menentukan tingkat absorbsivitas (keserapan) …
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELlTlAN
MENENTUKAN .- TINGKAT ABSORBSIVITAS (KESERAPAN) TERMAL BATUAN BEKU
Dra. - N u r h a y a t i (Ketua Peneliti)
Penelitian ini dibiayai oleh : Dana Rutin Universitas Negeri Padang
Tahun Anggaran 199912000 Surat Perjanjian Kerja Nomor : 2751/K12/KUIRutinll999
Tanggal 9 Agustus 1,999
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2000
MENENTUKAN TINGKAT ABSORBSIVITAS (KESERAPAN) TERMAL BATUAN BEKU
Personalia Peneliti
Ke tua : Dra. Nurhayati Anggota : Drs. Akmav, M.Si.
ABSTRAK
JUDUL : Mcncntukan Tingkat Absorbsivitas ( Keserapan ) Terlnal Batuan Beku
Batuan beku yang terbentuk ole11 pendinginan magma biasanya terdapat disekitar gunung api disebut batuan beku . Krekel dari batuan beku merupakan salah satu bahan yang tidak boleh tertinggal apabila ingin membuat sebuah bangunan . Disamping untuk bahan bangunan krekel juga merupakan bahan yang baik untuk menyimpan panas pada solar sel. Berdasarkan teksturnya batuan beku dapat diklasifikasikan ~nenjadi batuan phancri tic, apcniti k dan porous. Batuan phaneritic n~cnlpunyai daya absorbsivitas bcrbcda .jcnis tcrsebut adalah batuan syenite, diorite, gabbro, olivin gabbr~~pyroxenite, dunite dan pcridotitc.
Penelitian ini bertujuan untuk meneiltukan tingkat absorbsivitas (keserapan) ternla1 batuan beku pada suhu 25'C - 150°C. Metoda yang digunakan dalcvll penelitian ini adalah metoda eksperimen yang dilakukan di laboratorium Jurusan Fisika FMIPA UNP. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan persamaan garis lengkung yang tcrbentuk sclama pemanasan dan pendinginan batuan.
Pada penclitian ini dipcrolch absorbsivitas batuan phaneritik (syenite, diorite, gabbro, olivin gabbro,pyroxenite, dunite dan peridotite) berturut-turut sebagai berikut (0.2899 ; 0.286 10 1 ; 0,29399; 0,26592; 0,17775 ; 0,2432; 0,27453). Suhu tertinggi yang dapat dicapai batuan beku dalam waktu pelnanasan (120 menit )ternyata yang dapat dicapai adalah 145.5428' C ole11 batuan dunite dan batuan perodotite serta suhu yang terendah yang dicapai batuan beku bila didinginkan secara alamiah dalam waktu 120 menit ternyata adalah 26.62777' C.
Setelah data penelitian ini dianalisa ternyata bahwa batuan beku phanaritic jenis syenite mcrupakan batuan yang terbaik untuk menyimpan panas, dan batuan dunite serta batuan pcridotite adalah batuan yang berdaya serap tinggi. Batuan yang tercepat melepaskan panas adalah batuan olivin gabbro.
PENGANTAR
Kegiatan penelitian merupakan bagian dari darma perguruan tinggi, di samping pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan penelitian ini harus dilaksanakan oleh Universitas Negeri Padang yang dike rjakan oleh staf akademikanya ataupun tenaga fungsional lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, melalui peningkatan mutu staf akademik, baik sebagai dosen maupun peneliti.
Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan pcnelitian scbagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari sumber lain yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait. Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga akademik peneliti dan h a i l penelitiannya dilakukan sesuai dengan tingkatan serta kewenangan akademik peneliti.
Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai perrnasalahan pendidikan, baik yang bersifat interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi praktek kependidikan, penguasaan materi bidang studi, ataupun proses pengajaran dalam kelas yang salah satunya muncul dalam kajian ini. Hasil penelitian seperti ini jelas menambah wawasan dan pemahaman kita tentang proses pendidikan. Walaupun hasil penelitian ini mungkin masih menunjukkan beberapa kelemahan, namun kami yakin hasilnya dapat dipakai sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Kami mengharapkan di masa yang akan datang semakin banyak penelitian yang hasilnya dapat langsung diterapkan dalam peningkatan dan pengembangan teori dan praktek kependidikan.
Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pereviu usul dan laporan penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang, yang dilakukan secara "blind reviewing'. Kemudian untuk tujuan diseminasi, hasil penelitian ini telah diseminarkan yang melibatkan dosenltenaga peneliti Universitas Negeri Padang sesuai dengan fakultas peneliti. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada umumnya, dan peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucaplcan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama kepada pimpinan lembaga terkait yang menjadi objek penelitian, responden yang menjadi sampel penelitian, tim pereviu Lembaga Penelitian dan dosen senior pada setiap fakultas di lingkungan Universitas Negeri Padang yang menjadi pembahas utama dalam seminar penelitian. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Padang yang telah berkenan memberi bantuan pendanaan begi penelitian ini. Karni yakin tanpa dedikasi dan ke rjasama yang terjalin selama ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan dan semoga kerjasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
I Terima kasih.
Maret 2000
Drs. Kumaidi, MA., Ph.D.
