menciptakan budaya sekolah yang tetap … · web viewbudaya sekolah yang harus diciptakan selain...
TRANSCRIPT
MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH YANG BERMUTU
(Sebuah Upaya mengembangkan Budaya Mutu di SMP Negeri 4 Malang)
Oleh: Sukirman
I. PENDAHULUAN
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki
budaya sekolah (school culture) yang kokoh, dan tetap eksis. Perpaduan semua
unsur (three in one) baik siswa, guru, dan orang tua yang bekerjasama dalam
menciptakan komunitas yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas, serta
bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah,
menjadikan sebuah sekolah unggul dan favorit di masyarakat.
Menurut Deal dan Peterson (1999), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.
Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang
menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap
pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan
intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi
teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab
tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat
berperan dalam perkembangan iptek dan berlandaskan imtak.
Budaya sekolah yang harus diciptakan agar tetap eksis adalah mengembangkan
budaya keagamaan (Religi), Budaya kerjasama (team work), Budaya
Kepemimpinan (Leadership).
1. BUDAYA KEAGAMAAN (RELIGI) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan
agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik
(akhlaqul Karimah) serta disiplin dalam berbagai hal.
Bentuk Kegiatan :
Budaya Salam, Doa sebelum/sesudah belajar, Doa bersama menyambut UN/US
Tadarus dan Kebaktian, Sholat Dzuhur Berjamaah, Lima Hari Belajar, LOKETA
(Lomba Keterampilan Agama), Studi Amaliah Ramadhan, RETRET, Hafalan
Juz Amma, Budaya Bersih; Konferensi kasus, Kegiatan Praktek Ibadah, Buka
Puasa Bersama, Pengelolaan ZIS, PHBI
2. BUDAYA KERJASAMA (TEAM WORK) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial melalui kegiatan bersama
Bentuk Kegiatan :
MOS, Kunjungan Industri, Parents Day, Baksos, Teman Asuh, Sport And Art,
Kunjungan Museum, Pentas Seni, Studi banding, Ekskul, Labs Channel, Labs
TV, Labs Care, Pelepasan Siswa, Seragam Sekolah, Majalah Sekolah, Potency
Mapping, Buku Tahunan, PHBN, PORSENI.
3. BUDAYA KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini
Bentuk Kegiatan :
Career Day; budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya Kreatif; Mandiri &
bertanggung jawab, Budaya disiplin/TPDS, SAKSI, Lintas juang OSIS,
Ceramah Umum, upacara bendera, Olah Raga Jumat Pagi, Studi Kepemimpinan
Siswa, LKMS, OSIS
Dengan motto yang disepakati bersama oleh sekolah misalnya “Disiplin
tanpa diawasi, bekerja tanpa disuruh” akan menjadikan sekolah itu unggul dan
berkualitas. Hal ini akan dapat dibuktikan dengan banyaknya tamu yang akan
datang ke sekolah tersebut, dan banyaknya para orang tua yang mendaftarkan
anaknya untuk bersekolah di tempat itu, tetapi sekolah memiliki keterbatasan
tempat. Sehingga sekolah itu sering disebut sebagai sekolah favorit.
Sekolah favorit menurut pendapat Wijaya Kusumah (1997) adalah :
1. Definisi sekolah favorit salah satu indikatornya apabila banyak peminat yang
ingin bersekolah di sekolah itu melebihi dari batas daya tampungnya. Sekolah
yang banyak diminati dan sering dijadikan pilihan pertama. Sekolah yang
memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik (banyaknya
kejuaran yang diikuti), tentunya konsekwen dengan aturan dan tata tertib yang
dibuat sesuai dengan budaya sekolahnya.
2. Sekolah favorit adalah sekolah yang menciptakan anak peduli dengan
lingkungan, dikenal luas oleh masyarakat, dan merupakan kombinasi antara
pendidikan sekolah dan pendidikan orang tua yang berimbang. Dapat
mengembangkan potensi kreatif siswa melalui ekstrakurikuler.
3. Sekolah favorit itu adalah Sekolah yang pengelolaannya profesional. Guru-guru
yang profesional dalam menangani para siswanya. Sekolah yang dapat
melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang dapat berguna, sehingga
menjadi contoh bagi sekolah-sekolah yang lain untuk lebih maju.
