situasi yang tepat dengan tujuan untuk mendidik mereka.
Menurut Severe, stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi
anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat
mengembangkan sikap disiplin dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika
mereka mampu bersikap disiplin baik dalam proses pembelajaran maupun di luar
pembelajaran. Menurut Severe kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau
memotivasi anak, mengingat peraturan dan belajar bertanggung jawab.9
Menurut Putri rahayu dalam jurnalnya menjelaskan bahwa stiker
memberikan umpan balik positif yang segera terhadap prestasi anak
sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan dan motivasi internal yang
dapat mengembangkan rasa percaya diri dalam anak. Kita dapat melihat
semangat dalam mata mereka ketika mendapatkan stiker dengan gambar
muka-muka yang lucu. Selain itu, stiker dapat mendorong anak untuk
bersikap proaktif dan membuat rencana. Stiker meningkatkan jumlah
8 Qory Dellasera, Hari Pendidikan Nasional, (Jakarta: Jurnal Nasional, 20014).
9 Putri Rahayu , Pengaruh Penerapan Reward Terhadap Percaya Diri Anak Kelompok B
di TK Nglanduk 01 Madiuan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunggah pada hari
selasa pukul 15.40
-
6
interaksi positif antara guru dan anak. Alat ini memberi catatan sehingga
guru dapat mengevaluasi kemajuan yang menunjukkan perilaku apa yang
meningkat dan mana yang perlu ditingkatkan. Teknik ini mendorong
anak untuk berhasil dan mendapatkan stiker yang sebanyak-banyaknya.10
Dengan demikian mereka akan memahami bahwa dengan menaati
peraturan dengan baik dan memiliki semangat belajar yang tinggi akan
mendapatkan ganjaran yang menyenangkan dan penghargaan yang baik.
Sebaliknya jika ia tidak menaati peraturan dengan baik maka akan mendapatkan
ganjaran yang tidak menyenangkan dan merugikan diri sendiri.
Dalam menerapkan tata tertib dan peraturan yang berlaku di sekolah, tidak
semua peserta didik dapat melaksanakan tata tertib dan peraturan yang berlaku di
sekolah dengan baik. Berdasarkan pengamatan penulis dalam kegiatan proses
pembelajaran di kelas II di SDN III Pisangan Ciputat Timur semester II masih
terdapat beberapa sikap yang menunjukkan ketidakdisiplinan baik dalam proses
pembelajaran atau di luar pembelajaran. Masalah-masalah tersebut diantaranya:
Berdasarkan pengamatan atau observasi pendahuluan selama satu minggu
dengan menggunakan anecdotal record saat kegiatan pembelajaran berlangsung,
terdapat beberapa sikap yang menunjukkan rendahnya kesadaran akan
kedisiplinan dalam belajar.
Tabel 1.1
Kondisi Sikap Belajar Siswa Sebelum Diterapkannya Reward Sticker
Pictured
No Aspek Sikap Kedisiplinan Kondisi Awal
1 Keaktifan, kepatuhan, dan
ketaatan dalam masuk
sekolah
Masih terdapat 2-5 siswa yang datang
terlambat di setiap harinya berdasarkan
absen kelas
Terdapat 3 siswa yang memiliki semangat
yang rendah dalam masuk sekolah, hal
tersebut terlihat dari jumlah tidak hadirnya
10 Rahayu Putri, Pengaruh Penerapan Reward Terhadap Percaya Diri Anak Kelompok B di TK Nglanduk 01 Madiuan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunggah pada hari
selasa pukul 15.40
-
7
mereka di absen kelas
Masih banyak siswa yang kurang
menyadari akan kedisiplinannya dalam
masuk kelas tepat waktu setelah istirahat,
misalnya terdapat siswa yang jajan ketika
bel berbunyi dan bermain dengan teman-
temannya di luar kelas
2 Disiplin dalam mengerjakan
tugas
Ketika guru memberikan tugas, terdapat
4-6 yang siswa tidak langsung
mengerjakannya mereka malah bercanda
dan gaduh di dalam kelas sehingga
mengganggu teman lainnya.
Ketika waktu telah selesai dalam
mengerjakan tugas, terdapat 6 siswa yang
sering terlambat mengumpulkannya
karena kurang fokus terhadap tugasnya
Kemandirian dalam mengerjakan tugas
masih kurang.
3 Mengikuti pelajaran di
sekolah dengan aktif,
teratur, dan tertib sesuai
ketentuan untuk mencapai
tujuan belajar
Saat proses pembelajaran berlangsung, 10
dari siswa yang masih menggunakan
waktu belajarnya untuk bermain-main.
Ketika kegiatan diskusi berlangsung,
terdapat beberapa siswa yang mengobrol
di luar topik pembelajaran
Keaktifan dalam merespon umpan balik
guru masih kurang
Saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, masih banyak dari siswa
yang tidak duduk tenang di tempat
masing-masing.
-
8
4 Mentaati tata tertib sekolah
dengan penuh kesadaran
Masih terdapat siswa yang memakai
seragam tidak sesuai dengan harinya
Terdapat beberapa siswa yang acuh
dengan kerapihan seragamnya.
Masih adanya peserta didik yang acuh
ketika kondisi kelas kotor
Terdapat beberapa siswa yang
mengucapkan kata-kata yang kotor saat
proses pembelajaran berlangsung
Masih terdapat siswa yang membuang
sampah tidak pada tempatnya
Masih banyak siswa yang meminjam alat
tulis, baik berupa pensil, penghapus atau
rautan sehingga mengurangi konsentrasi
dan kedisiplinan dalam belajar. Selain itu
masih terdapat 2-6 siswa yang sering lupa
membawa buku pelajaran.