A. Latar Bclakang Masalali I] . I ' c l~~ba~asar l Masal;lll C. I 'csu~~iusan Masalali I>. l ' i~juan Pcnclilian IT. Kcgunan11 I ' c ~ ~ c l i l i : ~ ~ ~ I:. Dcl'cnisi Ol~criisiorii~l
A. Wilnyal~ I'cllcl itii111 clan \? ' i~ l i t l~ I'crlclitian 1.1. I'cr-siapi111 I'cnclilia~i C'. V;~~*i;iI)cl l ' c ~ i c l i l i ; ~ ~ ~ LI. I lcsa i~i I'c11clitii111 E. 'I'ckliik I'c~igumpulan Ilrlta I:. l'cknik Analisa Ilala
I3A13 IV I IASIL, DAN I'I~M13AI IASAN A. Dcskripsi, Lolinsi , Subjck dan Dat:~ 13 I'cnibahnsan
@ DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi batuan Beku Berdasarkan Tekstur dan Kandungan
Mineralnya
Gambar 2. Gambar Rangkaian Alat Yang Digunakan untuk Mengumpulkan Data
Gambar 3 Pertambahan Suhu Terhadap Waktu Batuan Synite Selama Pemanasan
Gambar 4 Penurunan Suhu Terhadap Waktu Batuan Synite Selama Pendinginan
Gambar 5 Pertambahan Suhu Terhadap Waktu Batuan Diorite Selama
Pemanasan
Gambar 6 Penurunan Suhu Terhadap Waktu Batuan Diorite Selama Pendinginan
Gambar7 Pertmbahan Suhu Terhadap Waktu Batuan Gabbro Selama
Pemanasan
Gambar 8 Penurunan Suhu Terhadap waktu Batuan GabbroSclama Pendinginan
Gambar 9 Pertambahan Suhu Terhadap Waktu Batuan Olivin gabbro
Selama Pemanasan
GambarlO Penurunan Suhu Terhadap Waktu Batuan Olivin gabbro Selama
Pendinginan
Gambarll Pertambahan Suhu Terhadap Waktu Batuan Pyroxenite Selama
Pemanasan
Gambar 12 Penurunan Suhu Terhadap Waktu Batuan Pyroxenite Selama
Pendinginan
Gambar 13 Pertambahan Suhu Terhadap Waktu Batuan Dunite Selarna
Pemanasan
Gambar 14 Penurunan Suhu Terhadap Waktu ~ a t u a n Dunite Selama Pendinginan
Gambar 15 Pertambahan Suhu Terhadap Waktu Batuan Perodotite Selama
ema an as an Gambar 16 Penurunan Suhu Terhadap Waktu Batuan Perodotite Selama
Pendinginan
n m I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberi dampak
langsung terhadap cara hidup umat manusia. Hal ini tergarnbar dari
meningkatnya kebutuhan mereka terhadap hasil rakayasa teknologi, seperti hidup
dalam ruangan yang sejuk walaupun suhu di luarnya panas, hidup bebas dari
polusi dan sebagainya. Hal ini mendorong para praktisi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menemukan segala sesuatu yang terdapat di
lingkungannya untuk dapat dijual kepada masyarakat yang membutuhkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan rasa nyaman, tetapi ramah lingkungan masyarakat
tersebut. Pennintaan terhadap hasil temuan IPTEK seperti di atas ternyata setiap
hari semakin meningkat.
Hal ini mendorong lembaga pendidikan tinggi umumnya, Universitas
Negeri Padang khususnya untuk ikut proaktif dalarn mengembangkan IPTEK
tcrsebut. Apalagi snat ini Univcrsitas Ncgcri Padang umumnyn, FMIPA
khususnya telah mendapat tugas pengembangan mandat untuk mengembangkan
ilmu-ilmu dasar seperti Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika. Hal ini dijawab
oleh masyarakat FMIPA Universitas Negeri Padang dengan membentuk
kelompok bidang kaj ian
Bertitik tolak dari pendapat Van Vlack (1992) yang menyatakan ilmu dan
teknologi bahan melangkah maju dalam pembendaharaan ilmu. Ilmu dan
teknologi bahan tersebut mencakup pengembangan dan penerapan pengetahuan
mengenai kompisisi, struktur, termasuk sifat dan apliknsi serta ketnnnipuannyn.
Bahan tidak dapat diperoleh begitu saja. Untuk mendapatkan bahan perlu ada
ilmu khusus yang mempelajari bagaimana cara mendapatkan bahan tersebut.
Untuk itu jurusan Fisika mengembangkan salah satu bidang kajian yaitu bidang
kajinn Fisika Bumi. Bidnng kajian ini bcrfungsi untuk mcmpc1:ijari sifat fisika
bumi dan sifat fisika elemen pembentuknya, termasuk mengembangkan metoda
eksplorasi yang cocok untuk mendapatkan sifat bumi dan mineral dikandungnya.
Dengan mengetahui sifat fisika bumi dan sifat fisika mineral dikandungnya
diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber daya alam yang bermanfaat untuk
kesejehteraan masyarakat yang ada disekitarnya. Salah satu sifat elemen
pembentuk bumi yang mempunyai prospek masa depan yang baik adalah sifat
keseparan dan hantaran kalor dari batuan beku.
Penelitian tentang keserapan kalor batuan beku ini perlu dikembangkan,
karena batuan jenis ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan sebagai
penyimpan panas, terutama untuk menyimpan panas bersuhu tinggi pada solar
tcr~nal. Ha1 scpcrti diungkapkan olch (Howell, et al, 1982: 161) berikut ini:
Water and pebbles are most comman materials used for low-temperature energy strorage because they are low in cost and readily available. Rock and mineral oil have been proposed for high-temperature energy strorage. Any structurally and chemically stable solid or liquid, preferably having high spesific heat and high density, may be used if the cost are justifiable.
Bcbcrapa penelitian telah membuktikan bahwa krekel batuan cukup baik
digunakan sebagai penyimpan panas solar termal, terutama pada suhu tinggi,
ha1 ini karena titik lelehnya tinggi. Tetapi krekel jenis batuan mana yang terbaik
untuk menyimpan panas belum dikembangkan. Disisi lain, apabila krekel yang
digunakan untuk menyimpan panas digunakan krekel dengan absorbsivitas tinggi
tentu akan dapat meningkatkan efektifitas penyimpan panas itu sendiri, terutama
penyimpan panas pada solar termal, karena benda yang mempunyai absorbsivitas
tinggi dan baik akan marnpu melepaskan panas dengan baik pula, sesuai dengan
hukun~ kestimbangan alanl. (Ditnlan, Zc~llazky : 1986: 10 1 dan Rcif : 19SS:356).
Berarti bahwa untuk bahan penyimpan panas yang baik digunakan krekel batuan
dengan absorbsivitas tinggi, sebagaimana dikemukakan Richard (1 98 1 : 102)
bahwa penyerap haruslah mempunyai nilai absorbsivitas tinggi dalam rangka
efektivitas, sehingga energi dari matahari dapat diterima dari segala arah radiasi.
Disamping mempunyai absorbsivitas tinggi konversi energi termal dibutuhkan
pula bahan yang mempunyai daya simpan panas yang lebih lama, karena nilai
ekonomis sistem konversi energi matahari tergantung kepada kapasitas simpan
panasnya (Howell : 1982). Sedangkan untuk konstruksi yang menginginkan
kestabilan suhu dalam ruangan yang baik dibutuhkan batuan dengan
absorbsivitas rendah.
Berdasarkan proses terbentuk krckel batuan dapat dibedakan atas tiga jcnis
yaitu krekel batuan beku, sedimen dan matamorfosa. (Ludmann dan Cock : 1982:
60). Lebih lanjut Richard mengungkapkan bahwa plat benvarna gelap seperti
hitam, coklat, dan hijau mempunyai nilai absorbsivitas tinggi. Karena dilihat dari
sifat fisika yang sangat tergantung pada proses pembentukan dan kandungan
mineral serta warna batuan tersebut di alam banyak tcrsedia jenisnya, maka
tahap awal penelitian ini akan difokuskan kepada batuan beku yaitu batuan yang
terbentuk karena proses pendinginan 1ava.atau magma.
