memperkerjakan dan memperdagangkan

28
MEMPEKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN ANAK DI BAWAH UMUR Latar Belakang: Dalam kehidupan masyarakat yang umumnya di pedesaan sangat rentan sekali dengan hal – hal yang sifatnya merampas hak – hak sebagaimana anak pada umumnya. Disebabkan oleh faktor – faktor yang tidak mendukung dalam rangka pertumbuhan anak yang masih di bawah umur. Mungkin kita semua pasti sepakat, apa lagi kalau kita hidupnya di pedesaan. Bahwasanya mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Berketepatan dengan masyarakat pedesaan, saya sendiri berasal dari daerah pedesaan yang lumayan terpencil dan ujuga sangat jauh dari akses fasilitas yang memadai seperti di daerah – daerah yang sudah mulaiberkembang seperti daerah lain. Maka dari itu kalau kita ingin mengetahui bagaimana? Dan apa saja yang sangat dominan untuk melatar belakangi kasus – kasus yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM) untuk anak yang masih di bawah umur. Kasus ini tidak mungkin terjadi kalau tidak ada sebab musababnya. Sebab – musabab terjadinya perampasan hak – hak anak di bawah umur adalah diantaranya masalah ekonomi, kemiskinan, pendidian yang minim, serta tidak ada kepedulian terhadap anak. Kita lihat terlebih dahulu tentang ekonomi. Umumya masyarakat di desa pendapatan yang didapat tidak 1

Upload: evi-muhammad-sholeh

Post on 29-Jun-2015

155 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

MEMPEKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

ANAK DI BAWAH UMUR

Latar Belakang:

Dalam kehidupan masyarakat yang umumnya di pedesaan

sangat rentan sekali dengan hal – hal yang sifatnya merampas

hak – hak sebagaimana anak pada umumnya. Disebabkan oleh

faktor – faktor yang tidak mendukung dalam rangka

pertumbuhan anak yang masih di bawah umur. Mungkin kita

semua pasti sepakat, apa lagi kalau kita hidupnya di pedesaan.

Bahwasanya mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai

petani. Berketepatan dengan masyarakat pedesaan, saya sendiri

berasal dari daerah pedesaan yang lumayan terpencil dan ujuga

sangat jauh dari akses fasilitas yang memadai seperti di daerah –

daerah yang sudah mulaiberkembang seperti daerah lain. Maka

dari itu kalau kita ingin mengetahui bagaimana? Dan apa saja

yang sangat dominan untuk melatar belakangi kasus – kasus

yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM) untuk anak yang

masih di bawah umur. Kasus ini tidak mungkin terjadi kalau tidak

ada sebab musababnya. Sebab – musabab terjadinya

perampasan hak – hak anak di bawah umur adalah diantaranya

masalah ekonomi, kemiskinan, pendidian yang minim, serta tidak

ada kepedulian terhadap anak.

Kita lihat terlebih dahulu tentang ekonomi. Umumya

masyarakat di desa pendapatan yang didapat tidak menentu.

Dan hasil dari bercocok tanam pun tidak bisa mencukupi

kebutuhan sehari – hari, karena tidak adanya penyukuhan –

penyuluhan tentang bertani atau bercocok tanam yang baik.

Maka meskipun mereka petani, tetapi tidak ada ajminan untuk

hidup lebih layak dengan bertani. Yang kedua adalah faktor

kemiskinan. Hal ini sudah menjadi tradisi bahwa orang yang

1

Page 2: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

hidupnya di daerah yang terpencil tidak asing lagi dengan

kemiskinan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penyebab

kemiskinan selalu berkaitan dengan masalah ekonomi dan

pendidikan. Dari ekonomi, semisal pendapatan masyarakat

bagus, maka tidak ada kemiskinan. Dan pendidikan, jika

masyarakat di pedesaan menganggap pendidikan itu

berpengaruh pada kehidupannya, maka hidupnya akan lebih baik

dari sebelumnnya.

Yang ketiga adalah pendidikan. Umumnya orang pedesaan

mkurang peduli dengan pendidikan karena pemahaman orang

pedesaan lebih cenderung dan menganggap dengan bersekolah

tidak akan membantu kebutuhan ekonomi. Maka dari itu,

pendidikan masih sangat minim didapatkan. Dan keempat,

kurang psdulinya terhadap anak. Karena terlalu sibuk dengan

kehidupan dan kebutuhan sehari – hari dan hal ni sangat

memperburuk keadaan si anak yang masih membutuhkan kasih

sayang yan gutuh dari orang tuanya.

Fokus Kajian

Pada dasarnya, anak adalah titipan dari Allah. Maka tidak

sepatutnya kita memperlakukan anak – anak yang masih di awah

umur untuk dipekerjakan dan diperdagangkan sehingga

membuat anak – anak kehilangan hak – haknya sebagai anak

normal sepert biasanya. Dan berimbas kepada masa depan si

anak. Mungkin kita semua sama – sama tahu dan tidak harus

menyalahkan orang tua begitu saja karena semua yang terjadi

itu saling berkaitan satu sama lainnya. Dimanapun tidak ada

orang tua yang tidak sayangkepada anaknya dan tidak peduli

tehadap anaknya. Tetapi lingkungan di pedesaan sangat berbeda

dengan lingkungan perkotaan. Di desa, anak dengan orang tua

sangat jarang sekali berkomunikasi dan cenderung anak merasa

kurang kasih sayang orang tua. Karena aorang tuanya sangat

2

Page 3: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

sibuk dengan tuntutan ekonomi yagn serba kekurangan. Dan

untuk pendidikan anak pun juga terkorbankan dengan keadaan

ekonomi yang tidak menentu. Dalam Hak Asasi Manusia (HAM),

hak untuk hidup layak, hak untuk ekonomi yang bisa memenuhi

kebutuhan hidup dan hak untuk mendapatkan pendidikan baik

formal maupun non formal bisa tecapai. Semua berhak

mendapatkan hak – haknya yang notabene kita semua sebagai

masyarakat sipil.

