mempertimbangkan tradisi

Download MEMPERTIMBANGKAN TRADISI

If you can't read please download the document

Upload: tlangkank-arte

Post on 04-Jan-2016

303 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

RESUME BUKU:MEMPERTIMBANGKAN TRADISIPengarang: Rendra7Buku berjudul Mempertimbangkan Tradisi merupakan kumpulan karangan dari W.S Rendra. Di edit oleh Pamusuk Eneste dan diberi catatan penutup oleh Ignas Kleden yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Jakarta tahun 1984. Konten buku ini lebih spesifik membahas tentang proses kreatif Rendra dalam dunia teater, di mana benturan-benturan antara kecenderungan tradisi dan modern coba disikapi. Kegelisahan Rendra dalam memandang perkembangan teater modern di Indonesia yang cenderung berorientasi Barat sepertinya akan melemahkan kekuatan-kekuatan bentuk kesenian tradisional (teater) coba ia telaah secara baik, bagaimana tradisi tidak tenggelam oleh roda zaman yang terus saja begulir begitu cepatnya. Tradisi menurut Rendra adalah kebiasaan yang turun-temurun dalam sebuah masyarakat. Ia merupakan kesadaran kolektif dalam masyarakat, terus menyatu. Tradisi bukanlah objek yang mati melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup pula. Sebagai kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif, tradisi bisa membantu memperlancar pertumbuhan pribadi anggota masyarakat, keluarga, sebagai pembimbing pergaulan bersama dalam masyarakat. Tanpa tradisi, pergaulan bersama akan menjadi kacau dan kehidupan manusia akan bersifat biadab.Fitrah hidup itu adalah bertumbuh dan berkembang. Tradisi yang tidak mampu berkembang adalah tradisi yang menyalahi fitrah hidup, fanatisme yang menghalangi perkembangan tradisi adalah sikap yang menghalangi hidup dan memihak pada kematian. Sebaliknya, sikap yang antitradisi dan menuntut kebebasan mutlak merupakan satu pandangan untuk tidak peduli dengan kehidupan bersama. Apa yang dilakukan oleh Rendra dalam berkesenian khususnya teater adalah tidak anti pada tradisi, tetapi menjadikan tradisi sebagai kendaraan proses kreatif karena ia begitu sadar pada kemampuan tradisi untuk terus berkembang. Karya-karyanya bukan mengedepankan orisinalitas dan kebaruan namun hanyalah sebuah proses pendewasaan untuk menjadikan tradisi sebagai kekuatan lokal yang harus dsikapi secara baik. Tradisi diciptakan manusia untuk kepentingan hidup dan bekerja, tetapi tradisi dewasa ini adalah tradisi yang kaku untuk dipakai bekerja.Pandangan terhadap Eropa yang dipahami sebagai mesin industrialisasi dan Indonesia yang dipahami sebagai mesin kebudayaan alam. Kebudayaan tradisional kita adalah kebudayaan alam, majunya perkembangan industri di Eropa telah mempengaruhi pola pikir negara berkembang yang masih berakar pada kepercayaan pada mitos. Tradisi kebudayaan alam kita itu adalah antikepribadian, dan juga anti-pertumbuhan-spiritual. Kepribadian secara tradisional dipahami sebagai kebiasaan-kebiasaan kolektif.Sultan Hamengku Buwono I merupakan raja Jawa yang diyakini memiliki kelebihan-kelebihan spiritual sehingga masyarakat Jawa ketika itu berpandangan bahwa ia merupakan simbol dari kebudayaan Jawa yang terus saja bergulir secara turun-temurun. Sultan Hamengku Buwono I telah menjadi simbol masyarakat Jawa, sehingga apapun yang ia lakukan, pada dasarnya hanyalah mencoba untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang sudah diyakini begitu lama seperti upacara perjalanan menuju tahtanya di hari raya Greberg. Sultan Hamengku Buwono I sebelum menjadi raja bernama pangeran Mangkubumi, dimasa kecilnya ia bernama Raden Mas Sudjono. Ia adalah saudara Sunan Paku Buwono II dari lain ibu, dan putera dari Susuhunan Amangkurat IV. Di masa mudanya, ia sangat menyukai melakukan perjalanan berjalan kaki