Datuan beku berdasarkan teksturnya dapat diklasifikasikan menjadi
Pheneritic, Aphanitic, Glassy, dan Porous (Ludmann dan Cock :1982: 61)
Berdasarkan uraian di atas dan begitu pentingnya sifat keserapan termal batuan
beku untuk kebutuhan teknologi konstruksi dan penyimpanan panas, maka
penulis melakukan penelitian tentang sifat keserapan termal batuan beku ini,
dengan judul Menentukan Tingkat Absorbsivitas (Keserapan) Batuan Beku.
B. Pembatasan Masalah
Mengingat banyak jenis batuan beku yang tersedia di alam, karena
keterbatasan dana dan waktu serta tenaga, maka dalam penelitian ini hanya diteliti
batuan beku jenis Phaneritic. Jenis batuan Pheneritic yang ditinjau adalah jenis
Syenite, Diorite, Gabbro, olivingabro, peridotite, Dunite dan Pyroxenite. Sifat
absorbsivitas ditinjau berdasarkan kepada seberapa banyak kalor yang diserap
bntuan dalam sclang pcmnnasnn tertentu. ynng mengnkibatkim kenaikan suhu.
Suhu yang digunakan dalaln penelitian ini adalah dari suhu (2.5' C) snmpni dcngan
suhu sedang (1 50°C )
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah berapakah absorbsivitas termal batuan beku
jenis Phaneritic dan bagaimanakah klasifikasi batuan jenis ini berdasarkan
absorbsivitasnya.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Menentukan absorbsivitas termal batuan beku jenis phaneritic antara suhu
25OC - 150°C
b Mengklasifikasikan batuan beku jenis Phaneritic , berdasarkan tingkat
absorbsivitas termalnya
c. Menentukan suhu tertinggi yang dapat dicapai batuan beku dalam waktu
pemanasan tertentu.
d. Menentukan suhu yang dapat dicapai batuan beku Phaneritic apabila
didinginkan secara alamiah dalarn waktu tertentu 120 menit.
E. Kegunaan Penelitian
Selesainya penelitian ini diharapkan dapat:
a. Merupakan informasi dan membantu para pengguna batuan beku agar dapat
memilih batuan sesuai dengan jenis yang dibutulkannya.
b. Merupakan informasi dan membantu para pengguna batuan beku dapat
memilih batuan yang diperlukan sesuai dengan tingkat absorbsivitasnya .
c. Merupakan informasi dan membantu para pengguna batuan beku memilih
batuan yang diperlukan sesuai dengan larnanya kalor bertahan pada suhu
tertinggi serta suhu yang dapat dicapai pada waktu pemanasan dan
pendinginan.
d. Sebagai tambahan informasi kepada peneliti di bidang fisika tentang tingkat
absorbtivitas batuan beku.
e. Sebagai deskripsi awal tentang tingkat absorbsivitas batuan umumnya, batuan
beku Phaneritic khususnya.
f. Sebagai cabang penelitian yang dapat diteliti, disempurnakan, dilanjutkan
bagian-bagian khususnya oleh mahasiswa yang tertarik kepada fisika bumi
umumnya, mempelajari sifat termal batuan khususnya.
F. Defenisi Operasional
Agar terdapat persamaan persepsi dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan
beberapa istilah pada judul yang dikemukakan di atas. Batuan Beku yang
dimaksudkan disini adalah batuan yang terbetuk oleh pendinginan magma yang
biasanya terdapat disekitar gunung api. Sedangkan absorbsivitas (keserapan)
termal adalah perbandingan panas yang diberikan kepada suatu benda dengan
panas yang dilepaskallnya atau disebut juga dengan kelllampuan benda untuk
menyerap panas yang diterimanya. Jadi absorbsivitas termal batuan beku adalah
kemampuan batuan yang terbentuk oleh proses pendinginan magma menyerap
panasnya yang diberikan padanya.
BAB I1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Absorbsivitas (Kcscrapan) Tcrmal Batuan Bcku
Apabila suatu benda diberi energi, maka benda tersebut akan menyerap
sebagian energi tersebut dan sebagian lain dipantulkanJditransmisikan ke tempat lain.
Energi yang diterima benda tersebut dapat berupa energi termal (panas).
Kemampuan suatu benda menyerap/mentransmisikan panas yang datang kepadanya
tergantung pada jenis benda tersebut.
Panas yang terdapat pada benda tersebut dapat ditransmisikan ke
lingkungannya melalui konduksi, konveksi dan radiasi. Khususnya untuk zat padat
(zadat) panas umumnya ditransmisikan secara konduksi dan radiasi, sedangkan untuk
zat alir (zalir) panas ditransmisikan secara konduksi, konveksi dan radiasi, tergantung
kepada kondisi zat itu sendiri.
Sesuai dengan hukum kesetimbangan termal zat, apabila zat mempunyai suhu
lebih tinggi dibandingkan lingkungannya, umumnya zat tersebut memancarkan
(radiasi) kalor berupa gelombang elektromagnetik dan sebaliknya bila zat tersebut
mempunyai suhu yang lebih rendah dibandingkan lingkungannya zat tersebut akan
menyerap kalor dari lingkungamya. Radiasi yang muncul akibat adanya perbedaan
temperatur disebut dengan radiasi termal. Pada umumnya semakin tinggi temperatur
suatu zat, semakin tinggi pula radiasi termal total yang dipancarkannya (Ditman dan
Zemanksy: 1982:94).
Radiasi elektromagnetik yang diemisikan oleh benda bertcmperatur tcrtcntu
dapat dinyatakan dalam bentuk energi persatuan waktu yang disebut dengan daya
emisi. Daya emisi suatu zat persatuan luas (emisivitas = P , ( ~ , a ) d d L 2 )
merupakan daya yang diemisikan dengan sudut polarisasi cx dalam arah K. Beberapa
percobaan menunjukan bahwa laju emisi radiasi termal benda tergantung kepada
tcmpcratur dan sifat pcrmukaan bcnda tersebut. (Reif: 1988:382). Dengan demikian
dapat didefenisikan bahwa daya radiasi termal total yang dipancarkan persatuan luas
(eksitansi radiasi atau penyinaran) suatu benda dapat dihitung dengan mengintergral
P, (K, a)ddn terhadap o dan o + d o pada sudut padatan dQ dalam arah K.
Sekarang tinjau en~isi dengan sudut polarisasi a dengan vektor radiasi
(gelombang elektromagnetik) kecil d ~ ' dengan frekuensi o dan o + d o merambat
dalam arah sudut padatan dl2 disekitar K'. Bila radiasi jenis ini datang pada
pcmukaan benda, nlaka harga dari Pe (K', a ) d d Q merupakan radiasi yang datang
pada benda tersebut (ReiC 1958:387). Dalarn kondisi seperti ini diserap radiasi
scbcsnr n(u4,cx) baginn olch bcnd:~, clan sisnnyrl ditrnns~nisikan kc lingkungannya.
