mengenai gratifikasi

7
Mengenai Gratifikasi A. DEFINISI DAN DASAR HUKUM Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Pengecualian: Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) : Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Peraturan yang Mengatur Gratifikasi Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK Penjelasan Aturan Hukum Pasal 12 UU No. 20/2001: Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar: Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; Sanksi Pasal 12B ayat (2) UU no. 31/1999 jo UU No. 20/2001 Pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.

Upload: hotmanjefferson

Post on 19-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gratifikasi

TRANSCRIPT

Mengenai GratifikasiA. DEFINISI DAN DASAR HUKUMPengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.Pengecualian:Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Peraturan yang Mengatur GratifikasiPasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyiSetiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,

Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyiKetentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPKPenjelasan Aturan HukumPasal 12 UU No. 20/2001: Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar: Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;SanksiPasal 12B ayat (2) UU no. 31/1999 jo UU No. 20/2001Pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.B. WAJIB LAPORPenyelenggara Negara Yang Wajib Melaporkan Gratifikasi yaitu:Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999, Bab II pasal 2, meliputi : Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara Menteri Gubernur HakimPejabat Negara Lainnya : Duta Besar Wakil Gubernur Bupati / Walikota dan Wakilnya Pejabat lainnya yang memiliki fungsi strategis : Komisaris, Direksi, dan Pejabat Struktural pada BUMN dan BUMD Pimpinan Bank Indonesia. Pimpinan Perguruan Tinggi. Pimpinan Eselon Satu dan Pejabat lainnya yang disamakan pada lingkungan Sipil dan Militer. Jaksa Penyidik. Panitera Pengadilan. Pimpinan Proyek atau Bendaharawan Proyek. Pegawai NegeriBerdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999, sebagaimana telah diubah dengan No. 20 tahun 2001 meliputi : Pegawai pada : MA, MK Pegawai pada L Kementrian/Departemen &LPND Pegawai pada Kejagung Pegawai pada Bank Indonesia Pimpinan dan Pegawai pada Sekretariat MPR/DPR/DPD/DPRD Propinsi/Dati II Pegawai pada Perguruan Tinggi Pegawai pada Komisi atau Badan yang dibentuk berdasarkan UU, Keppres maupun PP Pimpinan dan pegawai pada Sekr. Presiden, Sekr. Wk. Presiden, Sekkab dan Sekmil Pegawai pada BUMN dan BUMD Pegawai pada Badan Peradilan Anggota TNI dan POLRI serta Pegawai Sipil dilingkungan TNI dan POLRI Pimpinan dan Pegawai dilingkungan Pemda Dati I dan Dati II

01 SA Seksi 110 (PSA No. 01) Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen, menyatakan bahwa Auditor bertanggung jawab dalam merencanakandan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.1Seksi ini memberikan panduan bagi auditor untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, yang berkaitan dengan kecurangan, dalam audit terhadap laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Secara lebih rinci, Seksiini: a.Menggambarkan kecurangan dan karakteristiknya (paragraf 03 s.d. 10) b.Mewajibkan auditor secara khusus menaksir risiko salah saji sebagai akibat kecurangan dan menyediakan golongan faktor risiko kecurangan yang harus dipertimbangkan oleh auditor (paragraf 11 s.d. 25) c.Memberikan panduan tentang bagaimana auditor menanggapi hasil penaksiran tersebut (paragraf 26 s.d. 32) d.Memberikan panduan tentang evaluasi terhadap hasil pengujian audit dalam kaitannya dengan risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan (paragraf 33 s.d. 36) e.Menggambarkan persyaratan dokumentasi yang berkaitan (paragraf 37) f.Memberikan panduan tentang komunikasi mengenai kecurangan yang perlu dilakukan oleh auditor kepada manajemen, komite audit, dan pihak lain (paragraf 38 s.d. 40)

Fraudadalah terminologi umum, yang mencakup beragam makna kecerdikan, akal bulus, tipu daya manusia yang digunakan oleh seseorang, untuk mendapatkan suatu keuntungan di atas orang lain melalui cara penyajian yang salah. Tidak ada aturan baku dan pasti yang dapat digunakan sebagai kata yang lebih untuk memberikan makna lain tentangfraud, kecuali cara melakukan tipu daya, secara tak wajar dan cerdik sehingga orang lain mejadi terperdaya. Satu-satunya yang dapat menjadi batasan tentangfraudadalah biasanya dilakuakn mereka yang tidak jujur/penuh tipu muslimat

Dengan demikian, secara umumfraudmengandung 3 unsur penting yaitu:1. Perbuatan tidak jujur2. Niat/Kesengajaan3. Keuntungan yang merugikan orang lainFraudtidak sama dengan kesalahan atau kesengajaan. Contoh, jika seorang petugas bagian keuangan melakukan kesalahan dalam mencatat suatu transaksi pengeluaran/pembayaran yang berdampak pada kesalahan penyajian laporan buku kas umumnya, apakah inifraud?

Belum tentu. Jika kesalahan tersebut terjadi tanpa didasari niat dan tidak ada keuntungan yang diperoleh akibat terjadinya kesalahan, maka kejadian tersebut bukanlah seuatu perbuatan yang dikategorikanfraud.

Tetapi jika pada situasi ini, kesalahan dalam mencatat transaksi pembayaran dilakukan dengan sengaja dan ada tujuan khusus yang hendak dicapai misalnya untuk mempertinggi pengeluaran dengan harapan selisihnya bisa diambil untuk pribadi, maka perbuatan tersebut adalahfraud.

