mengingat : 1. undang-undang nomor 20 tahun 1997...

17
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 249 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENAGIHAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor PM 81 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, diatur Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan; b. bahwa dalam rangka pemenuhan formulasi dan mekanisme penetapan biaya pelayanan jasa navigasi Penerbangan perlu diatur penagihan Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Penagihan Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan, dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

Upload: dothu

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR: KP 249 TAHUN 2016

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENAGIHAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor PM 81

Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan

Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,

diatur Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan

Jasa Navigasi Penerbangan;

b. bahwa dalam rangka pemenuhan formulasi dan

mekanisme penetapan biaya pelayanan jasa navigasi

Penerbangan perlu diatur penagihan Penerimaan

Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Navigasi

Penerbangan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan

Petunjuk Teknis Penagihan Penerimaan Negara Bukan

Pajak Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan, dengan

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

Page 2: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4956);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52

Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3760);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang

Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3871);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4353);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang

Tata Cara penentuan Jumlah, Pembayaran dan

Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

2

Page 3: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

Terutang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 58);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan

Indonesia (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3871);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang

Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 41);

11. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara

Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I

Kementerian Negara;

12. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun

2014 tentang Formulasi dan Mekanisme Penetapan

Biaya Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM 103 Tahun 2015;

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun

2014 tentang Biaya Pelayanan Jasa Navigasi

Penerbangan;

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan;

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 81 Tahun

2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif

atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

18. Peraturan Menteri Keuangan No.32/PMK.05/2014

tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik;

3

Page 4: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

19. Peraturan Direktur Jenderal Anggaran Nomor Per-

1/AG/2014 tentang Tata Cara Pembayaran/Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak danPenerimaan Non Anggaran Secara Elektronik;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGANUDARA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENAGIHAN

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PELAYANAN JASA

NAVIGASI PENERBANGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut

PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang

tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

2. Penerbangan Dalam Negeri (domestik) adalah

penerbangan dari satu bandar udara ke bandar udara lain

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Penerbangan Luar Negeri (internasional) adalah

penerbangan dengan dan/atau tanpa melakukan transit

dari satu bandar udara di dalam negeri ke bandar udara

diluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau

sebaliknya.

4. Penerbangan Jelajah (en-route) adalah pergerakan pesawat

udara yang dimulai dari fase keberangkatan sampai

dengan fase awal fase kedatangan melalui suatu jalur

penerbangan dengan batas ketinggian minimum yang

ditentukan (minimum en-route altitude).

Page 5: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

5. Penerbangan Terminal adalah pergerakan pesawat udarapada fase keberangkatan dan/atau fase kedatangan dalamarea 20 (dua puluh) kilometer cakupan pelayananterhadap pesawat udara yang mendarat di wilayah bandarudara atau aerodrome di Indonesia.

6. Penerbangan Lintas (overflying) adalah penerbangan yang

melintasi wilayah udara Indonesia tanpa melakukan

pendaratan di bandar udara di wilayah Indonesia.7. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal

Perhubungan Udara.

8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan

Udara.

9. Direktorat adalah Direktorat Navigasi Penerbangan,

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

10. Direktur adalah Direktur Navigasi Penerbangan.

11. Sekretaris Direktorat Jenderal adalah Sekretaris

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

12.Bendahara Penerimaan adalah Bendahara Penerimaan

Direktorat Navigasi Penerbangan.

BAB II

PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN

Pasal 2

(1) Pesawat udara yang terbang di ruang udara Indonesia

diberikan pelayanan navigasi penerbangan.

(2) Pelayanan navigasi penerbangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan pelayanan pemanduan pesawat

udara selama melakukan penerbangan di ruang udara

yang dilayani.

(3) Pelayanan pemanduan pesawat udara sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diberikan terhadap:

a. penerbangan dalam negeri (domestik);

b. penerbangan luar negeri (internasional); dan

c. penerbangan lintas (overflying).

Page 6: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

Pasal 3

Pelayanan navigasi penerbangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dilaksanakan oleh Perusahaan Umum (Perum)

Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan

Indonesia.