4. Sekolah favorit adalah sekolah yang memiliki kemampuan memuaskan siswa
dan orang tua dalam hal pelayanan (services) dengan mengedepankan tujuan
pendidikan dan sekuat tenaga mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa
serta memiliki ilmu pengetahuan yang luas yang dapat digunakan untuk dirinya
sendiri dan akhirnya menciptakan keberhasilan untuk sekolah itu sendiri.
5. Sekolah favorit adalah sekolah yang mampu menyediakan fasilitas memadai
yang dapat menunjang kegiatan belajar, konsisten terhadap KBM, Suasana
sekolah yang mendukung, lingkungan yang aman, nyaman, dan tentunya tercipta
hubungan yang baik antara setiap komponen sekolah sehingga tercipta budaya
sekolah yang tetap eksis dan menjadi rujukan bagi sekolah lain (sasaran studi
banding).
Bila sebuah sekolah sudah favorit, maka sebagai sekolah favorit di
masyarakat harus melaksanakan aktifitasnya secara profesional dan bertanggung
jawab. Profesional memiliki pengertian bahwa sekolah melaksanakan tugas pokok
menyelenggarakan proses belajar mengajar dan manajemen yang baik.
Bertanggungjawab memiliki pengertian bahwa sekolah melaksanakan pendidikan
secara akuntabilitas kinerja/ dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan
pemerintah.Tuntutan sekolah yang profesional membutuhkan pengelolaan yang
tepat melalui pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebab dengan
MBS, lembaga dapat menginventarisir kekuatan-kekuatan dan kebutuhan-
kebutuhannya, kelemahan, peluang, hambatan, dan tantangan yang mungkin ada.
Pendekatan ini sering disebut dengan analisa SWOT.
Dari analisis tersebut akan tampak perbedaan karakteristik sebuah sekolah
dengan sekolah lainnya. Karenanya, dalam konteks penerapan MBS, Sergiovanni
(2005) menyarankan agar para pengambil kebijakan, para penilik, dan kepala
sekolah menggunakan pendekatan budaya sekolah atau school culture approach.
Alasannya: Pertama, pendekatan budaya lebih menitikberatkan faktor manusia di
atas faktor-faktor lainnya. Peran manusia amat sentral dalam suatu proses
perubahan berencana. Sesuai dengan pepatah man behind the gun, manusia adalah
faktor yang menentukan keberhasilan perubahan, bukan struktur atau peraturan
legal. Kedua, pendekatan budaya menekankan pentingnya peran nilai dan
keyakinan dalam diri manusia. Aspek ini merupakan elemen yang sangat
berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku. Karenanya, pendekatan budaya
menomorsatukan transformasi nilai dan keyakinan terlebih dahulu sebelum
perubahan yang bersifat legal-formal. Ketiga, pendekatan budaya memberikan
penghormatan dan penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Sikap
menerima dan saling hormat menghormati akan menciptakan rasa saling percaya
dan kebersamaan di antara anggota organisasi. Rasa kebersamaan akan
memunculkan kerja sama, dan kerja sama akan mewujudkan sikap profesionalisme
yang membawa perubahan sehingga mengubah nilai-nilai lama yang menghambat
dengan nilai baru yang mendukung MBS.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, dengan kurikulum baru KTSP
2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) membuat guru lebih aktif, kreatif,
kompetitif, inspiratif, inisiatif, independen dan inovatif dalam menemukan dan
mengembangkan kurikulum baru. Sekolah diberi kebebasan dalam membuat
program kerja oleh pemerintah melalui Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
merupakan salah satu dari delapan standar nasional pendidikan sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen) No.23 Tahun
2006.
Sekolah yang favorit pasti memiliki sistem pengembangan budaya sekolah
yang terintegrasi dan terimplementasi dalam proses pembelajaran. Sekolah juga
telah melakukan inovasi-inovasi kegiatan budaya sekolah dan
terinventarisasikannya budaya sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai lokal,
nasional, dan internasional. Semuanya itu telah menyatu ke dalam kegiatan
akademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang bersifat intrakurikuler dan
ekstrakurikuler sehingga nantinya sekolah itu akan menjadi Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI).