Dari tabel di atas, dapat kita amati bahwa kondisi disiplin belajar siswa
masih rendah dan membutuhkan perhatian. Oleh karena itu peneliti berusaha
untuk menangani dengan tujuan memperbaiki dan menyadarkan siswa akan
pentingnya kedisiplinan dalam belajar.
Dengan adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut, perlu adanya alat
kontrol pendidikan salah satunya adalah reward (penghargaan) dan Punishment
(peringatan). Reward dapat diberikan bagi siswa yang mematuhi seluruh
peraturan dan tata terib dengan baik dan konsisten. Sedangkan punishment
diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan dan mengulanginya kembali
setelah peringatan itu diberikan. Penerapan reward dan punishment merupakan
suatu upaya yang dapat dilaksanakan di sekolah demi tercapainya sebuah
kedisiplinan terhadap tata tertib atau peraturan-peraturan sekolah. Apabila tata
tertib tersebut dilaksanakan dengan baik dan teratur, maka tujuan pendidikan baik
-
9
berupa tujuan institusional (kelembagaan), tujuan kurikuler (bidang studi),
maupun tujuan intruksional (pengajaran) akan mendapatkan hasil yang baik pula.
Reward yang baik dalam pendidikan adalah reward yang mampu
memberikan nilai-nilai yang mampu mendidik siswa. Tidak menimbulkan iri hati,
siswa tidak berorientasi pada reward yang diberikan oleh guru dan siswa tidak
merasa dibedakan antara siswa yang mendapatkan reward dengan siswa yang
tidak mendapatkan reward. Karena esensi dari disiplin sendiri adalah
membiasakan diri untuk menataati peraturan tata tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Menurut Severe,
stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi anak sehingga stiker
menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat mengembangkan sikap disiplin
dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika mereka mampu bersikap disiplin
baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Menurut Severe
kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau memotivasi anak, mengingat
peraturan dan belajar beretanggung jawab.11
Pemberian reward stiker bergambar merupakan salah satu cara yang
dapat digunakan untuk memberikan efek atau pengaruh terhadap sikap disiplin
belajar peserta didik dengan cara menempelkan pada papan prestasi dengan tujuan
untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan sikap disiplin belajarnya.
Reward dan punishment yang diberikan memiliki dua cara, yang pertama bersifat
umum misalnya memberikan pujian, menepuk pundak, memberikan hadiah
berupa materi dan lainnya. Punishment dapat diberikan dengan memberikan
nasehat, bermuka masam, menegurnya dan lain-lain.
Menurut teori Behaviorisme mengatakan bahwa manusia belajar karena
pengaruh lingkungan. Belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi melalui
proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Oleh karena itu lingkungan
yang sistematis, teratur dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus)
yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan
11 Rahayu Putri, Pengaruh Penerapan Reward Terhadap Percaya Diri Anak Kelompok B
di TK Nglanduk 01 Madiuan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunggah pada hari
selasa pukul 15.40
-
10
respon yang sesuai. Menurut Ivan Pavlov dalam hukumnya Clasical
Conditioning, berbicara tentang stimulus yang dipersyaratkan (conditional
refleks) untuk memberikan respons yang diharapkan oleh lingkungan sesuai
dengan tuntutan lingkungan (refleks yang dikondisikan).12
Dengan demikian
membutuhkan pembiasaan dalam penanaman sikap disiplin peserta didik secara
konsisten.
Dari berbagai permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan
Menggunakan Reward Sticker Pictured : Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN
Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka ada
beberapa masalah yang dlapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pendidikan lebih menekankan pada aspek kognitif dari pada pendidikan
karakter
2. Penggunaan punishment yang tidak tepat sering mengalami permasalahan
yang berkepanjangan
3. Pemberian reward yang tidak sesuai dengan usaha siswa menjadikan siswa
meremehkannya.
4. Penggunaan metode pengajaran yang belum tepat dalam upaya
mendisiplinkan anak
5. Disiplin belajar siswa masih rendah
6. Kurang tepatnya penggunaan strategi dan teknik dalam menerapkan
disiplin di sekolah dasar masih rendah.
7. Kurangnya penggunaan Reward dalam upaya membina dan
mengembangkan disiplin belajar
8. Masih banyak guru yang kurang memperhatikan penggunaan reward dan
punishment yang tepat
12Conny R. Semiawan, Belajar dan pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar,
(Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 3.
-
11
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi permasalahan tersebut pada Penggunaan reward sticker pictured
dalam upaya meningkatkan disiplin belajar siswa pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas II SDN Pisangan 03 Ciputat Timur Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka penulis
merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam penelitian yaitu:
Bagaimana implementasi dari pemberian reward sticker pictured dapat
meningkatkan disiplin belajar siswa di kelas II SDN III Pisangan Legoso Ciputat
Timur.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dibahas di atas, maka tujuan
penelitian ini yaitu:
Untuk mengetahui apakah dengan pemberian reward stiker bergambar dapat
meningkatkan disiplin belajar siswa kelas II di SDN 03 Pisangan Legoso Ciputat
Timur.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis:
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dari khazanah
keilmuan dan pedoman dalam pembelajaran terhadap siswa guna
meningkatkan disiplin dan hasil belajarnya
b. Sebagai sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan sebagai referensi
untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian
ini.
2. Secara Praktis:
a. Dapat memberikan kontribusi yang baik pada sekolah, baik bagi sekolah
ini maupun sekolah lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran atau pendidikan,
-
12
b. Bagi pendidik mampu memberikan gambaran penggunaan reward dengan
tepat sehingga pengajaran di dalam kelas dapat memberikan dampak
yang positif.
-
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Disiplin Belajar
1. Pengertian Disiplin
Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa disiplin berasal dari kata disciple
yakni seorang yang belajar dari atau suka rela mengikuti seorang pemimpin.
Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang
belajar dari mereka cara hidup menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi
disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui
kelompok.13
Selain itu, menurut Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti dari disiplin
ialah mendidik, menuntun, dan mengarahkan anak dalam hidupnya dan dalam
masa pertumbuhan serta perkembangannya.14
Sama halnya dengan Suharmisi
yang dikutip oleh singgih tego saputro dan pardiman mengatakan bahwa disiplin
merupakan sesuatu tentang pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk
aturan di mana aturan tersebut diterapkan oleh orang yang bersangkutan atau
berasal dari luar.15
Sedangkan disiplin menurut Djamarah adalah "Suatu tata tertib yang dapat
mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Kedisiplinan mempunyai
peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya
belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan,
13 Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 82 14Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Panduan Praktis Bagi Orangtua, (Jakarta:Dahara Prize, 1989). Cet. Ke-1, h. 11
15 Singgih Tego Saputra dan pardiman, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 2012, h. 78-97
-
14
disamping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, serta bakat siswa itu
sendiri.16
Sedangkan disiplin menurut Emile Durkheim yang dikutip oleh Thomas
Lickona bahwa disiplin bukanlah sesuatu alat sederhana yanng bisa digunakan
untuk menciptakan kedamaian semu di dalam kelas, Disiplin adalah moralitas
kelas sebagai sebuah masyarakat kecil.17
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
suatu sikap yang perlu dibangun, diupayakan, baik atas kesadaran sendiri, karena
paksaan, sanksi atau hukuman dengan tujuan untuk mematuhi peraturan-
peraturan, nilai-nilai baik yang bersifat formal maupun tidak sehingga tercipta
sebuah tanggung jawab dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan tertata.
2. Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin belajar sangat dibutuhkan bagi peserta didik dalam mencapai
pengetahuan dan kompetensi yang akan dimilikinya. Namun, disiplin belajar tidak
mudah didapatkan melainkan membutuhkan latihan dan pembiasaan. Menurut
Fani Julia Fiana dalam jurnalnya Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam
Pelayanan Bimbingan Konseling menjelaskan bahwa disiplin pengaturan waktu
belajar pada kategori baik ditandai dengan adanya penggunaan waktu yang efektif
dan efisien, penyusunan jadwal pelajaran, adanya pengaturan waktu untuk belajar
dan kegiatan ekstra kurikuler, penggunaan waktu istirahat yang tepat sehingga
tidak mengganggu proses pembelajaran.18
Sedangkan menurut Sumardi Surya Brata disiplin belajar: (a) Belajar
membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual mampu
potensial), (b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan
baru, (c) perubahan itu terjadi dengan usaha. Jadi belajar adalah suatu
upaya yang akan membawa individu kepada suatu perubahan. Perubahan
tersebut tidak hanya bertambahnya ilmu pengetahuan namun juga dalam
bentuk kecakapan, keterampilan sikap, pengertian, harga diri dan
penyesuaian diri. 19
16Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002). h. 12
17 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi
Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media 2013). h. 147
18Fani Julia Fiana, Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan
Bimbingan Konseling, (Jurnal Ilmiah Konseling, April 2013).
19 Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Press, 1990), Cet. 1, h. 232
-
15
Selanjutnya pengertian belajar menurut Slameto ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan dimaksud disiplin belajar adalah pernyataan
sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar
dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan sekolah maupun di rumah.
20
Selain itu, menurut Slameto terdapat empat macam disiplin belajar yang
dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu:
(1) disiplin peserta didik masuk sekolah diantaranya, keaktifan, kepatuhan, dan ketaatan dalam masuk sekolah. (2) Disiplin dalam
mengerjakan tugas. (3) Disiplin dalam mengikuti pelajaran di
sekolah, adanya keaktifan, keteraturan, ketentuan, dan ketertiban
dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujauan belajar.
(4) disiplin dalam menaati tata tertib, yakni kesesuaian tindakan
peserta didik dengan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran. 21
Selain itu, Disiplin belajar adalah pengendalian diri siswa terhadap bentuk-
bentuk aturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh
siswa yang bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar, baik disiplin di rumah, di
sekolahdengan tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan tujuan dari proses
belajarnya22
. Jadi disiplin belajar harus timbul dalam diri seseorang dengan
bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga ia mampu bertinteraksi dengan
lingkngannya dengan baik.
Sedangkan belajar adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan
tujuan untuk melakukan perubahan sehingga kualitas seseorang dapat meningkat.
Melalui belajar seseorang akan mengetahui keadaan dirinya dan mampu menjalani
kehidupannya dengan baik. Namun, belajar yang konsisten dan teratur yang
20Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003). H. 67
21 Ibid., 87 22
Singgih Tego Saputra dan pardiman, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 2012, h. 81
-
16
mampu merubah seseorang sehingga membutuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri
akan muncul melalui sikap disiplin belajar yang sungguh-sungguh sehingga
mampu mengontrol diri dan mengendalikan pikirannya.
Dengan demikian, disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Jika disiplin sudah tertanam dengan baik maka akan tercipta sebuah peradaban
yang bermartabat. Terkait dengan kedisiplinan dalam belajar bahwa seorang siswa
harus memiliki sikap disiplin dalam belajar. Mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru, menaati semua peraturan sekolah, mendengarkan penjelasan guru
dengan baik, manaati dan mengikuti kegiatan sekolah, masuk sekolah tidak
terlambat, dan menaati kegiatan belajar di rumah.
3. Tujuan Disiplin Belajar Siswa
Disiplin belajar merupakan karakter yang sangat penting dan perlu dibangun
terutama bagi peserta didik. Dengan adanya sikap tersebut, akan menjadikan
siswa belajar lebih maju, belajar lebih baik di sekolah, di rumah dan di
perpustakaan. Agar siswa disiplin, maka seluruh guru dan staf yang ada di sekolah
memberikan contoh dan mmapu bersikap diisplin dengan baik.
