menindak tegas law pengusaha...

60
1 @BPJSTKinfo BPJS Ketenagakerjaan Call Center: 1500910 www.bpjsketenagakerjaan.go.id JEMBATAN MENUJU KESEJAHTERAAN PEKERJA VOLUME 10 l TAHUN 2015 ENFORCEMENT LAW TRANSPORTASI UDARA KESELAMATAN DAN KEAMANAN ATUR UANG UNTUK HARI TUA MENINDAK TEGAS PENGUSAHA NAKAL

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

1

@BPJSTKinfo

BPJS Ketenagakerjaan

Call Center: 1500910

www.bpjsketenagakerjaan.go.id

JEMBATAN MENUJU KESEJAHTERAAN PEKERJA

VO

LU

ME

10

l T

AH

UN

20

15

ENFORCEMENTLAW

TRANSPORTASIUDARA

KESELAMATANDAN KEAMANAN

ATURUANGUNTUKHARI TUA

BRIDGE VOLUME 09 www.bpjsketenagakerjaan.go.idPB

MENINDAKTEGAS

PENGUSAHANAKAL

Page 2: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja

@BPJSTKinfoBPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan

www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Saya Bersama BPJS KetenagakerjaanBpk. Markani, 43 tahun“BPJS Ketenagakerjaan, memberikan rasa aman dan ketenangan pada diri dan keluarga saat berangkat melaut demi mewujudkan impian.”

Page 3: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

3www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10www.bpjsketenagakerjaan.go.id

[ [email protected] ]

Elvyn G MasassyaDirektur Utama

T

HALO

erkait hal tersebut, BPJS

Ketenagakerjaan siap melakukan

tindakan tegas bagi perusahaan di

Indonesia yang tidak mengikuti

aturan terkait kewajiban mendaftarkan

karyawannya menjadi peserta. Agar

ketentuan yang diamanahkan undang-

undang tersebut bisa berjalan efektif, BPJS

Ketenagakerjaan membentuk unit

pengawasan dan pemeriksaan.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan,

Elvyn G Massasya mengatakan, hingga saat

ini masih banyak perusahaan di Indonesia

yang belum menjadi peserta BPJS

LAW ENFORCEMENT

Saat ini, Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan tengah

mempersiapkan banyak hal. Selain

mendorong penambahan dan

perluasan kepesertaan, BPJS

Ketenagakerjaan juga fokus

meningkatkan pengawasan dan

pemeriksaan kepada perusahaan

yang sudah menjadi peserta dan

akan menjadi peserta.

Ketenagakerjaan. Dengan adanya

wasrik, lanjut Elvyn, diharapkan terjadi

peningkatan kepesertaan bagi perusahaan

di Indonesia.

Dengan dibentuknya unit pengawasan

dan pemeriksaan agar perusahaan-

perusahaan di Indonesia mematuhi segala

aturan yang mewajibkan karyawannya

didaftarkan menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan. “Untuk memperkuat

tugasnya, BPJS Ketenagakerjaan juga akan

melakukan kerja sama dengan instansi

terkait seperti kejaksaan dan kepolisian,”

terangnya. n

Page 4: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id4

INVESTMENT

23 26

30

DAFTAR ISI BRIDGE

Publisher: Direksi BPJS Ketenagakerjaan Editor in Chief: Utoh Banja l Managing Editor: Isnaldi Muhd. Dini l Editor: Faizal Rachman, Maria Emmy Maharjati, Ariyanto, Brian Radiastra, M. Kurniawan, Ahmad Ikhsan, Tri Harningsih l Reporters: Adyan Suseno, Ahmad Jauhari l Designer: Purwanto

Eddyl Photographer: Afrianto

Alamat Redaksi: Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan Indonesia 12930, website: www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Redaksi menerima sumbangan tulisan maupun foto kegiatan yang berhubungan dengan piha-pihak ekstenal di unit-unit kerja untuk dimuat di rubrik-rubrik MAJALAH BRIDGE. Semua naskah rubrik-rubrik di atas maksimal 5000 karakter dan dilampiri foto diri penulis. Naskah yang dimuat akan diberikan imbalan yang pantas.

Cover : Law

Enforcement

MenindakTegasPengusahaNakal

HALO

EVENT

MANFAAT

RS TRAUMA CENTER, Sarana Pelayanan Program JKK RTW

@BPJSTKInfo

Main Report

Figur

36

IDEA36

8

12

5

19

SEBERANG

Sekali Lagi Tentang Jaminan Pensiun

Law Enforcement atas Pelanggaran Jaminan Sosial di Malaysia

Untungnya Menjadi Peserta Bpjs Ketenagakerjaan

3LAW ENFORCEMENTSaat ini, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tengah mempersiapkan banyak hal. Selain mendorong penambahan dan perluasan kepesertaan, BPJS Ketenagakerjaan juga fokus meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan kepada perusahaan yang sudah menjadi peserta dan akan menjadi peserta.

FUN RUN 5 KBPJS KETENAGAKERJAAN 2015

SANKSI PIDANA BUATPENGEMPLANG IURAN

PENTINGNYAPENEGAKKAN HUKUM

MENINDAK TEGASPENGUSAHA NAKAL

SULINTANGMALANGMELINTANGDALAMMENUJUPUNCAK

Ahmad Sulintang,SE.Ak,MM.CCMO BPJSKetenagakerjaan

Page 5: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

5www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

@bpjstkinfo

Pemerintah telah menggulirkan

tiga peraturan pemerintah (PP) No

44, 45 dan 60 mengenai jaminan

sosial, untuk melengkapi PP 86

tahun 2013 dan UU BPJS

Ketenagakerjaan. Peraturan ini

dikeluarkan, sebagai upaya dalam

penegakan hukum bagi

perusahaan yang tidak memenuhi

kewajibannya membayar iuran

jaminan sosial.

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Sanksi Pidana BuatPengemplang Iuran

B

adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenegakerjaan telah mengantongi

peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45

dan 60 terkait penegakan hukum bagi

perusahaan yang mengemplang iuran. Dalam

peraturan tersebut, ancaman pidana dan kurungan

bisa diberikan bagi perusahaan yang membandel.

Kepala Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan

Jateng dan DIY, Achmad Hafiz, mengatakan, ketiga

peraturan baru yang dimaksud, meliputi PP nomor 44

Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan

Kematian (JK), PP nomor 45 Tahun 2015 tentang

pelaksanaan Jaminan Pensiun (JP) serta PP nomor 60

Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Jaminan Hari

Tua (JHT).

Dengan peraturan baru tersebut, BPJS

Ketenagakerjaan memiliki kewenangan untuk

mempidanakan dan menjatuhkan denda kepada para

pengusaha mengabaikan setoran iuran Jaminan Sosial

bagi para pekerjanya. “Namun demikian, perusahaan

yang belum patuh tentunya secara berkala akan kami

berikan pemahaman terlebih dahulu,” jelas Hafiz.

Menurut Hafiz, sanksi tersebut diberikan dalam

upaya penegakan hukum (law enforcement) di sektor

ketenagakerjaan. Untuk itu, lanjut Hafiz, pihak BPJS

Ketenagakerjaan akan menjalin kerjasama dengan

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan

kejaksaan di setiap daerah tingkat II kabupaten/ kota.

Upaya penegakan hukum ini, lanjut Hafiz, akan

diterapkan dalam dua tahap. Tahap awal, BPJS

Ketenagakerjaan secara berkala akan melayangkan

peringatan tertulis bagi pengusaha yang lalai

menyetorkan iuran ketenagakerjaan. Kalau tahapan itu

sudah dilaksanakan, tapi pihak perusahaan tidak

menanggapi, maka BPJS Ketenagakerjakan akan

melaporkan kepada pihak yang memiliki otoritas

pencabutan izin usaha. ”Pihak BPJS Ketenagakerjaan

bakal melakukan tindakan administratif kepada

pengusaha yang membandel, salah satunya, dengan

meminta kepala daerah untuk menghentikan layanan

publik di lokasi perusahaan yang bersangkutan,”

ucapnya.

Sebelum ancaman mempidanakan dan

menetapkan denda, Hafiz menghimbau, khususnya

kepada setiap peserta jaminan ketenagakerjaan di

Jateng dan DI Yogyakarta agar mematuhi tiga

peraturan tersebut. Ia pun juga berjanji akan terus

memberikan edukasi bagi pengusaha agar memahami

hal tersebut.

Hafiz mengingatkan, agar perusahan yang

memiliki kewajiban jangan coba-coba melanggar

aturan tentang kewajiban mematuhi membayar iuran

ketenagakerjaan. “Yang tidak menyetorkan iuran

jaminan sosial tenaga kerja pasti kami seret ke meja

hijau,” tegasnya. n

Page 6: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id6

Peraturan

PP. No 86 Tahun 2013

Di dalam UU BPJS juga menjelaskan peserta BPJS

Ketenagakerjaan adalah setiap orang, termasuk orang

asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

Indonesia, yang telah membayar iuran. Dan pemberi

kerja (perusahaan) secara bertahap wajib

mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta

BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan program

Jaminan Sosial yang diikuti.

Kepesertaan Jaminan Sosial bagi pekerja dan

pemberi kerja merupakan suatu kewajiban, yang

dipertegas oleh Peraturan Pemerintah (PP) No 86

tahun 2013 mengenai Tata Cara Pengenaan Sanksi

Administratif kepada Pemberi Kerja Selain

Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain

Pemberi Kerja dan Pekerja Penerima Bantuan Iuran

Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.

Kewajiban mendaftarkan kepesertaan program

BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja dan pemberi

kerja, sudah disosialisasikan sejak lama, tepatnya tahun

2013 lalu, kepada perusahaan-perusahaan swasta

nasional (PMDN) maupun asing (PMA) yang

berdomisili di wilayah Indonesia.

Penyelenggaraan Jaminan Sosial oleh BPJS

Ketenagakerjaan merupakan amanah dari UU SJSN

dan UUD 45, yang seharusnya menjadi tugas dan

kewajiban dari negara, sebagai salah satu upaya untuk

mensejahterakan rakyat dan bangsa Indonesia.

Seperti yang pernah dikemukakan berulang-ulang

oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G

Masassya di berbagai pertemuan bahwa keikutsertaan

Jaminan Sosial adalah demi kebaikan para tenaga kerja

yang bekerja di perusaaan swasta nasional maupun

asing, agar lebih terjamin kesejahteraannya.

Oleh karena itu, para perusahaan yang tidak

mentaati peraturan yang terkait dengan kewajibannya

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan akan dikenakan sanksi mulai dari yang

ringan seperti sanksi administratif hingga ancaman

hukuman yang berupa denda maupun sanksi pidana.

Adapun sanksi administratif dijatuhkan, bila

perusahaan selain penyelenggara negara tidak

melaksanakan kewajibannya mendaftarkan pekerjanya

sebagai peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan. Sanksi

administratif itu bisa berupa, sebagai berikut, teguran

tertulis yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Denda dan atau yang dilakukan oleh BPJS. Tidak

mendapat pelayanan publik tertentu, yang dilakukan

oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas

permintaan BPJS Ketenagakerjaan.

Sedangkan sanksi tidak mendapat pelayanan publik

tertentu yang dikenai kepada Pemberi Kerja Selain

Penyelenggara Negara dapat berbentuk, perizinan terkait

usaha, seperti izin yang diperlukan dalam mengikuti

tender proyek, izin memperkerjakan tenaga kerja asing,

izin perusahaan penyedia jasa pekerja/ buruh; atau Izin

Mendirikan Bangunan (IMB).

Dasar hukum untuk sanksi yang dijatuhkan kepada

kepada perusahaan pemberi kerja yang tidak

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, meliputi UU No 24 Tahun 2011 (UU

BPJS) dan PP No 86 Tahun 2013

Di dalam UU BPJS, sanksi hukum administratif

diuraikan pada Pasal 17 ayat 1 yang berbunyi, Pemberi

kerja selain penyelenggara negara yang tidak

melaksanakan ketentuan yang dimaksud Pasal 15 ayat

1 dan 2 dan setiap orang yang tidak melaksanakan

ketentuan sebagaimana di maksud akan dikenai sanksi

administratif.

Selanjutnya, pengertian sanksi administratif,

pelaksanannya dilakukan oleh, serta tata caranya,

diuraikan pada Pasal 17 ayat 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan

dasar hukum lainnya diuraikan dengan tegas dalam PP

No 86 Tahun 2013, meliputi, Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2,

serta Pasal 9 ayat 1, yang isinya kurang lebih sama dan

sebagai dasar hukum dalam law enforcement.

Di dalam penegakan hukum menjalankan perintah

peraturan dan perundangan tersebut, menurut Elvyn,

badan yang dipimpinnya telah merekrut karyawan

khusus sebagai petugas yang mengawasi dan

memeriksa perusahaan-perusahaan yang melanggar

ketentuan PP Nomor 86 dan UU BPJS.

Kemudian menindaklanjutinya sesuai perintah

peraturan dan perundangan di dalam penegakan

hukum. Sejak semester ke dua tahun 2014, Kantor

BPJS Ketenagakerjaan diberbagai wilayah, telah

melayangkan surat teguran kepada

perusahaan-perusahaan yang belum mendaftarkan

pekerja dan pemberi kerja sebagai peserta Jaminan

Sosial. “Jika perusahaan-perusahaan tersebut setelah

mendapat teguran yang ringan tetap tidak

medaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan

Sosial, maka mereka terancam dikenai sanksi

kurungan dan denda hingga miliaran rupiah, “ kata

Elvyn G Massasya dalam acara press gathering, di

Bandung memasuki semester ke 2 tahun 2015 lalu. n

BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial. (Pasal 1 Ayat 1 UU BPJS). dan

institusi baru yang bertransformasi dari PT Jamsostek tersebut

menyelenggarakan sejumlah program, antara lain, jaminan kecelakaan

kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Law Enforcement UntukKepesertaan Jaminan Sosial

Page 7: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

7www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Peraturan

Di dalam UU BPJS juga menjelaskan peserta BPJS

Ketenagakerjaan adalah setiap orang, termasuk orang

asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

Indonesia, yang telah membayar iuran. Dan pemberi

kerja (perusahaan) secara bertahap wajib

mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta

BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan program

Jaminan Sosial yang diikuti.

Kepesertaan Jaminan Sosial bagi pekerja dan

pemberi kerja merupakan suatu kewajiban, yang

dipertegas oleh Peraturan Pemerintah (PP) No 86

tahun 2013 mengenai Tata Cara Pengenaan Sanksi

Administratif kepada Pemberi Kerja Selain

Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain

Pemberi Kerja dan Pekerja Penerima Bantuan Iuran

Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.

Kewajiban mendaftarkan kepesertaan program

BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja dan pemberi

kerja, sudah disosialisasikan sejak lama, tepatnya tahun

2013 lalu, kepada perusahaan-perusahaan swasta

nasional (PMDN) maupun asing (PMA) yang

berdomisili di wilayah Indonesia.

Penyelenggaraan Jaminan Sosial oleh BPJS

Ketenagakerjaan merupakan amanah dari UU SJSN

dan UUD 45, yang seharusnya menjadi tugas dan

kewajiban dari negara, sebagai salah satu upaya untuk

mensejahterakan rakyat dan bangsa Indonesia.

Seperti yang pernah dikemukakan berulang-ulang

oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G

Masassya di berbagai pertemuan bahwa keikutsertaan

Jaminan Sosial adalah demi kebaikan para tenaga kerja

yang bekerja di perusaaan swasta nasional maupun

asing, agar lebih terjamin kesejahteraannya.

Oleh karena itu, para perusahaan yang tidak

mentaati peraturan yang terkait dengan kewajibannya

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan akan dikenakan sanksi mulai dari yang

ringan seperti sanksi administratif hingga ancaman

hukuman yang berupa denda maupun sanksi pidana.

Adapun sanksi administratif dijatuhkan, bila

perusahaan selain penyelenggara negara tidak

melaksanakan kewajibannya mendaftarkan pekerjanya

sebagai peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan. Sanksi

administratif itu bisa berupa, sebagai berikut, teguran

tertulis yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Denda dan atau yang dilakukan oleh BPJS. Tidak

mendapat pelayanan publik tertentu, yang dilakukan

oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas

permintaan BPJS Ketenagakerjaan.

Sedangkan sanksi tidak mendapat pelayanan publik

tertentu yang dikenai kepada Pemberi Kerja Selain

Penyelenggara Negara dapat berbentuk, perizinan terkait

usaha, seperti izin yang diperlukan dalam mengikuti

tender proyek, izin memperkerjakan tenaga kerja asing,

izin perusahaan penyedia jasa pekerja/ buruh; atau Izin

Mendirikan Bangunan (IMB).

Dasar hukum untuk sanksi yang dijatuhkan kepada

kepada perusahaan pemberi kerja yang tidak

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, meliputi UU No 24 Tahun 2011 (UU

BPJS) dan PP No 86 Tahun 2013

Di dalam UU BPJS, sanksi hukum administratif

diuraikan pada Pasal 17 ayat 1 yang berbunyi, Pemberi

kerja selain penyelenggara negara yang tidak

melaksanakan ketentuan yang dimaksud Pasal 15 ayat

1 dan 2 dan setiap orang yang tidak melaksanakan

ketentuan sebagaimana di maksud akan dikenai sanksi

administratif.

Selanjutnya, pengertian sanksi administratif,

pelaksanannya dilakukan oleh, serta tata caranya,

diuraikan pada Pasal 17 ayat 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan

dasar hukum lainnya diuraikan dengan tegas dalam PP

No 86 Tahun 2013, meliputi, Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2,

serta Pasal 9 ayat 1, yang isinya kurang lebih sama dan

sebagai dasar hukum dalam law enforcement.

Di dalam penegakan hukum menjalankan perintah

peraturan dan perundangan tersebut, menurut Elvyn,

badan yang dipimpinnya telah merekrut karyawan

khusus sebagai petugas yang mengawasi dan

memeriksa perusahaan-perusahaan yang melanggar

ketentuan PP Nomor 86 dan UU BPJS.

Kemudian menindaklanjutinya sesuai perintah

peraturan dan perundangan di dalam penegakan

hukum. Sejak semester ke dua tahun 2014, Kantor

BPJS Ketenagakerjaan diberbagai wilayah, telah

melayangkan surat teguran kepada

perusahaan-perusahaan yang belum mendaftarkan

pekerja dan pemberi kerja sebagai peserta Jaminan

Sosial. “Jika perusahaan-perusahaan tersebut setelah

mendapat teguran yang ringan tetap tidak

medaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan

Sosial, maka mereka terancam dikenai sanksi

kurungan dan denda hingga miliaran rupiah, “ kata

Elvyn G Massasya dalam acara press gathering, di

Bandung memasuki semester ke 2 tahun 2015 lalu. n

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Page 8: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id8

MainReport

alam Undang-Undang (UU) Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

dijelaskan, pentingnya program

kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,

menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi

terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.

Namun demikian, meski sudah menjadi

konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak

mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut

dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran

BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda

maksimal Rp1 miliar.

Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,

bila perusahaan mematuhi konstitusi dan

mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan

sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa

kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja

dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit

menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini

sering terjadi.

Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di

dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,

perlu kiranya adanya aturan yang bersifat

memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan

yang tidak mematuhi aturan tersebut.

Dalam rangka penegakan hukum (law

enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur

penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan

pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata

Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada

Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan

Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan

Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan

Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013

tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif

Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota

Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Sanksi administratif itu sebenarnya sudah

disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011

tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin

BPJS Ketenagakerjaan telah membentuk urusan pengawasan dan pemeriksaan agar perusahaan Indonesia mematuhi segala aturan yang telah dikeluarkan terkait kewajiban menjadi peserta.

memperjelas sanksi administratif baik kepada

pengelola BPJS maupun kepada pengusaha

pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,

misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat

pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja

selain penyelenggara negara, orang atau penerima

bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.

Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi

mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan

penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,

termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang

tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya

dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.

Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah

kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan

perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai

shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.

Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan

mengembangkan kewenangan pengawasan yang

dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan

hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.

Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus

jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan

BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak

untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan

ompong,” ucapnya.

Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan

BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur

menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah

membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan

yang tugas dan perannya melakukan pengawasan

dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di

Indonesia.

Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS

Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan

pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor

cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan

pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,

kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di

didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.

Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah

dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,

maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi

agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi

berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu

atau penghentian pelayanan publik melalui

pemerintahan daerah (Pemda) setempat.

Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan

diantaranya dengan menunda penerbitan maupun

perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan

lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam

peraturan yang berlaku.

Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat

pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS

Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan

pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama

itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru

atau memperpanjang izin usahanya harus

membuktikan kepesertaannya di BPJS

Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,

tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap

merekomendasikan itu,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan

tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan

tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya

sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM

untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan

diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak

mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran

sampai penjatuhan sanksi.

Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi

sudah jelas diatur dalam peraturan

perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86

Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan

BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata

Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan

Pemeriksaan.

Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi

yang dapat diterapkan dalam menyerap serta

meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila

seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja

sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan

baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang

tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan

100 persen," pungkasnya.

Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang

tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor

BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara

mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS

Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan

yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,

silakan para pekerja yang perusahaannya tidak

mendaftarkan sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang

urus ke perusahaannya,” tegasnya.

Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum

BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra

mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah

dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh

rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial

khususnya bagi pekerja.

Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak

mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,

sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi

tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi

perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,

izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia

jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi

tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit

pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas

Rilexya.

Namun demikian, Rilexya

menambahkan, BPJS tak mungkin

menjalankan sendiri penjatuhan dan

pengawasan sanksi administratif

tersebut. Kerjasama dengan lembaga

lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih

menyiapkan perangkat yang

dibutuhkan sebelum ancaman sanksi

yang disebut dalam PP dijalankan.

Sebut misalnya, dalam kondisi apa

sanksi dijatuhkan, siapa petugas

pemeriksa pemberi kerja dan

bagaimana koordinasi dengan instansi

terkait. “Ke depan harus bisa

dipastikan seluruh petugas pengawas

dan pemeriksaan BPJS

Ketenagakerjaan bisa bekerjasama

dan berkoordinasi dengan instansi

yang terkait dalam menjalankan

tugasnya,” tukasnya. n

PENTINGNYA PENEGAKKAN HUKUMBAGI PELANGGAR KEPESERTAANBPJS KETENAGAKERJAAN

Page 9: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

9www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

MainReport

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Dalam Undang-Undang (UU) Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

dijelaskan, pentingnya program

kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,

menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi

terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.

Namun demikian, meski sudah menjadi

konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak

mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut

dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran

BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda

maksimal Rp1 miliar.

Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,

bila perusahaan mematuhi konstitusi dan

mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan

sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa

kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja

dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit

menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini

sering terjadi.

Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di

dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,

perlu kiranya adanya aturan yang bersifat

memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan

yang tidak mematuhi aturan tersebut.

Dalam rangka penegakan hukum (law

enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur

penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan

pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata

Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada

Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan

Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan

Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan

Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013

tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif

Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota

Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Sanksi administratif itu sebenarnya sudah

disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011

tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin

memperjelas sanksi administratif baik kepada

pengelola BPJS maupun kepada pengusaha

pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,

misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat

pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja

selain penyelenggara negara, orang atau penerima

bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.

Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi

mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan

penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,

termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang

tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya

dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.

Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah

kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan

perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai

shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.

Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan

mengembangkan kewenangan pengawasan yang

dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan

hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.

Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus

jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan

BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak

untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan

ompong,” ucapnya.

Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan

BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur

menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah

membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan

yang tugas dan perannya melakukan pengawasan

dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di

Indonesia.

Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS

Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan

pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor

cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan

pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,

kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di

didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.

Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah

dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,

maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi

agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi

berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu

atau penghentian pelayanan publik melalui

pemerintahan daerah (Pemda) setempat.

Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan

diantaranya dengan menunda penerbitan maupun

perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan

lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam

peraturan yang berlaku.

Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat

pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS

Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan

pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama

itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru

atau memperpanjang izin usahanya harus

membuktikan kepesertaannya di BPJS

Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,

tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap

merekomendasikan itu,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan

tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan

tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya

sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM

untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan

diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak

mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran

sampai penjatuhan sanksi.

Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi

sudah jelas diatur dalam peraturan

perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86

Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan

BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata

Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan

Pemeriksaan.

Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi

yang dapat diterapkan dalam menyerap serta

meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila

seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja

sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan

baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang

tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan

100 persen," pungkasnya.

Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang

tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor

BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara

mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS

Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan

yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,

silakan para pekerja yang perusahaannya tidak

mendaftarkan sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang

urus ke perusahaannya,” tegasnya.

Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum

BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra

mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah

dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh

rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial

khususnya bagi pekerja.

Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak

mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,

sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi

tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi

perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,

izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia

jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi

tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit

pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas

Rilexya.

Namun demikian, Rilexya

menambahkan, BPJS tak mungkin

menjalankan sendiri penjatuhan dan

pengawasan sanksi administratif

tersebut. Kerjasama dengan lembaga

lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih

menyiapkan perangkat yang

dibutuhkan sebelum ancaman sanksi

yang disebut dalam PP dijalankan.

Sebut misalnya, dalam kondisi apa

sanksi dijatuhkan, siapa petugas

pemeriksa pemberi kerja dan

bagaimana koordinasi dengan instansi

terkait. “Ke depan harus bisa

dipastikan seluruh petugas pengawas

dan pemeriksaan BPJS

Ketenagakerjaan bisa bekerjasama

dan berkoordinasi dengan instansi

yang terkait dalam menjalankan

tugasnya,” tukasnya. n

Page 10: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id10

MainReport

alam Undang-Undang (UU) Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

dijelaskan, pentingnya program

kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,

menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi

terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.

Namun demikian, meski sudah menjadi

konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak

mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut

dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran

BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda

maksimal Rp1 miliar.

Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,

bila perusahaan mematuhi konstitusi dan

mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan

sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa

kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja

dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit

menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini

sering terjadi.

Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di

dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,

perlu kiranya adanya aturan yang bersifat

memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan

yang tidak mematuhi aturan tersebut.

Dalam rangka penegakan hukum (law

enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur

penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan

pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata

Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada

Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan

Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan

Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan

Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013

tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif

Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota

Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Sanksi administratif itu sebenarnya sudah

disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011

tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin

memperjelas sanksi administratif baik kepada

pengelola BPJS maupun kepada pengusaha

pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,

misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat

pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja

selain penyelenggara negara, orang atau penerima

bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.

Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi

mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan

penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,

termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang

tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya

dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.

Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah

kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan

perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai

shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.

Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan

mengembangkan kewenangan pengawasan yang

dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan

hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.

Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus

jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan

BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak

untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan

ompong,” ucapnya.

Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan

BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur

menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah

membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan

yang tugas dan perannya melakukan pengawasan

dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di

Indonesia.

Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS

Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan

pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor

cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan

pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,

kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di

didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.

Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah

dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,

maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi

agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi

berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu

atau penghentian pelayanan publik melalui

pemerintahan daerah (Pemda) setempat.

Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan

diantaranya dengan menunda penerbitan maupun

perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan

lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam

peraturan yang berlaku.

Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat

pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS

Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan

pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama

itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru

atau memperpanjang izin usahanya harus

membuktikan kepesertaannya di BPJS

Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,

tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap

merekomendasikan itu,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan

tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan

tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya

sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM

untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan

diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak

mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran

sampai penjatuhan sanksi.

Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi

sudah jelas diatur dalam peraturan

perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86

Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan

BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata

Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan

Pemeriksaan.

Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi

yang dapat diterapkan dalam menyerap serta

meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila

seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja

sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan

baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang

tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan

100 persen," pungkasnya.

Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang

tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor

BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara

mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS

Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan

yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,

silakan para pekerja yang perusahaannya tidak

mendaftarkan sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang

urus ke perusahaannya,” tegasnya.

Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum

BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra

mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah

dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh

rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial

khususnya bagi pekerja.

Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak

mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,

sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi

tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi

perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,

izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia

jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi

tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit

pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas

Rilexya.

Namun demikian, Rilexya

menambahkan, BPJS tak mungkin

menjalankan sendiri penjatuhan dan

pengawasan sanksi administratif

tersebut. Kerjasama dengan lembaga

lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih

menyiapkan perangkat yang

dibutuhkan sebelum ancaman sanksi

yang disebut dalam PP dijalankan.

Sebut misalnya, dalam kondisi apa

sanksi dijatuhkan, siapa petugas

pemeriksa pemberi kerja dan

bagaimana koordinasi dengan instansi

terkait. “Ke depan harus bisa

dipastikan seluruh petugas pengawas

dan pemeriksaan BPJS

Ketenagakerjaan bisa bekerjasama

dan berkoordinasi dengan instansi

yang terkait dalam menjalankan

tugasnya,” tukasnya. n

Page 11: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

11www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

MainReport

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

alam Undang-Undang (UU) Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

dijelaskan, pentingnya program

kesejahteraan bagi pekerja. UU BPJS ini,

menjadi pondasi landasan hukum yang kuat bagi

terselenggaranya jaminan sosial bagi pekerja.

Namun demikian, meski sudah menjadi

konstitusi masih saja ada perusahaan yang tidak

mematuhinya. Padahal, dalam UU tersebut

dijelaskan, jika pemberi kerja lalai membayar iuran

BPJS dipidana maksimal 8 tahun penjara atau denda

maksimal Rp1 miliar.

Tentu persoalan hukum ini bisa terhindarkan,

bila perusahaan mematuhi konstitusi dan

mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta jaminan

sosial. Dengan begitu, pekerja pun tidak merasa

kesejahteraannya terancam dan bisa bekerja

dengan baik. Bila sebaliknya yang terjadi, akan sulit

menekan aksi unjuk rasa buruh yang belakangan ini

sering terjadi.

Untuk itu, agar perintah yang diamanahkan di

dalam UU BPJS tersebut bisa berjalan dengan baik,

perlu kiranya adanya aturan yang bersifat

memberikan peringatan dan sanksi bagi perusahaan

yang tidak mematuhi aturan tersebut.

Dalam rangka penegakan hukum (law

enforcement), pemerintah pun kemudian mengatur

penerapan sanksi tersebut. Pertama, peraturan

pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata

Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada

Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan

Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan

Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan

Jaminan Sosial. Kedua, PP No. 88 Tahun 2013

tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif

Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota

Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Sanksi administratif itu sebenarnya sudah

disinggung sekilas dalam UU No. 24 Tahun 2011

tentang BPJS. Tetapi kedua PP ini, semakin

memperjelas sanksi administratif baik kepada

pengelola BPJS maupun kepada pengusaha

pemberi kerja. Pasal 5 PP No. 86 Tahun 2013,

misalnya, menjatuhkan sanksi tidak mendapat

pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja

selain penyelenggara negara, orang atau penerima

bantuan iuran (PBI) yang melanggar aturan.

Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi

mengatakan, pihaknya akan tegas melakukan

penegakan hukum bagi perusahaan-perusahaan,

termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang

tidak mengikutkan pekerja atau karyawannya

dalam program di BPJS Ketenagakerjaan tersebut.

Langkah tersebut, lanjutnya, untuk mencegah

kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan

perusahaan. “Penegakan hukum dilakukan sebagai

shock therapy agar jangan melanggar,” ujarnya.

Junaedi menambahkan, pihaknya juga akan

mengembangkan kewenangan pengawasan yang

dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Sebab, penegakan

hukum dapat mendorong perluasan kepesertaan.

Yang penting, tambahnya, eksekusi sanksi harus

jelas sehingga penegakan hukum yang dilakukan

BPJS dapat memberi efek jera. “Kami inginkan hak

untuk melakukan inspeksi itu, tapi jangan jadi macan

ompong,” ucapnya.

Pentingnya pengawasanKepala Urusan Pengawasan dan Pemeriksaan

BPJS Ketenagakerjaan, Haris Syarif Mansyur

menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah

membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan

yang tugas dan perannya melakukan pengawasan

dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan di

Indonesia.

Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS

Ketenagakerjaan merekrut petugas pengawas dan

pemeriksa yang ditempatkan di seluruh kantor

cabang. Dalam melakukan tugas baru tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan

pihak Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini,

kami sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di

didik jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.

Menurut Haris, jika surat peringatan yang telah

dibuat untuk mengimbau perusahaan agar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak ditindaklanjuti,

maka pihaknya akan membuat surat rekomendasi

agar perusahaan pemberi kerja dijatuhi sanksi

berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu

atau penghentian pelayanan publik melalui

pemerintahan daerah (Pemda) setempat.

Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan

diantaranya dengan menunda penerbitan maupun

perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan

lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam

peraturan yang berlaku.

Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat

pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS

Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan

pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan kerjasama

itu, maka perusahaan yang mau mendapat izin baru

atau memperpanjang izin usahanya harus

membuktikan kepesertaannya di BPJS

Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh pemda,

tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami siap

merekomendasikan itu,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan

tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan

tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya

sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan HAM

untuk proses harmonisasi. Salah satu yang akan

diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak

mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran

sampai penjatuhan sanksi.

Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi

sudah jelas diatur dalam peraturan

perundang-undangan terkait BPJS. Dalam PP No. 86

Tahun 2013 itu, menurut Haris, juga mengamanatkan

BPJS untuk menerbitkan Peraturan tentang Tata

Cara dan Mekanisme Kerja Pengawasan dan

Pemeriksaan.

Haris mengungkapkan, banyak langkah strategi

yang dapat diterapkan dalam menyerap serta

meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan. "Kami berharap ke depan apabila

seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja

sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan

baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu yang

tidak relatif lama berhasil meningkatkan kepesertaan

100 persen," pungkasnya.

Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang

tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor

BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara

mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS

Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan

yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami siap,

silakan para pekerja yang perusahaannya tidak

mendaftarkan sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami yang

urus ke perusahaannya,” tegasnya.

Disisi lain, Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum

BPJS Ketenagakerjaan, Rilexya Surya Putra

mengatakan, jaminan sosial itu merupakan amanah

dari UUD 45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh

rakyat Indonesia harus memiliki jaminan sosial

khususnya bagi pekerja.

Untuk itu, lanjutnya, bagi perusahaan yang tidak

mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya,

sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik. Sanksi

tidak mendapat pelayanan publik itu, meliputi

perizinan terkait usaha, izin untuk ikut tender proyek,

izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin penyedia

jasa pekerja, dan bahkan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB). “Dalam PP 86 ditegaskan, pengenaan sanksi

tidak mendapat pelayanan publik dilakukan oleh unit

pelayanan publik pada instansi pemerintah,” jelas

Rilexya.