Pengelola sekolah harus membangun sebuah sistem yang di dalamnya
mengutamakan kerjasama atau team work. Kesuksesan dibangun atas dasar
kebersamaan dan bukan kerja satu orang kepala sekolah atau one man show. Kepala
sekolah setiap periode akan berganti, tetapi sistem akan terus berjalan mendampingi
siapapun pemimpinnya. Setiap sekolah harus dapat menciptakan budaya
sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan
sekolahnya. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakurikuler, tetapi juga
ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan otak kiri dan kanan secara seimbang
sehingga melahirkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam
menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendaknya juga berpedoman pada
misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga watak
siswa serta mengacu pada 4 tingkatan umum kecerdasan yaitu : kecerdasan
intektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan
kecerdasan sosial.
Budaya sekolah akan subur dan tetap eksis bila orang tua siswa dilibatkan
dalam menunjang kegiatan kesiswaan. Kegiatan POMG atau komite sekolah harus
menjadi budaya sekolah yang kental dan didukung penuh oleh pimpinan sekolah.
Bila itu terjadi, maka hasilnya POMG dapat mengumrohkan atau menghajikan para
guru ke tanah suci Mekah, menyekolahkan guru ke pasca sarjana, rekreasi guru dan
keluarga, dan lain-lain yang sangat menunjang untuk kegiatan siswa dan
kesejahteraan para guru. Namun demikian, kegiatan POMG tetap berjalan dalam
koridor tidak ’mengobok-obok’ kurikulum sekolah yang telah dibuat oleh sekolah
dan pemerintah atau Depdiknas.
Keterlibatan orang tua dalam menunjang kegiatan sekolah, keteladan
guru (mendidik dengan benar, memahami bakat, minat dan kebutuhan belajar anak,
menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan
serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak), dan prestasi siswa yang
membanggakan adalah tiga hal yang akan menyuburkan budaya sekolah. Kegiatan-
kegiatan itu menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang utuh (komprehensif)
melalui indikator yang jelas, sehingga ”karakter atau watak siswa” dapat
terpotret secara optimal melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah.
Kegiatan itu akan menjadi budaya dan berpengaruh dalam perkembangan siswa
selama bersekolah di sekolah itu.
Karena budaya sekolah yang bermutu itulah akan tertanam di hati para
siswa. Sehinga sekolah akan terbebas dari narkoba, rokok, minuman keras, tawuran
antar pelajar, dan ’penyakit’ kenakalan pelajar lainnya. Pastikan siswa terbaik yang
lulus, akan terukir namanya dalam batu prasasti sekolah. Pastikan pula para
alumninya tersebar ke sekolah-sekolah favorit ’papan atas’ baik di tingkat propinsi
maupun nasional dan akan menjadi ’leader’ di sekolahnya masing-masing.
Lingkungan pendidikan yang harmonis dalam suasana kekeluargaan
merupakan faktor yang mendukung terselenggaranya KBM yang baik. Sebab
dengan lingkungan yang aman dan nyaman serta bersahabat siswa akan tenang
dalam belajar. Salah satu usaha menciptakan keharmonisan tersebut adalah dengan
budaya salam yang kental tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, dan
Antargolongan (SARA) sehingga terbangun ’tata krama yang sistematik’ dan
dapat membangun akhlaqul karimah yang dicontohkan oleh nabi Muhammad
SAW.
Budaya sekolah yang harus diciptakan selain hal-hal tersebut di atas adalah
budaya unggul dan mampu bersaing di dunia global. Memiliki daya juang yang
tinggi, tanpa kehilangan jati diri suatu bangsa, dan tak mengenal kata ’putus asa’.
Sekolah harus dapat melestarikan budaya lokal dengan tetap mengikuti tren budaya
global yang berkembang, misalnya bahasa daerah, gamelan, dan tarian tradisional
perlu dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa. Tetapi tidak dapat kita pungkiri
pula bahwa penguasaan bahasa asing, band, dan modern dance harus juga dipelajari
sebagai budaya global yang disukai remaja saat ini.
Karena itu, nuansa religius di sekolah dengan pelaksanaan tadarus sebelum
pembelajaran yang dilaksanakan harus dijadikan aktivitas rutin. Membudayakan
salam dan saling menegur dengan bahasa yang ramah harus menjadi fenomena
yang biasa. Budaya keteladanan, kedisiplinan, dan kerja sama, baik orang tua,
guru, dan siswa harus terus dikembangkan dan memiliki tanggung jawab untuk
memajukan sekolah. Melalui kegiatan POMG atau komite sekolah, para orang tua
harus berperan aktif membantu program-program yang dibuat oleh sekolah
sehingga dapat membawa nama baik sekolah di masyarakat. Rendahnya mutu
pendidikan kita saat ini disebabkan oleh lemahnya komitmen warga sekolah dalam
mewujudkan budaya sekolah dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan sehingga akan berdampak pada rendahnya peran serta dan partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan baik secara moril maupun materiil.