Menurut Sylvia Rimm menjelaskan bahwa disiplin bertujuan mengarahkan
anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi
masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan,
kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan
penuh kasih sayang.23
Rachman mengatakan bahwa secara rinci kegunaan atau pentingnya
disiplin bagi diri siswa , yaitu:
1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang 2) Membantu siswa memahamidan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan
3) Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah 4) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar 5) Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif
dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.24
23Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), h. 47
24
Fani Julia Fiana, Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan Konseling, (Jurnal Ilmiah Konseling, April 2013).h. 27
-
17
Menurut Anas Salahudin mengatakan bahwa disiplin membutuhkan
pengawasan yang transparan dengan tujuan agar menjadikan peserta didik lebih
berkualitas, memiliki karakter yang agung, dan penuh dengan pesona diri yang
tampil menjadi suri tauladan masyarakat terutama masyarakat modern.25
Sikap
disiplin dapat tumbuh dan menjadi karakter yang sangat baik jika dilaksanakan
dengan sepenuh hati dan atas dasar kesadaran diri sendiri.
Sebaliknya jika sikap disiplin tidak atas dasar kesadaran diri sendiri dan tidak
dengan sepenuh hati maka akan menghasilkan sikap disiplin yang lemah. Disiplin
menjadi sikap yang sangat penting bagi seseorang terutama bagi peserta didik
dalam proses pembelajaran. Menurut Charles Schaefer mengatakan bahawa tujuan
kedisiplinann dalam belajar adalah memberikan pola tingkah laku yang benar,
juga untuk mengembangkan kontrol dan arah, misalnya berbuat sesuatu tanpa
harus diarahkan kepada orang lain (kontrol eksternal).26
Sikap disiplin perlu
ditanamkan sejak dini mulai dari hal-hal yang sederhana sehingga peserta didik
memiliki keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktunya secara efisien.
Peserta didik yang sudah terbiasa belajar dengan teratur, baik dalam proses
pembelajaran di sekolah maupun kegiatan belajar di rumah akan melatih otaknya
untuk selalu bekerja. Sehingga ketajaman otak dan daya pikir meningkat.
Sebaliknya peserta didik yang tidak teratur menggunakan waktunya untuk belajar
dan bermalas-malasan maka akan menghasilkan otak yang kaku karena jarang
dilatih sehingga daya pikirnya menjadi lemah.
Selain itu, disiplin bertujuan untuk kemaslahatan diri sendiri dan orang lain.
Jika disiplin dilatih dengan baik dan berkesinambungan, maka akan menjadi
sebuah kebiasaan dan kebiasaan tersebut menjadi sebuah karakter yang kuat.
4. Strategi Penerapan Disiplin
Disiplin merupakan salah satu karakter yang paling penting yang perlu dibina
dan ditegakkan kepada peserta didik. Sehingga dengan adanya karakter disiplin
yang kuat akan mampu melahirkan karakter-karakter lain yang lebih baik. Dengan
demikian peserta didik menjadi anak yang berkarakter atau berakhlak mulia.
25 Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013). h. 244.
26
Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Panduan Praktis Bagi Orang Tua, (Jakarta: Dahara Prize, 1989). h. 11
-
18
Disiplin akan mudah diterapkan jika peserta didik sudah terbiasa dengan rutinitas
yang konsisten sepanjang waktu.
Selain itu, guru maupun orang tua bersikap fleksibel artinya mampu membina
anak dengan disiplin tanpa mengekangnya dan memberikan kebebasan yang
terarah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat kegiatan yang bervariasi
dan berdampak baik bagi peserta didik. Membuat jadwal yang sesuai dengan
tahap perkembangan psikologinya sehingga anak tidak bosan dan merasa nyaman
dengan kondisi tersebut.
Menurut Sylvia Rimm terdapat beberapa strategi yang perlu diterapkan dalam
upaya membina karakter disiplin bagi peserta didik. Diantaranya:
(1)Konsisten, orang tua maupun guru harus konsisten dalam menegakkan
sikap disiplin kepada peserta didik. Sehingga anak mempercayai dan
menaati peraturan yang telah disepakatinya. Konsisten yang dilakukan
tidak boleh kaku sehingga menjadikan anak lebih keras dan marah
sehingga mereka banyak membangkang dengan peraturan yang ada.
(2)Pujian, merupakan bentuk perhatian yang positif. Namun kata-kata
pujian juga memiliki nilai tambah, yakni menunjukkan apa yang
diharapkan dari anak dan mengajarkan mereka tentang nilai-nilai yang
kita yakini. Oleh karena itu kita harus berhati-hati sehingga tidak
menimbulkan sifat kompetitif dan merasa super kepada anak. Untuk
memuji anak kita harus mampu memikirkan nilai-nilai yang kita
yakini dan persiapkan kata-kata pujian yang realistis, positif, dan
merefleksikan nilai-nilai tersebut ssehingga anak melihat harapn guru
dan orang tua realistis.
(3)Konsekuensi, misalnya anak yang memulai perkelahian akan
menanggung akibat perbuatannya sehingga mendapatkan konsekuensi
negatif. Artinya dia akan mendapatkan hukuman atas perbuannya dan
harus bertanggung jawab. Selain itu, terdapat konsekuensi positif
misalnya, anak yang berpakaian sendiri sebelum ke sekolah merasa
lebih baik daripada yang harus dipaksa berpakain setiap pagi.
(4)Aktifitas, hal tersebut merupakan prestasi belajar bagi anak dan
larangan melakukan aktifitas sebagai bentuk hukuman. Misalnya,
setelah selesai makan kudapan, kita akan membaca buku. Hadiah
aktifitas juga efektif bagi anak-anak usia prasekolah: setelah
membereskan mainan kita akan makan kudapan. Kebanyakan orang
menggunakan hukuman berupa larangan aktifitas, bukannya
menggunakan aktifitas sebagai hadiah atau penghargaan.