Namun demikian, Rilexya

menambahkan, BPJS tak mungkin

menjalankan sendiri penjatuhan dan

pengawasan sanksi administratif

tersebut. Kerjasama dengan lembaga

lain mutlak diperlukan. Apalagi, masih

menyiapkan perangkat yang

dibutuhkan sebelum ancaman sanksi

yang disebut dalam PP dijalankan.

Sebut misalnya, dalam kondisi apa

sanksi dijatuhkan, siapa petugas

pemeriksa pemberi kerja dan

bagaimana koordinasi dengan instansi

terkait. “Ke depan harus bisa

dipastikan seluruh petugas pengawas

dan pemeriksaan BPJS

Ketenagakerjaan bisa bekerjasama

dan berkoordinasi dengan instansi

yang terkait dalam menjalankan

tugasnya,” tukasnya. n

Page 12: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id12

MainReport

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan tidak main-main dalam

melakukan tindakan penegakan hukum. Di

sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan

penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta

masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala

Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah

dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat

kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan

jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di

DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang

sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan

yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan

akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan

melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,

beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak

mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi

administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin

operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan

paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana

ataupun denda Rp 1 miliar.

Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan

menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang

tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang

iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara

Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta

yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa

dan diproses secara hukum.

Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama

antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan

karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,

jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi

iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada

indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan

sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.

Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di

Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar

iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut

diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan.

Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS

Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah

mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran

BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP

I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak

mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah

hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang

dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka

untuk diproses secara hukum karena hal ini

menyangkut kesejahteraan pekerja.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran

BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di

mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak

pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila

perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja

yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan

dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran

maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses

ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan

adalah pekerja.

Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap

perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya

merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain

itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.

Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan

kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.

Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami

bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.

BPJS Ketenagakerjaan melakukan tindakan tegas untuk memidanakan pelaku usaha yang tidak mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta program. Hal yang sama juga diterapkan terhadap peserta yang menunggak setoran iuran.

Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap

perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan

juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan

terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri

Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan

yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.

Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima

Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan

kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi

iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan

kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme

pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.

Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka

kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa

penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi

tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut

dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya

di BPJS Ketenagakerjaan.

Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang

menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga

dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,

Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan

tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,

namun penunggakan iuran merupakan suatu

pelanggaran.

Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah

memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka

hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut

akan ditindak secara hukum.

Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi

(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum

sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya

perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran

BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,

Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut

positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum

BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya

BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang

sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,

yakni ikut mensejahterakan masyarakat.

Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT

Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi

penyelenggaraan program jaminan sosial

ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di

Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya

kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial

ketenagakerjaan.

Diharapkan melalui kerjasama ini dapat

memperluas kepesertaan program dan perlindungan

menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada

akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin

menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat

direalisasikan.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak

untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan

yang melanggar, tetapi pihaknya tetap

mengupayakan melakukan pendekatan tindakan

preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan

dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan

karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.

Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien

ketimbang melakukan tindakan hukum.

Tetapi, jika masih ada perusahaan yang

membandel dengan tetap bersikukuh tidak

menyertakan karyawannya pada program BPJS

Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh

karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi

menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy

kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.

Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur

Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan

optimis untuk bisa mendorong peningkatan

kepesertaan para pekerja pada program BPJS

Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil

perusahaan dan perorangan.

Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui

perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan

yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit

mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau

score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit

memperoleh akses dana pinjaman.

Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan

upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang

ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih

sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini

tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.

Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah tersebut pihak BPJS

Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan

terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan

dengan wajib pajak.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

pengaitan program jaminan sosial dengan pajak

akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak

transparan. Perusahaan yang selama ini

menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS

Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran

upah pekerjanya akan dapat diketahui.

Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147

perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah

pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut

Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan

memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan

untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki

kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur

dalam peraturan pemerintah.

Kewenangan tersebut memberikan hak kepada

aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan

investigasi terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan

MENINDAK TEGASPENGUSAHA NAKAL

sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,

sebagaimana amanat peraturan perundangan,

BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan

masuknya PNS dalam program jaminan sosial,

setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).

PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua

program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan

Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di

sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat

desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian

disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra

Utara.

Tindakan tegas dan penegakan hukum akan

terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk

badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak

mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS

Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk

mencegah kecurangan dan pelanggaran yang

dilakukan perusahaan.

Penegakan hukum perlu dilakukan untuk

memberikan shock therapy kepada masyarakat

agar jangan melanggar peraturan perundangan.

Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan

berupa surat teguran, denda, dan penghentian

layanan publik. Penghentian layanan publik dapat

dilakukan bersama dengan instansi terkait. n

Page 13: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

13www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

MainReport

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan tidak main-main dalam

melakukan tindakan penegakan hukum. Di

sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan

penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta

masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala

Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah

dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat

kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan

jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di

DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang

sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan

yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan

akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan

melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,

beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak

mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi

administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin

operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan

paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana

ataupun denda Rp 1 miliar.

Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan

menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang

tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang

iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara

Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta

yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa

dan diproses secara hukum.

Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama

antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan

karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,

jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi

iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada

indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan

sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.

Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di

Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar

iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut

diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan.

Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS

Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah

mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran

BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP

I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak

mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah

hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang

dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka

untuk diproses secara hukum karena hal ini

menyangkut kesejahteraan pekerja.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran

BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di

mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak

pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila

perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja

yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan

dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran

maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses

ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan

adalah pekerja.

Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap

perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya

merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain

itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.

Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan

kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.

Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami

bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.

Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap

perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan

juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan

terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri

Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan

yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.

Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima

Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan

kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi

iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan

kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme

pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.

Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka

kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa

penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi

tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut

dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya

di BPJS Ketenagakerjaan.

Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang

menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga

dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,

Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan

tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,

namun penunggakan iuran merupakan suatu

pelanggaran.

Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah

memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka

hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut

akan ditindak secara hukum.

Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi

(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum

sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya

perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran

BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,

Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut

positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum

BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya

BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang

sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,

yakni ikut mensejahterakan masyarakat.

Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT

Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi

penyelenggaraan program jaminan sosial

ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di

Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya

kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial

ketenagakerjaan.

Diharapkan melalui kerjasama ini dapat

memperluas kepesertaan program dan perlindungan

menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada

akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin

menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat

direalisasikan.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak

untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan

yang melanggar, tetapi pihaknya tetap

mengupayakan melakukan pendekatan tindakan

preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan

dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan

karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.

Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien

ketimbang melakukan tindakan hukum.

Tetapi, jika masih ada perusahaan yang

membandel dengan tetap bersikukuh tidak

menyertakan karyawannya pada program BPJS

Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh

karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi

menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy

kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.

Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur

Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan

optimis untuk bisa mendorong peningkatan

kepesertaan para pekerja pada program BPJS

Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil

perusahaan dan perorangan.

Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui

perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan

yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit

mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau

score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit

memperoleh akses dana pinjaman.

Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan

upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang

ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih

sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini

tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.

Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah tersebut pihak BPJS

Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan

terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan

dengan wajib pajak.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

pengaitan program jaminan sosial dengan pajak

akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak

transparan. Perusahaan yang selama ini

menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS

Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran

upah pekerjanya akan dapat diketahui.

Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147

perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah

pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut

Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan

memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan

untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki

kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur

dalam peraturan pemerintah.

Kewenangan tersebut memberikan hak kepada

aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan

investigasi terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan

sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,

sebagaimana amanat peraturan perundangan,

BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan

masuknya PNS dalam program jaminan sosial,

setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).

PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua

program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan

Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di

sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat

desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian

disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra

Utara.

Tindakan tegas dan penegakan hukum akan

terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk

badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak

mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS

Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk

mencegah kecurangan dan pelanggaran yang

dilakukan perusahaan.

Penegakan hukum perlu dilakukan untuk

memberikan shock therapy kepada masyarakat

agar jangan melanggar peraturan perundangan.

Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan

berupa surat teguran, denda, dan penghentian

layanan publik. Penghentian layanan publik dapat

dilakukan bersama dengan instansi terkait. n

Page 14: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id14

MainReport

adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan tidak main-main dalam

melakukan tindakan penegakan hukum. Di

sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan

penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta

masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala

Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah

dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat

kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan

jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di

DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang

sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan

yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan

akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan

melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,

beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak

mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi

administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin

operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan

paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana

ataupun denda Rp 1 miliar.

Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan

menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang

tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang

iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara

Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta

yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa

dan diproses secara hukum.

Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama

antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan

karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,

jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi

iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada

indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan

sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.

Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di

Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar

iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut

diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan.

Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS

Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah

mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran

BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP

I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak

mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah

hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang

dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka

untuk diproses secara hukum karena hal ini

menyangkut kesejahteraan pekerja.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran

BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di

mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak

pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila

perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja

yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan

dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran

maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses

ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan

adalah pekerja.

Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap

perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya

merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain

itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.

Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan

kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.

Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami

bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.

Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap

perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan

juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan

terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri

Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan

yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.

Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima

Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan

kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi

iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan

kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme

pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.

Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka

kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa

penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi

tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut

dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya

di BPJS Ketenagakerjaan.

Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang

menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga

dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,

Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan

tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,

namun penunggakan iuran merupakan suatu

pelanggaran.

Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah

memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka

hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut

akan ditindak secara hukum.

Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi

(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum

sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya

perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran

BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,

Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut

positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum

BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya

BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang

sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,

yakni ikut mensejahterakan masyarakat.

Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT

Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi

penyelenggaraan program jaminan sosial

ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di

Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya

kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial

ketenagakerjaan.

Diharapkan melalui kerjasama ini dapat

memperluas kepesertaan program dan perlindungan

menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada

akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin

menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat

direalisasikan.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak

untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan

yang melanggar, tetapi pihaknya tetap

mengupayakan melakukan pendekatan tindakan

preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan

dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan

karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.

Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien

ketimbang melakukan tindakan hukum.

Tetapi, jika masih ada perusahaan yang

membandel dengan tetap bersikukuh tidak

menyertakan karyawannya pada program BPJS

Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh

karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi

menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy

kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.

Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur

Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan

optimis untuk bisa mendorong peningkatan

kepesertaan para pekerja pada program BPJS

Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil

perusahaan dan perorangan.

Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui

perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan

yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit

mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau

score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit

memperoleh akses dana pinjaman.

Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan

upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang

ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih

sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini

tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.

Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah tersebut pihak BPJS

Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan

terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan

dengan wajib pajak.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

pengaitan program jaminan sosial dengan pajak

akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak

transparan. Perusahaan yang selama ini

menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS

Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran

upah pekerjanya akan dapat diketahui.

Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147

perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah

pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut

Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan

memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan

untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki

kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur

dalam peraturan pemerintah.

Kewenangan tersebut memberikan hak kepada

aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan

investigasi terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan

sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,

sebagaimana amanat peraturan perundangan,

BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan

masuknya PNS dalam program jaminan sosial,

setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).

PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua

program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan

Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di

sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat

desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian

disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra

Utara.

Tindakan tegas dan penegakan hukum akan

terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk

badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak

mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS

Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk

mencegah kecurangan dan pelanggaran yang

dilakukan perusahaan.

Penegakan hukum perlu dilakukan untuk

memberikan shock therapy kepada masyarakat

agar jangan melanggar peraturan perundangan.

Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan

berupa surat teguran, denda, dan penghentian

layanan publik. Penghentian layanan publik dapat

dilakukan bersama dengan instansi terkait. n

Page 15: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

15www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

MainReport

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan tidak main-main dalam

melakukan tindakan penegakan hukum. Di

sejumlah daerah sudah dilakukan tindakan

penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

Di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta

masih banyak perusahaan maupun tenaga kerja yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Menurut Achmad Hafiz, Kepala

Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Tengah

dan DI Yogyakarta, di wilayah ini masih terdapat

kesenjangan yang besar antara angkatan kerja dan

jumlah pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Dari sekitar 2,2 juta angkatan kerja di

DI Yogyakarta baru sekitar 170.000 tenaga kerja yang

sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Achmad Hafiz menegaskan, bagi perusahaan

yang tidak ikut sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan

akan mendapatkan sanksi. “Secara paralel kami akan

melakukan law enforcement,” kata Achmad Hafiz,

beberapa waktu yang lalu, di Yogyakarta.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pihak yang tidak

mematuhi aturan tersebut dapat dikenakan sanksi

administratif, tidak dilayaninya perpanjangan izin

operasional atau pembekuan izin usaha, penahanan

paspor pemilik perusahaan, hingga sanksi pidana

ataupun denda Rp 1 miliar.

Selain itu, pihak BPJS Ketenagakerjaan juga akan

menagih piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang

tidak dibayar peserta. Penagihan terhadap piutang

iuran tersebut akan ditangani oleh Jaksa Pengacara

Negara di tingkat provinsi maupun kabupaten. Peserta

yang masih punya piutang akan dipanggil oleh Jaksa

dan diproses secara hukum.

Mekanisme tersebut telah disepakasi bersama

antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejaksaan

karena tunggakan iuran kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan termasuk piutang negara. “Selain itu,

jangan sampai tenaga kerja sudah dipungut tapi

iurannya belum disetorkan. Sejauh ini belum ada

indikasi ke situ namun kami ingatkan agar jangan

sampai terjadi,” kata Achmad Hafiz.

Penunggak IuranTindakan tegas telah dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan terhadap 18 perusahaan di

Majalengka, Jawa Barat yang menunggak membayar

iuran peserta. Sebanyak 18 perusahaan tersebut

diajukan ke pengadilan karena menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan.

Menurut Amirudin, Kepala Cabang BPJS

Ketenagakerjaan Cirebon, pihaknya telah

mengingatkan perusahaan yang menunggak iuran

BPJS Ketenagakerjaan dengan mengirimkan surat SP

I dan SP II namun perusahaan tersebut tidak

mengindahkan sehingga akhirnya dilakukan langkah

hukum. Ada sebanyak 18 perusahaan yang

dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Majalengka

untuk diproses secara hukum karena hal ini

menyangkut kesejahteraan pekerja.

Disebutkan bahwa kepesertaan program jaminan

sosial ketenagakerjaan telah diwajibkan pemerintah.

Oleh karena itu, semua perusahaan dan tenaga kerja

harus mematuhi aturan negara dengan menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Amirudin menambahkan bahwa piutang iuran

BPJS Ketenagakerjaan merupakan piutang negara di

mana perusahaan wajib melunasi iuran dan ada hak

pekerja terhadap piutang tersebut. Apabila

perusahaan tidak membayarkan iuran maka pekerja

yang mengalami risiko atas pekerjaannya akan

dirugikan. Kalau perusahaan tidak membayar iuran

maka BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa memproses

ganti rugi atas risiko tersebut sehingga yang dirugikan

adalah pekerja.

Tindakan tegas BPJS Ketenagakerjaan terhadap

perusahaan yang menunggak iuran pada dasarnya

merupakan upaya untuk melindungi hak pekerja. Selain

itu, perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan diharapkan segera mendaftar.

Semua pekerja diharapkan mengetahui hak dan

kewajibannya dalam perlindungan jaminal sosial.

Sementara itu, perusahaan juga diharuskan memahami

bahwa mereka juga harus menjamin hak pekerja.

Selain di Majalengka, tindakan tegas terhadap

perusahaan penunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan

juga dilakukan di Kota Bogor. Tindakan penagihan

terhadap perusahaan yang menunggak iuran BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan oleh Kejaksaan Negeri

Bogor. Di kota ini tercatat sebanyak 56 perusahaan

yang menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.

Sesuai Surat Kuasa Khusus (SKK) yang diterima

Kejari Bogor kemudian dilakukan pemanggilan

kepada perusahaan yang menunggak agar melunasi

iuran BPJS Ketenagakerjaan. Dari hasil penyidikan

kemudian diambil kesimpulan tentang mekanisme

pembayaran yang akan dilakukan perusahaan.

Apabila tidak ada kepastian pembayaran maka

kemudian dilakukan tindakan pemaksaan berupa

penyitaan barang milik perusahaan untuk menutupi

tunggakan BPJS Ketenagakerjaan. Langkah tersebut

dilakukan agar para pekerja bisa mendapatkan haknya

di BPJS Ketenagakerjaan.

Ribuan perusahaan di Jawa Timur yang

menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan juga

dilakukan tindakan tegas. Menurut Abdul Cholik,

Kepala Kantor Wilayah BPJS Jawa Timur, perusahaan

tidak lancar membayar iuran karena berbagai alasan,

namun penunggakan iuran merupakan suatu

pelanggaran.

Kalau perusahaan yang menunggak iuran telah

memotong iuran dari pekerja tetapi tidak disetor maka

hal tersebut sudah masuk pidana. Perusahan tersebut

akan ditindak secara hukum.

Di provinsi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi

(Kejati) setempat siap memberikan bantuan hukum

sebagai langkah dalam mengantisipasi maraknya

perusahaan nakal yang menunggak pembayaran iuran

BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Kepala Kejati Kepri,

Sudung Situmorang, SH, MH, pihaknya menyambut

positif kerja sama untuk menjadi pendamping hukum

BPJS Ketenagakerjaan. Menurutnya, pada dasarnya

BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati memiliki tujuan yang

sama dalam penyelenggaraan program pemerintah,

yakni ikut mensejahterakan masyarakat.

Langkah PreventifBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan PT

Pefindo Biro Kredit sebagai upaya membangun sinergi

penyelenggaraan program jaminan sosial

ketenagakerjaan. Kerjasama ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran hukum bagi perusahaan di

Indonesia untuk memenuhi hak dan kewajibannya

kepada pekerjanya dalam memperoleh jaminan sosial

ketenagakerjaan.

Diharapkan melalui kerjasama ini dapat

memperluas kepesertaan program dan perlindungan

menyeluruh kepada para pekerja di Indonesia. Pada

akhirnya harapan BPJS Ketenagakerjaan yang ingin

menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja dapat

direalisasikan.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

BPJS Ketenagakerjaan sebetulnya mempunyai hak

untuk melakukan penegakan hukum pada perusahaan

yang melanggar, tetapi pihaknya tetap

mengupayakan melakukan pendekatan tindakan

preventif. Melalui langkah preventif diharapkan akan

dapat menyadarkan perusahaan untuk menyertakan

karyawannya pada program BPJS Ketenagakerjaan.

Bahkan, tindakan preventif tersebut akan lebih efisien

ketimbang melakukan tindakan hukum.

Tetapi, jika masih ada perusahaan yang

membandel dengan tetap bersikukuh tidak

menyertakan karyawannya pada program BPJS

Kenenagakerjaan, baru langkah hukum akan ditempuh

karena sudah tidak ada lagi pilihan lainnya. Junaedi

menegaskan, pihaknya akan melakukan shock terapy

kepada perusahaan yang sudah tidak bisa didekati.

Sementara itu, Ronald T Andi Kasim, Direktur

Utama PT Pefindo Biro Kredit, juga menyatakan

optimis untuk bisa mendorong peningkatan

kepesertaan para pekerja pada program BPJS

Ketenagakerjaan. Karena dengan kerjasama tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat data profil

perusahaan dan perorangan.

Ronald Kasim mengaku, pihaknya mengetahui

perusahaan mana yang governance (tata kelola) dan

yang tidak karena PT Pefindo Biro Kredit

mengeluarkan score perusahaan tersebut. Kalau

score-nya buruk maka perusahaan tersebut akan sulit

memperoleh akses dana pinjaman.

Sebagian UpahBPJS Ketenagakerjaan bertekad melakukan

upaya untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah. Tidak sedikit perusahaan yang

ternyata mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan dengan besaran upah lebih

sedikit dari yang diterima pekerja. Hal seperti ini

tentu sangat merugikan bagi pihak pekerja.

Untuk mengurangi praktik perusahaan daftar

sebagian upah tersebut pihak BPJS

Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan

terkait kepesertaan jaminan sosial yang dikaitkan

dengan wajib pajak.

Menurut Junaedi, Direktur Kepesertaan dan

Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan,

pengaitan program jaminan sosial dengan pajak

akan menjadikan data yang dimiliki kedua pihak

transparan. Perusahaan yang selama ini

menyembunyikan kepesertaan pada program BPJS

Ketenagakerjaan dan menyembunyikan besaran

upah pekerjanya akan dapat diketahui.

Sampai saat ini ada indikasi sekitar 147

perusahaan besar yang melaporkan sebagian upah

pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Menurut

Junaedi, pertukaran data dengan Ditjen Pajak akan

memperkuat indikasi tersebut dan menjadi acuan

untuk bertindak. BPJS Ketenagakerjaan memiliki

kewenangan investigasi sebagaimana yang diatur

dalam peraturan pemerintah.

Kewenangan tersebut memberikan hak kepada

aparat BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan

investigasi terhadap perusahaan yang tidak

mendaftarkan pekerjannya dalam program jaminan

sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu,

sebagaimana amanat peraturan perundangan,

BPJS Ketenagakerjaan menjalin kerja sama dengan

Kementerian Dalam Negeri untuk mempersiapkan

masuknya PNS dalam program jaminan sosial,

setidaknya pada program Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).

PNS selama ini hanya dilindungi dalam dua

program, yakni Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan

Kesehatan (JK). PNS dan perangkat desa di

sejumlah daerah telah terdafdar sebagai peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Di Kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara, sekitar 17.000 PNS dan perangkat

desa mulai Februari 2014 telah menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut kemudian

disusul oleh sejumlah kabupaten lain di Sumatra

Utara.

Tindakan tegas dan penegakan hukum akan

terus dilakukan terhadap perusahaan, termasuk

badan usaha milik negara (BUMN), yang tidak

mengikutkan pekerjanya dalam program di BPJS

Ketenagakerjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk

mencegah kecurangan dan pelanggaran yang

dilakukan perusahaan.

Penegakan hukum perlu dilakukan untuk

memberikan shock therapy kepada masyarakat

agar jangan melanggar peraturan perundangan.

Pada PP 86/2013 tercantum sanksi bisa dilakukan

berupa surat teguran, denda, dan penghentian

layanan publik. Penghentian layanan publik dapat

dilakukan bersama dengan instansi terkait. n

Page 16: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id16

MainReport

BPJS Ketenagakerjaan akan melaksanakan penegakan hukum bagi pemberi kerja atau pekerja, yang lalai dalam menjalankan kewajibannya membayar iuran sebagai peserta jaminan sosial.

Foto: kspi.or.id

Tentu masih ingat, saat Menteri

Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil

sebagai bintang iklan layanan sosial di TV

swasta Nasional yang ditayangkan

berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan

tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan

Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara

pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja

selain penyelenggara negara, yang mengabaikan

kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan

Sosial.

Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan

wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan

sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para

pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait

program jaminanan sosial Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila

mengabaikannya, akan dikenakan sanksi

administratif dan bahkan bisa dikenakan denda

sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.

Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,

seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan

UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan

Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS

Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi

terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,

sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.

Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel

Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,

dalam upaya meningkatkan kepesertaan program

jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak

cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun

dengan pelaksanaan law enforcement, akan

berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4

program BPJS Ketenagakerjaan.

Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan

kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga

mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.

Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak

manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi

jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai

angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.

Namun demikian, Timboel pesimis target

tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun

2015, perekonomian nasional tengah terganggu

akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok

hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.

Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,

khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/

garmen, serta industri yang menggunakan bahan

baku impor. “Jangankan membayar iuran

kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.

Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang

terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.

Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,

hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai

25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga

membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan

akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di

Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa

Timur.

Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga

bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja

seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.

Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan

sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari

kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.

Salah satu item yang selalu disuarakan tentang

Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons

positif dan menyambut baik full operation dari BPJS

Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak

menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan

Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju

kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,

Said Iqbal.

Di tambah lagi kondisi perekonomian yang

buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara

itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah

menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR

serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis

inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga

dipenuhi.

Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap

kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS

Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh

melalui dewan pengawas dan pendapat publik

(public hearing). Sehingga kebijakan

yang digulirkan bisa di terima pemberi

kerja maupun pekerja agar dapat

berjalan dengan baik.

Iqbal juga menambahkan, dengan

kontribusi yang besar dari buruh melalui

iuran wajib untuk ke empat program

jaminan sosial yang diselenggarakan

BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya

jangan berdasarkan satu pihak instasi

jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan

pertimbangkan kemauan dari pihak

pemberi kerja dan pekerja.

Menurut Presiden KSPI tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan

lagi perusahaan pemerintah (BUMN)

yang orientasi mengejar keuntungan.

Tetapi sebuah institusi di bawah

Presiden yang mengemban misi untuk

mensejahterakan para pekerja formal

maupun informal seuai amanat UUD 45

dan UU SJSN.

Saran Iqbal, institusi jaminan sosial

sebagai payung bagi pekerja, seharusnya

menggulirkan kebijakan yang membantu

para buruh yang dirumahkan atau

mengalami PHK. Bukan sebaliknya

mengeluarkan kebijakan yang

memperberat dunia usaha dan para

pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih

BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi

buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi

keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.

Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah

mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang

membantu menciptakan iklim usaha di DN,

diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,

meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS

Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang

ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan

penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai

pengenaan saksi adiministratif tidak tepat

waktunya,” ungkap Iqbal.

Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut

membantu menciptakan iklim usaha yang baik di

saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi

lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap

kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai

amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015

lalu serta peraturan perundangan untuk

mensejahterakan buruh.

Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh

APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan

dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi

lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan

hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain

institusi pemerintahan, untuk memenuhi

kewajibannya.

Selain itu, dalam event The Return of Industrial

Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio

Desember 2015, APINDO juga menyampaikan

pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di

tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga

muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung

hukum terhadap tuntutan para buruh.

Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan

sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan

pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya

untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial

bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak

terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha

sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak

sejahtera. n

PENEGAKAN HUKUMBAGI PEMBERI KERJAYANG MELANGGAR

Page 17: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

17BRIDGE VOLUME 10

MainReport

entu masih ingat, saat Menteri

Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil

sebagai bintang iklan layanan sosial di TV

swasta Nasional yang ditayangkan

berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan

tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan

Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara

pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja

selain penyelenggara negara, yang mengabaikan

kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan

Sosial.

Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan

wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan

sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para

pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait

program jaminanan sosial Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila

mengabaikannya, akan dikenakan sanksi

administratif dan bahkan bisa dikenakan denda

sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.

Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,

seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan

UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan

Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS

Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi

terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,

sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.

Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel

Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,

dalam upaya meningkatkan kepesertaan program

jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak

cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun

dengan pelaksanaan law enforcement, akan

berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4

program BPJS Ketenagakerjaan.

Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan

kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga

mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.

Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak

manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi

jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai

angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.

Namun demikian, Timboel pesimis target

tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun

2015, perekonomian nasional tengah terganggu

akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok

hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.

Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,

khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/

garmen, serta industri yang menggunakan bahan

baku impor. “Jangankan membayar iuran

kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.

Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang

terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.

Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,

hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai

25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga

membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan

akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di

Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa

Timur.

Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga

bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja

seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.

Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan

sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari

kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.

Salah satu item yang selalu disuarakan tentang

Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons

positif dan menyambut baik full operation dari BPJS

Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak

menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan

Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju

kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,

Said Iqbal.

Di tambah lagi kondisi perekonomian yang

buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara

itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah

menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR

serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis

inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga

dipenuhi.

Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap

kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS

Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh

melalui dewan pengawas dan pendapat publik

(public hearing). Sehingga kebijakan

yang digulirkan bisa di terima pemberi

kerja maupun pekerja agar dapat

berjalan dengan baik.

Iqbal juga menambahkan, dengan

kontribusi yang besar dari buruh melalui

iuran wajib untuk ke empat program

jaminan sosial yang diselenggarakan

BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya

jangan berdasarkan satu pihak instasi

jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan

pertimbangkan kemauan dari pihak

pemberi kerja dan pekerja.

Menurut Presiden KSPI tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan

lagi perusahaan pemerintah (BUMN)

yang orientasi mengejar keuntungan.

Tetapi sebuah institusi di bawah

Presiden yang mengemban misi untuk

mensejahterakan para pekerja formal

maupun informal seuai amanat UUD 45

dan UU SJSN.

Saran Iqbal, institusi jaminan sosial

sebagai payung bagi pekerja, seharusnya

menggulirkan kebijakan yang membantu

para buruh yang dirumahkan atau

mengalami PHK. Bukan sebaliknya

mengeluarkan kebijakan yang

memperberat dunia usaha dan para

pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih

BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi

buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi

keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.

Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah

mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang

membantu menciptakan iklim usaha di DN,

diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,

meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS

Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang

ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan

penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai

pengenaan saksi adiministratif tidak tepat

waktunya,” ungkap Iqbal.

Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut

membantu menciptakan iklim usaha yang baik di

saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi

lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap

kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai

amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015

lalu serta peraturan perundangan untuk

mensejahterakan buruh.

Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh

APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan

dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi

lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan

hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain

institusi pemerintahan, untuk memenuhi

kewajibannya.

Selain itu, dalam event The Return of Industrial

Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio

Desember 2015, APINDO juga menyampaikan

pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di

tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga

muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung

hukum terhadap tuntutan para buruh.

Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan

sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan

pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya

untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial

bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak

terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha

sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak

sejahtera. n

Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)

Page 18: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 1018

MainReport

entu masih ingat, saat Menteri

Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil

sebagai bintang iklan layanan sosial di TV

swasta Nasional yang ditayangkan

berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan

tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan

Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara

pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja

selain penyelenggara negara, yang mengabaikan

kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan

Sosial.

Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan

wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan

sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para

pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait

program jaminanan sosial Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila

mengabaikannya, akan dikenakan sanksi

administratif dan bahkan bisa dikenakan denda

sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.

Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,

seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan

UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan

Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS

Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi

terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,

sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.

Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel

Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,

dalam upaya meningkatkan kepesertaan program

jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak

cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun

dengan pelaksanaan law enforcement, akan

berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4

program BPJS Ketenagakerjaan.

Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan

kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga

mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.

Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak

manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi

jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai

angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.

Namun demikian, Timboel pesimis target

tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun

2015, perekonomian nasional tengah terganggu

akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok

hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.

Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,

khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/

garmen, serta industri yang menggunakan bahan

baku impor. “Jangankan membayar iuran

kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.

Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang

terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.

Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,

hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai

25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga

membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan

akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di

Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa

Timur.

Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga

bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja

seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.

Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan

sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari

kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.

Salah satu item yang selalu disuarakan tentang

Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons

positif dan menyambut baik full operation dari BPJS

Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak

menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan

Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju

kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,

Said Iqbal.

Di tambah lagi kondisi perekonomian yang

buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara

itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah

menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR

serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis

inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga

dipenuhi.

Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap

kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS

Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh

melalui dewan pengawas dan pendapat publik

(public hearing). Sehingga kebijakan

yang digulirkan bisa di terima pemberi

kerja maupun pekerja agar dapat

berjalan dengan baik.

Iqbal juga menambahkan, dengan

kontribusi yang besar dari buruh melalui

iuran wajib untuk ke empat program

jaminan sosial yang diselenggarakan

BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya

jangan berdasarkan satu pihak instasi

jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan

pertimbangkan kemauan dari pihak

pemberi kerja dan pekerja.

Menurut Presiden KSPI tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan

lagi perusahaan pemerintah (BUMN)

yang orientasi mengejar keuntungan.

Tetapi sebuah institusi di bawah

Presiden yang mengemban misi untuk

mensejahterakan para pekerja formal

maupun informal seuai amanat UUD 45

dan UU SJSN.

Saran Iqbal, institusi jaminan sosial

sebagai payung bagi pekerja, seharusnya

menggulirkan kebijakan yang membantu

para buruh yang dirumahkan atau

mengalami PHK. Bukan sebaliknya

mengeluarkan kebijakan yang

memperberat dunia usaha dan para

pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih

BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi

buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi

keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.

Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah

mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang

membantu menciptakan iklim usaha di DN,

diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,

meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS

Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang

ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan

penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai

pengenaan saksi adiministratif tidak tepat

waktunya,” ungkap Iqbal.

Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut

membantu menciptakan iklim usaha yang baik di

saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi

lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap

kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai

amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015

lalu serta peraturan perundangan untuk

mensejahterakan buruh.

Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh

APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan

dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi

lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan

hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain

institusi pemerintahan, untuk memenuhi

kewajibannya.

Selain itu, dalam event The Return of Industrial

Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio

Desember 2015, APINDO juga menyampaikan

pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di

tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga

muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung

hukum terhadap tuntutan para buruh.

Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan

sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan

pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya

untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial

bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak

terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha

sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak

sejahtera. n

Page 19: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

19www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Manfaat

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Program Return To Work ini dilatarbelakangi

oleh UU No. 4 Tahun 1997 tentang

penyandang cacat dan UU No 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan. Secara

garis besar kedua UU tersebut memiliki content

serupa yaitu setiap tenaga kerja mempunyai hak dan

kesempatan yang sama, termasuk penyandang

cacat.

Pada tahun 2014 kasus JKK mencapai 105.383

dengan Cacat Fungsi sebanyak 3.618 kasus, Cacat

Sebagian sebanyak 2.616 kasus, Cacat Total

sebanyak 43 kasus, dan meninggal sebanyak 2.375

kasus. Adapun hingga Maret 2015, BPJS

Ketenagakerjaan telah menangani sebanyak 38 kasus

JKK-RTW (Return To Work).

Pengobatan dan perawatan kesehatan untuk

program JKK-RTW ini dapat dilakukan di Rumah

Sakit Trauma Center yang ditunjuk oleh BPJS

Ketenagakerjaan sebagai pusat pelayanan kesehatan

dan rehabilitasi bagi peserta yang mengalami

kecelakaan kerja.

Alur pelayanan Return To Work dimulai saat

peserta yang mengalami kecelakaan kerja,

mendapatkan penanganan kuratif di RS Trauma

Center melalui Manajer Kasus Kecelakaan Kerja dan

Penyakit Akibat Kerja (KK PAK).