Kredibilitas sekolah di mata masyarakat, akuntabilitas kinerja sekolah, dan
sigma kepuasan orang tua siswa harus sudah terbentuk, sehingga membawa sekolah
memiliki budaya sekolah yang tetap eksis. Guru, orang tua, dan siswa harus dapat
bekerja sama menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis di tengah era derasnya
globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Budaya sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan,
seperti dua sisi mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan, dan kesenian
membuat siswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya masing-masing.
Sekarang ini, keunggulan suatu sekolah tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana
yang tersedia, tetapi lebih pada komitmen dan dedikasi para guru juga peran serta
orang tua dalam memajukan sekolah dan dapat menciptakan budaya sekolah yang
tetap eksis dengan terus membangun kredibilitas dan akuntabilitas kinerja,
sehingga melahirkan sigma kepuasan di kalangan masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
II. PEMBAHASAN:
MENGEMBANGKAN BUDAYA MUTU DI SMP NEGERI 4 MALANG
Menurut Deal dan Peterson (1999), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat
sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra
sekolah tersebut di masyarakat luas. SMP Negeri 4 Malang mempunyai misi
menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif,
terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian misi, menghasilkan lulusan yang
berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter
takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam
memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya
manusia yang dapat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Budaya sekolah yang telah diciptakan dan tetap eksis di SMP Negeri 4
Malang selama 23 tahun berdiri adalah : budaya salam, dimana setiap kali bertemu
(guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan
sapaan sopan dan senyuman menawan; upacara bendera yang rutin dilaksanakan
setiap hari senin dan hari-hari besar nasional; Penasehat akademis atau pertemuan
wali kelas dengan para siswanya setiap Senin pagi untuk berbagi informasi; Tadarus
dan kebaktian setiap Jum’at pagi sebelum pelajaran dimulai; Seragam sekolah
yang berbeda dengan sekolah lain; (salah satunya setiap jum’at berseragam busana
muslim/ah), Sholat berjamaah di masjid sekolah pada saat jam istirahat; Olah raga
Jum’at pagi dengan mengelilingi kampus UM; Enam hari belajar (Senin-Sabtu) dari
pukul 06.45 s.d. 15.30; Majalah sekolah yang dibuat oleh siswa untuk melatih bakat
jurnalistiknya; Dialog interaktif dengan para pakar di bidangnya, mulai dari masalah
seks sampai teknologi terbaru; Lintas juang untuk mendidik siswa menjadi calon
pengurus OSIS; Studi Kepemimpinan Siswa untuk melatih kepemimpinan siswa
menjalankan organisasi; Studi Amaliah Ramadhan mendidik siswa dalam kegiatan
pesantren ramadhan; Pelepasan siswa yaitu melepas siswa kelas sembilan yang telah
lulus dari sekolah; Buku tahunan adalah buku yang merekam kegiatan siswa dari
mulai masuk sampai lulus sekolah; POMG (Persatuan Orang tua Murid dan Guru)
adalah kegiatan orang tua siswa yang menunjang kegiatan sekolah dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan; budaya bersih adalah kegiatan
kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri; Kegiatan praktek ibadah adalah
kegiatan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru agama masing-masing; PHBI dan
Nasional adalah kegiatan hari besar keagamaan dan nasional; melakukan Doa
sebelum/sesudah belajar dipimpin oleh kepala sekolah melalui pengeras suara yang
diletakkan di setiap kelas;
Selanjutnya adalah Budaya disiplin dimana siswa tidak diperkenankan
masuk kelas bila terlambat dan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah; budaya
kerja keras, cerdas dan ikhlas yaitu siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan cepat, tepat waktu, dan berharap mendapatkan pahala dari Allah; budaya
Kreatif yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya;
Mandiri & bertanggung jawab yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa
bantuan orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan
guru; Pentas Seni (Pensi) melatih siswa melaksanakan kegiatan bernuansa seni baik