mengarungi hutan, menuju telaga-telaga, mengembara disepanjang pantai, mendaki bukit-bukit kapur di pantai selatan dan mendaki gunung. Perjalanan Raden Mas Sudjono ke pantai, hutan dan gunung dipahami sebagai perjalanan relegius: upacara untuk berkomunikasi dengan Kang Murbet Jagat (penguasa alam semesta). Begitulah rasa cinta yang dimiliki oleh Raden Mas Sudjono dalam menyikapi alam sebagai ciptaan Tuhan. Kerendahan hati Raden Mas Sudjono juga terlihat ketika berhadapan dengan masyarakat, hal itu diwujudkan dengan cara bertutur bahasa yang halus dan berpakaian yang mencerminkan masyarakat biasa dengan alasan kecintaannya terhadap nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Latihan Raden Mas Sudjono tidak suka latihan strategi, atau taktik dan ilmu menekan orang lain dengan keangkuhan dan kekuasaan atau teror. Melainkan latihan untuk menyatukan hati, pikiran dan perbuatan. Sehingga ia dikenal sebagai raja yang memiliki kharisma, goodwill dan ramah. Dalam konteks latihan dalam rangka pendewasaan batin, pikiran dan perasaan itu dilakukannya secara intens dan kontinyu. Hal ini coba diadopsi oleh Rendra sebelum membangun kelompoknya bernama Bengkel Teater. Dengan melakukan perkemahan dan pelatihan di pantai Parangtritis Yogyakarta. Perkemahan tersebut dihadiri oleh kaum urakan dan siapa saja yang mau berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan Rendra tersebut.Kehadiran drama modern di Indonesia, dipahami sebagai semua seni drama yang mengacu pada naskah dialog (drama), sehingga membedakannya dengan kehidupan teater tradisional yang tidak mengacu pada teks tertulis dan penggarapan yang cenderung dengan metode improvisasi. Rendra menjelaskan bahwa kedudukan drama modern di Indonesia masih goyah, karena dominasi asing begitu kuat untuk mempengaruhi perkembangannya. Peradaban barat yang datang ke Indonesia membawa kebudayaan-kebudayaan buku, kebudayaan membaca. Seorang ahli sosiologi dari Kanada, Prof. McLuhan menyatakan bahwa media itu membentuk kebiasaan dan adat-istiadat seseorang. Buku-buku memberikan suasana perukarpikiran yang intim dan langsung, menimbulkan kesadaran pribadi, akhirnya mendorong orang untuk menuju pada kebutuhan otentik. Maka pemberontakan terhadap tradisi pun dimulai.Seni drama modern di Indonesia timbul dari golongan elite yang tidak puas dengan komposisi seni drama rakyat dan seni drama tradsional. Kehadiran naskah dipandang sebagai kebutuhan otentik dan bermutu. Lahirlah penulis-penulis naskah drama potensial pada waktu itu seperti Muhammad Yamin, Armijn Pane, Sanusi Pane, Rustam Efendi dan lain-lain. Istilah penyutradaraan, dekorasi, naskah dan kostum otentik masih relatif baru dalam perkembangan awal drama (teater) modern di Indonesia, begitu teknik berperan yang dilakukan secara realistis. Hadirnya ATNI dan ASDRAFI merupakan langkah untuk memahami teater secara keilmuan dan akademik. Menyikapi kegagahan dalam kemiskinan teater modern di Indonesia harus melalui kesadaran pada pandangan akal sehat. Banyak para dramawan-dramawan Indonesia berbakat setelah pulang belajar drama di luar negeri malahan menjadi tidak berdaya. Tujuan untuk menghibur diri dengan mengkompromikan kualitas sangat ditentang oleh Rendra. Rendra menilai, miskinnya teater Indonesia dapat dilihat miskinnya penonton, miskin kritikus, miskin penulis, miskin gedung, miskin akan kesempatan, miskin akan modal, miskin akan keuntungan material, miskin peralatan teknis, dan juga miskin dengan keberadaan dramawan-dramawan yang baik. Memandang kondisi teater modern Indonesia yang tergolong masih muda begitu terlihat dari setiap proses yang dilakukan oleh Rendra dengan berbagai banyak kendala yang dialaminya. Menyikapi penyadaran akan kemiskinan bisa mendorong sang dramawan