menggagas partisipasi pemuda dalam pembangunan

9
Strategi Pengarusutamaan Pemuda: Menggagas Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan Oleh: Siti Wahyudini, S.P., M.Si. 1 Jumlah pemuda di Indonesia, yaitu yang termasuk usia 16-30 tahun, menurut Sensus Penduduk tahun 2010 mencapai sekitar 25 persen dari total jumlah penduduk. Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, jumlah pemuda (15-24 tahun) di seluruh dunia mencapai angka 1,2 milyar. Dari jumlah tersebut, sekitar 87% (±1 milyar) berada di negara-negara berkembang serta 8 dari 10 orang pemuda berada di wilayah Afrika dan Asia. Data juga menunjukkan hampir sekitar 50 persen dari penduduk negara-negara berkembang adalah pemuda dan anak-anak. Angka ini merupakan potensi besar jika dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Namun sebaliknya, apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan baik justru akan berdampak negatif terhadap proses pembangunan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu untuk memastikan agar potensi pemuda dapat tersalurkan untuk menghasilkan manfaat semaksimal mungkin, pemuda perlu dilibatkan dalam proses-proses pembangunan. Keterlibatan ini menjadi penting karena apabila pemuda berada di luar lingkaran proses pembangunan, potensinya cenderung akan menjadi faktor penghambat pembangunan. Apalagi mengingat pemuda merupakan segmen yang memiliki energi besar serta daya inovasi yang tinggi, sehingga apabila mereka terpinggirkan biasanya akan mendorong lahirnya masalah-masalah sosial yang dapat menghasilkan efek yang tidak diinginkan. Kondisi yang terjadi saat ini, seperti yang telah diteliti oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga khususnya Staf Ahli Bidang Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga pada tahun 2012 dan 2013 di beberapa daerah di Indonesia, menunjukkan masih 1 Penulis adalah Alumni Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia tahun 2011, Program Studi Kajian Ketahanan Nasional, Peminatan Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan. 1

Upload: ekaandin

Post on 16-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pembangunan

TRANSCRIPT

Page 1: Menggagas Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan

Strategi Pengarusutamaan Pemuda: Menggagas Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan

Oleh: Siti Wahyudini, S.P., M.Si.1

Jumlah pemuda di Indonesia, yaitu yang termasuk usia 16-30 tahun, menurut Sensus Penduduk tahun 2010 mencapai sekitar 25 persen dari total jumlah penduduk. Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, jumlah pemuda (15-24 tahun) di seluruh dunia mencapai angka 1,2 milyar. Dari jumlah tersebut, sekitar 87% (±1 milyar) berada di negara-negara berkembang serta 8 dari 10 orang pemuda berada di wilayah Afrika dan Asia. Data juga menunjukkan hampir sekitar 50 persen dari penduduk negara-negara berkembang adalah pemuda dan anak-anak.

Angka ini merupakan potensi besar jika dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Namun sebaliknya, apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan baik justru akan berdampak negatif terhadap proses pembangunan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu untuk memastikan agar potensi pemuda dapat tersalurkan untuk menghasilkan manfaat semaksimal mungkin, pemuda perlu dilibatkan dalam proses-proses pembangunan. Keterlibatan ini menjadi penting karena apabila pemuda berada di luar lingkaran proses pembangunan, potensinya cenderung akan menjadi faktor penghambat pembangunan. Apalagi mengingat pemuda merupakan segmen yang memiliki energi besar serta daya inovasi yang tinggi, sehingga apabila mereka terpinggirkan biasanya akan mendorong lahirnya masalah-masalah sosial yang dapat menghasilkan efek yang tidak diinginkan.