Dalam hal ini Manajer Kasus KK PAK berperan

untuk menjembatani antara Tenaga Kerja,

manajemen perusahaan, serikat pekerja, balai latihan

kerja dan pihak medis di RS Trauma Centre.

Hingga Maret 2015, BPJS Ketenagakerjaan sudah

bekerjasama dengan 1.300 RS/Klinik Trauma Center

pemerintah maupun swasta yang tersebar di seluruh

Indonesia

RS Trauma Center Ketika mendengar kata “Trauma Center” yang

terlintas dalam benak kita pada umumnya adalah IGD

di RS yang dilengkapi dengan peralatan Trauma Set.

Jarang sekali yang berpikiran bahwa Trauma Centre

BPJS Ketenagakerjaan menyempurnakan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) menjadi Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work (JKK-RTW). Program yang berjalan sejak awal 2014 tersebut merupakan bentuk pelayanan kepada pekerja yang mengalami cacat akibat kecelakaan kerja.

entu masih ingat, saat Menteri

Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri tampil

sebagai bintang iklan layanan sosial di TV

swasta Nasional yang ditayangkan

berulang-ulang, pada triwulan 2015 lalu. Misi iklan

tersebut, dalam rangka sosialisasi Peraturan

Pemerintah No 86 Tahun 2013 tentang tata cara

pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja

selain penyelenggara negara, yang mengabaikan

kewajibannya akan kepesertaan program Jaminan

Sosial.

Dalam Iklan layanan sosial tersebut, dengan

wajah yang serius, selaku Menaker mengingatkan

sekaligus ‘mengancam’, para pemberi kerja dan para

pekerja agar memenuhi kewajibannya terkait

program jaminanan sosial Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bila

mengabaikannya, akan dikenakan sanksi

administratif dan bahkan bisa dikenakan denda

sebesar Rp1 miliar serta hukuman kurungan.

Dengan sosilisasi kebijakan penegakan hukum,

seperti yang diatur dalam PP No 86 tahun 2013 dan

UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, harapan

Menaker dapat ditindaklanjuti oleh BPJS

Ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan instansi

terkait dalam pelaksanaan penegakan hukum,

sehingga dapat memacu peningkatan kepesertaan.

Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel

Siregar sepakat dengan pendapat Menaker Hanif,

dalam upaya meningkatkan kepesertaan program

jaminan sosial bagi pemberi kerja dan pekerja, tidak

cukup dengan himbauan dan sosialisasi saja. Namun

dengan pelaksanaan law enforcement, akan

berdampak terhadap perluasan kepesertaan ke 4

program BPJS Ketenagakerjaan.

Pasca 1 Juli 2015, tercatat penambahan

kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hingga

mencapai sekitar 17,2 juta peserta secara nasional.

Dengan pelaksanaan penegakan hukum, pihak

manajemen BPJS Ketenagakerjaan memprediksi

jumlah kepesertaan akan bertambah mencapai

angka 20,1 juta peserta sampai akhir 2015.

Namun demikian, Timboel pesimis target

tersebut bisa dicapai. Karena semester ke II tahun

2015, perekonomian nasional tengah terganggu

akibat dampak nilai tukar rupiah yang terus anjlok

hingga menembuh angka Rp15.000 per dolar.

Sehingga banyak perusahaan yang kolaps,

khususnya sektor elektronik, otomotif, textil/

garmen, serta industri yang menggunakan bahan

baku impor. “Jangankan membayar iuran

kepesertaan, bayar gaji saja mereka tidak mampu.

Dan, bahkan banyak perusahaan besar yang

terpaksa melakukan PHK massal,” dalihnya.

Dari catatan di Kementerian Ketenagakerjaan,

hingga akhir Desember 2015, jumlah Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) secara nasional, mencapai

25.000 pekerja. Bila saja perekonomian tidak juga

membaik, gelombang PHK ini masih dimungkinkan

akan berlanjut, khususnya di kawasan industri di

Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa

Timur.

Akibat gelombang PHK massal itu, selama tiga

bulan terakhir 2015, aksi demo buruh atau pekerja

seperti tidak terputus hingga dipenghujung tahun.

Salah satunya, yang digelar oleh Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang mengerahkan

sekitar 20-30 ribu buruh untuk turun ke jalan dari

kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.

Salah satu item yang selalu disuarakan tentang

Jaminan Sosial bagi para buruh. Mereka perespons

positif dan menyambut baik full operation dari BPJS

Ketenagakerjaan namun demikian mereka tidak

menghendaki kewajiban kepesertaan Jaminan

Sosial membebani para buruh. “Mereka tidak setuju

kenaikan iuran kepesertaan,” ujar Presiden KSPI,

Said Iqbal.

Di tambah lagi kondisi perekonomian yang

buruk, biaya hidup semakin meningkat. Sementara

itu tuntutan utama para buruh agar pemerintah

menggulirkan kebijakan untuk meningkatkan UMR

serta memperbaiki PP pengupahan tidak berbasis

inflasi tapi berbasis biaya hidup, belum juga

dipenuhi.

Said Iqbal, menyarankan, sebaiknya setiap

kebijakan penegakan hukum yang digulirkan BPJS

Ketenagakerjaan harus disetujui dan dikontrol buruh

melalui dewan pengawas dan pendapat publik

(public hearing). Sehingga kebijakan

yang digulirkan bisa di terima pemberi

kerja maupun pekerja agar dapat

berjalan dengan baik.

Iqbal juga menambahkan, dengan

kontribusi yang besar dari buruh melalui

iuran wajib untuk ke empat program

jaminan sosial yang diselenggarakan

BPJS Ketenagakerjaan, sebaiknya

jangan berdasarkan satu pihak instasi

jaminan sosial saja. Tapi juga melibatkan

pertimbangkan kemauan dari pihak

pemberi kerja dan pekerja.

Menurut Presiden KSPI tersebut,

BPJS Ketenagakerjaan sekarang bukan

lagi perusahaan pemerintah (BUMN)

yang orientasi mengejar keuntungan.

Tetapi sebuah institusi di bawah

Presiden yang mengemban misi untuk

mensejahterakan para pekerja formal

maupun informal seuai amanat UUD 45

dan UU SJSN.

Saran Iqbal, institusi jaminan sosial

sebagai payung bagi pekerja, seharusnya

menggulirkan kebijakan yang membantu

para buruh yang dirumahkan atau

mengalami PHK. Bukan sebaliknya

mengeluarkan kebijakan yang

memperberat dunia usaha dan para

pekerjanya. “Ini saatnya keuntungan yang diraih

BPJS Ketenagakerjaan dipakai untuk melindungi

buruh dan mensejahterkan mereka tidak membagi

keuntungan kepada pemerintah,” tukasnya.

Apalagi, lanjutnya, pemerintah sudah

mengeluarkan paket kebijakan ke VII, yang

membantu menciptakan iklim usaha di DN,

diantaranya mensupport dunia usaha, antara lain,

meringankan perpajakan. Lantas, mengapa BPJS

Ketenagakerjaan tidak menggulirkan kebijakan yang

ikut meringankan dunia usaha. “Jadi kebijakan

penegakan hukum sesuai amanat PP 86 mengenai

pengenaan saksi adiministratif tidak tepat

waktunya,” ungkap Iqbal.

Senada dengan pandangan Serikat Pekerja,

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ikut

membantu menciptakan iklim usaha yang baik di

saat perekonomian nasional tengah terpuruk. Di sisi

lain, APINDO juga menaruh perhatian terhadap

kesejahteraan para buruh atau pekerja sesuai

amanat 11 tuntutan buruh, pada Mayday, 1 Mei 2015

lalu serta peraturan perundangan untuk

mensejahterakan buruh.

Salah satu tuntutan buruh, yang didukung oleh

APINDO adalah peningkatan manfaat kepesertaan

dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi

lain, APINDO juga membantu sosialisasi penegakan

hukum bagi pemberi kerja dan pekerja selain

institusi pemerintahan, untuk memenuhi

kewajibannya.

Selain itu, dalam event The Return of Industrial

Relation Conference Bali to Jakarta 2015, medio

Desember 2015, APINDO juga menyampaikan

pandangan bahwa kebijakan yang bermunculan di

tahun 2015, selain mengenai jaminan sosial, juga

muncul kebijakan baru yang akan menjadi payung

hukum terhadap tuntutan para buruh.

Dalam pertemuan tersebut, juga disampaikan

sosialisasi penegakan hukum terhadap perusahaan

pemberi kerja yang mengabaikan kewajibannya

untuk mendaftarkan kepesertaan jaminan sosial

bagi pekerjanya. Upaya ini dimaksudkan, agar tidak

terjadi eksploitasi secara berlebihan oleh pengusaha

sementara itu para buruh yang dipekerjakan tidak

sejahtera. n

RS TRAUMA CENTER SARANA PELAYANAN PROGRAM JKK RTW

Page 20: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id20

Manfaat

tidak melulu soal menangani kasus trauma oleh

sebab kecelakaan lalu lintas maupun sebab lain di

IGD.

Trauma Center adalah serangkaian pelayanan

yang melibatkan beberapa fasilitas di dalam RS,

mulai dari pre hospital (ambulans – kalau bisa 118),

IGD, Pelayanan Penunjang Diagnostik 24 jam (lab,

radiologi dan sebagainya), ICU, rawat inap, layanan

farmasi 24 jam, rehabilitasi medik hingga pasca

hospital yang teritegrasi dalam satu sistem yang

saling terkait.

Konsekuensinya adalah jika IGD sebagai “pintu

masuk” pasien Trauma ke RS, maka instalasi lain yang

“menerima limpahan” pasien Trauma dari IGD ini pun

harus dilengkapi dengan SOP-SOP untuk

penanganan trauma yang nyambung dengan SOP

trauma di IGD.

Namun yang terjadi selama ini, RS ramai-rama

membuat Trauma Center yang notabene adalah IGD

plus dalam perencanaan jangka menengah RS secara

parsial, dengan melatih SDM dan meng-up grade

peralatan di IGD saja.

Pelayan Terpadu RS Trauma Center Trauma center adalah sebuah fasilitas pelayanan

kesehatan yang khusus menangani pasien trauma di

rumah sakit, pelayanan tersebut dilakukan oleh

beberapa dokter ahli seperti dokter ahli bedah,

dokter anestesi serta perawat khusus dan

menyediakan peralatan pendukung hidup lanjut

secara cepat yang siap dalam 24 jam.

Penanganan pasien trauma di Trauma Center

didukung beberapa instalasi dan unit pelayanan yang

kegiatannya saling mendukung, instalasi dan unit

pendukung Trauma Center antara lain: Instalasi

Rawat Darurat (IRD), ambulance, laboratorium,

radiologi, kamar operasi, Intensive Care Unit (ICU),

rehabilitasi medik dan apotek.

Sebuah Trauma Center pada sebuah rumah

sakit dilengkapi dengan pelayanan medis gawat

darurat secara komprehensif untuk pasien yang

mengalami trauma berat atau luka berat yang siap 24

jam sehari.

Bagi para pekerja yang mengalami kecelakaan

kerja, tanpa melalui proses pertolongan pertama

yang benar, umumnya kecelakaan kerja beresiko

tinggi terhadap kematian atau cacat. Sebaliknya, jika

bisa ditangani secara benar dan tepat, resiko

kecelakaan kerja tersebut dapat ditekan hingga 85%.

Katagori Pelayanan RS Trauma Center

Menurut MacKanzie et.al (2003) pelayanan

Trauma Center yang memberikan pelayanan khusus

trauma terdiri dari 5 level yaitu:

Level I

Memberikan pelayanan terhadap kasus–kasus

trauma secara menyeluruh, yang merupakan sumber

daya daerah setempat, termasuk sebagai sarana

pendidikan, penelitian dan perencanaan sistem. Pada

level ini menyediakan pelayanan kesehatan kasus

trauma yang dilengkapi tenaga ahli seperti: dokter

ahli bedah trauma, dokter ahli bedah umum, dokter

ahli anestesi, dokter ahli lainnya, perawat dan

dilengkapi perlengkapan resusitasi.

Level II

Memberikan pelayanan trauma secara

menyeluruh serta sebagai pendukung Trauma Center

Level I. Lokasi pada daerah perkotaan yang besar

atau sebagai rumah sakit utama di daerah dengan

kepadatan penduduk yang tinggi. Namun di level ini

tidak memerlukan atau menyediakan sarana

pendidikan, penelitian yang berkelanjutan.

Level III

Memberikan pelayanan terhadap kasus trauma,

namun tidak memiliki atau menyediakan pelayanan

ahli/spesialis secara penuh, tetapi memiliki sumber

daya untuk resusitasi gawat darurat, bedah,

pelayanan intensif dari hampir semua pasien trauma.

Trauma Center level III memberikan pelayanan pada

masyarakat yang akses ke Trauma Center level I atau

II cukup jauh.

Level IV dan V

Memberikan pelayanan terhadap kasus trauma

pada daerah yang tidak memiliki pelayanan trauma

yang lebih tinggi. Peranan dari Trauma Center level IV

lebih terfokus pada resusitasi dan stabilisasi pasien

serta mengatur proses rujukan pasien ke Trauma

Center yang memilki perlengkapan yang lebih

memadai serta berada di lokasi yang mudah

diajangkau dalam waktu singkat.

Jadi jelas bahwa dengan memberi label “Trauma

Center” yang disiapkan bukan hanya IGD 24 jam

dengan SDM terlatih dalam penanganan kasus

trauma, melainkan juga mempersiapkan berbagai

fasilitas lain yang terkait dengan pelayanan di IGD

tersebut.

Fasilitas ini mulai dari penunjang diagnostik 24

jam, intensive care, OK, rawat inap dan sebagainya

dengan standar operating procedures yang

terintegrasi satu sama lain. Jika hanya IGD yang

memiliki kualifikasi dan SOP untuk kasus trauma,

maka sebenarnya RS tersebut tidak bisa mengklaim

diri memiliki Fasilitas Trauma Center. n

Page 21: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

21www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Katiga

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Aspek keselamatan dan keamanan menjadi sangat penting dalam aktifitas transportasi udara. Diperkirakan sebanyak 3,3 miliar orang bepergian dengan menggunakan pesawat udara setiap tahun. Oleh karena itu, keselamatan dan keamanan penumpang dan pekerja transportasi udara harus menjadi perhatian semua pihak.

Dalam pertemuan tahunan Association of

Asia Pacific Airlines (AAPA) di Bali, 13

November 2015, yang diikuti 16 maskapai

penerbangan di kawasan Asia Pasifik

dibahas keselamatan dan keamanan di ruang udara.

Menurut Dirjen AAPA Andrew Herdman, banyak

negara yang dianggap tidak memenuhi standar

keselamatan yang ditetapkan Amerika Serikat dan

Uni Eropa. Akibatnya, maskapai penerbangan tidak

boleh terbang ke sana.

Sementaran itu, Menteri Perhubungan Ignasius

Jonan dalam pidato pembukaan AAPA menegaskan,

pihaknya tak segan menjatuhkan sanksi kepada

maskapai penerbangan yang mengalami kecelakaan

dengan membekukan rute dan melarang ekspansi

usaha untuk sementara. Langkah ini sebagai bentuk

mengedepankan keselamatan. Jika maskapai bisa

membuktikan telah melakukan perbaikan maka

barulah sanksi dicabut.

Ignasius Jonan menambahkan, pemerintah

Indonesia sangat menaruh perhatian atas

keselamatan transportasi. Tahun depan, pemerintah

mengalokasikan Rp 12 triliun guna meningkatkan

keselamatan di seluruh moda transportasi, mulai dari

jalan, kereta api, laut, dan udara.

Perhatian pemerintah Indonesia terhadap

keselamatan transportasi udara patut dihargai

mengingat kasus kecelakaan pesawat terbang masih

sering terjadi. Pusat data aviation-safety.net

menyebutkan sepanjang tahun 2015 ini sudah ada 6

kali kecelakaan pesawat terbang di Indonesia. Jumlah

korban tewas akibat kecelakaan pesawat tersebut

mencapai lebih dari 150 orang.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN

TRANSPORTASI UDARA

Page 22: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id22

KatigaKeselamatan dan Keamanan

Sebenarnya sesuai data statistik industri

transportasi mencatat bahwa transportasi udara

merupakan moda transportasi yang paling aman.

Transportasi udara diatur secara ketat secara

internasional sebagaimana disebut dalam

International Civil Aviation Organization (ICAO), yang

secara universal pula diatur oleh setiap negara.

Transportasi udara di Indonesia diatur melalui Civil

Aviation Safety Regulations (CASR), belum termasuk

berbagai Edaran.

Keselamatan dan keamanan menjadi

persyaratan utama dalam industri transportasi udara

yang harus ditaati dan dilaksanakan sebaik mungkin

oleh setiap maskapai. Namun, persyaratan

keselamatan dan keamanan penerbangan dalam

sebuah maskapai juga berkaitan sangat erat dengan

sistim keselamatan dan keamanan pihak otorita

penerbangan sipil, bandar udara, pengatur lalu-lintas

udara, ground handling, bengkel perawatan pesawat,

badan meteorologi, dan menyangkut pemahaman

masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi

udara. Oleh karena itu, sistim keselamatan dan

keamanan industri penerbangan sangat unik karena

terkait dengan budaya keselamatan dan keamanan

sebuah bangsa.

Ada aspek keselamatan dan keamanan yang

tidak diatur secara langsung, yaitu persyaratan

keselamatan dan keamanan bagi para pengguna jasa

penerbangan. Ketentuan mengenai hal ini biasanya

diberlakukan oleh otorita penerbangan sipil melalui

masing-masing maskapai atau bandar udara.

Misalnya, ketentuan mengenai penggunaan hand

phone di dalam pesawat terbang, pembatasan berat

dan ukuran bagasi kabin, ketentuan barang

berbahaya, dan lain-lain.

Pada dasarnya sistim keselamatan dan

keamanan penerbangan telah disusun secara rinci

dan menyeluruh. Oleh karena itu, ketaatan dalam

melaksanakan sistim keselamatan dan keamanan

penerbangan secara sungguh-sungguh harus

dilaksanakan oleh semua unsur yang terkait,

termasuk para pengguna jasa penerbangan.

Di sisi lain, sebuah pesawat terbang pada

dasarnya juga diproduksi dengan sangat aman yang

dilengkapi berbagai mekanisme sistim peralatan dan

cadangan yang berlapis-lapis serta dioperasikan

melalui prosedur kerja yang sangat rinci demi

menghindari terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu,

sebuah kecelakaan pesawat terbang sipil selalu

melibatkan berbagai macam penyebab yang saling

terkait.

Dari sejumlah literatur disebutkan bahwa

rekonstruksi kecelakaan pesawat terbang dapat

dipahami dari berbagai faktor penyebab.

Pertama, Last Defense Failure, yaitu merupakan

metode kerja atau sistim peralatan yang telah

disusun demikian rupa guna mencegah terjadinya

kecelakaan pesawat.

Kedua, Front Line Failures. Melalui pelatihan

yang berkesinambungan maka diharapkan mereka

mampu mengendalikan peralatan kerja pesawat

dalam situasi rutin atau kondisi darurat secara handal.

Kelalaian menjalankan tugas secara baik dan benar

dapat dimasukkan pada kategori ini. Hal yang sama

berlaku untuk para petugas lapangan yang lain,

seperti awak kabin, petugas lalu-lintas udara, petugas

check-in counter, petugas muatan, petugas

pemberangkatan pesawat, dan lain-lain.

Ketiga, Predetermine Contributing Factors.

Situasi atau kondisi yang kurang menguntungkan

dalam rangka pengoperasian pesawat terbang secara

aman. Misalnya, prosedur kurang lengkap, cuaca

buruk, informasi cuaca kurang akurat, fasilitas bandara,

kerusakan salah satu sistim atau peralatan pesawat

terbang, mengantuk, tekanan mental, masalah rumah

tangga, kurang pengalaman, dan lain-lain.

Keempat, Supervisory Failures, yaitu kelalaian

atau kesalahan yang dilakukan oleh manajemen atau

para atasan langsung. Hal mana berlaku pula untuk

para atasan pada setiap elemen sistim keselamatan

dan keamanan penerbangan. Misalnya, lemahnya

fungsi kontrol, memberikan perintah yang melanggar

ketentuan penerbangan, pelatihan yang kurang

memenuhi persyaratan, kurang kompeten pada

bidang kerjanya, dan lain-lain.

Kelima, Top Management Failures, yaitu

kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh

manajemen puncak atau para atasan tertinggi dalam

tiap elemen sistim keselamatan dan keamanan

penerbangan dalam menentukan kebijakan tertinggi.

Kelalaian yang umumnya terjadi adalah ketidak

sesuaian pada alokasi anggaran kerja, kebijakan awal,

pemotongan biaya perawatan, pemotongan biaya

pelatihan, atau bahkan rendahnya komitmen

terhadap aspek keselamatan dan keamanan akibat

kurangnya pengetahuan atau kurangnya kepedulian

dan lain-lain.

Mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang

tidak dapat disederhanakan dengan hanya mencari

human error. Dalam industri penerbangan, human

error diartikan sebagai kelalaian manusia mengingat

tidak ada kecelakaan pesawat terbang yang terjadi

sebagai akibat unsur kesengajaan. Tingkat kelalaian

yang sederhana adalah lupa (lapse), lalu salah tindak

(slip), selanjutnya kesalahan atau kekeliruan baik

pemahaman atau tindakan (mistake) dan

pelanggaran (violation). n

Page 23: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

23www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Seberang

S

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Penegakan hukum atas pelanggaran pelaksanaan Jaminan Sosial di Negeri Jiran diberlakukan ketat. Bagi yang melanggar secara paralel akan dikenakan sanksi, mulai dari denda hingga hukuman kurungan.

LAW ENFORCEMENT ATAS PELANGGARAN

JAMINAN SOSIAL DI MALAYSIA

Page 24: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id24

Seberang

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Page 25: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

25www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Testimoni

LAW ENFORCEMENT

Penegakan hukum dilakukan sebagai shock

therapy agar jangan melanggar.”

- Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi

BPJS Ketenagakerjaan akan tegas melakukan penegakan hukum bagi

perusahaan-perusahaan, termasuk badan usaha milik negara (BUMN) yang tidak

mengikutkan pekerja atau karyawannya dalam program di BPJS Ketenagakerjaan

tersebut. Langkah tersebut untuk mencegah kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan

perusahaan.

Jaminan sosial itu merupakan amanah dari UUD

45 pasal 28, bahwa pada intinya seluruh rakyat

Indonesia harus memiliki jaminan sosial

khususnya bagi pekerja. Bagi perusahaan yang tidak

mematuhinya harus diberikan sanksi. Salah satunya, sanksi

tiidak mendapatkan pelayanan publik.”

- Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum BPJS Ketenagakerjaan,

Rilexya Surya Putra

Dalam upaya meningkatkan kepesertaan

program jaminan sosial bagi pemberi kerja dan

pekerja, tidak cukup dengan himbauan dan

sosialisasi saja. Namun dengan pelaksanaan law

enforcement, akan berdampak terhadap perluasan

kepesertaan ke 4 program BPJS Ketenagakerjaan.”

- Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar

Sebaiknya setiap kebijakan penegakan hukum

yang digulirkan BPJS Ketenagakerjaan harus

disetujui dan dikontrol buruh melalui dewan

pengawas dan pendapat publik (public hearing). Sehingga

kebijakan yang digulirkan bisa di terima pemberi kerja

maupun pekerja agar dapat berjalan dengan baik.”

- Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said

Iqbal

Page 26: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id26

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

SEKALI LAGITENTANG JAMINAN PENSIUNOLEH: ELVYN G. MASASSYA

Investment

S ederhana saja. Setiap pekerja memiliki risiko.

Dan salah satu risiko itu adalah tidak bekerja

lagi, baik karena terkena PHK maupun

memasuki usia tua. Nah, dalam konteks

memasuki usia tua tersebut, tulisan ini akan membahas

kembali pentingnya menyiapkan program pensiun

sehingga tidak terlunta-lunta ketika sudah tidak

bekerja lagi di hari tua.

Program pensiun atau lebih dikenal dengan istilah

jaminan pensiun hakikatnya merupakan tabungan

yang dipersiapkan sejak usia muda untuk

dipergunakan membiayai hidup kala sudah tidak

bekerja lagi. Lantas apa bedanya dengan program

Jaminan Hari Tua.

Program JHT adalah tabungan yang sejatinya

ketika memasuki hari tua bisa diambil sekaligus. Kalau

hari-hari ini, para pekerja mengambil JHT, kendati

belum berusia tua, lebih karena peraturan pemerintah

memang memberikan ”kelonggaran” bagi pekerja

yang tidak bekerja, khususnya karena terkena PHK,

untuk bisa menarik dana JHT mereka. Namun, falsafah

dari JHT tersebut sesungguhnya memang untuk

persiapan hari tua. Nah, sementara, program jaminan

pensiun, juga merupakan tabungan, tetapi hasilnya

hanya bisa diambil ketika benar-benar setelah pensiun.

Dan yang diperoleh peserta program ini adalah

manfaat bulanan, sebagai pengganti gaji. Jadi, tidak

sekaligus. Manfaat bulanan itu akan diterima sepanjang

hidup. Dan bahkan bisa diteruskan ke istri/suami dan

atau anak yang masih berusia sekolah.

Secara jenis, program pensiun tersebut bisa

dibedakan menjadi dua jenis, yakni program pensiun

iuran pasti dan program pensiun manfaat pasti. Apa

bedanya? Program pensiun iuran pasti dimaknai

dengan para peserta membayar iuran secara pasti.

Iuran tersebut kemudian diinvestasikan oleh lembaga

pengelola. Lalu pada saat peserta memasuki usia

pensiun, iuran plus pengembangan akan dikembalikan

kepada peserta. Berapa besarnya? Bergantung pada

hasil pengembangan dana tersebut. Dengan kata lain,

besar-kecilnya belum pasti. Dalam jenis program

pensiun iuran pasti, para peserta akan menanggung

risiko secara individu dari pengembangan dananya. Itu

karena memang demikianlah hakikatnya. Lalu seperti

apa program pensiun manfaat pasti?

Manfaatnya sudah dipastikan. Itu jawabnya.

Seperti apa. Tidak terlalu penting jumlah iuran yang

dibayarkan, tetapi manfaatnya sudah dipastikan.

Misalnya, 40 persen dari rata-rata upah ketika bekerja

dan menjadi peserta program tersebut. Misalnya,

rata-rata upah tersebut adalah sebesar Rp 10 juta

selama 15 tahun bekerja, dan kemudian pensiun. Maka,

si peserta akan mendapatkan manfaat pensiun sebesar

Rp 4 juta. Berapa iuran yang dibayarkan? Saat ini untuk

program pensiun yang diselenggarakan BPJS

Ketenagakerjaan, iurannya adalah 3 persen.

Bagaimana mungkin iuran hanya 3 persen bisa

membayar manfaat sebesar 40 persen? Bisa, karena

program ini memiliki falsafah gotong royong. Artinya,

manfaat tersebut tidak semata-mata dibiayai dari iuran

individu si peserta, tetapi juga berdasarkan hasil

pengembangan dana pensiun dan iuran dari peserta

lain.

Dengan kata lain, seluruh iuran yang ada

dimasukkan dalam satu ”keranjang” yang disebut

polling fund, kemudian diinvestasikan. Lalu jika ada

yang memasuki usia pensiun, yang bersangkutan akan

menerima manfaat dari dana yang sudah dikumpulkan

secara beramai-ramai. Artinya, banyaknya jumlah

peserta menjadi sangat penting dalam pelaksanaan

program pensiun manfaat pasti tersebut.

Lantas apakah tidak ada implikasi apa-apa bagi

penyelenggaranya? Sepanjang iuran tersebut bisa

disesuaikan secara berkala dan kemudian peserta

program jaminan pensiun terus bertambah dari waktu

ke waktu hingga puluhan tahun mendatang dan

seterusnya, semua akan berjalan dengan baik.

Dalam praktiknya saat ini di Indonesia ada

beberapa jenis penyelenggara jaminan pensiun. Ada

yang disebut dengan DPLK (Dana Pensiun Lembaga

Keuangan). Ini umumnya dikelola swasta dan bersifat

individu bagi tiap orang yang berminat ikut serta.

Konsepnya adalah iuran pasti. Selain itu, ada yang

disebut dengan DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja).

Pola ini biasanya dijalankan BUMN dan korporasi besar

yang sudah mapan. Konsepnya manfaat pasti. Yang

menjadi peserta adalah karyawan/karyawati yang

bekerja pada BUMN dan atau korporasi tersebut. Jadi,

bersifat ekslusif. Dan yang terbaru adalah Program

Pensiun yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan dengan

pola manfaat pasti. Program Jaminan Pensiun BPJS

Ketenagakerjaan ini bahkan bersifat wajib, harus diikuti

pekerja penerima upah (pekerja formal), khususnya

yang bekerja pada perusahaan besar dan menengah.

Sementara bagi pekerja informal bersifat opsional atau

sukarela.

Nah, pertanyaannya, jika Anda ingin hari tua tidak

terlunta-lunta dan tetap bisa mandiri dengan sumber

pendapatan dari keringat sendiri, tentu menjadi suatu

keharusan untuk memiliki program jaminan pensiun.

Lantas program jaminan pensiun mana yang akan

dipilih? Mengingat jaminan pensiun BPJS

Ketenagakerjaan bersifat wajib, ada baiknya Anda ikut

serta dalam program tersebut. Bagaimana jika Anda

menginginkan manfaat pensiun yang lebih besar lagi?

Silakan ikut juga program pensiun yang

diselenggarakan DPLK dengan besaran iuran yang

Anda tentukan sendiri. Misalkan Anda ingin

mendapatkan manfaat pensiun hingga mencapai 60

atau 70 persen dari penghasilan ketika Anda masih

bekerja, jelas besaran seperti itu tidak bisa disediakan

BPJS Ketenagakerjaan karena sifatnya adalah pensiun

dasar. Dengan demikian, untuk sampai pada besaran

yang Anda inginkan, daftarkan juga diri Anda di

program pensiun DPLK. Dengan cara seperti itu,

setidaknya Anda memiliki program pensiun manfaat

pasti dan iuran pasti sekaligus. Selamat merancang

program pensiun. n

Di sejumlah berita dikabarkan, belakangan ini banyak terjadi pemutusan hubungan kerja di beberapa perusahaan. Berita tersebut juga mengutip data pencairan saldo Jaminan Hari Tua yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan. Disebutkan ada sekitar 27.000 pekerja yang terkena PHK yang mencairkan JHT-nya hanya dalam kurun waktu sebulan, yakni pada September lalu. Jumlah pencairan JHT itu mencapai Rp 1,9 triliun, termasuk karena terkena PHK. Lalu apa hubungan semua itu dengan kita semua?

Page 27: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

27BRIDGE VOLUME 10

Investment

ederhana saja. Setiap pekerja memiliki risiko.

Dan salah satu risiko itu adalah tidak bekerja

lagi, baik karena terkena PHK maupun

memasuki usia tua. Nah, dalam konteks

memasuki usia tua tersebut, tulisan ini akan membahas

kembali pentingnya menyiapkan program pensiun

sehingga tidak terlunta-lunta ketika sudah tidak

bekerja lagi di hari tua.

Program pensiun atau lebih dikenal dengan istilah

jaminan pensiun hakikatnya merupakan tabungan

yang dipersiapkan sejak usia muda untuk

dipergunakan membiayai hidup kala sudah tidak

bekerja lagi. Lantas apa bedanya dengan program

Jaminan Hari Tua.

Program JHT adalah tabungan yang sejatinya

ketika memasuki hari tua bisa diambil sekaligus. Kalau

hari-hari ini, para pekerja mengambil JHT, kendati

belum berusia tua, lebih karena peraturan pemerintah

memang memberikan ”kelonggaran” bagi pekerja

yang tidak bekerja, khususnya karena terkena PHK,

untuk bisa menarik dana JHT mereka. Namun, falsafah

dari JHT tersebut sesungguhnya memang untuk

persiapan hari tua. Nah, sementara, program jaminan

pensiun, juga merupakan tabungan, tetapi hasilnya

hanya bisa diambil ketika benar-benar setelah pensiun.

Dan yang diperoleh peserta program ini adalah

manfaat bulanan, sebagai pengganti gaji. Jadi, tidak

sekaligus. Manfaat bulanan itu akan diterima sepanjang

hidup. Dan bahkan bisa diteruskan ke istri/suami dan

atau anak yang masih berusia sekolah.

Secara jenis, program pensiun tersebut bisa

dibedakan menjadi dua jenis, yakni program pensiun

iuran pasti dan program pensiun manfaat pasti. Apa

bedanya? Program pensiun iuran pasti dimaknai

dengan para peserta membayar iuran secara pasti.

Iuran tersebut kemudian diinvestasikan oleh lembaga

pengelola. Lalu pada saat peserta memasuki usia

pensiun, iuran plus pengembangan akan dikembalikan

kepada peserta. Berapa besarnya? Bergantung pada

hasil pengembangan dana tersebut. Dengan kata lain,

besar-kecilnya belum pasti. Dalam jenis program

pensiun iuran pasti, para peserta akan menanggung

risiko secara individu dari pengembangan dananya. Itu

karena memang demikianlah hakikatnya. Lalu seperti

apa program pensiun manfaat pasti?

Manfaatnya sudah dipastikan. Itu jawabnya.

Seperti apa. Tidak terlalu penting jumlah iuran yang

dibayarkan, tetapi manfaatnya sudah dipastikan.

Misalnya, 40 persen dari rata-rata upah ketika bekerja

dan menjadi peserta program tersebut. Misalnya,

rata-rata upah tersebut adalah sebesar Rp 10 juta

selama 15 tahun bekerja, dan kemudian pensiun. Maka,

si peserta akan mendapatkan manfaat pensiun sebesar

Rp 4 juta. Berapa iuran yang dibayarkan? Saat ini untuk

program pensiun yang diselenggarakan BPJS

Ketenagakerjaan, iurannya adalah 3 persen.

Bagaimana mungkin iuran hanya 3 persen bisa

membayar manfaat sebesar 40 persen? Bisa, karena

program ini memiliki falsafah gotong royong. Artinya,

manfaat tersebut tidak semata-mata dibiayai dari iuran

individu si peserta, tetapi juga berdasarkan hasil

pengembangan dana pensiun dan iuran dari peserta

lain.