(5)Hadiah materi, secara teknis hadiah ini disebut sebagai benda
pendorong dan sering digunakan oleh banyak orang tua. Benda
pendorong tersebut efektif hanya untuk jangka pendek. Hadiah berupa
benda paling efektif jika digunakan sementara saja. Kita juga harus
-
19
menghindari dalam memberikan hadiah yang berlebih karena akan
berdampak buruk.27
Berdasarkan hasil penelitian Reisman dan Payne yang dikutip oleh buku
karangan Prof. Dr. H.E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Paud mengemukakan 9 (sembilan) cara untuk membina disiplin sebagai berikut:
(1) Konsep diri (self-Concept) strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari
setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan
bersifat empatik, menerima, hangat, dan terbuka sehingga peserta
didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam
memecahkan masalah.
(2) Keterampilan berkomunikasi (Communication Skill): guru harus memilki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima
semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
(3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (Natural and Logical Consequences); perilaku-perilaku yang salah terjadi karena pesrta
didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.
Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah. Untuk itu guru
disarankan; a) menunujukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah,
sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya.
b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang
salah.
(4) Klarifikasi nilai (Values Clarification); strategi ini dilakukan untuk
membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri
tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
(5) Analisis transaksional (Transactional Analysis); disarankan agar guru
belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan
peserta didik yang menghadapi masalah.
(6) Terapi realitas (Reality Therapy); sekolah harus berupaya mengurangi
kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus
bersikap positif dan bertanggung jawab.
(7) Disiplin yang terintegrasi (Assertive Dicipline); metode ini
menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan
dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku
yang sistematik diimplementasikan di kelas, termasuk pemanfaatan
papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang
berperilaku menyimpang.
(8) Modifikasi perilaku (Behavior Modification); perilaku salah
disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi. Sehubungan
27 Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), h. 79
-
20
dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan
yang kondusif.
(9) Tantangan bagi disiplin (Dare to Dicipline); guru diharapkan cekatan,
sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan
ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai
keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu
membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi
sebagai pemimpin.28
Sedangkan untuk membina disiplin peserta didik seorang guru disarankan
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Berperan sebagai model perilaku yang baik
Guru berfungsi sebagai model yang signifikan untuk para muridnya
ketika mereka menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada
muridnya dan memecahkan masalah dengan sikap tenang dan
terhormat.
2) Memperlihatkan rasa hormat dan perhatian satu sama lain
Guru diharapkan mampu menunjukkan perilaku yang sama
terhadap sesama guru, saling menunjukkan sikap sopan dan
memperlihatkan perhatian satu sama lain.
3) Secara kontinu menekankan aspek-aspek positif rencana disiplin
Pendekatan-pendakatan positif sangat efektif untuk membentuk
perilaku yang diharapkan dan menciptakan sebuah lingkungan
yang menerima serta mendukung.
4) Minta masukan dan keterlibatan murid
Para murid dan guru harus mengambil kesempatan untuk
melibatkan organisasi murid dalam peran kepemimpinan dan
manajemen yang sesuai seperti menggunakan organisasai murid,
memfasilitasi aktifitas sosial murid dan mengadakan program-
program kerja kelompok.29
Selain itu pada buku yang sama dari Geoff Colvin
menjelaskan tentang mengajarkan perilaku yang diharapkan pada
siswa dengan usia yang lebih muda diantaranya adalah:
a) Jelaskan Berikan cukup alasan dan tujuan untuk perilaku tertentu.
Dorong sebanyak mungkin partisipasi murid dalam
mengembangkan dasar alasan perilaku yang diharapkan.
28H.E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosda karya), cet III, h. 86
29Geoff Colvin, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (PT Indeks: Jakarta, 2008). h. 60-61.
-
21
Memastikan para murid mengerti apa kita minta dari
mereka dan mengapa kita memintanya
b) Sebutkan perilaku murid dengan jelas Dengan jelas sebut perilaku yang diminta kepada murid.
Perilaku-perilaku ini harus terpisah-pisah, berseri dan dapat
diamati.
c) Praktik Praktik sangat mendasar untuk mengembangakn kelancaran
dalam seluruh bidang keterampilan.
d) Pantau Berikan murid kesempatan untuk secara bebas
menunjukkan perilaku tersebut dalam situasi-situasi nyata.
Dengan hati-hati pantau kinerja para murid.
e) Tinjau Kembangkan sistem untuk meninjau secara periodik kinerja
murid dalam perilaku yang diharapkan. Sertakan
pengamatan formal perilaku murid untuk menilai berapa
banyak murid yang melakukan ekspektasi perilaku, berapa
lama hal ini dilakukan, serta masalah perilaku seperti apa
yang muncul. 30
Menurut Anas Salahudin mengatakan bahwa pribadi yang jujur dan
disiplin dapat terwujud melalui upaya berikut ini: (1) pengetahuan tentang nilai-
nilai yang telah terinternalisasi dalam diri sendiri, (2) pola perilakunya sudah
menetap, (3) responnya terhadap stimulus selalu sistematis dan metodologis, (4)
sikapnya terhadap sesuatu selalu konsisten dan optimis, (5) cara pandangnya
dipadu oleh prinsip-prinsip hidup yang bertanggung jawab.31
Dari pendapat di atas, diharapkan guru dapat melaksanakan tugasnya dan
dapat mempraktekkan pendapat tersebut dengan baik sehingga pembinaan dan
pengembangan karakter disiplin anak dapat berjalan dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif, nyaman, dan
menyenangkan. Pendekatan-pendekatan tersebut harus dilaksanakan secara
komprehensif baik dari pihak sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat
sehingga mampu mengembangkan karakter peserta didik yang kuat, baik, positif
dan konsisten.