Parameter a ( ~ ' , a ) disebut dcngan absorbsivitas (keserapan) bcndalbatuan yang
merupakan karakteristik khusus dari batuan tersebut. Absorbtivitas suatu benda
secara umum tergantung kepada temperatur. Untuk benda hitam sempurna
a ( ~ ' , a ) = 1 dan laju terserapnya radiasi sama dengan laju terpancarnya radiasi.
Secara matematis dapat dirumuskan dengan :
H = R B (1)
Dimana 1-1 adalah Iaju radiasi yalig terscrap dan Rb adalah laju radiasi terpancar
Sedangkan untuk benda lain yang bertemperature T dimana harga a ( ~ ' , a ) + 1,
maka daya radiasi yang terserap persatuan didefenisikan dengan:
R = a ( ~ ' , a ) H (2)
Berdasarkan persamaan (1) dan (2), maka diperoleh perbandingan radiasi yang
diserap dengan yang diradiasikan dengan persamaan:
R = a ( ~ ' ,a) RB (3)
Dalam bentuk notasi daya radiasi dapat ditulis dengan:
P, ( -K ,~ ) = a ( ~ , a ) e ( ~ , a ) (4)
Persarnaan (3) dan (4) menunjukkan bahwa eksitansi radiasi setiap benda pada
temperatur T sama dengan radiasi benda hitam pada temperature T. Perbadingan
keduanya disebut dengan tingkat absorbtivitas benda. (Ditmann dan Zemansky:
1986: 101, Reif : 1988: 385). Selanjutnya a ( ~ ' , a ) tulis dengan a.
Untuk benda yang terletak pada alam terbuka, besarnya kalor yang
dipindahkan oleh radiasi batuan/benda pada lingkungannya berbanding lurus dengan
pangkat empat perbedaan temperature T, yang untuk benda hitam sempurana adalah:
RB = AT)^ ( 5 )
2 -4 Dengan o adalah konstanta Stefan-Boltman = 56,703 nW m- K .
Sekarang ambil suatu ruangan berongga bertemperatur tetap TR. Andaikan
benda bukan hitarn sempurna bertemperatur T diletakan ditengah-tengah ruangan,
dengan asumsi ukuran ruangan jauh lebih besar dari benda maka laju radiasi benda
dapat dinyatakan dengan :
H = RB(TR) ( 6 )
dan daya radiasi setiap satuan sudut yang dipancarkan persatuan luas dapat
dinyatakan dengan:
R = a AT)^. (7)
Dengan penurunan persaman (7) secara matematis akan diperolell laju pemindahan
kalor oleh radiasi sebesar:
dQ/dt = Aa[RB(TR) - RB(T)]. (8).
Kemudian berdasarkan persamaan (3) sampai dengan persamaan (8), maka
diperoleh besarnya absorbsivitas benda bukan hitam sempurna sebesar:
a = Ro T~ (9)
Untuk mendapatkan besarnya absorbsivitas batuan beku dalam penelitian akan
digunakan persamaan (9) yang telah diturunkan di atas.
B. Bntunn Bcku
Sccara umum berdasarkan proses terbentuknya batuan dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu batuan beku (igneous rock), batuan sedimen (simentary rock) dan batuan
metamorfosa (metamorphic rock). Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dan
hasil pcmbckuan /pendinginan magma. Bila keluar sampai kepermukaan disebut
dengan lava. Batuan sedimen adalah batu'm yang terbentuk dari hasil pelapukan dan
bertransportasi malalui agen tertentu seperti air, udara dan sebagainya, serta
mengendap pada tempat tertentu dalam waktu yang cukup lama. (Ludman dan Cock :
1982 : 103). Sedangkan batuan metarnophosa adalah batuan yang terbetuk karena
proses pelapukan batuan beku ataupun batuan sedinian karena penganih pcrubahan
suhu atau terkena zat kimia. Karena urnumnya batuan berasal dari batuan beku,
1 maka penelitian ini difokuskan kepada batuan beku.
! Berdasarkan teksturnya (mencakupi ukuran butiran, bcntuk butiran, dnn
I iterlocking butiran), batuan beku diklasifikasikan menjadi batuan Phaneritic,
I Aphanitic, Glassy, dan Porous. Pada batuan beku terkandung berjenis-jenis mineral I , , yang juga ikut mempengaruhi sifat batuan itu sendiri. Jenis mineral yang mayoritas I
membentuk batuan beku antara lain:
Kwarsa biasanya tidak benvarna (jernih), tidak mempunyai bidang belah,
, konkoidal, dan butirannya halus.
I Feldspar mineral ini sangat penting dalam pembentukan batuan beku, terdiri dari
I , ortiklas, benvarna merah daging, bidang belahnya dua set dan 90". dan plagioklas
(NaCaF) biasanya benvarna putih dan abu-abu, mempunyai dua set bidang bclah,
mempunyai kristal kembar.
Arnphibol, minenal ini benvarna gelap, hijau, coklat, atau hitam.,
vitrous(berkaca-kaca) dan mempunyai dua bidang belah 60".
Piroksen, benvarna hijau sampai dengan hitam, vitrous, bila digores akan
benvarna abu-abu, mempunyai dua set bidang belah 90"
Garnet, berbentuk decocehedral (berbidang 12), benvarna hitam sampai dengan
coklat kemerahan, vitrous.
Olivin, benvarna hijau. dan sebagainya. Berdasarkan kandungan mineralnya dan
tekstur, batuan beku dapat diklasifikasikan sebagai gambar berikut:
(Ludmann: 1982:61).
Klasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan mineral yang dikandungnya
dapat dilillat seperti garnbar 1 pada lampiran 1.
Bcntuk tekstur batuan beku ini dapat dilihat dcngan bantuan kaca
pembesar (lup). Pada bagian absorbsivitas termal benda telah dijelaskan bahwa
daya radiasi termal suatu material tergantung kepada bentuk permukaan,
temperatur dan sifat alamiah dari benda itu sendiri. Sifat alamiah termasuk sifat
mineral yang terdapat dalam batuan tersebut (Kern:1967). Karena kandungan
mineral, warna, pada batuan beku berbeda-beda, tentu akan mempunyai tingkat
absorbsivitas yang berbeda pula. Klasifikasi batuan beku berdasarkan tingkat
absorbsivitas ini belum ada diungkapkan secara jelas. Disisi lain sifat ini sangat
penting diketahui untuk keperluan bahan konstruksi bangunan dan sebagai
penyimpan panas pada konservasi energi. Untuk itulah penclitian ini pcnulis
angkat sebagai penelitian pendahuluan.