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukanfraud, yang disebut juga teoriGONE, yaitu: G:Greed(Keserakahan) O:Oppoetunity(Kesempatan) N:Need(Kebutuhan) E:Exposure(Pengungkapan)FaktorGreeddanNeedmerupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelakufraudatau disebut sebagai faktor individu. Keserakahan dan kebutuhan merupakan hal yang bersifat sangat personal sehingga sulit sekali dapat dihilangkan oleh ketentuan perundangan karena jika sudah butuh, ditambah motivasi dan sikap serakah maka orang akan cenderung melanggar ketentuan.OpportunitydanEsposuremerupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatanfraudatau disebut sebagai faktor generik. Adanya kesempatan mendorong seseorang untuk berbuatfraud, dengan pikiran "mungkin lain kali tidak ada kesempatan lagi". Sementaraexposureatau pengungkapan berkaitan dengan proses pembelajaran curang karena menganggap sanksi terhadapfraudtergolong ringan.

Berikut adalah beberapa contoh fraud yang telah ditangani oleh kepolisian dan yang telah diekspose ke media informasi.Secara umum keseluruhan contoh kasus dibawah ini adalah fraud yang dilakukan oleh internal sistem dengan media komputer pada sistem tersebut .

Pembobolan Kantor Kas Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tamini Square. Melibatkan supervisor kantor kas tersebut dibantu empat tersangka dari luar bank. Modusnya, membuka rekening atas nama tersangka di luar bank. Uang ditransfer ke rekening tersebut sebesar 6 juta dollar AS. Kemudian uang ditukar dengan dollar hitam (dollar AS palsu berwarna hitam) menjadi 60 juta dollar AS. Pencairan deposito dan melarikan pembobolan tabungan nasabah Bank Mandiri. Melibatkan lima tersangka, salah satunya customer service bank tersebut. Modusnya memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian ditransfer ke rekening tersangka. Kasus yang dilaporkan 1 Februari 2011, dengan nilai kerugian Rp 18 miliar. Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Margonda Depok. Tersangka seorang wakil pimpinan BNI cabang tersebut. Modusnya, tersangka mengirim berita teleks palsu berisi perintah memindahkan slip surat keputusan kredit dengan membuka rekening peminjaman modal kerja. Pencairan deposito Rp 6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR tanpa sepengetahuan pemiliknya di BPR Pundi Artha Sejahtera, Bekasi, Jawa Barat. Pada saat jatuh tempo deposito itu tidak ada dana. Kasus ini melibatkan Direktur Utama BPR, dua komisaris, komisaris utama, dan seorang pelaku dari luar bank. Pada 9 Maret terjadi pada Bank Danamon. Modusnya head teller Bank Danamon Cabang Menara Bank Danamon menarik uang kas nasabah berulang-ulang sebesar Rp 1,9 miliar dan 110.000 dollar AS. Penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Panin Bank Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadi. Kerugian bank Rp 2,5 miliar. Pembobolan uang nasabah prioritas Citibank Landmark senilai Rp 16,63 miliar yang dilakukan senior relationship manager (RM) bank tersebut. Inong Malinda Dee, selaku RM, menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah ditandatangani nasabah.

Berikut adalah beberapa poin penting dalam ISA (International Standard on Auditing) 240 The Auditors Responsibility to Consider Fraud in an Audit of Financial Statements:Tujuan auditSeorang auditor harus mempertimbangkan resiko adanya fraud dalam laporan keuangan.Karakteristik fraudFraud adalah suatu tindakan penipuan yang secara sengaja dilakukan untuk mendapatkan keuntungan secara tidak sah atau ilegal.Yang harus diperhatikan oleh seorang auditor1. Fraud dalam laporan keuangan yang disebabkan perlakuan akuntansiMeliputi: Melakukan manipulasi, pemalsuan, dan perubahan pencatatan akuntansi atau dokumen-dokumen yang digunakan sebagai dasar pembuatan laporan keuangan Secara sengaja menghilangkan (atau menyajikan dengan salah) suatu transaksi/informasi signifikan lain dalam laporan keuangan Secara sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah terkait dengan pencatatan jumlah, klasifikasi, dan pelaporan suatu transaksi keuanganBerikut ini metode melakukan fraud dalam laporan keuangan: Melakukan pencatatan jurnal akuntansi palsu (terutama dilakukan saat mendekati akhir periode akuntansi) dengan tujuan memanipulasi kinerja operasional perusahaan Mengubah asumsi dalam pencatatan akuntansi (misalnya terkaitadjustment) Menghilangkan, memajukan, atau menunda pencatatan transaksi (terkait pengakuan/recognition) yang seharusnya dilaporkan dalam periode laporan keuangan tersebut Menyembunyikan atau menutupi informasi yang dapat mempengaruhi laporan keuangan Mengubah pencatatan terkait transaksi yang signifikan danunusualHal yang mendorong manajemen melakukan fraud dalam laporan keuangan: Manajemen dituntut untuk mencapai target tertentu (misalnya laba/keuntungan) oleh pihak eksternal/internal perusahaan Seringkali target tersebut ditetapkan secara tidak realistis dan/atau terdapat sanksi yang signifikan kalau tidak tercapai2. Fraud dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh adanya penyalahgunaan aset (asset misappropriation) Melakukan rekayasa dalam laporan keuangan untuk menutup-nutupi pencurian aset perusahaanTanggung jawab manajemenManajemen mempunyai tanggung jawab terbesar dalam mencegah dan mendeteksi fraud. Tanggung jawab tersebut termasuk menerapkan kontrol dalam perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan secara benar danfair.Tanggung jawab auditorAuditor yang menjalankan audit sesuai standar ISA (di UK/Inggris dan Irlandia), harus mencapaireasonable assurancebahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan bersifat material, baik yang disebabkan karenaerroratau fraud.