menindak tegas law pengusaha...
TRANSCRIPT
1
@BPJSTKinfo
BPJS Ketenagakerjaan
Call Center: 1500910
www.bpjsketenagakerjaan.go.id
JEMBATAN MENUJU KESEJAHTERAAN PEKERJA
VO
LU
ME
10
l T
AH
UN
20
15
ENFORCEMENTLAW
TRANSPORTASIUDARA
KESELAMATANDAN KEAMANAN
ATURUANGUNTUKHARI TUA
BRIDGE VOLUME 09 www.bpjsketenagakerjaan.go.idPB
MENINDAKTEGAS
PENGUSAHANAKAL
Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja
@BPJSTKinfoBPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan
www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Saya Bersama BPJS KetenagakerjaanBpk. Markani, 43 tahun“BPJS Ketenagakerjaan, memberikan rasa aman dan ketenangan pada diri dan keluarga saat berangkat melaut demi mewujudkan impian.”
3www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Elvyn G MasassyaDirektur Utama
T
HALO
erkait hal tersebut, BPJS
Ketenagakerjaan siap melakukan
tindakan tegas bagi perusahaan di
Indonesia yang tidak mengikuti
aturan terkait kewajiban mendaftarkan
karyawannya menjadi peserta. Agar
ketentuan yang diamanahkan undang-
undang tersebut bisa berjalan efektif, BPJS
Ketenagakerjaan membentuk unit
pengawasan dan pemeriksaan.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan,
Elvyn G Massasya mengatakan, hingga saat
ini masih banyak perusahaan di Indonesia
yang belum menjadi peserta BPJS
LAW ENFORCEMENT
Saat ini, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan tengah
mempersiapkan banyak hal. Selain
mendorong penambahan dan
perluasan kepesertaan, BPJS
Ketenagakerjaan juga fokus
meningkatkan pengawasan dan
pemeriksaan kepada perusahaan
yang sudah menjadi peserta dan
akan menjadi peserta.
Ketenagakerjaan. Dengan adanya
wasrik, lanjut Elvyn, diharapkan terjadi
peningkatan kepesertaan bagi perusahaan
di Indonesia.
Dengan dibentuknya unit pengawasan
dan pemeriksaan agar perusahaan-
perusahaan di Indonesia mematuhi segala
aturan yang mewajibkan karyawannya
didaftarkan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan. “Untuk memperkuat
tugasnya, BPJS Ketenagakerjaan juga akan
melakukan kerja sama dengan instansi
terkait seperti kejaksaan dan kepolisian,”
terangnya. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id4
INVESTMENT
23 26
30
DAFTAR ISI BRIDGE
Publisher: Direksi BPJS Ketenagakerjaan Editor in Chief: Utoh Banja l Managing Editor: Isnaldi Muhd. Dini l Editor: Faizal Rachman, Maria Emmy Maharjati, Ariyanto, Brian Radiastra, M. Kurniawan, Ahmad Ikhsan, Tri Harningsih l Reporters: Adyan Suseno, Ahmad Jauhari l Designer: Purwanto
Eddyl Photographer: Afrianto
Alamat Redaksi: Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan Indonesia 12930, website: www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Redaksi menerima sumbangan tulisan maupun foto kegiatan yang berhubungan dengan piha-pihak ekstenal di unit-unit kerja untuk dimuat di rubrik-rubrik MAJALAH BRIDGE. Semua naskah rubrik-rubrik di atas maksimal 5000 karakter dan dilampiri foto diri penulis. Naskah yang dimuat akan diberikan imbalan yang pantas.
Cover : Law
Enforcement
MenindakTegasPengusahaNakal
HALO
EVENT
MANFAAT
RS TRAUMA CENTER, Sarana Pelayanan Program JKK RTW
@BPJSTKInfo
Main Report
Figur
36
IDEA36
8
12
5
19
SEBERANG
Sekali Lagi Tentang Jaminan Pensiun
Law Enforcement atas Pelanggaran Jaminan Sosial di Malaysia
Untungnya Menjadi Peserta Bpjs Ketenagakerjaan
3LAW ENFORCEMENTSaat ini, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tengah mempersiapkan banyak hal. Selain mendorong penambahan dan perluasan kepesertaan, BPJS Ketenagakerjaan juga fokus meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan kepada perusahaan yang sudah menjadi peserta dan akan menjadi peserta.
FUN RUN 5 KBPJS KETENAGAKERJAAN 2015
SANKSI PIDANA BUATPENGEMPLANG IURAN
PENTINGNYAPENEGAKKAN HUKUM
MENINDAK TEGASPENGUSAHA NAKAL
SULINTANGMALANGMELINTANGDALAMMENUJUPUNCAK
Ahmad Sulintang,SE.Ak,MM.CCMO BPJSKetenagakerjaan
5www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
@bpjstkinfo
Pemerintah telah menggulirkan
tiga peraturan pemerintah (PP) No
44, 45 dan 60 mengenai jaminan
sosial, untuk melengkapi PP 86
tahun 2013 dan UU BPJS
Ketenagakerjaan. Peraturan ini
dikeluarkan, sebagai upaya dalam
penegakan hukum bagi
perusahaan yang tidak memenuhi
kewajibannya membayar iuran
jaminan sosial.
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Sanksi Pidana BuatPengemplang Iuran
B
adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenegakerjaan telah mengantongi
peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45
dan 60 terkait penegakan hukum bagi
perusahaan yang mengemplang iuran. Dalam
peraturan tersebut, ancaman pidana dan kurungan
bisa diberikan bagi perusahaan yang membandel.
Kepala Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan
Jateng dan DIY, Achmad Hafiz, mengatakan, ketiga
peraturan baru yang dimaksud, meliputi PP nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JK), PP nomor 45 Tahun 2015 tentang
pelaksanaan Jaminan Pensiun (JP) serta PP nomor 60
Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Jaminan Hari
Tua (JHT).
Dengan peraturan baru tersebut, BPJS
Ketenagakerjaan memiliki kewenangan untuk
mempidanakan dan menjatuhkan denda kepada para
pengusaha mengabaikan setoran iuran Jaminan Sosial
bagi para pekerjanya. “Namun demikian, perusahaan
yang belum patuh tentunya secara berkala akan kami
berikan pemahaman terlebih dahulu,” jelas Hafiz.
Menurut Hafiz, sanksi tersebut diberikan dalam
upaya penegakan hukum (law enforcement) di sektor
ketenagakerjaan. Untuk itu, lanjut Hafiz, pihak BPJS
Ketenagakerjaan akan menjalin kerjasama dengan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
kejaksaan di setiap daerah tingkat II kabupaten/ kota.
Upaya penegakan hukum ini, lanjut Hafiz, akan
diterapkan dalam dua tahap. Tahap awal, BPJS
Ketenagakerjaan secara berkala akan melayangkan
peringatan tertulis bagi pengusaha yang lalai
menyetorkan iuran ketenagakerjaan. Kalau tahapan itu
sudah dilaksanakan, tapi pihak perusahaan tidak
menanggapi, maka BPJS Ketenagakerjakan akan
melaporkan kepada pihak yang memiliki otoritas
pencabutan izin usaha. ”Pihak BPJS Ketenagakerjaan
bakal melakukan tindakan administratif kepada
pengusaha yang membandel, salah satunya, dengan
meminta kepala daerah untuk menghentikan layanan
publik di lokasi perusahaan yang bersangkutan,”
ucapnya.
Sebelum ancaman mempidanakan dan
menetapkan denda, Hafiz menghimbau, khususnya
kepada setiap peserta jaminan ketenagakerjaan di
Jateng dan DI Yogyakarta agar mematuhi tiga
peraturan tersebut. Ia pun juga berjanji akan terus
memberikan edukasi bagi pengusaha agar memahami
hal tersebut.
Hafiz mengingatkan, agar perusahan yang
memiliki kewajiban jangan coba-coba melanggar
aturan tentang kewajiban mematuhi membayar iuran
ketenagakerjaan. “Yang tidak menyetorkan iuran
jaminan sosial tenaga kerja pasti kami seret ke meja
hijau,” tegasnya. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id6
Peraturan
PP. No 86 Tahun 2013
Di dalam UU BPJS juga menjelaskan peserta BPJS
Ketenagakerjaan adalah setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran. Dan pemberi
kerja (perusahaan) secara bertahap wajib
mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta
BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan program
Jaminan Sosial yang diikuti.
Kepesertaan Jaminan Sosial bagi pekerja dan
pemberi kerja merupakan suatu kewajiban, yang
dipertegas oleh Peraturan Pemerintah (PP) No 86
tahun 2013 mengenai Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif kepada Pemberi Kerja Selain
Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain
Pemberi Kerja dan Pekerja Penerima Bantuan Iuran
Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
Kewajiban mendaftarkan kepesertaan program
BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja dan pemberi
kerja, sudah disosialisasikan sejak lama, tepatnya tahun
2013 lalu, kepada perusahaan-perusahaan swasta
nasional (PMDN) maupun asing (PMA) yang
berdomisili di wilayah Indonesia.
Penyelenggaraan Jaminan Sosial oleh BPJS
Ketenagakerjaan merupakan amanah dari UU SJSN
dan UUD 45, yang seharusnya menjadi tugas dan
kewajiban dari negara, sebagai salah satu upaya untuk
mensejahterakan rakyat dan bangsa Indonesia.
Seperti yang pernah dikemukakan berulang-ulang
oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G
Masassya di berbagai pertemuan bahwa keikutsertaan
Jaminan Sosial adalah demi kebaikan para tenaga kerja
yang bekerja di perusaaan swasta nasional maupun
asing, agar lebih terjamin kesejahteraannya.
Oleh karena itu, para perusahaan yang tidak
mentaati peraturan yang terkait dengan kewajibannya
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan akan dikenakan sanksi mulai dari yang
ringan seperti sanksi administratif hingga ancaman
hukuman yang berupa denda maupun sanksi pidana.
Adapun sanksi administratif dijatuhkan, bila
perusahaan selain penyelenggara negara tidak
melaksanakan kewajibannya mendaftarkan pekerjanya
sebagai peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan. Sanksi
administratif itu bisa berupa, sebagai berikut, teguran
tertulis yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Denda dan atau yang dilakukan oleh BPJS. Tidak
mendapat pelayanan publik tertentu, yang dilakukan
oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas
permintaan BPJS Ketenagakerjaan.
Sedangkan sanksi tidak mendapat pelayanan publik
tertentu yang dikenai kepada Pemberi Kerja Selain
Penyelenggara Negara dapat berbentuk, perizinan terkait
usaha, seperti izin yang diperlukan dalam mengikuti
tender proyek, izin memperkerjakan tenaga kerja asing,
izin perusahaan penyedia jasa pekerja/ buruh; atau Izin
Mendirikan Bangunan (IMB).
Dasar hukum untuk sanksi yang dijatuhkan kepada
kepada perusahaan pemberi kerja yang tidak
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan, meliputi UU No 24 Tahun 2011 (UU
BPJS) dan PP No 86 Tahun 2013
Di dalam UU BPJS, sanksi hukum administratif
diuraikan pada Pasal 17 ayat 1 yang berbunyi, Pemberi
kerja selain penyelenggara negara yang tidak
melaksanakan ketentuan yang dimaksud Pasal 15 ayat
1 dan 2 dan setiap orang yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana di maksud akan dikenai sanksi
administratif.
Selanjutnya, pengertian sanksi administratif,
pelaksanannya dilakukan oleh, serta tata caranya,
diuraikan pada Pasal 17 ayat 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan
dasar hukum lainnya diuraikan dengan tegas dalam PP
No 86 Tahun 2013, meliputi, Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2,
serta Pasal 9 ayat 1, yang isinya kurang lebih sama dan
sebagai dasar hukum dalam law enforcement.
Di dalam penegakan hukum menjalankan perintah
peraturan dan perundangan tersebut, menurut Elvyn,
badan yang dipimpinnya telah merekrut karyawan
khusus sebagai petugas yang mengawasi dan
memeriksa perusahaan-perusahaan yang melanggar
ketentuan PP Nomor 86 dan UU BPJS.
Kemudian menindaklanjutinya sesuai perintah
peraturan dan perundangan di dalam penegakan
hukum. Sejak semester ke dua tahun 2014, Kantor
BPJS Ketenagakerjaan diberbagai wilayah, telah
melayangkan surat teguran kepada
perusahaan-perusahaan yang belum mendaftarkan
pekerja dan pemberi kerja sebagai peserta Jaminan
Sosial. “Jika perusahaan-perusahaan tersebut setelah
mendapat teguran yang ringan tetap tidak
medaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan
Sosial, maka mereka terancam dikenai sanksi
kurungan dan denda hingga miliaran rupiah, “ kata
Elvyn G Massasya dalam acara press gathering, di
Bandung memasuki semester ke 2 tahun 2015 lalu. n
BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. (Pasal 1 Ayat 1 UU BPJS). dan
institusi baru yang bertransformasi dari PT Jamsostek tersebut
menyelenggarakan sejumlah program, antara lain, jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
Law Enforcement UntukKepesertaan Jaminan Sosial
7www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Peraturan
Di dalam UU BPJS juga menjelaskan peserta BPJS
Ketenagakerjaan adalah setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran. Dan pemberi
kerja (perusahaan) secara bertahap wajib
mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta
BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan program
Jaminan Sosial yang diikuti.
Kepesertaan Jaminan Sosial bagi pekerja dan
pemberi kerja merupakan suatu kewajiban, yang
dipertegas oleh Peraturan Pemerintah (PP) No 86
tahun 2013 mengenai Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif kepada Pemberi Kerja Selain
Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain
Pemberi Kerja dan Pekerja Penerima Bantuan Iuran
Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
Kewajiban mendaftarkan kepesertaan program
BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja dan pemberi
kerja, sudah disosialisasikan sejak lama, tepatnya tahun
2013 lalu, kepada perusahaan-perusahaan swasta
nasional (PMDN) maupun asing (PMA) yang
berdomisili di wilayah Indonesia.
Penyelenggaraan Jaminan Sosial oleh BPJS
Ketenagakerjaan merupakan amanah dari UU SJSN
dan UUD 45, yang seharusnya menjadi tugas dan
kewajiban dari negara, sebagai salah satu upaya untuk
mensejahterakan rakyat dan bangsa Indonesia.
Seperti yang pernah dikemukakan berulang-ulang
oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G
Masassya di berbagai pertemuan bahwa keikutsertaan
Jaminan Sosial adalah demi kebaikan para tenaga kerja
yang bekerja di perusaaan swasta nasional maupun
asing, agar lebih terjamin kesejahteraannya.
Oleh karena itu, para perusahaan yang tidak
mentaati peraturan yang terkait dengan kewajibannya
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan akan dikenakan sanksi mulai dari yang
ringan seperti sanksi administratif hingga ancaman
hukuman yang berupa denda maupun sanksi pidana.
Adapun sanksi administratif dijatuhkan, bila
perusahaan selain penyelenggara negara tidak
melaksanakan kewajibannya mendaftarkan pekerjanya
sebagai peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan. Sanksi
administratif itu bisa berupa, sebagai berikut, teguran
tertulis yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Denda dan atau yang dilakukan oleh BPJS. Tidak
mendapat pelayanan publik tertentu, yang dilakukan
oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas
permintaan BPJS Ketenagakerjaan.
Sedangkan sanksi tidak mendapat pelayanan publik
tertentu yang dikenai kepada Pemberi Kerja Selain
Penyelenggara Negara dapat berbentuk, perizinan terkait
usaha, seperti izin yang diperlukan dalam mengikuti
tender proyek, izin memperkerjakan tenaga kerja asing,
izin perusahaan penyedia jasa pekerja/ buruh; atau Izin
Mendirikan Bangunan (IMB).
Dasar hukum untuk sanksi yang dijatuhkan kepada
kepada perusahaan pemberi kerja yang tidak
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan, meliputi UU No 24 Tahun 2011 (UU
BPJS) dan PP No 86 Tahun 2013
Di dalam UU BPJS, sanksi hukum administratif
diuraikan pada Pasal 17 ayat 1 yang berbunyi, Pemberi
kerja selain penyelenggara negara yang tidak
melaksanakan ketentuan yang dimaksud Pasal 15 ayat
1 dan 2 dan setiap orang yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana di maksud akan dikenai sanksi
administratif.
Selanjutnya, pengertian sanksi administratif,
pelaksanannya dilakukan oleh, serta tata caranya,
diuraikan pada Pasal 17 ayat 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan
dasar hukum lainnya diuraikan dengan tegas dalam PP
No 86 Tahun 2013, meliputi, Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2,
serta Pasal 9 ayat 1, yang isinya kurang lebih sama dan
sebagai dasar hukum dalam law enforcement.
Di dalam penegakan hukum menjalankan perintah
peraturan dan perundangan tersebut, menurut Elvyn,
badan yang dipimpinnya telah merekrut karyawan
khusus sebagai petugas yang mengawasi dan
memeriksa perusahaan-perusahaan yang melanggar
ketentuan PP Nomor 86 dan UU BPJS.
Kemudian menindaklanjutinya sesuai perintah
peraturan dan perundangan di dalam penegakan
hukum. Sejak semester ke dua tahun 2014, Kantor
BPJS Ketenagakerjaan diberbagai wilayah, telah
melayangkan surat teguran kepada
perusahaan-perusahaan yang belum mendaftarkan
pekerja dan pemberi kerja sebagai peserta Jaminan
Sosial. “Jika perusahaan-perusahaan tersebut setelah
mendapat teguran yang ringan tetap tidak
medaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan
Sosial, maka mereka terancam dikenai sanksi
kurungan dan denda hingga miliaran rupiah, “ kata
Elvyn G Massasya dalam acara press gathering, di
Bandung memasuki semester ke 2 tahun 2015 lalu. n
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id8
MainReport
alam Undang-Undang (UU) Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dijelaskan, pentingnya program
kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,
menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi
terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.
Namun demikian, meski sudah menjadi
konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak
mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut
dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran
BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda
maksimal Rp1 miliar.
Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,
bila perusahaan mematuhi konstitusi dan
mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan
sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa
kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja
dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit
menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini
sering terjadi.
Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di
dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,
perlu kiranya adanya aturan yang bersifat
memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan
yang tidak mematuhi aturan tersebut.
Dalam rangka penegakan hukum (law
enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur
penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan
pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada
Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan
Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan
Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan
Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif
Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Sanksi administratif itu sebenarnya sudah
disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin
BPJS Ketenagakerjaan telah membentuk urusan pengawasan dan pemeriksaan agar perusahaan Indonesia mematuhi segala aturan yang telah dikeluarkan terkait kewajiban menjadi peserta.
memperjelas sanksi administratif baik kepada
pengelola BPJS maupun kepada pengusaha
pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,
misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat
pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja
selain penyelenggara negara, orang atau penerima
bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.
Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi
mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan
penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,
termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang
tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya
dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.
Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah
kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan
perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai
shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.
Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan
mengembangkan kewenangan pengawasan yang
dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan
hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.
Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus
jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan
BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak
untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan
ompong,” ucapnya.
Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan
BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur
menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah
membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan
yang tugas dan perannya melakukan pengawasan
dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di
Indonesia.
Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS
Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan
pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor
cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan
pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,
kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di
didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.
Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah
dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,
maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi
agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi
berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu
atau penghentian pelayanan publik melalui
pemerintahan daerah (Pemda) setempat.
Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan
diantaranya dengan menunda penerbitan maupun
perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan
lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam
peraturan yang berlaku.
Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat
pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS
Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan
pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama
itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru
atau memperpanjang izin usahanya harus
membuktikan kepesertaannya di BPJS
Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,
tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap
merekomendasikan itu,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan
tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan
tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya
sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM
untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan
diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak
mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran
sampai penjatuhan sanksi.
Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi
sudah jelas diatur dalam peraturan
perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86
Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan
BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata
Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan
Pemeriksaan.
Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi
yang dapat diterapkan dalam menyerap serta
meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila
seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja
sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan
baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang
tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan
100 persen," pungkasnya.
Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang
tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor
BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara
mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS
Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan
yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,
silakan para pekerja yang perusahaannya tidak
mendaftarkan sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang
urus ke perusahaannya,” tegasnya.
Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum
BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra
mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah
dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh
rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial
khususnya bagi pekerja.
Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,
sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi
tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi
perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,
izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia
jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi
tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit
pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas
Rilexya.
Namun demikian, Rilexya
menambahkan, BPJS tak mungkin
menjalankan sendiri penjatuhan dan
pengawasan sanksi administratif
tersebut. Kerjasama dengan lembaga
lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih
menyiapkan perangkat yang
dibutuhkan sebelum ancaman sanksi
yang disebut dalam PP dijalankan.
Sebut misalnya, dalam kondisi apa
sanksi dijatuhkan, siapa petugas
pemeriksa pemberi kerja dan
bagaimana koordinasi dengan instansi
terkait. “Ke depan harus bisa
dipastikan seluruh petugas pengawas
dan pemeriksaan BPJS
Ketenagakerjaan bisa bekerjasama
dan berkoordinasi dengan instansi
yang terkait dalam menjalankan
tugasnya,” tukasnya. n
PENTINGNYA PENEGAKKAN HUKUMBAGI PELANGGAR KEPESERTAANBPJS KETENAGAKERJAAN
9www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
MainReport
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Dalam Undang-Undang (UU) Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dijelaskan, pentingnya program
kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,
menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi
terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.
Namun demikian, meski sudah menjadi
konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak
mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut
dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran
BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda
maksimal Rp1 miliar.
Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,
bila perusahaan mematuhi konstitusi dan
mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan
sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa
kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja
dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit
menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini
sering terjadi.
Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di
dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,
perlu kiranya adanya aturan yang bersifat
memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan
yang tidak mematuhi aturan tersebut.
Dalam rangka penegakan hukum (law
enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur
penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan
pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada
Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan
Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan
Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan
Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif
Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Sanksi administratif itu sebenarnya sudah
disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin
memperjelas sanksi administratif baik kepada
pengelola BPJS maupun kepada pengusaha
pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,
misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat
pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja
selain penyelenggara negara, orang atau penerima
bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.
Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi
mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan
penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,
termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang
tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya
dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.
Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah
kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan
perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai
shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.
Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan
mengembangkan kewenangan pengawasan yang
dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan
hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.
Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus
jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan
BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak
untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan
ompong,” ucapnya.
Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan
BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur
menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah
membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan
yang tugas dan perannya melakukan pengawasan
dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di
Indonesia.
Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS
Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan
pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor
cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan
pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,
kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di
didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.
Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah
dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,
maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi
agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi
berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu
atau penghentian pelayanan publik melalui
pemerintahan daerah (Pemda) setempat.
Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan
diantaranya dengan menunda penerbitan maupun
perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan
lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam
peraturan yang berlaku.
Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat
pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS
Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan
pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama
itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru
atau memperpanjang izin usahanya harus
membuktikan kepesertaannya di BPJS
Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,
tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap
merekomendasikan itu,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan
tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan
tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya
sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM
untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan
diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak
mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran
sampai penjatuhan sanksi.
Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi
sudah jelas diatur dalam peraturan
perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86
Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan
BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata
Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan
Pemeriksaan.
Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi
yang dapat diterapkan dalam menyerap serta
meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila
seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja
sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan
baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang
tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan
100 persen," pungkasnya.
Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang
tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor
BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara
mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS
Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan
yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,
silakan para pekerja yang perusahaannya tidak
mendaftarkan sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang
urus ke perusahaannya,” tegasnya.
Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum
BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra
mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah
dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh
rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial
khususnya bagi pekerja.
Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,
sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi
tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi
perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,
izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia
jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi
tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit
pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas
Rilexya.
Namun demikian, Rilexya
menambahkan, BPJS tak mungkin
menjalankan sendiri penjatuhan dan
pengawasan sanksi administratif
tersebut. Kerjasama dengan lembaga
lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih
menyiapkan perangkat yang
dibutuhkan sebelum ancaman sanksi
yang disebut dalam PP dijalankan.
Sebut misalnya, dalam kondisi apa
sanksi dijatuhkan, siapa petugas
pemeriksa pemberi kerja dan
bagaimana koordinasi dengan instansi
terkait. “Ke depan harus bisa
dipastikan seluruh petugas pengawas
dan pemeriksaan BPJS
Ketenagakerjaan bisa bekerjasama
dan berkoordinasi dengan instansi
yang terkait dalam menjalankan
tugasnya,” tukasnya. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id10
MainReport
alam Undang-Undang (UU) Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dijelaskan, pentingnya program
kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,
menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi
terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.
Namun demikian, meski sudah menjadi
konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak
mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut
dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran
BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda
maksimal Rp1 miliar.
Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,
bila perusahaan mematuhi konstitusi dan
mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan
sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa
kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja
dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit
menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini
sering terjadi.
Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di
dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,
perlu kiranya adanya aturan yang bersifat
memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan
yang tidak mematuhi aturan tersebut.
Dalam rangka penegakan hukum (law
enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur
penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan
pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada
Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan
Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan
Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan
Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif
Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Sanksi administratif itu sebenarnya sudah
disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin
memperjelas sanksi administratif baik kepada
pengelola BPJS maupun kepada pengusaha
pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,
misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat
pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja
selain penyelenggara negara, orang atau penerima
bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.
Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi
mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan
penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,
termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang
tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya
dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.
Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah
kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan
perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai
shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.
Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan
mengembangkan kewenangan pengawasan yang
dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan
hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.
Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus
jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan
BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak
untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan
ompong,” ucapnya.
Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan
BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur
menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah
membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan
yang tugas dan perannya melakukan pengawasan
dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di
Indonesia.
Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS
Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan
pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor
cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan
pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,
kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di
didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.
Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah
dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,
maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi
agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi
berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu
atau penghentian pelayanan publik melalui
pemerintahan daerah (Pemda) setempat.
Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan
diantaranya dengan menunda penerbitan maupun
perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan
lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam
peraturan yang berlaku.
Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat
pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS
Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan
pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama
itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru
atau memperpanjang izin usahanya harus
membuktikan kepesertaannya di BPJS
Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,
tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap
merekomendasikan itu,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan
tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan
tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya
sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM
untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan
diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak
mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran
sampai penjatuhan sanksi.
Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi
sudah jelas diatur dalam peraturan
perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86
Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan
BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata
Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan
Pemeriksaan.
Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi
yang dapat diterapkan dalam menyerap serta
meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila
seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja
sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan
baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang
tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan
100 persen," pungkasnya.
Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang
tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor
BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara
mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS
Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan
yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,
silakan para pekerja yang perusahaannya tidak
mendaftarkan sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang
urus ke perusahaannya,” tegasnya.
Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum
BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra
mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah
dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh
rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial
khususnya bagi pekerja.
Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,
sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi
tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi
perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,
izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia
jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi
tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit
pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas
Rilexya.
Namun demikian, Rilexya
menambahkan, BPJS tak mungkin
menjalankan sendiri penjatuhan dan
pengawasan sanksi administratif
tersebut. Kerjasama dengan lembaga
lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih
menyiapkan perangkat yang
dibutuhkan sebelum ancaman sanksi
yang disebut dalam PP dijalankan.
Sebut misalnya, dalam kondisi apa
sanksi dijatuhkan, siapa petugas
pemeriksa pemberi kerja dan
bagaimana koordinasi dengan instansi
terkait. “Ke depan harus bisa
dipastikan seluruh petugas pengawas
dan pemeriksaan BPJS
Ketenagakerjaan bisa bekerjasama
dan berkoordinasi dengan instansi
yang terkait dalam menjalankan
tugasnya,” tukasnya. n
11www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
MainReport
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
alam Undang-Undang (UU) Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dijelaskan, pentingnya program
kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,
menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi
terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.
Namun demikian, meski sudah menjadi
konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak
mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut
dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran
BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda
maksimal Rp1 miliar.
Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,
bila perusahaan mematuhi konstitusi dan
mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan
sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa
kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja
dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit
menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini
sering terjadi.
Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di
dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,
perlu kiranya adanya aturan yang bersifat
memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan
yang tidak mematuhi aturan tersebut.
Dalam rangka penegakan hukum (law
enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur
penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan
pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada
Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan
Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan
Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan
Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif
Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Sanksi administratif itu sebenarnya sudah
disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin
memperjelas sanksi administratif baik kepada
pengelola BPJS maupun kepada pengusaha
pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,
misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat
pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja
selain penyelenggara negara, orang atau penerima
bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.
Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi
mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan
penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,
termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang
tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya
dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.
Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah
kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan
perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai
shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.
Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan
mengembangkan kewenangan pengawasan yang
dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan
hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.
Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus
jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan
BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak
untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan
ompong,” ucapnya.
Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan
BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur
menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah
membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan
yang tugas dan perannya melakukan pengawasan
dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di
Indonesia.
Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS
Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan
pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor
cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan
pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,
kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di
didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.
Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah
dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,
maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi
agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi
berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu
atau penghentian pelayanan publik melalui
pemerintahan daerah (Pemda) setempat.
Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan
diantaranya dengan menunda penerbitan maupun
perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan
lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam
peraturan yang berlaku.
Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat
pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS
Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan
pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama
itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru
atau memperpanjang izin usahanya harus
membuktikan kepesertaannya di BPJS
Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,
tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap
merekomendasikan itu,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan
tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan
tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya
sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM
untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan
diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak
mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran
sampai penjatuhan sanksi.
Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi
sudah jelas diatur dalam peraturan
perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86
Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan
BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata
Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan
Pemeriksaan.
Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi
yang dapat diterapkan dalam menyerap serta
meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila
seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja
sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan
baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang
tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan
100 persen," pungkasnya.
Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang
tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor
BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara
mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS
Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan
yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,
silakan para pekerja yang perusahaannya tidak
mendaftarkan sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang
urus ke perusahaannya,” tegasnya.
Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum
BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra
mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah
dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh
rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial
khususnya bagi pekerja.
Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,
sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi
tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi
perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,
izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia
jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi
tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit
pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas
Rilexya.
Namun demikian, Rilexya
menambahkan, BPJS tak mungkin
menjalankan sendiri penjatuhan dan
pengawasan sanksi administratif
tersebut. Kerjasama dengan lembaga
lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih
menyiapkan perangkat yang
dibutuhkan sebelum ancaman sanksi
yang disebut dalam PP dijalankan.