Dengan kata lain, seluruh iuran yang ada

dimasukkan dalam satu ”keranjang” yang disebut

polling fund, kemudian diinvestasikan. Lalu jika ada

yang memasuki usia pensiun, yang bersangkutan akan

menerima manfaat dari dana yang sudah dikumpulkan

secara beramai-ramai. Artinya, banyaknya jumlah

peserta menjadi sangat penting dalam pelaksanaan

program pensiun manfaat pasti tersebut.

Lantas apakah tidak ada implikasi apa-apa bagi

penyelenggaranya? Sepanjang iuran tersebut bisa

disesuaikan secara berkala dan kemudian peserta

program jaminan pensiun terus bertambah dari waktu

ke waktu hingga puluhan tahun mendatang dan

seterusnya, semua akan berjalan dengan baik.

Dalam praktiknya saat ini di Indonesia ada

beberapa jenis penyelenggara jaminan pensiun. Ada

yang disebut dengan DPLK (Dana Pensiun Lembaga

Keuangan). Ini umumnya dikelola swasta dan bersifat

individu bagi tiap orang yang berminat ikut serta.

Konsepnya adalah iuran pasti. Selain itu, ada yang

disebut dengan DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja).

Pola ini biasanya dijalankan BUMN dan korporasi besar

yang sudah mapan. Konsepnya manfaat pasti. Yang

menjadi peserta adalah karyawan/karyawati yang

bekerja pada BUMN dan atau korporasi tersebut. Jadi,

bersifat ekslusif. Dan yang terbaru adalah Program

Pensiun yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan dengan

pola manfaat pasti. Program Jaminan Pensiun BPJS

Ketenagakerjaan ini bahkan bersifat wajib, harus diikuti

pekerja penerima upah (pekerja formal), khususnya

yang bekerja pada perusahaan besar dan menengah.

Sementara bagi pekerja informal bersifat opsional atau

sukarela.

Nah, pertanyaannya, jika Anda ingin hari tua tidak

terlunta-lunta dan tetap bisa mandiri dengan sumber

pendapatan dari keringat sendiri, tentu menjadi suatu

keharusan untuk memiliki program jaminan pensiun.

Lantas program jaminan pensiun mana yang akan

dipilih? Mengingat jaminan pensiun BPJS

Ketenagakerjaan bersifat wajib, ada baiknya Anda ikut

serta dalam program tersebut. Bagaimana jika Anda

menginginkan manfaat pensiun yang lebih besar lagi?

Silakan ikut juga program pensiun yang

diselenggarakan DPLK dengan besaran iuran yang

Anda tentukan sendiri. Misalkan Anda ingin

mendapatkan manfaat pensiun hingga mencapai 60

atau 70 persen dari penghasilan ketika Anda masih

bekerja, jelas besaran seperti itu tidak bisa disediakan

BPJS Ketenagakerjaan karena sifatnya adalah pensiun

dasar. Dengan demikian, untuk sampai pada besaran

yang Anda inginkan, daftarkan juga diri Anda di

program pensiun DPLK. Dengan cara seperti itu,

setidaknya Anda memiliki program pensiun manfaat

pasti dan iuran pasti sekaligus. Selamat merancang

program pensiun. n

Artikel ini pernah terbit di harian Kompas edisi 1 November 2015.

Page 28: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id28

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

15 OKTOBER 2015

CABANG CIKOKOL

Galeri

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya dan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah saat peresmian kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Tangerang Cikokol

17 NOVEMBER 2015

27 OKTOBER 2015

NELAYANINDRAMAYU

Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber

Daya Rizal Ramli bersama Direktur Utama BPJS

Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya menyerahkan

secara simbolis kartu peserta BPJS

Ketenagakerjaan kepada nelayan di Desa

Karangsong, Indramayu, Jawa Barat

23 OKTOBER 2015

GATHERINGSERIKAT PEKERJA

BPJS Ketenagakerjaan menggelar gathering

bersama Direktur Kepesertaan dan Hubungan

Antarlembaga Junaedi, Direktur Investasi Jeffry

Hariyadi, dan kepala divisi dengan 6 konfederasi, 60

federasi dan 2 non federasi dari serikat pekerja/serikat

buruh di Bogor

MOU BTNDirut BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G. Masassya dan Dirut BTN, Mulyono saat MoU pembiayaan rumah murah bagi peserta aktif di Jakarta

Page 29: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

29www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Galeri22 OKTOBER 2015

20 OKTOBER 2015 12 NOVEMBER 2015

WORKSHOP SPBPJS KETENAGAKERJAANSerikat Pekerja (SP) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menggelar seminar dan konferensi internasional yang diikuti organisasi dan lembaga jaminan sosial di 19 negara dunia. Bertemakan Workshop and Conference Workers Unions of International Social Security 2015 di Patrajasa Hotel, Kuta, Bali

MOU APKASI

Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan Junaedi menandatangani MoU dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Jakarta

21 OKTOBER 2015

MOU ORASCOMBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan bersama pengembang properti asal Mesir, Orascom Housing Communities (OHC), dan Syailendra Capital menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk bekerja sama membangun kota terpadu bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pada lahan seluas 200 hektare (ha) di Jawa Barat. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G. Masassya, Chairman OHC Samih Sawiris, dan Presiden Direktur Syailendra Capital mewakili Syailendra Group, Jos Parengkuan, di Financial Hall, Jakarta

MOU BUMNDirektur Utama BPJS Ketenagakerjaan-Elvyn

G.Masassya, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)-Achmad Baiquni,Direktur Utama

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk-Budi G.Sadikin,Menteri BUMN-Rini M Soemarno, Direktur Utama PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)-Asmawi Syam, menandatangani kerjasama pada acara “BUMN Hadir

Untuk Negeri” di Jakarta, Jumat 22 Oktober 2015.BPJS Ketenagakerjaan dan tiga bank BUMN ini tentang Akses

Pembiayaan Modal untuk Sektor Produktif kepada peserta ,eks peserta dan keluarga peserta BPJS,yang

merupakan upaya bersama untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dan meningkatkan kepesertaan

melelui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Page 30: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id30

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Figur

Setelah berkarir selama 17 tahun di BPJS

Ketengakerjaan, akhirnya Ahmad Sulintang

diberikan kepercayaan sebagai Chief Change

Management Office (CCMO) BPJS

Ketenagakerjaan. Pria kelahiran Garut 17 Juni 1973 ini

memang layak menduduki posisi tersebut, karena

memiliki segudang prestasi selama bekerja sebagai

akuntan BPJS Ketenagakerjaan. Di usianya yang

masih terbilang muda, Ia telah dipercaya menjabat

eselon satu di Institusi tersebut. Sebagai eksekutif

muda di sebuah institusi pemerintah yang bergengsi

yang mengelola aset senilai Rp250 triliun.

Sulintang, sapaan akrabnya, tergolong bersahaja

bila dilihat dari hobby dan kegemarannya berolahraga.

Pria berperawakan tinggi badan sekitar 170 Cm ini

mengaku gemar membaca,berdiskusi dengan rekan

kerja,mencaritahu sesuatu yang baru baik melalui

buku maupun cybermedia. Dan, kegemaran akan

olahraga seperti jogging, bulutangkis, tenis, dan

sekali-kali futsal pun ia lakukan. Tapi bila melihat dari

sosok penampilannya tidak seperti ‘kutu buku’, justru

terlihat elegan dan necis. Gaya bicaranya

mengundang simpati, ramah, penuh senyum khas

senyum BPJS Ketenagakerjaan, serta percaya diri. Hal

yang luar biasa dari Sulintang adalah, soal tanggung

jawab pekerjaan. Ia pun tergolong workaholic sebagai

seorang akuntan, karena tidak pernah berhenti bekerja

sebelum selesai. Dan Ia sangat menjunjung tinggi

komitmen, prinsip kerja cepat, tepat, akurat serta

hasilnya memuaskan.

Alumnus Akuntansi Universitas Padjadjaran

lulusan 1998 ini, memiliki karakter suka penasaran atau

ingin tahu yang begitu besar alias ‘kepo banget’ pada

semua yang dikerjakan sejawatnya di luar bidang

keuangan. Tapi sebaliknya, tidak mau banyak bicara

soal keuangan perusahaan karena dianggap rahasia

dapur perusahaan. Namun tidak demikian saat ini,

sekarang Sulintang lebih terbuka dikarenakan

kebijakan pemerintah menggalakan azas good

governance dalam tata kelola keuangan yang baik

yang berprinsip auditable dan accountable serta

transparansi.

Sulintang mengawali kariernya di BPJS

Ketenagakerjaan, sejak tahun 1998. Pria yang sekolah

mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi di

Bandung itu, pertama kali mendaftar pekerjaan di

Kota Kembang tersebut. Tapi panggilan datang

mengharuskan Ke Kantor Pusat di Jakarta. “Di

Wilayah Bandung kala itu tidak ada job untuk akuntan,

justru Biro Akuntansi (saat itu) di Jakarta, yang

membutuhkan akuntan,” akunya.

Ketika masuk mendaftar di Instansi Jaminan

Sosial, menurut Sulintang, BPJS Ketenagakerjaan

masih berstatus BUMN Jaminan Sosial Tenagakerja

(PT Jamsostek). Tahun pertama bekerja di

perusahaan ‘plat merah’ itu, ia masih berstatus

outsourcing atau Kontrak Kerja Waktu Tertentu

(KKWT) dari PT Jamsostek. Selang setahun, baru

Sulintang diangkat sebagai pegawai tetap dengan

jabatan Staf Akuntansi. Kala itu, Penyusunan laporan

keuangan di BUMN jaminan sosial masih ditangani

secara manual memakai program Words, “kerjanya

lama, akurasinya diragukan, dan hasilnya sangat tidak

memuaskan padahal laporan keuangan perusahaan

sangat vital,” urai Sulintang.

Penyusunan laporan keuangan triwulan,

misalnya, baru selesai hampir dua bulan. Informasi

dalam laporannya ‘sudah basi’ tidak dapat digunakan

dalam pengambilan keputusan manajemen. Sulintang

menganggap yang dilakukan unit kerjanya jadi sia-sia,

sudah kerja keras, makan waktu, akurasinya diragukan,

dan hasilnya tidak mempunyai nilai lebih bagi

pemangku kepentingan. Kondisi seperti itu, yang

membuat akuntan muda itu terobsesi untuk

memperbaiki.

Terlintas dalam benak Sulintang, dengan kondisi

pekerjaan khususnya penyusunan laporan keuangan

PT Jamsostek saat itu. Akuntan muda itu, terobsesi

mengubah tata kelola laporan keuangan yang lebih

baik. Kendati perlu waktu, pembenahan berbagai

aspek baik proses, SDM dan koordinasi dengan unit

kerja di Kantor Pusat dan Kantor Wilayah, namun ia

tetap optimis.

Bagai gayung bersambut, tahun 2000 memasuki

perubahan pengelolaan database ke oracle dengan

tingkat keamanan data sangat tinggi juga lebih mudah

diolah dalam penyusunan laporan keuangan.

Sulintang pun mengikuti perkembangan soft ware &

hard ware IT dan mempelajari relational database

management dalam sistem baru tersebut dan melihat

ada peluang pembuatan laporan keuangan dapat

diselesaikan lebih cepat, lebih akurat dan memiliki

informasi berdaya guna bagi stakeholders. Pada saat

itu pula, ia pun mengusulkan keatasannya untuk

mengubah penyusunan laporan keuangan PT

Jamsostek lebih terotomatisasi dan terintegrasi,

diharapkan tujuan utama dalam penerbitan laporan

keuangan dapat terpenuhi secepatnya.

Gagasan akuntan muda itu, direspon positif oleh

atasannya, untuk diujicobakan. Selama dua minggu

Sulintang di beri waktu untuk membuat kembali

laporan keuangan yang sudah selesai dikerjakan

secara manual disusun dengan mekanisme yang lebih

baru dan lebih terintegrasi. Dan,hasilnya penyusunan

laporan keuangan dapat dikerjakan lebih cepat, lebih

akurat dapat dengan mudah dilakukan audit trail dan

paling penting dapat memberikan informasi bernilai

bagi manajemen. Sejak saat itu, laporan keuangan

perusahaan disusun dan disajikan dengan sistem yang

lebih terintegrasi dan mudah bagi pengguna. Setelah

dilakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak

eksternal auditor BPK RI saat itu, mereka dapat

meyakini proses penysusunan laporan keuangan PT

jamsostek dan memudahkan mereka untuk

melakukan proses audit serta sekali lagi dapat

meyakini sepenuhnya keakuratan angka-angka dalam

laporan keuangan yang disajikan.

Singkat cerita, sejak saat itu hasil laporan

keuangan perusahaan boleh dibilang memuaskan,

dengan jumlah SDM yang sama, mampu membuat

laporan keuangan yang jauh lebih baik, lebih cepat,

lebih akurat tidak ada kesalahan perhitungan, dan

hasilnya tidak kadaluarsa bisa dipakai untuk evaluasi

dan perencanaan mendatang.

Sebagai informasi Laporan Keuangan PT

Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan setiap

tahunnya selalu memperoleh opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) dari auditor eksternal, juga BPJS

Ketenagakerjan memperoleh penghargaan dalam

ajang bergengsi Annual Report Award (ARA) untuk

kategori BUMN Keuangan Non Listed yang diikuti

150-an BUMN se Indonesia dengan menjadi peringkat

pertama sebanyak 4 (empat) kali dan selalu berada

dalam posisi tiga besar untuk kurun waktu sampai

dengan tahun 2013.

Tidak hanya puas berhasil mengusulkan

perubahan sistem, Sulintang justru terpacu untuk kerja

lebih keras. Boleh di bilang karir Akuntan muda itu

cukup ‘moncer’ melalui enam jenjang jabatan di divisi

akuntansi selama 12 tahun (2009-2011). Mulai dari staf

pembukuan, verifikator, penata aplikasi, analis sistem,

hingga kepala urusan akuntansi keuangan PKP. Dan,

sewaktu menjabat Penata Aplikasi Sistem Keuangan,

pada tahun 2008, Ia dianugrahi sebagai The Best

Employee PT Jamsostek (Pesero). Di tahun yang

sama, akuntan muda itu mendapatkan beasiswa dari

BPJS Ketenagakerjaan untuk melanjutkan pendidikan

strata dua (S2) di PPM di Jakarta .

“Sebagai upaya peningkatan kompetensi dan

syarat pendidikan untuk menunjang jenjang Karir

tentunya” terang Sulintang.

Pasca menyelesaikan S2, jabatan Sulintang terus

‘meroket’ mulai dari Kepala Urusan Akuntansi

Keuangan 2011-2012, Kepala Urusan Pengembangan

dan Analisis Akuntansi pada 2012-2013, hingga Kepala

Urusan Akuntansi kantor Pusat pada 2013-2014.

Di tahun 2014-2015, di masa era BPJS

Ketenagakerjaan yang telah bertransformasi dari PT

Jamsostek, akuntan muda itu diberikan kepercayaan

oleh manajemen untuk berkarir diluar bidang

akuntansi yang selama ini menjadi spesialisnya, dalam

rentang waktu hampir 2 tahun ini memimpin unit-unit

kerja strategis yaitu sebagai Kepala Divisi Manajemen

Risiko, Kepala Divisi Perencanaan Strategis, dan

sekarang menjabat Chief Change Management Office.

Di posisi sekarang, Sulintang menangani

proyek-proyek strategis yang diharapkan bisa

memberikan dampak positif buat perkembangan

BPJS Ketenagakerjaan. Dia berharap, di setiap

tahapan jenjang jabatan akan dilaluinya dengan

prestasi kerja yang baik. “I do my best,” tekadnya. n

Hampir 17 tahun, Ahmad Sulintang bekerja dan meniti karir di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Semangat, kerja keras dan kemauan belajar yang tinggi, ternyata membuahkan prestasi baginya. Dan, kini ia menjabat eselon satu termuda dan berprestasi.

Ahmad Sulintang,SE.Ak,MM.

CCMO BPJSKetenagakerjaan

SULINTANGMALANGMELINTANGDALAM MENUJUPUNCAK

Page 31: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

31www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Figur

etelah berkarir selama 17 tahun di BPJS

Ketengakerjaan, akhirnya Ahmad Sulintang

diberikan kepercayaan sebagai Chief Change

Management Office (CCMO) BPJS

Ketenagakerjaan. Pria kelahiran Garut 17 Juni 1973 ini

memang layak menduduki posisi tersebut, karena

memiliki segudang prestasi selama bekerja sebagai

akuntan BPJS Ketenagakerjaan. Di usianya yang

masih terbilang muda, Ia telah dipercaya menjabat

eselon satu di Institusi tersebut. Sebagai eksekutif

muda di sebuah institusi pemerintah yang bergengsi

yang mengelola aset senilai Rp250 triliun.

Sulintang, sapaan akrabnya, tergolong bersahaja

bila dilihat dari hobby dan kegemarannya berolahraga.

Pria berperawakan tinggi badan sekitar 170 Cm ini

mengaku gemar membaca,berdiskusi dengan rekan

kerja,mencaritahu sesuatu yang baru baik melalui

buku maupun cybermedia. Dan, kegemaran akan

olahraga seperti jogging, bulutangkis, tenis, dan

sekali-kali futsal pun ia lakukan. Tapi bila melihat dari

sosok penampilannya tidak seperti ‘kutu buku’, justru

terlihat elegan dan necis. Gaya bicaranya

mengundang simpati, ramah, penuh senyum khas

senyum BPJS Ketenagakerjaan, serta percaya diri. Hal

yang luar biasa dari Sulintang adalah, soal tanggung

jawab pekerjaan. Ia pun tergolong workaholic sebagai

seorang akuntan, karena tidak pernah berhenti bekerja

sebelum selesai. Dan Ia sangat menjunjung tinggi

komitmen, prinsip kerja cepat, tepat, akurat serta

hasilnya memuaskan.

Alumnus Akuntansi Universitas Padjadjaran

lulusan 1998 ini, memiliki karakter suka penasaran atau

ingin tahu yang begitu besar alias ‘kepo banget’ pada

semua yang dikerjakan sejawatnya di luar bidang

keuangan. Tapi sebaliknya, tidak mau banyak bicara

soal keuangan perusahaan karena dianggap rahasia

dapur perusahaan. Namun tidak demikian saat ini,

sekarang Sulintang lebih terbuka dikarenakan

kebijakan pemerintah menggalakan azas good

governance dalam tata kelola keuangan yang baik

yang berprinsip auditable dan accountable serta

transparansi.

Sulintang mengawali kariernya di BPJS

Ketenagakerjaan, sejak tahun 1998. Pria yang sekolah

mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi di

Bandung itu, pertama kali mendaftar pekerjaan di

Kota Kembang tersebut. Tapi panggilan datang

mengharuskan Ke Kantor Pusat di Jakarta. “Di

Wilayah Bandung kala itu tidak ada job untuk akuntan,

justru Biro Akuntansi (saat itu) di Jakarta, yang

membutuhkan akuntan,” akunya.

Ketika masuk mendaftar di Instansi Jaminan

Sosial, menurut Sulintang, BPJS Ketenagakerjaan

masih berstatus BUMN Jaminan Sosial Tenagakerja

(PT Jamsostek). Tahun pertama bekerja di

perusahaan ‘plat merah’ itu, ia masih berstatus

outsourcing atau Kontrak Kerja Waktu Tertentu

(KKWT) dari PT Jamsostek. Selang setahun, baru

Sulintang diangkat sebagai pegawai tetap dengan

jabatan Staf Akuntansi. Kala itu, Penyusunan laporan

keuangan di BUMN jaminan sosial masih ditangani

secara manual memakai program Words, “kerjanya

lama, akurasinya diragukan, dan hasilnya sangat tidak

memuaskan padahal laporan keuangan perusahaan

sangat vital,” urai Sulintang.

Penyusunan laporan keuangan triwulan,

misalnya, baru selesai hampir dua bulan. Informasi

dalam laporannya ‘sudah basi’ tidak dapat digunakan

dalam pengambilan keputusan manajemen. Sulintang

menganggap yang dilakukan unit kerjanya jadi sia-sia,

sudah kerja keras, makan waktu, akurasinya diragukan,

dan hasilnya tidak mempunyai nilai lebih bagi

pemangku kepentingan. Kondisi seperti itu, yang

membuat akuntan muda itu terobsesi untuk

memperbaiki.

Terlintas dalam benak Sulintang, dengan kondisi

pekerjaan khususnya penyusunan laporan keuangan

PT Jamsostek saat itu. Akuntan muda itu, terobsesi

mengubah tata kelola laporan keuangan yang lebih

baik. Kendati perlu waktu, pembenahan berbagai

aspek baik proses, SDM dan koordinasi dengan unit

kerja di Kantor Pusat dan Kantor Wilayah, namun ia

tetap optimis.

Bagai gayung bersambut, tahun 2000 memasuki

perubahan pengelolaan database ke oracle dengan

tingkat keamanan data sangat tinggi juga lebih mudah

diolah dalam penyusunan laporan keuangan.

Sulintang pun mengikuti perkembangan soft ware &

hard ware IT dan mempelajari relational database

management dalam sistem baru tersebut dan melihat

ada peluang pembuatan laporan keuangan dapat

diselesaikan lebih cepat, lebih akurat dan memiliki

informasi berdaya guna bagi stakeholders. Pada saat

itu pula, ia pun mengusulkan keatasannya untuk

mengubah penyusunan laporan keuangan PT

Jamsostek lebih terotomatisasi dan terintegrasi,

diharapkan tujuan utama dalam penerbitan laporan

keuangan dapat terpenuhi secepatnya.

Gagasan akuntan muda itu, direspon positif oleh

atasannya, untuk diujicobakan. Selama dua minggu

Sulintang di beri waktu untuk membuat kembali

laporan keuangan yang sudah selesai dikerjakan

secara manual disusun dengan mekanisme yang lebih

baru dan lebih terintegrasi. Dan,hasilnya penyusunan

laporan keuangan dapat dikerjakan lebih cepat, lebih

akurat dapat dengan mudah dilakukan audit trail dan

paling penting dapat memberikan informasi bernilai

bagi manajemen. Sejak saat itu, laporan keuangan

perusahaan disusun dan disajikan dengan sistem yang

lebih terintegrasi dan mudah bagi pengguna. Setelah

dilakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak

eksternal auditor BPK RI saat itu, mereka dapat

meyakini proses penysusunan laporan keuangan PT

jamsostek dan memudahkan mereka untuk

melakukan proses audit serta sekali lagi dapat

meyakini sepenuhnya keakuratan angka-angka dalam

laporan keuangan yang disajikan.

Singkat cerita, sejak saat itu hasil laporan

keuangan perusahaan boleh dibilang memuaskan,

dengan jumlah SDM yang sama, mampu membuat

laporan keuangan yang jauh lebih baik, lebih cepat,

lebih akurat tidak ada kesalahan perhitungan, dan

hasilnya tidak kadaluarsa bisa dipakai untuk evaluasi

dan perencanaan mendatang.

Sebagai informasi Laporan Keuangan PT

Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan setiap

tahunnya selalu memperoleh opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) dari auditor eksternal, juga BPJS

Ketenagakerjan memperoleh penghargaan dalam

ajang bergengsi Annual Report Award (ARA) untuk

kategori BUMN Keuangan Non Listed yang diikuti

150-an BUMN se Indonesia dengan menjadi peringkat

pertama sebanyak 4 (empat) kali dan selalu berada

dalam posisi tiga besar untuk kurun waktu sampai

dengan tahun 2013.

Tidak hanya puas berhasil mengusulkan

perubahan sistem, Sulintang justru terpacu untuk kerja

lebih keras. Boleh di bilang karir Akuntan muda itu

cukup ‘moncer’ melalui enam jenjang jabatan di divisi

akuntansi selama 12 tahun (2009-2011). Mulai dari staf

pembukuan, verifikator, penata aplikasi, analis sistem,

hingga kepala urusan akuntansi keuangan PKP. Dan,

sewaktu menjabat Penata Aplikasi Sistem Keuangan,

pada tahun 2008, Ia dianugrahi sebagai The Best

Employee PT Jamsostek (Pesero). Di tahun yang

sama, akuntan muda itu mendapatkan beasiswa dari

BPJS Ketenagakerjaan untuk melanjutkan pendidikan

strata dua (S2) di PPM di Jakarta .

“Sebagai upaya peningkatan kompetensi dan

syarat pendidikan untuk menunjang jenjang Karir

tentunya” terang Sulintang.

Pasca menyelesaikan S2, jabatan Sulintang terus

‘meroket’ mulai dari Kepala Urusan Akuntansi

Keuangan 2011-2012, Kepala Urusan Pengembangan

dan Analisis Akuntansi pada 2012-2013, hingga Kepala

Urusan Akuntansi kantor Pusat pada 2013-2014.

Di tahun 2014-2015, di masa era BPJS

Ketenagakerjaan yang telah bertransformasi dari PT

Jamsostek, akuntan muda itu diberikan kepercayaan

oleh manajemen untuk berkarir diluar bidang

akuntansi yang selama ini menjadi spesialisnya, dalam

rentang waktu hampir 2 tahun ini memimpin unit-unit

kerja strategis yaitu sebagai Kepala Divisi Manajemen

Risiko, Kepala Divisi Perencanaan Strategis, dan

sekarang menjabat Chief Change Management Office.

Di posisi sekarang, Sulintang menangani

proyek-proyek strategis yang diharapkan bisa

memberikan dampak positif buat perkembangan

BPJS Ketenagakerjaan. Dia berharap, di setiap

tahapan jenjang jabatan akan dilaluinya dengan

prestasi kerja yang baik. “I do my best,” tekadnya. n

Page 32: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id32

Produk/Layanan1-Stop

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan sangat serius di dalam

meningkatkan manfaat tambahan bagi

peserta. Salah satu hal yang berkaitan

dengan peningkatan manfaat, yaitu

mengembangkan konsep Total Benefit. “Ini sebuah

konsep yang isinya berbagai manfaat tambahan

bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Cakupannya, terdiri dari Housing Benefit, Financial

Benefit, Transportation Benefit, Food Benefit, dan

Health Benefit,” ucap Kepala Divisi Investasi

Langsung BPJS Ketenagakerjaan, Nugroho Agung

Tristianto.

Nugroho mengatakan, dalam konsep Total

Benefit, pihaknya siap memberikan berbagai

manfaat tambahan di luar klaim program, yaitu

Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK), Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kematian

(JKm) kepada para peserta secara terintegrasi.

Tujuannya, ungkap Nugroho, tidak lain untuk

meningkatkan kesejahteraan para peserta dan

keluarganya.

Guna merealisasikannya, Nugroho

mengutarakan, BPJS Ketenagakerjaan

menggandeng lembaga lain untuk menjalin

kerjasama. Lembaga yang diajak bekerjsama antara

lain, perbankan, pengembang, dan yang berkaitan

dengan Housing Benefit. Karena pihaknya,

berencana membangun sejumlah komplek

perumahan bagi para peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

Housing Benefit, yaitu program bantuan

pemilikan rumah bagi para peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Dalam program Housing Benefit,

peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memiliki

rumah melalui bantuan berupa Pinjaman Uang Muka

Perumahan Kerjasama Bank (PUMP-KB) dan Kredit

Perumahan Rakyat (KPR). Guna memperingan

kewajiban peserta membayar cicilan, pihaknya

memasukannya dalam skema Fasilitas Llikuiditas

Pembiayaan Perumaham (FLPP). Itu, jelasnya,

supaya peserta memperoleh subsidi selisih bunga

Pemerintah. Di luar itu, berdasarkan peraturan

asuransi yang baru dan segera terbit, ada

kemungkinan juga, peserta dapat menggunakan

sebagian Jaminan Hari Tua (JHT).

Menurutnya, apabila seorang peserta memiliki

JHT selama 10 tahun, yang bersangkutan dapat

memanfaatkan dana program itu maksimal 30

persen. “Itu dapat memperingan peserta karena

dana JHT yang 30 persen tersebut dapat dia

manfaatkan untuk menambah uang muka dan

memperkecil pencicilan sekaligus atau

mempersingkat tenor kredit,” urai Nugroho.

Lebih jauh Nugroho menjelaskan, selain

program Housing Benefit, pihaknya pun

menyediakan program Food Benefit. Pihaknya

menyediakan akses bahan-bahan makanan pokok

yang berharga relatif murah. “Teknisnya,

memaksimalkan toko-toko yang memang harus

berbadan hukum, seperti, koperasi yang pada

saatnya, diisi beragam bahan makanan yang

pasokannya langsung dari distributor. Untuk

mewujudkannya, kami menjalin kerjasana dengan

berbagai supplier, termasuk perbankan,”

ungkapnya.

Ide Food Benefit tidak rumit. Dijelaskan, skema

Food Benefit hanya untuk memangkas jalur

pendistribusian sehingga para pekerja dapat

memperoleh kebutuhan makanan dalam harga yang

relatif murah dan terjangkau.

Selain Food Benefit, pihaknya juga menyiapkan

program Health Benefit. Pada program itu, BPJS

Ketenagakerjaan menyediakan sejumlah klinik.

“Dalam hal ini, kami bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan, termasuk sejumlah rumah sakit yang

tentunya siap serta bersedia membuka klinik

kesehatan,” ucap Nugroho.

Sementara berkenaan dengan Transportation

Benefit, pihaknya akan menyediakan sejumlah

sarana transportasi, yang menghubungkan sebuah

perumahan pekerja dan peserta BPJS

Ketenagakerjaan dengan tempat kerjanya atau titik

terdekat tempat kerja. “Apabila Transportation

Benefit terwujud, tentunya, hal itu dapat

menghemat biaya transportasi para pekerja,”

ungkap Nugroho. n

TOTAL BENEFITBAGI PEKERJA

Meningkatkan manfaat bagi para peserta menjadi sebuah misi yang diusung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Hal itu bertujuan tidak hanya meningkatkan pelayanan, tetapi juga mendongkrak kinerjanya.

Page 33: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

33www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Produk/Layanan1-Stop

adan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan sangat serius di dalam

meningkatkan manfaat tambahan bagi

peserta. Salah satu hal yang berkaitan

dengan peningkatan manfaat, yaitu

mengembangkan konsep Total Benefit. “Ini sebuah

konsep yang isinya berbagai manfaat tambahan

bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Cakupannya, terdiri dari Housing Benefit, Financial

Benefit, Transportation Benefit, Food Benefit, dan

Health Benefit,” ucap Kepala Divisi Investasi

Langsung BPJS Ketenagakerjaan, Nugroho Agung

Tristianto.

Nugroho mengatakan, dalam konsep Total

Benefit, pihaknya siap memberikan berbagai

manfaat tambahan di luar klaim program, yaitu

Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK), Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kematian

(JKm) kepada para peserta secara terintegrasi.

Tujuannya, ungkap Nugroho, tidak lain untuk

meningkatkan kesejahteraan para peserta dan

keluarganya.

Guna merealisasikannya, Nugroho

mengutarakan, BPJS Ketenagakerjaan

menggandeng lembaga lain untuk menjalin

kerjasama. Lembaga yang diajak bekerjsama antara

lain, perbankan, pengembang, dan yang berkaitan

dengan Housing Benefit. Karena pihaknya,

berencana membangun sejumlah komplek

perumahan bagi para peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

Housing Benefit, yaitu program bantuan

pemilikan rumah bagi para peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Dalam program Housing Benefit,

peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memiliki

rumah melalui bantuan berupa Pinjaman Uang Muka

Perumahan Kerjasama Bank (PUMP-KB) dan Kredit

Perumahan Rakyat (KPR). Guna memperingan

kewajiban peserta membayar cicilan, pihaknya

memasukannya dalam skema Fasilitas Llikuiditas

Pembiayaan Perumaham (FLPP). Itu, jelasnya,

supaya peserta memperoleh subsidi selisih bunga

Pemerintah. Di luar itu, berdasarkan peraturan

asuransi yang baru dan segera terbit, ada

kemungkinan juga, peserta dapat menggunakan

sebagian Jaminan Hari Tua (JHT).

Menurutnya, apabila seorang peserta memiliki

JHT selama 10 tahun, yang bersangkutan dapat

memanfaatkan dana program itu maksimal 30

persen. “Itu dapat memperingan peserta karena

dana JHT yang 30 persen tersebut dapat dia

manfaatkan untuk menambah uang muka dan

memperkecil pencicilan sekaligus atau

mempersingkat tenor kredit,” urai Nugroho.

Lebih jauh Nugroho menjelaskan, selain

program Housing Benefit, pihaknya pun

menyediakan program Food Benefit. Pihaknya

menyediakan akses bahan-bahan makanan pokok

yang berharga relatif murah. “Teknisnya,

memaksimalkan toko-toko yang memang harus

berbadan hukum, seperti, koperasi yang pada

saatnya, diisi beragam bahan makanan yang

pasokannya langsung dari distributor. Untuk

mewujudkannya, kami menjalin kerjasana dengan

berbagai supplier, termasuk perbankan,”

ungkapnya.

Ide Food Benefit tidak rumit. Dijelaskan, skema

Food Benefit hanya untuk memangkas jalur

pendistribusian sehingga para pekerja dapat

memperoleh kebutuhan makanan dalam harga yang

relatif murah dan terjangkau.

Selain Food Benefit, pihaknya juga menyiapkan

program Health Benefit. Pada program itu, BPJS

Ketenagakerjaan menyediakan sejumlah klinik.

“Dalam hal ini, kami bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan, termasuk sejumlah rumah sakit yang

tentunya siap serta bersedia membuka klinik

kesehatan,” ucap Nugroho.

Sementara berkenaan dengan Transportation

Benefit, pihaknya akan menyediakan sejumlah

sarana transportasi, yang menghubungkan sebuah

perumahan pekerja dan peserta BPJS

Ketenagakerjaan dengan tempat kerjanya atau titik

terdekat tempat kerja. “Apabila Transportation

Benefit terwujud, tentunya, hal itu dapat

menghemat biaya transportasi para pekerja,”

ungkap Nugroho. n

Page 34: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id34

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Tidak ada alasan bagi pekerja untuk tidak

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Bagi pekerja yang menyadari betapa

pentingnya kehadiran BPJS

Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda

untuk menjadi peserta pada institusi yang

memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.

Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di

Indonesia memang memiliki peranan sangat

penting, terutama dalam memberikan perlindungan

bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk

mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai

dari pekerja penerima upah dan bukan penerima

upah.

Selama ini masih banyak masyarakat yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang

Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja

wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Apabila pekerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar

mereka akan dilindungi. Perlindungan yang

diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan

Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).