Pasal 4

Pelayanan navigasi penerbangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dikenakan biaya pelayanan jasa navigasi

penerbangan yang terdiri atas:

a. biaya pelayanan jasa navigasi penerbangan jelajah

(enroute charges) untuk setiap penerbangan dalam dan

luar negeri merupakan biaya yang dikenakan atas

pelayanan navigasi penerbangan di luar area 20 (dua

puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan

hingga bandar udara tujuan atau batas wilayah udara

Indonesia;

b. biaya pelayanan jasa navigasi penerbangan terminal

(terminal navigation charges) untuk setiap pendaratan di

bandar udara atau aerodrome Indonesia merupakan

biaya yang dikenakan atas pelayanan navigasi

penerbangan dalam area 20 (dua puluh) kilometer

cakupan pelayanan terhadap pesawat udara yang

melakukan pendaratan di bandar udara dan/atau

aerodrome di Indonesia.

Pasal 5

(1) Biaya pelayanan jasa navigasi penerbangan jelajah

(enroute charges) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf a dikenakan terhadap:

a. penerbangan dalam negeri (domestik);

b. penerbangan luar negeri (internasional);

c. penerbangan lintas (overflying).

Page 7: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

(2) Biaya pelayanan jasa navigasi penerbangan terminal

(terminal navigation charges) sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 huruf b dikenakan terhadap:

a. penerbangan dalam negeri (domestik); dan

b. penerbangan luar negeri (internasional).

(3) Biaya pelayanan jasa navigasi penerbangan jelajah

(enroute charges) untuk penerbangan lintas (overflying)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

merupakan biaya yang dikenakan atas pelayanan

navigasi penerbangan untuk penerbangan lintas

(overflying).

Pasal 6

Besaran biaya pelayanan jasa navigasi penerbangan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 berdasarkan Peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai biaya

pelayanan jasa navigasi penerbangan.

Pasal 7

Biaya Pelayanan Navigasi Penerbangan yang di pungut oleh

Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia merupakan PNBP

Direktorat Jenderal pada Direktorat yang membidangi

navigasi penerbangan dengan prosentase sebesar:

a. 15 % (lima belas persen) dari biaya pelayanan jasa

navigasi penerbangan dalam negeri (domestik); dan

b. 10 % (sepuluh persen) dari biaya pelayanan jasa navigasi

penerbangan luar negeri (internasional) dan penerbangan

lintas (overflying).

Page 8: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

BAB III

PELAPORAN PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN

Pasal 8

(1) Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia wajib

menyerahkan laporan bulanan atas Pelayanan Jasa

Navigasi Penerbangan selambat-lambatnya tanggal 25

(dua puluh lima) bulan berikutnya kepada Direktur

dengan tembusan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal

dan Bendahara Penerimaan.

(2) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibuat dalam bentuk tertulis dan elektronik yang terdiri

dari:

a. data penerbangan komersial dalam negeri (domestik),

penerbangan luar negeri (internasional) dan

penerbangan lintas (over flying) yang menjadi potensi

perhitungan PNBP Pelayanan Jasa Navigasi

Penerbangan pada saat bulan berjalan dengan

menggunakan format sebagaimana tercantum pada

Lampiran I Peraturan ini.

b. perhitungan PNBP Pelayanan Jasa Navigasi

Penerbangan pada saat bulan berjalan menggunakan

format sebagaimana tercantum pada Lampiran II

Peraturan ini.

BAB IV

PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

Pasal 9

(1) Direktur selaku Kuasa Pengguna Anggaran menerima

laporan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2), dan memerintahkan Bendahara Penerimaan

untuk melakukan penagihan PNBP Pelayanan Jasa

Navigasi Penerbangan berdasarkan laporan bulanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

8

Page 9: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

(2) Penagihan PNBP Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan

dilakukan oleh Bendahara Penerimaan melalui surat

tagihan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak

laporan bulanan diterima.

Pasal 10

(1) Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia wajib

membayar PNBP pelayanan jasa navigasi penerbangan

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak surat

tagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)

diterima.