kesenian tradisonal maupun kesenian modern atau yang sedang ’ngetren’ saat ini;
Kunjungan museum yaitu mengenalkan kepada siswa tentang warisan budaya
bangsa yang harus dilestarikan;
Kunjungan Industri yaitu mengenalkan siswa tentang kegiatan-kegiatan
yang ada di industri atau pabrik yang berkaitan dengan mata pelajaran sains dan
ekonomi; SAKSI (Studi dan Apesiasi Kepemimpinan Siswa Indonesia) yaitu
kegiatan kesiswaan yang mengundang sekolah lain di Indonesia untuk bersama-sama
berlatih kepemimpinan dengan nara sumber dari KOSTRAD TNI AD Karangploso;
Career Day yaitu kegiatan yang mengarahkan siswa untuk menggapai cita-citanya
dengan mengundang beberapa tokoh yang sukses dalam meniti karirnya;
Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang memberi wadah/kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan
minatnya masing-masing (ada sekitar 34 jenis ekskul yang terangkum dalam buku
panduan ekskul); Parents Day yaitu kegiatan orang tua siswa di sekolah yang diberi
kesempatan mengajar selama satu hari di kelasnya masing-masing, dan Sport and
Art yaitu kegiatan seni dan olahraga antar kelas untuk unjuk gigi di hari
Jum’at.Dengan motto Iman, Ilmu, Amal, Kreatif dan Berprestasi SMP Negeri 4
Malang menjadi sekolah yang unggul dan berkualitas.
Banyaknya tamu yang datang berkunjung dari lembaga pendidikan di
berbagai daerah di Indonesia ke sekolah kami ( ± 4 lembaga) untuk melakukan studi
banding setiap tahun, membuat kami agak merasa tersanjung dan juga banyak belajar
dari mereka dengan kunjungan balasan. SMP Negeri 4 Malang sebagai sekolah
favorit di masyarakat harus melaksanakan aktifitasnya secara profesional dan
bertanggung jawab. Profesional memiliki pengertian bahwa sekolah melaksanakan
tugas pokok menyelenggarakan proses belajar mengajar dan manajemen yang baik.
Bertanggungjawab memiliki pengertian bahwa sekolah melaksanakan pendidikan
secara akuntabilitas kinerja/ dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan
pemerintah.
Tuntutan sekolah yang profesional membutuhkan pengelolaan yang tepat
melalui pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebab dengan MBS,
lembaga dapat menginventarisir kekuatan-kekuatan dan kebutuhan-kebutuhannya,
peluang, hambatan, dan tantangan yang mungkin ada. Pendekatan ini sering disebut
dengan analisa SWOT (Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (ancaman), and Threats (peluang/kesempatan) ), dari analisis tersebut
akan tampak perbedaan karakteristik sebuah sekolah dengan sekolah lainnya.
Karenanya, dalam konteks penerapan MBS.
Sergiovanni (2005) menyarankan agar para pengambil kebijakan, para
penilik, dan kepala sekolah menggunakan pendekatan budaya sekolah atau school
culture approach. Alasannya: Pertama, pendekatan budaya lebih menitikberatkan
faktor manusia di atas faktor-faktor lainnya. Peran manusia amat sentral dalam suatu
proses perubahan berencana. Sesuai dengan pepatah man behind the gun, manusia
adalah faktor yang menentukan keberhasilan perubahan, bukan struktur atau
peraturan legal. Kedua, pendekatan budaya menekankan pentingnya peran nilai dan
keyakinan dalam diri manusia. Aspek ini merupakan elemen yang sangat
berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku. Karenanya, pendekatan budaya
menomorsatukan transformasi nilai dan keyakinan terlebih dahulu sebelum
perubahan yang bersifat legal-formal. Ketiga, pendekatan budaya memberikan
penghormatan dan penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada.
Sikap menerima dan saling hormat akan menciptakan rasa saling percaya dan
kebersamaan di antara anggota organisasi. Rasa kebersamaan akan memunculkan
kerja sama, dan kerja sama akan mewujudkan sikap profesionalisme yang membawa
perubahan sehingga mengubah nilai-nilai lama yang menghambat dengan nilai baru
yang mendukung MBS.Dengan kurikulum baru KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) membuat guru lebih aktif, kreatif, kompetitif, berinisiatif,
independen dan inovatif dalam menemukan dan mengembangkan kurikulum baru.
Sekolah diberi kebebasan dalam membuat program kerja oleh pemerintah melalui
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan salah satu dari delapan standar
nasional pendidikan sebagaimana tertuang Permen No.19 Tahun 2005.