Jaminan Pensiun (JP) merupakan program

baru yang diselenggarakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk

mengikuti program JP ini peserta harus

membayar iuran sebesar 3 persen dari

upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang

dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen

ditanggung oleh pemberi

kerja dan 1 persen dibayar

oleh pekerja.

Namun, menurut

Chazali Husni Situmorang,

Ketua Dewan Jaminan Sosial

Nasional (DJSN), program

JP bukan untuk menjadikan

buruh kaya raya di hari

tuanya. Program JP hanya

untuk memenuhi kehidupan

dasar secara layak bagi

pekerja. Program JP akan

membantu kesejahteraan

buruh meningkat setelah

mereka pensiun kelak.

Pada dasarnya menjadi

peserta BPJS

Ketenagakerjaan sama

dengan investasi jangka

panjang. Pekerja menabung

dengan membayar iuran dan

beberapa tahun yang akan

datang akan dapat memetik

pengembangannya.

Keuntungan peserta BPJS

Ketenagakerjaan yang lain adalah pada

program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah

dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan

dan perawatan yang sebelumnya

sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015

tindakan medis yang dilakukan karena

terjadinya kecelakaan kerja ditanggung

oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai

sembuh. Benefit lainnya yang

mengalami peningkatan

antara lain biaya

angkutan darat, laut dan

udara, biaya pemakaman

serta pemberian

beasiswa pendidikan

bagi peserta yang

meninggal dunia atau

cacat total tetap karena

kecelakaan kerja.

Selain itu, jika terjadi

cacat sebagian

permanen, pekerja juga

akan mendapatkan

pelatihan khusus agar

tetap bisa kembali

bekerja melalui

penyempurnaan manfaat

Jaminan Kecelakaan

Kerja-Return To Work

(JKK-RTW), di samping

santunan cacat yang

diterima. Dengan

demikian pekerja tetap

bisa mendapatkan penghasilan dengan

keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.

Selanjutnya, pada program Jaminan

Kematian (JK) memberikan benefit kepada

ahli waris pekerja yang mengalami musibah

meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan

Menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan akan banyak

memberikan keuntungan bagi para pekerja di Indonesia, baik

pekerja penerima upah dan bukan penerima upah. Dengan

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan maka jaminan sosial

pekerja akan mendapatkan perlindungan.

UNTUNGNYA MENJADI PESERTA BPJS KETENAGAKERJAAN

Idea

kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan

sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman

dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta

pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang

ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang

sudah memasuki masa iur 5 tahun.

Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan

memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja

terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT

merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya

merupakan akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat

pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal

dunia atau cacat total tetap.

Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G

Masassya, program dan tata kelolanya sangat

berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya

(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh

lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara

lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya

menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta

kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara

penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.

Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris

akan menerima pertanggungan sampai dengan 56

kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli

waris yang masih usia sekolah akan mendapat

beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program

JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai

dengan 1,74 persen.

Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan

besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen

dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada

saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,

atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa

kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang

berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga

dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja

yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk

perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena

PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.

Dengan begitu banyaknya manfaat dan

keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan

bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat

pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS

Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh

dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.

Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

mengembangkan kantor virtual serta terus

membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang

nyaman. n

Page 35: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

35www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Idea

idak ada alasan bagi pekerja untuk tidak

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Bagi pekerja yang menyadari betapa

pentingnya kehadiran BPJS

Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda

untuk menjadi peserta pada institusi yang

memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.

Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di

Indonesia memang memiliki peranan sangat

penting, terutama dalam memberikan perlindungan

bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk

mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai

dari pekerja penerima upah dan bukan penerima

upah.

Selama ini masih banyak masyarakat yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang

Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja

wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Apabila pekerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar

mereka akan dilindungi. Perlindungan yang

diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan

Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).

Jaminan Pensiun (JP) merupakan program

baru yang diselenggarakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk

mengikuti program JP ini peserta harus

membayar iuran sebesar 3 persen dari

upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang

dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen

ditanggung oleh pemberi

kerja dan 1 persen dibayar

oleh pekerja.

Namun, menurut

Chazali Husni Situmorang,

Ketua Dewan Jaminan Sosial

Nasional (DJSN), program

JP bukan untuk menjadikan

buruh kaya raya di hari

tuanya. Program JP hanya

untuk memenuhi kehidupan

dasar secara layak bagi

pekerja. Program JP akan

membantu kesejahteraan

buruh meningkat setelah

mereka pensiun kelak.

Pada dasarnya menjadi

peserta BPJS

Ketenagakerjaan sama

dengan investasi jangka

panjang. Pekerja menabung

dengan membayar iuran dan

beberapa tahun yang akan

datang akan dapat memetik

pengembangannya.

Keuntungan peserta BPJS

Ketenagakerjaan yang lain adalah pada

program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah

dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan

dan perawatan yang sebelumnya

sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015

tindakan medis yang dilakukan karena

terjadinya kecelakaan kerja ditanggung

oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai

sembuh. Benefit lainnya yang

mengalami peningkatan

antara lain biaya

angkutan darat, laut dan

udara, biaya pemakaman

serta pemberian

beasiswa pendidikan

bagi peserta yang

meninggal dunia atau

cacat total tetap karena

kecelakaan kerja.

Selain itu, jika terjadi

cacat sebagian

permanen, pekerja juga

akan mendapatkan

pelatihan khusus agar

tetap bisa kembali

bekerja melalui

penyempurnaan manfaat

Jaminan Kecelakaan

Kerja-Return To Work

(JKK-RTW), di samping

santunan cacat yang

diterima. Dengan

demikian pekerja tetap

bisa mendapatkan penghasilan dengan

keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.

Selanjutnya, pada program Jaminan

Kematian (JK) memberikan benefit kepada

ahli waris pekerja yang mengalami musibah

meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan

Keuntungan peserta BPJS

Ketenagakerjaan yang lain adalah

pada program Jaminan

Kecelakaan Kerja (JKK). Benefit

yang didapatkan oleh peserta

bertambah dengan dihilangkannya

plafon biaya pengobatan dan

perawatan yang sebelumnya

sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli

2015 tindakan medis yang

dilakukan karena terjadinya

kecelakaan kerja ditanggung oleh

BPJS Ketenagakerjaan sampai

sembuh.

kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan

sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman

dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta

pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang

ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang

sudah memasuki masa iur 5 tahun.

Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan

memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja

terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT

merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya

merupakan akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat

pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal

dunia atau cacat total tetap.

Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G

Masassya, program dan tata kelolanya sangat

berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya

(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh

lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara

lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya

menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta

kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara

penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.

Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris

akan menerima pertanggungan sampai dengan 56

kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli

waris yang masih usia sekolah akan mendapat

beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program

JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai

dengan 1,74 persen.

Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan

besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen

dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada

saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,

atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa

kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang

berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga

dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja

yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk

perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena

PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.

Dengan begitu banyaknya manfaat dan

keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan

bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat

pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS

Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh

dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.

Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

mengembangkan kantor virtual serta terus

membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang

nyaman. n

Page 36: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id36

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

idak ada alasan bagi pekerja untuk tidak

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Bagi pekerja yang menyadari betapa

pentingnya kehadiran BPJS

Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda

untuk menjadi peserta pada institusi yang

memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.

Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di

Indonesia memang memiliki peranan sangat

penting, terutama dalam memberikan perlindungan

bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk

mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai

dari pekerja penerima upah dan bukan penerima

upah.

Selama ini masih banyak masyarakat yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang

Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja

wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Apabila pekerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar

mereka akan dilindungi. Perlindungan yang

diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan

Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).

Jaminan Pensiun (JP) merupakan program

baru yang diselenggarakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk

mengikuti program JP ini peserta harus

membayar iuran sebesar 3 persen dari

upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang

dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen

ditanggung oleh pemberi

kerja dan 1 persen dibayar

oleh pekerja.

Namun, menurut

Chazali Husni Situmorang,

Ketua Dewan Jaminan Sosial

Nasional (DJSN), program

JP bukan untuk menjadikan

buruh kaya raya di hari

tuanya. Program JP hanya

untuk memenuhi kehidupan

dasar secara layak bagi

pekerja. Program JP akan

membantu kesejahteraan

buruh meningkat setelah

mereka pensiun kelak.

Pada dasarnya menjadi

peserta BPJS

Ketenagakerjaan sama

dengan investasi jangka

panjang. Pekerja menabung

dengan membayar iuran dan

beberapa tahun yang akan

datang akan dapat memetik

pengembangannya.

Keuntungan peserta BPJS

Ketenagakerjaan yang lain adalah pada

program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah

dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan

dan perawatan yang sebelumnya

sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015

tindakan medis yang dilakukan karena

terjadinya kecelakaan kerja ditanggung

oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai

sembuh. Benefit lainnya yang

mengalami peningkatan

antara lain biaya

angkutan darat, laut dan

udara, biaya pemakaman

serta pemberian

beasiswa pendidikan

bagi peserta yang

meninggal dunia atau

cacat total tetap karena

kecelakaan kerja.

Selain itu, jika terjadi

cacat sebagian

permanen, pekerja juga

akan mendapatkan

pelatihan khusus agar

tetap bisa kembali

bekerja melalui

penyempurnaan manfaat

Jaminan Kecelakaan

Kerja-Return To Work

(JKK-RTW), di samping

santunan cacat yang

diterima. Dengan

demikian pekerja tetap

bisa mendapatkan penghasilan dengan

keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.

Selanjutnya, pada program Jaminan

Kematian (JK) memberikan benefit kepada

ahli waris pekerja yang mengalami musibah

meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan

kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan

sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman

dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta

pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang

ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang

sudah memasuki masa iur 5 tahun.

Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan

memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja

terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT

merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya

merupakan akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat

pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal

dunia atau cacat total tetap.

Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G

Masassya, program dan tata kelolanya sangat

berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya

(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh

lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara

lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya

menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta

kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara

penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.

Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris

akan menerima pertanggungan sampai dengan 56

Idea

kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli

waris yang masih usia sekolah akan mendapat

beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program

JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai

dengan 1,74 persen.

Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan

besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen

dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada

saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,

atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa

kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang

berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga

dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja

yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk

perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena

PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.

Dengan begitu banyaknya manfaat dan

keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan

bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat

pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS

Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh

dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.

Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

mengembangkan kantor virtual serta terus

membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang

nyaman. n

Page 37: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

37www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

idak ada alasan bagi pekerja untuk tidak

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Bagi pekerja yang menyadari betapa

pentingnya kehadiran BPJS

Ketenagakerjaan maka mereka tidak akan menunda

untuk menjadi peserta pada institusi yang

memberikan perlindungan bagi pekerja tersebut.

Keberadaan BPJS Ketenagakerjaan di

Indonesia memang memiliki peranan sangat

penting, terutama dalam memberikan perlindungan

bagi para pekerja. Institusi ini berupaya untuk

mensejahterakan seluruh pekerja Indonesia, mulai

dari pekerja penerima upah dan bukan penerima

upah.

Selama ini masih banyak masyarakat yang

belum mendaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Padahal sesuai dengan Undang

Undang Ketenagakerjaan disebutkan para pekerja

wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Apabila pekerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan maka secara kebutuhan dasar

mereka akan dilindungi. Perlindungan yang

diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan

Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pensiun (JP).

Jaminan Pensiun (JP) merupakan program

baru yang diselenggarakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Untuk

mengikuti program JP ini peserta harus

membayar iuran sebesar 3 persen dari

upah yang diterimanya. Jumlah iuran yang

dibayarkan tersebut sebanyak 2 persen

ditanggung oleh pemberi

kerja dan 1 persen dibayar

oleh pekerja.

Namun, menurut

Chazali Husni Situmorang,

Ketua Dewan Jaminan Sosial

Nasional (DJSN), program

JP bukan untuk menjadikan

buruh kaya raya di hari

tuanya. Program JP hanya

untuk memenuhi kehidupan

dasar secara layak bagi

pekerja. Program JP akan

membantu kesejahteraan

buruh meningkat setelah

mereka pensiun kelak.

Pada dasarnya menjadi

peserta BPJS

Ketenagakerjaan sama

dengan investasi jangka

panjang. Pekerja menabung

dengan membayar iuran dan

beberapa tahun yang akan

datang akan dapat memetik

pengembangannya.

Keuntungan peserta BPJS

Ketenagakerjaan yang lain adalah pada

program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Benefit yang didapatkan oleh peserta bertambah

dengan dihilangkannya plafon biaya pengobatan

dan perawatan yang sebelumnya

sebesar Rp 20 Juta. Mulai 1 Juli 2015

tindakan medis yang dilakukan karena

terjadinya kecelakaan kerja ditanggung

oleh BPJS Ketenagakerjaan sampai

sembuh. Benefit lainnya yang

mengalami peningkatan

antara lain biaya

angkutan darat, laut dan

udara, biaya pemakaman

serta pemberian

beasiswa pendidikan

bagi peserta yang

meninggal dunia atau

cacat total tetap karena

kecelakaan kerja.

Selain itu, jika terjadi

cacat sebagian

permanen, pekerja juga

akan mendapatkan

pelatihan khusus agar

tetap bisa kembali

bekerja melalui

penyempurnaan manfaat

Jaminan Kecelakaan

Kerja-Return To Work

(JKK-RTW), di samping

santunan cacat yang

diterima. Dengan

demikian pekerja tetap

bisa mendapatkan penghasilan dengan

keahlian lain hasil dari pelatihan yang dijalani.

Selanjutnya, pada program Jaminan

Kematian (JK) memberikan benefit kepada

ahli waris pekerja yang mengalami musibah

meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan

Detail Buku

Resensi

Buku ini bisa dikatakan, menjadi penting

sebagai panduan bagi tenaga kerja dan

pemberi kerja/perusahaan untuk

mendapatkan jaminan sosial dari BPJS

Ketenagakerjaan.

Buku ini menjelaskan, bahwa Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan merupakan institusi pemberi

jaminan sosial yang dianggap dapat membantu

pekerja untuk mendapatkan kesejahteraan. BPJS

Ketenagakerjaan menjadi kewajiban bagi

perusahaan untuk menjamin kehidupan para

karyawannya, juga menjadi salah satu bentuk

proteksi/ perlindungan hak tenaga kerja dari

negara karena didukung oleh peraturan

perundangan.

Baik pekerja maupun pemberi kerja perlu

mengetahui dan memahami seluk beluk tentang

BPJS Ketenagakerjaan. Tujuannya, untuk

memudahkan proses pemberian jaminan sosial

bagi pekerja dan menghindari ketidakpahaman.

Panduan resmi memperoleh jaminan sosial dari

BPJS Ketenagakerjaan terbitan Visi Media ini

sangat membantu untuk pihak pemakai/ peserta

BPJS Ketenagakerjaan, karena memuat

prosedur, proses, dan produk/ jasa BPJS

Ketenagakerjaan yang akan didapatkan oleh si

pemakai.

Selain itu, buku ini juga berisikan

peraturan-peraturan pemerintah yang bisa

dijadikan landasan kuat mengapa pekerja dan

pemberi kerja wajib mendaftarkan/

menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Sesuai

dengan judulnya, buku ini memang layak

dijadikan panduan untuk mengenal lebih jauh

BPJS Ketenagakerjaan. Seperti kata bijak, tak

kenal maka tak sayang, bila tak sayang maka

pekerja maupun pemberi kerja tak ingin memiliki

atau menjadi peserta. n

Buku berwarna soft putih keabu-abuan, dengan tulisan judul berwarna biru dan merah dipadu dengan jenis huruf yang tinggi dan langsing menjadi daya tarik tersendiri. Judul menjadi dominan di cover dikarenakan memakan tempat setengah halaman lebih, ditambah ilustrasi berbagai simbol dari berbagai program jaminan sosial di bawahnya.

Judul : Panduan Resmi

Memperoleh Jaminan

Sosial dari BPJS

Ketenagakerjaan

Penulis : Tim Visi Yustisia

Penerbit : Visi Media

Cetak ke I : Tahun 2014

Harga : Rp 44.000,-

PANDUAN RESMIMEMPEROLEHJAMINAN SOSIALDARI BPJSKETENAGAKERJAAN

kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan

sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman

dengan total santunan sebesar Rp 24 juta serta

pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang

ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang

sudah memasuki masa iur 5 tahun.

Adapun program Jaminan Hari Tua (JHT) akan

memberikan jaminan perlindungan kepada pekerja

terhadap risiko yang terjadi di hari tua. JHT

merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya

merupakan akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat

pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal

dunia atau cacat total tetap.

Pengelolaan jaminan sosial yang dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan merupakan era baru. Menurut

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G

Masassya, program dan tata kelolanya sangat

berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya

(Jamsostek) dan manfaat yang diberikan juga jauh

lebih besar. Manfaat yang lebih besar tersebut antara

lain untuk program JKK yang sebelumnya hanya

menanggung biaya pengobatan hingga Rp 20 juta

kini BPJS Ketenagakerjaan menanggung secara

penuh biaya pengobatan kecelakaan kerja.

Selanjutnya, apabila pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja meninggal dunia maka ahli waris

akan menerima pertanggungan sampai dengan 56

kali dari upah terakhir pekerja. Sementara bagi ahli

waris yang masih usia sekolah akan mendapat

beasiswa. Sementara itu, besaran iuran program

JKK tetap sama yaitu antara 0,24 persen sampai

dengan 1,74 persen.

Untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) dengan

besaran iuran yang sama yakni sebesar 5,7 persen

dulu masyarakat hanya bisa mengambilnya pada

saat pensiun, meninggal dunia, cacat permanen,

atau terkena PHK dengan ketentuan minimal masa

kerja 5 tahun satu bulan. Pada ketentuan yang

berlaku sekarang pekerja yang masih aktif juga

dapat mengambil JHT setelah 10 tahun masa kerja

yakni sebesar 10 persen atau 30 persen untuk

perumahan. Sementara itu, pekerja yang terkena

PHK bisa mengambil seluruh JHT setelah satu bulan.

Dengan begitu banyaknya manfaat dan

keuntungan yang diberikan maka tidak ada alasan

bagi pekerja untuk tidak segera mendaftar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi tempat

pendaftaran semakin dipermudah, kini BPJS

Ketenagakerjaan memiliki 121 kantor cabang penuh

dan 153 kantor cabang perintis di seluruh Indonesia.

Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

mengembangkan kantor virtual serta terus

membenahi pelayanan dengan kantor cabang yang

nyaman. n

Page 38: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id38

Event

“BPJS Ketenagakerjaan Fun Run 5K”

dilaksanakan secara bergantian di 11 kota seluruh

Indonesia, dimulai kota Batam pada 14 November

2015 hingga puncaknya di Stadion Gelora Bung

Karno Jakarta pada 13 Desember 2015. “Kegiatan ini

dilakukan untuk menjalin kedekatan BPJS

Ketenagakerjaan dengan masyarakat sekaligus

menginformasikan kepada masyarakat yang belum

terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan

untuk segera mendaftarkan diri. Peserta Fun Run

dapat langsung mendaftarkan diri sebagai anggota

BPJS Ketenagakerjaan di lokasi Fun Run,” kata

Kepala Urusan Komunikasi Eksternal BPJS

Ketenagakerjaan Irvansyah Utoh Banja dalam

keterangan tertulisnya, Senin (9/11).

Peserta kegiatan BPJS Ketenagakerjaan Fun

Run terbuka untuk para peserta BPJS

Ketenagakerjaan serta akan diikuti oleh para pekerja

perusahaan mitra BPJS Ketenagakerjaan, pelari

professional, pelari amatir hingga masyarakat

umum. Pendaftaran dapat dilakukan melalui situs

www.bpjsketenagakerjaan.go.id yang terkoneksi

dengan menu registrasi di website Dunia Lari atau

dapat juga langsung akses ke situs

www.dunialari.com.

Harga tiket pendaftaran adalah sebesar Rp

50.000 per orang, dan khusus bagi para pendaftar

yang dapat menunjukkan kartu peserta BPJS

Ketenagakerjaan akan mendapatkan cash back

(pengembalian) sebesar Rp 20.000. Harga tiket

tersebut sudah termasuk race pack bagi setiap

peserta yang berisi handuk, dry fit, tumbler, nomor

dada, dan race bag. “BPJS Ketenagakerjaan

berharap dengan biaya yang terjangkau ini, kegiatan

BPJS Ketenagakerjaan Fun Run bisa diikuti oleh

semua lapisan masyarakat, khususnya para pekerja

Indonesia di 11 kota,” kata Utoh.

Lebih lanjut, Utoh menjelaskan, jumlah peserta

BPJS Ketenagakerjaan Fun Run di setiap kota

ditargetkan sebanyak 1.000 orang. Khusus acara

puncak di Plasa Selatan

Stadion Gelora Bung Karno

Jakarta, peserta BPJS

Ketenagakerjaan Fun Run

ditargetkan berjumlah 5.000

orang. “Acara puncak

dilaksanakan sekaligus untuk

memperingati ulang tahun

BPJS Ketenagakerjaan yang

ke-38. Dengan tingginya

animo masyarakat Jakarta

terhadap kegiatan olahraga

lari, maka panitia meyakini

peserta di Jakarta bisa

mencapai 5.000 orang,” jelas

Utoh.

Dalam kegiatan tersebut

BPJS Ketenagakerjaan

memberikan total hadiah

ratusan juta dengan Grand

Prize Mobil dan perjalanan

liburan gratis ke Hong Kong.

Untuk menjadi pemenang

Grand Prize dan Grand Prize

Utama, peserta BPJS

Ketenagakerjaan Fun Run

harus mencapai garis finish,

mendapatkan medali finisher,

dan mengikuti minimal di 2

kota termasuk Jakarta.

Peserta finisher yang

telah mendapatkan medali di

kota pertamanya, harus

mengikuti lomba lari di acara

puncak di Jakarta dengan

menunjukkan medali pertama dan medali finish di

Jakarta. Kemudian panitia akan langsung

memasukkan nomor dada ke dalam undian hadiah

Grand Prize dan Grand Prize Utama.

“10 Pemenang Grand Prize akan diberikan tiket

perjalanan ke Disneyland Hong Kong dan bagi 1

pemenang Grand Prize Utama akan mendapatkan 1

unit mobil Karimun. Namun kesempatan ini hanya

berlaku bagi finisher dengan 2 medali di 2 kota

termasuk Jakarta,” kata Utoh.

Di 11 kota perhelatan BPJS Ketenagakerjaan

Fun Run, disediakan medali bagi finisher bagi 250

finisher pertama. Sementara khusus untuk kegiatan

di Jakarta, semua peserta Fun Run sebanyak 5.000

orang akan mendapatkan medali, sehingga

siapapun bisa mendapatkan kesempatan yang sama

untuk memenangkan hadiah Grand Prize dan Grand

Prize utamanya,” jelas Utoh

Fun Run BPJS Ketenagakerjaan ini sangat

diminati oleh masyarakat khususnya yang memiliki

hoby di bidang lari bahkan di kota Batam untuk

tingkat perempuan, perlombaan itu dimenangkan

oleh anak berusia 11 tahun, yakni Astrid yang

bersekolah di SDN 005 Tanjung Piayu Batam

Kepulauan Riau.

Saat ditemui oleh Petugas Divisi Komunikasi

BPJS Ketenagakerjaan Astrid mengaku sudah

berlatih lebih kurang 10 hari di tempat tinggalnya.

Dalam kegiatan tersebut, Astrid mengaku sama

sekali tidak ada halangan dan berharap kegiatan ini

berlanjut di tahun-tahun mendatang.

Saat ditanya mau diapakan uang hasil juara

sebesar Rp. 5 juta itu, Astrid dengan nada bahagia

dan sumringah mengatakan “ uang ini buat

kebutuhan saya sekolah”.

BPJS Ketenagakerjaan menggelar “BPJS Ketenagakerjaan Fun Run 5K” di 11 kota di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan mulai tanggal 14 November 2015 – 13 Desember 2015 tersebut merupakan upaya BPJS Ketenagakerjaan untuk menjaring kepesertaan secara masif di sejumlah wilayah Indonesia melalui ajang kompetisi lari.

FUN RUN 5 KBPJS KETENAGAKERJAAN 2015

Page 39: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

39www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Event

“BPJS Ketenagakerjaan Fun Run 5K”

dilaksanakan secara bergantian di 11 kota seluruh

Indonesia, dimulai kota Batam pada 14 November

2015 hingga puncaknya di Stadion Gelora Bung

Karno Jakarta pada 13 Desember 2015. “Kegiatan ini

dilakukan untuk menjalin kedekatan BPJS

Ketenagakerjaan dengan masyarakat sekaligus

menginformasikan kepada masyarakat yang belum

terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan

untuk segera mendaftarkan diri. Peserta Fun Run

dapat langsung mendaftarkan diri sebagai anggota

BPJS Ketenagakerjaan di lokasi Fun Run,” kata

Kepala Urusan Komunikasi Eksternal BPJS

Ketenagakerjaan Irvansyah Utoh Banja dalam

keterangan tertulisnya, Senin (9/11).

Peserta kegiatan BPJS Ketenagakerjaan Fun

Run terbuka untuk para peserta BPJS

Ketenagakerjaan serta akan diikuti oleh para pekerja

perusahaan mitra BPJS Ketenagakerjaan, pelari

professional, pelari amatir hingga masyarakat

umum. Pendaftaran dapat dilakukan melalui situs

www.bpjsketenagakerjaan.go.id yang terkoneksi

dengan menu registrasi di website Dunia Lari atau

dapat juga langsung akses ke situs

www.dunialari.com.

Harga tiket pendaftaran adalah sebesar Rp

50.000 per orang, dan khusus bagi para pendaftar

yang dapat menunjukkan kartu peserta BPJS

Ketenagakerjaan akan mendapatkan cash back

(pengembalian) sebesar Rp 20.000. Harga tiket

tersebut sudah termasuk race pack bagi setiap

peserta yang berisi handuk, dry fit, tumbler, nomor

dada, dan race bag. “BPJS Ketenagakerjaan

berharap dengan biaya yang terjangkau ini, kegiatan

BPJS Ketenagakerjaan Fun Run bisa diikuti oleh

semua lapisan masyarakat, khususnya para pekerja

Indonesia di 11 kota,” kata Utoh.

Lebih lanjut, Utoh menjelaskan, jumlah peserta

BPJS Ketenagakerjaan Fun Run di setiap kota

ditargetkan sebanyak 1.000 orang. Khusus acara

puncak di Plasa Selatan

Stadion Gelora Bung Karno

Jakarta, peserta BPJS

Ketenagakerjaan Fun Run

ditargetkan berjumlah 5.000

orang. “Acara puncak

dilaksanakan sekaligus untuk

memperingati ulang tahun

BPJS Ketenagakerjaan yang

ke-38. Dengan tingginya

animo masyarakat Jakarta

terhadap kegiatan olahraga

lari, maka panitia meyakini

peserta di Jakarta bisa

mencapai 5.000 orang,” jelas

Utoh.

Dalam kegiatan tersebut

BPJS Ketenagakerjaan

memberikan total hadiah

ratusan juta dengan Grand

Prize Mobil dan perjalanan

liburan gratis ke Hong Kong.

Untuk menjadi pemenang

Grand Prize dan Grand Prize

Utama, peserta BPJS

Ketenagakerjaan Fun Run

harus mencapai garis finish,

mendapatkan medali finisher,

dan mengikuti minimal di 2

kota termasuk Jakarta.

Peserta finisher yang

telah mendapatkan medali di

kota pertamanya, harus

mengikuti lomba lari di acara

puncak di Jakarta dengan

menunjukkan medali pertama dan medali finish di

Jakarta. Kemudian panitia akan langsung

memasukkan nomor dada ke dalam undian hadiah

Grand Prize dan Grand Prize Utama.

“10 Pemenang Grand Prize akan diberikan tiket

perjalanan ke Disneyland Hong Kong dan bagi 1

pemenang Grand Prize Utama akan mendapatkan 1

unit mobil Karimun. Namun kesempatan ini hanya

berlaku bagi finisher dengan 2 medali di 2 kota

termasuk Jakarta,” kata Utoh.

Di 11 kota perhelatan BPJS Ketenagakerjaan

Fun Run, disediakan medali bagi finisher bagi 250

finisher pertama. Sementara khusus untuk kegiatan

di Jakarta, semua peserta Fun Run sebanyak 5.000

orang akan mendapatkan medali, sehingga

siapapun bisa mendapatkan kesempatan yang sama

untuk memenangkan hadiah Grand Prize dan Grand

Prize utamanya,” jelas Utoh

Fun Run BPJS Ketenagakerjaan ini sangat

diminati oleh masyarakat khususnya yang memiliki

hoby di bidang lari bahkan di kota Batam untuk

tingkat perempuan, perlombaan itu dimenangkan

oleh anak berusia 11 tahun, yakni Astrid yang

bersekolah di SDN 005 Tanjung Piayu Batam

Kepulauan Riau.

Saat ditemui oleh Petugas Divisi Komunikasi

BPJS Ketenagakerjaan Astrid mengaku sudah

berlatih lebih kurang 10 hari di tempat tinggalnya.

Dalam kegiatan tersebut, Astrid mengaku sama

sekali tidak ada halangan dan berharap kegiatan ini

berlanjut di tahun-tahun mendatang.

Saat ditanya mau diapakan uang hasil juara

sebesar Rp. 5 juta itu, Astrid dengan nada bahagia

dan sumringah mengatakan “ uang ini buat

kebutuhan saya sekolah”.

Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Herdi Trisanto saat mengalungkan medali kepada juara I kategori Wanita di Batam.

Direktur Utama Elvyn G Masassya menyerahkan hadiah kepada Astrid juara I kategori Wanita

Page 40: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

Aspek PT Bank Tabungan Negara Tbk menjanjikan akan memberikan kemudahan dalam penyediaan rumah bagi pekerja yang terdaftar sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

BTN SIAP MENYEDIAKANSEJUTA RUMAH BAGI PEKERJA

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id40

OCSO merupakan badan hukum di Negara

Malaysia dibawah Departemen Sumber Daya

Manusia. Didirikan pada Januari 1971 untuk

meningkatkan perlindungan jaminan sosial

dengan Asuransi Jaminan Sosial termasuk tunjangan

kesehatan dan uang tunai, pemberian bantuan buatan

dan rehabilitasi kepada karyawan. Selain itu, untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan memberikan

jaminan keuangan dan perlindungan untuk keluarganya.

Bagi pekerja ada skema Asuransi Cedera yang

memberikan perlindungan untuk kecelakaan yang terjadi

saat menjalankan tugas terkait pekerjaan dan terjadi

kecacatan pensiun akan diberikan perlindungan

terhadap cacat atau kematian karena kesalahan yang

menyebabkan terputus dari pekerjaan.

Karyawan dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan 1955,

Hubungan Industrial Act 1967, karyawan Provident Fund

Act 1951 (UU Penghematan Dana 1951), UU Karyawan

Jamsostek 1969 dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Act 1994.

Karyawan di bawah naungan SOCSO adalah orang

yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau industri

(dengan imbalan upah) yang berlaku buat ESSA 1969.

Seseorang yang dipertanggungkan adalah orang yang

merupakan penduduk atau seorang karyawan di sebuah

industri untuk satu di mana Undang-Undang berlaku

dan yang memberikan kontribusi untuk skema asuransi.

Agar pelaksanaan jaminan sosial yang diberikan

SOCSO dapat berjalan dengan baik, perlu adanya

pengawasan terhadap kepatuhan dari para karyawan

dan majikan dalam memberikan kontribusi. Bilamana

didapati ketidakpatuhan atau pelanggaran, maka akan

dilakukan tindakan penegakan hukum.

Pelaksanaan Law Enforcement Buat Pelanggaran

Alasan dilakukannya inspeksi dan penegakan

hukum adalah untuk memastikan bahwa pengusaha

mematuhi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang 1969 dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Umum) Peraturan 1971. Adanya Inspektur yang

ditunjuk berdasarkan Pasal 12 dari Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Undang-Undang 1969, harus

melaksanakan kewajiban dan tugasnya sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

Semua kegiatan pemeriksaan akan dilakukan

untuk karyawan dan pengusaha yang terdaftar dengan

SOCSO di Malaysia, dengan tujuan, antara lain,

Memastikan bahwa pengusaha mematuhi UU Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 1969 dan UU Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Umum) Peraturan 1971, Memastikan semua

catatan terkait Jaminan Sosial terpelihara dengan baik,

Mencari tahu rincian pembaruan karyawan dan majikan,

Mengumpulkan tunggakan kontribusi dan pembayaran

kontribusi singkat, Mengumpulkan bunga Akhir

Pembayaran Kontribusi, Menyelidiki setiap keluhan yang

diterima, Memberikan penjelasan kepada majikan,

Membantu pengusaha yang menghadapi kesulitan dengan

SOCSO mengenai kontribusi atau manfaat.

DendaDenda yang diatur di dalam Bagian 95A, Jaminan

Sosial Act 1969, menetapkan bahwa Direktur Jenderal

atau pejabat diberdayakan oleh Direktur Jenderal dapat

mengenakan denda untuk siapa saja yang telah

melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja Tahun 2006, yang berlaku efektif

mulai dari tanggal 1 Maret 2006.

Pelanggaran yang dapat menyebabkan denda,

menurut Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tahun

2006, meliputi jenis pelanggaran yang sebagaimana telah

diatur dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja Act 1969.

Pelanggaran yang tidak terkait dengan kontribusi

keuangan oleh majikan untuk SOCSO, Al I, Terlambat

mendaftar industri, Terlambat pendaftaran karyawan,

Tidak dapat memproduksi atau tidak Register Karyawan,

Terlambat menginformasikan kecelakaan di luar waktu

yang diijinkan, Tidak dapat menghasilkan Jadwal SOCSO

Kontribusi.

Penetapan Denda Pemberitahuan denda yang dikeluarkan oleh SOCSO

setelah menerima informasi bahwa telah melakukan

pelanggaran. Tawaran untuk denda atas pelanggaran

berlaku selama 14 hari. Jika dilakukan pembayaran penuh

untuk sesuai jumlah denda yang diajukan dalam 14 hari,

tidak ada tindakan lebih lanjut akan diambil.

Namun, jika tidak ada pembayaran dilakukan setelah

14 hari dari penerbitan penetapan denda, atau melewati

batas waktu perpanjangan yang diperbolehkan oleh

Direktur Jenderal, tindakan lebih lanjut untuk menuntut

akan dimulai, tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Setiap kali ada denda yang diajukan untuk setiap

pelanggaran dan diterima atau disetujui, maka

pembayaran dapat dilakukan melalui, al: pembayaran

langsung uang cash, melalui pos, atau lewat bank.