Kondisi yang terjadi saat ini, seperti yang telah diteliti oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga khususnya Staf Ahli Bidang Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga pada tahun 2012 dan 2013 di beberapa daerah di Indonesia, menunjukkan masih minimnya kesempatan dan peluang yang dimiliki oleh pemuda untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pemuda masih belum memiliki akses untuk berpartisipasi dalam proses-proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan-kegiatan pembangunan. Yang terjadi adalah posisi pemuda masih diletakkan sebagai objek pembangunan, bukan sebagai subjek/pelaku pembangunan. Hal ini diantaranya disebabkan minimnya komunikasi dan informasi yang dapat diakses oleh pemuda tentang tahapan dan proses pembangunan. Belum terlihat adanya suatu mekanisme yang dapat memastikan keterlibatan pemuda dalam pembangunan. Selain itu pihak penyelenggara pemerintahan masih belum memberikan kepercayaan untuk melibatkan pemuda. Pemuda masih dianggap sebagai sumber masalah, bukannya sebagai potensi dan modal utama pembangunan.

Hal yang sama terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh organisasi berbasis anak muda (Pamflet) yang difasilitasi oleh UNESCO2, dimana disebutkan bahwa sosialisasi, transparansi dan akuntabilitas program anak muda yang dijalankan oleh pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah masih minim. Juga terlihat masih 1 Penulis adalah Alumni Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia tahun 2011, Program Studi Kajian Ketahanan Nasional, Peminatan Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan.2 Afra Suci Ramadhan, Kebijakan Anak Muda di Indonesia:Mengaktifkan Peran Anak Muda; Seri Laporan dari Membangun Kapasitas untuk Pemberdayaan dan Keterlibatan Anak Muda di Indonesia, Mei 2013.

1

Page 2: Menggagas Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan

rendahnya partisipasi para pemangku kepentingan, terutama anak muda dan organisasi anak muda baik dalam merumuskan kebijakan maupun program, visi dan strategi, pelaksanaan, hingga di tahap evaluasi.

Partisipasi menjadi titik tekan yang dianggap penting dalam proses pembangunan. Hal ini ditunjukkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 dimana disebutkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan salah satunya untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat3. Selanjutnya tentang partisipasi masyarakat disebutkan pula pada pasal 5, 6, dan 7 Undang-undang yang sama. Dalam Undang-undang ini pembangunan merupakan kombinasi antara pendekatan top-down dan bottom-up yang menekankan pada cara-cara aspiratif dan partisipatif. Selain UU No. 25 tahun 2004, terdapat peraturan perundang-undangan lain yang menekankan perlunya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan yaitu Undang-Undang Nomor  32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan    Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Partisipasi masyarakat, dalam hal ini khususnya pemuda, dalam pembangunan juga telah menjadi perhatian dan sorotan oleh dunia internasional. Department for International Development (DFID) telah menyusun Panduan Strategi Pelibatan Pemuda dalam Pembangunan4 yang dapat digunakan baik oleh pengambil keputusan maupun stakeholder pembangunan lainnya. The United Nations Children's Fund (UNICEF) bahkan telah melakukan studi tentang Partisipasi Pemuda dalam Strategi Pengentasan Kemiskinan dan Perencanaan Pembangunan Nasional5 di tujuh region di dunia. Studi tersebut mengindikasikan bahwa meskipun banyak strategi pengentasan kemiskinan nasional telah menyinggung kebutuhan kaum muda, seringkali strategi ini terbatas dalam menganalisis situasi kaum muda dan banyak rencana pembangunan nasional kurang mempertimbangkan kebutuhan, realitas, rintangan, prioritas, dan peluang kaum muda.

Pada tingkat kebijakan di Indonesia, strategi yang diusung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam rangka meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan adalah melalui Pengarusutamaan Pemuda (Youth Mainstreaming). Bahkan pengarusutamaan pemuda menjadi salah satu grand strategy dalam pembangunan kepemudaan di Indonesia. Strategi ini seyogyanya dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan peran serta pemuda dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan memperhatikan serta melibatkan pemuda ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan6. Lebih jauhnya, strategi pengarusutamaan pemuda menyaratkan adanya komitmen setiap pihak untuk memprioritaskan pembangunan kepemudaan dalam setiap proses pembangunan yang dimulai

3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 2 Butir 4 Ayat (d).4 DFID, YouthParticipation in Development: A Guide for Development Agencies and Policy Makers, 20135 UNICEF, Youth Participation In Poverty Reduction Strategies & National Development Plans, 2009.6 Staf Ahli Menpora Bidang Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga, 2010. Kajian Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga.