(2) Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia

membayarkan PNBP pelayanan jasa navigasi

penerbangan sesuai dengan nilai yang tertera pada surat

tagihan dengan mekanisme kode billing sesuai dengan

peraturan perundang-undangan mengenai Sistem

Penerimaan Negara Secara Elektronik.

BAB V

VERIFIKASI DAN REKONSILIASI

Pasal 11

(1) Direktorat melakukan verifikasi atas laporan bulanan

yang diserahkan Perusahaan Umum (Perum) Lembaga

Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan

Indonesia.

(2) Verifikasi laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan cara membandingkan dengan

data yang dimiliki Direktorat Jenderal, dan apabila

diperlukan dilakukan verifikasi di lokasi pelayanan jasa

navigasi penerbangan yang diberikan.

Page 10: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

Pasal 12

(1) Apabila setelah dilakukan verifikasi terdapat perbedaandata, Direktorat meminta klarifikasi dari Perusahaan

Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan

Navigasi Penerbangan Indonesia.

(2) Perusahaan Umum (Perum) Lembaga PenyelenggaraPelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia wajibmelakukan klarifikasi paling lambat 14 (empat belas)

hari kalender sejak permintaan klarifikasi diterima.

Pasal 13

Dalam rangka mengevaluasi dan mengoptimalkan PNBP

Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan, Direktorat Jenderal

dan Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia melakukan

rekonsiliasi secara periodik setiap triwulan.

BAB VI

SANKSI ADMINISTRATE

Pasal 14

(1) Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia wajib

menyerahkan laporan bulanan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7, dan apabila dalam jangka waktu 5 (lima)

hari setelah batas waktu penyerahan laporan bulanan,

belum menyerahkan laporan bulanan, diberikan surat

peringatan pertama oleh Direktur.

(2) Apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah

batas waktu penyerahan laporan bulanan, Perusahaan

Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan

Navigasi Penerbangan Indonesia belum menyerahkan

laporan bulanan, diberikan surat peringatan kedua oleh

Direktur.

10

Page 11: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

(3) Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari setelahbatas waktu penyerahan laporan bulanan, Perusahaan

Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan

Navigasi Penerbangan Indonesia belum menyerahkan

laporan bulanan, diberikan surat peringatan ketiga oleh

Direktur Jenderal.

(4) Apabila surat peringatan sebagaimana dimaksud ayat

(1), (2) dan (3) tidak diindahkan, Direktur Jenderal dapat

memberikan rekomendasi penilaian kinerja Perusahaan

Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan

Navigasi Penerbangan Indonesia yang disampaikan

kepada Menteri yang membidangi urusan Badan Usaha

Milik Negara.

Pasal 15

Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia terlambat

melakukan pembayaran PNBP pelayanan jasa navigasi

penerbangan, maka dikenakan denda sebesar 2 % (dua

persen) perbulan dari jumlah yang terhutang dan bagian dari

bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Direktur melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan ini.

Pasal 17

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Direktur

Jenderal Nomor KP 456 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis

Penagihan Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa

Penerbangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

M

Page 12: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

Pasal 18

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 1 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

SUPRASETYO

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada:

1. Menteri Perhubungan;

2. Menteri Keuangan;

3. Menteri BUMN;

4. Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan;

5. Inspektur Jenderal, Kementerian Perhubungan;

6. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan;

7. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

8. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

9. Direktur Utama Perum LPPNPI.

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA.BAGIAN HUKUM

RUDI FICHARDO.SH. MH

PemnnaTkl / (IV/b)NIP. 19(70118 199403 1001

12

Page 13: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

Lam

piranI

Peraturan

Direktur

JenderalP

erhubunganU

daraN

om

or

:K

P2

49

TA

HU

N2

01

6

Tan

gg

al:

lA

GU

STU

S2

01

6

Contoh

Laporan

Bulanan

Data

PenerbanganK

omersial:

LA

PO

RA

NB

UL

AN

AN

DA

TA

PE

NE

RB

AN

GA

NK

OM

ER

SIA

LP

ER

UM

LP

PN

PI

PE

RIO

DE

ME

I2

01

6

A.