Sebut misalnya, dalam kondisi apa
sanksi dijatuhkan, siapa petugas
pemeriksa pemberi kerja dan
bagaimana koordinasi dengan instansi
terkait. “Ke depan harus bisa
dipastikan seluruh petugas pengawas
dan pemeriksaan BPJS
Ketenagakerjaan bisa bekerjasama
dan berkoordinasi dengan instansi
yang terkait dalam menjalankan
tugasnya,” tukasnya. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id12
MainReport
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan tidak main-main dalam
melakukan tindakan penegakan hukum. Di
sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan
penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala
Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat
kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan
jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di
DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang
sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan
yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan
akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan
melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,
beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak
mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi
administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin
operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan
paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana
ataupun denda Rp 1 miliar.
Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan
menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang
tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang
iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara
Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta
yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa
dan diproses secara hukum.
Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama
antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan
karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,
jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi
iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada
indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan
sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.
Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di
Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar
iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut
diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan.
Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah
mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran
BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP
I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak
mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah
hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang
dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka
untuk diproses secara hukum karena hal ini
menyangkut kesejahteraan pekerja.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran
BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di
mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak
pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila
perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja
yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan
dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran
maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses
ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan
adalah pekerja.
Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya
merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain
itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.
Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan
kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.
Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami
bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.
BPJS Ketenagakerjaan melakukan tindakan tegas untuk memidanakan pelaku usaha yang tidak mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta program. Hal yang sama juga diterapkan terhadap peserta yang menunggak setoran iuran.
Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap
perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan
juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan
terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri
Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan
yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.
Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima
Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan
kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi
iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan
kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme
pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.
Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka
kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa
penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi
tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut
dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya
di BPJS Ketenagakerjaan.
Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang
menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga
dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,
Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan
tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,
namun penunggakan iuran merupakan suatu
pelanggaran.
Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah
memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka
hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut
akan ditindak secara hukum.
Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi
(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum
sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya
perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran
BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,
Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut
positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum
BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya
BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang
sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,
yakni ikut mensejahterakan masyarakat.
Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT
Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi
penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di
Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya
kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial
ketenagakerjaan.
Diharapkan melalui kerjasama ini dapat
memperluas kepesertaan program dan perlindungan
menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada
akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin
menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat
direalisasikan.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak
untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan
yang melanggar, tetapi pihaknya tetap
mengupayakan melakukan pendekatan tindakan
preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan
dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan
karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.
Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien
ketimbang melakukan tindakan hukum.
Tetapi, jika masih ada perusahaan yang
membandel dengan tetap bersikukuh tidak
menyertakan karyawannya pada program BPJS
Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh
karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi
menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy
kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.
Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur
Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan
optimis untuk bisa mendorong peningkatan
kepesertaan para pekerja pada program BPJS
Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil
perusahaan dan perorangan.
Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui
perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan
yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit
mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau
score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit
memperoleh akses dana pinjaman.
Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan
upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang
ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih
sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini
tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.
Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah tersebut pihak BPJS
Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan
dengan wajib pajak.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
pengaitan program jaminan sosial dengan pajak
akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak
transparan. Perusahaan yang selama ini
menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS
Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran
upah pekerjanya akan dapat diketahui.
Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147
perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah
pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut
Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan
memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan
untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki
kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur
dalam peraturan pemerintah.
Kewenangan tersebut memberikan hak kepada
aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan
investigasi terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan
MENINDAK TEGASPENGUSAHA NAKAL
sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,
sebagaimana amanat peraturan perundangan,
BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan
masuknya PNS dalam program jaminan sosial,
setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).
PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua
program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan
Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di
sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat
desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian
disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra
Utara.
Tindakan tegas dan penegakan hukum akan
terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk
badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak
mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS
Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk
mencegah kecurangan dan pelanggaran yang
dilakukan perusahaan.
Penegakan hukum perlu dilakukan untuk
memberikan shock therapy kepada masyarakat
agar jangan melanggar peraturan perundangan.
Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan
berupa surat teguran, denda, dan penghentian
layanan publik. Penghentian layanan publik dapat
dilakukan bersama dengan instansi terkait. n
13www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
MainReport
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan tidak main-main dalam
melakukan tindakan penegakan hukum. Di
sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan
penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala
Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat
kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan
jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di
DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang
sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan
yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan
akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan
melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,
beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak
mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi
administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin
operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan
paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana
ataupun denda Rp 1 miliar.
Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan
menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang
tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang
iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara
Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta
yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa
dan diproses secara hukum.
Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama
antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan
karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,
jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi
iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada
indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan
sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.
Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di
Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar
iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut
diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan.
Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah
mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran
BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP
I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak
mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah
hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang
dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka
untuk diproses secara hukum karena hal ini
menyangkut kesejahteraan pekerja.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran
BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di
mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak
pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila
perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja
yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan
dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran
maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses
ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan
adalah pekerja.
Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya
merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain
itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.
Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan
kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.
Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami
bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.
Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap
perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan
juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan
terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri
Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan
yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.
Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima
Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan
kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi
iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan
kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme
pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.
Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka
kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa
penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi
tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut
dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya
di BPJS Ketenagakerjaan.
Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang
menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga
dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,
Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan
tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,
namun penunggakan iuran merupakan suatu
pelanggaran.
Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah
memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka
hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut
akan ditindak secara hukum.
Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi
(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum
sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya
perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran
BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,
Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut
positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum
BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya
BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang
sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,
yakni ikut mensejahterakan masyarakat.
Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT
Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi
penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di
Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya
kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial
ketenagakerjaan.
Diharapkan melalui kerjasama ini dapat
memperluas kepesertaan program dan perlindungan
menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada
akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin
menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat
direalisasikan.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak
untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan
yang melanggar, tetapi pihaknya tetap
mengupayakan melakukan pendekatan tindakan
preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan
dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan
karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.
Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien
ketimbang melakukan tindakan hukum.
Tetapi, jika masih ada perusahaan yang
membandel dengan tetap bersikukuh tidak
menyertakan karyawannya pada program BPJS
Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh
karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi
menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy
kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.
Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur
Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan
optimis untuk bisa mendorong peningkatan
kepesertaan para pekerja pada program BPJS
Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil
perusahaan dan perorangan.
Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui
perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan
yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit
mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau
score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit
memperoleh akses dana pinjaman.
Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan
upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang
ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih
sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini
tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.
Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah tersebut pihak BPJS
Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan
dengan wajib pajak.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
pengaitan program jaminan sosial dengan pajak
akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak
transparan. Perusahaan yang selama ini
menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS
Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran
upah pekerjanya akan dapat diketahui.
Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147
perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah
pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut
Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan
memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan
untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki
kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur
dalam peraturan pemerintah.
Kewenangan tersebut memberikan hak kepada
aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan
investigasi terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,
sebagaimana amanat peraturan perundangan,
BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan
masuknya PNS dalam program jaminan sosial,
setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).
PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua
program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan
Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di
sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat
desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian
disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra
Utara.
Tindakan tegas dan penegakan hukum akan
terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk
badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak
mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS
Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk
mencegah kecurangan dan pelanggaran yang
dilakukan perusahaan.
Penegakan hukum perlu dilakukan untuk
memberikan shock therapy kepada masyarakat
agar jangan melanggar peraturan perundangan.
Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan
berupa surat teguran, denda, dan penghentian
layanan publik. Penghentian layanan publik dapat
dilakukan bersama dengan instansi terkait. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id14
MainReport
adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan tidak main-main dalam
melakukan tindakan penegakan hukum. Di
sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan
penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala
Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat
kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan
jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di
DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang
sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan
yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan
akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan
melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,
beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak
mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi
administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin
operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan
paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana
ataupun denda Rp 1 miliar.
Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan
menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang
tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang
iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara
Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta
yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa
dan diproses secara hukum.
Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama
antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan
karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,
jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi
iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada
indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan
sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.
Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di
Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar
iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut
diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan.
Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah
mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran
BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP
I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak
mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah
hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang
dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka
untuk diproses secara hukum karena hal ini
menyangkut kesejahteraan pekerja.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran
BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di
mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak
pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila
perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja
yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan
dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran
maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses
ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan
adalah pekerja.
Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya
merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain
itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.
Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan
kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.
Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami
bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.
Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap
perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan
juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan
terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri
Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan
yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.
Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima
Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan
kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi
iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan
kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme
pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.
Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka
kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa
penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi
tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut
dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya
di BPJS Ketenagakerjaan.
Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang
menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga
dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,
Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan
tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,
namun penunggakan iuran merupakan suatu
pelanggaran.
Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah
memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka
hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut
akan ditindak secara hukum.
Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi
(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum
sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya
perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran
BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,
Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut
positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum
BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya
BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang
sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,
yakni ikut mensejahterakan masyarakat.
Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT
Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi
penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di
Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya
kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial
ketenagakerjaan.
Diharapkan melalui kerjasama ini dapat
memperluas kepesertaan program dan perlindungan
menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada
akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin
menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat
direalisasikan.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak
untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan
yang melanggar, tetapi pihaknya tetap
mengupayakan melakukan pendekatan tindakan
preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan
dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan
karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.
Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien
ketimbang melakukan tindakan hukum.
Tetapi, jika masih ada perusahaan yang
membandel dengan tetap bersikukuh tidak
menyertakan karyawannya pada program BPJS
Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh
karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi
menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy
kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.
Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur
Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan
optimis untuk bisa mendorong peningkatan
kepesertaan para pekerja pada program BPJS
Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil
perusahaan dan perorangan.
Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui
perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan
yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit
mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau
score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit
memperoleh akses dana pinjaman.
Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan
upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang
ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih
sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini
tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.
Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah tersebut pihak BPJS
Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan
dengan wajib pajak.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
pengaitan program jaminan sosial dengan pajak
akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak
transparan. Perusahaan yang selama ini
menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS
Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran
upah pekerjanya akan dapat diketahui.
Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147
perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah
pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut
Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan
memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan
untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki
kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur
dalam peraturan pemerintah.
Kewenangan tersebut memberikan hak kepada
aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan
investigasi terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,
sebagaimana amanat peraturan perundangan,
BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan
masuknya PNS dalam program jaminan sosial,
setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).
PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua
program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan
Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di
sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat
desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian
disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra
Utara.
Tindakan tegas dan penegakan hukum akan
terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk
badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak
mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS
Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk
mencegah kecurangan dan pelanggaran yang
dilakukan perusahaan.
Penegakan hukum perlu dilakukan untuk
memberikan shock therapy kepada masyarakat
agar jangan melanggar peraturan perundangan.
Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan
berupa surat teguran, denda, dan penghentian
layanan publik. Penghentian layanan publik dapat
dilakukan bersama dengan instansi terkait. n
15www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
MainReport
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan tidak main-main dalam
melakukan tindakan penegakan hukum. Di
sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan
penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala
Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat
kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan
jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di
DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang
sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan
yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan
akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan
melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,
beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak
mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi
administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin
operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan
paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana
ataupun denda Rp 1 miliar.
Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan
menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang
tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang
iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara
Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta
yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa
dan diproses secara hukum.
Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama
antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan
karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,
jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi
iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada
indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan
sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.
Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di
Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar
iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut
diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan.
Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah
mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran
BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP
I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak
mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah
hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang
dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka
untuk diproses secara hukum karena hal ini
menyangkut kesejahteraan pekerja.
Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan
sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.
Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja
harus mematuhi aturan negara dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran
BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di
mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak
pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila
perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja
yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan
dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran
maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses
ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan
adalah pekerja.
Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya
merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain
itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.
Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan
kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.
Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami
bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.
Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap
perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan
juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan
terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS
Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri
Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan
yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.
Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima
Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan
kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi
iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan
kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme
pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.
Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka
kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa
penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi
tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut
dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya
di BPJS Ketenagakerjaan.
Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang
menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga
dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,
Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan
tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,
namun penunggakan iuran merupakan suatu
pelanggaran.
Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah
memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka
hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut
akan ditindak secara hukum.
Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi
(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum
sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya
perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran
BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,
Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut
positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum
BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya
BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang
sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,
yakni ikut mensejahterakan masyarakat.
Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT
Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi
penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di
Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya
kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial
ketenagakerjaan.
Diharapkan melalui kerjasama ini dapat
memperluas kepesertaan program dan perlindungan
menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada
akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin
menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat
direalisasikan.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak
untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan
yang melanggar, tetapi pihaknya tetap
mengupayakan melakukan pendekatan tindakan
preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan
dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan
karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.
Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien
ketimbang melakukan tindakan hukum.
Tetapi, jika masih ada perusahaan yang
membandel dengan tetap bersikukuh tidak
menyertakan karyawannya pada program BPJS
Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh
karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi
menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy
kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.
Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur
Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan
optimis untuk bisa mendorong peningkatan
kepesertaan para pekerja pada program BPJS
Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil
perusahaan dan perorangan.
Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui
perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan
yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit
mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau
score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit
memperoleh akses dana pinjaman.
Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan
upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang
ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih
sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini
tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.
Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar
sebagian upah tersebut pihak BPJS
Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan
dengan wajib pajak.
Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,
pengaitan program jaminan sosial dengan pajak
akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak
transparan. Perusahaan yang selama ini
menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS
Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran
upah pekerjanya akan dapat diketahui.
Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147
perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah
pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut
Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan
memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan
untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki
kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur
dalam peraturan pemerintah.
Kewenangan tersebut memberikan hak kepada
aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan
investigasi terhadap perusahaan yang tidak
mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,
sebagaimana amanat peraturan perundangan,
BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan
Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan
masuknya PNS dalam program jaminan sosial,
setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).
PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua
program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan
Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di
sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat
desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian
disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra
Utara.
Tindakan tegas dan penegakan hukum akan
terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk
badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak
mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS
Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk
mencegah kecurangan dan pelanggaran yang
dilakukan perusahaan.
Penegakan hukum perlu dilakukan untuk
memberikan shock therapy kepada masyarakat
agar jangan melanggar peraturan perundangan.
Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan
berupa surat teguran, denda, dan penghentian
layanan publik. Penghentian layanan publik dapat
dilakukan bersama dengan instansi terkait. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id16
MainReport
BPJS Ketenagakerjaan akan melaksanakan penegakan hukum bagi pemberi kerja atau pekerja, yang lalai dalam menjalankan kewajibannya membayar iuran sebagai peserta jaminan sosial.
Foto: kspi.or.id
Tentu masih ingat, saat Menteri
Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil
sebagai bintang iklan layanan sosial di TV
swasta Nasional yang ditayangkan
berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan
tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan
Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara
pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja
selain penyelenggara negara, yang mengabaikan
kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan
Sosial.
Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan
wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan
sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para
pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait
program jaminanan sosial Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila
mengabaikannya, akan dikenakan sanksi
administratif dan bahkan bisa dikenakan denda
sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.
Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,
seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan
UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan
Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS
Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi
terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,
sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.
Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel
Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,
dalam upaya meningkatkan kepesertaan program
jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak
cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun
dengan pelaksanaan law enforcement, akan
berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4
program BPJS Ketenagakerjaan.
Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga
mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.
Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak
manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi
jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai
angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.
Namun demikian, Timboel pesimis target
tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun
2015, perekonomian nasional tengah terganggu
akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok
hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.
Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,
khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/
garmen, serta industri yang menggunakan bahan
baku impor. “Jangankan membayar iuran
kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.
Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang
terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.
Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,
hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai
25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga
membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan
akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di
Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa
Timur.
Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga
bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja
seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.
Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan
sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari
kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.
Salah satu item yang selalu disuarakan tentang
Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons
positif dan menyambut baik full operation dari BPJS
Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak
menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan
Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju
kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,
Said Iqbal.
Di tambah lagi kondisi perekonomian yang
buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara
itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah
menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR
serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis
inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga
dipenuhi.
Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap
kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS
Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh
melalui dewan pengawas dan pendapat publik
(public hearing). Sehingga kebijakan
yang digulirkan bisa di terima pemberi
kerja maupun pekerja agar dapat
berjalan dengan baik.
Iqbal juga menambahkan, dengan
kontribusi yang besar dari buruh melalui
iuran wajib untuk ke empat program
jaminan sosial yang diselenggarakan
BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya
jangan berdasarkan satu pihak instasi
jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan
pertimbangkan kemauan dari pihak
pemberi kerja dan pekerja.
Menurut Presiden KSPI tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan
lagi perusahaan pemerintah (BUMN)
yang orientasi mengejar keuntungan.
Tetapi sebuah institusi di bawah
Presiden yang mengemban misi untuk
mensejahterakan para pekerja formal
maupun informal seuai amanat UUD 45
dan UU SJSN.
Saran Iqbal, institusi jaminan sosial
sebagai payung bagi pekerja, seharusnya
menggulirkan kebijakan yang membantu
para buruh yang dirumahkan atau
mengalami PHK. Bukan sebaliknya
mengeluarkan kebijakan yang
memperberat dunia usaha dan para
pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih
BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi
buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi
keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.
Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah
mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang
membantu menciptakan iklim usaha di DN,
diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,
meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS
Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang
ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan
penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai
pengenaan saksi adiministratif tidak tepat
waktunya,” ungkap Iqbal.
Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut
membantu menciptakan iklim usaha yang baik di
saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi
lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap
kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai
amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015
lalu serta peraturan perundangan untuk
mensejahterakan buruh.
Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh
APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan
dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi
lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan
hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain
institusi pemerintahan, untuk memenuhi
kewajibannya.
Selain itu, dalam event The Return of Industrial
Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio
Desember 2015, APINDO juga menyampaikan
pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di
tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga
muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung
hukum terhadap tuntutan para buruh.
Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan
sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan
pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya
untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial
bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak
terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha
sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak
sejahtera. n
PENEGAKAN HUKUMBAGI PEMBERI KERJAYANG MELANGGAR
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
17BRIDGE VOLUME 10
MainReport
entu masih ingat, saat Menteri
Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil
sebagai bintang iklan layanan sosial di TV
swasta Nasional yang ditayangkan
berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan
tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan
Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara
pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja
selain penyelenggara negara, yang mengabaikan
kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan
Sosial.
Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan
wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan
sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para
pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait
program jaminanan sosial Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila
mengabaikannya, akan dikenakan sanksi
administratif dan bahkan bisa dikenakan denda
sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.
Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,
seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan
UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan
Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS
Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi
terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,
sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.
Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel
Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,
dalam upaya meningkatkan kepesertaan program
jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak
cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun
dengan pelaksanaan law enforcement, akan
berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4
program BPJS Ketenagakerjaan.
Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga
mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.
Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak
manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi
jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai
angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.
Namun demikian, Timboel pesimis target
tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun
2015, perekonomian nasional tengah terganggu
akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok
hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.
Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,
khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/
garmen, serta industri yang menggunakan bahan
baku impor. “Jangankan membayar iuran
kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.
Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang
terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.
Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,
hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai
25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga
membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan
akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di
Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa
Timur.
Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga
bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja
seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.
Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan
sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari
kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.
Salah satu item yang selalu disuarakan tentang
Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons
positif dan menyambut baik full operation dari BPJS
Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak
menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan
Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju
kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,
Said Iqbal.
Di tambah lagi kondisi perekonomian yang
buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara
itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah
menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR
serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis
inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga
dipenuhi.
Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap
kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS
Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh
melalui dewan pengawas dan pendapat publik
(public hearing). Sehingga kebijakan
yang digulirkan bisa di terima pemberi
kerja maupun pekerja agar dapat
berjalan dengan baik.
Iqbal juga menambahkan, dengan
kontribusi yang besar dari buruh melalui
iuran wajib untuk ke empat program
jaminan sosial yang diselenggarakan
BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya
jangan berdasarkan satu pihak instasi
jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan
pertimbangkan kemauan dari pihak
pemberi kerja dan pekerja.
Menurut Presiden KSPI tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan
lagi perusahaan pemerintah (BUMN)
yang orientasi mengejar keuntungan.
Tetapi sebuah institusi di bawah
Presiden yang mengemban misi untuk
mensejahterakan para pekerja formal
maupun informal seuai amanat UUD 45
dan UU SJSN.
Saran Iqbal, institusi jaminan sosial
sebagai payung bagi pekerja, seharusnya
menggulirkan kebijakan yang membantu
para buruh yang dirumahkan atau
mengalami PHK. Bukan sebaliknya
mengeluarkan kebijakan yang
memperberat dunia usaha dan para
pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih
BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi
buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi
keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.
Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah
mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang
membantu menciptakan iklim usaha di DN,
diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,
meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS
Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang
ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan
penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai
pengenaan saksi adiministratif tidak tepat
waktunya,” ungkap Iqbal.
Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut
membantu menciptakan iklim usaha yang baik di
saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi
lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap
kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai
amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015
lalu serta peraturan perundangan untuk
mensejahterakan buruh.
Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh
APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan
dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi
lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan
hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain
institusi pemerintahan, untuk memenuhi
kewajibannya.
Selain itu, dalam event The Return of Industrial
Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio
Desember 2015, APINDO juga menyampaikan
pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di
tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga
muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung
hukum terhadap tuntutan para buruh.
Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan
sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan
pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya
untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial
bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak
terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha
sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak
sejahtera. n
Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
BRIDGE VOLUME 1018
MainReport
entu masih ingat, saat Menteri
Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil
sebagai bintang iklan layanan sosial di TV
swasta Nasional yang ditayangkan
berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan
tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan
Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara
pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja
selain penyelenggara negara, yang mengabaikan
kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan
Sosial.
Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan
wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan
sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para
pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait
program jaminanan sosial Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila
mengabaikannya, akan dikenakan sanksi
administratif dan bahkan bisa dikenakan denda
sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.
Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,
seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan
UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan
Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS
Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi
terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,
sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.
Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel
Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,
dalam upaya meningkatkan kepesertaan program
jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak
cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun
dengan pelaksanaan law enforcement, akan
berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4
program BPJS Ketenagakerjaan.
Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga
mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.
Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak
manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi
jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai
angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.
Namun demikian, Timboel pesimis target
tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun
2015, perekonomian nasional tengah terganggu
akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok
hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.
Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,
khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/
garmen, serta industri yang menggunakan bahan
baku impor. “Jangankan membayar iuran
kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.
Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang
terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.
Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,
hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai
25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga
membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan
akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di
Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa
Timur.
Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga
bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja
seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.
Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan
sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari
kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.
Salah satu item yang selalu disuarakan tentang
Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons
positif dan menyambut baik full operation dari BPJS
Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak
menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan
Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju
kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,
Said Iqbal.
Di tambah lagi kondisi perekonomian yang
buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara
itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah
menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR
serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis
inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga
dipenuhi.
Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap
kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS
Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh
melalui dewan pengawas dan pendapat publik
(public hearing). Sehingga kebijakan
yang digulirkan bisa di terima pemberi
kerja maupun pekerja agar dapat
berjalan dengan baik.
Iqbal juga menambahkan, dengan
kontribusi yang besar dari buruh melalui
iuran wajib untuk ke empat program
jaminan sosial yang diselenggarakan
BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya
jangan berdasarkan satu pihak instasi
jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan
pertimbangkan kemauan dari pihak
pemberi kerja dan pekerja.
Menurut Presiden KSPI tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan
lagi perusahaan pemerintah (BUMN)
yang orientasi mengejar keuntungan.
Tetapi sebuah institusi di bawah
Presiden yang mengemban misi untuk
mensejahterakan para pekerja formal
maupun informal seuai amanat UUD 45
dan UU SJSN.
Saran Iqbal, institusi jaminan sosial
sebagai payung bagi pekerja, seharusnya
menggulirkan kebijakan yang membantu
para buruh yang dirumahkan atau
mengalami PHK. Bukan sebaliknya
mengeluarkan kebijakan yang
memperberat dunia usaha dan para
pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih
BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi
buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi
keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.
Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah
mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang
membantu menciptakan iklim usaha di DN,
diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,
meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS
Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang
ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan
penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai
pengenaan saksi adiministratif tidak tepat
waktunya,” ungkap Iqbal.
Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut
membantu menciptakan iklim usaha yang baik di
saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi
lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap
kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai
amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015
lalu serta peraturan perundangan untuk
mensejahterakan buruh.
Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh
APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan
dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi
lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan
hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain
institusi pemerintahan, untuk memenuhi
kewajibannya.
Selain itu, dalam event The Return of Industrial
Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio
Desember 2015, APINDO juga menyampaikan
pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di
tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga
muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung
hukum terhadap tuntutan para buruh.
Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan
sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan
pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya
untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial
bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak
terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha
sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak
sejahtera. n
19www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Manfaat
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Program Return To Work ini dilatarbelakangi
oleh UU No. 4 Tahun 1997 tentang
penyandang cacat dan UU No 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Secara
garis besar kedua UU tersebut memiliki content
serupa yaitu setiap tenaga kerja mempunyai hak dan
kesempatan yang sama, termasuk penyandang
cacat.
Pada tahun 2014 kasus JKK mencapai 105.383
dengan Cacat Fungsi sebanyak 3.618 kasus, Cacat
Sebagian sebanyak 2.616 kasus, Cacat Total
sebanyak 43 kasus, dan meninggal sebanyak 2.375
kasus. Adapun hingga Maret 2015, BPJS
Ketenagakerjaan telah menangani sebanyak 38 kasus
JKK-RTW (Return To Work).
Pengobatan dan perawatan kesehatan untuk
program JKK-RTW ini dapat dilakukan di Rumah
Sakit Trauma Center yang ditunjuk oleh BPJS
Ketenagakerjaan sebagai pusat pelayanan kesehatan
dan rehabilitasi bagi peserta yang mengalami
kecelakaan kerja.
Alur pelayanan Return To Work dimulai saat
peserta yang mengalami kecelakaan kerja,
mendapatkan penanganan kuratif di RS Trauma
Center melalui Manajer Kasus Kecelakaan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja (KK PAK).
Dalam hal ini Manajer Kasus KK PAK berperan
untuk menjembatani antara Tenaga Kerja,
manajemen perusahaan, serikat pekerja, balai latihan
kerja dan pihak medis di RS Trauma Centre.
Hingga Maret 2015, BPJS Ketenagakerjaan sudah
bekerjasama dengan 1.300 RS/Klinik Trauma Center
pemerintah maupun swasta yang tersebar di seluruh
Indonesia
RS Trauma Center Ketika mendengar kata “Trauma Center” yang
terlintas dalam benak kita pada umumnya adalah IGD
di RS yang dilengkapi dengan peralatan Trauma Set.
Jarang sekali yang berpikiran bahwa Trauma Centre
BPJS Ketenagakerjaan menyempurnakan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) menjadi Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work (JKK-RTW). Program yang berjalan sejak awal 2014 tersebut merupakan bentuk pelayanan kepada pekerja yang mengalami cacat akibat kecelakaan kerja.
entu masih ingat, saat Menteri
Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil
sebagai bintang iklan layanan sosial di TV
swasta Nasional yang ditayangkan
berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan
tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan
Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara
pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja
selain penyelenggara negara, yang mengabaikan
kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan
Sosial.
Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan
wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan
sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para
pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait
program jaminanan sosial Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila
mengabaikannya, akan dikenakan sanksi
administratif dan bahkan bisa dikenakan denda
sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.
Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,
seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan
UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan
Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS
Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi
terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,
sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.
Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel
Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,
dalam upaya meningkatkan kepesertaan program
jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak
cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun
dengan pelaksanaan law enforcement, akan
berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4
program BPJS Ketenagakerjaan.
Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga
mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.
Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak
manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi
jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai
angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.
Namun demikian, Timboel pesimis target
tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun
2015, perekonomian nasional tengah terganggu
akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok
hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.
Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,
khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/
garmen, serta industri yang menggunakan bahan
baku impor. “Jangankan membayar iuran
kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.
Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang
terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.
Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,
hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai
25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga
membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan
akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di
Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa
Timur.
Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga
bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja
seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.
Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan
sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari
kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.
Salah satu item yang selalu disuarakan tentang
Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons
positif dan menyambut baik full operation dari BPJS
Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak
menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan
Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju
kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,
Said Iqbal.
Di tambah lagi kondisi perekonomian yang
buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara
itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah
menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR
serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis
inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga
dipenuhi.
Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap
kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS
Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh
melalui dewan pengawas dan pendapat publik
(public hearing). Sehingga kebijakan
yang digulirkan bisa di terima pemberi
kerja maupun pekerja agar dapat
berjalan dengan baik.
Iqbal juga menambahkan, dengan
kontribusi yang besar dari buruh melalui
iuran wajib untuk ke empat program
jaminan sosial yang diselenggarakan
BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya
jangan berdasarkan satu pihak instasi
jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan
pertimbangkan kemauan dari pihak
pemberi kerja dan pekerja.
Menurut Presiden KSPI tersebut,
BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan
lagi perusahaan pemerintah (BUMN)
yang orientasi mengejar keuntungan.
Tetapi sebuah institusi di bawah
Presiden yang mengemban misi untuk
mensejahterakan para pekerja formal
maupun informal seuai amanat UUD 45
dan UU SJSN.
Saran Iqbal, institusi jaminan sosial
sebagai payung bagi pekerja, seharusnya
menggulirkan kebijakan yang membantu
para buruh yang dirumahkan atau
mengalami PHK. Bukan sebaliknya
mengeluarkan kebijakan yang
memperberat dunia usaha dan para
pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih
BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi
buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi
keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.
Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah
mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang
membantu menciptakan iklim usaha di DN,
diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,
meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS
Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang
ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan
penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai
pengenaan saksi adiministratif tidak tepat
waktunya,” ungkap Iqbal.
Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut
membantu menciptakan iklim usaha yang baik di
saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi
lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap
kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai
amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015
lalu serta peraturan perundangan untuk
mensejahterakan buruh.
Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh
APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan
dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi
lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan
hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain
institusi pemerintahan, untuk memenuhi
kewajibannya.
Selain itu, dalam event The Return of Industrial
Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio
Desember 2015, APINDO juga menyampaikan
pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di
tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga
muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung
hukum terhadap tuntutan para buruh.
Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan
sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan
pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya
untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial
bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak
terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha
sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak
sejahtera. n
RS TRAUMA CENTER SARANA PELAYANAN PROGRAM JKK RTW
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id20
Manfaat
tidak melulu soal menangani kasus trauma oleh
sebab kecelakaan lalu lintas maupun sebab lain di
IGD.
Trauma Center adalah serangkaian pelayanan
yang melibatkan beberapa fasilitas di dalam RS,
mulai dari pre hospital (ambulans – kalau bisa 118),
IGD, Pelayanan Penunjang Diagnostik 24 jam (lab,
radiologi dan sebagainya), ICU, rawat inap, layanan
farmasi 24 jam, rehabilitasi medik hingga pasca
hospital yang teritegrasi dalam satu sistem yang
saling terkait.
Konsekuensinya adalah jika IGD sebagai “pintu
masuk” pasien Trauma ke RS, maka instalasi lain yang
“menerima limpahan” pasien Trauma dari IGD ini pun
harus dilengkapi dengan SOP-SOP untuk
penanganan trauma yang nyambung dengan SOP
trauma di IGD.
Namun yang terjadi selama ini, RS ramai-rama
membuat Trauma Center yang notabene adalah IGD
plus dalam perencanaan jangka menengah RS secara
parsial, dengan melatih SDM dan meng-up grade
peralatan di IGD saja.
Pelayan Terpadu RS Trauma Center Trauma center adalah sebuah fasilitas pelayanan
kesehatan yang khusus menangani pasien trauma di
rumah sakit, pelayanan tersebut dilakukan oleh
beberapa dokter ahli seperti dokter ahli bedah,
dokter anestesi serta perawat khusus dan
menyediakan peralatan pendukung hidup lanjut
secara cepat yang siap dalam 24 jam.
Penanganan pasien trauma di Trauma Center
didukung beberapa instalasi dan unit pelayanan yang
kegiatannya saling mendukung, instalasi dan unit
pendukung Trauma Center antara lain: Instalasi
Rawat Darurat (IRD), ambulance, laboratorium,
radiologi, kamar operasi, Intensive Care Unit (ICU),
rehabilitasi medik dan apotek.
Sebuah Trauma Center pada sebuah rumah
sakit dilengkapi dengan pelayanan medis gawat
darurat secara komprehensif untuk pasien yang
mengalami trauma berat atau luka berat yang siap 24
jam sehari.
Bagi para pekerja yang mengalami kecelakaan
kerja, tanpa melalui proses pertolongan pertama
yang benar, umumnya kecelakaan kerja beresiko
tinggi terhadap kematian atau cacat. Sebaliknya, jika
bisa ditangani secara benar dan tepat, resiko
kecelakaan kerja tersebut dapat ditekan hingga 85%.
Katagori Pelayanan RS Trauma Center
Menurut MacKanzie et.al (2003) pelayanan
Trauma Center yang memberikan pelayanan khusus
trauma terdiri dari 5 level yaitu:
Level I
Memberikan pelayanan terhadap kasus–kasus
trauma secara menyeluruh, yang merupakan sumber
daya daerah setempat, termasuk sebagai sarana
pendidikan, penelitian dan perencanaan sistem. Pada
level ini menyediakan pelayanan kesehatan kasus
trauma yang dilengkapi tenaga ahli seperti: dokter
ahli bedah trauma, dokter ahli bedah umum, dokter
ahli anestesi, dokter ahli lainnya, perawat dan
dilengkapi perlengkapan resusitasi.
Level II
Memberikan pelayanan trauma secara
menyeluruh serta sebagai pendukung Trauma Center
Level I. Lokasi pada daerah perkotaan yang besar
atau sebagai rumah sakit utama di daerah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi. Namun di level ini
tidak memerlukan atau menyediakan sarana
pendidikan, penelitian yang berkelanjutan.
Level III
Memberikan pelayanan terhadap kasus trauma,
namun tidak memiliki atau menyediakan pelayanan
ahli/spesialis secara penuh, tetapi memiliki sumber
daya untuk resusitasi gawat darurat, bedah,
pelayanan intensif dari hampir semua pasien trauma.
Trauma Center level III memberikan pelayanan pada
masyarakat yang akses ke Trauma Center level I atau
II cukup jauh.
Level IV dan V
Memberikan pelayanan terhadap kasus trauma
pada daerah yang tidak memiliki pelayanan trauma
yang lebih tinggi. Peranan dari Trauma Center level IV
lebih terfokus pada resusitasi dan stabilisasi pasien
serta mengatur proses rujukan pasien ke Trauma
Center yang memilki perlengkapan yang lebih
memadai serta berada di lokasi yang mudah
diajangkau dalam waktu singkat.
Jadi jelas bahwa dengan memberi label “Trauma
Center” yang disiapkan bukan hanya IGD 24 jam
dengan SDM terlatih dalam penanganan kasus
trauma, melainkan juga mempersiapkan berbagai
fasilitas lain yang terkait dengan pelayanan di IGD
tersebut.
Fasilitas ini mulai dari penunjang diagnostik 24
jam, intensive care, OK, rawat inap dan sebagainya
dengan standar operating procedures yang
terintegrasi satu sama lain. Jika hanya IGD yang
memiliki kualifikasi dan SOP untuk kasus trauma,
maka sebenarnya RS tersebut tidak bisa mengklaim
diri memiliki Fasilitas Trauma Center. n
21www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Katiga
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Aspek keselamatan dan keamanan menjadi sangat penting dalam aktifitas transportasi udara. Diperkirakan sebanyak 3,3 miliar orang bepergian dengan menggunakan pesawat udara setiap tahun. Oleh karena itu, keselamatan dan keamanan penumpang dan pekerja transportasi udara harus menjadi perhatian semua pihak.
Dalam pertemuan tahunan Association of
Asia Pacific Airlines (AAPA) di Bali, 13
November 2015, yang diikuti 16 maskapai
penerbangan di kawasan Asia Pasifik
dibahas keselamatan dan keamanan di ruang udara.
Menurut Dirjen AAPA Andrew Herdman, banyak
negara yang dianggap tidak memenuhi standar
keselamatan yang ditetapkan Amerika Serikat dan
Uni Eropa. Akibatnya, maskapai penerbangan tidak
boleh terbang ke sana.
Sementaran itu, Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan dalam pidato pembukaan AAPA menegaskan,
pihaknya tak segan menjatuhkan sanksi kepada
maskapai penerbangan yang mengalami kecelakaan
dengan membekukan rute dan melarang ekspansi
usaha untuk sementara. Langkah ini sebagai bentuk
mengedepankan keselamatan. Jika maskapai bisa
membuktikan telah melakukan perbaikan maka
barulah sanksi dicabut.
Ignasius Jonan menambahkan, pemerintah
Indonesia sangat menaruh perhatian atas
keselamatan transportasi. Tahun depan, pemerintah
mengalokasikan Rp 12 triliun guna meningkatkan
keselamatan di seluruh moda transportasi, mulai dari
jalan, kereta api, laut, dan udara.
Perhatian pemerintah Indonesia terhadap
keselamatan transportasi udara patut dihargai
mengingat kasus kecelakaan pesawat terbang masih
sering terjadi. Pusat data aviation-safety.net
menyebutkan sepanjang tahun 2015 ini sudah ada 6
kali kecelakaan pesawat terbang di Indonesia. Jumlah
korban tewas akibat kecelakaan pesawat tersebut
mencapai lebih dari 150 orang.
KESELAMATAN DAN KEAMANAN
TRANSPORTASI UDARA
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id22
KatigaKeselamatan dan Keamanan
Sebenarnya sesuai data statistik industri
transportasi mencatat bahwa transportasi udara
merupakan moda transportasi yang paling aman.
Transportasi udara diatur secara ketat secara
internasional sebagaimana disebut dalam
International Civil Aviation Organization (ICAO), yang
secara universal pula diatur oleh setiap negara.
Transportasi udara di Indonesia diatur melalui Civil
Aviation Safety Regulations (CASR), belum termasuk
berbagai Edaran.
Keselamatan dan keamanan menjadi
persyaratan utama dalam industri transportasi udara
yang harus ditaati dan dilaksanakan sebaik mungkin
oleh setiap maskapai. Namun, persyaratan
keselamatan dan keamanan penerbangan dalam
sebuah maskapai juga berkaitan sangat erat dengan
sistim keselamatan dan keamanan pihak otorita
penerbangan sipil, bandar udara, pengatur lalu-lintas
udara, ground handling, bengkel perawatan pesawat,
badan meteorologi, dan menyangkut pemahaman
masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi
udara. Oleh karena itu, sistim keselamatan dan
keamanan industri penerbangan sangat unik karena
terkait dengan budaya keselamatan dan keamanan
sebuah bangsa.
Ada aspek keselamatan dan keamanan yang
tidak diatur secara langsung, yaitu persyaratan
keselamatan dan keamanan bagi para pengguna jasa
penerbangan. Ketentuan mengenai hal ini biasanya
diberlakukan oleh otorita penerbangan sipil melalui
masing-masing maskapai atau bandar udara.
Misalnya, ketentuan mengenai penggunaan hand
phone di dalam pesawat terbang, pembatasan berat
dan ukuran bagasi kabin, ketentuan barang
berbahaya, dan lain-lain.
Pada dasarnya sistim keselamatan dan
keamanan penerbangan telah disusun secara rinci
dan menyeluruh. Oleh karena itu, ketaatan dalam
melaksanakan sistim keselamatan dan keamanan
penerbangan secara sungguh-sungguh harus
dilaksanakan oleh semua unsur yang terkait,
termasuk para pengguna jasa penerbangan.
Di sisi lain, sebuah pesawat terbang pada
dasarnya juga diproduksi dengan sangat aman yang
dilengkapi berbagai mekanisme sistim peralatan dan
cadangan yang berlapis-lapis serta dioperasikan
melalui prosedur kerja yang sangat rinci demi
menghindari terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu,
sebuah kecelakaan pesawat terbang sipil selalu
melibatkan berbagai macam penyebab yang saling
terkait.
Dari sejumlah literatur disebutkan bahwa
rekonstruksi kecelakaan pesawat terbang dapat
dipahami dari berbagai faktor penyebab.
Pertama, Last Defense Failure, yaitu merupakan
metode kerja atau sistim peralatan yang telah
disusun demikian rupa guna mencegah terjadinya
kecelakaan pesawat.
Kedua, Front Line Failures. Melalui pelatihan
yang berkesinambungan maka diharapkan mereka
mampu mengendalikan peralatan kerja pesawat
dalam situasi rutin atau kondisi darurat secara handal.
Kelalaian menjalankan tugas secara baik dan benar
dapat dimasukkan pada kategori ini. Hal yang sama
berlaku untuk para petugas lapangan yang lain,
seperti awak kabin, petugas lalu-lintas udara, petugas
check-in counter, petugas muatan, petugas
pemberangkatan pesawat, dan lain-lain.
Ketiga, Predetermine Contributing Factors.
Situasi atau kondisi yang kurang menguntungkan
dalam rangka pengoperasian pesawat terbang secara
aman. Misalnya, prosedur kurang lengkap, cuaca
buruk, informasi cuaca kurang akurat, fasilitas bandara,
kerusakan salah satu sistim atau peralatan pesawat
terbang, mengantuk, tekanan mental, masalah rumah
tangga, kurang pengalaman, dan lain-lain.
Keempat, Supervisory Failures, yaitu kelalaian
atau kesalahan yang dilakukan oleh manajemen atau
para atasan langsung. Hal mana berlaku pula untuk
para atasan pada setiap elemen sistim keselamatan
dan keamanan penerbangan. Misalnya, lemahnya
fungsi kontrol, memberikan perintah yang melanggar
ketentuan penerbangan, pelatihan yang kurang
memenuhi persyaratan, kurang kompeten pada
bidang kerjanya, dan lain-lain.
Kelima, Top Management Failures, yaitu
kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
manajemen puncak atau para atasan tertinggi dalam
tiap elemen sistim keselamatan dan keamanan
penerbangan dalam menentukan kebijakan tertinggi.
Kelalaian yang umumnya terjadi adalah ketidak
sesuaian pada alokasi anggaran kerja, kebijakan awal,
pemotongan biaya perawatan, pemotongan biaya
pelatihan, atau bahkan rendahnya komitmen
terhadap aspek keselamatan dan keamanan akibat
kurangnya pengetahuan atau kurangnya kepedulian
dan lain-lain.
Mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang
tidak dapat disederhanakan dengan hanya mencari
human error. Dalam industri penerbangan, human
error diartikan sebagai kelalaian manusia mengingat
tidak ada kecelakaan pesawat terbang yang terjadi
sebagai akibat unsur kesengajaan. Tingkat kelalaian
yang sederhana adalah lupa (lapse), lalu salah tindak
(slip), selanjutnya kesalahan atau kekeliruan baik
pemahaman atau tindakan (mistake) dan
pelanggaran (violation). n
23www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Seberang
S
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Penegakan hukum atas pelanggaran pelaksanaan Jaminan Sosial di Negeri Jiran diberlakukan ketat. Bagi yang melanggar secara paralel akan dikenakan sanksi, mulai dari denda hingga hukuman kurungan.
LAW ENFORCEMENT ATAS PELANGGARAN
JAMINAN SOSIAL DI MALAYSIA
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id24
Seberang
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
25www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Testimoni
LAW ENFORCEMENT
Penegakan hukum dilakukan sebagai shock
therapy agar jangan melanggar.”
- Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi
BPJS Ketenagakerjaan akan tegas melakukan penegakan hukum bagi
perusahaan-perusahaan, termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang tidak
mengikutkan pekerja atau karyawannya dalam program di BPJS Ketenagakerjaan
tersebut. Langkah tersebut untuk mencegah kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan
perusahaan.
Jaminan sosial itu merupakan amanah dari UUD
45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh rakyat
Indonesia harus memiliki jaminan sosial
khususnya bagi pekerja. Bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya, sanksi
tiidak mendapatkan pelayanan publik.”
- Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum BPJS Ketenagakerjaan,
Rilexya Surya Putra
Dalam upaya meningkatkan kepesertaan
program jaminan sosial bagi pemberi kerja dan
pekerja, tidak cukup dengan himbauan dan
sosialisasi saja. Namun dengan pelaksanaan law
enforcement, akan berdampak terhadap perluasan
kepesertaan ke 4 program BPJS Ketenagakerjaan.”
- Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar
Sebaiknya setiap kebijakan penegakan hukum
yang digulirkan BPJS Ketenagakerjaan harus
disetujui dan dikontrol buruh melalui dewan
pengawas dan pendapat publik (public hearing). Sehingga
kebijakan yang digulirkan bisa di terima pemberi kerja
maupun pekerja agar dapat berjalan dengan baik.”
- Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said
Iqbal
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id26
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
SEKALI LAGITENTANG JAMINAN PENSIUNOLEH: ELVYN G. MASASSYA
Investment
S ederhana saja. Setiap pekerja memiliki risiko.
Dan salah satu risiko itu adalah tidak bekerja
lagi, baik karena terkena PHK maupun
memasuki usia tua. Nah, dalam konteks
memasuki usia tua tersebut, tulisan ini akan membahas
kembali pentingnya menyiapkan program pensiun
sehingga tidak terlunta-lunta ketika sudah tidak
bekerja lagi di hari tua.
Program pensiun atau lebih dikenal dengan istilah
jaminan pensiun hakikatnya merupakan tabungan
yang dipersiapkan sejak usia muda untuk
dipergunakan membiayai hidup kala sudah tidak
bekerja lagi. Lantas apa bedanya dengan program
Jaminan Hari Tua.
Program JHT adalah tabungan yang sejatinya
ketika memasuki hari tua bisa diambil sekaligus. Kalau
hari-hari ini, para pekerja mengambil JHT, kendati
belum berusia tua, lebih karena peraturan pemerintah
memang memberikan ”kelonggaran” bagi pekerja
yang tidak bekerja, khususnya karena terkena PHK,
untuk bisa menarik dana JHT mereka. Namun, falsafah
dari JHT tersebut sesungguhnya memang untuk
persiapan hari tua. Nah, sementara, program jaminan
pensiun, juga merupakan tabungan, tetapi hasilnya
hanya bisa diambil ketika benar-benar setelah pensiun.
Dan yang diperoleh peserta program ini adalah
manfaat bulanan, sebagai pengganti gaji. Jadi, tidak
sekaligus. Manfaat bulanan itu akan diterima sepanjang
hidup. Dan bahkan bisa diteruskan ke istri/suami dan
atau anak yang masih berusia sekolah.
Secara jenis, program pensiun tersebut bisa
dibedakan menjadi dua jenis, yakni program pensiun
iuran pasti dan program pensiun manfaat pasti. Apa
bedanya? Program pensiun iuran pasti dimaknai
dengan para peserta membayar iuran secara pasti.
Iuran tersebut kemudian diinvestasikan oleh lembaga
pengelola. Lalu pada saat peserta memasuki usia
pensiun, iuran plus pengembangan akan dikembalikan
kepada peserta. Berapa besarnya? Bergantung pada
hasil pengembangan dana tersebut. Dengan kata lain,
besar-kecilnya belum pasti. Dalam jenis program
pensiun iuran pasti, para peserta akan menanggung
risiko secara individu dari pengembangan dananya. Itu
karena memang demikianlah hakikatnya. Lalu seperti
apa program pensiun manfaat pasti?
Manfaatnya sudah dipastikan. Itu jawabnya.
Seperti apa. Tidak terlalu penting jumlah iuran yang
dibayarkan, tetapi manfaatnya sudah dipastikan.
Misalnya, 40 persen dari rata-rata upah ketika bekerja
dan menjadi peserta program tersebut. Misalnya,
rata-rata upah tersebut adalah sebesar Rp 10 juta
selama 15 tahun bekerja, dan kemudian pensiun. Maka,
si peserta akan mendapatkan manfaat pensiun sebesar
Rp 4 juta. Berapa iuran yang dibayarkan? Saat ini untuk
program pensiun yang diselenggarakan BPJS
Ketenagakerjaan, iurannya adalah 3 persen.
Bagaimana mungkin iuran hanya 3 persen bisa
membayar manfaat sebesar 40 persen? Bisa, karena
program ini memiliki falsafah gotong royong. Artinya,
manfaat tersebut tidak semata-mata dibiayai dari iuran
individu si peserta, tetapi juga berdasarkan hasil
pengembangan dana pensiun dan iuran dari peserta
lain.
Dengan kata lain, seluruh iuran yang ada
dimasukkan dalam satu ”keranjang” yang disebut
polling fund, kemudian diinvestasikan. Lalu jika ada
yang memasuki usia pensiun, yang bersangkutan akan
menerima manfaat dari dana yang sudah dikumpulkan
secara beramai-ramai. Artinya, banyaknya jumlah
peserta menjadi sangat penting dalam pelaksanaan
program pensiun manfaat pasti tersebut.
Lantas apakah tidak ada implikasi apa-apa bagi
penyelenggaranya? Sepanjang iuran tersebut bisa
disesuaikan secara berkala dan kemudian peserta
program jaminan pensiun terus bertambah dari waktu
ke waktu hingga puluhan tahun mendatang dan
seterusnya, semua akan berjalan dengan baik.
Dalam praktiknya saat ini di Indonesia ada
beberapa jenis penyelenggara jaminan pensiun. Ada
yang disebut dengan DPLK (Dana Pensiun Lembaga
Keuangan). Ini umumnya dikelola swasta dan bersifat
individu bagi tiap orang yang berminat ikut serta.
Konsepnya adalah iuran pasti. Selain itu, ada yang
disebut dengan DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja).
Pola ini biasanya dijalankan BUMN dan korporasi besar
yang sudah mapan. Konsepnya manfaat pasti. Yang
menjadi peserta adalah karyawan/karyawati yang
bekerja pada BUMN dan atau korporasi tersebut. Jadi,
bersifat ekslusif. Dan yang terbaru adalah Program
Pensiun yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan dengan
pola manfaat pasti. Program Jaminan Pensiun BPJS
Ketenagakerjaan ini bahkan bersifat wajib, harus diikuti
pekerja penerima upah (pekerja formal), khususnya
yang bekerja pada perusahaan besar dan menengah.
Sementara bagi pekerja informal bersifat opsional atau
sukarela.
Nah, pertanyaannya, jika Anda ingin hari tua tidak
terlunta-lunta dan tetap bisa mandiri dengan sumber
pendapatan dari keringat sendiri, tentu menjadi suatu
keharusan untuk memiliki program jaminan pensiun.
Lantas program jaminan pensiun mana yang akan
dipilih? Mengingat jaminan pensiun BPJS
Ketenagakerjaan bersifat wajib, ada baiknya Anda ikut
serta dalam program tersebut. Bagaimana jika Anda
menginginkan manfaat pensiun yang lebih besar lagi?
Silakan ikut juga program pensiun yang
diselenggarakan DPLK dengan besaran iuran yang
Anda tentukan sendiri. Misalkan Anda ingin
mendapatkan manfaat pensiun hingga mencapai 60
atau 70 persen dari penghasilan ketika Anda masih
bekerja, jelas besaran seperti itu tidak bisa disediakan
BPJS Ketenagakerjaan karena sifatnya adalah pensiun
dasar. Dengan demikian, untuk sampai pada besaran
yang Anda inginkan, daftarkan juga diri Anda di
program pensiun DPLK. Dengan cara seperti itu,
setidaknya Anda memiliki program pensiun manfaat
pasti dan iuran pasti sekaligus. Selamat merancang
program pensiun. n
Di sejumlah berita dikabarkan, belakangan ini banyak terjadi pemutusan hubungan kerja di beberapa perusahaan. Berita tersebut juga mengutip data pencairan saldo Jaminan Hari Tua yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan. Disebutkan ada sekitar 27.000 pekerja yang terkena PHK yang mencairkan JHT-nya hanya dalam kurun waktu sebulan, yakni pada September lalu. Jumlah pencairan JHT itu mencapai Rp 1,9 triliun, termasuk karena terkena PHK. Lalu apa hubungan semua itu dengan kita semua?
27BRIDGE VOLUME 10
Investment
ederhana saja. Setiap pekerja memiliki risiko.
Dan salah satu risiko itu adalah tidak bekerja
lagi, baik karena terkena PHK maupun
memasuki usia tua. Nah, dalam konteks
memasuki usia tua tersebut, tulisan ini akan membahas
kembali pentingnya menyiapkan program pensiun
sehingga tidak terlunta-lunta ketika sudah tidak
bekerja lagi di hari tua.
Program pensiun atau lebih dikenal dengan istilah
jaminan pensiun hakikatnya merupakan tabungan
yang dipersiapkan sejak usia muda untuk
dipergunakan membiayai hidup kala sudah tidak
bekerja lagi. Lantas apa bedanya dengan program
Jaminan Hari Tua.
Program JHT adalah tabungan yang sejatinya
ketika memasuki hari tua bisa diambil sekaligus. Kalau
hari-hari ini, para pekerja mengambil JHT, kendati
belum berusia tua, lebih karena peraturan pemerintah
memang memberikan ”kelonggaran” bagi pekerja
yang tidak bekerja, khususnya karena terkena PHK,
untuk bisa menarik dana JHT mereka. Namun, falsafah
dari JHT tersebut sesungguhnya memang untuk
persiapan hari tua. Nah, sementara, program jaminan
pensiun, juga merupakan tabungan, tetapi hasilnya
hanya bisa diambil ketika benar-benar setelah pensiun.
Dan yang diperoleh peserta program ini adalah
manfaat bulanan, sebagai pengganti gaji. Jadi, tidak
sekaligus. Manfaat bulanan itu akan diterima sepanjang
hidup. Dan bahkan bisa diteruskan ke istri/suami dan
atau anak yang masih berusia sekolah.
Secara jenis, program pensiun tersebut bisa
dibedakan menjadi dua jenis, yakni program pensiun
iuran pasti dan program pensiun manfaat pasti. Apa
bedanya? Program pensiun iuran pasti dimaknai
dengan para peserta membayar iuran secara pasti.
Iuran tersebut kemudian diinvestasikan oleh lembaga
pengelola. Lalu pada saat peserta memasuki usia
pensiun, iuran plus pengembangan akan dikembalikan
kepada peserta. Berapa besarnya? Bergantung pada
hasil pengembangan dana tersebut. Dengan kata lain,
besar-kecilnya belum pasti. Dalam jenis program
pensiun iuran pasti, para peserta akan menanggung
risiko secara individu dari pengembangan dananya. Itu
karena memang demikianlah hakikatnya. Lalu seperti
apa program pensiun manfaat pasti?
Manfaatnya sudah dipastikan. Itu jawabnya.
Seperti apa. Tidak terlalu penting jumlah iuran yang
dibayarkan, tetapi manfaatnya sudah dipastikan.
Misalnya, 40 persen dari rata-rata upah ketika bekerja
dan menjadi peserta program tersebut. Misalnya,
rata-rata upah tersebut adalah sebesar Rp 10 juta
selama 15 tahun bekerja, dan kemudian pensiun. Maka,
si peserta akan mendapatkan manfaat pensiun sebesar
Rp 4 juta. Berapa iuran yang dibayarkan? Saat ini untuk
program pensiun yang diselenggarakan BPJS
Ketenagakerjaan, iurannya adalah 3 persen.
Bagaimana mungkin iuran hanya 3 persen bisa
membayar manfaat sebesar 40 persen? Bisa, karena
program ini memiliki falsafah gotong royong. Artinya,
manfaat tersebut tidak semata-mata dibiayai dari iuran
individu si peserta, tetapi juga berdasarkan hasil
pengembangan dana pensiun dan iuran dari peserta
lain.
Dengan kata lain, seluruh iuran yang ada
dimasukkan dalam satu ”keranjang” yang disebut
polling fund, kemudian diinvestasikan. Lalu jika ada
yang memasuki usia pensiun, yang bersangkutan akan
menerima manfaat dari dana yang sudah dikumpulkan
secara beramai-ramai. Artinya, banyaknya jumlah
peserta menjadi sangat penting dalam pelaksanaan
program pensiun manfaat pasti tersebut.
Lantas apakah tidak ada implikasi apa-apa bagi
penyelenggaranya? Sepanjang iuran tersebut bisa
disesuaikan secara berkala dan kemudian peserta
program jaminan pensiun terus bertambah dari waktu
ke waktu hingga puluhan tahun mendatang dan
seterusnya, semua akan berjalan dengan baik.
Dalam praktiknya saat ini di Indonesia ada
beberapa jenis penyelenggara jaminan pensiun. Ada
yang disebut dengan DPLK (Dana Pensiun Lembaga
Keuangan). Ini umumnya dikelola swasta dan bersifat
individu bagi tiap orang yang berminat ikut serta.
Konsepnya adalah iuran pasti. Selain itu, ada yang
disebut dengan DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja).
Pola ini biasanya dijalankan BUMN dan korporasi besar
yang sudah mapan. Konsepnya manfaat pasti. Yang
menjadi peserta adalah karyawan/karyawati yang
bekerja pada BUMN dan atau korporasi tersebut. Jadi,
bersifat ekslusif. Dan yang terbaru adalah Program
Pensiun yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan dengan
pola manfaat pasti. Program Jaminan Pensiun BPJS
Ketenagakerjaan ini bahkan bersifat wajib, harus diikuti
pekerja penerima upah (pekerja formal), khususnya
yang bekerja pada perusahaan besar dan menengah.
Sementara bagi pekerja informal bersifat opsional atau
sukarela.
Nah, pertanyaannya, jika Anda ingin hari tua tidak
terlunta-lunta dan tetap bisa mandiri dengan sumber
pendapatan dari keringat sendiri, tentu menjadi suatu
keharusan untuk memiliki program jaminan pensiun.
Lantas program jaminan pensiun mana yang akan
dipilih? Mengingat jaminan pensiun BPJS
Ketenagakerjaan bersifat wajib, ada baiknya Anda ikut
serta dalam program tersebut. Bagaimana jika Anda
menginginkan manfaat pensiun yang lebih besar lagi?
Silakan ikut juga program pensiun yang
diselenggarakan DPLK dengan besaran iuran yang
Anda tentukan sendiri. Misalkan Anda ingin
mendapatkan manfaat pensiun hingga mencapai 60
atau 70 persen dari penghasilan ketika Anda masih
bekerja, jelas besaran seperti itu tidak bisa disediakan
BPJS Ketenagakerjaan karena sifatnya adalah pensiun
dasar. Dengan demikian, untuk sampai pada besaran
yang Anda inginkan, daftarkan juga diri Anda di
program pensiun DPLK. Dengan cara seperti itu,
setidaknya Anda memiliki program pensiun manfaat
pasti dan iuran pasti sekaligus. Selamat merancang
program pensiun. n
Artikel ini pernah terbit di harian Kompas edisi 1 November 2015.
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id28
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
15 OKTOBER 2015
CABANG CIKOKOL
Galeri
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya dan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah saat peresmian kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Tangerang Cikokol
17 NOVEMBER 2015
27 OKTOBER 2015
NELAYANINDRAMAYU
Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber
Daya Rizal Ramli bersama Direktur Utama BPJS
Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya menyerahkan
secara simbolis kartu peserta BPJS
Ketenagakerjaan kepada nelayan di Desa
Karangsong, Indramayu, Jawa Barat
23 OKTOBER 2015
GATHERINGSERIKAT PEKERJA
BPJS Ketenagakerjaan menggelar gathering
bersama Direktur Kepesertaan dan Hubungan
Antarlembaga Junaedi, Direktur Investasi Jeffry
Hariyadi, dan kepala divisi dengan 6 konfederasi, 60
federasi dan 2 non federasi dari serikat pekerja/serikat
buruh di Bogor
MOU BTNDirut BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G. Masassya dan Dirut BTN, Mulyono saat MoU pembiayaan rumah murah bagi peserta aktif di Jakarta
29www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Galeri22 OKTOBER 2015
20 OKTOBER 2015 12 NOVEMBER 2015
WORKSHOP SPBPJS KETENAGAKERJAANSerikat Pekerja (SP) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menggelar seminar dan konferensi internasional yang diikuti organisasi dan lembaga jaminan sosial di 19 negara dunia. Bertemakan Workshop and Conference Workers Unions of International Social Security 2015 di Patrajasa Hotel, Kuta, Bali
MOU APKASI
Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan Junaedi menandatangani MoU dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Jakarta
21 OKTOBER 2015
MOU ORASCOMBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan bersama pengembang properti asal Mesir, Orascom Housing Communities (OHC), dan Syailendra Capital menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk bekerja sama membangun kota terpadu bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pada lahan seluas 200 hektare (ha) di Jawa Barat. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G. Masassya, Chairman OHC Samih Sawiris, dan Presiden Direktur Syailendra Capital mewakili Syailendra Group, Jos Parengkuan, di Financial Hall, Jakarta
MOU BUMNDirektur Utama BPJS Ketenagakerjaan-Elvyn
G.Masassya, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)-Achmad Baiquni,Direktur Utama
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk-Budi G.Sadikin,Menteri BUMN-Rini M Soemarno, Direktur Utama PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)-Asmawi Syam, menandatangani kerjasama pada acara “BUMN Hadir
Untuk Negeri” di Jakarta, Jumat 22 Oktober 2015.BPJS Ketenagakerjaan dan tiga bank BUMN ini tentang Akses
Pembiayaan Modal untuk Sektor Produktif kepada peserta ,eks peserta dan keluarga peserta BPJS,yang
merupakan upaya bersama untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dan meningkatkan kepesertaan
melelui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id30
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Figur
Setelah berkarir selama 17 tahun di BPJS
Ketengakerjaan, akhirnya Ahmad Sulintang
diberikan kepercayaan sebagai Chief Change
Management Office (CCMO) BPJS
Ketenagakerjaan. Pria kelahiran Garut 17 Juni 1973 ini
memang layak menduduki posisi tersebut, karena
memiliki segudang prestasi selama bekerja sebagai
akuntan BPJS Ketenagakerjaan. Di usianya yang
masih terbilang muda, Ia telah dipercaya menjabat
eselon satu di Institusi tersebut. Sebagai eksekutif
muda di sebuah institusi pemerintah yang bergengsi
yang mengelola aset senilai Rp250 triliun.