Pembayaran ditujukan kepada Direktur Jenderal SOCSO.

Setiap pembayaran akan diberikan tanda terima resmi.

Jumlah denda yang dapat diajukan tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah maksimum untuk pelanggaran

masing-masing. Jumlah maksimum denda yang dapat

dikenakan adalah 5.000RM. Namun, untuk saat ini, SOCSO

menerbitkan denda berdasarkan jadwal berikut:

Jenis Pelanggaran dan Besarnya DendaAda beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan

karyawan maupun majikan, bisa dikanakan hukuman

denda, antara lain, Keterlambatan perusahaan

mendaftar, besarnya denda tergantung lamanya

keterlambatan (<1/1-2/2-5/> 5 tahun) denda berkisar

RM500.00 sampai dengan RM4000. Keterlambatan

pendaftaran karyawan, besarnya denda juga tergantung

lamanya keterlambatan (<1/1- 2/ 2-5/ > 5 tahun) denda

berkisar RM500 sampai dengan RM3000.

Kegagalan untuk hadir atau tidak mendaftarkan

karyawan, besarnya denda tergantung lama waktunya,

(7 setelah pemeriksaan keI, dalaam waktu 7 tahun

setelah pemeriksaan ke II) besarnya denda berkisar

RM300 sampai dengan RM600.

Keterlambatan menginformasikan kecelakaan kerja

di luar waktu yang diizinkan, yang berakibat terhadap

karyawan fatal, tergantung lamanya keterlambatan

melapor (>2 bulan sampai dengan 1 tahun, dan > 1 tahun)

akan dikenakan denda sekitar RM1000 sampai dengan

RM1500. Tapi kalau kecelakaan kerja yang ditempat

kerja, besarnya denda juga disesuaikan dengan lamanya

melapor (>3 bulan-1, > 1 tahun), berkisar RM1000 sampai

dengan RM1500.

Penuntutan Di bawah Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja 1969, majikan atau karyawan yang bersalah untuk

pelanggaran berikut dapat didenda tidak lebih dari

RM10,000 atau 2 tahun penjara atau keduanya jika

terbukti, melakukan kegagalan atau keterlambatan

pendaftaran Industri atau perusahaan, keterlambatan

atau kegagalan pembayara iuran karyawan untuk

SOCSO, kegagalan atau keterlambatan pembayaran

sumbangan keterlambatan pembayaran bunga ke

SOCSO, kegagalam majikan atau terlambat dalam

pelaporan kecelakaan kerja, menyediakan, menyajikan,

membuat dokumen atau memberikan informasi palsu,

serta kegagalan untuk membayar denda.

PemulihanUnit Pemulihan, institusi yang didirikan untuk

mengumpulkan dan melancarkan pembayaran yang

dilakukan kepada korban, penerima manfaat dan juga

penerima manfaat pendidikan.

Fungsi utama dari Unit Pemulihan adalah untuk

mengurangi kredit bermasalah seperti pinjaman

pendidikan dan juga lebih pembayaran tunjangan yang

diberikan kepada korban atau penerima manfaat.

Unit akan melakukan tindakan jika angsuran

pinjaman tidak dibayar, dan jika ada kasus pembayaran

yang lebih kepada korban atau pembayaran dilakukan

kepada penerima manfaat yang tidak diinginkan. n

Relasi

Untuk memberikan komitmen atas

terpenuhinya kebutuhan rumah bagi

masyarakat Indonesia, termasuk kebutuhan

rumah bagi para pekerja, PT Bank

Tabungan Negara (BTN) Tbk melakukan sinergi

dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan dalam penyediaan rumah bagi

pekerja.

Kerjasama ini ditandai dengan

penandatanganan perjanjian kerjasama antara BTN

dengan BPJS Ketenagakerjaan di Jakarta, medio 27

Oktober 2015. Kerjasama ini, merupakan upaya

dalam rangka mendukung program pemerintah

terkait sejuta rumah. “Ini merupakan komitmen kami

dalam pemenuhan rumah rakyat sekaligus menjawab

kebutuhan rumah bagi para pekerja di dalam negeri,”

ucap Maryono, Direktur Utama Bank BTN.

Maryono menambahkan, kerjasama yang

ditandatangani antara BTN dengan BPJS

Ketenagakerjaan ini terkait produk perumahan bagi

pekerja yang bekerjasama dengan bank. “Program ini

adalah fasilitas yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan

kepada para pekerja dan perusahaan yang telah

terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial

ketenagakerjaan dan memenuhi syarat untuk

mendapatkan fasilitas perumahan. Dalam hal ini pola

penyaluran yang dilakukan BTN dalam bentuk

memberikan fasilitas menyangkut Kredit Konstruksi

(KK), KPR dan Pinjaman Uang Muka (PUM),” ujarnya.

Lebih lanjut Maryono menjelaskan, skema

kerjasama BTN dengan BPJS Ketenagakerjaan

dengan melakukan pembukaan dan penempatan

rekening perumahan pekerja dalam bentuk deposito

yang bersumber dari dana jaminan hari tua yang

dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di Bank

BTN. Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai

dengan kebutuhan.

Bunga kredit yang ditetapkan, kata Maryono,

tergolong murah. Perhitungan suku bunga khusus

untuk pengajuan kredit pemilikan rumah nonsubsidi

dan pinjaman uang muka, peserta dikenakan suku

bunga sesuai BI Rate ditambah 3% per tahun atau

sekitar 10,5%.

Meski begitu, Maryono menambahkan,

pemberian fasilitas kredit perumahan akan diperoleh

jika peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memenuhi

beberapa prasyarat. Satu diantaranya fasilitas

tersebut bisa diberikan jika pekerja yang terdaftar di

BPJS Ketenagakerjaan membuka rekening deposito

yang dananya disimpan pada produk jaminan hari

tua yang dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di

BTN. “Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai

dengan kebutuhan. Pola penyaluran dana ini adalah

executing yang dilakukan oleh BTN dalam bentuk KK,

KPR dan PUM,” jelasnya.

Pelaksanaan dan segala risiko pembiayaan ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab BTN. Ini terkait

dengan kompetensi dan pengalaman pembiayaan

perumahan yang sudah dilakukan BTN selama ini.

“Kami akan profesional menjalankan program ini dan

tetap akan menjaga GCG,” tegas Maryono.

Bila ditilik kebelakang, kerjasama Bank BTN

dengan BPJS Ketenagakerjaan sudah dimulai sejak

tahun 2006 lalu, dengan Program Perumahan Bagi

Peserta Jamsostek melalui Kredit Pemilikan Rumah

Sederhana Sehat Jamsostek (KPRSHJ), Kredit

Pemilikan Rumah Jamsostek (KPRJ), Kredit

Kontruksi Jamsostek (KKJ). Tahun 2008 kerjasama

tersebut berubah menjadi Pinjaman Uang Muka

(PUMP-KB) Jamsostek. Sampai dengan Juni 2015

telah terealisasi dari kerjasama program ini sebanyak

29.945 unit rumah dengan jumlah penyaluran lebih

dari Rp560 Miliar.

Sebagai informasi, Bank BTN masih menguasai

market share pembiayaan perumahan per Juni 2015

tercatat mencapai 29,4%. Sampai dengan Triwulan III

2015 tercatat Kredit dan Pembiayaan Bank BTN

tumbuh 19,04% dari Rp110,54 Triliun pada tahun 2014

menjadi Rp131,58 Triliun pada 30 September 2015.

Kredit dan pembiayaan yang diberikan Bank BTN

tumbuh lebih baik diatas rata-rata industri nasional

per Agustus 2015 yang berada pada kisaran 10,96%.

Bank BTN memproyeksikan kredit yang diberikan

Perseroan akan terus tumbuh sampai dengan akhir

tahun 2015. “Kami mempunyai target sampai dengan

akhir tahun pertumbuhan kredit berada pada kisaran

18% - 19%,” tambah Maryono. n

Page 41: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

41www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Relasi

ntuk memberikan komitmen atas

terpenuhinya kebutuhan rumah bagi

masyarakat Indonesia, termasuk kebutuhan

rumah bagi para pekerja, PT Bank

Tabungan Negara (BTN) Tbk melakukan sinergi

dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan dalam penyediaan rumah bagi

pekerja.

Kerjasama ini ditandai dengan

penandatanganan perjanjian kerjasama antara BTN

dengan BPJS Ketenagakerjaan di Jakarta, medio 27

Oktober 2015. Kerjasama ini, merupakan upaya

dalam rangka mendukung program pemerintah

terkait sejuta rumah. “Ini merupakan komitmen kami

dalam pemenuhan rumah rakyat sekaligus menjawab

kebutuhan rumah bagi para pekerja di dalam negeri,”

ucap Maryono, Direktur Utama Bank BTN.

Maryono menambahkan, kerjasama yang

ditandatangani antara BTN dengan BPJS

Ketenagakerjaan ini terkait produk perumahan bagi

pekerja yang bekerjasama dengan bank. “Program ini

adalah fasilitas yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan

kepada para pekerja dan perusahaan yang telah

terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial

ketenagakerjaan dan memenuhi syarat untuk

mendapatkan fasilitas perumahan. Dalam hal ini pola

penyaluran yang dilakukan BTN dalam bentuk

memberikan fasilitas menyangkut Kredit Konstruksi

(KK), KPR dan Pinjaman Uang Muka (PUM),” ujarnya.

Lebih lanjut Maryono menjelaskan, skema

kerjasama BTN dengan BPJS Ketenagakerjaan

dengan melakukan pembukaan dan penempatan

rekening perumahan pekerja dalam bentuk deposito

yang bersumber dari dana jaminan hari tua yang

dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di Bank

BTN. Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai

dengan kebutuhan.

Bunga kredit yang ditetapkan, kata Maryono,

tergolong murah. Perhitungan suku bunga khusus

untuk pengajuan kredit pemilikan rumah nonsubsidi

dan pinjaman uang muka, peserta dikenakan suku

bunga sesuai BI Rate ditambah 3% per tahun atau

sekitar 10,5%.

Meski begitu, Maryono menambahkan,

pemberian fasilitas kredit perumahan akan diperoleh

jika peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat memenuhi

beberapa prasyarat. Satu diantaranya fasilitas

tersebut bisa diberikan jika pekerja yang terdaftar di

BPJS Ketenagakerjaan membuka rekening deposito

yang dananya disimpan pada produk jaminan hari

tua yang dibuka atas nama BPJS Ketenagakerjaan di

BTN. “Penempatan dilakukan secara bertahap sesuai

dengan kebutuhan. Pola penyaluran dana ini adalah

executing yang dilakukan oleh BTN dalam bentuk KK,

KPR dan PUM,” jelasnya.

Pelaksanaan dan segala risiko pembiayaan ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab BTN. Ini terkait

dengan kompetensi dan pengalaman pembiayaan

perumahan yang sudah dilakukan BTN selama ini.

“Kami akan profesional menjalankan program ini dan

tetap akan menjaga GCG,” tegas Maryono.

Bila ditilik kebelakang, kerjasama Bank BTN

dengan BPJS Ketenagakerjaan sudah dimulai sejak

tahun 2006 lalu, dengan Program Perumahan Bagi

Peserta Jamsostek melalui Kredit Pemilikan Rumah

Sederhana Sehat Jamsostek (KPRSHJ), Kredit

Pemilikan Rumah Jamsostek (KPRJ), Kredit

Kontruksi Jamsostek (KKJ). Tahun 2008 kerjasama

tersebut berubah menjadi Pinjaman Uang Muka

(PUMP-KB) Jamsostek. Sampai dengan Juni 2015

telah terealisasi dari kerjasama program ini sebanyak

29.945 unit rumah dengan jumlah penyaluran lebih

dari Rp560 Miliar.

Sebagai informasi, Bank BTN masih menguasai

market share pembiayaan perumahan per Juni 2015

tercatat mencapai 29,4%. Sampai dengan Triwulan III

2015 tercatat Kredit dan Pembiayaan Bank BTN

tumbuh 19,04% dari Rp110,54 Triliun pada tahun 2014

menjadi Rp131,58 Triliun pada 30 September 2015.

Kredit dan pembiayaan yang diberikan Bank BTN

tumbuh lebih baik diatas rata-rata industri nasional

per Agustus 2015 yang berada pada kisaran 10,96%.

Bank BTN memproyeksikan kredit yang diberikan

Perseroan akan terus tumbuh sampai dengan akhir

tahun 2015. “Kami mempunyai target sampai dengan

akhir tahun pertumbuhan kredit berada pada kisaran

18% - 19%,” tambah Maryono. n

Page 42: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id42

ATUR UANGUNTUK HARI TUA

Tips

Tidak semua orang bisa mengatur keuangan karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Tidak sedikit orang yang lebih memilih menggunakan uangnya untuk berfoya-foya dan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukannya.

Dengan cara yang salah dalam mengatur

keuangannya menyebabkan banyak orang

menjadi boros dan jatuh miskin di hari

tuanya. Seharusnya hari tua merupakan saat

yang indah untuk dinikmati setelah kerja keras

sepanjang usia muda hingga masa pensiun. Namun,

tidak sedikit orang yang menjadi sengsara di hari

tuanya karena kesalahannya dalam mengatur

keuangannya.

Mengatur keuangan dengan baik sangat penting

dilakukan agar di hari tua nanti dapat dinikmati tanpa

harus kerja keras lagi. Apabila salah dalam mengatur

keuangan pada masa muda maka bisa menyebabkan

menjadi miskin di masa tua.

Pada masa muda harus banyak berhemat untuk

bekal di masa tua. Hemat di masa muda akan menjadi

kaya di masa tua. Hal ini sesuai dengan peribahasa

yang menyebutkan “Hemat Pangkal Kaya”. Uang hasil

penghematan di masa muda dapat disimpan melalui

beberapa cara, seperti ditabung, diinvestasikan dan

lain-lain.

Ada 5 cara yang harus dilakukan agar kita bisa

tetap memiliki uang atau tetap kaya di hari tua

(mediaindonesia.com).

Pertama, atur keuangan sebaik mungkin.

Keuangan harus diatur sebaik mungkin setiap bulan.

Sangat dianjurkan agar uang tidak dihabiskan untuk

pemenuhan keinginan dan kebutuhan masa sekarang

seperti membeli gadget, perlengkapan rumah tangga,

kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain. Uang yang dimiliki

juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan

masa yang akan dating, seperti menabung, membayar

angsuran asuransi, dan lain-lain.

Kedua, tetapkan tujuan yang nyata. Kita harus

menetapkan tujuan yang nyata agar tetap bisa kaya di

masa yang akan datang. Tujuan tersebut seperti adanya

keinginan untuk membeli rumah atau mobil yang

harganya miliaran rupiah. Dengan adanya keinginan

tersebut akan mendorong kita untuk bekerja keras dan

menyimpan uang agar keinginan dapat tercapai.

Ketiga, mencatat dan menganalisis pengeluaran.

Sebaiknya, sebelum tidak dicatat dan dianalisis

pengeluaran setiap harinya. Setelah dua bulan

dilakukan analisa catatan pengeluaran dan diambil

kesimpulan berapa banyak uang yang telah dihabiskan.

Dari analisa pengeluaran tersebut dapat diperkirakan

pengeluaran yang mungkin bisa dihindari.

Keempat, mengontrol anggaran. Pengeluaran

harus dikontrol setiap harinya agar tidak membengkak.

Tahan keinginan untuk berbelanja yang tidak penting

atau mungkin hanya menyengkan hati sesaat saja.

Perlu dilakukan berbagai cara agar bisa mencegah

keinginan tersebut dan usahakan mengeluarkan uang

sedikit mungkin setiap harinya.

Kelima, belanja sesuai budget. Kita harus

menghindari pengeluaran yang melebihi pendapatan

atau “besar pasak daripada tiang”. Kita tidak boleh

memaksakan diri mengikuti mode untuk membeli mobil

yang mahal, pakaian yang bermerek, gadget yang

canggih, dan lain sebagainya.

Semua orang menginginkan ketika memasuki

masa tuanya dalam keadaan sehat dan berkecukupan

kehidupannya. Pada masa tua kemampuan bekerja

untuk menghasilkan uang sudah mengalami penurunan

dan tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan secara

normal. Untuk itu harus dipahami dan dimengerti

tentang bagaimana cara mengatur keuangan untuk

persiapan masa tua.

Banyak orang yang ketika ingin merencanakan

keuangannya untuk masa tua mereka merasa

kebingungan. Mereka tidak tahu harus memulainya dari

mana. Selain 5 cara agar tetap kaya di hari tua yang

telah diuraikan di atas juga ada 10 cara sukses

mempersiapkan keuangan di masa tua. Kesepuluh cara

tersebut diuraikan di bawah ini.

Pertama, mempersiapkan dana kebutuhan rumah

tangga secara detail. Perlu dipersiapkan dana untuk

kebutuhan rumah tangga secara detail dan rinci.

Kedua, lebih baik untuk mempersiapkan dana

darurat untuk kebutuhan 4-8 bulan. Dana darurat

adalah dana yang biasa dialokasikan khusus untuk

kebutuhan darurat, dan hal itu merupakan dana yang

ditabung secara rutin. Biasanya dana tersebut

digunakan untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan

yang tidak terduga, seperti sakit, kecelakaan atau pun

jenis keadaan darurat lainnya.

Ketiga, mempersiapkan dana untuk pendidikan

anak. Salah satu investasi sangat penting adalah

mempersiapkan anak yang sukses di masa depan dan

tidak membebani orang tua bahkan dia bisa merawat

orang tuanya. Untuk itu anak harus dipersiapkan

pendidikannya setinggi mungkin untuk mendapatkan

masa depan yang lebih baik dibanding dengan keadaan

orang tuanya sekarang.

Keempat, lindungi jiwa dan aset bisnis keluarga.

Asuransi sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa

ditunda dan sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup

masyarakat. Oleh karena itu, kita harus membuat asuransi

sesuai dengan kebutuhan keluarga di masa depan.

Kelima, bijaksana dalam membuat utang. Kita

dituntut agar bijaksana dalam berutang, baik berupa

utang konsumtif maupun utang produktif. Perlu

memperlakukan utang secara hati-hati sesuai denga

keperluan dan manfaat yang didapatkan.

Keenam, berinvestasi untuk masa depan. Banyak

pilihan investasi seperti tabungan, deposito, properti

dan lain-lain yang dirasakan aman. Kita perlu

menyisihkan minimal 30% dari penghasilan untuk

kebutuhan investasi masa depan.

Ketujuh, siapkan secara detail dan rinci dana

pensiun. Setiap perusahaan seharusnya memiliki dana

pensiun untuk karyawan dengan cara menyisihkan

berapa persen dari penghasilan setiap karyawan sesuai

dengan tingkatan atau kontribusi kepada perusahaan.

Kedelapan, lebih baik mengambil tingkat suku

bunga flat/fix untuk jangka panjang. Hindari utang

dengan suku bunga floating karena sangat berisiko.

Kesembilan, cermat dalam memilih investasi.

Hindari investasi berisiko tinggi seperti obligasi dengan

tingkat suku bunga tinggi. Sebaiknya tidak menaruh

semua dana pada sebuah instrumen investasi, sebar

investasi sehingga bisa meminimalisir risiko.

Kesepuluh, beritahu keluarga tentang bisnis dan

keuangan. Kita perlu mendidik anak dan pasangan hidup

agar mengerti tentang bisnis dan keuangan keluarga.

Hal itu sangat penting karena jika terjadi sesuatu dengan

kita maka anak dan pasangan kita aka bisa paham dan

mengerti. n

Page 43: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

43www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Tips

engan cara yang salah dalam mengatur

keuangannya menyebabkan banyak orang

menjadi boros dan jatuh miskin di hari

tuanya. Seharusnya hari tua merupakan saat

yang indah untuk dinikmati setelah kerja keras

sepanjang usia muda hingga masa pensiun. Namun,

tidak sedikit orang yang menjadi sengsara di hari

tuanya karena kesalahannya dalam mengatur

keuangannya.

Mengatur keuangan dengan baik sangat penting

dilakukan agar di hari tua nanti dapat dinikmati tanpa

harus kerja keras lagi. Apabila salah dalam mengatur

keuangan pada masa muda maka bisa menyebabkan

menjadi miskin di masa tua.

Pada masa muda harus banyak berhemat untuk

bekal di masa tua. Hemat di masa muda akan menjadi

kaya di masa tua. Hal ini sesuai dengan peribahasa

yang menyebutkan “Hemat Pangkal Kaya”. Uang hasil

penghematan di masa muda dapat disimpan melalui

beberapa cara, seperti ditabung, diinvestasikan dan

lain-lain.

Ada 5 cara yang harus dilakukan agar kita bisa

tetap memiliki uang atau tetap kaya di hari tua

(mediaindonesia.com).

Pertama, atur keuangan sebaik mungkin.

Keuangan harus diatur sebaik mungkin setiap bulan.

Sangat dianjurkan agar uang tidak dihabiskan untuk

pemenuhan keinginan dan kebutuhan masa sekarang

seperti membeli gadget, perlengkapan rumah tangga,

kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain. Uang yang dimiliki

juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan

masa yang akan dating, seperti menabung, membayar

angsuran asuransi, dan lain-lain.

Kedua, tetapkan tujuan yang nyata. Kita harus

menetapkan tujuan yang nyata agar tetap bisa kaya di

masa yang akan datang. Tujuan tersebut seperti adanya

keinginan untuk membeli rumah atau mobil yang

harganya miliaran rupiah. Dengan adanya keinginan

tersebut akan mendorong kita untuk bekerja keras dan

menyimpan uang agar keinginan dapat tercapai.

Ketiga, mencatat dan menganalisis pengeluaran.

Sebaiknya, sebelum tidak dicatat dan dianalisis

pengeluaran setiap harinya. Setelah dua bulan

dilakukan analisa catatan pengeluaran dan diambil

kesimpulan berapa banyak uang yang telah dihabiskan.

Dari analisa pengeluaran tersebut dapat diperkirakan

pengeluaran yang mungkin bisa dihindari.

Keempat, mengontrol anggaran. Pengeluaran

harus dikontrol setiap harinya agar tidak membengkak.

Tahan keinginan untuk berbelanja yang tidak penting

atau mungkin hanya menyengkan hati sesaat saja.

Perlu dilakukan berbagai cara agar bisa mencegah

keinginan tersebut dan usahakan mengeluarkan uang

sedikit mungkin setiap harinya.

Kelima, belanja sesuai budget. Kita harus

menghindari pengeluaran yang melebihi pendapatan

atau “besar pasak daripada tiang”. Kita tidak boleh

memaksakan diri mengikuti mode untuk membeli mobil

yang mahal, pakaian yang bermerek, gadget yang

canggih, dan lain sebagainya.

Semua orang menginginkan ketika memasuki

masa tuanya dalam keadaan sehat dan berkecukupan

kehidupannya. Pada masa tua kemampuan bekerja

untuk menghasilkan uang sudah mengalami penurunan

dan tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan secara

normal. Untuk itu harus dipahami dan dimengerti

tentang bagaimana cara mengatur keuangan untuk

persiapan masa tua.

Banyak orang yang ketika ingin merencanakan

keuangannya untuk masa tua mereka merasa

kebingungan. Mereka tidak tahu harus memulainya dari

mana. Selain 5 cara agar tetap kaya di hari tua yang

telah diuraikan di atas juga ada 10 cara sukses

mempersiapkan keuangan di masa tua. Kesepuluh cara

tersebut diuraikan di bawah ini.

Pertama, mempersiapkan dana kebutuhan rumah

tangga secara detail. Perlu dipersiapkan dana untuk

kebutuhan rumah tangga secara detail dan rinci.

Kedua, lebih baik untuk mempersiapkan dana

darurat untuk kebutuhan 4-8 bulan. Dana darurat

adalah dana yang biasa dialokasikan khusus untuk

kebutuhan darurat, dan hal itu merupakan dana yang

ditabung secara rutin. Biasanya dana tersebut

digunakan untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan

yang tidak terduga, seperti sakit, kecelakaan atau pun

jenis keadaan darurat lainnya.

Ketiga, mempersiapkan dana untuk pendidikan

anak. Salah satu investasi sangat penting adalah

mempersiapkan anak yang sukses di masa depan dan

tidak membebani orang tua bahkan dia bisa merawat

orang tuanya. Untuk itu anak harus dipersiapkan

pendidikannya setinggi mungkin untuk mendapatkan

masa depan yang lebih baik dibanding dengan keadaan

orang tuanya sekarang.

Keempat, lindungi jiwa dan aset bisnis keluarga.

Asuransi sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa

ditunda dan sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup

masyarakat. Oleh karena itu, kita harus membuat asuransi

sesuai dengan kebutuhan keluarga di masa depan.

Kelima, bijaksana dalam membuat utang. Kita

dituntut agar bijaksana dalam berutang, baik berupa

utang konsumtif maupun utang produktif. Perlu

memperlakukan utang secara hati-hati sesuai denga

keperluan dan manfaat yang didapatkan.

Keenam, berinvestasi untuk masa depan. Banyak

pilihan investasi seperti tabungan, deposito, properti

dan lain-lain yang dirasakan aman. Kita perlu

menyisihkan minimal 30% dari penghasilan untuk

kebutuhan investasi masa depan.

Ketujuh, siapkan secara detail dan rinci dana

pensiun. Setiap perusahaan seharusnya memiliki dana

pensiun untuk karyawan dengan cara menyisihkan

berapa persen dari penghasilan setiap karyawan sesuai

dengan tingkatan atau kontribusi kepada perusahaan.

Kedelapan, lebih baik mengambil tingkat suku

bunga flat/fix untuk jangka panjang. Hindari utang

dengan suku bunga floating karena sangat berisiko.

Kesembilan, cermat dalam memilih investasi.

Hindari investasi berisiko tinggi seperti obligasi dengan

tingkat suku bunga tinggi. Sebaiknya tidak menaruh

semua dana pada sebuah instrumen investasi, sebar

investasi sehingga bisa meminimalisir risiko.

Kesepuluh, beritahu keluarga tentang bisnis dan

keuangan. Kita perlu mendidik anak dan pasangan hidup

agar mengerti tentang bisnis dan keuangan keluarga.

Hal itu sangat penting karena jika terjadi sesuatu dengan

kita maka anak dan pasangan kita aka bisa paham dan

mengerti. n

Page 44: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id44

HRClinic

Tentang Pengasuh Rubrik:

Brian Aprinto, SPHR adalah penulis buku manajemen SDM terlaris

Buku Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia dan Buku

Pedoman Lengkap Softskills. Kunci Sukses dalam Karir, Bisnis

dan Kehidupan Pribadi. Brian juga orang Indonesia pertama yang

tersertifikasi Senior Professional in Human Resource (SPHR) dari

Human Resource Certification Institute (HRCI) di Amerika.

Halo salam sejahtera Pak Brian,

Assalamualaikum Wr Wb Pak Brian,

Perkenalkan nama saya Andika, saya telah bekerja

8 tahun di suatu perusahaan yang bergerak di bidang

konsultan. Saya sekarang dipromosikan menjadi

pemimpin proyek suatu kelompok kecil konsultan. Saya

mengingat diri saya yang dulu sangat bersemangat

kerja bahkan seharian di kantor terasa begitu cepat.

Bagaimanakah cara saya bisa membawa tim saya

bekerja seperti diri saya dahulu? Terima kasih.

Jawab

Salam kenal Pak Andika, selamat atas promosi

Bapak. Kondisi yang anda rasakan yaitu yang disebut

oleh Daniel Goleman dalam bukunya Emotional

Intelligence sebagai flow. Flow adalah keadaan ketika

seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang

dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus pada

pekerjaan tersebut dan kesadaran menyatu dengan

tindakan. Flow menimbulkan perasaan menyenangkan

dalam bekerja yang membuat seseorang seakan

terpisah dari ruang dan waktu.

Flow merupakan daya motivasi yang paling

unggul. Flow menggerakkan orang ke kinerja terbaik

apapun yang mereka kerjakan. Flow timbul ketika

keterampilan seseorang begitu menyatu dengan

dirinya ketika melakukan pekerjaan yang menantang

dan membuatnya mengerahkan seluruh daya upaya.

Tiba-tiba segala sesuatu berjalan secara otomatis dan

tindakannya menyesuaikan dengan tuntutan

perubahan tanpa mengerahkan banyak usaha, Dalam

keadaan tersebut keunggulan dapat dicapai tanpa

kerja keras.

Ketika seseorang merasa frustasi dan kuatir

terhadap pekerjaannya maka flow sulit diperoleh.

Sebaliknya, suatu pekerjaan yang membosankan juga

sulit mendatangkan flow. Tanpa kehadiran flow,

pekerjaan yang disukaipun atau mudah dapat menjadi

membosankan. Mempelajari bagaimana memperoleh

flow merupakan keterampilan diri seseorang untuk

mplikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan

sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai

peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang

telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan

Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut

BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama

dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)

untuk membicarakan alih manfaat antar

penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya

menambahkan, kerja sama yang terjadi akan

bersifat antar pemerintah atau "government to

government."

BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota

ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan

sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA

untuk mengadopsi standar yang diterapkan di

negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang

terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata

Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa

Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang

menjadi salah satu referensi bagi anggota.

Sesuai dengan peraturan pendungan yang

berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan

sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat

ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan

sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus

melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan

tersebut.

Diharapkan pihak perusahaan segera

mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar

mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan

kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan

jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang

Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan

melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya

menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.

Perusahaan yang tidak melaksanakan

kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada

sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan

tidak memberikan perlindungan kepada tenaga

kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan

denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS

Ketenagakerjaan akan meringankan beban

perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan

berdampak positif terhadap perkembangan

perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang

terlindungi jaminan sosialnya akan semakin

bersemangat dalam bekerja.

Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan

TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan

revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata

Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal

36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah

yang bekerja lebih dari enam bulan.

Selain kewajiban menjadi peserta dalam

jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus

memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum

Indonesia, serta memiliki kompetensi dan

pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga

harus membuat surat pernyataan wajib

mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia

pendamping yang dibuktikan dengan laporan

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun

persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga

pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang

menduduki jabatan sebagai anggota direksi,

anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan

anggota pengawas.

Terkait dengan kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak

sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang

banyak mempekerjakan TKA. Gabungan

perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea

Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku

keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial nasional.

Menurut David Hong, Deputy Secretary

General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada

media menyebutkan, mayortitas pengusaha

keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing

dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan

oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan

nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut

David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta

dalam kedua program tersebut tidak menentu.

Dalam program pensiun, misalnya, di mana

manfaat akan diterima apabila peserta telah

mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,

masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu

hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong

mengaku merasa agak bingung karena harus

membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan

memperoleh kepastian seperti apa. Namun

demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan

maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.

Sedangkan terkait dengan program BPJS

Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan

Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.

Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan

klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang

bersangkutan kembali ke negara asal.

Keberatan kepesertaan TKA dalam program

Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban

yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,

kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun

bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban

masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila

sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke

negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar

ditambah hasil pengembangannya akan diberikan

secara langsung.

Namun, apabila pekerja asing tersebut

sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia

maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar

sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun

BPJS Ketenagakerjaan. n

BAGAIMANA CARANYA MEMOTIVASITIM UNTUK LEBIH SEMANGAT BEKERJA?

meningkatkan kinerjanya. Anda dapat mendorong

tiap individu untuk mencapai keadaan flow dalam

bekerja dengan dengan:

a) Menciptakan motif dan sasaran yang ingin dicapai

b) Menciptakan pekerjaan yang mampu dikerjakan

namun menantang sepadan dengan kemampuan

c) Membuat target yang membutuhkan pengerahan

daya upaya secara maksimal

d) Membuat tim anda memberi perhatian dan

keterlibatan yang penuh

e) Menciptakan kesadaran individu bahwa pekerjaan

mereka sangat penting/kritis dalam pencapaian

tujuan yang ingin di capai

f) Menciptakan situasi gawat yang meningkatkan

adrenalin untuk mengerjakan tugas yang

sebetulnya mudah misalnya dengan tenggat

waktu mepet.

Semoga dengan tips di atas anda dapat

menciptakan tim yang berkinerja tinggi dan

bersemangat. Namun berhati-hatilah dalam

memberikan tekanan kepada tim. Karena keadaan flow

ini berada di tengah-tengah antara kondisi frustasi dan

bosan. Kurangnya tekanan akan membuat tim anda

bosan namun tekanan terlalu besar akan membuat

mereka stress dan tidak termotivasi.

Page 45: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

45www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

NewsFeed

Tenaga kerja asing (TKA) yang telah bekerja di Indonesia selama

enam bulan wajib menjadi peserta jaminan sosial BPJS

Ketenagakerjaan. Aturan ini menimbulkan polemik karena ada pihak

yang merasa keberatan, terutama pada program Jaminan Pensiun

Implikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan

sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai

peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang

telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan

Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut

BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama

dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)

untuk membicarakan alih manfaat antar

penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya

menambahkan, kerja sama yang terjadi akan

bersifat antar pemerintah atau "government to

government."

BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota

ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan

sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA

untuk mengadopsi standar yang diterapkan di

negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang

terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata

Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa

Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang

menjadi salah satu referensi bagi anggota.

Sesuai dengan peraturan pendungan yang

berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan

sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat

ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan

sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus

melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan

tersebut.

Diharapkan pihak perusahaan segera

mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar

mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan

kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan

jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang

Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan

melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya

menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.

Perusahaan yang tidak melaksanakan

kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada

sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan

tidak memberikan perlindungan kepada tenaga

kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan

denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS

Ketenagakerjaan akan meringankan beban

perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan

berdampak positif terhadap perkembangan

perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang

terlindungi jaminan sosialnya akan semakin

bersemangat dalam bekerja.

Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan

TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan

revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata

Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal

36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah

yang bekerja lebih dari enam bulan.

Selain kewajiban menjadi peserta dalam

jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus

memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum

Indonesia, serta memiliki kompetensi dan

pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga

harus membuat surat pernyataan wajib

mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia

pendamping yang dibuktikan dengan laporan

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun

persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga

pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang

menduduki jabatan sebagai anggota direksi,

anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan

anggota pengawas.

