mengenal alek bakajang dari gunung malintang

3
MENGENAL ALEK BAKAJANG DARI GUNUNG MALINTANG Gunung Malintang merupakan sebuah nagari yang terletak di Kec. Pangkalan Koto Baru, Kab lima puluh kota, Sumatera Barat. Kenagarian Gunung Malintang memiliki lima jorong yaitu jorong Batu Balah, Balik Bukit, Koto Mesjid, Koto Lamo, dan Benca Lempur. Setiap jorong dialiri oleh sebuah sungai yang disebut dengan batang mahat. Oleh sebab itu, disana terdapat sebuah tradisi yang diberi nama Bakajang. Istilah bakajang diambil dari kata kajang yang dulunya digunakan oleh para niniak mamak untuk sarana transportasi dari candi muara takus menuju Gunung Malintang melintasi sungai Batang Mahat. Kajang merupakan sebuah sampan yang dibuat sedemikian rupa menggunakan triplek, kayu dan hiasan lainnya sehingga menyerupai kapal persiar yang megah. Kajang ini dibuat oleh pemuda-pemuda dan dihiasi oleh pemudi-pemudi dari kenegarian Gunung Malintang. Kajang yang dibuat berjumlah 5 buah yang masing-masingnya mewakili setiap jorong yang ada di kenagarian Gunung Malintang. Kelima kajang itu akan diperlombakan dan akan dinilai oleh bupati setiap harinya dan pada hari terkhir akan diumumkan pemenangnya. Alek bakajang dilaksanakan empat hari setelah hari ray idul fitri selama lima hari secara berturut-turut dengan waktu satu hari pada setiap jorongnya. Artinya, setiap jorong akan menjadi tuan

Upload: lailatul-anna

Post on 28-Sep-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tradisi bakajang di gn. malintang

TRANSCRIPT

MENGENAL ALEK BAKAJANG DARI GUNUNG MALINTANG

Gunung Malintang merupakan sebuah nagari yang terletak di Kec. Pangkalan Koto Baru, Kab lima puluh kota, Sumatera Barat. Kenagarian Gunung Malintang memiliki lima jorong yaitu jorong Batu Balah, Balik Bukit, Koto Mesjid, Koto Lamo, dan Benca Lempur. Setiap jorong dialiri oleh sebuah sungai yang disebut dengan batang mahat. Oleh sebab itu, disana terdapat sebuah tradisi yang diberi nama Bakajang.Istilah bakajang diambil dari kata kajang yang dulunya digunakan oleh para niniak mamak untuk sarana transportasi dari candi muara takus menuju Gunung Malintang melintasi sungai Batang Mahat. Kajang merupakan sebuah sampan yang dibuat sedemikian rupa menggunakan triplek, kayu dan hiasan lainnya sehingga menyerupai kapal persiar yang megah. Kajang ini dibuat oleh pemuda-pemuda dan dihiasi oleh pemudi-pemudi dari kenegarian Gunung Malintang. Kajang yang dibuat berjumlah 5 buah yang masing-masingnya mewakili setiap jorong yang ada di kenagarian Gunung Malintang. Kelima kajang itu akan diperlombakan dan akan dinilai oleh bupati setiap harinya dan pada hari terkhir akan diumumkan pemenangnya.Alek bakajang dilaksanakan empat hari setelah hari ray idul fitri selama lima hari secara berturut-turut dengan waktu satu hari pada setiap jorongnya. Artinya, setiap jorong akan menjadi tuan rumah selama perayaan berlangsung. Setiap harinya, kajang akan diturunkan di sungai batang Mahat menuju satu jorong kejorong yang lain melewati sungai batang mahat. Untuk melintasinya, yang bertugas untuk membawa kajang tersebut adalah pemuda dari masing-masing jorong. Selain menghias sampan menjadi kajang, dalam acar bakajang juga dilakukan proses menghias surau di setiap jorongnya. Surau ini dihias bersama-sama oleh seluruh warga pada malam hari yang disebut dengan istano. Dalam istano tersebut ada satu ruangan yang dikhususkan untuk tempat bundo kanduaung yang disebut Baleghong. Dalam acara inilah niniak mamak, kamanakan, dan bundo kanduang bertemu dan akan berbalas pantun minang. Sebelum niniak mamak dan bundo kanduang memasuki istano (surau), niniak mamak dan bundo kanduang akan diarak terlebih dahulu sejauh 1 km dengan diiringi musik talempong, dan sampai didepan istano akan disambut dengan sekapur sirih dari tari pasambahan.Selama acara alek bakajang berlangsung, setiap pemudi atau perempuan akan memakai baju kurung dan memabawa Jamba yang berisi makanan. Jamba tersebut letakkan ke dalam surau yang aturannya letaknya sesuai dengan suku masing-masing. Sedangkan untuk menyambut dan menyusun jamba ini dilakukan oleh pemuda atau laki-laki yang satu suku dengan pemudinya. Dalam hal ini, pemuda berpakaian menggunakan baju lengan panjang, kopiah atau peci dan kain sarung. Selain itu, ada beberapa hiburan yang diadakan setelah niniak mamak keluar dari suarau, yaitu acara panjat pinang oleh anak SD yang diadakan di depan surau. Acara pancu sampan yang diadakan di sungai dan diikuti oleh seluruh pengunjung alek bakajang itu sendiri. Pacu sampan dilakukan secara berkelompok yaitu 3-4 orang satu tim yang nantinya akan bekerja sama dalam mengayuh sampan sehingga menjadi pemenang. Maksud diadaknnya alek bakajang ini adalah mempererat tali sillaturrhami antara anak nagari, niniak mamak dan kemenakan, bundo kanduang, cadiak pandai dan seluruh masyarakat Gunung Malintang, melestarikan adat tradisi nagari, memabngkitkan kreatifitas pemuda dan pemudi, menghimbau orang perantauan untuk mengingat kampung halaman, dan menambah pendapatan masyarakat Gunung Malintang.