BAB 111
METODE PENELITTAN
A. Wilayah Pcnclitian dan waktu Pcnclitian
Penelitian ini dikategorikan kepada penelitian eksperimen yang bertujuan
untuk mendeskripsikan tingkat absorbtivitas termal batuan beku. Untuk mendapatkan
deskripsi ini dilakukan eksperimen dan pengukuran dilaboratorium mekanika dan
terrnodinamika jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor suhu dengan
ketelitian + 0,5OC , sensor tersebut dihubungkan dengan interface 700 ke komputer
PC produksi PASCO.
Waktu penelitian terlambat 1 bulan dari yang direncanakan pada proposal,
kerena kesulitan dalam mendapatkan sampel penelitian dan instrumen penelitian
sedang dipakai oleh mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir/skripsi, sehingga
penelitian baru dapat dijalankan pada bulan September 1999 sampai dengan
Desember 1999.
B. Persiapan Penelitian
1 Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil dari kabupaten Tanah
I Datar,karena didaerah ini banyak terdapat batuan beku yang berasal dari gunung
berapi.Setelah sampel diambil dibiarkan selama satu bulan berada di labor, I i kemudian batu tersebut dipisah sesuai dengan jenisnya , masing - masing jenis
1 I ditcntukan k las i f ikas t~~ bcrdasarkan batuan standnr yang sudall ada dilaboratorium.
Setelah jelas klasifikasinya maka ditentukan nama masing -masing kelompok
kemudian batuan tersebut dijadikan kerekel.Banyaknya sampel untuk setiap jenis
batuan adalah 1 kg.
2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang baik akan menghasilkan data yang baik pula. Oleh sebab itu
perlu disusun instrumen pengukuran dengan baik. Sebelum instrumen digunakan
untuk penelitian terlebih dahulu diuji coba dengan bahan lain. Hal ini bertujuan agar
dalam pengambilan data yang sebenarnya tidak didapadan banyak kesalahan seperti
daya tahan alat ukur terhadap panas, pengaruh lingkungan terhadap pemanasan,
stabilitas suhu alat pemanas batu'an.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sensor Suhu
Scnsor iili digunakan untuk mencatat perubahan suhu batuan yang sedang di
panaskan dcngan scbuah pcmanas. Ketelitian sensor suhu ini adalah 0,5OC
dengan kode CL-6505.
2. Interface 700
Intcrfacc ini ~ncrupakan intcrfacc buatan PASCO dcngan input bcrupa sinyal
dengan keluaran dapat berupa digital dan analog. Peralat'an ini berfungsi untuk
menterjemahkan sinyal dari sensor ke dalam bentuk keluaran digital ataupun
analog. Kemudian sinyal dikirim ke PC.
3. Personal Computer (PC)
PC yang telah dilengkapi dengan software Science Workshop berfungsi sebagai
pengolah data. PC dilengkapi software under windows dan under DOS. Pada
Software Science workshop telah dilengkapi dengan program statistik dan
pendekatan kurva (kurva fit). Pada layar PC dapat dilihat bentuk analog dari
kelakuan objek penelitian.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen karena penelitian ini bertujuan
untuk mengamati gejala-gejala atau phenomena-phenomena alam dengan melihat
keterkaitan antar variabel. Sama dengan penelitian-penelitian lain, penelitian ini
memiliki dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah lama pemanasan.
Sedangkan variabel bebasnya adalah kenaikan suhu batuan .Perubahan suhu suatu
jenis batuan di ukur dalam penelitian ini selama 120 menit baik waktu pemanasan
ataupun waktu pendinginan setiap jenis san~pel. Sebagai variabcl kcndali dolam
penelitian ini adalah suhu ruangan, tekanan, kelembaman udara.. Pengukuran
dilakukan dengan cara memanaskan sampel dalam selang waktu tertentu, pemanasan
akan menyebabkan perubahan suhu batuan beku tersebut. Pemanasan dilakukan
dengan menggunakan kompor listrik dengan asumsi kompor tersebut dapat
memberikan kalor yang konstan pada sampel setiap saat. . Kemudian sampel
didinginkan secara alamiah selama 120 menit..
Besaran-besaran yang diukur pada penelitian ini adalah lama pemanasan,
perubahan suhu batuan selama pemanasan dan pendinginan. Sedangkan absorbtivitas
dihitung dengan menggunakan persamaan 9.
D. Dcsnin Pcnclitinn
Desain penelitian dapat dilihat sepcrti pada sketsa berikut ini :
Kajlan teoritls jenls batuan dan sifat absorbtivitasnya
I
I Dibandingkan I
I
Rurnusan Masalah
I Pengumpulan Sampel
Kandungan Mineral 1 r DikeioLpokan
I I I
lnterpretasi I 2
Sampel dipanaskan
I Waktu Pemanasan dan
kenaikan temperatur
KesimpulanlKlasifikasi Batuan beku Berdasarkan
Tingkat Absorbslvitas
Sampel dldlnglnkan
I waktu pemanasan dan penurunan temperatur
Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan kajian teoritis terhadap
I I
jenis batuan dan sifat absorbtivitas benda, maka selanjutnya dilakulcan pengulnpulan
sanlpel dari. populasi yang telah ditetapkan. Kemudian sampel dikelompokkan
berdasarkan teksturnya. Sampel dijadikan kerekel dan dikeringkan selama 30 hari (1
bulan) dilaboratoriunl fisika FMIPA UNP . Pada penelitian ini sampel dipanaskan
sclama 120 menit dan didinginkan secara alamiah selama 120 menit dengan mencatat
perubahan suhu batuan. Selanjutnya dikitung absorbtivitas batuan. Berdasarkan
analisa yang ada pada software science workshop dicari model yang sesuai dengan
rcspon yang ndu.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengukuran sampel diolah menjadi krekel. Kemudian krckel
dimasukan ke dalam bejana berbentuk bola. Kedalam sampel dimasukkan scnsor
'suhu yang berada dalam tabung reaksi berisi air. Karena tabung reaksi kecil, air
berkontak langsung dengan batuan yang sedang dipanaskan, maka suhu batuan yang
sedang dipanaskan sama dengan suhu air dalam tabung reaksi tersebut. Pen~akaian
sensor suhu dengan menggunakan air ini sesuai dengan petujuk pemakaian sensor
suhu.