Sulintang, sapaan akrabnya, tergolong bersahaja
bila dilihat dari hobby dan kegemarannya berolahraga.
Pria berperawakan tinggi badan sekitar 170 Cm ini
mengaku gemar membaca,berdiskusi dengan rekan
kerja,mencaritahu sesuatu yang baru baik melalui
buku maupun cybermedia. Dan, kegemaran akan
olahraga seperti jogging, bulutangkis, tenis, dan
sekali-kali futsal pun ia lakukan. Tapi bila melihat dari
sosok penampilannya tidak seperti ‘kutu buku’, justru
terlihat elegan dan necis. Gaya bicaranya
mengundang simpati, ramah, penuh senyum khas
senyum BPJS Ketenagakerjaan, serta percaya diri. Hal
yang luar biasa dari Sulintang adalah, soal tanggung
jawab pekerjaan. Ia pun tergolong workaholic sebagai
seorang akuntan, karena tidak pernah berhenti bekerja
sebelum selesai. Dan Ia sangat menjunjung tinggi
komitmen, prinsip kerja cepat, tepat, akurat serta
hasilnya memuaskan.
Alumnus Akuntansi Universitas Padjadjaran
lulusan 1998 ini, memiliki karakter suka penasaran atau
ingin tahu yang begitu besar alias ‘kepo banget’ pada
semua yang dikerjakan sejawatnya di luar bidang
keuangan. Tapi sebaliknya, tidak mau banyak bicara
soal keuangan perusahaan karena dianggap rahasia
dapur perusahaan. Namun tidak demikian saat ini,
sekarang Sulintang lebih terbuka dikarenakan
kebijakan pemerintah menggalakan azas good
governance dalam tata kelola keuangan yang baik
yang berprinsip auditable dan accountable serta
transparansi.
Sulintang mengawali kariernya di BPJS
Ketenagakerjaan, sejak tahun 1998. Pria yang sekolah
mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi di
Bandung itu, pertama kali mendaftar pekerjaan di
Kota Kembang tersebut. Tapi panggilan datang
mengharuskan Ke Kantor Pusat di Jakarta. “Di
Wilayah Bandung kala itu tidak ada job untuk akuntan,
justru Biro Akuntansi (saat itu) di Jakarta, yang
membutuhkan akuntan,” akunya.
Ketika masuk mendaftar di Instansi Jaminan
Sosial, menurut Sulintang, BPJS Ketenagakerjaan
masih berstatus BUMN Jaminan Sosial Tenagakerja
(PT Jamsostek). Tahun pertama bekerja di
perusahaan ‘plat merah’ itu, ia masih berstatus
outsourcing atau Kontrak Kerja Waktu Tertentu
(KKWT) dari PT Jamsostek. Selang setahun, baru
Sulintang diangkat sebagai pegawai tetap dengan
jabatan Staf Akuntansi. Kala itu, Penyusunan laporan
keuangan di BUMN jaminan sosial masih ditangani
secara manual memakai program Words, “kerjanya
lama, akurasinya diragukan, dan hasilnya sangat tidak
memuaskan padahal laporan keuangan perusahaan
sangat vital,” urai Sulintang.
Penyusunan laporan keuangan triwulan,
misalnya, baru selesai hampir dua bulan. Informasi
dalam laporannya ‘sudah basi’ tidak dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan manajemen. Sulintang
menganggap yang dilakukan unit kerjanya jadi sia-sia,
sudah kerja keras, makan waktu, akurasinya diragukan,
dan hasilnya tidak mempunyai nilai lebih bagi
pemangku kepentingan. Kondisi seperti itu, yang
membuat akuntan muda itu terobsesi untuk
memperbaiki.
Terlintas dalam benak Sulintang, dengan kondisi
pekerjaan khususnya penyusunan laporan keuangan
PT Jamsostek saat itu. Akuntan muda itu, terobsesi
mengubah tata kelola laporan keuangan yang lebih
baik. Kendati perlu waktu, pembenahan berbagai
aspek baik proses, SDM dan koordinasi dengan unit
kerja di Kantor Pusat dan Kantor Wilayah, namun ia
tetap optimis.
Bagai gayung bersambut, tahun 2000 memasuki
perubahan pengelolaan database ke oracle dengan
tingkat keamanan data sangat tinggi juga lebih mudah
diolah dalam penyusunan laporan keuangan.
Sulintang pun mengikuti perkembangan soft ware &
hard ware IT dan mempelajari relational database
management dalam sistem baru tersebut dan melihat
ada peluang pembuatan laporan keuangan dapat
diselesaikan lebih cepat, lebih akurat dan memiliki
informasi berdaya guna bagi stakeholders. Pada saat
itu pula, ia pun mengusulkan keatasannya untuk
mengubah penyusunan laporan keuangan PT
Jamsostek lebih terotomatisasi dan terintegrasi,
diharapkan tujuan utama dalam penerbitan laporan
keuangan dapat terpenuhi secepatnya.
Gagasan akuntan muda itu, direspon positif oleh
atasannya, untuk diujicobakan. Selama dua minggu
Sulintang di beri waktu untuk membuat kembali
laporan keuangan yang sudah selesai dikerjakan
secara manual disusun dengan mekanisme yang lebih
baru dan lebih terintegrasi. Dan,hasilnya penyusunan
laporan keuangan dapat dikerjakan lebih cepat, lebih
akurat dapat dengan mudah dilakukan audit trail dan
paling penting dapat memberikan informasi bernilai
bagi manajemen. Sejak saat itu, laporan keuangan
perusahaan disusun dan disajikan dengan sistem yang
lebih terintegrasi dan mudah bagi pengguna. Setelah
dilakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak
eksternal auditor BPK RI saat itu, mereka dapat
meyakini proses penysusunan laporan keuangan PT
jamsostek dan memudahkan mereka untuk
melakukan proses audit serta sekali lagi dapat
meyakini sepenuhnya keakuratan angka-angka dalam
laporan keuangan yang disajikan.
Singkat cerita, sejak saat itu hasil laporan
keuangan perusahaan boleh dibilang memuaskan,
dengan jumlah SDM yang sama, mampu membuat
laporan keuangan yang jauh lebih baik, lebih cepat,
lebih akurat tidak ada kesalahan perhitungan, dan
hasilnya tidak kadaluarsa bisa dipakai untuk evaluasi
dan perencanaan mendatang.
Sebagai informasi Laporan Keuangan PT
Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan setiap
tahunnya selalu memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari auditor eksternal, juga BPJS
Ketenagakerjan memperoleh penghargaan dalam
ajang bergengsi Annual Report Award (ARA) untuk
kategori BUMN Keuangan Non Listed yang diikuti
150-an BUMN se Indonesia dengan menjadi peringkat
pertama sebanyak 4 (empat) kali dan selalu berada
dalam posisi tiga besar untuk kurun waktu sampai
dengan tahun 2013.
Tidak hanya puas berhasil mengusulkan
perubahan sistem, Sulintang justru terpacu untuk kerja
lebih keras. Boleh di bilang karir Akuntan muda itu
cukup ‘moncer’ melalui enam jenjang jabatan di divisi
akuntansi selama 12 tahun (2009-2011). Mulai dari staf
pembukuan, verifikator, penata aplikasi, analis sistem,
hingga kepala urusan akuntansi keuangan PKP. Dan,
sewaktu menjabat Penata Aplikasi Sistem Keuangan,
pada tahun 2008, Ia dianugrahi sebagai The Best
Employee PT Jamsostek (Pesero). Di tahun yang
sama, akuntan muda itu mendapatkan beasiswa dari
BPJS Ketenagakerjaan untuk melanjutkan pendidikan
strata dua (S2) di PPM di Jakarta .
“Sebagai upaya peningkatan kompetensi dan
syarat pendidikan untuk menunjang jenjang Karir
tentunya” terang Sulintang.
Pasca menyelesaikan S2, jabatan Sulintang terus
‘meroket’ mulai dari Kepala Urusan Akuntansi
Keuangan 2011-2012, Kepala Urusan Pengembangan
dan Analisis Akuntansi pada 2012-2013, hingga Kepala
Urusan Akuntansi kantor Pusat pada 2013-2014.
Di tahun 2014-2015, di masa era BPJS
Ketenagakerjaan yang telah bertransformasi dari PT
Jamsostek, akuntan muda itu diberikan kepercayaan
oleh manajemen untuk berkarir diluar bidang
akuntansi yang selama ini menjadi spesialisnya, dalam
rentang waktu hampir 2 tahun ini memimpin unit-unit
kerja strategis yaitu sebagai Kepala Divisi Manajemen
Risiko, Kepala Divisi Perencanaan Strategis, dan
sekarang menjabat Chief Change Management Office.
Di posisi sekarang, Sulintang menangani
proyek-proyek strategis yang diharapkan bisa
memberikan dampak positif buat perkembangan
BPJS Ketenagakerjaan. Dia berharap, di setiap
tahapan jenjang jabatan akan dilaluinya dengan
prestasi kerja yang baik. “I do my best,” tekadnya. n
Hampir 17 tahun, Ahmad Sulintang bekerja dan meniti karir di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Semangat, kerja keras dan kemauan belajar yang tinggi, ternyata membuahkan prestasi baginya. Dan, kini ia menjabat eselon satu termuda dan berprestasi.
Ahmad Sulintang,SE.Ak,MM.
CCMO BPJSKetenagakerjaan
SULINTANGMALANGMELINTANGDALAM MENUJUPUNCAK
31www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Figur
etelah berkarir selama 17 tahun di BPJS
Ketengakerjaan, akhirnya Ahmad Sulintang
diberikan kepercayaan sebagai Chief Change
Management Office (CCMO) BPJS
Ketenagakerjaan. Pria kelahiran Garut 17 Juni 1973 ini
memang layak menduduki posisi tersebut, karena
memiliki segudang prestasi selama bekerja sebagai
akuntan BPJS Ketenagakerjaan. Di usianya yang
masih terbilang muda, Ia telah dipercaya menjabat
eselon satu di Institusi tersebut. Sebagai eksekutif
muda di sebuah institusi pemerintah yang bergengsi
yang mengelola aset senilai Rp250 triliun.
Sulintang, sapaan akrabnya, tergolong bersahaja
bila dilihat dari hobby dan kegemarannya berolahraga.
Pria berperawakan tinggi badan sekitar 170 Cm ini
mengaku gemar membaca,berdiskusi dengan rekan
kerja,mencaritahu sesuatu yang baru baik melalui
buku maupun cybermedia. Dan, kegemaran akan
olahraga seperti jogging, bulutangkis, tenis, dan
sekali-kali futsal pun ia lakukan. Tapi bila melihat dari
sosok penampilannya tidak seperti ‘kutu buku’, justru
terlihat elegan dan necis. Gaya bicaranya
mengundang simpati, ramah, penuh senyum khas
senyum BPJS Ketenagakerjaan, serta percaya diri. Hal
yang luar biasa dari Sulintang adalah, soal tanggung
jawab pekerjaan. Ia pun tergolong workaholic sebagai
seorang akuntan, karena tidak pernah berhenti bekerja
sebelum selesai. Dan Ia sangat menjunjung tinggi
komitmen, prinsip kerja cepat, tepat, akurat serta
hasilnya memuaskan.
Alumnus Akuntansi Universitas Padjadjaran
lulusan 1998 ini, memiliki karakter suka penasaran atau
ingin tahu yang begitu besar alias ‘kepo banget’ pada
semua yang dikerjakan sejawatnya di luar bidang
keuangan. Tapi sebaliknya, tidak mau banyak bicara
soal keuangan perusahaan karena dianggap rahasia
dapur perusahaan. Namun tidak demikian saat ini,
sekarang Sulintang lebih terbuka dikarenakan
kebijakan pemerintah menggalakan azas good
governance dalam tata kelola keuangan yang baik
yang berprinsip auditable dan accountable serta
transparansi.
Sulintang mengawali kariernya di BPJS
Ketenagakerjaan, sejak tahun 1998. Pria yang sekolah
mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi di
Bandung itu, pertama kali mendaftar pekerjaan di
Kota Kembang tersebut. Tapi panggilan datang
mengharuskan Ke Kantor Pusat di Jakarta. “Di
Wilayah Bandung kala itu tidak ada job untuk akuntan,
justru Biro Akuntansi (saat itu) di Jakarta, yang
membutuhkan akuntan,” akunya.
Ketika masuk mendaftar di Instansi Jaminan
Sosial, menurut Sulintang, BPJS Ketenagakerjaan
masih berstatus BUMN Jaminan Sosial Tenagakerja
(PT Jamsostek). Tahun pertama bekerja di
perusahaan ‘plat merah’ itu, ia masih berstatus
outsourcing atau Kontrak Kerja Waktu Tertentu
(KKWT) dari PT Jamsostek. Selang setahun, baru
Sulintang diangkat sebagai pegawai tetap dengan
jabatan Staf Akuntansi. Kala itu, Penyusunan laporan
keuangan di BUMN jaminan sosial masih ditangani
secara manual memakai program Words, “kerjanya
lama, akurasinya diragukan, dan hasilnya sangat tidak
memuaskan padahal laporan keuangan perusahaan
sangat vital,” urai Sulintang.
Penyusunan laporan keuangan triwulan,
misalnya, baru selesai hampir dua bulan. Informasi
dalam laporannya ‘sudah basi’ tidak dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan manajemen. Sulintang
menganggap yang dilakukan unit kerjanya jadi sia-sia,
sudah kerja keras, makan waktu, akurasinya diragukan,
dan hasilnya tidak mempunyai nilai lebih bagi
pemangku kepentingan. Kondisi seperti itu, yang
membuat akuntan muda itu terobsesi untuk
memperbaiki.
Terlintas dalam benak Sulintang, dengan kondisi
pekerjaan khususnya penyusunan laporan keuangan
PT Jamsostek saat itu. Akuntan muda itu, terobsesi
mengubah tata kelola laporan keuangan yang lebih
baik. Kendati perlu waktu, pembenahan berbagai
aspek baik proses, SDM dan koordinasi dengan unit
kerja di Kantor Pusat dan Kantor Wilayah, namun ia
tetap optimis.
Bagai gayung bersambut, tahun 2000 memasuki
perubahan pengelolaan database ke oracle dengan
tingkat keamanan data sangat tinggi juga lebih mudah
diolah dalam penyusunan laporan keuangan.
Sulintang pun mengikuti perkembangan soft ware &
hard ware IT dan mempelajari relational database
management dalam sistem baru tersebut dan melihat
ada peluang pembuatan laporan keuangan dapat
diselesaikan lebih cepat, lebih akurat dan memiliki
informasi berdaya guna bagi stakeholders. Pada saat
itu pula, ia pun mengusulkan keatasannya untuk
mengubah penyusunan laporan keuangan PT
Jamsostek lebih terotomatisasi dan terintegrasi,
diharapkan tujuan utama dalam penerbitan laporan
keuangan dapat terpenuhi secepatnya.
Gagasan akuntan muda itu, direspon positif oleh
atasannya, untuk diujicobakan. Selama dua minggu
Sulintang di beri waktu untuk membuat kembali
laporan keuangan yang sudah selesai dikerjakan
secara manual disusun dengan mekanisme yang lebih
baru dan lebih terintegrasi. Dan,hasilnya penyusunan
laporan keuangan dapat dikerjakan lebih cepat, lebih
akurat dapat dengan mudah dilakukan audit trail dan
paling penting dapat memberikan informasi bernilai
bagi manajemen. Sejak saat itu, laporan keuangan
perusahaan disusun dan disajikan dengan sistem yang
lebih terintegrasi dan mudah bagi pengguna. Setelah
dilakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak
eksternal auditor BPK RI saat itu, mereka dapat
meyakini proses penysusunan laporan keuangan PT
jamsostek dan memudahkan mereka untuk
melakukan proses audit serta sekali lagi dapat
meyakini sepenuhnya keakuratan angka-angka dalam
laporan keuangan yang disajikan.
Singkat cerita, sejak saat itu hasil laporan
keuangan perusahaan boleh dibilang memuaskan,
dengan jumlah SDM yang sama, mampu membuat
laporan keuangan yang jauh lebih baik, lebih cepat,
lebih akurat tidak ada kesalahan perhitungan, dan
hasilnya tidak kadaluarsa bisa dipakai untuk evaluasi
dan perencanaan mendatang.
Sebagai informasi Laporan Keuangan PT
Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan setiap
tahunnya selalu memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari auditor eksternal, juga BPJS
Ketenagakerjan memperoleh penghargaan dalam
ajang bergengsi Annual Report Award (ARA) untuk
kategori BUMN Keuangan Non Listed yang diikuti
150-an BUMN se Indonesia dengan menjadi peringkat
pertama sebanyak 4 (empat) kali dan selalu berada
dalam posisi tiga besar untuk kurun waktu sampai
dengan tahun 2013.
Tidak hanya puas berhasil mengusulkan
perubahan sistem, Sulintang justru terpacu untuk kerja
lebih keras. Boleh di bilang karir Akuntan muda itu
cukup ‘moncer’ melalui enam jenjang jabatan di divisi
akuntansi selama 12 tahun (2009-2011). Mulai dari staf
pembukuan, verifikator, penata aplikasi, analis sistem,
hingga kepala urusan akuntansi keuangan PKP. Dan,
sewaktu menjabat Penata Aplikasi Sistem Keuangan,
pada tahun 2008, Ia dianugrahi sebagai The Best
Employee PT Jamsostek (Pesero). Di tahun yang
sama, akuntan muda itu mendapatkan beasiswa dari
BPJS Ketenagakerjaan untuk melanjutkan pendidikan
strata dua (S2) di PPM di Jakarta .
“Sebagai upaya peningkatan kompetensi dan
syarat pendidikan untuk menunjang jenjang Karir
tentunya” terang Sulintang.
Pasca menyelesaikan S2, jabatan Sulintang terus
‘meroket’ mulai dari Kepala Urusan Akuntansi
Keuangan 2011-2012, Kepala Urusan Pengembangan
dan Analisis Akuntansi pada 2012-2013, hingga Kepala
Urusan Akuntansi kantor Pusat pada 2013-2014.
Di tahun 2014-2015, di masa era BPJS
Ketenagakerjaan yang telah bertransformasi dari PT
Jamsostek, akuntan muda itu diberikan kepercayaan
oleh manajemen untuk berkarir diluar bidang
akuntansi yang selama ini menjadi spesialisnya, dalam
rentang waktu hampir 2 tahun ini memimpin unit-unit
kerja strategis yaitu sebagai Kepala Divisi Manajemen
Risiko, Kepala Divisi Perencanaan Strategis, dan
sekarang menjabat Chief Change Management Office.
Di posisi sekarang, Sulintang menangani
proyek-proyek strategis yang diharapkan bisa
memberikan dampak positif buat perkembangan
BPJS Ketenagakerjaan. Dia berharap, di setiap
tahapan jenjang jabatan akan dilaluinya dengan
prestasi kerja yang baik. “I do my best,” tekadnya. n
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id32
Produk/Layanan1-Stop
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan sangat serius di dalam
meningkatkan manfaat tambahan bagi
peserta. Salah satu hal yang berkaitan
dengan peningkatan manfaat, yaitu
mengembangkan konsep Total Benefit. “Ini sebuah
konsep yang isinya berbagai manfaat tambahan
bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Cakupannya, terdiri dari Housing Benefit, Financial
Benefit, Transportation Benefit, Food Benefit, dan
Health Benefit,” ucap Kepala Divisi Investasi
Langsung BPJS Ketenagakerjaan, Nugroho Agung
Tristianto.
Nugroho mengatakan, dalam konsep Total
Benefit, pihaknya siap memberikan berbagai
manfaat tambahan di luar klaim program, yaitu
Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK), Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kematian
(JKm) kepada para peserta secara terintegrasi.
Tujuannya, ungkap Nugroho, tidak lain untuk
meningkatkan kesejahteraan para peserta dan
keluarganya.
Guna merealisasikannya, Nugroho
mengutarakan, BPJS Ketenagakerjaan
menggandeng lembaga lain untuk menjalin
kerjasama. Lembaga yang diajak bekerjsama antara
lain, perbankan, pengembang, dan yang berkaitan
dengan Housing Benefit. Karena pihaknya,
berencana membangun sejumlah komplek
perumahan bagi para peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Housing Benefit, yaitu program bantuan
pemilikan rumah bagi para peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Dalam program Housing Benefit,
peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memiliki
rumah melalui bantuan berupa Pinjaman Uang Muka
Perumahan Kerjasama Bank (PUMP-KB) dan Kredit
Perumahan Rakyat (KPR). Guna memperingan
kewajiban peserta membayar cicilan, pihaknya
memasukannya dalam skema Fasilitas Llikuiditas
Pembiayaan Perumaham (FLPP). Itu, jelasnya,
supaya peserta memperoleh subsidi selisih bunga
Pemerintah. Di luar itu, berdasarkan peraturan
asuransi yang baru dan segera terbit, ada
kemungkinan juga, peserta dapat menggunakan
sebagian Jaminan Hari Tua (JHT).
Menurutnya, apabila seorang peserta memiliki
JHT selama 10 tahun, yang bersangkutan dapat
memanfaatkan dana program itu maksimal 30
persen. “Itu dapat memperingan peserta karena
dana JHT yang 30 persen tersebut dapat dia
manfaatkan untuk menambah uang muka dan
memperkecil pencicilan sekaligus atau
mempersingkat tenor kredit,” urai Nugroho.
Lebih jauh Nugroho menjelaskan, selain
program Housing Benefit, pihaknya pun
menyediakan program Food Benefit. Pihaknya
menyediakan akses bahan-bahan makanan pokok
yang berharga relatif murah. “Teknisnya,
memaksimalkan toko-toko yang memang harus
berbadan hukum, seperti, koperasi yang pada
saatnya, diisi beragam bahan makanan yang
pasokannya langsung dari distributor. Untuk
mewujudkannya, kami menjalin kerjasana dengan
berbagai supplier, termasuk perbankan,”
ungkapnya.
Ide Food Benefit tidak rumit. Dijelaskan, skema
Food Benefit hanya untuk memangkas jalur
pendistribusian sehingga para pekerja dapat
memperoleh kebutuhan makanan dalam harga yang
relatif murah dan terjangkau.
Selain Food Benefit, pihaknya juga menyiapkan
program Health Benefit. Pada program itu, BPJS
Ketenagakerjaan menyediakan sejumlah klinik.
“Dalam hal ini, kami bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, termasuk sejumlah rumah sakit yang
tentunya siap serta bersedia membuka klinik
kesehatan,” ucap Nugroho.
Sementara berkenaan dengan Transportation
Benefit, pihaknya akan menyediakan sejumlah
sarana transportasi, yang menghubungkan sebuah
perumahan pekerja dan peserta BPJS
Ketenagakerjaan dengan tempat kerjanya atau titik
terdekat tempat kerja. “Apabila Transportation
Benefit terwujud, tentunya, hal itu dapat
menghemat biaya transportasi para pekerja,”
ungkap Nugroho. n
TOTAL BENEFITBAGI PEKERJA
Meningkatkan manfaat bagi para peserta menjadi sebuah misi yang diusung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Hal itu bertujuan tidak hanya meningkatkan pelayanan, tetapi juga mendongkrak kinerjanya.
33www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Produk/Layanan1-Stop
adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan sangat serius di dalam
meningkatkan manfaat tambahan bagi
peserta. Salah satu hal yang berkaitan
dengan peningkatan manfaat, yaitu
mengembangkan konsep Total Benefit. “Ini sebuah
konsep yang isinya berbagai manfaat tambahan
bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Cakupannya, terdiri dari Housing Benefit, Financial
Benefit, Transportation Benefit, Food Benefit, dan
Health Benefit,” ucap Kepala Divisi Investasi
Langsung BPJS Ketenagakerjaan, Nugroho Agung
Tristianto.
Nugroho mengatakan, dalam konsep Total
Benefit, pihaknya siap memberikan berbagai
manfaat tambahan di luar klaim program, yaitu
Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK), Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kematian
(JKm) kepada para peserta secara terintegrasi.
Tujuannya, ungkap Nugroho, tidak lain untuk
meningkatkan kesejahteraan para peserta dan
keluarganya.
Guna merealisasikannya, Nugroho
mengutarakan, BPJS Ketenagakerjaan
menggandeng lembaga lain untuk menjalin
kerjasama. Lembaga yang diajak bekerjsama antara
lain, perbankan, pengembang, dan yang berkaitan
dengan Housing Benefit. Karena pihaknya,
berencana membangun sejumlah komplek
perumahan bagi para peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Housing Benefit, yaitu program bantuan
pemilikan rumah bagi para peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Dalam program Housing Benefit,
peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memiliki
rumah melalui bantuan berupa Pinjaman Uang Muka
Perumahan Kerjasama Bank (PUMP-KB) dan Kredit
Perumahan Rakyat (KPR). Guna memperingan
kewajiban peserta membayar cicilan, pihaknya
memasukannya dalam skema Fasilitas Llikuiditas
Pembiayaan Perumaham (FLPP). Itu, jelasnya,
supaya peserta memperoleh subsidi selisih bunga
Pemerintah. Di luar itu, berdasarkan peraturan
asuransi yang baru dan segera terbit, ada
kemungkinan juga, peserta dapat menggunakan
sebagian Jaminan Hari Tua (JHT).
Menurutnya, apabila seorang peserta memiliki
JHT selama 10 tahun, yang bersangkutan dapat
memanfaatkan dana program itu maksimal 30
persen. “Itu dapat memperingan peserta karena
dana JHT yang 30 persen tersebut dapat dia
manfaatkan untuk menambah uang muka dan
memperkecil pencicilan sekaligus atau
mempersingkat tenor kredit,” urai Nugroho.
Lebih jauh Nugroho menjelaskan, selain
program Housing Benefit, pihaknya pun
menyediakan program Food Benefit. Pihaknya
menyediakan akses bahan-bahan makanan pokok
yang berharga relatif murah. “Teknisnya,
memaksimalkan toko-toko yang memang harus
berbadan hukum, seperti, koperasi yang pada
saatnya, diisi beragam bahan makanan yang
pasokannya langsung dari distributor. Untuk
mewujudkannya, kami menjalin kerjasana dengan
berbagai supplier, termasuk perbankan,”
ungkapnya.
Ide Food Benefit tidak rumit. Dijelaskan, skema
Food Benefit hanya untuk memangkas jalur
pendistribusian sehingga para pekerja dapat
memperoleh kebutuhan makanan dalam harga yang
relatif murah dan terjangkau.
Selain Food Benefit, pihaknya juga menyiapkan
program Health Benefit. Pada program itu, BPJS
Ketenagakerjaan menyediakan sejumlah klinik.
“Dalam hal ini, kami bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, termasuk sejumlah rumah sakit yang
tentunya siap serta bersedia membuka klinik
kesehatan,” ucap Nugroho.
Sementara berkenaan dengan Transportation
Benefit, pihaknya akan menyediakan sejumlah
sarana transportasi, yang menghubungkan sebuah
perumahan pekerja dan peserta BPJS
Ketenagakerjaan dengan tempat kerjanya atau titik
terdekat tempat kerja. “Apabila Transportation
Benefit terwujud, tentunya, hal itu dapat
menghemat biaya transportasi para pekerja,”
ungkap Nugroho. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id34
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Tidak ada alasan bagi pekerja untuk tidak
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Bagi pekerja yang menyadari betapa
pentingnya kehadiran BPJS
Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda
untuk menjadi peserta pada institusi yang
memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.
Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di
Indonesia memang memiliki peranan sangat
penting, terutama dalam memberikan perlindungan
bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk
mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai
dari pekerja penerima upah dan bukan penerima
upah.
Selama ini masih banyak masyarakat yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang
Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja
wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Apabila pekerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar
mereka akan dilindungi. Perlindungan yang
diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan
Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).
Jaminan Pensiun (JP) merupakan program
baru yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk
mengikuti program JP ini peserta harus
membayar iuran sebesar 3 persen dari
upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang
dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen
ditanggung oleh pemberi
kerja dan 1 persen dibayar
oleh pekerja.
Namun, menurut
Chazali Husni Situmorang,
Ketua Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN), program
JP bukan untuk menjadikan
buruh kaya raya di hari
tuanya. Program JP hanya
untuk memenuhi kehidupan
dasar secara layak bagi
pekerja. Program JP akan
membantu kesejahteraan
buruh meningkat setelah
mereka pensiun kelak.
Pada dasarnya menjadi
peserta BPJS
Ketenagakerjaan sama
dengan investasi jangka
panjang. Pekerja menabung
dengan membayar iuran dan
beberapa tahun yang akan
datang akan dapat memetik
pengembangannya.
Keuntungan peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang lain adalah pada
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah
dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan
dan perawatan yang sebelumnya
sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015
tindakan medis yang dilakukan karena
terjadinya kecelakaan kerja ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai
sembuh. Benefit lainnya yang
mengalami peningkatan
antara lain biaya
angkutan darat, laut dan
udara, biaya pemakaman
serta pemberian
beasiswa pendidikan
bagi peserta yang
meninggal dunia atau
cacat total tetap karena
kecelakaan kerja.