DO

ME

ST

IK

No

.A

ero

dro

me

Fro

mD

ate

Flig

ht

Nu

mb

er

Reg

ister

Ty

pe

Po

int

InT

ime

inP

oin

t

Ou

t

Tim

e

Ou

t

Dis

tan

ce

Facto

r

Weig

ht

Facto

r

Ro

ute

Un

it

iW

illW

AJJ

31

/12

/20

15

GIA

65

7P

KG

FN

B7

38

WA

JJ

8:4

2:0

0W

ill0

:00

:00

37

,54

33

12

38

,82

B.

INT

ER

NA

SIO

NA

L

No

.

i

Aero

dro

me

WA

DD

Fro

m

wsss

Date

01

/12

/20

15

Flig

ht

Nu

mb

er

GIA

84

0

Reg

ister

PK

GN

H

Ty

pe

B7

38

Po

int

In

WA

DD

Tim

ein

11

:19

:00

Po

int

Ou

t

SU

RG

A

Tim

e

Ou

t

0:0

0:0

0

Dis

tan

ce

Facto

r

12

,97

Weig

ht

Facto

r

33

Ro

ute

Un

it

42

8,0

1

2.

WA

DD

RJA

A0

1/1

2/2

01

5G

IA8

81

PK

GIF

B7

73

GO

RA

I0

:00

:00

WA

DD

9:2

0:0

01

5,2

61

09

16

63

,34

13

Page 14: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

C.

OV

ER

FL

YIN

G

No

.S

erv

ice

Bran

ch

AD

EP

AD

ES

Date

Flig

ht

Nu

mb

er

Reg

ister

Ty

pe

Po

int

InT

ime

inP

oin

t

Ou

tT

ime

Ou

tD

ista

nce

Facto

r

Weig

ht

Facto

r

Ro

ute

Un

it

1.

WA

AA

YS

SY

VH

HH

13

/12

/20

15

QF

A1

27

VH

OQ

DA

38

8G

UT

EV

5:3

3:0

0M

OL

LY

7:1

7:0

01

5,6

61

60

2.5

05

,60

2.

WA

AA

VH

HH

YS

SY

14

/12

/20

15

QF

A1

28

VH

OQ

DA

38

8M

OL

LY

15

:15

:00

BU

TP

A1

7:0

1:0

01

5,2

16

02

.43

2,0

0

1

Salin

an

sesu

ai

den

gan

asliny

aK

EP

AL

AB

AG

IAN

HU

KU

M

RU

DI

RIC

HA

RD

O.S

H,

MH

Pen

ibin

aT

kl

/(IV

/b)

NIP

.1

96

70

11

81

99

40

31

00

1

DIR

EK

TU

RJE

ND

ER

AL

PE

RH

UB

UN

GA

NU

DA

RA

ttd

SU

PR

AS

ET

YO

14

Page 15: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

C.

OV

ER

FL

YIN

G

No

.S

erv

ice

Bran

ch

AD

EP

AD

ES

Date

Flig

ht

Nu

mb

er

Reg

ister

Ty

pe

Po

int

InT

ime

inP

oin

t

Ou

tT

ime

Ou

tD

ista

nce

Facto

r

Weig

ht

Facto

r

Ro

ute

Un

it

1.

WA

AA

YS

SY

VH

HH

13

/12

/20

15

QF

A1

27

VH

OQ

DA

38

8G

UT

EV

5:3

3:0

0M

OL

LY

7:1

7:0

01

5,6

61

60

2.5

05

,60

2.