2

Page 3: Menggagas Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan

dari perencanaan, pelaksanaan sampai kepada monitoring dan evaluasi, yang dilakukan secara koordinatif, sinergi, dan harmonis7.

Menurut United Nation Economic and Social Council dalam ECOSOC Agreed Conclusions 1997/2, pengarusutamaan pemuda (youth mainstreaming) didefinisikan sebagai “Proses penilaian besarnya pengaruh (terhadap pemuda) dari tindakan yang telah direncanakan, termasuk pembuatan undang-undang, kebijakan atau program, dalam semua bidang dan pada semua tingkatan”8. Termasuk di dalamnya strategi agar kepedulian dan pengalaman-pengalaman tentang kepemudaan dijadikan sebagai sebuah dimensi integral dalam melakukan desain, implementasi, monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan dan program dalam segala bidang, yaitu politik, ekonomi dan sosial, agar pemuda memperoleh keuntungan dan manfaat yang setara.

Strategi pengarusutamaan bukanlah hal yang baru dalam proses kebijakan publik. Mainstreaming/pengarusutamaan adalah sebuah proses dimana pertimbangan terhadap suatu isu atau kebutuhan kelompok tertentu dilekatkan terhadap proses pengambilan keputusan – khususnya dalam pembuatan kebijakan. Konsep ini awalnya digunakan untuk memastikan agar perspektif gender selalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, namun secara bertahap konsep ini digunakan pula untuk kelompok yang lain. Isu-isu yang dikaitkan dengan pengarusutamaan antara lain mengenai usia, penyandang cacat, ras, agama, orientasi seksual, disamping isu-isu ‘persamaan hak’ seperti hak anak dan hak asasi manusia9.

Istilah pengarusutamaan mencakup semua kegiatan dan proses komunikatif yang bertujuan untuk melembagakan (institusionalisasi) norma-norma, konsep, panduan dan gambaran baru dalam rangka mengenalkan dan menguatkan rutinitas, prosedur dan ritual baru dalam organisasi10. Dengan demikian pengarusutamaan merupakan sub-kegiatan dari manajemen perubahan. Tujuan dari pengarusutamaan adalah perubahan paradigma, yang dilakukan melalui tiga pendekatan parallel, komunikasi (bridging), penamaan identitas (branding), dan pembelajaran (boosting). Pembelajaran dari Uni Eropa11 yang telah menerapkan prinsip ini pengarusutamaan melibatkan tiga elemen administratif pokok, yaitu:

1. Adanya komitmen untuk membuka seluruh pintu kebijakan agar mengarah pada area kebijakan yang diarusutamakan.

2. Adanya sistem yang dapat mengevaluasi dampak dari kebijakan yang diarusutamakan.

3. Adanya strategi untuk memaksa/mendorong pelaku administratif agar memberi perhatian dan mengimplementasikan kebijakan yang diarusutamakan.

Di Indonesia, kebijakan pengarusutamaan dikenal dalam rangka memperkuat sinergi antar bidang dalam pembangunan. Pada dasarnya pembangunan di setiap bidang untuk

7 Siti Wahyudini, 2011. Strategi Kebijakan Pengarusutamaan Pemuda. Tesis8 Commonwealth Secretariat, Youth Mainstreaming as a Strategic Tool for Youth Development: Commonwealth Youth Programme, 2008.9 Kidner, Camilla & Stephen Curtis. Mainstreaming Equality Issues. SPICe Briefing. The Scottish

Parliament: 5 August 2003. 10 GTZ, Mainstreaming Concepts, Key Ideas, and Strategies. 11 Geyer, Robert Dr. Does Mainstreaming Lead to Deepening? The Contradictions of Mainstreaming EU Social Policy. Paper presented to the workshop, “Enlarging or Deepening: European Integration at the Crossroads”, ECPR Joint Sessions, Mannheim, Germany, 26-31 March 1999.