Selain itu, jika terjadi
cacat sebagian
permanen, pekerja juga
akan mendapatkan
pelatihan khusus agar
tetap bisa kembali
bekerja melalui
penyempurnaan manfaat
Jaminan Kecelakaan
Kerja-Return To Work
(JKK-RTW), di samping
santunan cacat yang
diterima. Dengan
demikian pekerja tetap
bisa mendapatkan penghasilan dengan
keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.
Selanjutnya, pada program Jaminan
Kematian (JK) memberikan benefit kepada
ahli waris pekerja yang mengalami musibah
meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan
Menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan akan banyak
memberikan keuntungan bagi para pekerja di Indonesia, baik
pekerja penerima upah dan bukan penerima upah. Dengan
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan maka jaminan sosial
pekerja akan mendapatkan perlindungan.
UNTUNGNYA MENJADI PESERTA BPJS KETENAGAKERJAAN
Idea
kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan
sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman
dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta
pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang
ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang
sudah memasuki masa iur 5 tahun.
Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan
memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja
terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT
merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat
pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal
dunia atau cacat total tetap.
Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G
Masassya, program dan tata kelolanya sangat
berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya
(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh
lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara
lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya
menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta
kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara
penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.
Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris
akan menerima pertanggungan sampai dengan 56
kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli
waris yang masih usia sekolah akan mendapat
beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program
JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai
dengan 1,74 persen.
Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan
besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen
dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada
saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,
atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa
kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang
berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga
dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja
yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk
perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena
PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.
Dengan begitu banyaknya manfaat dan
keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan
bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat
pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS
Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh
dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
mengembangkan kantor virtual serta terus
membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang
nyaman. n
35www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Idea
idak ada alasan bagi pekerja untuk tidak
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Bagi pekerja yang menyadari betapa
pentingnya kehadiran BPJS
Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda
untuk menjadi peserta pada institusi yang
memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.
Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di
Indonesia memang memiliki peranan sangat
penting, terutama dalam memberikan perlindungan
bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk
mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai
dari pekerja penerima upah dan bukan penerima
upah.
Selama ini masih banyak masyarakat yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang
Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja
wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Apabila pekerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar
mereka akan dilindungi. Perlindungan yang
diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan
Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).
Jaminan Pensiun (JP) merupakan program
baru yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk
mengikuti program JP ini peserta harus
membayar iuran sebesar 3 persen dari
upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang
dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen
ditanggung oleh pemberi
kerja dan 1 persen dibayar
oleh pekerja.
Namun, menurut
Chazali Husni Situmorang,
Ketua Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN), program
JP bukan untuk menjadikan
buruh kaya raya di hari
tuanya. Program JP hanya
untuk memenuhi kehidupan
dasar secara layak bagi
pekerja. Program JP akan
membantu kesejahteraan
buruh meningkat setelah
mereka pensiun kelak.
Pada dasarnya menjadi
peserta BPJS
Ketenagakerjaan sama
dengan investasi jangka
panjang. Pekerja menabung
dengan membayar iuran dan
beberapa tahun yang akan
datang akan dapat memetik
pengembangannya.
Keuntungan peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang lain adalah pada
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah
dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan
dan perawatan yang sebelumnya
sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015
tindakan medis yang dilakukan karena
terjadinya kecelakaan kerja ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai
sembuh. Benefit lainnya yang
mengalami peningkatan
antara lain biaya
angkutan darat, laut dan
udara, biaya pemakaman
serta pemberian
beasiswa pendidikan
bagi peserta yang
meninggal dunia atau
cacat total tetap karena
kecelakaan kerja.
Selain itu, jika terjadi
cacat sebagian
permanen, pekerja juga
akan mendapatkan
pelatihan khusus agar
tetap bisa kembali
bekerja melalui
penyempurnaan manfaat
Jaminan Kecelakaan
Kerja-Return To Work
(JKK-RTW), di samping
santunan cacat yang
diterima. Dengan
demikian pekerja tetap
bisa mendapatkan penghasilan dengan
keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.
Selanjutnya, pada program Jaminan
Kematian (JK) memberikan benefit kepada
ahli waris pekerja yang mengalami musibah
meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan
Keuntungan peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang lain adalah
pada program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK). Benefit
yang didapatkan oleh peserta
bertambah dengan dihilangkannya
plafon biaya pengobatan dan
perawatan yang sebelumnya
sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli
2015 tindakan medis yang
dilakukan karena terjadinya
kecelakaan kerja ditanggung oleh
BPJS Ketenagakerjaan sampai
sembuh.
kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan
sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman
dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta
pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang
ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang
sudah memasuki masa iur 5 tahun.
Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan
memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja
terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT
merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat
pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal
dunia atau cacat total tetap.
Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G
Masassya, program dan tata kelolanya sangat
berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya
(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh
lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara
lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya
menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta
kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara
penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.
Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris
akan menerima pertanggungan sampai dengan 56
kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli
waris yang masih usia sekolah akan mendapat
beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program
JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai
dengan 1,74 persen.
Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan
besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen
dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada
saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,
atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa
kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang
berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga
dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja
yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk
perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena
PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.
Dengan begitu banyaknya manfaat dan
keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan
bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat
pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS
Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh
dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
mengembangkan kantor virtual serta terus
membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang
nyaman. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id36
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
idak ada alasan bagi pekerja untuk tidak
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Bagi pekerja yang menyadari betapa
pentingnya kehadiran BPJS
Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda
untuk menjadi peserta pada institusi yang
memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.
Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di
Indonesia memang memiliki peranan sangat
penting, terutama dalam memberikan perlindungan
bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk
mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai
dari pekerja penerima upah dan bukan penerima
upah.
Selama ini masih banyak masyarakat yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang
Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja
wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Apabila pekerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar
mereka akan dilindungi. Perlindungan yang
diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan
Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).
Jaminan Pensiun (JP) merupakan program
baru yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk
mengikuti program JP ini peserta harus
membayar iuran sebesar 3 persen dari
upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang
dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen
ditanggung oleh pemberi
kerja dan 1 persen dibayar
oleh pekerja.
Namun, menurut
Chazali Husni Situmorang,
Ketua Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN), program
JP bukan untuk menjadikan
buruh kaya raya di hari
tuanya. Program JP hanya
untuk memenuhi kehidupan
dasar secara layak bagi
pekerja. Program JP akan
membantu kesejahteraan
buruh meningkat setelah
mereka pensiun kelak.
Pada dasarnya menjadi
peserta BPJS
Ketenagakerjaan sama
dengan investasi jangka
panjang. Pekerja menabung
dengan membayar iuran dan
beberapa tahun yang akan
datang akan dapat memetik
pengembangannya.
Keuntungan peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang lain adalah pada
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah
dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan
dan perawatan yang sebelumnya
sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015
tindakan medis yang dilakukan karena
terjadinya kecelakaan kerja ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai
sembuh. Benefit lainnya yang
mengalami peningkatan
antara lain biaya
angkutan darat, laut dan
udara, biaya pemakaman
serta pemberian
beasiswa pendidikan
bagi peserta yang
meninggal dunia atau
cacat total tetap karena
kecelakaan kerja.
Selain itu, jika terjadi
cacat sebagian
permanen, pekerja juga
akan mendapatkan
pelatihan khusus agar
tetap bisa kembali
bekerja melalui
penyempurnaan manfaat
Jaminan Kecelakaan
Kerja-Return To Work
(JKK-RTW), di samping
santunan cacat yang
diterima. Dengan
demikian pekerja tetap
bisa mendapatkan penghasilan dengan
keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.
Selanjutnya, pada program Jaminan
Kematian (JK) memberikan benefit kepada
ahli waris pekerja yang mengalami musibah
meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan
kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan
sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman
dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta
pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang
ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang
sudah memasuki masa iur 5 tahun.
Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan
memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja
terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT
merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat
pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal
dunia atau cacat total tetap.
Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G
Masassya, program dan tata kelolanya sangat
berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya
(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh
lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara
lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya
menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta
kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara
penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.
Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris
akan menerima pertanggungan sampai dengan 56
Idea
kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli
waris yang masih usia sekolah akan mendapat
beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program
JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai
dengan 1,74 persen.
Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan
besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen
dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada
saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,
atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa
kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang
berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga
dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja
yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk
perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena
PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.
Dengan begitu banyaknya manfaat dan
keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan
bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat
pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS
Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh
dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
mengembangkan kantor virtual serta terus
membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang
nyaman. n
37www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
idak ada alasan bagi pekerja untuk tidak
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Bagi pekerja yang menyadari betapa
pentingnya kehadiran BPJS
Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda
untuk menjadi peserta pada institusi yang
memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.
Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di
Indonesia memang memiliki peranan sangat
penting, terutama dalam memberikan perlindungan
bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk
mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai
dari pekerja penerima upah dan bukan penerima
upah.
Selama ini masih banyak masyarakat yang
belum mendaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang
Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja
wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Apabila pekerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar
mereka akan dilindungi. Perlindungan yang
diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan
Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).
Jaminan Pensiun (JP) merupakan program
baru yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk
mengikuti program JP ini peserta harus
membayar iuran sebesar 3 persen dari
upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang
dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen
ditanggung oleh pemberi
kerja dan 1 persen dibayar
oleh pekerja.
Namun, menurut
Chazali Husni Situmorang,
Ketua Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN), program
JP bukan untuk menjadikan
buruh kaya raya di hari
tuanya. Program JP hanya
untuk memenuhi kehidupan
dasar secara layak bagi
pekerja. Program JP akan
membantu kesejahteraan
buruh meningkat setelah
mereka pensiun kelak.
Pada dasarnya menjadi
peserta BPJS
Ketenagakerjaan sama
dengan investasi jangka
panjang. Pekerja menabung
dengan membayar iuran dan
beberapa tahun yang akan
datang akan dapat memetik
pengembangannya.
Keuntungan peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang lain adalah pada
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah
dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan
dan perawatan yang sebelumnya
sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015
tindakan medis yang dilakukan karena
terjadinya kecelakaan kerja ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai
sembuh. Benefit lainnya yang
mengalami peningkatan
antara lain biaya
angkutan darat, laut dan
udara, biaya pemakaman
serta pemberian
beasiswa pendidikan
bagi peserta yang
meninggal dunia atau
cacat total tetap karena
kecelakaan kerja.
Selain itu, jika terjadi
cacat sebagian
permanen, pekerja juga
akan mendapatkan
pelatihan khusus agar
tetap bisa kembali
bekerja melalui
penyempurnaan manfaat
Jaminan Kecelakaan
Kerja-Return To Work
(JKK-RTW), di samping
santunan cacat yang
diterima. Dengan
demikian pekerja tetap
bisa mendapatkan penghasilan dengan
keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.
Selanjutnya, pada program Jaminan
Kematian (JK) memberikan benefit kepada
ahli waris pekerja yang mengalami musibah
meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan
Detail Buku
Resensi
Buku ini bisa dikatakan, menjadi penting
sebagai panduan bagi tenaga kerja dan
pemberi kerja/perusahaan untuk
mendapatkan jaminan sosial dari BPJS
Ketenagakerjaan.
Buku ini menjelaskan, bahwa Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan merupakan institusi pemberi
jaminan sosial yang dianggap dapat membantu
pekerja untuk mendapatkan kesejahteraan. BPJS
Ketenagakerjaan menjadi kewajiban bagi
perusahaan untuk menjamin kehidupan para
karyawannya, juga menjadi salah satu bentuk
proteksi/ perlindungan hak tenaga kerja dari
negara karena didukung oleh peraturan
perundangan.
Baik pekerja maupun pemberi kerja perlu
mengetahui dan memahami seluk beluk tentang
BPJS Ketenagakerjaan. Tujuannya, untuk
memudahkan proses pemberian jaminan sosial
bagi pekerja dan menghindari ketidakpahaman.
Panduan resmi memperoleh jaminan sosial dari
BPJS Ketenagakerjaan terbitan Visi Media ini
sangat membantu untuk pihak pemakai/ peserta
BPJS Ketenagakerjaan, karena memuat
prosedur, proses, dan produk/ jasa BPJS
Ketenagakerjaan yang akan didapatkan oleh si
pemakai.
Selain itu, buku ini juga berisikan
peraturan-peraturan pemerintah yang bisa
dijadikan landasan kuat mengapa pekerja dan
pemberi kerja wajib mendaftarkan/
menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Sesuai
dengan judulnya, buku ini memang layak
dijadikan panduan untuk mengenal lebih jauh
BPJS Ketenagakerjaan. Seperti kata bijak, tak
kenal maka tak sayang, bila tak sayang maka
pekerja maupun pemberi kerja tak ingin memiliki
atau menjadi peserta. n
Buku berwarna soft putih keabu-abuan, dengan tulisan judul berwarna biru dan merah dipadu dengan jenis huruf yang tinggi dan langsing menjadi daya tarik tersendiri. Judul menjadi dominan di cover dikarenakan memakan tempat setengah halaman lebih, ditambah ilustrasi berbagai simbol dari berbagai program jaminan sosial di bawahnya.
Judul : Panduan Resmi
Memperoleh Jaminan
Sosial dari BPJS
Ketenagakerjaan
Penulis : Tim Visi Yustisia
Penerbit : Visi Media
Cetak ke I : Tahun 2014
Harga : Rp 44.000,-
PANDUAN RESMIMEMPEROLEHJAMINAN SOSIALDARI BPJSKETENAGAKERJAAN
kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan
sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman
dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta
pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang
ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang
sudah memasuki masa iur 5 tahun.
Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan
memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja
terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT
merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat
pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal
dunia atau cacat total tetap.
Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G
Masassya, program dan tata kelolanya sangat
berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya
(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh
lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara
lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya
menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta
kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara
penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.
Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris
akan menerima pertanggungan sampai dengan 56
kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli
waris yang masih usia sekolah akan mendapat
beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program
JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai
dengan 1,74 persen.
Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan
besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen
dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada
saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,
atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa
kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang
berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga
dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja
yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk
perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena
PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.
Dengan begitu banyaknya manfaat dan
keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan
bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat
pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS
Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh
dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
mengembangkan kantor virtual serta terus
membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang
nyaman. n
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id38
Event
“BPJS Ketenagakerjaan Fun Run 5K”
dilaksanakan secara bergantian di 11 kota seluruh
Indonesia, dimulai kota Batam pada 14 November
2015 hingga puncaknya di Stadion Gelora Bung
Karno Jakarta pada 13 Desember 2015. “Kegiatan ini
dilakukan untuk menjalin kedekatan BPJS
Ketenagakerjaan dengan masyarakat sekaligus
menginformasikan kepada masyarakat yang belum
terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan
untuk segera mendaftarkan diri. Peserta Fun Run
dapat langsung mendaftarkan diri sebagai anggota
BPJS Ketenagakerjaan di lokasi Fun Run,” kata
Kepala Urusan Komunikasi Eksternal BPJS
Ketenagakerjaan Irvansyah Utoh Banja dalam
keterangan tertulisnya, Senin (9/11).
Peserta kegiatan BPJS Ketenagakerjaan Fun
Run terbuka untuk para peserta BPJS
Ketenagakerjaan serta akan diikuti oleh para pekerja
perusahaan mitra BPJS Ketenagakerjaan, pelari
professional, pelari amatir hingga masyarakat
umum. Pendaftaran dapat dilakukan melalui situs
www.bpjsketenagakerjaan.go.id yang terkoneksi
dengan menu registrasi di website Dunia Lari atau
dapat juga langsung akses ke situs
www.dunialari.com.
Harga tiket pendaftaran adalah sebesar Rp
50.000 per orang, dan khusus bagi para pendaftar
yang dapat menunjukkan kartu peserta BPJS
Ketenagakerjaan akan mendapatkan cash back
(pengembalian) sebesar Rp 20.000. Harga tiket
tersebut sudah termasuk race pack bagi setiap
peserta yang berisi handuk, dry fit, tumbler, nomor
dada, dan race bag. “BPJS Ketenagakerjaan
berharap dengan biaya yang terjangkau ini, kegiatan
BPJS Ketenagakerjaan Fun Run bisa diikuti oleh
semua lapisan masyarakat, khususnya para pekerja
Indonesia di 11 kota,” kata Utoh.
Lebih lanjut, Utoh menjelaskan, jumlah peserta
BPJS Ketenagakerjaan Fun Run di setiap kota
ditargetkan sebanyak 1.000 orang. Khusus acara
puncak di Plasa Selatan
Stadion Gelora Bung Karno
Jakarta, peserta BPJS
Ketenagakerjaan Fun Run
ditargetkan berjumlah 5.000
orang. “Acara puncak
dilaksanakan sekaligus untuk
memperingati ulang tahun
BPJS Ketenagakerjaan yang
ke-38. Dengan tingginya
animo masyarakat Jakarta
terhadap kegiatan olahraga
lari, maka panitia meyakini
peserta di Jakarta bisa
mencapai 5.000 orang,” jelas
Utoh.
Dalam kegiatan tersebut
BPJS Ketenagakerjaan
memberikan total hadiah
ratusan juta dengan Grand
Prize Mobil dan perjalanan
liburan gratis ke Hong Kong.
Untuk menjadi pemenang
Grand Prize dan Grand Prize
Utama, peserta BPJS
Ketenagakerjaan Fun Run
harus mencapai garis finish,
mendapatkan medali finisher,
dan mengikuti minimal di 2
kota termasuk Jakarta.
Peserta finisher yang
telah mendapatkan medali di
kota pertamanya, harus
mengikuti lomba lari di acara
puncak di Jakarta dengan
menunjukkan medali pertama dan medali finish di
Jakarta. Kemudian panitia akan langsung
memasukkan nomor dada ke dalam undian hadiah
Grand Prize dan Grand Prize Utama.
“10 Pemenang Grand Prize akan diberikan tiket
perjalanan ke Disneyland Hong Kong dan bagi 1
pemenang Grand Prize Utama akan mendapatkan 1
unit mobil Karimun. Namun kesempatan ini hanya
berlaku bagi finisher dengan 2 medali di 2 kota
termasuk Jakarta,” kata Utoh.
Di 11 kota perhelatan BPJS Ketenagakerjaan
Fun Run, disediakan medali bagi finisher bagi 250
finisher pertama. Sementara khusus untuk kegiatan
di Jakarta, semua peserta Fun Run sebanyak 5.000
orang akan mendapatkan medali, sehingga
siapapun bisa mendapatkan kesempatan yang sama
untuk memenangkan hadiah Grand Prize dan Grand
Prize utamanya,” jelas Utoh
Fun Run BPJS Ketenagakerjaan ini sangat
diminati oleh masyarakat khususnya yang memiliki
hoby di bidang lari bahkan di kota Batam untuk
tingkat perempuan, perlombaan itu dimenangkan
oleh anak berusia 11 tahun, yakni Astrid yang
bersekolah di SDN 005 Tanjung Piayu Batam
Kepulauan Riau.
Saat ditemui oleh Petugas Divisi Komunikasi
BPJS Ketenagakerjaan Astrid mengaku sudah
berlatih lebih kurang 10 hari di tempat tinggalnya.
Dalam kegiatan tersebut, Astrid mengaku sama
sekali tidak ada halangan dan berharap kegiatan ini
berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Saat ditanya mau diapakan uang hasil juara
sebesar Rp. 5 juta itu, Astrid dengan nada bahagia
dan sumringah mengatakan “ uang ini buat
kebutuhan saya sekolah”.
BPJS Ketenagakerjaan menggelar “BPJS Ketenagakerjaan Fun Run 5K” di 11 kota di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan mulai tanggal 14 November 2015 – 13 Desember 2015 tersebut merupakan upaya BPJS Ketenagakerjaan untuk menjaring kepesertaan secara masif di sejumlah wilayah Indonesia melalui ajang kompetisi lari.
FUN RUN 5 KBPJS KETENAGAKERJAAN 2015
39www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Event
“BPJS Ketenagakerjaan Fun Run 5K”
dilaksanakan secara bergantian di 11 kota seluruh
Indonesia, dimulai kota Batam pada 14 November
2015 hingga puncaknya di Stadion Gelora Bung
Karno Jakarta pada 13 Desember 2015. “Kegiatan ini
dilakukan untuk menjalin kedekatan BPJS
Ketenagakerjaan dengan masyarakat sekaligus
menginformasikan kepada masyarakat yang belum
terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan
untuk segera mendaftarkan diri. Peserta Fun Run
dapat langsung mendaftarkan diri sebagai anggota
BPJS Ketenagakerjaan di lokasi Fun Run,” kata
Kepala Urusan Komunikasi Eksternal BPJS
Ketenagakerjaan Irvansyah Utoh Banja dalam
keterangan tertulisnya, Senin (9/11).
Peserta kegiatan BPJS Ketenagakerjaan Fun
Run terbuka untuk para peserta BPJS
Ketenagakerjaan serta akan diikuti oleh para pekerja
perusahaan mitra BPJS Ketenagakerjaan, pelari
professional, pelari amatir hingga masyarakat
umum. Pendaftaran dapat dilakukan melalui situs
www.bpjsketenagakerjaan.go.id yang terkoneksi
dengan menu registrasi di website Dunia Lari atau
dapat juga langsung akses ke situs
www.dunialari.com.
Harga tiket pendaftaran adalah sebesar Rp
50.000 per orang, dan khusus bagi para pendaftar
yang dapat menunjukkan kartu peserta BPJS
Ketenagakerjaan akan mendapatkan cash back
(pengembalian) sebesar Rp 20.000. Harga tiket
tersebut sudah termasuk race pack bagi setiap
peserta yang berisi handuk, dry fit, tumbler, nomor
dada, dan race bag. “BPJS Ketenagakerjaan
berharap dengan biaya yang terjangkau ini, kegiatan
BPJS Ketenagakerjaan Fun Run bisa diikuti oleh
semua lapisan masyarakat, khususnya para pekerja
Indonesia di 11 kota,” kata Utoh.
Lebih lanjut, Utoh menjelaskan, jumlah peserta
BPJS Ketenagakerjaan Fun Run di setiap kota
ditargetkan sebanyak 1.000 orang. Khusus acara
puncak di Plasa Selatan
Stadion Gelora Bung Karno
Jakarta, peserta BPJS
Ketenagakerjaan Fun Run
ditargetkan berjumlah 5.000
orang. “Acara puncak
dilaksanakan sekaligus untuk
memperingati ulang tahun
BPJS Ketenagakerjaan yang
ke-38. Dengan tingginya
animo masyarakat Jakarta
terhadap kegiatan olahraga
lari, maka panitia meyakini
peserta di Jakarta bisa
mencapai 5.000 orang,” jelas
Utoh.
Dalam kegiatan tersebut
BPJS Ketenagakerjaan
memberikan total hadiah
ratusan juta dengan Grand
Prize Mobil dan perjalanan
liburan gratis ke Hong Kong.
Untuk menjadi pemenang
Grand Prize dan Grand Prize
Utama, peserta BPJS
Ketenagakerjaan Fun Run
harus mencapai garis finish,
mendapatkan medali finisher,
dan mengikuti minimal di 2
kota termasuk Jakarta.
Peserta finisher yang
telah mendapatkan medali di
kota pertamanya, harus
mengikuti lomba lari di acara
puncak di Jakarta dengan
menunjukkan medali pertama dan medali finish di
Jakarta. Kemudian panitia akan langsung
memasukkan nomor dada ke dalam undian hadiah
Grand Prize dan Grand Prize Utama.
“10 Pemenang Grand Prize akan diberikan tiket
perjalanan ke Disneyland Hong Kong dan bagi 1
pemenang Grand Prize Utama akan mendapatkan 1
unit mobil Karimun. Namun kesempatan ini hanya
berlaku bagi finisher dengan 2 medali di 2 kota
termasuk Jakarta,” kata Utoh.
Di 11 kota perhelatan BPJS Ketenagakerjaan
Fun Run, disediakan medali bagi finisher bagi 250
finisher pertama. Sementara khusus untuk kegiatan
di Jakarta, semua peserta Fun Run sebanyak 5.000
orang akan mendapatkan medali, sehingga
siapapun bisa mendapatkan kesempatan yang sama
untuk memenangkan hadiah Grand Prize dan Grand
Prize utamanya,” jelas Utoh
Fun Run BPJS Ketenagakerjaan ini sangat
diminati oleh masyarakat khususnya yang memiliki
hoby di bidang lari bahkan di kota Batam untuk
tingkat perempuan, perlombaan itu dimenangkan
oleh anak berusia 11 tahun, yakni Astrid yang
bersekolah di SDN 005 Tanjung Piayu Batam
Kepulauan Riau.
Saat ditemui oleh Petugas Divisi Komunikasi
BPJS Ketenagakerjaan Astrid mengaku sudah
berlatih lebih kurang 10 hari di tempat tinggalnya.
Dalam kegiatan tersebut, Astrid mengaku sama
sekali tidak ada halangan dan berharap kegiatan ini
berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Saat ditanya mau diapakan uang hasil juara
sebesar Rp. 5 juta itu, Astrid dengan nada bahagia
dan sumringah mengatakan “ uang ini buat
kebutuhan saya sekolah”.
Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Herdi Trisanto saat mengalungkan medali kepada juara I kategori Wanita di Batam.
Direktur Utama Elvyn G Masassya menyerahkan hadiah kepada Astrid juara I kategori Wanita
Aspek PT Bank Tabungan Negara Tbk menjanjikan akan memberikan kemudahan dalam penyediaan rumah bagi pekerja yang terdaftar sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
BTN SIAP MENYEDIAKANSEJUTA RUMAH BAGI PEKERJA
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id40
OCSO merupakan badan hukum di Negara
Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya
Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk
meningkatkan perlindungan jaminan sosial
dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan
kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan
dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk
mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan
jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.
Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang
memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi
saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi
kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan
terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang
menyebabkan terputus dari pekerjaan.
Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,
Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund
Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan
Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Act 1994.
Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri
(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.
Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang
merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah
industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku
dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.
Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan
SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya
pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan
dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana
didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penegakan hukum.
Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran
Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan
hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha
mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang
ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus
melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan
untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan
SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,
Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua
catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,
Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,
Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran
kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir
Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang
diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,
Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan
SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.
DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan
Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal
atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat
mengenakan denda untuk siapa saja yang telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif
mulai dari tanggal 1 Maret 2006.
Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,
menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun
2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah
diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.
Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi
keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat
mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,
Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,
Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu
yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO
Kontribusi.
Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO
setelah menerima informasi bahwa telah melakukan
pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran
berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh
untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,
tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.
Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah
14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati
batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh
Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut
akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap
pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka
pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran
langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.
Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.
Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.
Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran
masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat
dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO
menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:
Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan
karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman
denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan
mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya
keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar
RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan
pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung
lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda
berkisar RM500 sampai dengan RM3000.
Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan
karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,
(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun
setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar
RM300 sampai dengan RM600.
Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja
di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap
karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan
melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)
akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan
RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat
kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya
melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai
dengan RM1500.
Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk
pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari
RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika
terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan
pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan
atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk
SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran
sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke
SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam
pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,
membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,
serta kegagalan untuk membayar denda.
PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk
mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang
dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga
penerima manfaat pendidikan.
Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk
mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman
pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang
diberikan kepada korban atau penerima manfaat.
Unit akan melakukan tindakan jika angsuran
pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran
yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan
kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n
Relasi
Untuk memberikan komitmen atas
terpenuhinya kebutuhan rumah bagi
masyarakat Indonesia, termasuk kebutuhan
rumah bagi para pekerja, PT Bank
Tabungan Negara (BTN) Tbk melakukan sinergi
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan dalam penyediaan rumah bagi
pekerja.
Kerjasama ini ditandai dengan
penandatanganan perjanjian kerjasama antara BTN
dengan BPJS Ketenagakerjaan di Jakarta, medio 27
Oktober 2015. Kerjasama ini, merupakan upaya
dalam rangka mendukung program pemerintah
terkait sejuta rumah. “Ini merupakan komitmen kami
dalam pemenuhan rumah rakyat sekaligus menjawab
kebutuhan rumah bagi para pekerja di dalam negeri,”
ucap Maryono, Direktur Utama Bank BTN.
Maryono menambahkan, kerjasama yang
ditandatangani antara BTN dengan BPJS
Ketenagakerjaan ini terkait produk perumahan bagi
pekerja yang bekerjasama dengan bank. “Program ini
adalah fasilitas yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan
kepada para pekerja dan perusahaan yang telah
terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial
ketenagakerjaan dan memenuhi syarat untuk
mendapatkan fasilitas perumahan. Dalam hal ini pola
penyaluran yang dilakukan BTN dalam bentuk
memberikan fasilitas menyangkut Kredit Konstruksi
(KK), KPR dan Pinjaman Uang Muka (PUM),” ujarnya.
Lebih lanjut Maryono menjelaskan, skema
kerjasama BTN dengan BPJS Ketenagakerjaan
dengan melakukan pembukaan dan penempatan
rekening perumahan pekerja dalam bentuk deposito
yang bersumber dari dana jaminan hari tua yang
dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di Bank
BTN. Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan.
Bunga kredit yang ditetapkan, kata Maryono,
tergolong murah. Perhitungan suku bunga khusus
untuk pengajuan kredit pemilikan rumah nonsubsidi
dan pinjaman uang muka, peserta dikenakan suku
bunga sesuai BI Rate ditambah 3% per tahun atau
sekitar 10,5%.
Meski begitu, Maryono menambahkan,
pemberian fasilitas kredit perumahan akan diperoleh
jika peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memenuhi
beberapa prasyarat. Satu diantaranya fasilitas
tersebut bisa diberikan jika pekerja yang terdaftar di
BPJS Ketenagakerjaan membuka rekening deposito
yang dananya disimpan pada produk jaminan hari
tua yang dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di
BTN. “Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan. Pola penyaluran dana ini adalah
executing yang dilakukan oleh BTN dalam bentuk KK,
KPR dan PUM,” jelasnya.
Pelaksanaan dan segala risiko pembiayaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab BTN. Ini terkait
dengan kompetensi dan pengalaman pembiayaan
perumahan yang sudah dilakukan BTN selama ini.
“Kami akan profesional menjalankan program ini dan
tetap akan menjaga GCG,” tegas Maryono.