WA

AA

VH

HH

YS

SY

14

/12

/20

15

QF

A1

28

VH

OQ

DA

38

8M

OL

LY

15

:15

:00

BU

TP

A1

7:0

1:0

01

5,2

16

02

.43

2,0

0

Salin

an

sesu

ai

den

gan

asliny

aK

EP

AL

AB

AG

IAN

HU

KU

M

(W(

RU

DI

RIC

HA

RD

O,S

H,

MH

PenlbinaTkl

/(IV

/b)N

IP.19^70118

1994031

00

DIR

EK

TU

RJE

ND

ER

AL

PE

RH

UB

UN

GA

NU

DA

RA

ttd

SU

PR

AS

ET

YO

14

Page 16: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

Lam

piranII

Peratu

ranD

irekturJen

deral

Perh

ub

un

gan

Udara

No

mo

r:

KP

24

9T

AH

UN

20

16

Tan

gg

al:

1A

GU

STUS

20

16

Contoh

Laporan

Bu

lanan

PNB

PP

elayananJa

saN

avigasiP

enerbangan:

LA

POR

AN

BU

LA

NA

NP

NB

PPE

LA

YA

NA

NJA

SA

NA

VIG

ASI

PEN

ER

BA

NG

AN

PE

RU

ML

PP

NP

I

PE

RIO

DE

ME

I2

01

6

A.

EN

RO

UT

EN

AV

IGA

TIO

NC

HA

RG

ES

(EN

C)

No

.U

raia

n

Do

mestik

(Rp

.)In

tern

asio

nal

(Rp

.)O

verflying(U

S$.)

s.d

.M

ei

20

16

Mei2

01

6T

ota

ls.d

.M

ei

20

16

Mei

20

16

To

tal

s.d

.M

ei

20

16

Mei2

01

6T

ota

l

1.

Ju

mla

hF

ak

tur

Tag

ihan

yan

gD

iterb

itkan

11

.50

0,-

1.2

00

,-1

2.7

00

,-2

2.1

00

,-1

.30

0,-

23

.40

0,-

1.5

00

,-1

90

,-1

.69

0,-

2.

Ju

mla

hP

em

bay

ara

ny

an

gD

iterim

ad

ari

Airlin

e1

0.1

00

,-1

.00

0,-

11

.10

0,-

19

.70

0,-

1.0

00

,-2

0.7

00

,-1

.35

0,-

10

0,-

1.4

50

,-

3.

Jum

lah

yan

gM

asihH

aru

sD

iterim

ad

ari

Airlin

e1

.40

0,-

20

0,-

1.6

00

,-1

.40

0,-

30

0,-

1.7

00

,-1

50

,-9

0,-

24

0,-

4.

PN

BP

yan

gD

ilap

ork

an

15

0,-

10

0,-

10

,-

15

Page 17: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2016/KP_249_Tahun_2016.pdf · puluh) kilometer dari bandar udara keberangkatan hingga bandar

B.

TE

RM

INA

LN

AV

IGA

TIO

NC

HA

RG

ES

(TN

C)

No

.U

raia

n

Do

mest

ik(R

p.)

Inte

rnasi

on

al

(Rp.

)

s.d

.M

ei

20

16

Mei2

01

6T

ota

ls.d

.M

ei

20

16

Mei2

01

6T

ota

l

1.

Jum

lah

Fak

tur

Tag

ihan

yan

gD

iterb

itk

an

11

.50

0,-

1.2

00

,-1

2.7

00

,-2

2.1

00

,-1

.30

0,-

23

.40

0,-

2.

Jum

lah

Pem

bay

ara

ny

an

gD

iteri

ma

dari

Air

lin

e1

0.1

00

,-1

.00

0,-

11

.10

0,-

19

.70

0,-

1.0

00

,-2

0.7

00

,-

3.

Jum

lah

yan

gM

asih

Haru

sD

iteri

ma

dari

Air

lin

e1

.40

0,-

20

0,-

1.6

00

,-1

.40

0,-

30

0,-

1.7

00

,-

4.

PN

BP

yan

gD

ilap

ork

an

15

0,-

10

0,-

Sali

nan

sesu

ai

den

gan

asl

iny

a

KE

PA

LA

^B

AG

IAN

HU

KU

M

RU

DI

RIC

HA

RD

CS

H,

MH

Pem

bin

aT

kI

/(I

V/b

)N

IP.

19

57

01

18

19

94

03

10

01

DIR

EK

TU

RJE

ND

ER

AL

PE

RH

UB

UN

GA

NU

DA

RA

ttd

SU

PR

AS

ET

YO

16