30Ibid., hal. 55
31Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013). h. 244
-
22
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa
Dalam upaya membentuk sikap disiplin belajar siswa, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi sikap disiplin dan hasil belajarnya. Karena disiplin
adalah sebuah ketaatan dan kepatuhan serta sikap atau perubahan tingkah laku
maka hal tersebut tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Fani Juliana mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan
yang mendukung disiplin siswa yaitu a) dukungan dari diri sendiri
artinya pelaksanaan disiplin ini seperti mengikuti proses pembelajaran
dengan baik, dan menjalani aturan-aturan di sekolah dengan baik tanpa
menjadikannya sesuatu beban. Dengan adanya kesadaran diri siswa untuk
melaksanakan disiplin membuat siswa belajarbertanggung jawab dan
menumbuhkan rasa kebersamaan. b) Dukungan dari teman sebaya artinya
pelaksanaan disiplin siswa di sekolah sudah baik karena siswa tidak
dipengaruhi oleh ajakan cabut oleh teman saat proses pembelajaran
berlangsung, tidak takut diolok-olok teman apabila menaati peraturan.
Hal ini dapat berjalan baik karena siswa dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sehingga mampu menolak pengaruh-pengaruh negative
dari teman sebaya. c) Dukungan dari Lingkungan. Artinya faktor-faktor
yang mendukung disiplin siswa dari lingkungan sangat baik sehingga
siswa terbiasa belajar teratur baik di rumah maupun di sekolah . Siswa
tersebut akan terlatih terus untuk belajar mandiri, tertib dan bertanggung
jawab dalam kegiatan belajarnya.32
Selain itu, Slameto mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin belajar siswa yaitu
a) Faktor-faktor intern meliputi faktor jasmani, faktor psikologi dan
kelelahan. Faktor jasmani diantaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh.
Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensia, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor kelelahan misalnya
pengaturan jam yidur, istirahat, olahraga yang teratur dan variasi dalam
belajar.
b) Faktor-faktor ekstern meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Faktor keluarga misalnya cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Selanjutnya faktor sekolah
meliputi, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
gedung sekolah, metode mengajar, standar pelajaran di atas ukuran dan
tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi, kegiatan siswa dalam
32Fani Julia Fiana, Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan
Bimbingan Konseling, (Jurnal Ilmiah Konseling, April 2013).h. 32
-
23
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.33
Disiplin tidak muncul dengan sendirinya melainkan membutuhkan waktu
untuk latihan, pembiasaan, kesadaran diri, dan selalu dikembangkan secara
optimal. Disiplin perlu dilatih sejak dini mulai dari lingkungan terdekat yakni
keluarga, sekolah dan lingkungan teman sebaya. Disiplin dapat diterapkan dengan
melaksanakan hal-hal yang sederhana secara konsisten seperti kebiasaan bangun
pagi, sarapan pagi, belajar, sholat, jam tidur, dan berangkat sekolah harus
dilaksanakan dengan tepat waktu. Sehingga dengan adanya kedisiplinan dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari menjadi kebutuhan dan tanggung jawab bagi
individu.
Selain itu menurut Hurlock, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
cara mendisiplin diantaranya:
a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua. Bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka berhasil
mendidik mereka dengan baik, mereka menggunakan teknik yang
serupa dalam mendidik anak asuhan mereka.
b. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok. Semua orang tua dan guru, tetapi terutama mereka yang muda dan tidak
berpengalaman, lebih dipengaruhi oleh apa yang oleh anggota
kelompok mereka dianggap cara sebagai yang terbaik daripada oleh
sendirian mereka sendiri mengenai apa yang terbaik.
c. Usia orang tua atau guru. Usia orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan
permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Mereka
cenderung mengurangi kendali tatkala anak menjelang remaja.
d. Pendidikan untuk menjadi orang tua dan guru. Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak dan lebih
mengerti anak dan kebutuhannya lebih menggunakan teknik demokratis
dibandingkan orang tua yang tidak mendapat pelatihan demikian.
e. Jenis kelamin Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya
dibandingkan pria, dan mereka cenderung kurang otoriter.
f. Status sosio ekonomi Orang tua dan guru kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras,
memaksa, dan kurang toleran dibandingkan mereka kelas atas, tetapi
33 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003). h. 54-72
-
24
mereka lebih konsisten. Semakin berpendidikan, semakin mereka
menyukai disiplin demokratis.
g. Konsep mengenai peran orang dewasa Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran
orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah
mneganut konsep yang lebih modern. guru yang yakin bahwa harus ada
tata cara yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan disiplin
otoriter dibandingkan guru yang mempunyai konsep mengajar yang
demokratis.
h. Usia anak Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil daripada
untuk mereka yang lebih besar. Adapun teknik yang disukai,
kebanyakan mereka merasa bahwa anak kecil tidak dapat mengerti
penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka pada
pengendalian otoriter.
i. Situasi Ketakutan dan kecemasan biasanya tidak diganjar hukuman, sedangkan
sikap menentang, negativisme dan agresi kemungkinan lebih
mendorong pengendalian yang otoriter.34
Menurut Syarif Hidayat terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu
(1) kesadaran; (2) keteladanan, dan (3) penegakan aturan. Kesadaran merupakan
faktor utama dalam tegaknya disiplin. Sedangkan keteladanan dan penegakan
peraturan tidak akan mampu bertahan bila tidak dilandasi dengan kesadaran yang
tumbuh dalam diri seseorang. 35
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin
membutuhkan berbagai faktor yang mampu membina dan menegakkannya.
keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh dalam membangun sikap
disiplin peserta didik. Keteladanan yang baik akan termanifestasi melalui sikap
dan perilaku peserta didik. Pembiasaan yang baik juga dapat dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan, serta orang tua maupun dari pihak sekolah
harus sejalan dan memilki visi dan misi bersama dalam upaya peningkatan sikap
disiplin peserta didik.