Bila ditilik kebelakang, kerjasama Bank BTN
dengan BPJS Ketenagakerjaan sudah dimulai sejak
tahun 2006 lalu, dengan Program Perumahan Bagi
Peserta Jamsostek melalui Kredit Pemilikan Rumah
Sederhana Sehat Jamsostek (KPRSHJ), Kredit
Pemilikan Rumah Jamsostek (KPRJ), Kredit
Kontruksi Jamsostek (KKJ). Tahun 2008 kerjasama
tersebut berubah menjadi Pinjaman Uang Muka
(PUMP-KB) Jamsostek. Sampai dengan Juni 2015
telah terealisasi dari kerjasama program ini sebanyak
29.945 unit rumah dengan jumlah penyaluran lebih
dari Rp560 Miliar.
Sebagai informasi, Bank BTN masih menguasai
market share pembiayaan perumahan per Juni 2015
tercatat mencapai 29,4%. Sampai dengan Triwulan III
2015 tercatat Kredit dan Pembiayaan Bank BTN
tumbuh 19,04% dari Rp110,54 Triliun pada tahun 2014
menjadi Rp131,58 Triliun pada 30 September 2015.
Kredit dan pembiayaan yang diberikan Bank BTN
tumbuh lebih baik diatas rata-rata industri nasional
per Agustus 2015 yang berada pada kisaran 10,96%.
Bank BTN memproyeksikan kredit yang diberikan
Perseroan akan terus tumbuh sampai dengan akhir
tahun 2015. “Kami mempunyai target sampai dengan
akhir tahun pertumbuhan kredit berada pada kisaran
18% - 19%,” tambah Maryono. n
41www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Relasi
ntuk memberikan komitmen atas
terpenuhinya kebutuhan rumah bagi
masyarakat Indonesia, termasuk kebutuhan
rumah bagi para pekerja, PT Bank
Tabungan Negara (BTN) Tbk melakukan sinergi
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan dalam penyediaan rumah bagi
pekerja.
Kerjasama ini ditandai dengan
penandatanganan perjanjian kerjasama antara BTN
dengan BPJS Ketenagakerjaan di Jakarta, medio 27
Oktober 2015. Kerjasama ini, merupakan upaya
dalam rangka mendukung program pemerintah
terkait sejuta rumah. “Ini merupakan komitmen kami
dalam pemenuhan rumah rakyat sekaligus menjawab
kebutuhan rumah bagi para pekerja di dalam negeri,”
ucap Maryono, Direktur Utama Bank BTN.
Maryono menambahkan, kerjasama yang
ditandatangani antara BTN dengan BPJS
Ketenagakerjaan ini terkait produk perumahan bagi
pekerja yang bekerjasama dengan bank. “Program ini
adalah fasilitas yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan
kepada para pekerja dan perusahaan yang telah
terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial
ketenagakerjaan dan memenuhi syarat untuk
mendapatkan fasilitas perumahan. Dalam hal ini pola
penyaluran yang dilakukan BTN dalam bentuk
memberikan fasilitas menyangkut Kredit Konstruksi
(KK), KPR dan Pinjaman Uang Muka (PUM),” ujarnya.
Lebih lanjut Maryono menjelaskan, skema
kerjasama BTN dengan BPJS Ketenagakerjaan
dengan melakukan pembukaan dan penempatan
rekening perumahan pekerja dalam bentuk deposito
yang bersumber dari dana jaminan hari tua yang
dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di Bank
BTN. Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan.
Bunga kredit yang ditetapkan, kata Maryono,
tergolong murah. Perhitungan suku bunga khusus
untuk pengajuan kredit pemilikan rumah nonsubsidi
dan pinjaman uang muka, peserta dikenakan suku
bunga sesuai BI Rate ditambah 3% per tahun atau
sekitar 10,5%.
Meski begitu, Maryono menambahkan,
pemberian fasilitas kredit perumahan akan diperoleh
jika peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memenuhi
beberapa prasyarat. Satu diantaranya fasilitas
tersebut bisa diberikan jika pekerja yang terdaftar di
BPJS Ketenagakerjaan membuka rekening deposito
yang dananya disimpan pada produk jaminan hari
tua yang dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di
BTN. “Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan. Pola penyaluran dana ini adalah
executing yang dilakukan oleh BTN dalam bentuk KK,
KPR dan PUM,” jelasnya.
Pelaksanaan dan segala risiko pembiayaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab BTN. Ini terkait
dengan kompetensi dan pengalaman pembiayaan
perumahan yang sudah dilakukan BTN selama ini.
“Kami akan profesional menjalankan program ini dan
tetap akan menjaga GCG,” tegas Maryono.
Bila ditilik kebelakang, kerjasama Bank BTN
dengan BPJS Ketenagakerjaan sudah dimulai sejak
tahun 2006 lalu, dengan Program Perumahan Bagi
Peserta Jamsostek melalui Kredit Pemilikan Rumah
Sederhana Sehat Jamsostek (KPRSHJ), Kredit
Pemilikan Rumah Jamsostek (KPRJ), Kredit
Kontruksi Jamsostek (KKJ). Tahun 2008 kerjasama
tersebut berubah menjadi Pinjaman Uang Muka
(PUMP-KB) Jamsostek. Sampai dengan Juni 2015
telah terealisasi dari kerjasama program ini sebanyak
29.945 unit rumah dengan jumlah penyaluran lebih
dari Rp560 Miliar.
Sebagai informasi, Bank BTN masih menguasai
market share pembiayaan perumahan per Juni 2015
tercatat mencapai 29,4%. Sampai dengan Triwulan III
2015 tercatat Kredit dan Pembiayaan Bank BTN
tumbuh 19,04% dari Rp110,54 Triliun pada tahun 2014
menjadi Rp131,58 Triliun pada 30 September 2015.
Kredit dan pembiayaan yang diberikan Bank BTN
tumbuh lebih baik diatas rata-rata industri nasional
per Agustus 2015 yang berada pada kisaran 10,96%.
Bank BTN memproyeksikan kredit yang diberikan
Perseroan akan terus tumbuh sampai dengan akhir
tahun 2015. “Kami mempunyai target sampai dengan
akhir tahun pertumbuhan kredit berada pada kisaran
18% - 19%,” tambah Maryono. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id42
ATUR UANGUNTUK HARI TUA
Tips
Tidak semua orang bisa mengatur keuangan karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Tidak sedikit orang yang lebih memilih menggunakan uangnya untuk berfoya-foya dan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukannya.
Dengan cara yang salah dalam mengatur
keuangannya menyebabkan banyak orang
menjadi boros dan jatuh miskin di hari
tuanya. Seharusnya hari tua merupakan saat
yang indah untuk dinikmati setelah kerja keras
sepanjang usia muda hingga masa pensiun. Namun,
tidak sedikit orang yang menjadi sengsara di hari
tuanya karena kesalahannya dalam mengatur
keuangannya.
Mengatur keuangan dengan baik sangat penting
dilakukan agar di hari tua nanti dapat dinikmati tanpa
harus kerja keras lagi. Apabila salah dalam mengatur
keuangan pada masa muda maka bisa menyebabkan
menjadi miskin di masa tua.
Pada masa muda harus banyak berhemat untuk
bekal di masa tua. Hemat di masa muda akan menjadi
kaya di masa tua. Hal ini sesuai dengan peribahasa
yang menyebutkan “Hemat Pangkal Kaya”. Uang hasil
penghematan di masa muda dapat disimpan melalui
beberapa cara, seperti ditabung, diinvestasikan dan
lain-lain.
Ada 5 cara yang harus dilakukan agar kita bisa
tetap memiliki uang atau tetap kaya di hari tua
(mediaindonesia.com).
Pertama, atur keuangan sebaik mungkin.
Keuangan harus diatur sebaik mungkin setiap bulan.
Sangat dianjurkan agar uang tidak dihabiskan untuk
pemenuhan keinginan dan kebutuhan masa sekarang
seperti membeli gadget, perlengkapan rumah tangga,
kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain. Uang yang dimiliki
juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masa yang akan dating, seperti menabung, membayar
angsuran asuransi, dan lain-lain.
Kedua, tetapkan tujuan yang nyata. Kita harus
menetapkan tujuan yang nyata agar tetap bisa kaya di
masa yang akan datang. Tujuan tersebut seperti adanya
keinginan untuk membeli rumah atau mobil yang
harganya miliaran rupiah. Dengan adanya keinginan
tersebut akan mendorong kita untuk bekerja keras dan
menyimpan uang agar keinginan dapat tercapai.
Ketiga, mencatat dan menganalisis pengeluaran.
Sebaiknya, sebelum tidak dicatat dan dianalisis
pengeluaran setiap harinya. Setelah dua bulan
dilakukan analisa catatan pengeluaran dan diambil
kesimpulan berapa banyak uang yang telah dihabiskan.
Dari analisa pengeluaran tersebut dapat diperkirakan
pengeluaran yang mungkin bisa dihindari.
Keempat, mengontrol anggaran. Pengeluaran
harus dikontrol setiap harinya agar tidak membengkak.
Tahan keinginan untuk berbelanja yang tidak penting
atau mungkin hanya menyengkan hati sesaat saja.
Perlu dilakukan berbagai cara agar bisa mencegah
keinginan tersebut dan usahakan mengeluarkan uang
sedikit mungkin setiap harinya.
Kelima, belanja sesuai budget. Kita harus
menghindari pengeluaran yang melebihi pendapatan
atau “besar pasak daripada tiang”. Kita tidak boleh
memaksakan diri mengikuti mode untuk membeli mobil
yang mahal, pakaian yang bermerek, gadget yang
canggih, dan lain sebagainya.
Semua orang menginginkan ketika memasuki
masa tuanya dalam keadaan sehat dan berkecukupan
kehidupannya. Pada masa tua kemampuan bekerja
untuk menghasilkan uang sudah mengalami penurunan
dan tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan secara
normal. Untuk itu harus dipahami dan dimengerti
tentang bagaimana cara mengatur keuangan untuk
persiapan masa tua.
Banyak orang yang ketika ingin merencanakan
keuangannya untuk masa tua mereka merasa
kebingungan. Mereka tidak tahu harus memulainya dari
mana. Selain 5 cara agar tetap kaya di hari tua yang
telah diuraikan di atas juga ada 10 cara sukses
mempersiapkan keuangan di masa tua. Kesepuluh cara
tersebut diuraikan di bawah ini.
Pertama, mempersiapkan dana kebutuhan rumah
tangga secara detail. Perlu dipersiapkan dana untuk
kebutuhan rumah tangga secara detail dan rinci.
Kedua, lebih baik untuk mempersiapkan dana
darurat untuk kebutuhan 4-8 bulan. Dana darurat
adalah dana yang biasa dialokasikan khusus untuk
kebutuhan darurat, dan hal itu merupakan dana yang
ditabung secara rutin. Biasanya dana tersebut
digunakan untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan
yang tidak terduga, seperti sakit, kecelakaan atau pun
jenis keadaan darurat lainnya.
Ketiga, mempersiapkan dana untuk pendidikan
anak. Salah satu investasi sangat penting adalah
mempersiapkan anak yang sukses di masa depan dan
tidak membebani orang tua bahkan dia bisa merawat
orang tuanya. Untuk itu anak harus dipersiapkan
pendidikannya setinggi mungkin untuk mendapatkan
masa depan yang lebih baik dibanding dengan keadaan
orang tuanya sekarang.
Keempat, lindungi jiwa dan aset bisnis keluarga.
Asuransi sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa
ditunda dan sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup
masyarakat. Oleh karena itu, kita harus membuat asuransi
sesuai dengan kebutuhan keluarga di masa depan.
Kelima, bijaksana dalam membuat utang. Kita
dituntut agar bijaksana dalam berutang, baik berupa
utang konsumtif maupun utang produktif. Perlu
memperlakukan utang secara hati-hati sesuai denga
keperluan dan manfaat yang didapatkan.
Keenam, berinvestasi untuk masa depan. Banyak
pilihan investasi seperti tabungan, deposito, properti
dan lain-lain yang dirasakan aman. Kita perlu
menyisihkan minimal 30% dari penghasilan untuk
kebutuhan investasi masa depan.
Ketujuh, siapkan secara detail dan rinci dana
pensiun. Setiap perusahaan seharusnya memiliki dana
pensiun untuk karyawan dengan cara menyisihkan
berapa persen dari penghasilan setiap karyawan sesuai
dengan tingkatan atau kontribusi kepada perusahaan.
Kedelapan, lebih baik mengambil tingkat suku
bunga flat/fix untuk jangka panjang. Hindari utang
dengan suku bunga floating karena sangat berisiko.
Kesembilan, cermat dalam memilih investasi.
Hindari investasi berisiko tinggi seperti obligasi dengan
tingkat suku bunga tinggi. Sebaiknya tidak menaruh
semua dana pada sebuah instrumen investasi, sebar
investasi sehingga bisa meminimalisir risiko.
Kesepuluh, beritahu keluarga tentang bisnis dan
keuangan. Kita perlu mendidik anak dan pasangan hidup
agar mengerti tentang bisnis dan keuangan keluarga.
Hal itu sangat penting karena jika terjadi sesuatu dengan
kita maka anak dan pasangan kita aka bisa paham dan
mengerti. n
43www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Tips
engan cara yang salah dalam mengatur
keuangannya menyebabkan banyak orang
menjadi boros dan jatuh miskin di hari
tuanya. Seharusnya hari tua merupakan saat
yang indah untuk dinikmati setelah kerja keras
sepanjang usia muda hingga masa pensiun. Namun,
tidak sedikit orang yang menjadi sengsara di hari
tuanya karena kesalahannya dalam mengatur
keuangannya.
Mengatur keuangan dengan baik sangat penting
dilakukan agar di hari tua nanti dapat dinikmati tanpa
harus kerja keras lagi. Apabila salah dalam mengatur
keuangan pada masa muda maka bisa menyebabkan
menjadi miskin di masa tua.
Pada masa muda harus banyak berhemat untuk
bekal di masa tua. Hemat di masa muda akan menjadi
kaya di masa tua. Hal ini sesuai dengan peribahasa
yang menyebutkan “Hemat Pangkal Kaya”. Uang hasil
penghematan di masa muda dapat disimpan melalui
beberapa cara, seperti ditabung, diinvestasikan dan
lain-lain.
Ada 5 cara yang harus dilakukan agar kita bisa
tetap memiliki uang atau tetap kaya di hari tua
(mediaindonesia.com).
Pertama, atur keuangan sebaik mungkin.
Keuangan harus diatur sebaik mungkin setiap bulan.
Sangat dianjurkan agar uang tidak dihabiskan untuk
pemenuhan keinginan dan kebutuhan masa sekarang
seperti membeli gadget, perlengkapan rumah tangga,
kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain. Uang yang dimiliki
juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masa yang akan dating, seperti menabung, membayar
angsuran asuransi, dan lain-lain.
Kedua, tetapkan tujuan yang nyata. Kita harus
menetapkan tujuan yang nyata agar tetap bisa kaya di
masa yang akan datang. Tujuan tersebut seperti adanya
keinginan untuk membeli rumah atau mobil yang
harganya miliaran rupiah. Dengan adanya keinginan
tersebut akan mendorong kita untuk bekerja keras dan
menyimpan uang agar keinginan dapat tercapai.
Ketiga, mencatat dan menganalisis pengeluaran.
Sebaiknya, sebelum tidak dicatat dan dianalisis
pengeluaran setiap harinya. Setelah dua bulan
dilakukan analisa catatan pengeluaran dan diambil
kesimpulan berapa banyak uang yang telah dihabiskan.
Dari analisa pengeluaran tersebut dapat diperkirakan
pengeluaran yang mungkin bisa dihindari.
Keempat, mengontrol anggaran. Pengeluaran
harus dikontrol setiap harinya agar tidak membengkak.
Tahan keinginan untuk berbelanja yang tidak penting
atau mungkin hanya menyengkan hati sesaat saja.
Perlu dilakukan berbagai cara agar bisa mencegah
keinginan tersebut dan usahakan mengeluarkan uang
sedikit mungkin setiap harinya.
Kelima, belanja sesuai budget. Kita harus
menghindari pengeluaran yang melebihi pendapatan
atau “besar pasak daripada tiang”. Kita tidak boleh
memaksakan diri mengikuti mode untuk membeli mobil
yang mahal, pakaian yang bermerek, gadget yang
canggih, dan lain sebagainya.
Semua orang menginginkan ketika memasuki
masa tuanya dalam keadaan sehat dan berkecukupan
kehidupannya. Pada masa tua kemampuan bekerja
untuk menghasilkan uang sudah mengalami penurunan
dan tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan secara
normal. Untuk itu harus dipahami dan dimengerti
tentang bagaimana cara mengatur keuangan untuk
persiapan masa tua.
Banyak orang yang ketika ingin merencanakan
keuangannya untuk masa tua mereka merasa
kebingungan. Mereka tidak tahu harus memulainya dari
mana. Selain 5 cara agar tetap kaya di hari tua yang
telah diuraikan di atas juga ada 10 cara sukses
mempersiapkan keuangan di masa tua. Kesepuluh cara
tersebut diuraikan di bawah ini.
Pertama, mempersiapkan dana kebutuhan rumah
tangga secara detail. Perlu dipersiapkan dana untuk
kebutuhan rumah tangga secara detail dan rinci.
Kedua, lebih baik untuk mempersiapkan dana
darurat untuk kebutuhan 4-8 bulan. Dana darurat
adalah dana yang biasa dialokasikan khusus untuk
kebutuhan darurat, dan hal itu merupakan dana yang
ditabung secara rutin. Biasanya dana tersebut
digunakan untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan
yang tidak terduga, seperti sakit, kecelakaan atau pun
jenis keadaan darurat lainnya.
Ketiga, mempersiapkan dana untuk pendidikan
anak. Salah satu investasi sangat penting adalah
mempersiapkan anak yang sukses di masa depan dan
tidak membebani orang tua bahkan dia bisa merawat
orang tuanya. Untuk itu anak harus dipersiapkan
pendidikannya setinggi mungkin untuk mendapatkan
masa depan yang lebih baik dibanding dengan keadaan
orang tuanya sekarang.
Keempat, lindungi jiwa dan aset bisnis keluarga.
Asuransi sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa
ditunda dan sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup
masyarakat. Oleh karena itu, kita harus membuat asuransi
sesuai dengan kebutuhan keluarga di masa depan.
Kelima, bijaksana dalam membuat utang. Kita
dituntut agar bijaksana dalam berutang, baik berupa
utang konsumtif maupun utang produktif. Perlu
memperlakukan utang secara hati-hati sesuai denga
keperluan dan manfaat yang didapatkan.
Keenam, berinvestasi untuk masa depan. Banyak
pilihan investasi seperti tabungan, deposito, properti
dan lain-lain yang dirasakan aman. Kita perlu
menyisihkan minimal 30% dari penghasilan untuk
kebutuhan investasi masa depan.
Ketujuh, siapkan secara detail dan rinci dana
pensiun. Setiap perusahaan seharusnya memiliki dana
pensiun untuk karyawan dengan cara menyisihkan
berapa persen dari penghasilan setiap karyawan sesuai
dengan tingkatan atau kontribusi kepada perusahaan.
Kedelapan, lebih baik mengambil tingkat suku
bunga flat/fix untuk jangka panjang. Hindari utang
dengan suku bunga floating karena sangat berisiko.
Kesembilan, cermat dalam memilih investasi.
Hindari investasi berisiko tinggi seperti obligasi dengan
tingkat suku bunga tinggi. Sebaiknya tidak menaruh
semua dana pada sebuah instrumen investasi, sebar
investasi sehingga bisa meminimalisir risiko.
Kesepuluh, beritahu keluarga tentang bisnis dan
keuangan. Kita perlu mendidik anak dan pasangan hidup
agar mengerti tentang bisnis dan keuangan keluarga.
Hal itu sangat penting karena jika terjadi sesuatu dengan
kita maka anak dan pasangan kita aka bisa paham dan
mengerti. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id44
HRClinic
Tentang Pengasuh Rubrik:
Brian Aprinto, SPHR adalah penulis buku manajemen SDM terlaris
Buku Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia dan Buku
Pedoman Lengkap Softskills. Kunci Sukses dalam Karir, Bisnis
dan Kehidupan Pribadi. Brian juga orang Indonesia pertama yang
tersertifikasi Senior Professional in Human Resource (SPHR) dari
Human Resource Certification Institute (HRCI) di Amerika.
Halo salam sejahtera Pak Brian,
Assalamualaikum Wr Wb Pak Brian,
Perkenalkan nama saya Andika, saya telah bekerja
8 tahun di suatu perusahaan yang bergerak di bidang
konsultan. Saya sekarang dipromosikan menjadi
pemimpin proyek suatu kelompok kecil konsultan. Saya
mengingat diri saya yang dulu sangat bersemangat
kerja bahkan seharian di kantor terasa begitu cepat.
Bagaimanakah cara saya bisa membawa tim saya
bekerja seperti diri saya dahulu? Terima kasih.
Jawab
Salam kenal Pak Andika, selamat atas promosi
Bapak. Kondisi yang anda rasakan yaitu yang disebut
oleh Daniel Goleman dalam bukunya Emotional
Intelligence sebagai flow. Flow adalah keadaan ketika
seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang
dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus pada
pekerjaan tersebut dan kesadaran menyatu dengan
tindakan. Flow menimbulkan perasaan menyenangkan
dalam bekerja yang membuat seseorang seakan
terpisah dari ruang dan waktu.
Flow merupakan daya motivasi yang paling
unggul. Flow menggerakkan orang ke kinerja terbaik
apapun yang mereka kerjakan. Flow timbul ketika
keterampilan seseorang begitu menyatu dengan
dirinya ketika melakukan pekerjaan yang menantang
dan membuatnya mengerahkan seluruh daya upaya.
Tiba-tiba segala sesuatu berjalan secara otomatis dan
tindakannya menyesuaikan dengan tuntutan
perubahan tanpa mengerahkan banyak usaha, Dalam
keadaan tersebut keunggulan dapat dicapai tanpa
kerja keras.
Ketika seseorang merasa frustasi dan kuatir
terhadap pekerjaannya maka flow sulit diperoleh.
Sebaliknya, suatu pekerjaan yang membosankan juga
sulit mendatangkan flow. Tanpa kehadiran flow,
pekerjaan yang disukaipun atau mudah dapat menjadi
membosankan. Mempelajari bagaimana memperoleh
flow merupakan keterampilan diri seseorang untuk
mplikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan
sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai
peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang
telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan
Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut
BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama
dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)
untuk membicarakan alih manfaat antar
penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya
menambahkan, kerja sama yang terjadi akan
bersifat antar pemerintah atau "government to
government."
BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota
ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan
sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA
untuk mengadopsi standar yang diterapkan di
negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang
terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata
Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa
Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang
menjadi salah satu referensi bagi anggota.
Sesuai dengan peraturan pendungan yang
berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan
sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat
ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan
sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus
melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan
tersebut.
Diharapkan pihak perusahaan segera
mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar
mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan
jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang
Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan
melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya
menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.
Perusahaan yang tidak melaksanakan
kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada
sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan
tidak memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan
denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS
Ketenagakerjaan akan meringankan beban
perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan
berdampak positif terhadap perkembangan
perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang
terlindungi jaminan sosialnya akan semakin
bersemangat dalam bekerja.
Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan
TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan
revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata
Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal
36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah
yang bekerja lebih dari enam bulan.
Selain kewajiban menjadi peserta dalam
jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus
memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum
Indonesia, serta memiliki kompetensi dan
pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga
harus membuat surat pernyataan wajib
mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia
pendamping yang dibuktikan dengan laporan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun
persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga
pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang
menduduki jabatan sebagai anggota direksi,
anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan
anggota pengawas.
Terkait dengan kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak
sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang
banyak mempekerjakan TKA. Gabungan
perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea
Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku
keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial nasional.
Menurut David Hong, Deputy Secretary
General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada
media menyebutkan, mayortitas pengusaha
keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing
dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan
nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut
David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta
dalam kedua program tersebut tidak menentu.
Dalam program pensiun, misalnya, di mana
manfaat akan diterima apabila peserta telah
mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,
masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu
hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong
mengaku merasa agak bingung karena harus
membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan
memperoleh kepastian seperti apa. Namun
demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan
maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.
Sedangkan terkait dengan program BPJS
Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan
Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.
Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan
klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang
bersangkutan kembali ke negara asal.
Keberatan kepesertaan TKA dalam program
Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban
yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,
kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun
bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban
masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila
sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke
negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar
ditambah hasil pengembangannya akan diberikan
secara langsung.
Namun, apabila pekerja asing tersebut
sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia
maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar
sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun
BPJS Ketenagakerjaan. n
BAGAIMANA CARANYA MEMOTIVASITIM UNTUK LEBIH SEMANGAT BEKERJA?
meningkatkan kinerjanya. Anda dapat mendorong
tiap individu untuk mencapai keadaan flow dalam
bekerja dengan dengan:
a) Menciptakan motif dan sasaran yang ingin dicapai
b) Menciptakan pekerjaan yang mampu dikerjakan
namun menantang sepadan dengan kemampuan
c) Membuat target yang membutuhkan pengerahan
daya upaya secara maksimal
d) Membuat tim anda memberi perhatian dan
keterlibatan yang penuh
e) Menciptakan kesadaran individu bahwa pekerjaan
mereka sangat penting/kritis dalam pencapaian
tujuan yang ingin di capai
f) Menciptakan situasi gawat yang meningkatkan
adrenalin untuk mengerjakan tugas yang
sebetulnya mudah misalnya dengan tenggat
waktu mepet.
Semoga dengan tips di atas anda dapat
menciptakan tim yang berkinerja tinggi dan
bersemangat. Namun berhati-hatilah dalam
memberikan tekanan kepada tim. Karena keadaan flow
ini berada di tengah-tengah antara kondisi frustasi dan
bosan. Kurangnya tekanan akan membuat tim anda
bosan namun tekanan terlalu besar akan membuat
mereka stress dan tidak termotivasi.
45www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
NewsFeed
Tenaga kerja asing (TKA) yang telah bekerja di Indonesia selama
enam bulan wajib menjadi peserta jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan. Aturan ini menimbulkan polemik karena ada pihak
yang merasa keberatan, terutama pada program Jaminan Pensiun
Implikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan
sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai
peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang
telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan
Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut
BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama
dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)
untuk membicarakan alih manfaat antar
penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya
menambahkan, kerja sama yang terjadi akan
bersifat antar pemerintah atau "government to
government."
BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota
ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan
sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA
untuk mengadopsi standar yang diterapkan di
negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang
terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata
Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa
Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang
menjadi salah satu referensi bagi anggota.
Sesuai dengan peraturan pendungan yang
berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan
sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat
ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan
sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus
melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan
tersebut.
Diharapkan pihak perusahaan segera
mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar
mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan
jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang
Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan
melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya
menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.
Perusahaan yang tidak melaksanakan
kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada
sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan
tidak memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan
denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS
Ketenagakerjaan akan meringankan beban
perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan
berdampak positif terhadap perkembangan
perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang
terlindungi jaminan sosialnya akan semakin
bersemangat dalam bekerja.
Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan
TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan
revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata
Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal
36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah
yang bekerja lebih dari enam bulan.
Selain kewajiban menjadi peserta dalam
jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus
memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum
Indonesia, serta memiliki kompetensi dan
pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga
harus membuat surat pernyataan wajib
mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia
pendamping yang dibuktikan dengan laporan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun
persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga
pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang
menduduki jabatan sebagai anggota direksi,
anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan
anggota pengawas.
Terkait dengan kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak
sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang
banyak mempekerjakan TKA. Gabungan
perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea
Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku
keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial nasional.
Menurut David Hong, Deputy Secretary
General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada
media menyebutkan, mayortitas pengusaha
keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing
dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan
nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut
David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta
dalam kedua program tersebut tidak menentu.
Dalam program pensiun, misalnya, di mana
manfaat akan diterima apabila peserta telah
mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,
masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu
hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong
mengaku merasa agak bingung karena harus
membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan
memperoleh kepastian seperti apa. Namun
demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan
maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.
Sedangkan terkait dengan program BPJS
Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan
Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.
Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan
klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang
bersangkutan kembali ke negara asal.
Keberatan kepesertaan TKA dalam program
Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban
yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,
kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun
bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban
masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila
sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke
negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar
ditambah hasil pengembangannya akan diberikan
secara langsung.
Namun, apabila pekerja asing tersebut
sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia
maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar
sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun
BPJS Ketenagakerjaan. n
POLEMIK KEPESERTAANTENAGA KERJA ASING
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id46
mplikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan
sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai
peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang
telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan
Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut
BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama
dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)
untuk membicarakan alih manfaat antar
penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya
menambahkan, kerja sama yang terjadi akan
bersifat antar pemerintah atau "government to
government."
BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota
ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan
sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA
untuk mengadopsi standar yang diterapkan di
negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang
terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata
Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa
Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang
menjadi salah satu referensi bagi anggota.
Sesuai dengan peraturan pendungan yang
berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan
sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat
ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan
sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus
melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan
tersebut.
Diharapkan pihak perusahaan segera
mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar
mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan
jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang
Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan
melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya
menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.
Perusahaan yang tidak melaksanakan
kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada
sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan
tidak memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan
denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS
Ketenagakerjaan akan meringankan beban
perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan
berdampak positif terhadap perkembangan
perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang
terlindungi jaminan sosialnya akan semakin
bersemangat dalam bekerja.
Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan
TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan
revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata
Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal
36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah
yang bekerja lebih dari enam bulan.
Selain kewajiban menjadi peserta dalam
jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus
memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum
Indonesia, serta memiliki kompetensi dan
pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga
harus membuat surat pernyataan wajib
mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia
pendamping yang dibuktikan dengan laporan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun
persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga
pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang
menduduki jabatan sebagai anggota direksi,
anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan
anggota pengawas.
Terkait dengan kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak
sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang
banyak mempekerjakan TKA. Gabungan
perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea
Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku
keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial nasional.
Menurut David Hong, Deputy Secretary
General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada
media menyebutkan, mayortitas pengusaha
keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing
dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan
nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut
David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta
dalam kedua program tersebut tidak menentu.
Dalam program pensiun, misalnya, di mana
manfaat akan diterima apabila peserta telah
mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,
masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu
hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong
mengaku merasa agak bingung karena harus
membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan
memperoleh kepastian seperti apa. Namun
demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan
maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.