SMP Negeri 4 Malang telah memiliki sistem pengembangan budaya sekolah
yang terintegrasi dan terimplementasi dalam proses pembelajaran. Sekolah juga telah
melakukan inovasi-inovasi kegiatan budaya sekolah dan terinventarisasikannya
budaya SMP Negeri 4 Malang yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, nasional, dan
internasional. Semuanya itu telah menyatu ke dalam kegiatan akademik dan
kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang bersifat intrakurikuler dan ekstrakurikuler
sehingga nantinya SMP Negeri 4 Malang akan menjadi Sekolah Bertarap
Internasional (SBI) dengan membuka kelas bilingual yang telah berjalan selama 2
tahun belakangan ini.Pengelola sekolah membangun sebuah sistem yang di dalamnya
mengutamakan kerjasama atau team work. Kesuksesan dibangun atas dasar
kebersamaan dan bukan kerja satu orang kepala sekolah atau one man show. Kepala
sekolah boleh datang silih berganti, tetapi sistem akan terus berjalan mendampingi
siapapun pemimpinnya.
Melalui budaya organisasi, SMP Negeri 4 Malang terus menata kembali
status kelembagaan, struktur organisasi, komitmen civitas akademika, aturan
kepegawaian dan kesejahteraan, penggunaan teknologi dengan menempatkan hot
spot di tiap sudut sekolah, sistem pemeliharaan fasilitas, pengembangan program dan
layanan pendidikan, dan sumber keuangan sekolah. Suatu sekolah harus dapat
menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa
kebanggaan akan sekolahnya. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakurikuler,
tetapi juga ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan otak kiri dan kanan secara
seimbang sehingga melahirkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam
menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendaknya juga berpedoman pada
misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga watak
siswa yang selalu disampaikan oleh tokoh pendidikan Indonesia Bapak Arief
Rachman, serta mengacu pada 4 tingkatan kecerdasan yaitu : kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan kecerdasan sosial.
Budaya sekolah akan subur dan tetap eksis bila orang tua siswa dilibatkan
dalam menunjang kegiatan kesiswaan. Melalui kegiatan Indonesian Parenting
Forum, orang tua diberi kesempatan melakukan kegiatan sekolah. Karena kegiatan
inilah Mendiknas, Bambang Sudibyo mau meluangkan waktunya membuka Seminar
nasional yang diselenggarakan oleh POMG SMP SMP Negeri 4 Malang pada 12 Mei
2007 .
Kegiatan POMG telah menjadi budaya sekolah yang kental dan didukung
penuh oleh pimpinan sekolah. Hasilnya, POMG dapat mengumrohkan para guru ke
tanah suci Mekah, Rekreasi guru dan keluarga, Studi banding ke sekolah di luar
negeri, mengkreditkan laptop tanpa bunga kepada guru, membantu biaya kuliah S2
guru, dan lain-lain yang sangat menunjang untuk kesejahteraan para guru. Tanpa
peran dari POMG, sekolah akan terasa seperti sayur tanpa garam. Namun demikian,
kegiatan POMG tetap berjalan dalam koridor tidak ’mengobok-obok’ kurikulum
sekolah yang telah dibuat oleh sekolah dan Badan Pengelola Sekolah (BPS) yayasan
pembina Universitas Negeri Malang.
Keterlibatan orang tua dalam menunjang kegiatan akademik dan kesiswaan,
keteladan guru, dan prestasi siswa adalah tiga hal yang menyuburkan budaya
sekolah. Kegiatan-kegiatan itu menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang
utuh (komprehensif) melalui indikator yang jelas, sehingga karakter atau watak siswa
dapat terpotret secara optimal melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
sekolah. Kegiatan itu telah menjadi budaya dan berpengaruh dalam perkembangan
siswa selama sekolah di SMP Negeri 4 Malang. Karena budaya sekolah itulah yang
tertanam di hati para siswa. Hampir bisa dikatakan seratus persen sekolah kami jauh
dari narkoba, merokok, minuman keras, tawuran antar pelajar, dan ’penyakit’
kenakalan pelajar lainnya. Siswa terbaik akan terukir namanya dalam batu prasasti
yang selalu diperebutkan sampai dengan angkatan kelima belas. Alumni SMP Negeri
4 Malang selalu menyebar ke sekolah-sekolah SMA favorit papan atas di Malang
dan menjadi leader di sekolahnya masing-masing.