Untuk mengukur perubahan suhu pada batuan digunakan sensor suhu dan
interface 700 yang terdapat dilaboratorium jurusan fisika FMIPA Universitas Negeri
Padang. Untuk menentukan daya serap termal batuan, maka batuan dalam bejana
bola kaca dipanaskan selama 120 menit dengan menggunakan kon~por . Pcrubahan
suhu batuan setiap saat terekam secara analog pada PC yang tclah dihubungkan
dengan sensor suhu melalui interface. Kemudian untuk melihat daya tahan panas
yang tersimpan dalarn batuan, maka batuan didinginkan secara alamiah selama 120
menit dan perubahan suhu setiap saat juga terekam pada PC. Rangkaian alat sewaktu
pengukuran dapat dilihat pada halaman berikut. .-
19
F. Teknik Analisa Data
Absorbtivitas batuan dihitung dengan menggunakan persamaan 9. Untuk
melihat tingkat absorbtivitas batuan beku terhadap suhu yang diherikan digunakan
analisa regresi lengkung dengan persamaan:
Y,= b,+ b lx j+ ... + bmxjl" (Sudjana : 1994 : 176)
dimana : Y, adalah tingkat absorbtivitas batuan beku
xj adalah nilai taraf faktor dalam ha1 ini adalah temperatur
m adalah jumlah sampel yang digunakan.
bi adalah harga konstanta yang akan dicari besarnya.
Pada persamaan di atas, bila hanya dua suku pertarna, maka persamaan merupakan
persamaan regressi linear. Untuk menyelidiki kemungkinan terjadinya penyimpangan
dari bentuk kuadratik digunakan persamaan berikut:
JK (regresi linear ) = C C",yu ,a, r c . :
(Sujana : 1994: 179)
C JK (regresi kuadratik ) = r ( b ) ' ( u - 4) '
+ r(b:)' x u : - JK(regresi linear)
Semua statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengolah data sudah
tersedia pada software yang satu paket dengan sensor dan interface dan PC di
laboratorium Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data, Lokasi, Subjek dan Data
Pcnelitian dilakukan di laboratorium mekanika dan ternlodinamika Jurusan
Fisika FMIPA UNP . Pengambilan data dilaksanakan pada saat sullu ruangan
antara 29OC sampai dengan suhu 30' C, dan tekanan udara 1 atm , oleh sebab itu
pada penelitian ini pembahasan tentang pengaruh suhu dan tekanan lingkungan
tidak perlu dilakukan. Massa batu yang dipanaskan untuk setiap pengumpulan data
adalah 1 kg.
Sampel penelitian setelah diambil dari lokasi, dikeringkan di laboratorium
Fisika selmna satu bulan (30 hari). Dalarn pengumpulan data batu dipanaskan
dengan menggunakan alat pemanas yang sarna dan ukuran panas yang sama pula.
Untuk mengukur suhu pemanasan digunakan sensor suhu dan enterface, PC yang
sama pula. Dengan telah mcngontrol secara ketat variabel berpengaruh lainnya
tcrhadap pcrlakuall objck pcnelitian diharapkan penelitian ini telah memenuhi
syarat untuk penelitian eksperimen .
, Dalam penelitian ini terdapat 7 jenis batuan beku phaneritik yaitu mulai dari
warna yang lebih terang sampai dengan wnrna yang lebih gelap Jenis batuan beku
phaneritik tersebut adalah syenite, diorite, gabbro, olivin gabbro, pyroxenite, dunite
dan perodotite. Dari hasil pengukuran diperoleh hasil sebagai berikut :
1 .. Batuan Syenite
Grafik pcmanasan dan pendinginan batuan syenite seperti terlihat pada
Gombar 3 don 4 dibawah ini.
Graph Display - I I
Gambar 3. Pertambahan suhu terhadap waktu batuan syenite selama pemanasan
A A 8 - 7 0 count = 71498
minimum: x = 0.0000, y = 29.0231 maximum: x=7149.7002, y = 121.3111 mean: x = 3574.85000, y = 71.2471 1 standard deviation: x = 2063.98391, y = 28.89396
. . . - . . .. [~olynomial Fit 1 y = a l +a2x+a3x"2+.. . Degree= 3 a1 = 30.00000 a
Gra ph Displav
Gmrba 4 ::ikcl;nu~rtsrr.~~ suhu :cl:hac'lap waktu batua: sycnitc sciirsrla pr:nd!.nginan
a2 = 0.00705 Q a3 = 2.2370e6 a4 = -2.031 3e-10 &iA2 = 392.19385
0 ,
0 $0 do do do 100 110
@ Ti me (minutes)
Suhu tertinggi yang dicapai setelah dipanaskan selama 120 menit adalah
(1 2 1,3 1 1 1 k 0,5)O C dengan persamaan kurva kelengkungan berupa polinomial
berderajat 3 yang mendekati persamaan:
y = 30 + 0,00705~ + 2,24 1.10-"~ + 2,03 1.10-'~x"
Persamaan ~llemberikan arti bahwa daya serap panas ( absorbsivitas ) batuan
syenite adalah akar pangkat empat dari 0,00705 Cldt atau sama dengan 0.2899.
Angka terdapat dalam range absorbtivitas benda (0.12 - 0.91) menurut (Howel
1982:338). Pertambahan suhu batuan ini selama pemanasan (120 menit) adalah
71,25 OC.
Kcnludiall setelah pemanasan dihentikan (didinginkan ) batuan ini dapat
menahan suhu tetap selanla (22,69 + 0,5) menit pada suhu 12 1,3 1 1 1 . Suhu
terendah yang dapat dicapai setelah didinginkan selama 120 menit adalah
49 ,04 '~ , ini berarti bahwa batuan jenis ini dapat menyimpan suhu lebih lama.
2. Baluan Diorilc
Grafik pemanasan dan pendinginan batuan diorite seperti terlihat pada
gambar 5 dan 6. Suhu tertinggi yang dicapai setelah dipanaskan selama 120
menit adalah (1 3 1,4 127 k 0,5)OC dengan persamaan kurva kelengkungan
berupa polinomial berderajat 3 yang mendekati persamaan:
y = 30+0,00670x+3.3191.10~~6x2 -3,2149.10-'~x~
Persamaan memberikan arti bahwa daya serap panas ( absorbsivitas ) batuan
diorite adalah akar pangkat empat dari 0,00670 Cldt atau sama dengan
0.286 10 1.