untuk lebih memperhatikan fasilitas yang tidak tergantung pada nilai kekayaan, yaitu tubuh, anggota badan, perasaan, pikiran, dan imajinasi sebuah gudang harta yang tidak bisa dipengaruhi oleh kemiskinan. Hal-hal inilah yang harus dilatih dalam menciptakan setiap peristiwa teater dan mampu bersikap gagah dalam menyikapi kemiskinannya. Aktor merupakan unsur utama dan yang paling terpenting dalam teater, sementara elemen yang lain adalah faktor pendukungnya. Pelatihan-pelatihan akting yang dilakukan oleh aktor merupakan hal yang terpenting dalam membina kesadaran mengenai pentingnya mencipta peran dalam panggung pertunjukan teater yang berkualitas. Dalam situasi yang miskin seyogianya teater modern Indonesia harus memertahankan integritas dirinya. Seluruh kebudayaan, pada hakekatnya adalah usaha untuk mempertahankan harga intrinsik kemanusiaan.Dalam metode meditasi untuk aktor dipahami bahwa bermeditasi bukanlah mengosongkan pikiran, tetapi justru memusatkan pikiran untuk satu hal, dibantu dengan harmoni totalitas seluruh diri. Bermeditasi adalah suatu usaha untuk mengkonsentrasikan jiwa dan raga, perasaan dan pikiran, dengan intens, dalam harmoni, dalam hening, untuk menghadapi suatu hal. Dalam latihan konsentrasi, Rendra merumuskan tiga metode pelatihan yaitu (1) berdiri tegak, benar-benar lurus, urutan tegak lurus dari tulang ekor sampai ke tulang kuduk benar-benar sempurna, kedua kaki saling merapat, telapak tangan dilekapkan, ditarik lalu dirapatkan ke dada dengan ujung jari menunjuk ke atas, dan menutupkan ke dua mata, (2) atau duduk bersila dengan punggung tegak dan selanjutnya melakukan metode yang sesuai dengan penulisan pada bagian I di atas, dan (3) atau berbaring lurus, tanpa bantal, kedua kaki saling merapat, kedua telapak tangan menelungkup ke lantai (ke pembaringan), dan kedua tangan merapat ke sisi tubuh, kemudian kedua mata terpejam. Meditasi dalam pandangan Rendra tidak menjanjikan optimisme, tetapi ia memberikan keberanian, kita begitu menyadari keterbatasan yang kita miliki, sehingga kita berharap dapat menyikapi secara arif seluruh persoalan yang ditemukan dalam lingkungan sekitar kita.Teater Mini Kata Rendra yang diistilahkan oleh Gunawan Muhammad merupakan bentuk teater yang lebih mengedepankan telaah yang intuitif bukan rasional. Yang dituntut dalam penonton teater Mini Kata Rendra adalah penyikapan secara intuitif, bukan rasional layaknya ilmu-ilmu ekonomi, matematika, fisika, kimia atau ilmu eksakta lainnya. Keyakinan Rendra pada bentuk teaternya ini adalah sebagai spirit purba yang sudah ada di zaman dulu dalam mewujudkan kisah-kisah yang puitis dan ambigu.Dalam pertemuan teater Indonesia tanggal 10-17 Desember 1982, Rendra melakukan pengamatan dan membuat catatan dari beberapa pertunjukan pada waktu itu. Amatan pertama yaitu pertunjukan pantomim Seno Utoyo berjudul Keranjang Sampah. Kritik Rendra pada pertunjukan Keranjang Sampah terlihat dari pilihan musik yang tidak menyatu dengan pertunjukan, karena kecerobohan kerjasama antara penata suara dan gerakan pantomim yang tidak nyambung. Ritus Topeng, karya Ikranegara sekaligus menjadi pemain, dilihat Rendra sebagai pertunjukan yang kurang daya konsentrasi karena faktor kelelahan. Kritik Rendra cenderung bicara keaktoran (minimnya vokal, artikulasi yang tidak baik, akting yang tidak memiliki penghayatan). Pertunjukan Bom Waktu karya/sutradara N. Riantiarno diamati Rendra sebagai pertunjukan yang mengasyikkan. Karya yang mengangkat persoalan kritik sosial betul-betul digarap oleh Nano Riantiarno secara cerdas, variasi adegan dan perpindahan adegan-adegan yang diolah secara lincah dan imajinatif. Inilah naskah terbaik yang muncul dalam acara festival teater 1982 tersebut. Naskah yang bagus dan tata