3

Page 4: Menggagas Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan

mencapai keberhasilan, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dengan pembangunan di bidang lainnya. Dengan pembiayaan yang terbatas, untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan hasil yang maksimal dalam mencapai sasaran pembangunan, harus dilakukan sinkronisasi pembangunan di setiap bidang sehingga kegiatan di setiap bidang saling terpadu, mendukung dan saling memperkuat. Setiap kementerian, lembaga pemerintah non-kementerian yang melaksanakan pembangunan di setiap bidang harus memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai sinergi tersebut melalui proses komunikasi, konsultasi, koordinasi serta monitoring, dan evaluasi dengan pemangku kepentingan terkait di pusat dan daerah dan mengedepankan keberhasilan bersama dalam pencapaian sasaran pembangunan12.

Pengarusutamaan dilakukan dengan cara yang terstruktur dengan kriteria sebagai berikut: (1) pengarusutamaan bukanlah merupakan upaya yang terpisah dari kegiatan pembangunan sektoral; (2) pengarusutamaan tidak mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan (investasi) yang signifikan; dan (3) pengarusutamaan dilakukan pada semua sektor terkait namun diprioritaskan pada sektor penting yang terkait langsung dengan isu-isu pengarustamaan. Sampai saat ini, pemerintah telah menetapkan beberapa isu yang dipandang penting untuk diarusutamakan, yaitu Pembangunan Berkelanjutan, Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, dan Gender13.

Dalam hubungannya dengan pembangunan kepemudaan, strategi Pengarusutamaan Pemuda menuntut adanya komitmen pelaku kebijakan agar mau menjadikan isu dan pelibatan pemuda sebagai bagian penting dalam menunjang pembangunan nasional. Dengan kata lain pemerintah harus memastikan bahwa perspektif kepemudaan dapat terintegrasi dalam setiap paket kebijakan dan program pada segala bidang. Caranya bisa dengan membangun mekanisme yang mendukung keterlibatan pemuda, baik laki-laki maupun perempuan, dan memastikan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan maupun program yang berdampak terhadap mereka. Hal lainnya yang tidak kalah penting adalah munculnya kebijakan-kebijakan, program maupun kegiatan yang ditujukan untuk mempersempit kesenjangan yang ada selama ini pada bidang-bidang tertentu dalam hal pemberdayaan pemuda.

Perspektif berikutnya yang harus dibangun sehubungan dengan strategi pengarusutamaan pemuda adalah bahwa pandangan yang sensitif terhadap isu-isu kepemudaan menyaratkan adanya sebuah sistem yang dibangun dalam rangka mengevaluasi dampak dari kebijakan maupun program yang melibatkan pemuda. Dipahami bahwa pembangunan kepemudaan memiliki output maupun outcome yang abstrak serta jangka waktu proses yang panjang. Oleh karenanya, sangat jarang program-program kepemudaan memiliki sistem evaluasi dampak yang menyeluruh untuk melihat sejauh mana program/kebijakan tersebut berpengaruh terhadap mereka. Padahal sistem evaluasi sangat dibutuhkan untuk memastikan penggunaan sumberdaya secara efisien, untuk akuntabilitas dari program tersebut, maupun untuk memutuskan keberlanjutan program serta efektivitas program secara keseluruhan.

12 Bappenas. Executive Summary Background Study dalam Rangka Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Bidang Pemuda. Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Bappenas.13 Ibid

4

Page 5: Menggagas Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan

Dalam kegiatan evaluasi, pemuda sebagai pelaku sekaligus penerima manfaat program juga harus diikutsertakan. Pelibatan pemuda mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi kegiatan merupakan satu kesatuan dalam rangkaian kegiatan, dimana hal ini akan meningkatkan rasa memiliki (ownership) terhadap kegiatan serta dapat meningkatkan kemampuan manajemen mereka. Sistem evaluasi yang melibatkan stakeholder (pemuda) memiliki beberapa keuntungan yaitu mendorong tumbuhnya rasa kepemilikan yang lebih besar dan tanggung jawab terhadap kegiatan, informasi dan data yang diperoleh bisa lebih akurat, berkembangnya keterampilan, wawasan dan pengetahuan peserta tentang proses evaluasi, pengumpulan data serta interpretasinya, munculnya pengetahuan-pengetahuan lokal yang tidak tergali sebelumnya, dan pembiayaan yang lebih efektif karena hasil yang diperoleh lebih akurat dan maksimal.