Sedangkan terkait dengan program BPJS
Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan
Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.
Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan
klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang
bersangkutan kembali ke negara asal.
Keberatan kepesertaan TKA dalam program
Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban
yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,
kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun
bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban
masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila
sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke
negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar
ditambah hasil pengembangannya akan diberikan
secara langsung.
Namun, apabila pekerja asing tersebut
sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia
maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar
sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun
BPJS Ketenagakerjaan. n
NewsFeed
47www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Tawa
mplikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan
sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai
peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang
telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan
Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut
BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama
dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)
untuk membicarakan alih manfaat antar
penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya
menambahkan, kerja sama yang terjadi akan
bersifat antar pemerintah atau "government to
government."
BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota
ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan
sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA
untuk mengadopsi standar yang diterapkan di
negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang
terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata
Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa
Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga
terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang
menjadi salah satu referensi bagi anggota.
Sesuai dengan peraturan pendungan yang
berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan
sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat
ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan
sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus
melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan
tersebut.
Diharapkan pihak perusahaan segera
mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar
mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan
jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang
Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan
melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya
menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.
Perusahaan yang tidak melaksanakan
kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada
sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan
tidak memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan
denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS
Ketenagakerjaan akan meringankan beban
perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan
berdampak positif terhadap perkembangan
perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang
terlindungi jaminan sosialnya akan semakin
bersemangat dalam bekerja.
Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan
TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan
revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata
Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal
36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah
yang bekerja lebih dari enam bulan.
Selain kewajiban menjadi peserta dalam
jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus
memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum
Indonesia, serta memiliki kompetensi dan
pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga
harus membuat surat pernyataan wajib
mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia
pendamping yang dibuktikan dengan laporan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun
persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga
pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang
menduduki jabatan sebagai anggota direksi,
anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan
anggota pengawas.
Terkait dengan kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak
sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang
banyak mempekerjakan TKA. Gabungan
perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea
Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku
keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam
jaminan sosial nasional.
Menurut David Hong, Deputy Secretary
General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada
media menyebutkan, mayortitas pengusaha
keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing
dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan
nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut
David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta
dalam kedua program tersebut tidak menentu.
Dalam program pensiun, misalnya, di mana
manfaat akan diterima apabila peserta telah
mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,
masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu
hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong
mengaku merasa agak bingung karena harus
membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan
memperoleh kepastian seperti apa. Namun
demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan
maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.
Sedangkan terkait dengan program BPJS
Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan
Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.
Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan
klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang
bersangkutan kembali ke negara asal.
Keberatan kepesertaan TKA dalam program
Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban
yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,
kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun
bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban
masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila
sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke
negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar
ditambah hasil pengembangannya akan diberikan
secara langsung.
Namun, apabila pekerja asing tersebut
sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia
maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar
sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun
BPJS Ketenagakerjaan. n
Mole orang gaptek dan Ceno orang kepinteran,
berbincang di pameran komputer.
Mole: "Ceno, mau nanya dong? 'ENTER' itu
maksudnya apa?"
Ceno dengan sigap menjawab: "Kayaknya untuk
mempercepat program deh muh!"
Mole: "Mempercepat gimana maksudnya Cen?"
Ceno: "Ya biar cepet kerjanya Muh. kalo tulisan nya
ENTAR, khan jadinya lamaaa!!"
Mole: "Oww, tanya lagi ya Cen, ini saya sudah masuk
ke Internet Explorer. Kok saya ketik Facebook.com,
nggak keluar apa-apa yah?"
Ceno: "Lah, di depan nya udah ngetik www nya
belum Mol?"
Mole: "Memangnya harus ya Cen, sebenarnya www
itu apa?"
Ceno: "Eeeehhmmmm... Apa yah? Pokoknya kalo
mau masuk ke website memang harus ketik www itu
Mol, kode permisi gitu lhooh. kayak nya kalau ngak
salah singkatan dari :Wassalammualaikum
Warohmatullohi Wabarokaatu..."
Mole: ..oh gituu ajiiibb juga ya cen....hehe
BAHAYA MEROKOK
Ibu: "Bapak! sudah diberitahu berkali-kali masih juga
merokok, rokok itu kan hanya
menghambur-hamburkan uang saja!"
Ayah: "Iya saya tau"
Ibu: "Berarti bapak setuju dengan adanya banyak
pabrik rokok di negara ini, yang hanya membuat
bangsa ini melarat?"
Ayah: "Sebenarnya saya gak setuju dengan adanya
pabrik rokok di negara kita ini!"
Ibu: "Trus, knapa masih merokok?"
Ayah: "Sebenarnya ingin sekali Ayah membakar
pabrik rokok itu... tetapi apa daya... itu melanggar
hukum, maka dari itu Ayah bakar satu-satu!"
Ibu: "@#$%%^" *lemparpanci*
HP Baru
Alkisah ada 3 pemuda yang saling pamer
handphone baru.
Junot: Gw kemaren bingung milih hp di mall ya udah
gw beli I-Phone 5 ajah...
Dodo: Gw kemaren disuruh milih hp ama orang tua,
ya udah gw milih BB aja deh
Agil: Gw kemaren mau beli hp tapi bingung banget
loh,
Junot & Dodo: Kenapa bingung?
Agil: Soalnya semua hp itu nggak pake kartu perdana
semua...
Junot & Dodo: *penasaran* kok nggak pake kartu
sih?
Agil: Iya soalnya layarnya kecil sama cuma muncul
angka digit dan + - x : doank!
Junot & Dodo: ITU KALKULATOR BEO!!! *lempar ke
kuburan*
Orang Gaptek Vs Orang Kepinteran
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id48
sayaTanya
Belum lama ini BPJS Ketenagakerjaan
menyelenggarakan sosialisasi era baru
jaminan sosial ketenagakerjaan di 11 kota
besar di Indonesia. Pada saat yang sama
juga diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan Fair di
11 Kantor Wilayah di Indonesia selama sebulan
penuh pada bulan Agustus 2015 yang lalu.
Menurut Direktur Keuangan BPJS
Ketenagakerjaan Herdi Trisanto, kegiatan sosialisasi
dihadiri oleh pejabat daerah setempat dan
perusahaan Platinum dan Gold di masing-masing
kota domisili Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan.
Kegiatan ini diawali dengan BPJS Ketenagakerjaan
Fair sejak siang hingga sore hari. Herdi Trisanto
menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat umum dan peserta mengenai BPJS
Ketenagakerjaan yang telah resmi beroperasi penuh
mulai 1 Juli 2015.
Kegiatan sosialisasi diawali di Kantor Wilayah
Jawa Barat di Bandung pada tanggal 4 Agustus
2015, Kanwil DKI Jakarta (6 Agustus 2015), Kanwil
Sumbagsel di Palembang (10 Agustus 2015), Kanwil
Sumbagut di Medan (11 Agustus 2015), Kanwil
Sumbarriau di Pekanbaru (13 Agustus 2015), Kanwil
Banten di Serang (14 Agustus 2015), Kanwil
Banuspa di Bali (18 Agustus 2015), Kanwil Jawa
Timur di Surabaya (20 Agustus 2015), Kanwil
Sulama di Makasar (21 Agustus 2015), Kanwil Jawa
Tengah dan DIY di Semarang (27 Agustus 2015)
serta Kanwil Kalimantan di Balikpapann (28 Agustus
2015).
Pada sosialisasi tersebut disampaikan
penyelenggaraan 4 (empat) program jaminan sosial
ketenagakerjaan, yaitu Jaminan Hari Tua (JHT),
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian
(JK) dan Jaminan Pensiun (JP). Selain itu, pada
sosialisasi tersebut juga disampaikan adanya
beberapa perubahan dari sisi regulasi serta benefit
masing-masing jaminan.
Misalnya, benefit yang didapatkan oleh
peserta pada program JKK bertambah dengan
dihilangkannya plafon biaya pengobatan dan
perawatan yang sebelumnya sebesar Rp 20 juta.
Sejak 1 Juli 2015 tindakan medis yang dilakukan
karena terjadinya kecelakaan kerja ditanggung oleh
BPJS Ketenagakerjaan sampai sembuh. Benefit lain
yang mengalami peningkatan antara lain biaya
angkutan darat, laut dan udara, biaya pemakaman
serta pemberian beasiswa pendidikan bagi peserta
yang meninggal dunia atau cacat total tetap karena
kecelakaan kerja.
Selain itu, jika terjadi cacat sebagian permanen,
pekerja juga akan mendapatkan pelatihan khusus
agar tetap bisa kembali bekerja melalui
penyempurnaan manfaat Jaminan Kecelakaan
Kerja-Return To Work (JKK-RTW), di samping
santunan cacat yang diterima. Herdi Trisanto
menambahkan, dengan demikian pekerja tetap bisa
mendapatkan penghasilan dengan keahlian lain hasil
dari pelatihan yang dijalani.
Pada program JK memberikan benefit kepada
ahli waris pekerja yang mengalami musibah
meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan
kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan
sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman
dengan total santunan sebesar Rp 24 juta dan
pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang
ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang
sudah memasuki masa iur 5 tahun.
Sementara itu, JHT merupakan jaminan yang
memberikan perlindungan kepada para pekerja
terhadap risiko yang terjadi di hari tua, di mana
produktivitas pekerja sudah menurun. JHT
merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat
pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal
dunia atau cacat total tetap. Manfaat JHT juga dapat
diambil saat kepesertaan mencapai 10 tahun dengan
besaran 10% untuk persiapan hari tua atau 30%
untuk pembiayaan perumahan.
Pencairan manfaat pada kepesertaan 10 tahun
hanya dapat dipilih salah satu, baik untuk persiapan
hari tua ataupun pembiayaan perumahan. Revisi
Peraturan Pemerintah (PP) terkait masa pencairan
manfaat program JHT akan segera dikeluarkan oleh
Pemerintah dalam waktu dekat.
Selanjutnya, program baru yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah
Jaminan Pensiun (JP) yang merupakan program
jaminan sosial dengan skema manfaat pasti yang
diberikan kepada pekerja setiap bulannya pada saat
memasuki masa pensiun 56 tahun atau mengalami
cacat total permanen dan atau meninggal dunia, yang
diberikan kepada pekerja atau ahli waris yang sah.
Jaminan Pensiun dipersiapkan bagi pekerja
untuk tetap mendapatkan penghasilan bulanan
pada saat memasuki usia yang tidak lagi produktif.
Dengan iuran yang ditetapkan sebesar 3% (1%
pekerja dan 2% pengusaha) dan dengan masa iur 15
tahun, peserta dapat menikmati dana pensiun di
masa pensiunnya nanti.
Selain peserta, manfaat pensiun juga dapat
diterima oleh ahli waris janda/duda dari peserta yang
meninggal dengan benefit mencapai 50% dari
formulasi manfaat pensiun, sampai ahli waris
meninggal dunia atau menikah lagi. Selain itu, ahli
waris anak dari peserta yang meninggal juga
mendapatkan benefit pensiun mencapai 50% dari
formulasi manfaat pensiun, sampai berusia 23 tahun,
bekerja atau menikah. Untuk peserta lajang yang
meninggal dunia, manfaat pensiun diterima oleh
orangtua sampai batas waktu tertentu dengan
benefit mencapai 20% dari formulasi manfaat
pensiun.
Dengan dilaksanakannya operasional penuh
BPJS Ketenagakerjaan merupakan momentum
sejarah menuju era baru jaminan sosial di Indonesia.
Selanjutnya, melalui penambahan program,
penyempurnaan manfaat, peningkatan pelayanan
dan pemenuhan semua infrastruktur, BPJS
Ketenagakerjaan telah siap menjadi jembatan
menuju terwujudnya kesejahteraan pekerja di
Indonesia. n
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan empat program jaminan sosial ketenagakerjaan yaitu Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Pensiun (JP). Operasional penuh BPJS Ketenagakerjaan diikuti dengan beberapa perubahan regulasi serta penambahan benefit dari masing-masing program jaminan sosial.
SOSIALISASIERA BARUJAMINAN SOSIALKETENAGAKERJAAN
49www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
elum lama ini BPJS Ketenagakerjaan
menyelenggarakan sosialisasi era baru
jaminan sosial ketenagakerjaan di 11 kota
besar di Indonesia. Pada saat yang sama
juga diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan Fair di
11 Kantor Wilayah di Indonesia selama sebulan
penuh pada bulan Agustus 2015 yang lalu.
Menurut Direktur Keuangan BPJS
Ketenagakerjaan Herdi Trisanto, kegiatan sosialisasi
dihadiri oleh pejabat daerah setempat dan
perusahaan Platinum dan Gold di masing-masing
kota domisili Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan.
Kegiatan ini diawali dengan BPJS Ketenagakerjaan
Fair sejak siang hingga sore hari. Herdi Trisanto
menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat umum dan peserta mengenai BPJS
Ketenagakerjaan yang telah resmi beroperasi penuh
mulai 1 Juli 2015.
Kegiatan sosialisasi diawali di Kantor Wilayah
Jawa Barat di Bandung pada tanggal 4 Agustus
2015, Kanwil DKI Jakarta (6 Agustus 2015), Kanwil
Sumbagsel di Palembang (10 Agustus 2015), Kanwil
Sumbagut di Medan (11 Agustus 2015), Kanwil
Sumbarriau di Pekanbaru (13 Agustus 2015), Kanwil
Banten di Serang (14 Agustus 2015), Kanwil
Banuspa di Bali (18 Agustus 2015), Kanwil Jawa
Timur di Surabaya (20 Agustus 2015), Kanwil
Sulama di Makasar (21 Agustus 2015), Kanwil Jawa
Tengah dan DIY di Semarang (27 Agustus 2015)
serta Kanwil Kalimantan di Balikpapann (28 Agustus
2015).
Pada sosialisasi tersebut disampaikan
penyelenggaraan 4 (empat) program jaminan sosial
ketenagakerjaan, yaitu Jaminan Hari Tua (JHT),
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian
(JK) dan Jaminan Pensiun (JP). Selain itu, pada
sosialisasi tersebut juga disampaikan adanya
beberapa perubahan dari sisi regulasi serta benefit
masing-masing jaminan.
Misalnya, benefit yang didapatkan oleh
peserta pada program JKK bertambah dengan
dihilangkannya plafon biaya pengobatan dan
perawatan yang sebelumnya sebesar Rp 20 juta.
Sejak 1 Juli 2015 tindakan medis yang dilakukan
karena terjadinya kecelakaan kerja ditanggung oleh
BPJS Ketenagakerjaan sampai sembuh. Benefit lain
yang mengalami peningkatan antara lain biaya
angkutan darat, laut dan udara, biaya pemakaman
serta pemberian beasiswa pendidikan bagi peserta
yang meninggal dunia atau cacat total tetap karena
kecelakaan kerja.
Selain itu, jika terjadi cacat sebagian permanen,
pekerja juga akan mendapatkan pelatihan khusus
agar tetap bisa kembali bekerja melalui
penyempurnaan manfaat Jaminan Kecelakaan
Kerja-Return To Work (JKK-RTW), di samping
santunan cacat yang diterima. Herdi Trisanto
menambahkan, dengan demikian pekerja tetap bisa
mendapatkan penghasilan dengan keahlian lain hasil
dari pelatihan yang dijalani.
Pada program JK memberikan benefit kepada
ahli waris pekerja yang mengalami musibah
meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan
kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan
sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman
dengan total santunan sebesar Rp 24 juta dan
pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang
ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang
sudah memasuki masa iur 5 tahun.
Sementara itu, JHT merupakan jaminan yang
memberikan perlindungan kepada para pekerja
terhadap risiko yang terjadi di hari tua, di mana
produktivitas pekerja sudah menurun. JHT
merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat
pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal
dunia atau cacat total tetap. Manfaat JHT juga dapat
diambil saat kepesertaan mencapai 10 tahun dengan
besaran 10% untuk persiapan hari tua atau 30%
untuk pembiayaan perumahan.
Pencairan manfaat pada kepesertaan 10 tahun
hanya dapat dipilih salah satu, baik untuk persiapan
hari tua ataupun pembiayaan perumahan. Revisi
Peraturan Pemerintah (PP) terkait masa pencairan
manfaat program JHT akan segera dikeluarkan oleh
Pemerintah dalam waktu dekat.
Selanjutnya, program baru yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah
Jaminan Pensiun (JP) yang merupakan program
jaminan sosial dengan skema manfaat pasti yang
diberikan kepada pekerja setiap bulannya pada saat
memasuki masa pensiun 56 tahun atau mengalami
cacat total permanen dan atau meninggal dunia, yang
diberikan kepada pekerja atau ahli waris yang sah.
Jaminan Pensiun dipersiapkan bagi pekerja
untuk tetap mendapatkan penghasilan bulanan
pada saat memasuki usia yang tidak lagi produktif.
Dengan iuran yang ditetapkan sebesar 3% (1%
pekerja dan 2% pengusaha) dan dengan masa iur 15
tahun, peserta dapat menikmati dana pensiun di
masa pensiunnya nanti.
Selain peserta, manfaat pensiun juga dapat
diterima oleh ahli waris janda/duda dari peserta yang
meninggal dengan benefit mencapai 50% dari
formulasi manfaat pensiun, sampai ahli waris
meninggal dunia atau menikah lagi. Selain itu, ahli
waris anak dari peserta yang meninggal juga
mendapatkan benefit pensiun mencapai 50% dari
formulasi manfaat pensiun, sampai berusia 23 tahun,
bekerja atau menikah. Untuk peserta lajang yang
meninggal dunia, manfaat pensiun diterima oleh
orangtua sampai batas waktu tertentu dengan
benefit mencapai 20% dari formulasi manfaat
pensiun.
Dengan dilaksanakannya operasional penuh
BPJS Ketenagakerjaan merupakan momentum
sejarah menuju era baru jaminan sosial di Indonesia.
Selanjutnya, melalui penambahan program,
penyempurnaan manfaat, peningkatan pelayanan
dan pemenuhan semua infrastruktur, BPJS
Ketenagakerjaan telah siap menjadi jembatan
menuju terwujudnya kesejahteraan pekerja di
Indonesia. n
sayaTanya
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id50
SehatInfo
Penjualan air mineral atau air putih saat ini,
mengalami perkembangan pesat. Promosi
yang ditawarkan, tidak lagi sekadar untuk
menghilangkan rasa haus dahaga tapi juga
menawarkan banyak manfaat dalam menjaga
kesehatan. Bahkan belakangan ini, produk
defersifikasi air mineral dipercaya untuk
pengobatan sejumlah penyakit.
Pasar industri air mineral dalam negeri,
diramaikan munculnya berbagai merk. Mulai dari air
mineral biasa (kemasan), air beroxigen, air
hexagonal, hingga air alkali dengan berbagai versi.
Kehadiran produk-produk air minum ini tentu saja
mengundang rasa penasaran di kalangan
masyarakat, hingga di antara mereka banyak yang
bertanya apa bedanya antara air mineral, air
beroxygen, air hexagonal, air alkali atau dengan air
biasa.
Secara struktural, keempat jenis air di atas
memiliki kesamaan, yaitu tersusun atas 2 atom
hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Jadi
sebenarnya semua jenis air yang ada di dunia ini
mengandung oksigen. Lantas, apa bedanya dan air
putih yang mana yang sebaiknya kita konsumsi
sehari-hari?
Secara ringkas, bedanya air mineral memiliki
kandungan mineral yang lengkap, sedangkan air
beroxygen mempunyai kadar oxygen yang lebih
tinggi tapi tidak memiliki mineral. Kalau air
hexagonal, mempunyai formasi kelompok molekul
H20 yang khas (segi enam) berbeda dengan air
mineral maupun air beroxygen (segi lima).
Sedangkan air alkali, berbeda dengan air mineral, air
beroxygen, dan air hexagonal, dalam hal PH nya. Air
alkali mengandung mineral dan memiliki PH antara 8
sd 11 (Basa), sedangkan air normal PH nya 7 (Asam).
Sejatinya, air mineral bisa dikonsumsi untuk
semua usia mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa
hingga lansia asal sehat asal sesuai dengan takaran
dalam sehari, yakni 8 gelas atau 2000 ml perhari.
Air mineral memiliki sejumlah manfaat buat
tubuh manusia, antara lain, untuk menjaga
kesegaran, menghilangkan dahaga atau rasa haus,
membantu pencernaan/ metabolisme dan sebagai
sarana mengeluarkan racun melalui urin dan
keringat.
Selain itu, air putih atau air mineral juga masih
memiliki sejumlah manfaat lain, seperti
memperlancar sistem pencernaan, perawatan
kecantikan, untuk kesuburan, menyehatkan jantung,
memiliki efek relaksasi, mencegah heat stroke,
menghambat berkembangnya sejumlah penyakit
dan masih banyak lagi.
Air Beroxygen, Air Hexagonal, dan Air Alkali
Berbagai jenis air minum baru, seperti air
beroxygen, air hexagonal, air alkali/ basa, mulai
banyak dipasaran sehinga membuat banyak pilihan
bagi masyarakat. Aneka jenis air tersebut, memiliki
manfaat lebih dari sekadar air minum biasa, yang
hanya mengatasi dahaga atau menyegarkan tubuh
saja. Tapi air mineral tersebut, juga memiliki manfaat
untuk membantu penyembuhan penyakit-penyakit
berat.
Seperti air beroksigen (air RO) dan bukan RO,
merupakan dua jenis air yang termasuk kelompok
Air pentagonal. Perbedaan yang mencolok terdapat
dalam kandungan Oxygen yang terlarut dan
kandungan mineralnya. Air RO tidak mengandung
mineral. Sedangkan manfaatnya, tidak banyak
berbeda dengan air mineral biasa. Sedangkan air
hexagonal, beda dengan air yang minum yang lain
karena rantai kumpulan molekul hidrogennya
bersegi enam (hexagonal) sedangkan air minum lain
memiliki rantai kumpulan molekul hidrogennya segi
lima (pentagonal). Perbedaan bentuk molekul ini
berpengaruh terhadap perjalanan reaksi biokimia.
Air hexagonal lebih mudah masuk ke dalam sel,
mengaktifkan proses metabolisme sel, dan
mengahasilkan lebih banyak energi, selanjutnya dia
juga lebih efektif melarutkan dan membuang zat
sisa metabolisme - yang berupa racun bagi tubuh.
Cairan di dalam tubuh manusia, terdiri atas tiga
golongan. Dan, air heksagonal menempati porsi
terbesar yaitu 62% sedangkan air pentagonal 24%
dan sisanya 14% berbentuk tehtahedral yang terkait
satu sama lain membentuk rantai baru. oleh karna
itu tubuh kita sangat membutuhkan Air heksagonal.
Penurunan air heksagonal dalam tubuh hingga
50-60% bisa menyebabkan dehidrasi bahkan bisa
menyebabkan kematian.
Sesuai indikasi, maka air hexagonal sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan
metabolisme, terlebih khusus bagi mereka yang
suka menyantap junkfood atau makanan yang
banyak mengandung pengawet, pewarna, serta
kalori tinggi.
Belakangan ini, muncul air alkali atau air basa
yang meramaikan pasar air mineral. Air alkali mirip
dengan air zam-zam yang dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit. Air Zam-zam
diketahui memiliki PH diatas 9-11. Ternyata, di
sejumlah daerah di Indonesia juga memiliki mata air
atau air tanah dengan PH yang tinggi sampai 7-9.
Lebih dari itu, ada sejumlah air tanah di
beberapa daerah selain bersifat basa dan memiliki
energi skalar. Bahkan, air mineral alkali ini bisa
dipakai untuk anti aging atau menghambat proses
penuaan.
Sepertinya, kehadiran berbagai macam air
mineral membantu kebutuhan konsumen akan air
minum bersih dan sehat, bahkan sangat membantu
bagi orang-orang lansia dengan penyakit kronis
yang lebih membutuhkan asupan air alami yang
berkhasiat menyembuhkan. Pilihan diserahkan
kepada masyarakat, mana yang lebih baik. n
Kini di pasaran banyak bermunculan merk air mineral dan jenis air
putih baru, dan semua produk mengklaim air minum miliknya yang
menyehatkan bahkan mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Konsumen pun dibuat bingung.
BanyaknyaJenis Air Mineral,Lantas Pilihyang Mana?
51www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
SehatInfo
enjualan air mineral atau air putih saat ini,
mengalami perkembangan pesat. Promosi
yang ditawarkan, tidak lagi sekadar untuk
menghilangkan rasa haus dahaga tapi juga
menawarkan banyak manfaat dalam menjaga
kesehatan. Bahkan belakangan ini, produk
defersifikasi air mineral dipercaya untuk
pengobatan sejumlah penyakit.
Pasar industri air mineral dalam negeri,
diramaikan munculnya berbagai merk. Mulai dari air
mineral biasa (kemasan), air beroxigen, air
hexagonal, hingga air alkali dengan berbagai versi.
Kehadiran produk-produk air minum ini tentu saja
mengundang rasa penasaran di kalangan
masyarakat, hingga di antara mereka banyak yang
bertanya apa bedanya antara air mineral, air
beroxygen, air hexagonal, air alkali atau dengan air
biasa.
Secara struktural, keempat jenis air di atas
memiliki kesamaan, yaitu tersusun atas 2 atom
hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Jadi
sebenarnya semua jenis air yang ada di dunia ini
mengandung oksigen. Lantas, apa bedanya dan air
putih yang mana yang sebaiknya kita konsumsi
sehari-hari?
Secara ringkas, bedanya air mineral memiliki
kandungan mineral yang lengkap, sedangkan air
beroxygen mempunyai kadar oxygen yang lebih
tinggi tapi tidak memiliki mineral. Kalau air
hexagonal, mempunyai formasi kelompok molekul
H20 yang khas (segi enam) berbeda dengan air
mineral maupun air beroxygen (segi lima).
Sedangkan air alkali, berbeda dengan air mineral, air
beroxygen, dan air hexagonal, dalam hal PH nya. Air
alkali mengandung mineral dan memiliki PH antara 8
sd 11 (Basa), sedangkan air normal PH nya 7 (Asam).
Sejatinya, air mineral bisa dikonsumsi untuk
semua usia mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa
hingga lansia asal sehat asal sesuai dengan takaran
dalam sehari, yakni 8 gelas atau 2000 ml perhari.
Air mineral memiliki sejumlah manfaat buat
tubuh manusia, antara lain, untuk menjaga
kesegaran, menghilangkan dahaga atau rasa haus,
membantu pencernaan/ metabolisme dan sebagai
sarana mengeluarkan racun melalui urin dan
keringat.
Selain itu, air putih atau air mineral juga masih
memiliki sejumlah manfaat lain, seperti
memperlancar sistem pencernaan, perawatan
kecantikan, untuk kesuburan, menyehatkan jantung,
memiliki efek relaksasi, mencegah heat stroke,
menghambat berkembangnya sejumlah penyakit
dan masih banyak lagi.
Air Beroxygen, Air Hexagonal, dan Air Alkali
Berbagai jenis air minum baru, seperti air
beroxygen, air hexagonal, air alkali/ basa, mulai
banyak dipasaran sehinga membuat banyak pilihan
bagi masyarakat. Aneka jenis air tersebut, memiliki
manfaat lebih dari sekadar air minum biasa, yang
hanya mengatasi dahaga atau menyegarkan tubuh
saja. Tapi air mineral tersebut, juga memiliki manfaat
untuk membantu penyembuhan penyakit-penyakit
berat.
Seperti air beroksigen (air RO) dan bukan RO,
merupakan dua jenis air yang termasuk kelompok
Air pentagonal. Perbedaan yang mencolok terdapat
dalam kandungan Oxygen yang terlarut dan
kandungan mineralnya. Air RO tidak mengandung
mineral. Sedangkan manfaatnya, tidak banyak
berbeda dengan air mineral biasa. Sedangkan air
hexagonal, beda dengan air yang minum yang lain
karena rantai kumpulan molekul hidrogennya
bersegi enam (hexagonal) sedangkan air minum lain
memiliki rantai kumpulan molekul hidrogennya segi
lima (pentagonal). Perbedaan bentuk molekul ini
berpengaruh terhadap perjalanan reaksi biokimia.
Air hexagonal lebih mudah masuk ke dalam sel,
mengaktifkan proses metabolisme sel, dan
mengahasilkan lebih banyak energi, selanjutnya dia
juga lebih efektif melarutkan dan membuang zat
sisa metabolisme - yang berupa racun bagi tubuh.
Cairan di dalam tubuh manusia, terdiri atas tiga
golongan. Dan, air heksagonal menempati porsi
terbesar yaitu 62% sedangkan air pentagonal 24%
dan sisanya 14% berbentuk tehtahedral yang terkait
satu sama lain membentuk rantai baru. oleh karna
itu tubuh kita sangat membutuhkan Air heksagonal.
Penurunan air heksagonal dalam tubuh hingga
50-60% bisa menyebabkan dehidrasi bahkan bisa
menyebabkan kematian.
Sesuai indikasi, maka air hexagonal sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan
metabolisme, terlebih khusus bagi mereka yang
suka menyantap junkfood atau makanan yang
banyak mengandung pengawet, pewarna, serta
kalori tinggi.
Belakangan ini, muncul air alkali atau air basa
yang meramaikan pasar air mineral. Air alkali mirip
dengan air zam-zam yang dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit. Air Zam-zam
diketahui memiliki PH diatas 9-11. Ternyata, di
sejumlah daerah di Indonesia juga memiliki mata air
atau air tanah dengan PH yang tinggi sampai 7-9.
Lebih dari itu, ada sejumlah air tanah di
beberapa daerah selain bersifat basa dan memiliki
energi skalar. Bahkan, air mineral alkali ini bisa
dipakai untuk anti aging atau menghambat proses
penuaan.
Sepertinya, kehadiran berbagai macam air
mineral membantu kebutuhan konsumen akan air
minum bersih dan sehat, bahkan sangat membantu
bagi orang-orang lansia dengan penyakit kronis
yang lebih membutuhkan asupan air alami yang
berkhasiat menyembuhkan. Pilihan diserahkan
kepada masyarakat, mana yang lebih baik. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id52
Kearifan lokal secara bebas dapat diartikan,
nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
dalam suatu masyarakat. Untuk mengetahui
suatu kearifan lokal (local wisdom) atau
local knowledge di suatu wilayah, kita harus bisa
memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
wilayah tersebut.