Graph Display2 I
Graph Display2 4
A A 0 5? - v
count = 72386 minimum: 8~ x = 0.0000, y = 26.9173 ma)imum: x = 7238.5000, y = 131.4127 mean: x = 3619.25000, y = 80.24135 standard deGation: x = 2089 61826, y = 34.40483 [~olynomial Fit ] y = a l +a2x+a3P2+. . . Oegree= 3 a1 = 30.00000 a2 = 0.00670 B a3 = 3.3191e8
c
Gambar 6 Penurunan suhu terhadap waktu batuan diorite selama pendinginan
a1 = 135.00000 a
a3 = 9.4994e-7
--
Gambar 5. Pertamballan suhu terhadap waktu batuan diorite selama pemanasan
' i
0 2b 4b do do 116012b
@ Time (minutes)
0
a4 = 3.2149e-10 &iA2 = 526.80682 iterations = 20
o"'2'0 40 do do d o 120
Time (minuter)
&iA2 = 659 59607 iterations = 20
Ailgkn Icrtlnpnt dalniii rnngc absorbtivitiis bcndil (0.12 - 0.91) dalain (Mowel
1982:338). Pertambahan suhu batuan ini selama pemanasan (120 menit) adalah
80,24O C.
Kemudian setelah pemanasan dihentikan (didinginkan )batuan ini dapat
menahan suhu tetap selama (17,5 + 0,5) menit pada suhu 13 1,4127. Suhu
terendah yang dapat dicapai setelah didinginkan selama 120 menit adalah
45,4726'~.
3. Batuan Gabbro
Grafik pemanasan dan pendinginan batuan gabbro seperti terlihat pada
gambar 7 dan 8 berikut. Suhu tertinggi yang dicapai setelah dipanaskan selama
120 nienit adalah (1 35 3074 t 0,5)OC dengan persamaan kurva kelengkungan
berupa polinomial berderajat 3 yang mendekati persamaan:
y = 29.5 - 0,00747~ + 8,1029.1 o - ~ x2 - 7,00-'O x3
Persamaan memberikan arti bahwa daya serap panas ( absorbsivitas ) batuan
gabbro adalah akar pangkat empat dari 0,00747 Cldt atau sama dengan
0.29399. Angka bcrada dalanl range absorbtivitas benda (0.12 - 0.9 1) (Howell
1982:338). Pertambnhan suliu batunn ini selrlnin pciiiniiasnn 120 iucnit ndalah
80,858G°C.
Kemudian setelah didinginkan batuan ini dapat menahan suhu tetap
selmna (17,8 + 0,s) menit padn suhu 1 3 8 , 2 4 8 8 ~ ~ . Suhu tcrendal~ yang dapat
dicapai setelah didinginkan selama 120 menit adalah 46,9375 OC
Graph Display
Gambar 7. Pertambahan suhu terhadap waktu batuan gabbro selama pemanasan
A A 53- . . . . . . . . . . . . 0 - I count = 71734 minimum: x = 0.0000. y = 26.4290 maximum: x = 7173.2998, y = 135.8074
. . . . . . - . . . . . mean: x = 3586.65000. y = 80.85866 standard deviation: x = 2070.7933, y = 38.65356 [~o l~nomia l f i t 1
... y = a1 + a2 x + a3 xA2 + . . Degree= 3
a1 = 29.50000 0 a2 = -0.00747 a a3 = 8.1029eB
Graph Display 1
C
o i o 4'0 6'0 do 160 i i o 1 0 Time (minutes)
Gambar 8. Penurunan suhu terhadap waktu batuan gabbro selama pendinginan
a4 = -7.000oe-10 a chiA = 666.92413 iterations = 20
4. Batuan Olivine Gabbro
Grafik pemanasan dan pendinginan batuan olivin gabbro seperti terlihat
pada gambar 9 dan 10 berikut. Suhu tertinggi yang dicapai setelah dipanaskan
selama 120 menit adalah (148.9608 + 0,5)OC dengan persamaan kurva
kelengkungan berupa polinomial berderajat 3 yang mendekati persamaan:
y = 30 - 0 ,0050~ + 7.5129.10-~x~ - 6.3453.10-'~x'
Persamaan memberikan arti bahwa daya serap panas ( absorbsivitas ) batuan
olivin gabbro adalah akar pangkat empat dari 0,0050'~/dt atau sama dengan
0.26592. Angka berada dalam range absorbtivitas benda 0.12 - 0.91 (Howel
1982:338). Pertambahan suhu batuan ini selama pemanasan (120 menit) adalah
92,13O C.
Kemudian setelah didinginkan batuan ini dapat menahan suhu tetap
selama (3,O f 0,5) menit pada suhu 148,9608. Suhu terendah yang dapat dicapai
setelah didinginkan selama 120 menit adalah 41,9935'~
Graph Display
Gambar 9. I'ertambahan suhu terhadap waktu batuan olivin gabbro sclallla pelllanasall
2
A A 0 0 - 0 c1
Graph Display
count = 78863 minimum: x = 0.0000. y = 28.3517
- . . ..... .
a1 = 16o.ooooo a a2= -0.03125 a3 = 2.8319e-6 a4 = -9.0098e-11 chiA2 = 2737.08789 iterations = 20
Time (minutes)
8- 7
maximum: x = 7886.2002. y 148.9608 mean:
u^ - = 3~43.1oooo. Y = ~2.12sse
;; 98- standard deviation:
5s-. x = 2276.58315. y = 43.87240
- (~olynomial Fit ] a, - y = a1 + a2x+ a3+2+ ... I-
Degree = 3
8- a1 = 30.00000 a a2 = -0.00500 a3 = 7.5129~-6
Gambar 10 Pe~~urunan suhu terhadap waktu batuan olivin gabbro sclama pcndinginan
0 - 2 50 100
lo Time (minutes)
I . . n - l - '
a4 = -6.3453e-10 ch iA2 = 6540 .Q038 1 iterations = 20
5. Batuan Pyroxcnite
Grafik pemanasan dan pendinginan batuan pyroxenite seperti terlihat
pada Gambar 1 1 dan 12 berikut. Suhu tertinggi yang dicapai setelah dipanaskan
sclama 120 mcnit adalah (147,4960 f 0,5)OC dcngan pcrsamaan kurva
kelengkungan berupa polinonlial berderajat 3 yang mendekati persamaan:
y = 30 + 0,OO 1 Ox + 6.400.1 o - ~ x2 - 5.9767.1 0-lo x3
Persamaan memberikan arti bahwa daya serap panas ( absorbsivitas ) batuan
pyroxenite adalah akar pangkat empat dari 0,0010 Cldt atau sama dengan
0.1778. Angka berada dalam range absorbtivitas benda 0.12 - 0.91 (Howel
1982:338). Pertambahan suhu batuan ini selama pemanasan (120 menit) adalah
93,05' C.Ketnudian setelah didinginkan batuan ini dapat menahan suhu tetap
selama (13,75 + 0,5) menit pada suhu 147,596. Suhu terendah yang dapat
dicapai setelah didinginltan selama 120 menit adalah 46,9069'~
Graph Display 1
Gambar 1 1. Pertambahan suhu terhadap waktu batuan pyroxenite selama pemanasan
- J
A A
0
8$ :
: '
o
o l o 40 do do ibo 110
Time (minutes)
-
count = 73862 minimum: x = 0.0000, y = 26.3985 maximum: x = 7386.1001, y = 147.4960 mean: x = 3693.05000. y = 93.04602 standard deviation: x = 2132.22671, y = 42.17086 l~olynomial f i t I y = a l +a2x+a3xA2+.. . Degree = 3 a1 = 30.00000 O a2 = 0.00100 0 a3 = 6.4000e-6 a4 = -5.9767e-10 ch i9 = 1249.29297 iterations= 20
Gambar 12. Penurunan suhu terhadap waktu batuan pyroxenite selama pendinginan
A A 0 . . . . -. 0 - count = 72039 minimum: x = 0.0000, y = 46.9069 maximum: x = 7203.7998, y = 149.4491
8- mean: 7 x = 3601.90000, y = 94.09333
0 - standard deviation: i28' - 2% 1
F 3- a1 = 146.00000
c'
0 l o do do sb 160 110
Time (minutes)
a2 = 0.00180 P a3 = -6.1000e-6 2 a4 = 5.5000e-10 Q chiA2 = 11219.15527 iterations= 1
6. Batuan Dunitc
Grafik pemanasan dan pendinginan batuan dunite seperti terlihat pada
Gambar 13 dan 14 berikut. Suhu tertinggi yang dicapai setelah dipanaskan
selama 120 menit adalah (145,5428 + 0,5)OC dengan persamaan kurva
kelengkungan berupa polinomial berderajat 3 yang mendekati persamaan:
10 3 y =30-0.0035~+7.6351. l0-~x~ -6,8751.10- x
Persamaan memberikan arti bahwa daya serap panas ( absorbsivitas ) batuan
duilite adalah akar pangltat empat dari 0,0035 Cldt atau sama dengan 0.2432.