III. PENUTUP
Lingkungan pendidikan yang harmonis dalam suasana kekeluargaan
merupakan faktor yang mendukung terselenggaranya KBM yang baik. Sebab dengan
lingkungan yang aman dan nyaman serta bersahabat siswa akan tenang dalam
belajar. Salah satu usaha menciptakan keharmonisan tersebuat adalah dengan budaya
salam yang kental tanpa membedakan Suku, Agama, dan Antar Golongan (SARA)
sehingga terbangun tata krama yang sistematik dan dapat membangun akhlaqul
karimah yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
Budaya sekolah yang harus diciptakan selain hal-hal tersebut di atas adalah
budaya unggul dan mampu bersaing di dunia global. Memiliki daya juang yang
tinggi, tanpa kehilangan jati diri suatu bangsa, dan tak mengenal kata ’putus asa’.
Sekolah harus dapat melestarikan budaya lokal dengan tetap mengikuti tren budaya
global yang berkembang, misalnya bahasa daerah, gamelan, dan tarian tradisional
perlu dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa. Tetapi tidak dapat kita pungkiri
pula bahwa penguasaan bahasa asing, band, dan modern dance harus juga dipelajari
sebagai budaya global yang disukai remaja saat ini. Karena itu, nuansa religius di
sekolah dengan pelaksanaan tadarus dan kebaktian sebelum pembelajaran yang
dilaksanakan harus dijadikan aktivitas rutin. Membudayakan salam dan saling
menegur dengan bahasa yang ramah harus menjadi fenomena yang biasa. Budaya
keteladanan, kedisiplinan, dan kerja sama, baik orang tua, guru, dan siswa harus terus
dikembangkan dan memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah.
Melalui kegiatan POMG atau komite sekolah, para orang tua telah berperan
membantu program-program yang dibuat oleh sekolah sehingga dapat membawa
nama baik sekolah di masyarakat. Rendahnya mutu pendidikan kita saat ini
disebabkan oleh lemahnya komitmen warga sekolah dalam mewujudkan budaya
sekolah dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pendidikan sehingga akan
berdampak pada rendahnya peran serta dan partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan baik secara moril maupun materiil. Kredibilitas sekolah di mata
masyarakat, akuntabilitas kinerja sekolah, dan sigma kepuasan orang tua siswa harus
sudah terbentuk, sehingga membawa sekolah memiliki budaya sekolah yang
bermutu. Guru, orang tua, dan siswa harus dapat bekerja sama menciptakan budaya
sekolah yang tetap eksis di tengah era derasnya globalisasi dan pesatnya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi.
Budaya sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan,
seperti dua sisi mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan, dan kesenian
membuat siswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya masing-masing. Budaya
sekolah dapat dimulai dari hal kecil seperti tempat duduk siswa yang berpusat pada
guru harus diubah menjadi tempat duduk yang mendorong interaksi antar siswa.
Hasil karya siswa yang berupa gambar, karangan, puisi, dan kerajinan harus dipasang
di tempat terbuka di sekolah untuk mendorong kebanggaan berprestasi. Foto-foto
ilmuwan juga dipajang guna merangsang motivasi belajar siswa. Sekarang ini,
keunggulan suatu sekolah tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana yang tersedia,
tetapi lebih pada komitmen dan dedikasi para guru juga peran serta orang tua dalam
memajukan sekolah dan dapat menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis dengan
terus membangun kredibilitas dan akuntabilitas kinerja, sehingga melahirkan sigma
kepuasan di kalangan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
DAFTAR ACUAN
http://www.depdiknas.go.id/· http://www.kompas.co.id/· http://www.republika.co.id/·
http://www.mediaindonesia.co.id/·
Kusuma, Wijaya, Menciptakan Budaya Sekolah Tetap Eksis, Website : http://www. omjay.8m.com
Pedoman Ekstra Kurikuler SMP Negeri 4 Malang, 2007
Rachman, Arief. 2007. Makalah Seminar Nasional : Peran Orang tua dalam Mempersiapkan Remaja Menuju Masa depan Sukses. Jakarta, 12 Mei 2007
SMP Negeri 4 Malang, Program Kerja SMP Negeri 4 Malang, 2008.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi. 3- cetakan.1. – Jakarta : Balai Pustaka 2001