34 Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 95
35
Syarif Hidayat, Pengaruh Kerjasama Guru dan Orang Tua Terhadap Disiplin Peserta Didik di SMPN Jagakarsa Jakarta Selatan, (Jurnal Ilmiah Widya, Agustus 2013). h. 95
-
25
6. Fungsi Disiplin Belajar di dalam Kelas
Disiplin memiliki banyak fungsi. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Disiplin sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga akan
tercipta kehidupan yang penuh ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu,
disiplin menjadi perhatian utama dalam pengembangan karakter peserta didik
terutama dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa yang disiplin terhadap
peraturan sekolah, akan merasakan dampaknya baik melalui hasil belajarnya
maupun sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan fungsi disiplin belajar di dalam kelas, Singgih Gunarsa
mengatakan bahwa fungsi utama disiplin adalah untuk mengajarkan bagaimana
mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas atau
peraturan yang ada. Pemberian sanksi terhadap mereka yang telah melakukan
pelanggaran harus ditetapkan berdasarkan dan atau sesuai dengan peraturan yang
berlaku.36
Menurut Elizabeth Hurlock, terdapat Fungsi yang bermanfaat yaitu,
(a) Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti
hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian. (b) untuk mengajar anak
suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang
berlebihan. (c) untuk membantu anak mnegendalikan diri dan pengarahan
diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk
membimbing tindakan mereka. Sedangkan fungsi yang tidak bermanfaat
yaitu (a) untuk menakut-nakuti anak, (b) sebagai pelampiasan agresi orang
yang mendisiplin.37
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sikap
disiplin, maka akan tercipta lingkungan yang kondusif, membangun kepribadian
yang kuat sebagai manifestasi masa depan, dan mampu bertanggung jawab
dengan baik terhadap perbuatan yang dilakukan. Selain itu, mereka menyadari
akan pentingnya kedisiplinan dan manfaatnya baik untuk dirinya sendiri maupun
dalam kehidupan bermasyarakat.
36Syarif Hidayat, Pengaruh Kerjasama Guru dan Orang Tua Terhadap Disiplin Peserta
Didik di SMPN Jagakarsa Jakarta Selatan, (Jurnal Ilmiah Widya, Agustus 2013). h. 98
37 Opcit,. h. 97
-
26
B. Hakikat Reward dalam Pendidikan
1. Pengertian Reward
Reward adalah kata serapan dari bahasa inggris reward. Reward adalah
sesuatu yang diberikan untuk memberikan semangat atas suatu pekerjaan,
pelayanan. John W. Santrock mendefinisikan bahwa reward adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Santrock memberikan istilah yang berbeda dengan rewardnya yakni
reinforcement, namun memiliki kesamaan makna. Maksud dari definisi Santrock
tersebut adalah bahwa suatu perilaku pasti akan kembali terjadi dengan cara
memberikan konsekuensi positif atau ganjaran yang dapat meningkatkan peluang
motif perilaku tersebut sebelum diberikannya ganjaran.38
Reward dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi belajar anak dan
mampu membina serta mengembangkan disiplin peserta didik. Reward dan
punishment yang diberikan harus bersifat efektif, sesuai dengan perilakunya.
Alifus Sabri mengatakan bahwa reward adalah alat pendidikan yang diberikan
kepada anak-anak yang menunjukkan prestasi atau hasil pendidikan yang baik,
baik dari segi prestasi kepribadiannya yang meliputi kelakuannya, kerajinannya,
maupun dalam prestasi belajarnya.39
Sedangkan reward yang diberikan bermacam-macam dan tidak selamanya
berbentuk materi. Reward dapat diberikan berupa pujian, sanjungan, tepuk tangan,
dan kata-kata positif. Hal ini sangat penting karena ucapan yang baik dan positif
mampu mempengaruhi kondisi psikologis peserta didik. Kata-kata tersebut
menyejukkan hatinya, dan mendorong mereka untuk percaya diri, optimis, dan
semangat baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
2. Syarat-syarat Reward
Reward dapat diberikan oleh guru kepada peserta didik dengan tujuan untuk
mengapresiasi atas sikap dan perilaku baiknya serta kemampuan baik akademis
maupun nonakademis. Ganjaran atau reward merupakan salah satu alat
pendidikan yang berfungsi untuk mendidik anak supaya anak dapat merasa senang
38 John W. Santrock, Alih Bahasa Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), Cet 2. H. 272-273
39 Alifus Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2005) h. 60
-
27
karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Namun seorang
pendidik harus mengetahui bagaiamana memberikan reward atau ganjaran yang
tepat terhadap peserta didiknya dengan tujuan agar anak menjadi lebih giat dalam
usaha untuk memperbaiki prestasi yang telah dicapainya. Jadi dengan adanya
reward ini bukanlah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik, namun bertujuan
untuk mendidik mereka membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan
lebih keras dari anak tersebut.
Terdapat beberapa syarat yang harus diperhatiakn oleh pendidik dalam
memberikan reward Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul
Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis terdapat beberapa pedoman dalam
memberikan reward yang perlu diperhatikan oleh pendidik:
1) Untuk memberikan reward yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Ganjaran dan
penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tak
diinginkan
2) Ganjaran yang diberikan kepada anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak lain yang merasa
pekerjaannya juga lebih baik tetapi tidak mendapat ganjaran.
3) Memberi ganjaran hendaklah hemat. Terlalu sering atau terus menerus memberi ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran
itu sebagai alat pendidikan.