Angka berada dalam range absorbtivitas benda 0.12 - 0.91 (Howel 1982:338).
Pertambahan suhu batuan ini selama pemanasan (120 menit) adalah 94,24O C.
Kemudian setelah didinginkan batuan ini dapat menahan suhu tetap selama
(13,O + 0,5) menit pada suhu 145,528. Suhu terendah yang dapat dicapai setelah
didinginkau sclalna 120 illcllit adalah 44,4655'~
A A 0
madmum: x = 7361.6001. y = 145.5428
standard deviation: x = 2125.15417. y = 43.38621 (~olynomial Fit I
a3 = 7.6351e6 a4 = 6.8751 e-10
C, chiA2 = 1069.76086 iterations = 20
0 2b 40 slb do 1160 ld0
Time (minutes)
Gambar 13. Pertambahan suhu terhadap waktu batuan dunite selama pemanasan
Gambar 14 Pcnurunan suhu terhadap waktu batuan dunite scloma pcndinginan
7. Batuan Perodotite
Grafik pemanasan dan pendinginan batuan perodotite seperti terlihat
pada Gambar 15 dan 16 berikut. Suhu tertinggi yang dicapai setelah dipanaskan
selama 120 menit adalah (145,5428 + 0,5)OC dengan persamaan kurva
kelengkungan berupa polinomial berderajat 3 yang mendekati persamaan:
y = 28,O + 0.00568~ + 5.00.1 o - ~ x2 - 4,9276.1 0-lo x3
Persamaan memberikan arti bahwa daya serap panas ( absorbsivitas ) batuan
perodotite adalah akar pangkat empat dari 0,00568 Cldt atau sama dengan
0.27453. Angka berada dalam range absorbtivitas benda 0.12 - 0.91 (Howel
1982:338). Pertamballan suhu batuan ini selama pemanasan (120 menit) adalah
94,1331°C.
Kemudian setelah didinginkan batuan ini dapat menahan suhu tetap
selama (15,OO + 0,5) menit pada suhu 145,5428. Suhu terendah yang dapat
dicapai setelah didinginkan selama 120 menit adalah 44,4655'~
Graph Display I
count = 73617 minimum:
. .- . . . - - - . .. . , .. . . .,
mean: x = 3680.80000, y = 94.13313 standard deviation:
. . . . . - . x = 2125.15417. y = 43.38621
a1 = 28.00000 a a2 = 0.00568 g a3 = 5.0000e-6 8 a4 = -4.9276e-10 chiA = 1 160.12659
Time (minutes)
Gambar 15 Pertambahan suhu terhadap waktu batuan perodotite selama pemanasan
Graph Display
x = 0.0000. y = 44.4655
standard deviation:
y = a l +a2x+a3?2+.. .
a2 = 4.00124 Q
Gambar 16 Penurunan suhu terhadap waktu batuan perodotite selama pendinginan
13. l ' c ~ ~ ~ b a l i ; ~ s i ~ n
Dari ketujuh sampel batuan di atas , batuan syenite merupakan batuan yang
dapat menyimpan panas pada suhu tertinggi (128OC ) yaitu selama 22,69 menit dan
suhu tcrcndah yang dicapai setclah didinginkan secara alamiah sclama 120 menit
49,0432 OC, maka dapat dilcatakan bahwa batuan syenite merupakan batuan
phaneritik penyimpan panas terbaik tetapi mempunyai daya serap yang rendah. Hal
ini dapat dimaklumi karena batuan syenite merupakan batuan berwarna lebih terang.
Batuan ini Icbih banyak mcngiindung kuarsa .I-la1 ini scsuai dcngan tcori bahwa
bahan berwarna putih merupakan bahan yang lebih lambat menerima kalor dan lebih
lambat pula melepaskan kalor ( Howell: 1982) .
Batuan dunite dan peridotite merupakan batuan yang mempunyai kenaikan
suhu yang sama yaitu 94,133'~, tetapi rnempunyai persamaan garis lengkung yang
berbeda, sehingga absorbsivitasnya berbeda. Hal ini juga dapat mendukung kajian
teori yang menyatakan bahwa bahan hitam merupakan bahan yang mempunyai
absorbsivitas tinggi(Ric11ard : 198 1).
Bila ditinjau berdasarkan persamaan garis lengkung yang terbentuk selama
pemanasan, dimana koefisien a2 diperoleh dunite -0.0035, sedangkan a2 untuk
perodotite adalah 0.00568, demikian juga dengan koefesien a3 dan a4 seperti telihat
pada gambar 13 dan 15.
Keseluruhan absorbtivitas batuan yang diperoleh dalam penelitian berada
dalam range daya serap (absorbtivitas) benda yang dapat digunakan untuk
penyimpan panas untuk solar termal. Berdasarkan data ketujuh batuan phaneritik di