artistik yang tertata dengan rapih tetap saja terkendala apabila dihadapkan dengan kondisi pemain yang tidak mampu menterjemahkan persoalan keaktoran secara baik, tidak total, dan dialog yang sering berantakan. Pertunjukan berjudul Yang karya A. Rahim Qahhar dimainkan oleh rombongan galatama Medan dibawah penyutradaraan Darwis R. Harahap, juga dikritik oleh Rendra dalam rangka melihat sisi penggarapan yang tidak maksimal, gambaran tentang manusia kotak tidak dapat dipahami secara metaforik, tidak imajinatif dan tidak grafis. Pertunjukan Samarinda merupakan karya/sutaradara Aspar merupakan sebuah garapan yang tertata dengan rapih, cara penyutradaraan yang menarik, kostum mencerminkan harmoni, musik pengiring yang digarap bagus. Selanjutnya dalam buku ini, Rendra juga melanjutkan kritik pada pertunjukan Zat karya/sutradara Putu Wijaya produksi Teater Mandiri dan Malin Kundang karya Chairul Harun, sutradara Alien De (Taman Budaya Padang).Pada bagian selanjutnya Rendra memaparkan proses kreatifnya dalam dunia kepenyairan, berkaitan dengan hal-hal yang melatar-belakangi ketertarikannya dalam dunia penulisan terutama puisi. Bagaimana pernyataan Rendra dalam kredo berkesenian, pandangannya mengenai kebudayaan, hegemoni kekuasaan, dominasi politik, kondisi ekonomi yang tidak berpihak, Rendra hadir dan dilahirkan dalam situasi bangsa yang selalu carut-marut dalam hidup yang dijalaninya, sehingga menginspirasi dalam setiap karya-karya puisi dan teaternya. Tahun 1975, Rendra mendapat penghargaan dari Akademi Jakarta, pidato dalam penghargaan tersebut juga tertuang dalam buku ini. Pada bagian selanjutnya, Rendra memaparkan pembelaannya terhadap film James Bond yang berisi tentang keganasan-keganasan, pembunuhan, dan pembantaian. Ia menjelaskan bahwa persoalan itu juga terlihat dengan jelas dari bentuk-bentuk pertunjukan kesenian tradisional yang kita saksikan yang juga banyak menawarkan tentang keganasan, pembantaian dan pembunuhan. Juga cerita-cerita yang selalu dilontarkan oleh pemuka agama tentang betapa ganasnya siksaan bagi para penghuni neraka yang telah terinternalisir dalam diri manusia dari kecil. Dongeng-dongeng keagamaan, dongeng-dongeng kanak-kanak, legenda dan mitos-mitos hampir semua pasti memuat tentang nilai-nilai keganasan dalam hidup manusia. Akhirnya Rendra menyatakan bahwa hidup memang mengandung aspek keganasan. Perjuangan hidup pada hakekatnya pahit, ganas dan seru. Pengalaman-pengalaman tersebut sering tingkatkan orang menjadi dongeng-dongeng advontur, dongeng-dongeng kepahlawanan dan hikayat pertarungan kesaktian-kesaktian.Selanjutnya, pembahasan mengenai kesenian urakan yang dibahas oleh James L. Peacock dalam bukunya berjudul Ludruk Ludruk: Indonesian Rite of Modernization. Ludruk adalah sejenis kekasaran di dalam kesenian Jawa yang memiliki tempat di dalam kultur Jawa Timuran. Pembangkangan terhadap tradisi dipandang sebagai cara pandang terhadap arah kebudayaan yang bergerak lebih maju. Dan itu juga tercermin dari banyak para tokoh pergerakan bangsa Indonesia seperti Muhammad Hatta, Soekarno, A. Syahrir, Ali Sadikin dan lain-lain. Rendra adalah salah satu dari sedikit seniman Indonesia yang mau dan mampu merumuskan pemikiran kebudayaan dan pendirian-pendirian keseniannya. Pemikirannya tentang kebudyaan adalah pemikiran seorang pencipta yang sangat terlihat dan penuh gairah. Kesadaran adalah suatu kemampuan manusia yang menghubungkan dunia-dalam diri seseorang dan dunia luar dirinya. Kesadaran alam dan kesadaran kebudyaan inilah yang akan menentukan kebudayaan tersebut akan mekanis atau dinamis, hidup atau mati, berkembang atau mandul, modern atau tradisional. Begitulah Ignas Kleden mencoba memberikan kesimpulan dari catatan yang tertuang dalam buku ini.SEKIAN