Selanjutnya, pemerintah harus menyiapkan strategi agar para pihak mau mengimplementasikan kebijakan yang diarusutamakan, dalam hal ini pengarusutamaan pemuda. Beberapa hal yang patut ditekankan adalah pentingnya melibatkan semua stakeholder yang berhubungan dengan pembangunan kepemudaan, baik dari unsur pemerintah/sektor publik, sektor privat, maupun unsur masyarakat/pemuda itu sendiri. Advokasi yang terus menerus, komunikasi dan dialog untuk membangun paradigma tentang isu kepemudaan, penyediaan informasi yang mendukung, serta menyiapkan struktur yang sekiranya diperlukan, menjadi penting untuk dilakukan agar strategi ini dapat berjalan dengan lancar. Dari sisi kebijakan mungkin dibutuhkan kekuatan yang lebih mengikat agar semua pihak tunduk dan mau menjadikan paradigma pengarusutamaan pemuda sebagai landasan dalam merancang kebijakan maupun program dan kegiatan di institusinya masing-masing.

Terakhir, semua pihak harus dibangun kesadarannya bahwa dengan mengimplementasikan pengarusutamaan pemuda maka akan terbangun pendekatan yang lebih terpadu terhadap masalah-masalah kepemudaan. Sumberdaya manusia akan dapat dimanfaatkan dengan lebih baik dalam rangka menumbuhkembangkan suatu bangsa, terbangunnya penghargaan terhadap hak-hak orang muda dalam pengambilan keputusan, generasi muda akan lebih siap untuk mengambil peran aktif dan memikul tanggung jawab menuju pemerintahan yang lebih baik, akan terjadi transfer nilai-nilai positif dan pengetahuan antar generasi, dan investasi akan lebih banyak ditanamkan kepada pemuda mengingat keuntungan yang diperoleh dengan melibatkan mereka sebagai sumberdaya manusia yang potensial.

*************************

5

Page 6: Menggagas Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan

Pustaka

Afra Suci Ramadhan. Mei 2013. Kebijakan Anak Muda di Indonesia:Mengaktifkan Peran Anak Muda; Seri Laporan dari Membangun Kapasitas untuk Pemberdayaan dan Keterlibatan Anak Muda di Indonesia.

Bappenas. Executive Summary Background Study dalam Rangka Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Bidang Pemuda. Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Bappenas.

Commonwealth Secretariat. 2008. Youth Mainstreaming as a Strategic Tool for Youth Development: Commonwealth Youth Programme.

DFID. 2013. YouthParticipation in Development: A Guide for Development Agencies and Policy Makers.

Geyer, Robert Dr. Does Mainstreaming Lead to Deepening? The Contradictions of Mainstreaming EU Social Policy. Paper presented to the workshop, “Enlarging or Deepening: European Integration at the Crossroads”, ECPR Joint Sessions, Mannheim, Germany, 26-31 March 1999.

GTZ, Mainstreaming Concepts, Key Ideas, and Strategies.

Kidner, Camilla & Stephen Curtis. 5 August 2003. Mainstreaming Equality Issues. SPICe Briefing. The Scottish Parliament.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 2 Butir 4 Ayat (d).

Siti Wahyudini. 2011. Strategi Kebijakan Pengarusutamaan Pemuda. Tesis

Staf Ahli Menpora Bidang Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga. 2010. Kajian Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga.

UNICEF. 2009. Youth Participation In Poverty Reduction Strategies & National Development Plans.

6