Terkait dengan kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak

sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang

banyak mempekerjakan TKA. Gabungan

perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea

Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku

keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial nasional.

Menurut David Hong, Deputy Secretary

General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada

media menyebutkan, mayortitas pengusaha

keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing

dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan

oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan

nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut

David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta

dalam kedua program tersebut tidak menentu.

Dalam program pensiun, misalnya, di mana

manfaat akan diterima apabila peserta telah

mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,

masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu

hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong

mengaku merasa agak bingung karena harus

membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan

memperoleh kepastian seperti apa. Namun

demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan

maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.

Sedangkan terkait dengan program BPJS

Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan

Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.

Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan

klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang

bersangkutan kembali ke negara asal.

Keberatan kepesertaan TKA dalam program

Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban

yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,

kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun

bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban

masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila

sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke

negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar

ditambah hasil pengembangannya akan diberikan

secara langsung.

Namun, apabila pekerja asing tersebut

sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia

maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar

sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun

BPJS Ketenagakerjaan. n

POLEMIK KEPESERTAANTENAGA KERJA ASING

Page 46: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id46

mplikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan

sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai

peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang

telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan

Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut

BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama

dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)

untuk membicarakan alih manfaat antar

penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya

menambahkan, kerja sama yang terjadi akan

bersifat antar pemerintah atau "government to

government."

BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota

ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan

sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA

untuk mengadopsi standar yang diterapkan di

negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang

terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata

Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa

Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang

menjadi salah satu referensi bagi anggota.

Sesuai dengan peraturan pendungan yang

berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan

sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat

ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan

sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus

melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan

tersebut.

Diharapkan pihak perusahaan segera

mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar

mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan

kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan

jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang

Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan

melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya

menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.

Perusahaan yang tidak melaksanakan

kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada

sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan

tidak memberikan perlindungan kepada tenaga

kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan

denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS

Ketenagakerjaan akan meringankan beban

perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan

berdampak positif terhadap perkembangan

perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang

terlindungi jaminan sosialnya akan semakin

bersemangat dalam bekerja.

Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan

TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan

revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata

Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal

36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah

yang bekerja lebih dari enam bulan.

Selain kewajiban menjadi peserta dalam

jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus

memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum

Indonesia, serta memiliki kompetensi dan

pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga

harus membuat surat pernyataan wajib

mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia

pendamping yang dibuktikan dengan laporan

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun

persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga

pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang

menduduki jabatan sebagai anggota direksi,

anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan

anggota pengawas.

Terkait dengan kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak

sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang

banyak mempekerjakan TKA. Gabungan

perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea

Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku

keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial nasional.

Menurut David Hong, Deputy Secretary

General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada

media menyebutkan, mayortitas pengusaha

keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing

dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan

oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan

nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut

David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta

dalam kedua program tersebut tidak menentu.

Dalam program pensiun, misalnya, di mana

manfaat akan diterima apabila peserta telah

mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,

masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu

hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong

mengaku merasa agak bingung karena harus

membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan

memperoleh kepastian seperti apa. Namun

demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan

maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.

Sedangkan terkait dengan program BPJS

Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan

Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.

Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan

klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang

bersangkutan kembali ke negara asal.

Keberatan kepesertaan TKA dalam program

Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban

yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,

kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun

bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban

masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila

sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke

negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar

ditambah hasil pengembangannya akan diberikan

secara langsung.

Namun, apabila pekerja asing tersebut

sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia

maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar

sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun

BPJS Ketenagakerjaan. n

NewsFeed

Page 47: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

47www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Tawa

mplikasi dengan adanya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) adalah pekerja dilindungi jaminan

sosial di negara tempatnya bekerja. Sesuai

peraturan yang berlaku di Indonesia, TKA yang

telah enam bulan bekerja di Indonesia wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan

Elvyn G Masassya, berkaitan dengan hal tersebut

BPJS Ketenagakerjaan sedang menjajaki kerja sama

dengan Asosiasi Jaminan Sosial ASEAN (ASSA)

untuk membicarakan alih manfaat antar

penyelenggara jaminan sosial. Elvyn G Massasya

menambahkan, kerja sama yang terjadi akan

bersifat antar pemerintah atau "government to

government."

BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi anggota

ISSA untuk mewujudkan penyelenggara jaminan

sosial berkelas dunia. "Kerja sama dengan ISSA

untuk mengadopsi standar yang diterapkan di

negara anggota yang lain. Kerja sama nyata yang

terjalin misalnya konferensi dan pelatihan,” kata

Elvyn G Massasya, beberapa waktu lalu, di Nusa

Dua, Bali. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga

terlibat dalam penyusunan panduan ISSA yang

menjadi salah satu referensi bagi anggota.

Sesuai dengan peraturan pendungan yang

berlaku, seluruh TKA yang bekerja di Indonesia dan

sudah bekerja selama enam bulan diwajibkan

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat

ini BPJS Ketenagakerjaan sedang melakukan

sosialisasi ke perusahaan-perusahaan sekaligus

melakukan pendataan tenaga kerja di perusahaan

tersebut.

Diharapkan pihak perusahaan segera

mendaftarkan tenaga kerjanya, termasuk TKA, agar

mendapatkan perlindungan dan jaminan kecelakaan

kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan

jaminan pensiun. Berdasarkan Undang Undang

Ketenagakerjaan, pelaku usaha diwajibkan

melaporkan dan mendaftarkan tenaga kerjanya

menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.

Perusahaan yang tidak melaksanakan

kewajiban perundang-undangan tersebut akan ada

sanksi administratif dan pidana. Apabila perusahaan

tidak memberikan perlindungan kepada tenaga

kerja akan dipidana delapan tahun penjara dan

denda satu miliar rupiah. Sebenarnya program BPJS

Ketenagakerjaan akan meringankan beban

perusahaan dalam menyejahterakan pekerjanya dan

berdampak positif terhadap perkembangan

perusahaan tersebut. Sebab, tenaga kerja yang

terlindungi jaminan sosialnya akan semakin

bersemangat dalam bekerja.

Kewajiban tenaga kerja menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan berlaku juga bagi TKA. Ketentuan

TKA wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

termuat dalam Permenaker No. 16/2015 tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang merupakan

revisi dari Permenaker No. 12/2013 tentang Tata

Cara Penggunaan Tenaga Asing. Berdasarkan Pasal

36 Permenaker No. 16/20015, syarat wajib menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi TKA adalah

yang bekerja lebih dari enam bulan.

Selain kewajiban menjadi peserta dalam

jaminan sosial nasional, pekerja asing juga harus

memiliki bukti polis asuransi yang berbadan hukum

Indonesia, serta memiliki kompetensi dan

pengalaman kerja minimal lima tahun. TKA juga

harus membuat surat pernyataan wajib

mengalihkan keahliannya kepada pekerja Indonesia

pendamping yang dibuktikan dengan laporan

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Namun

persyaratan terkait pengalaman kerja dan tenaga

pendamping tidak berlaku bagi pekerja asing yang

menduduki jabatan sebagai anggota direksi,

anggota dewan komisaris, anggota pengurus, dan

anggota pengawas.

Terkait dengan kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia tidak

sepenuhnya disetujui oleh pelaku usaha yang

banyak mempekerjakan TKA. Gabungan

perusahaan garmen asal Korea Selatan atau Korea

Garment Association in Indonesia (KOGA) mengaku

keberatan dengan syarat kepesertaan TKA dalam

jaminan sosial nasional.

Menurut David Hong, Deputy Secretary

General KOGA, sebagaimana disampaikan kepada

media menyebutkan, mayortitas pengusaha

keberatan apabila harus menyertakan pekerja asing

dalam program Jaminan Pensiun yang dilaksanakan

oleh BPJS Ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan

nasional oleh BPJS Kesehatan. Alasannya, menurut

David Hong, pengambilan manfaat oleh peserta

dalam kedua program tersebut tidak menentu.

Dalam program pensiun, misalnya, di mana

manfaat akan diterima apabila peserta telah

mengiur selama 15 tahun. Sementara itu, di sisi lain,

masa kerja TKA selama ini relatif lebih singkat, yaitu

hanya sekitar dua atau tiga tahun. David Hong

mengaku merasa agak bingung karena harus

membayar iuran tetapi tidak ada kepastian akan

memperoleh kepastian seperti apa. Namun

demikian, karena hal tersebut merupakan peraturan

maka pihak KOGA akan tetap mematuhinya.

Sedangkan terkait dengan program BPJS

Ketenagakerjaan yang lain, yaitu program Jaminan

Hari Tua (JHT) telah berjalan dengan baik bagi TKA.

Menurut David Hong, pekerja dapat mengajukan

klaim atau pencairan saldo pada saat pekerja yang

bersangkutan kembali ke negara asal.

Keberatan kepesertaan TKA dalam program

Jaminan Pensiun akhirnya mendapatkan jawaban

yang melegakan dari pihak BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi,

kepesertaan TKA dalam program Jaminan Pensiun

bersifat fleksibel dan tidak mengacu pada kewajiban

masa iuran selama 15 tahun. Artinya, apabila

sebelum 15 tahun pekerja asing tersebut kembali ke

negara asalnya maka jumlah iuran yang dibayar

ditambah hasil pengembangannya akan diberikan

secara langsung.

Namun, apabila pekerja asing tersebut

sewaktu-waktu kembali lagi bekerja di Indonesia

maka yang bersangkutan harus kembali mendaftar

sebagai peserta dalam program Jaminan Pensiun

BPJS Ketenagakerjaan. n

Mole orang gaptek dan Ceno orang kepinteran,

berbincang di pameran komputer.

Mole: "Ceno, mau nanya dong? 'ENTER' itu

maksudnya apa?"

Ceno dengan sigap menjawab: "Kayaknya untuk

mempercepat program deh muh!"

Mole: "Mempercepat gimana maksudnya Cen?"

Ceno: "Ya biar cepet kerjanya Muh. kalo tulisan nya

ENTAR, khan jadinya lamaaa!!"

Mole: "Oww, tanya lagi ya Cen, ini saya sudah masuk

ke Internet Explorer. Kok saya ketik Facebook.com,

nggak keluar apa-apa yah?"

Ceno: "Lah, di depan nya udah ngetik www nya

belum Mol?"

Mole: "Memangnya harus ya Cen, sebenarnya www

itu apa?"

Ceno: "Eeeehhmmmm... Apa yah? Pokoknya kalo

mau masuk ke website memang harus ketik www itu

Mol, kode permisi gitu lhooh. kayak nya kalau ngak

salah singkatan dari :Wassalammualaikum

Warohmatullohi Wabarokaatu..."

Mole: ..oh gituu ajiiibb juga ya cen....hehe

BAHAYA MEROKOK

Ibu: "Bapak! sudah diberitahu berkali-kali masih juga

merokok, rokok itu kan hanya

menghambur-hamburkan uang saja!"

Ayah: "Iya saya tau"

Ibu: "Berarti bapak setuju dengan adanya banyak

pabrik rokok di negara ini, yang hanya membuat

bangsa ini melarat?"

Ayah: "Sebenarnya saya gak setuju dengan adanya

pabrik rokok di negara kita ini!"

Ibu: "Trus, knapa masih merokok?"

Ayah: "Sebenarnya ingin sekali Ayah membakar

pabrik rokok itu... tetapi apa daya... itu melanggar

hukum, maka dari itu Ayah bakar satu-satu!"

Ibu: "@#$%%^" *lemparpanci*

HP Baru

Alkisah ada 3 pemuda yang saling pamer

handphone baru.

Junot: Gw kemaren bingung milih hp di mall ya udah

gw beli I-Phone 5 ajah...

Dodo: Gw kemaren disuruh milih hp ama orang tua,

ya udah gw milih BB aja deh

Agil: Gw kemaren mau beli hp tapi bingung banget

loh,

Junot & Dodo: Kenapa bingung?

Agil: Soalnya semua hp itu nggak pake kartu perdana

semua...

Junot & Dodo: *penasaran* kok nggak pake kartu

sih?

Agil: Iya soalnya layarnya kecil sama cuma muncul

angka digit dan + - x : doank!

Junot & Dodo: ITU KALKULATOR BEO!!! *lempar ke

kuburan*

Orang Gaptek Vs Orang Kepinteran

Page 48: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id48

sayaTanya

Belum lama ini BPJS Ketenagakerjaan

menyelenggarakan sosialisasi era baru

jaminan sosial ketenagakerjaan di 11 kota

besar di Indonesia. Pada saat yang sama

juga diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan Fair di

11 Kantor Wilayah di Indonesia selama sebulan

penuh pada bulan Agustus 2015 yang lalu.

Menurut Direktur Keuangan BPJS

Ketenagakerjaan Herdi Trisanto, kegiatan sosialisasi

dihadiri oleh pejabat daerah setempat dan

perusahaan Platinum dan Gold di masing-masing

kota domisili Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan.

Kegiatan ini diawali dengan BPJS Ketenagakerjaan

Fair sejak siang hingga sore hari. Herdi Trisanto

menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk

memberikan sosialisasi dan edukasi kepada

masyarakat umum dan peserta mengenai BPJS

Ketenagakerjaan yang telah resmi beroperasi penuh

mulai 1 Juli 2015.

Kegiatan sosialisasi diawali di Kantor Wilayah

Jawa Barat di Bandung pada tanggal 4 Agustus

2015, Kanwil DKI Jakarta (6 Agustus 2015), Kanwil

Sumbagsel di Palembang (10 Agustus 2015), Kanwil

Sumbagut di Medan (11 Agustus 2015), Kanwil

Sumbarriau di Pekanbaru (13 Agustus 2015), Kanwil

Banten di Serang (14 Agustus 2015), Kanwil

Banuspa di Bali (18 Agustus 2015), Kanwil Jawa

Timur di Surabaya (20 Agustus 2015), Kanwil

Sulama di Makasar (21 Agustus 2015), Kanwil Jawa

Tengah dan DIY di Semarang (27 Agustus 2015)

serta Kanwil Kalimantan di Balikpapann (28 Agustus

2015).

Pada sosialisasi tersebut disampaikan

penyelenggaraan 4 (empat) program jaminan sosial

ketenagakerjaan, yaitu Jaminan Hari Tua (JHT),

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian

(JK) dan Jaminan Pensiun (JP). Selain itu, pada

sosialisasi tersebut juga disampaikan adanya

beberapa perubahan dari sisi regulasi serta benefit

masing-masing jaminan.

Misalnya, benefit yang didapatkan oleh

peserta pada program JKK bertambah dengan

dihilangkannya plafon biaya pengobatan dan

perawatan yang sebelumnya sebesar Rp 20 juta.

Sejak 1 Juli 2015 tindakan medis yang dilakukan

karena terjadinya kecelakaan kerja ditanggung oleh

BPJS Ketenagakerjaan sampai sembuh. Benefit lain

yang mengalami peningkatan antara lain biaya

angkutan darat, laut dan udara, biaya pemakaman

serta pemberian beasiswa pendidikan bagi peserta

yang meninggal dunia atau cacat total tetap karena

kecelakaan kerja.

Selain itu, jika terjadi cacat sebagian permanen,

pekerja juga akan mendapatkan pelatihan khusus

agar tetap bisa kembali bekerja melalui

penyempurnaan manfaat Jaminan Kecelakaan

Kerja-Return To Work (JKK-RTW), di samping

santunan cacat yang diterima. Herdi Trisanto

menambahkan, dengan demikian pekerja tetap bisa

mendapatkan penghasilan dengan keahlian lain hasil

dari pelatihan yang dijalani.

Pada program JK memberikan benefit kepada

ahli waris pekerja yang mengalami musibah

meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan

kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan

sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman

dengan total santunan sebesar Rp 24 juta dan

pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang

ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang

sudah memasuki masa iur 5 tahun.

Sementara itu, JHT merupakan jaminan yang

memberikan perlindungan kepada para pekerja

terhadap risiko yang terjadi di hari tua, di mana

produktivitas pekerja sudah menurun. JHT

merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya

merupakan akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat

pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal

dunia atau cacat total tetap. Manfaat JHT juga dapat

diambil saat kepesertaan mencapai 10 tahun dengan

besaran 10% untuk persiapan hari tua atau 30%

untuk pembiayaan perumahan.

Pencairan manfaat pada kepesertaan 10 tahun

hanya dapat dipilih salah satu, baik untuk persiapan

hari tua ataupun pembiayaan perumahan. Revisi

Peraturan Pemerintah (PP) terkait masa pencairan

manfaat program JHT akan segera dikeluarkan oleh

Pemerintah dalam waktu dekat.

Selanjutnya, program baru yang

diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah

Jaminan Pensiun (JP) yang merupakan program

jaminan sosial dengan skema manfaat pasti yang

diberikan kepada pekerja setiap bulannya pada saat

memasuki masa pensiun 56 tahun atau mengalami

cacat total permanen dan atau meninggal dunia, yang

diberikan kepada pekerja atau ahli waris yang sah.

Jaminan Pensiun dipersiapkan bagi pekerja

untuk tetap mendapatkan penghasilan bulanan

pada saat memasuki usia yang tidak lagi produktif.

Dengan iuran yang ditetapkan sebesar 3% (1%

pekerja dan 2% pengusaha) dan dengan masa iur 15

tahun, peserta dapat menikmati dana pensiun di

masa pensiunnya nanti.

Selain peserta, manfaat pensiun juga dapat

diterima oleh ahli waris janda/duda dari peserta yang

meninggal dengan benefit mencapai 50% dari

formulasi manfaat pensiun, sampai ahli waris

meninggal dunia atau menikah lagi. Selain itu, ahli

waris anak dari peserta yang meninggal juga

mendapatkan benefit pensiun mencapai 50% dari

formulasi manfaat pensiun, sampai berusia 23 tahun,

bekerja atau menikah. Untuk peserta lajang yang

meninggal dunia, manfaat pensiun diterima oleh

orangtua sampai batas waktu tertentu dengan

benefit mencapai 20% dari formulasi manfaat

pensiun.

Dengan dilaksanakannya operasional penuh

BPJS Ketenagakerjaan merupakan momentum

sejarah menuju era baru jaminan sosial di Indonesia.

Selanjutnya, melalui penambahan program,

penyempurnaan manfaat, peningkatan pelayanan

dan pemenuhan semua infrastruktur, BPJS

Ketenagakerjaan telah siap menjadi jembatan

menuju terwujudnya kesejahteraan pekerja di

Indonesia. n

BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan empat program jaminan sosial ketenagakerjaan yaitu Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Pensiun (JP). Operasional penuh BPJS Ketenagakerjaan diikuti dengan beberapa perubahan regulasi serta penambahan benefit dari masing-masing program jaminan sosial.

SOSIALISASIERA BARUJAMINAN SOSIALKETENAGAKERJAAN

Page 49: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

49www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

elum lama ini BPJS Ketenagakerjaan

menyelenggarakan sosialisasi era baru

jaminan sosial ketenagakerjaan di 11 kota

besar di Indonesia. Pada saat yang sama

juga diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan Fair di

11 Kantor Wilayah di Indonesia selama sebulan

penuh pada bulan Agustus 2015 yang lalu.

Menurut Direktur Keuangan BPJS

Ketenagakerjaan Herdi Trisanto, kegiatan sosialisasi

dihadiri oleh pejabat daerah setempat dan

perusahaan Platinum dan Gold di masing-masing

kota domisili Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan.

Kegiatan ini diawali dengan BPJS Ketenagakerjaan

Fair sejak siang hingga sore hari. Herdi Trisanto

menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk

memberikan sosialisasi dan edukasi kepada

masyarakat umum dan peserta mengenai BPJS

Ketenagakerjaan yang telah resmi beroperasi penuh

mulai 1 Juli 2015.

Kegiatan sosialisasi diawali di Kantor Wilayah

Jawa Barat di Bandung pada tanggal 4 Agustus

2015, Kanwil DKI Jakarta (6 Agustus 2015), Kanwil

Sumbagsel di Palembang (10 Agustus 2015), Kanwil

Sumbagut di Medan (11 Agustus 2015), Kanwil

Sumbarriau di Pekanbaru (13 Agustus 2015), Kanwil

Banten di Serang (14 Agustus 2015), Kanwil

Banuspa di Bali (18 Agustus 2015), Kanwil Jawa

Timur di Surabaya (20 Agustus 2015), Kanwil

Sulama di Makasar (21 Agustus 2015), Kanwil Jawa

Tengah dan DIY di Semarang (27 Agustus 2015)

serta Kanwil Kalimantan di Balikpapann (28 Agustus

2015).

Pada sosialisasi tersebut disampaikan

penyelenggaraan 4 (empat) program jaminan sosial

ketenagakerjaan, yaitu Jaminan Hari Tua (JHT),

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian

(JK) dan Jaminan Pensiun (JP). Selain itu, pada

sosialisasi tersebut juga disampaikan adanya

beberapa perubahan dari sisi regulasi serta benefit

masing-masing jaminan.

Misalnya, benefit yang didapatkan oleh

peserta pada program JKK bertambah dengan

dihilangkannya plafon biaya pengobatan dan

perawatan yang sebelumnya sebesar Rp 20 juta.

Sejak 1 Juli 2015 tindakan medis yang dilakukan

karena terjadinya kecelakaan kerja ditanggung oleh

BPJS Ketenagakerjaan sampai sembuh. Benefit lain

yang mengalami peningkatan antara lain biaya

angkutan darat, laut dan udara, biaya pemakaman

serta pemberian beasiswa pendidikan bagi peserta

yang meninggal dunia atau cacat total tetap karena

kecelakaan kerja.

Selain itu, jika terjadi cacat sebagian permanen,

pekerja juga akan mendapatkan pelatihan khusus

agar tetap bisa kembali bekerja melalui

penyempurnaan manfaat Jaminan Kecelakaan

Kerja-Return To Work (JKK-RTW), di samping

santunan cacat yang diterima. Herdi Trisanto

menambahkan, dengan demikian pekerja tetap bisa

mendapatkan penghasilan dengan keahlian lain hasil

dari pelatihan yang dijalani.

Pada program JK memberikan benefit kepada

ahli waris pekerja yang mengalami musibah

meninggal dunia, yang bukan karena kecelakaan

kerja. Peningkatan manfaat terdapat pada santunan

sekaligus, santunan berkala dan biaya pemakaman

dengan total santunan sebesar Rp 24 juta dan

pemberian beasiswa bagi anak pekerja yang

ditinggalkan sebesar Rp 12 juta bagi peserta yang

sudah memasuki masa iur 5 tahun.

Sementara itu, JHT merupakan jaminan yang

memberikan perlindungan kepada para pekerja

terhadap risiko yang terjadi di hari tua, di mana

produktivitas pekerja sudah menurun. JHT

merupakan sistem tabungan hari tua yang besarnya

merupakan akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. JHT ini dapat dicairkan saat

pekerja mencapai usia 56 tahun atau meninggal

dunia atau cacat total tetap. Manfaat JHT juga dapat

diambil saat kepesertaan mencapai 10 tahun dengan

besaran 10% untuk persiapan hari tua atau 30%

untuk pembiayaan perumahan.

Pencairan manfaat pada kepesertaan 10 tahun

hanya dapat dipilih salah satu, baik untuk persiapan

hari tua ataupun pembiayaan perumahan. Revisi

Peraturan Pemerintah (PP) terkait masa pencairan

manfaat program JHT akan segera dikeluarkan oleh

Pemerintah dalam waktu dekat.

Selanjutnya, program baru yang

diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah

Jaminan Pensiun (JP) yang merupakan program

jaminan sosial dengan skema manfaat pasti yang

diberikan kepada pekerja setiap bulannya pada saat

memasuki masa pensiun 56 tahun atau mengalami

cacat total permanen dan atau meninggal dunia, yang

diberikan kepada pekerja atau ahli waris yang sah.

Jaminan Pensiun dipersiapkan bagi pekerja

untuk tetap mendapatkan penghasilan bulanan

pada saat memasuki usia yang tidak lagi produktif.

Dengan iuran yang ditetapkan sebesar 3% (1%

pekerja dan 2% pengusaha) dan dengan masa iur 15

tahun, peserta dapat menikmati dana pensiun di

masa pensiunnya nanti.

Selain peserta, manfaat pensiun juga dapat

diterima oleh ahli waris janda/duda dari peserta yang

meninggal dengan benefit mencapai 50% dari

formulasi manfaat pensiun, sampai ahli waris

meninggal dunia atau menikah lagi. Selain itu, ahli

waris anak dari peserta yang meninggal juga

mendapatkan benefit pensiun mencapai 50% dari

formulasi manfaat pensiun, sampai berusia 23 tahun,

bekerja atau menikah. Untuk peserta lajang yang

meninggal dunia, manfaat pensiun diterima oleh

orangtua sampai batas waktu tertentu dengan

benefit mencapai 20% dari formulasi manfaat

pensiun.

Dengan dilaksanakannya operasional penuh

BPJS Ketenagakerjaan merupakan momentum

sejarah menuju era baru jaminan sosial di Indonesia.

Selanjutnya, melalui penambahan program,

penyempurnaan manfaat, peningkatan pelayanan

dan pemenuhan semua infrastruktur, BPJS

Ketenagakerjaan telah siap menjadi jembatan

menuju terwujudnya kesejahteraan pekerja di

Indonesia. n

sayaTanya

Page 50: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id50

SehatInfo

Penjualan air mineral atau air putih saat ini,

mengalami perkembangan pesat. Promosi

yang ditawarkan, tidak lagi sekadar untuk

menghilangkan rasa haus dahaga tapi juga

menawarkan banyak manfaat dalam menjaga

kesehatan. Bahkan belakangan ini, produk

defersifikasi air mineral dipercaya untuk

pengobatan sejumlah penyakit.

Pasar industri air mineral dalam negeri,

diramaikan munculnya berbagai merk. Mulai dari air

mineral biasa (kemasan), air beroxigen, air

hexagonal, hingga air alkali dengan berbagai versi.

Kehadiran produk-produk air minum ini tentu saja

mengundang rasa penasaran di kalangan

masyarakat, hingga di antara mereka banyak yang

bertanya apa bedanya antara air mineral, air

beroxygen, air hexagonal, air alkali atau dengan air

biasa.

Secara struktural, keempat jenis air di atas

memiliki kesamaan, yaitu tersusun atas 2 atom

hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Jadi

sebenarnya semua jenis air yang ada di dunia ini

mengandung oksigen. Lantas, apa bedanya dan air

putih yang mana yang sebaiknya kita konsumsi

sehari-hari?

Secara ringkas, bedanya air mineral memiliki

kandungan mineral yang lengkap, sedangkan air

beroxygen mempunyai kadar oxygen yang lebih

tinggi tapi tidak memiliki mineral. Kalau air

hexagonal, mempunyai formasi kelompok molekul

H20 yang khas (segi enam) berbeda dengan air

mineral maupun air beroxygen (segi lima).

Sedangkan air alkali, berbeda dengan air mineral, air

beroxygen, dan air hexagonal, dalam hal PH nya. Air

alkali mengandung mineral dan memiliki PH antara 8

sd 11 (Basa), sedangkan air normal PH nya 7 (Asam).

Sejatinya, air mineral bisa dikonsumsi untuk

semua usia mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa

hingga lansia asal sehat asal sesuai dengan takaran

dalam sehari, yakni 8 gelas atau 2000 ml perhari.

Air mineral memiliki sejumlah manfaat buat

tubuh manusia, antara lain, untuk menjaga

kesegaran, menghilangkan dahaga atau rasa haus,

membantu pencernaan/ metabolisme dan sebagai

sarana mengeluarkan racun melalui urin dan

keringat.

Selain itu, air putih atau air mineral juga masih

memiliki sejumlah manfaat lain, seperti

memperlancar sistem pencernaan, perawatan

kecantikan, untuk kesuburan, menyehatkan jantung,

memiliki efek relaksasi, mencegah heat stroke,

menghambat berkembangnya sejumlah penyakit

dan masih banyak lagi.

Air Beroxygen, Air Hexagonal, dan Air Alkali

Berbagai jenis air minum baru, seperti air

beroxygen, air hexagonal, air alkali/ basa, mulai

banyak dipasaran sehinga membuat banyak pilihan

bagi masyarakat. Aneka jenis air tersebut, memiliki

manfaat lebih dari sekadar air minum biasa, yang

hanya mengatasi dahaga atau menyegarkan tubuh

saja. Tapi air mineral tersebut, juga memiliki manfaat

untuk membantu penyembuhan penyakit-penyakit

berat.

Seperti air beroksigen (air RO) dan bukan RO,

merupakan dua jenis air yang termasuk kelompok

Air pentagonal. Perbedaan yang mencolok terdapat

dalam kandungan Oxygen yang terlarut dan

kandungan mineralnya. Air RO tidak mengandung

mineral. Sedangkan manfaatnya, tidak banyak

berbeda dengan air mineral biasa. Sedangkan air

hexagonal, beda dengan air yang minum yang lain

karena rantai kumpulan molekul hidrogennya

bersegi enam (hexagonal) sedangkan air minum lain

memiliki rantai kumpulan molekul hidrogennya segi

lima (pentagonal). Perbedaan bentuk molekul ini

berpengaruh terhadap perjalanan reaksi biokimia.

Air hexagonal lebih mudah masuk ke dalam sel,

mengaktifkan proses metabolisme sel, dan

mengahasilkan lebih banyak energi, selanjutnya dia

juga lebih efektif melarutkan dan membuang zat

sisa metabolisme - yang berupa racun bagi tubuh.

Cairan di dalam tubuh manusia, terdiri atas tiga

golongan. Dan, air heksagonal menempati porsi

terbesar yaitu 62% sedangkan air pentagonal 24%

dan sisanya 14% berbentuk tehtahedral yang terkait

satu sama lain membentuk rantai baru. oleh karna

itu tubuh kita sangat membutuhkan Air heksagonal.

Penurunan air heksagonal dalam tubuh hingga

50-60% bisa menyebabkan dehidrasi bahkan bisa

menyebabkan kematian.

Sesuai indikasi, maka air hexagonal sangat

dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan

metabolisme, terlebih khusus bagi mereka yang

suka menyantap junkfood atau makanan yang

banyak mengandung pengawet, pewarna, serta

kalori tinggi.

Belakangan ini, muncul air alkali atau air basa

yang meramaikan pasar air mineral. Air alkali mirip

dengan air zam-zam yang dipercaya dapat

menyembuhkan berbagai penyakit. Air Zam-zam

diketahui memiliki PH diatas 9-11. Ternyata, di

sejumlah daerah di Indonesia juga memiliki mata air

atau air tanah dengan PH yang tinggi sampai 7-9.

Lebih dari itu, ada sejumlah air tanah di

beberapa daerah selain bersifat basa dan memiliki

energi skalar. Bahkan, air mineral alkali ini bisa

dipakai untuk anti aging atau menghambat proses

penuaan.

Sepertinya, kehadiran berbagai macam air

mineral membantu kebutuhan konsumen akan air

minum bersih dan sehat, bahkan sangat membantu

bagi orang-orang lansia dengan penyakit kronis

yang lebih membutuhkan asupan air alami yang

berkhasiat menyembuhkan. Pilihan diserahkan

kepada masyarakat, mana yang lebih baik. n

Kini di pasaran banyak bermunculan merk air mineral dan jenis air

putih baru, dan semua produk mengklaim air minum miliknya yang

menyehatkan bahkan mampu menyembuhkan berbagai penyakit.

Konsumen pun dibuat bingung.

BanyaknyaJenis Air Mineral,Lantas Pilihyang Mana?

Page 51: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

51www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

SehatInfo

enjualan air mineral atau air putih saat ini,

mengalami perkembangan pesat. Promosi

yang ditawarkan, tidak lagi sekadar untuk

menghilangkan rasa haus dahaga tapi juga

menawarkan banyak manfaat dalam menjaga

kesehatan. Bahkan belakangan ini, produk

defersifikasi air mineral dipercaya untuk

pengobatan sejumlah penyakit.

Pasar industri air mineral dalam negeri,

diramaikan munculnya berbagai merk. Mulai dari air

mineral biasa (kemasan), air beroxigen, air

hexagonal, hingga air alkali dengan berbagai versi.

Kehadiran produk-produk air minum ini tentu saja

mengundang rasa penasaran di kalangan

masyarakat, hingga di antara mereka banyak yang

bertanya apa bedanya antara air mineral, air

beroxygen, air hexagonal, air alkali atau dengan air

biasa.

Secara struktural, keempat jenis air di atas

memiliki kesamaan, yaitu tersusun atas 2 atom

hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Jadi

sebenarnya semua jenis air yang ada di dunia ini

mengandung oksigen. Lantas, apa bedanya dan air

putih yang mana yang sebaiknya kita konsumsi

sehari-hari?

Secara ringkas, bedanya air mineral memiliki

kandungan mineral yang lengkap, sedangkan air

beroxygen mempunyai kadar oxygen yang lebih

tinggi tapi tidak memiliki mineral. Kalau air

hexagonal, mempunyai formasi kelompok molekul

H20 yang khas (segi enam) berbeda dengan air

mineral maupun air beroxygen (segi lima).

Sedangkan air alkali, berbeda dengan air mineral, air

beroxygen, dan air hexagonal, dalam hal PH nya. Air

alkali mengandung mineral dan memiliki PH antara 8

sd 11 (Basa), sedangkan air normal PH nya 7 (Asam).

Sejatinya, air mineral bisa dikonsumsi untuk

semua usia mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa

hingga lansia asal sehat asal sesuai dengan takaran

dalam sehari, yakni 8 gelas atau 2000 ml perhari.

Air mineral memiliki sejumlah manfaat buat

tubuh manusia, antara lain, untuk menjaga

kesegaran, menghilangkan dahaga atau rasa haus,

membantu pencernaan/ metabolisme dan sebagai

sarana mengeluarkan racun melalui urin dan

keringat.

Selain itu, air putih atau air mineral juga masih

memiliki sejumlah manfaat lain, seperti

memperlancar sistem pencernaan, perawatan

kecantikan, untuk kesuburan, menyehatkan jantung,

memiliki efek relaksasi, mencegah heat stroke,

menghambat berkembangnya sejumlah penyakit

dan masih banyak lagi.