4) Janganlah memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak menunjukkan prestasi kerjanya. Ganjaran yang telah diberikan
terlebih dahulu akan memberikan anak-anak berburu-buru dalam
bekerja dan akan memberikan kesukaran-kesukaran bagi beberapa
orang anak yang kurang pandai.
5) Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah
dari jerih payah yang telah dilakukannya.40
Selain itu, menurut Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul
Pendidikan Karakter menjelaskan tetang syarat imbalan atau reward untuk
dijadikan alasan agar berbuat baik, maka seorang guru dapat melakukan
beberapa hal berikut ini:
1) Memperkenalkan imbalan (reward) sebagai motivator tambahan hanya jika peraturan telah dibahas dan dilaksanakan sebagaimana
mestinya sehingga komunitas kelas dapat berfungsi dengan baik
40 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011). Cet ke 20. h. 184.
-
28
2) Gunakan sistem imbalan sesekali saja dan jangan gunakan terus menerus.Ini untuk menghindari ketergantungan pada motivator
eksternal.
3) Jelaskan pada siswa bahwa mematuhi peraturan adalah menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain dan membuat kelas menjadi tempat
yang menyennagkan
4) Membuat sebuah sistem di mana imbalan bagi perilaku baik adalah peluang lain untuk berkelakuan baik seperti membantu tugas guru atau
mengajari siswa lain.41
Seorang pendidik harus menyadari bahwa objek dari yang dididik adalah
anak yang masih lemah kemampuannya dan belum memiliki pemikiran yang
matang seperti orang dewasa. Mereka pun belum bisa dituntuk layaknya orang
dewasa yang mampu mengerjakan perbuatan yang baik dan meninggalkan
perbuatan yang buruk berdasarkan atas kesadaran mereka sendiri. Tanggung
jawab dan kewajiban mereka masih belum sempurna sehingga penghargan atau
imbalan baik berupa pujian atau lainnya sangat diperlukan untuk membentuk
kemauan dan kata hati.
Menurut Ngalim Purwanto mengatakan bahwa pendidik hendaklah
menginsafi pula bahwa tujuan pendidikan adalah membawa anak dalam
pertumbuhannya menjadi manusia yang tahu akan kewajiban, mau mengerjakan
dan berbuat yang baik bukan karena pujian dan ganjaran.42
Selanjunya menurut Charles Schaefer syarat-syarat reward diantaranya
adalah:
a. Hadiah konkrit seharusnya diberikan hanya sebagai pendorong, yaitu mengahrgai, memberi perhatian, menghormati, memberi kasih sayang.
Dengan cara tersebut, secara berangsur-angsur hadiah konkrit akan hilang
dan dapat diganti hanya dengan kata-kata
b. Memilih hadiah yang sesuai dengan kesukaan anak c. Memberikan hadiah secara sistematis artinya memberikan hadiah untuk
sikap tertentu, jelas dan konkrit. Selanjutnya membuat catatan untuk
mengetahui perkembangan dan kekurangannya, memberikan hadiah
dengan segera setelah anak melakukan apa yang diinginkan dan meninjau
kembali keberhasilan-kebarhasilan atau kekurangan-kekurangan.
d. Kesalahan kita pada umumnya adalah ingin mendapatkan banyak perubahandengan hadiah yang sekecil-kecilnya sedangkan langkah
41Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media 2013). h. 170.
42 Opcit., h. 184
-
29
pertama untuk mendapatkan perubahan pada anak memerlukan hadiah
yang besar dan banyak.43
Oleh karena itu syarat-syarat dalam memberikan reward sangat diperlukan
sebagai upaya dalam pembentukan karakter dan membangun kesadaran dari
masing-masing peserta didik untuk melakukan perbuatan yang baik dan menerima
konsekuensi dari pelanggaran yang telah mereka lakukan. Sehingga dengan
demikian terbentuklah sebuah pembiasaan yang baik yang akan menjadi karakter
yang kuat pada diri mereka nantinya.
3. Bentuk-bentuk Reward
Bentuk-bentuk Reward menurut Ronald L Partin dalam bukunya edisi ke
tiga yang berjudul Kiat Nyaman Mengajar di Dalam Kelas menjelaskan bahwa
terdapat tiga bentuk reward:
a. Dukungan sosial, imbalan yang berarti pada sebagian siswa mungkin tidak berpengaruh terhadap siswa lainnya. misalnya, pujian terbuka
dari guru merupakan imbalan yang menyenangkan bagi beberapa
siswa dan secara positif memotivasi perilakunya. Seringkali siswa
hanya memilki sedikit motivasi internal (dalam diri) ketika masuk
kelas. Entah kurang menyukai pelajarannya atau tidak nyaman dengan
teman-temannya sehingga diperlukan imbalan ekternal (dari luar)
untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Dukungan soisal dapat
berbentuk, diberi peringkat, tepuk tangan, pengakuan, senyuman,
anggukan, pelukan, sikap tubuh positif, sertifikat, ucapan selamat,
kediapn mata, pengakuan dalam kelompok, kehormatan, piagam
penghargaan, kertas bergambar wajah, tersenyum, kalimat
penghargaan, pengakuan teman, tanda berhasil, pujian, catatan
menyenangkan, komentar positif, tanda tangan kepala sekolah,
diberikan kertas khusus, stiker, tepuk bahu, teman-teman berdiri
sebagai penghormatan dan dimintai pendapat atau nasehat.
b. Dukungan Aktifitas, hak istimewa misalnya diberi kesempatan untuk menggunakan komputer, diberi waktu istirahat, diberi kesempatan
pertama dalam beraktifitas, piknik, membuat karya seni, melakukan
kegiatan lapangan, bernyanyi, pulang lebih awal, memilih tempat
duduk, mengajari siswa yang lebih muda, menggambar atau membuat
kerajinan tan