Sejatinya, nilai-nilai kearifan lokal sudah diajarkan
dalam keseharian secara turun-temurun oleh orang
tua kepada anak-anaknya sesuai wilayahnya. Salah
satu contoh yang tidak asing lagi mengenai kearifan
lokal yang menjadi karakter atau budaya mayoritas
masyarakat daerah di Indonesia, yakni budaya
gotong royong.
Budaya gotong royong, merupakan contoh kecil
dari kearifan lokal. Namun kerap disebut induk dari
kearifan lokal Nusantara, karena budaya saling tolong
menolong itu hampir ada di sebagian besar wilayah di
Nusantara, yang meliputi sekitar 429 suku bangsa,
dengan berbagai sebutan atau istilah. Misal, Suku
Wamena di Papua, ada kata bijak yang sering
dikemukakan oleh kepala suku atau adat dengan
sebutan Weak Hano Lapukogo (susah senang kita
sama-sama). Demikian pula, di Ambon (Maluku) ada
petuah yang menyatakan pela gandong (penguatan
persaudaraan lewat kegotong-royongan dalam
kehidupan), dan gendong beta gendongmu jua
(deritaku deritamu juga).
Suku Manado juga memiliki kearifan lokal yang
kerap menjadi petuah agar hidup saling gotong
royong dengan sebutan Baku Beking Pandei (saling
memandaikan satu sama lain). Masih dari wilayah
Sulawesi Utara, Suku Minahasa menggunakan istilah
Torang Samua Mapalus (kita semua gotong royong).
Masih banyak kearifan lokal yang mencerminkan
budaya tolong menolong di Sulawesi Utara, seperti
pada Suku Minahasa, memiliki petuah yang kerap
disampaikan Tulude-Maengket (kerja bakti untuk
rukun), baku-baku bae, baku-baku sayang, baku-baku
tongka, baku-baku kase inga (saling berbaik-baik,
sayang menyayangi, tuntun-menuntun, dan ingat
mengingatkan); serta Sitou Timou, Tumou Tou (saling
menopang dan hidup menghidupkan). Seperti, Suku
Bolang Mangondow yang memiliki petuah agar saling
tolong menolong sebagai kearifan lokal, dengan istilah
moto momosat (saling gotong royong). Begitu juga
Suku Kaili yang memiliki kearifan lokal bernafaskan
gotong royong, seperti toraranga (saling
mengingatkan), Rasa Risi Roso Nosimpotobe (sehati,
sealur pikir, setopangan, sesongsongan).
Suku di Sulawesi Tenggara, juga memiliki kata
bijak yang pada intinya nasihat hidup buat penduduk
asli untuk saling tolong menolong. yakni, kolosara,
supremasi, samaturu (Bahasa Tolala) yang artinya
bersatu, gotong royong, dan saling menghormati,
depo adha adhati (Bahasa Muna) yang artinya saling
menghargai. Di Sulawesi Selatan, ada Suku Bugis yang
juga memiliki kearifan lokal yang menasehati untuk
saling membantu, dengan sebutan Rebba
Sipatokkong (saling membantu untuk memajukan).
Sedangkan di Bali, memiliki local wisdom yang
menyarankan untuk bersatu dan saling tolong
menolong diambil dari inti ajaran agama Hindu, yang
mayoritas dianut oleh masyarakat Suku Bali. Yakni,
manyama braya (semua bersaudara), tat twam asi
(senasib sepenanggungan), dan salah satu dari tri hita
karana (tiga penyebab kebahagiaan), yaitu Pawongan
(harmoni dengan sesama manusia).
Di Nusa Tenggara Barat, juga memiliki kearifan lokal
yang pada intinya menasehati untuk saling tolong
menolong tercermin dari kata bijak, sbb: Saling Jot
(saling memberi), Saling ayon (saling mengunjungi
(silahturahmi), Saling ajinin (saling menghormati),
Patuh (rukun, taat, damai, dan saling toleransi). Suku
Sasak sendiri juga mempunyai kata bijak yang kerap
dikemukan sebagai petuah, bareng anyong jari
sekujung (bersama-sama lebur dalam satu suka dan
duka).
Di Kalimantan Selatan, Suku Dayak di sana
mengenal kata bijak untuk saling membantu yang
kerap dikemukakan oleh para kepala suku, dengan
istilah kayuh baimbai (bekerjasama), gawi sabumi
(gotong royong), dan basusun sirih (jaga keutuhan).
Pesan yang serupa, dari Suku Dayak Kanayatri, kerap
diungkapkan dengan istilah handep habaring hurung
(kebersamaan dan gotong royong) serta betang
(semangat bersama rumah panjang).
Sementara itu, di Sumatera yang memiliki banyak
suku, salah satunya yang dominan Suku Melayu, yang
memiliki petuah yang bernafaskan agar saling
membantu, yakni lindung melindung bak daun sirih,
tudung menudung bak daun labu, rajut merajut bak
daun petai (saling tolong menolong,saling melindungi,
saling berbagi, dan saling menghargai). Demikian
pula, di Lampung, masyarakatnya juga mempunyai
petuah yang menyarankan untuk saling membantu,
dengan istilah sakai samboyan (kebersamaan dan
tolong menolong).
Melestarikan kearifan lokal sebagai jati diri rakyat Indonesia, tidak
sebatas petuah atau nasihat dari orang tua kepada anak-anaknya. Tapi
juga harus dimplementasikan di dalam kebijakan pemerintah. Salah
satunya Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Sedangkan di Jawa, yang banyak sekali memiliki
banyak kearifan lokal baik Jawa Barat, Tengah
maupun Jawa Timur, hampir semua daerah memiliki
petuah agar hidup saling tolong menolong. Di
Pandeglang, misalnya, ada yang sering dilantunkan
sebagai zikir sekaligus nasihat atau petuah, untuk
membangun keharmonisan, kerukunan, serta gotong
royong, dalam membangun kebersamaan sosial.
Di Jawa Tengah, diwakili oleh Daerah Istimewa
Yogyakarta, memiliki banyak sekali petuah, salah
satunya yang sering terucap sebagai nasihat agar
hidup saling tolong menolong, tercermin dalam istilah
sambatan (agar saling membantu). Juga tercermin
dalam kearifan lokal yang lazim terdengar di
masyarakat Jawa di Solo (Surakarta), agar tetap
bersatu menjaga kebersamaan untuk saling membantu
dalam suka dan duka, tercermin dalam kalimat bijak
mangan ora mangan yen ngumpul (makan tidak
makan asal bersatu).
Nilai-nilai kearifan lokal tersebut akan melekat
sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu
sudah melalui perjalanan waktu yang panjang,
sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. Namun
demikian, bilamana kearifan lokal diabaikan atau
dilupakan, tidak lagi didengungkan, dan tidak lagi
hadir di dalam kehidupan keseharian. Cepat lambat,
bakal tergerus perubahan zaman, oleh berbagai
fenomena sosial yang berkembang di masyarakat,
yang cukup mekhawatirkan, seperti perilaku
individualis, istilah kata, loe-loe gue-gue, mau menang
sendiri, serakah, memaksakan kehendak, hingga
menghalalkan segala cara meski harus menggunakan
kekerasan
Fenemona itu, bila dibiarkan akan merusak induk
dari kearifan lokal dari masyarakat Indonesia, yang
ramah, santun, saling menolong, suka gotong royong.
Selayaknya kearifan lokal tersebut harus dilestarikan
sebagai jati diri, karakter rakyat dan bangsa Indonesia.
Agar nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak hilang
ditelan perkembangan jaman.
Kearifan lokal tersebut harus teraplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, dan juga harus
terimplementasikan dalam kebijakan negara. Seperti
halnya, kebijakan ekonomi yang berazaskan gotong
royong dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud
dari kearifan lokal.
Demikian pula, kebijakan pemerintah
menggulirkan kebijakan Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), sebagaimana amanat dari
undang-undang (UU) dan undang-undang dasar
(UUD). SJSN diselenggarakan berdasarkan tujuh
prinsip, salah satu prinsip utamanya yang diletakan di
urutan pertam adalah induk dari kearifan lokal, yakni
budaya gotong royong. n
KEARIFAN LOKAL MENJADIPRINSIP JAMINAN SOSIAL
Wisdom
53www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Wisdom
earifan lokal secara bebas dapat diartikan,
nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
dalam suatu masyarakat. Untuk mengetahui
suatu kearifan lokal (local wisdom) atau
local knowledge di suatu wilayah, kita harus bisa
memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
wilayah tersebut.
Sejatinya, nilai-nilai kearifan lokal sudah diajarkan
dalam keseharian secara turun-temurun oleh orang
tua kepada anak-anaknya sesuai wilayahnya. Salah
satu contoh yang tidak asing lagi mengenai kearifan
lokal yang menjadi karakter atau budaya mayoritas
masyarakat daerah di Indonesia, yakni budaya
gotong royong.
Budaya gotong royong, merupakan contoh kecil
dari kearifan lokal. Namun kerap disebut induk dari
kearifan lokal Nusantara, karena budaya saling tolong
menolong itu hampir ada di sebagian besar wilayah di
Nusantara, yang meliputi sekitar 429 suku bangsa,
dengan berbagai sebutan atau istilah. Misal, Suku
Wamena di Papua, ada kata bijak yang sering
dikemukakan oleh kepala suku atau adat dengan
sebutan Weak Hano Lapukogo (susah senang kita
sama-sama). Demikian pula, di Ambon (Maluku) ada
petuah yang menyatakan pela gandong (penguatan
persaudaraan lewat kegotong-royongan dalam
kehidupan), dan gendong beta gendongmu jua
(deritaku deritamu juga).
Suku Manado juga memiliki kearifan lokal yang
kerap menjadi petuah agar hidup saling gotong
royong dengan sebutan Baku Beking Pandei (saling
memandaikan satu sama lain). Masih dari wilayah
Sulawesi Utara, Suku Minahasa menggunakan istilah
Torang Samua Mapalus (kita semua gotong royong).
Masih banyak kearifan lokal yang mencerminkan
budaya tolong menolong di Sulawesi Utara, seperti
pada Suku Minahasa, memiliki petuah yang kerap
disampaikan Tulude-Maengket (kerja bakti untuk
rukun), baku-baku bae, baku-baku sayang, baku-baku
tongka, baku-baku kase inga (saling berbaik-baik,
sayang menyayangi, tuntun-menuntun, dan ingat
mengingatkan); serta Sitou Timou, Tumou Tou (saling
menopang dan hidup menghidupkan). Seperti, Suku
Bolang Mangondow yang memiliki petuah agar saling
tolong menolong sebagai kearifan lokal, dengan istilah
moto momosat (saling gotong royong). Begitu juga
Suku Kaili yang memiliki kearifan lokal bernafaskan
gotong royong, seperti toraranga (saling
mengingatkan), Rasa Risi Roso Nosimpotobe (sehati,
sealur pikir, setopangan, sesongsongan).
Suku di Sulawesi Tenggara, juga memiliki kata
bijak yang pada intinya nasihat hidup buat penduduk
asli untuk saling tolong menolong. yakni, kolosara,
supremasi, samaturu (Bahasa Tolala) yang artinya
bersatu, gotong royong, dan saling menghormati,
depo adha adhati (Bahasa Muna) yang artinya saling
menghargai. Di Sulawesi Selatan, ada Suku Bugis yang
juga memiliki kearifan lokal yang menasehati untuk
saling membantu, dengan sebutan Rebba
Sipatokkong (saling membantu untuk memajukan).
Sedangkan di Bali, memiliki local wisdom yang
menyarankan untuk bersatu dan saling tolong
menolong diambil dari inti ajaran agama Hindu, yang
mayoritas dianut oleh masyarakat Suku Bali. Yakni,
manyama braya (semua bersaudara), tat twam asi
(senasib sepenanggungan), dan salah satu dari tri hita
karana (tiga penyebab kebahagiaan), yaitu Pawongan
(harmoni dengan sesama manusia).
Di Nusa Tenggara Barat, juga memiliki kearifan lokal
yang pada intinya menasehati untuk saling tolong
menolong tercermin dari kata bijak, sbb: Saling Jot
(saling memberi), Saling ayon (saling mengunjungi
(silahturahmi), Saling ajinin (saling menghormati),
Patuh (rukun, taat, damai, dan saling toleransi). Suku
Sasak sendiri juga mempunyai kata bijak yang kerap
dikemukan sebagai petuah, bareng anyong jari
sekujung (bersama-sama lebur dalam satu suka dan
duka).
Di Kalimantan Selatan, Suku Dayak di sana
mengenal kata bijak untuk saling membantu yang
kerap dikemukakan oleh para kepala suku, dengan
istilah kayuh baimbai (bekerjasama), gawi sabumi
(gotong royong), dan basusun sirih (jaga keutuhan).
Pesan yang serupa, dari Suku Dayak Kanayatri, kerap
diungkapkan dengan istilah handep habaring hurung
(kebersamaan dan gotong royong) serta betang
(semangat bersama rumah panjang).
Sementara itu, di Sumatera yang memiliki banyak
suku, salah satunya yang dominan Suku Melayu, yang
memiliki petuah yang bernafaskan agar saling
membantu, yakni lindung melindung bak daun sirih,
tudung menudung bak daun labu, rajut merajut bak
daun petai (saling tolong menolong,saling melindungi,
saling berbagi, dan saling menghargai). Demikian
pula, di Lampung, masyarakatnya juga mempunyai
petuah yang menyarankan untuk saling membantu,
dengan istilah sakai samboyan (kebersamaan dan
tolong menolong).
Sedangkan di Jawa, yang banyak sekali memiliki
banyak kearifan lokal baik Jawa Barat, Tengah
maupun Jawa Timur, hampir semua daerah memiliki
petuah agar hidup saling tolong menolong. Di
Pandeglang, misalnya, ada yang sering dilantunkan
sebagai zikir sekaligus nasihat atau petuah, untuk
membangun keharmonisan, kerukunan, serta gotong
royong, dalam membangun kebersamaan sosial.
Di Jawa Tengah, diwakili oleh Daerah Istimewa
Yogyakarta, memiliki banyak sekali petuah, salah
satunya yang sering terucap sebagai nasihat agar
hidup saling tolong menolong, tercermin dalam istilah
sambatan (agar saling membantu). Juga tercermin
dalam kearifan lokal yang lazim terdengar di
masyarakat Jawa di Solo (Surakarta), agar tetap
bersatu menjaga kebersamaan untuk saling membantu
dalam suka dan duka, tercermin dalam kalimat bijak
mangan ora mangan yen ngumpul (makan tidak
makan asal bersatu).
Nilai-nilai kearifan lokal tersebut akan melekat
sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu
sudah melalui perjalanan waktu yang panjang,
sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. Namun
demikian, bilamana kearifan lokal diabaikan atau
dilupakan, tidak lagi didengungkan, dan tidak lagi
hadir di dalam kehidupan keseharian. Cepat lambat,
bakal tergerus perubahan zaman, oleh berbagai
fenomena sosial yang berkembang di masyarakat,
yang cukup mekhawatirkan, seperti perilaku
individualis, istilah kata, loe-loe gue-gue, mau menang
sendiri, serakah, memaksakan kehendak, hingga
menghalalkan segala cara meski harus menggunakan
kekerasan
Fenemona itu, bila dibiarkan akan merusak induk
dari kearifan lokal dari masyarakat Indonesia, yang
ramah, santun, saling menolong, suka gotong royong.
Selayaknya kearifan lokal tersebut harus dilestarikan
sebagai jati diri, karakter rakyat dan bangsa Indonesia.
Agar nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak hilang
ditelan perkembangan jaman.
Kearifan lokal tersebut harus teraplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, dan juga harus
terimplementasikan dalam kebijakan negara. Seperti
halnya, kebijakan ekonomi yang berazaskan gotong
royong dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud
dari kearifan lokal.
Demikian pula, kebijakan pemerintah
menggulirkan kebijakan Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), sebagaimana amanat dari
undang-undang (UU) dan undang-undang dasar
(UUD). SJSN diselenggarakan berdasarkan tujuh
prinsip, salah satu prinsip utamanya yang diletakan di
urutan pertam adalah induk dari kearifan lokal, yakni
budaya gotong royong. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id54
Pencapaian kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan pada semester I tahun
2015 dari sektor Pekerja Penerima Upah
(PPU) mengalami peningkatan signifikan
hingga 110,525 dibandingkan dengan pencapaian
pada periode yang sama pada 2014. Sementara itu,
kepesertaan PPU jika didasarkan pada rencana
kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2015
mengalami peningkatan sebesar 70,43%.
Peningkatan kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan
pada sektor Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
yang meningkat sebanyak 137,80% dibanding
periode yang sama tahun 2014. Menurut Direktur
Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Herdi Trisanto,
peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada
pencapaian kepesertaan pekerja konstruksi yang
telah mencapai 197,21% dari RKAT 2015. Jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu, pencapaian pada bidang konstruksi mencapai
180,77%.
Selanjutnya jumlah perusahaan yang menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan juga mengalami
peningkatan. Penambahan jumlah perusahaan
peserta BPJS Ketenagakerjaan pada semester I
2015 mencapai 67.019 perusahaan. Pencapaian ini
sebesar 282,81% dibandingkan periode yang sama
pada 2014. Secara umum, penambahan
kepesertaan mengalami peningkatan sebesar
68,34% dan 106,72% masing-masing untuk PPU dan
PBPU dibandingkan dengan hasil yang dicapai
pada semester I 2014. Demikian pula pada sektor
konstruksi yang mencapai 115,83% dari periode
yang sama di 2014.
Penerimaan iuran juga mengikuti hasil
pencapaian peningkatan kepesertaan dengan
angka mencapai Rp 15,46 triliun pada Juni 2015
atau mencapai 122,73% dari periode sebelumnya
tahun lalu. Pada aspek pembayaran jaminan, total
kasus yang dibayarkan dari awal 2015 hingga Juni
2015 sebanyak 556.390 kasus. Hal ini tidak seperti
pembayaran jaminan pada Juni 2014 yang
mencapai 573.757 kasus. Dengan kata lain, rasio
pembayaran klaim tahun 2015 tidak sebanyak
pembayaran pada 2014 dengan perbandingan
mencapai 96,97%.
Selanjutnya, total keseluruhan pembayaran
jaminan tersebut, pencairan dana Jaminan Hari Tua
(JHT) yang memiliki rasio klaim tertinggi sebanyak
494.886. Pembayaran iuran yang dilakukan hingga
30 Juni 2015 sebesar Rp 7,1 Triliun atau 54,67% dari
RKAT tahun 2015.
Herdi Trisanto menambahkan, total dana
investasi per 30 Juni 2015 mencapai Rp194,93
Triliun atau setara dengan 83,66% dari RKAT 2015.
Ini meningkat dari dana investasi di periode yang
sama pada 2014 sebesar 15,90%. Alokasi aset dana
investasi antara lain Instrumen Surat Utang
(46,91%), Deposito (23,69%), Saham (20,89%),
Reksadana (7,92%) dan investasi langsung (0,59%).
Total hasil investasi pada 30 Juni 2015 mencapai
Rp10,09 Triliun yang setara dengan 50,32% dari
RKAT 2015.
Peningkatan kinerja BPJS Ketenagakerjaan
pada semester I 2015 patut disyukuri dan menjadi
motivasi semua pihak untuk terus bekerja keras
guna meraih prestasi yang lebih baik pada
semester II 2015. n
Terjadi peningkatan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan pada semester I 2015 secara signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 serta berdasarkan RKAT tahun 2015.
Review
KEPESERTAAN BPJS KETENAGAKERJAANMENINGKAT SIGNIFIKAN
55www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
encapaian kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan pada semester I tahun
2015 dari sektor Pekerja Penerima Upah
(PPU) mengalami peningkatan signifikan
hingga 110,525 dibandingkan dengan pencapaian
pada periode yang sama pada 2014. Sementara itu,
kepesertaan PPU jika didasarkan pada rencana
kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2015
mengalami peningkatan sebesar 70,43%.
Peningkatan kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan
pada sektor Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
yang meningkat sebanyak 137,80% dibanding
periode yang sama tahun 2014. Menurut Direktur
Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Herdi Trisanto,
peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada
pencapaian kepesertaan pekerja konstruksi yang
telah mencapai 197,21% dari RKAT 2015. Jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu, pencapaian pada bidang konstruksi mencapai
180,77%.
Selanjutnya jumlah perusahaan yang menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan juga mengalami
peningkatan. Penambahan jumlah perusahaan
peserta BPJS Ketenagakerjaan pada semester I
2015 mencapai 67.019 perusahaan. Pencapaian ini
sebesar 282,81% dibandingkan periode yang sama
pada 2014. Secara umum, penambahan
kepesertaan mengalami peningkatan sebesar
68,34% dan 106,72% masing-masing untuk PPU dan
PBPU dibandingkan dengan hasil yang dicapai
pada semester I 2014. Demikian pula pada sektor
konstruksi yang mencapai 115,83% dari periode
yang sama di 2014.
Penerimaan iuran juga mengikuti hasil
pencapaian peningkatan kepesertaan dengan
angka mencapai Rp 15,46 triliun pada Juni 2015
atau mencapai 122,73% dari periode sebelumnya
tahun lalu. Pada aspek pembayaran jaminan, total
kasus yang dibayarkan dari awal 2015 hingga Juni
2015 sebanyak 556.390 kasus. Hal ini tidak seperti
pembayaran jaminan pada Juni 2014 yang
mencapai 573.757 kasus. Dengan kata lain, rasio
pembayaran klaim tahun 2015 tidak sebanyak
pembayaran pada 2014 dengan perbandingan
mencapai 96,97%.
Selanjutnya, total keseluruhan pembayaran
jaminan tersebut, pencairan dana Jaminan Hari Tua
(JHT) yang memiliki rasio klaim tertinggi sebanyak
494.886. Pembayaran iuran yang dilakukan hingga
30 Juni 2015 sebesar Rp 7,1 Triliun atau 54,67% dari
RKAT tahun 2015.
Herdi Trisanto menambahkan, total dana
investasi per 30 Juni 2015 mencapai Rp194,93
Triliun atau setara dengan 83,66% dari RKAT 2015.
Ini meningkat dari dana investasi di periode yang
sama pada 2014 sebesar 15,90%. Alokasi aset dana
investasi antara lain Instrumen Surat Utang
(46,91%), Deposito (23,69%), Saham (20,89%),
Reksadana (7,92%) dan investasi langsung (0,59%).
Total hasil investasi pada 30 Juni 2015 mencapai
Rp10,09 Triliun yang setara dengan 50,32% dari
RKAT 2015.
Peningkatan kinerja BPJS Ketenagakerjaan
pada semester I 2015 patut disyukuri dan menjadi
motivasi semua pihak untuk terus bekerja keras
guna meraih prestasi yang lebih baik pada
semester II 2015. n
Review
Total dana investasi per 30 Juni
2015 mencapai Rp194,93 Triliun
atau setara dengan 83,66% dari
RKAT 2015. Ini meningkat dari
dana investasi di periode yang
sama pada 2014 sebesar 15,90%.
Alokasi aset dana investasi antara
lain Instrumen Surat Utang
(46,91%) , Deposito (23,69%),
Saham (20,89%), Reksadana
(7,92%) dan investasi langsung
(0,59%). Total hasil investasi pada
30 Juni 2015 mencapai Rp10,09
Triliun yang setara dengan 50,32%
dari RKAT 2015.
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id56
Agenda
Program Kacab mengajar ini, wajib
dilaksanakan oleh seluruh kantor cabang
(Kacab) di Indonesia. Setiap kantor cabang
harus melakukan kegiatan Kacab mengajar,
di wilayah sekitar kantor cabang tersebut.
Menindaklanjuti program tersebut, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi, Jakarta telah
mengadakan kegiatan sosialisasi kepada
siswa-siswa SMA 3 Setiabudi medio 29 Oktober
2015.
Dalam acara tersebut, Kacab Setiabudi
memperkenalkan secara dini, program-program
yang ada di BPJS Ketenagakerjaan kepada siswa
sekolah. “Melalui program ini, diharapkan siswa
sekolah dapat memahami dan mengetahui tentang
program jaminan sosial yang ada di Indonesia.
Siswa juga dapat mengetahui perbedaan BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan,“ ujar Ibnu
Rusdan, Kepala Bidang Umum & SDM BPJS
Ketenagakerjaan.
Program yang disosialisasikan, lanjutnya,
contohnya program jaminan
pensiun yang baru dirilis pada tahun
ini. Dan sebagai siswa SMA harus
tahu, apa saja manfaat dari program
jaminan pensiun ini. Lalu apa
manfaat jaminan hari tua, jaminan
kecelakaan dan jaminan kematian.
“Tujuan secara garis besarnya, kita
ingin mengenalkan BPJS
Ketenagakerjaan dan diharapkan
mereka paham apa manfaat yang
didapat dari program BPJS
Ketenagakerjaan,” ucap Ibnu.
Dalam program Kacab
Mengajar ini, lanjutnya, untuk BPJS
Ketenagakerjaan setiap kantor
cabang minimal mendatangi satu
sekolah. Dan BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi
memilih SMA 3. “Dalam program
Kacab mengajar ini, kita ingin
memperkenalkan program BPJS
Ketenagakerjaan secara dini kepada siswa sekolah
SMA 3,” tutur Ibnu.
Yang cukup menggembirakan, terang Ibnu,
sambutan siswa sekolah terhadap program Kacab
mengajar ini responnya cukup positif. “Banyak juga
pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari para
siswa karena keingintahuan mereka tentan BPJS
Ketenagakerjaan,” ungkapnya. n
Kegiatan Kantor Cabang (Kacab) Mengajar sebenarnya, merupakan salah satu bentuk atau metode sosialisasi dari program yang ada di BPJS Ketenagakerjaan. Program ini sebelumnya, pernah dilakukan di tingkat universitas. Dan saat ini, manajemen ingin secara bertahap dilakukan juga sosialisasinya pada tingkat SMA.
KANTOR CABANGMENGAJAR DI SEKOLAH
57www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10
Agenda
rogram Kacab mengajar ini, wajib
dilaksanakan oleh seluruh kantor cabang
(Kacab) di Indonesia. Setiap kantor cabang
harus melakukan kegiatan Kacab mengajar,
di wilayah sekitar kantor cabang tersebut.
Menindaklanjuti program tersebut, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi, Jakarta telah
mengadakan kegiatan sosialisasi kepada
siswa-siswa SMA 3 Setiabudi medio 29 Oktober
2015.
Dalam acara tersebut, Kacab Setiabudi
memperkenalkan secara dini, program-program
yang ada di BPJS Ketenagakerjaan kepada siswa
sekolah. “Melalui program ini, diharapkan siswa
sekolah dapat memahami dan mengetahui tentang
program jaminan sosial yang ada di Indonesia.
Siswa juga dapat mengetahui perbedaan BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan,“ ujar Ibnu
Rusdan, Kepala Bidang Umum & SDM BPJS
Ketenagakerjaan.
Program yang disosialisasikan, lanjutnya,
contohnya program jaminan
pensiun yang baru dirilis pada tahun
ini. Dan sebagai siswa SMA harus
tahu, apa saja manfaat dari program
jaminan pensiun ini. Lalu apa
manfaat jaminan hari tua, jaminan
kecelakaan dan jaminan kematian.
“Tujuan secara garis besarnya, kita
ingin mengenalkan BPJS
Ketenagakerjaan dan diharapkan
mereka paham apa manfaat yang
didapat dari program BPJS
Ketenagakerjaan,” ucap Ibnu.
Dalam program Kacab
Mengajar ini, lanjutnya, untuk BPJS
Ketenagakerjaan setiap kantor
cabang minimal mendatangi satu
sekolah. Dan BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi
memilih SMA 3. “Dalam program
Kacab mengajar ini, kita ingin
memperkenalkan program BPJS
Ketenagakerjaan secara dini kepada siswa sekolah
SMA 3,” tutur Ibnu.
Yang cukup menggembirakan, terang Ibnu,
sambutan siswa sekolah terhadap program Kacab
mengajar ini responnya cukup positif. “Banyak juga
pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari para
siswa karena keingintahuan mereka tentan BPJS
Ketenagakerjaan,” ungkapnya. n
BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id58
Q
Q
QA
A
A
JawabTanya
SANTHA ADI DEWA
Apakah biaya pengobatan dan perawatan
pada Jasa tabib/sinshe/tradisional, yang
telah mendapat izin resmi dari instansi yang
berwenang setelah tanggal 1 Juli 2015 masih
dapat penggantian?
BPJS KETENAGAKERJAAN
Terhitung 1 Juli 2015, biaya pengobatan dan
perawatan pada Jasa
tabib/sinshe/tradisional tidak termasuk
kedalam manfaat pelayanan kesehatan di
dalam Program JKK (tidak mendapat
penggantian).
CINTA SANDRIA
Terkait dengan pengambilan JHT maksimal
30% untuk membantu biaya perumahan,
bagaimanakah persyaratan dan
ketentuannya?
BPJS KETENAGAKERJAAN
a. Fasilitas pembiayaan perumahan secara
tunai dapat diberikan untuk pinjaman
uang muka perumahan (rumah tapak dan
rumah susun sederhana milik), kredit
pemilikan rumah (rumah tapak dan rumah
susun sederhana milik).
b. Persyaratan manfaat perumahan, sebagai
berikut :
• Perusahaan tertib administrasi dan iuran
(tidak ada tunggakan iuran).
• Pembayaran dilakukan melalui Bank yang
bekerjasama.
• Kepemilikan rumah diperuntukkan
dalam hal pembelian secara kredit
(termasuk pelunasan cicilan) untuk
rumah.
DIAN HARDIANSYAH
Apa persyaratan untuk mendapatkan
beasiswa bagi anak peserta yang
Meninggal Dunia bukan akibat
kecelakaan kerja?
BPJS KETENAGAKERJAAN
Persyaratan untuk memperoleh
manfaat beasiswa pendidikan bagi
anak peserta peserta yang Meninggal
Dunia bukan akibat kecelakaan kerja
meliputi :
• Pekerja memiliki anak usia sekolah
• Umur anak pekerja maksimal 23
tahun
• Berlaku hanya untuk 1 (satu) orang
anak
• Fotokopi kartu keluarga
• Surat keterangan dari sekolah/
perguruan tinggi
• Anak pekerja belum menikah
Dalam hal perusahaan menunggak
iuran lebih dari 3 bulan, manfaat
beasiswa diberikan setelah Pemberi
Kerja melunasi tunggakan iuran
beserta denda.
BRIDGE VOLUME 09 www.bpjsketenagakerjaan.go.id6060 BRIDGE VOLUME 03 www.bpjsketenagakerjaan.go.id