Air Beroxygen, Air Hexagonal, dan Air Alkali

Berbagai jenis air minum baru, seperti air

beroxygen, air hexagonal, air alkali/ basa, mulai

banyak dipasaran sehinga membuat banyak pilihan

bagi masyarakat. Aneka jenis air tersebut, memiliki

manfaat lebih dari sekadar air minum biasa, yang

hanya mengatasi dahaga atau menyegarkan tubuh

saja. Tapi air mineral tersebut, juga memiliki manfaat

untuk membantu penyembuhan penyakit-penyakit

berat.

Seperti air beroksigen (air RO) dan bukan RO,

merupakan dua jenis air yang termasuk kelompok

Air pentagonal. Perbedaan yang mencolok terdapat

dalam kandungan Oxygen yang terlarut dan

kandungan mineralnya. Air RO tidak mengandung

mineral. Sedangkan manfaatnya, tidak banyak

berbeda dengan air mineral biasa. Sedangkan air

hexagonal, beda dengan air yang minum yang lain

karena rantai kumpulan molekul hidrogennya

bersegi enam (hexagonal) sedangkan air minum lain

memiliki rantai kumpulan molekul hidrogennya segi

lima (pentagonal). Perbedaan bentuk molekul ini

berpengaruh terhadap perjalanan reaksi biokimia.

Air hexagonal lebih mudah masuk ke dalam sel,

mengaktifkan proses metabolisme sel, dan

mengahasilkan lebih banyak energi, selanjutnya dia

juga lebih efektif melarutkan dan membuang zat

sisa metabolisme - yang berupa racun bagi tubuh.

Cairan di dalam tubuh manusia, terdiri atas tiga

golongan. Dan, air heksagonal menempati porsi

terbesar yaitu 62% sedangkan air pentagonal 24%

dan sisanya 14% berbentuk tehtahedral yang terkait

satu sama lain membentuk rantai baru. oleh karna

itu tubuh kita sangat membutuhkan Air heksagonal.

Penurunan air heksagonal dalam tubuh hingga

50-60% bisa menyebabkan dehidrasi bahkan bisa

menyebabkan kematian.

Sesuai indikasi, maka air hexagonal sangat

dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan

metabolisme, terlebih khusus bagi mereka yang

suka menyantap junkfood atau makanan yang

banyak mengandung pengawet, pewarna, serta

kalori tinggi.

Belakangan ini, muncul air alkali atau air basa

yang meramaikan pasar air mineral. Air alkali mirip

dengan air zam-zam yang dipercaya dapat

menyembuhkan berbagai penyakit. Air Zam-zam

diketahui memiliki PH diatas 9-11. Ternyata, di

sejumlah daerah di Indonesia juga memiliki mata air

atau air tanah dengan PH yang tinggi sampai 7-9.

Lebih dari itu, ada sejumlah air tanah di

beberapa daerah selain bersifat basa dan memiliki

energi skalar. Bahkan, air mineral alkali ini bisa

dipakai untuk anti aging atau menghambat proses

penuaan.

Sepertinya, kehadiran berbagai macam air

mineral membantu kebutuhan konsumen akan air

minum bersih dan sehat, bahkan sangat membantu

bagi orang-orang lansia dengan penyakit kronis

yang lebih membutuhkan asupan air alami yang

berkhasiat menyembuhkan. Pilihan diserahkan

kepada masyarakat, mana yang lebih baik. n

Page 52: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id52

Kearifan lokal secara bebas dapat diartikan,

nilai-nilai budaya yang baik yang ada di

dalam suatu masyarakat. Untuk mengetahui

suatu kearifan lokal (local wisdom) atau

local knowledge di suatu wilayah, kita harus bisa

memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di

wilayah tersebut.

Sejatinya, nilai-nilai kearifan lokal sudah diajarkan

dalam keseharian secara turun-temurun oleh orang

tua kepada anak-anaknya sesuai wilayahnya. Salah

satu contoh yang tidak asing lagi mengenai kearifan

lokal yang menjadi karakter atau budaya mayoritas

masyarakat daerah di Indonesia, yakni budaya

gotong royong.

Budaya gotong royong, merupakan contoh kecil

dari kearifan lokal. Namun kerap disebut induk dari

kearifan lokal Nusantara, karena budaya saling tolong

menolong itu hampir ada di sebagian besar wilayah di

Nusantara, yang meliputi sekitar 429 suku bangsa,

dengan berbagai sebutan atau istilah. Misal, Suku

Wamena di Papua, ada kata bijak yang sering

dikemukakan oleh kepala suku atau adat dengan

sebutan Weak Hano Lapukogo (susah senang kita

sama-sama). Demikian pula, di Ambon (Maluku) ada

petuah yang menyatakan pela gandong (penguatan

persaudaraan lewat kegotong-royongan dalam

kehidupan), dan gendong beta gendongmu jua

(deritaku deritamu juga).

Suku Manado juga memiliki kearifan lokal yang

kerap menjadi petuah agar hidup saling gotong

royong dengan sebutan Baku Beking Pandei (saling

memandaikan satu sama lain). Masih dari wilayah

Sulawesi Utara, Suku Minahasa menggunakan istilah

Torang Samua Mapalus (kita semua gotong royong).

Masih banyak kearifan lokal yang mencerminkan

budaya tolong menolong di Sulawesi Utara, seperti

pada Suku Minahasa, memiliki petuah yang kerap

disampaikan Tulude-Maengket (kerja bakti untuk

rukun), baku-baku bae, baku-baku sayang, baku-baku

tongka, baku-baku kase inga (saling berbaik-baik,

sayang menyayangi, tuntun-menuntun, dan ingat

mengingatkan); serta Sitou Timou, Tumou Tou (saling

menopang dan hidup menghidupkan). Seperti, Suku

Bolang Mangondow yang memiliki petuah agar saling

tolong menolong sebagai kearifan lokal, dengan istilah

moto momosat (saling gotong royong). Begitu juga

Suku Kaili yang memiliki kearifan lokal bernafaskan

gotong royong, seperti toraranga (saling

mengingatkan), Rasa Risi Roso Nosimpotobe (sehati,

sealur pikir, setopangan, sesongsongan).

Suku di Sulawesi Tenggara, juga memiliki kata

bijak yang pada intinya nasihat hidup buat penduduk

asli untuk saling tolong menolong. yakni, kolosara,

supremasi, samaturu (Bahasa Tolala) yang artinya

bersatu, gotong royong, dan saling menghormati,

depo adha adhati (Bahasa Muna) yang artinya saling

menghargai. Di Sulawesi Selatan, ada Suku Bugis yang

juga memiliki kearifan lokal yang menasehati untuk

saling membantu, dengan sebutan Rebba

Sipatokkong (saling membantu untuk memajukan).

Sedangkan di Bali, memiliki local wisdom yang

menyarankan untuk bersatu dan saling tolong

menolong diambil dari inti ajaran agama Hindu, yang

mayoritas dianut oleh masyarakat Suku Bali. Yakni,

manyama braya (semua bersaudara), tat twam asi

(senasib sepenanggungan), dan salah satu dari tri hita

karana (tiga penyebab kebahagiaan), yaitu Pawongan

(harmoni dengan sesama manusia).

Di Nusa Tenggara Barat, juga memiliki kearifan lokal

yang pada intinya menasehati untuk saling tolong

menolong tercermin dari kata bijak, sbb: Saling Jot

(saling memberi), Saling ayon (saling mengunjungi

(silahturahmi), Saling ajinin (saling menghormati),

Patuh (rukun, taat, damai, dan saling toleransi). Suku

Sasak sendiri juga mempunyai kata bijak yang kerap

dikemukan sebagai petuah, bareng anyong jari

sekujung (bersama-sama lebur dalam satu suka dan

duka).

Di Kalimantan Selatan, Suku Dayak di sana

mengenal kata bijak untuk saling membantu yang

kerap dikemukakan oleh para kepala suku, dengan

istilah kayuh baimbai (bekerjasama), gawi sabumi

(gotong royong), dan basusun sirih (jaga keutuhan).

Pesan yang serupa, dari Suku Dayak Kanayatri, kerap

diungkapkan dengan istilah handep habaring hurung

(kebersamaan dan gotong royong) serta betang

(semangat bersama rumah panjang).

Sementara itu, di Sumatera yang memiliki banyak

suku, salah satunya yang dominan Suku Melayu, yang

memiliki petuah yang bernafaskan agar saling

membantu, yakni lindung melindung bak daun sirih,

tudung menudung bak daun labu, rajut merajut bak

daun petai (saling tolong menolong,saling melindungi,

saling berbagi, dan saling menghargai). Demikian

pula, di Lampung, masyarakatnya juga mempunyai

petuah yang menyarankan untuk saling membantu,

dengan istilah sakai samboyan (kebersamaan dan

tolong menolong).

Melestarikan kearifan lokal sebagai jati diri rakyat Indonesia, tidak

sebatas petuah atau nasihat dari orang tua kepada anak-anaknya. Tapi

juga harus dimplementasikan di dalam kebijakan pemerintah. Salah

satunya Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Sedangkan di Jawa, yang banyak sekali memiliki

banyak kearifan lokal baik Jawa Barat, Tengah

maupun Jawa Timur, hampir semua daerah memiliki

petuah agar hidup saling tolong menolong. Di

Pandeglang, misalnya, ada yang sering dilantunkan

sebagai zikir sekaligus nasihat atau petuah, untuk

membangun keharmonisan, kerukunan, serta gotong

royong, dalam membangun kebersamaan sosial.

Di Jawa Tengah, diwakili oleh Daerah Istimewa

Yogyakarta, memiliki banyak sekali petuah, salah

satunya yang sering terucap sebagai nasihat agar

hidup saling tolong menolong, tercermin dalam istilah

sambatan (agar saling membantu). Juga tercermin

dalam kearifan lokal yang lazim terdengar di

masyarakat Jawa di Solo (Surakarta), agar tetap

bersatu menjaga kebersamaan untuk saling membantu

dalam suka dan duka, tercermin dalam kalimat bijak

mangan ora mangan yen ngumpul (makan tidak

makan asal bersatu).

Nilai-nilai kearifan lokal tersebut akan melekat

sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu

sudah melalui perjalanan waktu yang panjang,

sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. Namun

demikian, bilamana kearifan lokal diabaikan atau

dilupakan, tidak lagi didengungkan, dan tidak lagi

hadir di dalam kehidupan keseharian. Cepat lambat,

bakal tergerus perubahan zaman, oleh berbagai

fenomena sosial yang berkembang di masyarakat,

yang cukup mekhawatirkan, seperti perilaku

individualis, istilah kata, loe-loe gue-gue, mau menang

sendiri, serakah, memaksakan kehendak, hingga

menghalalkan segala cara meski harus menggunakan

kekerasan

Fenemona itu, bila dibiarkan akan merusak induk

dari kearifan lokal dari masyarakat Indonesia, yang

ramah, santun, saling menolong, suka gotong royong.

Selayaknya kearifan lokal tersebut harus dilestarikan

sebagai jati diri, karakter rakyat dan bangsa Indonesia.

Agar nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak hilang

ditelan perkembangan jaman.

Kearifan lokal tersebut harus teraplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari, dan juga harus

terimplementasikan dalam kebijakan negara. Seperti

halnya, kebijakan ekonomi yang berazaskan gotong

royong dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud

dari kearifan lokal.

Demikian pula, kebijakan pemerintah

menggulirkan kebijakan Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN), sebagaimana amanat dari

undang-undang (UU) dan undang-undang dasar

(UUD). SJSN diselenggarakan berdasarkan tujuh

prinsip, salah satu prinsip utamanya yang diletakan di

urutan pertam adalah induk dari kearifan lokal, yakni

budaya gotong royong. n

KEARIFAN LOKAL MENJADIPRINSIP JAMINAN SOSIAL

Wisdom

Page 53: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

53www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Wisdom

earifan lokal secara bebas dapat diartikan,

nilai-nilai budaya yang baik yang ada di

dalam suatu masyarakat. Untuk mengetahui

suatu kearifan lokal (local wisdom) atau

local knowledge di suatu wilayah, kita harus bisa

memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di

wilayah tersebut.

Sejatinya, nilai-nilai kearifan lokal sudah diajarkan

dalam keseharian secara turun-temurun oleh orang

tua kepada anak-anaknya sesuai wilayahnya. Salah

satu contoh yang tidak asing lagi mengenai kearifan

lokal yang menjadi karakter atau budaya mayoritas

masyarakat daerah di Indonesia, yakni budaya

gotong royong.

Budaya gotong royong, merupakan contoh kecil

dari kearifan lokal. Namun kerap disebut induk dari

kearifan lokal Nusantara, karena budaya saling tolong

menolong itu hampir ada di sebagian besar wilayah di

Nusantara, yang meliputi sekitar 429 suku bangsa,

dengan berbagai sebutan atau istilah. Misal, Suku

Wamena di Papua, ada kata bijak yang sering

dikemukakan oleh kepala suku atau adat dengan

sebutan Weak Hano Lapukogo (susah senang kita

sama-sama). Demikian pula, di Ambon (Maluku) ada

petuah yang menyatakan pela gandong (penguatan

persaudaraan lewat kegotong-royongan dalam

kehidupan), dan gendong beta gendongmu jua

(deritaku deritamu juga).

Suku Manado juga memiliki kearifan lokal yang

kerap menjadi petuah agar hidup saling gotong

royong dengan sebutan Baku Beking Pandei (saling

memandaikan satu sama lain). Masih dari wilayah

Sulawesi Utara, Suku Minahasa menggunakan istilah

Torang Samua Mapalus (kita semua gotong royong).

Masih banyak kearifan lokal yang mencerminkan

budaya tolong menolong di Sulawesi Utara, seperti

pada Suku Minahasa, memiliki petuah yang kerap

disampaikan Tulude-Maengket (kerja bakti untuk

rukun), baku-baku bae, baku-baku sayang, baku-baku

tongka, baku-baku kase inga (saling berbaik-baik,

sayang menyayangi, tuntun-menuntun, dan ingat

mengingatkan); serta Sitou Timou, Tumou Tou (saling

menopang dan hidup menghidupkan). Seperti, Suku

Bolang Mangondow yang memiliki petuah agar saling

tolong menolong sebagai kearifan lokal, dengan istilah

moto momosat (saling gotong royong). Begitu juga

Suku Kaili yang memiliki kearifan lokal bernafaskan

gotong royong, seperti toraranga (saling

mengingatkan), Rasa Risi Roso Nosimpotobe (sehati,

sealur pikir, setopangan, sesongsongan).

Suku di Sulawesi Tenggara, juga memiliki kata

bijak yang pada intinya nasihat hidup buat penduduk

asli untuk saling tolong menolong. yakni, kolosara,

supremasi, samaturu (Bahasa Tolala) yang artinya

bersatu, gotong royong, dan saling menghormati,

depo adha adhati (Bahasa Muna) yang artinya saling

menghargai. Di Sulawesi Selatan, ada Suku Bugis yang

juga memiliki kearifan lokal yang menasehati untuk

saling membantu, dengan sebutan Rebba

Sipatokkong (saling membantu untuk memajukan).

Sedangkan di Bali, memiliki local wisdom yang

menyarankan untuk bersatu dan saling tolong

menolong diambil dari inti ajaran agama Hindu, yang

mayoritas dianut oleh masyarakat Suku Bali. Yakni,

manyama braya (semua bersaudara), tat twam asi

(senasib sepenanggungan), dan salah satu dari tri hita

karana (tiga penyebab kebahagiaan), yaitu Pawongan

(harmoni dengan sesama manusia).

Di Nusa Tenggara Barat, juga memiliki kearifan lokal

yang pada intinya menasehati untuk saling tolong

menolong tercermin dari kata bijak, sbb: Saling Jot

(saling memberi), Saling ayon (saling mengunjungi

(silahturahmi), Saling ajinin (saling menghormati),

Patuh (rukun, taat, damai, dan saling toleransi). Suku

Sasak sendiri juga mempunyai kata bijak yang kerap

dikemukan sebagai petuah, bareng anyong jari

sekujung (bersama-sama lebur dalam satu suka dan

duka).

Di Kalimantan Selatan, Suku Dayak di sana

mengenal kata bijak untuk saling membantu yang

kerap dikemukakan oleh para kepala suku, dengan

istilah kayuh baimbai (bekerjasama), gawi sabumi

(gotong royong), dan basusun sirih (jaga keutuhan).

Pesan yang serupa, dari Suku Dayak Kanayatri, kerap

diungkapkan dengan istilah handep habaring hurung

(kebersamaan dan gotong royong) serta betang

(semangat bersama rumah panjang).

Sementara itu, di Sumatera yang memiliki banyak

suku, salah satunya yang dominan Suku Melayu, yang

memiliki petuah yang bernafaskan agar saling

membantu, yakni lindung melindung bak daun sirih,

tudung menudung bak daun labu, rajut merajut bak

daun petai (saling tolong menolong,saling melindungi,

saling berbagi, dan saling menghargai). Demikian

pula, di Lampung, masyarakatnya juga mempunyai

petuah yang menyarankan untuk saling membantu,

dengan istilah sakai samboyan (kebersamaan dan

tolong menolong).

Sedangkan di Jawa, yang banyak sekali memiliki

banyak kearifan lokal baik Jawa Barat, Tengah

maupun Jawa Timur, hampir semua daerah memiliki

petuah agar hidup saling tolong menolong. Di

Pandeglang, misalnya, ada yang sering dilantunkan

sebagai zikir sekaligus nasihat atau petuah, untuk

membangun keharmonisan, kerukunan, serta gotong

royong, dalam membangun kebersamaan sosial.

Di Jawa Tengah, diwakili oleh Daerah Istimewa

Yogyakarta, memiliki banyak sekali petuah, salah

satunya yang sering terucap sebagai nasihat agar

hidup saling tolong menolong, tercermin dalam istilah

sambatan (agar saling membantu). Juga tercermin

dalam kearifan lokal yang lazim terdengar di

masyarakat Jawa di Solo (Surakarta), agar tetap

bersatu menjaga kebersamaan untuk saling membantu

dalam suka dan duka, tercermin dalam kalimat bijak

mangan ora mangan yen ngumpul (makan tidak

makan asal bersatu).

Nilai-nilai kearifan lokal tersebut akan melekat

sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu

sudah melalui perjalanan waktu yang panjang,

sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. Namun

demikian, bilamana kearifan lokal diabaikan atau

dilupakan, tidak lagi didengungkan, dan tidak lagi

hadir di dalam kehidupan keseharian. Cepat lambat,

bakal tergerus perubahan zaman, oleh berbagai

fenomena sosial yang berkembang di masyarakat,

yang cukup mekhawatirkan, seperti perilaku

individualis, istilah kata, loe-loe gue-gue, mau menang

sendiri, serakah, memaksakan kehendak, hingga

menghalalkan segala cara meski harus menggunakan

kekerasan

Fenemona itu, bila dibiarkan akan merusak induk

dari kearifan lokal dari masyarakat Indonesia, yang

ramah, santun, saling menolong, suka gotong royong.

Selayaknya kearifan lokal tersebut harus dilestarikan

sebagai jati diri, karakter rakyat dan bangsa Indonesia.

Agar nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak hilang

ditelan perkembangan jaman.

Kearifan lokal tersebut harus teraplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari, dan juga harus

terimplementasikan dalam kebijakan negara. Seperti

halnya, kebijakan ekonomi yang berazaskan gotong

royong dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud

dari kearifan lokal.

Demikian pula, kebijakan pemerintah

menggulirkan kebijakan Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN), sebagaimana amanat dari

undang-undang (UU) dan undang-undang dasar

(UUD). SJSN diselenggarakan berdasarkan tujuh

prinsip, salah satu prinsip utamanya yang diletakan di

urutan pertam adalah induk dari kearifan lokal, yakni

budaya gotong royong. n

Page 54: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id54

Pencapaian kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan pada semester I tahun

2015 dari sektor Pekerja Penerima Upah

(PPU) mengalami peningkatan signifikan

hingga 110,525 dibandingkan dengan pencapaian

pada periode yang sama pada 2014. Sementara itu,

kepesertaan PPU jika didasarkan pada rencana

kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2015

mengalami peningkatan sebesar 70,43%.

Peningkatan kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan

pada sektor Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)

yang meningkat sebanyak 137,80% dibanding

periode yang sama tahun 2014. Menurut Direktur

Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Herdi Trisanto,

peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada

pencapaian kepesertaan pekerja konstruksi yang

telah mencapai 197,21% dari RKAT 2015. Jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu, pencapaian pada bidang konstruksi mencapai

180,77%.

Selanjutnya jumlah perusahaan yang menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan juga mengalami

peningkatan. Penambahan jumlah perusahaan

peserta BPJS Ketenagakerjaan pada semester I

2015 mencapai 67.019 perusahaan. Pencapaian ini

sebesar 282,81% dibandingkan periode yang sama

pada 2014. Secara umum, penambahan

kepesertaan mengalami peningkatan sebesar

68,34% dan 106,72% masing-masing untuk PPU dan

PBPU dibandingkan dengan hasil yang dicapai

pada semester I 2014. Demikian pula pada sektor

konstruksi yang mencapai 115,83% dari periode

yang sama di 2014.

Penerimaan iuran juga mengikuti hasil

pencapaian peningkatan kepesertaan dengan

angka mencapai Rp 15,46 triliun pada Juni 2015

atau mencapai 122,73% dari periode sebelumnya

tahun lalu. Pada aspek pembayaran jaminan, total

kasus yang dibayarkan dari awal 2015 hingga Juni

2015 sebanyak 556.390 kasus. Hal ini tidak seperti

pembayaran jaminan pada Juni 2014 yang

mencapai 573.757 kasus. Dengan kata lain, rasio

pembayaran klaim tahun 2015 tidak sebanyak

pembayaran pada 2014 dengan perbandingan

mencapai 96,97%.

Selanjutnya, total keseluruhan pembayaran

jaminan tersebut, pencairan dana Jaminan Hari Tua

(JHT) yang memiliki rasio klaim tertinggi sebanyak

494.886. Pembayaran iuran yang dilakukan hingga

30 Juni 2015 sebesar Rp 7,1 Triliun atau 54,67% dari

RKAT tahun 2015.

Herdi Trisanto menambahkan, total dana

investasi per 30 Juni 2015 mencapai Rp194,93

Triliun atau setara dengan 83,66% dari RKAT 2015.

Ini meningkat dari dana investasi di periode yang

sama pada 2014 sebesar 15,90%. Alokasi aset dana

investasi antara lain Instrumen Surat Utang

(46,91%), Deposito (23,69%), Saham (20,89%),

Reksadana (7,92%) dan investasi langsung (0,59%).

Total hasil investasi pada 30 Juni 2015 mencapai

Rp10,09 Triliun yang setara dengan 50,32% dari

RKAT 2015.

Peningkatan kinerja BPJS Ketenagakerjaan

pada semester I 2015 patut disyukuri dan menjadi

motivasi semua pihak untuk terus bekerja keras

guna meraih prestasi yang lebih baik pada

semester II 2015. n

Terjadi peningkatan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan pada semester I 2015 secara signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 serta berdasarkan RKAT tahun 2015.

Review

KEPESERTAAN BPJS KETENAGAKERJAANMENINGKAT SIGNIFIKAN

Page 55: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

55www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

encapaian kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan pada semester I tahun

2015 dari sektor Pekerja Penerima Upah

(PPU) mengalami peningkatan signifikan

hingga 110,525 dibandingkan dengan pencapaian

pada periode yang sama pada 2014. Sementara itu,

kepesertaan PPU jika didasarkan pada rencana

kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2015

mengalami peningkatan sebesar 70,43%.

Peningkatan kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan

pada sektor Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)

yang meningkat sebanyak 137,80% dibanding

periode yang sama tahun 2014. Menurut Direktur

Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Herdi Trisanto,

peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada

pencapaian kepesertaan pekerja konstruksi yang

telah mencapai 197,21% dari RKAT 2015. Jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu, pencapaian pada bidang konstruksi mencapai

180,77%.

Selanjutnya jumlah perusahaan yang menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan juga mengalami

peningkatan. Penambahan jumlah perusahaan

peserta BPJS Ketenagakerjaan pada semester I

2015 mencapai 67.019 perusahaan. Pencapaian ini

sebesar 282,81% dibandingkan periode yang sama

pada 2014. Secara umum, penambahan

kepesertaan mengalami peningkatan sebesar

68,34% dan 106,72% masing-masing untuk PPU dan

PBPU dibandingkan dengan hasil yang dicapai

pada semester I 2014. Demikian pula pada sektor

konstruksi yang mencapai 115,83% dari periode

yang sama di 2014.

Penerimaan iuran juga mengikuti hasil

pencapaian peningkatan kepesertaan dengan

angka mencapai Rp 15,46 triliun pada Juni 2015

atau mencapai 122,73% dari periode sebelumnya

tahun lalu. Pada aspek pembayaran jaminan, total

kasus yang dibayarkan dari awal 2015 hingga Juni

2015 sebanyak 556.390 kasus. Hal ini tidak seperti

pembayaran jaminan pada Juni 2014 yang

mencapai 573.757 kasus. Dengan kata lain, rasio

pembayaran klaim tahun 2015 tidak sebanyak

pembayaran pada 2014 dengan perbandingan

mencapai 96,97%.

Selanjutnya, total keseluruhan pembayaran

jaminan tersebut, pencairan dana Jaminan Hari Tua

(JHT) yang memiliki rasio klaim tertinggi sebanyak

494.886. Pembayaran iuran yang dilakukan hingga

30 Juni 2015 sebesar Rp 7,1 Triliun atau 54,67% dari

RKAT tahun 2015.

Herdi Trisanto menambahkan, total dana

investasi per 30 Juni 2015 mencapai Rp194,93

Triliun atau setara dengan 83,66% dari RKAT 2015.

Ini meningkat dari dana investasi di periode yang

sama pada 2014 sebesar 15,90%. Alokasi aset dana

investasi antara lain Instrumen Surat Utang

(46,91%), Deposito (23,69%), Saham (20,89%),

Reksadana (7,92%) dan investasi langsung (0,59%).

Total hasil investasi pada 30 Juni 2015 mencapai

Rp10,09 Triliun yang setara dengan 50,32% dari

RKAT 2015.

Peningkatan kinerja BPJS Ketenagakerjaan

pada semester I 2015 patut disyukuri dan menjadi

motivasi semua pihak untuk terus bekerja keras

guna meraih prestasi yang lebih baik pada

semester II 2015. n

Review

Total dana investasi per 30 Juni

2015 mencapai Rp194,93 Triliun

atau setara dengan 83,66% dari

RKAT 2015. Ini meningkat dari

dana investasi di periode yang

sama pada 2014 sebesar 15,90%.

Alokasi aset dana investasi antara

lain Instrumen Surat Utang

(46,91%) , Deposito (23,69%),

Saham (20,89%), Reksadana

(7,92%) dan investasi langsung

(0,59%). Total hasil investasi pada

30 Juni 2015 mencapai Rp10,09

Triliun yang setara dengan 50,32%

dari RKAT 2015.

Page 56: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id56

Agenda

Program Kacab mengajar ini, wajib

dilaksanakan oleh seluruh kantor cabang

(Kacab) di Indonesia. Setiap kantor cabang

harus melakukan kegiatan Kacab mengajar,

di wilayah sekitar kantor cabang tersebut.

Menindaklanjuti program tersebut, Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi, Jakarta telah

mengadakan kegiatan sosialisasi kepada

siswa-siswa SMA 3 Setiabudi medio 29 Oktober

2015.

Dalam acara tersebut, Kacab Setiabudi

memperkenalkan secara dini, program-program

yang ada di BPJS Ketenagakerjaan kepada siswa

sekolah. “Melalui program ini, diharapkan siswa

sekolah dapat memahami dan mengetahui tentang

program jaminan sosial yang ada di Indonesia.

Siswa juga dapat mengetahui perbedaan BPJS

Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan,“ ujar Ibnu

Rusdan, Kepala Bidang Umum & SDM BPJS

Ketenagakerjaan.

Program yang disosialisasikan, lanjutnya,

contohnya program jaminan

pensiun yang baru dirilis pada tahun

ini. Dan sebagai siswa SMA harus

tahu, apa saja manfaat dari program

jaminan pensiun ini. Lalu apa

manfaat jaminan hari tua, jaminan

kecelakaan dan jaminan kematian.

“Tujuan secara garis besarnya, kita

ingin mengenalkan BPJS

Ketenagakerjaan dan diharapkan

mereka paham apa manfaat yang

didapat dari program BPJS

Ketenagakerjaan,” ucap Ibnu.

Dalam program Kacab

Mengajar ini, lanjutnya, untuk BPJS

Ketenagakerjaan setiap kantor

cabang minimal mendatangi satu

sekolah. Dan BPJS

Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi

memilih SMA 3. “Dalam program

Kacab mengajar ini, kita ingin

memperkenalkan program BPJS

Ketenagakerjaan secara dini kepada siswa sekolah

SMA 3,” tutur Ibnu.

Yang cukup menggembirakan, terang Ibnu,

sambutan siswa sekolah terhadap program Kacab

mengajar ini responnya cukup positif. “Banyak juga

pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari para

siswa karena keingintahuan mereka tentan BPJS

Ketenagakerjaan,” ungkapnya. n

Kegiatan Kantor Cabang (Kacab) Mengajar sebenarnya, merupakan salah satu bentuk atau metode sosialisasi dari program yang ada di BPJS Ketenagakerjaan. Program ini sebelumnya, pernah dilakukan di tingkat universitas. Dan saat ini, manajemen ingin secara bertahap dilakukan juga sosialisasinya pada tingkat SMA.

KANTOR CABANGMENGAJAR DI SEKOLAH

Page 57: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

57www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 10

Agenda

rogram Kacab mengajar ini, wajib

dilaksanakan oleh seluruh kantor cabang

(Kacab) di Indonesia. Setiap kantor cabang

harus melakukan kegiatan Kacab mengajar,

di wilayah sekitar kantor cabang tersebut.

Menindaklanjuti program tersebut, Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi, Jakarta telah

mengadakan kegiatan sosialisasi kepada

siswa-siswa SMA 3 Setiabudi medio 29 Oktober

2015.

Dalam acara tersebut, Kacab Setiabudi

memperkenalkan secara dini, program-program

yang ada di BPJS Ketenagakerjaan kepada siswa

sekolah. “Melalui program ini, diharapkan siswa

sekolah dapat memahami dan mengetahui tentang

program jaminan sosial yang ada di Indonesia.

Siswa juga dapat mengetahui perbedaan BPJS

Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan,“ ujar Ibnu

Rusdan, Kepala Bidang Umum & SDM BPJS

Ketenagakerjaan.

Program yang disosialisasikan, lanjutnya,

contohnya program jaminan

pensiun yang baru dirilis pada tahun

ini. Dan sebagai siswa SMA harus

tahu, apa saja manfaat dari program

jaminan pensiun ini. Lalu apa

manfaat jaminan hari tua, jaminan

kecelakaan dan jaminan kematian.

“Tujuan secara garis besarnya, kita

ingin mengenalkan BPJS

Ketenagakerjaan dan diharapkan

mereka paham apa manfaat yang

didapat dari program BPJS

Ketenagakerjaan,” ucap Ibnu.

Dalam program Kacab

Mengajar ini, lanjutnya, untuk BPJS

Ketenagakerjaan setiap kantor

cabang minimal mendatangi satu

sekolah. Dan BPJS

Ketenagakerjaan Cabang Setiabudi

memilih SMA 3. “Dalam program

Kacab mengajar ini, kita ingin

memperkenalkan program BPJS

Ketenagakerjaan secara dini kepada siswa sekolah

SMA 3,” tutur Ibnu.

Yang cukup menggembirakan, terang Ibnu,

sambutan siswa sekolah terhadap program Kacab

mengajar ini responnya cukup positif. “Banyak juga

pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari para

siswa karena keingintahuan mereka tentan BPJS

Ketenagakerjaan,” ungkapnya. n

Page 58: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 10 www.bpjsketenagakerjaan.go.id58

Q

Q

QA

A

A

JawabTanya

SANTHA ADI DEWA

Apakah biaya pengobatan dan perawatan

pada Jasa tabib/sinshe/tradisional, yang

telah mendapat izin resmi dari instansi yang

berwenang setelah tanggal 1 Juli 2015 masih

dapat penggantian?

BPJS KETENAGAKERJAAN

Terhitung 1 Juli 2015, biaya pengobatan dan

perawatan pada Jasa

tabib/sinshe/tradisional tidak termasuk

kedalam manfaat pelayanan kesehatan di

dalam Program JKK (tidak mendapat

penggantian).

CINTA SANDRIA

Terkait dengan pengambilan JHT maksimal

30% untuk membantu biaya perumahan,

bagaimanakah persyaratan dan

ketentuannya?

BPJS KETENAGAKERJAAN

a. Fasilitas pembiayaan perumahan secara

tunai dapat diberikan untuk pinjaman

uang muka perumahan (rumah tapak dan

rumah susun sederhana milik), kredit

pemilikan rumah (rumah tapak dan rumah

susun sederhana milik).

b. Persyaratan manfaat perumahan, sebagai

berikut :

• Perusahaan tertib administrasi dan iuran

(tidak ada tunggakan iuran).

• Pembayaran dilakukan melalui Bank yang

bekerjasama.

• Kepemilikan rumah diperuntukkan

dalam hal pembelian secara kredit

(termasuk pelunasan cicilan) untuk

rumah.

DIAN HARDIANSYAH

Apa persyaratan untuk mendapatkan

beasiswa bagi anak peserta yang

Meninggal Dunia bukan akibat

kecelakaan kerja?

BPJS KETENAGAKERJAAN

Persyaratan untuk memperoleh

manfaat beasiswa pendidikan bagi

anak peserta peserta yang Meninggal

Dunia bukan akibat kecelakaan kerja

meliputi :

• Pekerja memiliki anak usia sekolah

• Umur anak pekerja maksimal 23

tahun

• Berlaku hanya untuk 1 (satu) orang

anak

• Fotokopi kartu keluarga

• Surat keterangan dari sekolah/

perguruan tinggi

• Anak pekerja belum menikah

Dalam hal perusahaan menunggak

iuran lebih dari 3 bulan, manfaat

beasiswa diberikan setelah Pemberi

Kerja melunasi tunggakan iuran

beserta denda.

Page 59: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait
Page 60: MENINDAK TEGAS LAW PENGUSAHA NAKALbpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/tiny_mce/BRIDGE/...Ketenegakerjaan telah mengantongi peraturan pemerintah (PP) nomor 44, 45 dan 60 terkait

BRIDGE VOLUME 09 www.bpjsketenagakerjaan.go.id6060 BRIDGE VOLUME 03 www.bpjsketenagakerjaan.go.id