Banyaknya permasalahan yang dihadapi masyarakat yang ada di

derah pedesaanmemicu tehadap banyaknya kasus

mempekerjakan paksa anak di bawah umur. Dan tidak jarang

juga yang mempunyai anak perempuan harus diperdagangkan

bisa dibilang menjual anak gadisnya yang masih di bawah umur,

karen abisa membantu orang tua yang terkena himpitan

ekonomi. Dan diharapkan dengan mempekerjakan anaknya bisa

mengurangi beban hidp yang harus dihadapi. Tapi dengan tidak

sadar, hal tersebut sangat merugikan orang tua juga anak sendiri

juga negara. Dan paling kasihan terampasnya hak – hak anak.

Pada umumnya pada usia anak – anak, mereka tidak lepas dar

kasih sayang orang tua, bermain dengan teman – temannya, dan

bersekolah agar mendapatkan ilmu pengertian dan bisa merubah

kehidupan yang layak dari nsebelumnya.

Landasan Teori

Menurut Teaching Human Rights yang diterbitkan oleh

Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB), hak asasi manusia (HAM)

adalah hak – hak yang melekat pada setiap manusia, yang

tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak

hidup, misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan

segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup.

Tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akan hilang.

3

Page 4: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Senada dengan pengertian diatas adalah pernyataan awal

hak asasi manusia (HAM) yang dikemukakan oleh John Locke.

Menurutnya, hak asasi manusia adalah hak – hak yan gdiberikan

Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat

kodrati. Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada

kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabut hak asasi

setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap manusia yang

dibawa sejak lahir sebagai anugeah Tuhan YME; bukan

pemberian manusia atau lembaga kekuasaan.

Hak asasi manusia ini tertuang dala UU Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia. Menurut UU ini, hak asasi

manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan dilindungi

oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Teori hukum kodrati adalah teori yang menyatakan bahwa

di dalam masyarakat manusia ada hak – hak dasar manusia yang

tidak dapat dilanggat oleh negara dan tidak diserahkan kepada

negara. Menurut teori ini, hak dasar ini bahkan harus dilindungi

oleh negara dan menjadi batasan bagi kekuasaan negara yang

mutlak. Hak – hak tersebut terdiri atas hak atas kehidupan, hak

atas kemerdekaan, dan hak atas milik pribadi.

Hak – hak dasar persamaan dan kebebasan adalah teori

yang mengatkan bahwa semua manusia dilahirkan sama dan

merdeka. Manusia dianugerahi beberapa hak yang tidak tepisah

– pisah, diantaranya hak kebebasan dan tuntutan kesenangan.

Teori ini banyak dipengaruhi oleh Locke sekaligus menandai

perkembangan HAM kemudian.

Pada 1789, lahir Deklarasi Perancis. Deklarasi ini memuat

aturan – aturan hukum yang menjamin hak asasi manusia dalam

proses hukum, seperti larangan penangkapan dan penahanan

seseorang secara sewenang – wenang tanpa alasan yang sah

4

Page 5: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

atau penahanan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh

lembaga hukum yang berwenang. Prinsip Presumption of

innocent adalah bahwa orang – orang yang ditangkap dianggap

tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetap menyatakan ia bersalah. Prinsip ini

kemudian dipertegas oleh prinsip – prinsip HAM lain, seperti

kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan beragama,

perlindungan hak milik, dan hak – hak dasar lainnya.

5

Page 6: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Pembahasan

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang pokok

yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai

makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,

pemerintah dan martabat manusia. Maka dari itu, dalam

pengertian HAM di sini masih jauh dari apa yang terkandung

dalam hak – hak yang semestinya. Bahwa anak juga termasuk

makhluk yang wajib dilindungi dari segi apapun, bahkan wajib

dihormati dan dijunjung tinggi harkat dan martabatnya. Seorang

makhluk Tuhan yang notabene masih anak – anak , yang masih

butuh pengarahan – pengarahan biar lebih baik dari kondisi –

kondisi yang sudah dihadapi oleh orang tuanya.

Kita telah mensurvey dari kehidupan yang berada di

lingkungan pedesaan. Ternyata untuk kehidupan anak di

pedesaan 70% mengalami perampasan dari hak – hak sebagai

anak yang masih di bawah umur, yang disebabkan oleh berbagai

faktor yang mendasari terjadinya perampasan hak – hak anak

sebagaimana mestinya. Kita sering menjumpai ha yang masih

belum didapatkan oleh anak yang ada di pedesaan, yaitu hak

untu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang

berupa perhatian, pengertian, dan perlakuan baik tehadap anak,

dan pendidikan yang layak, baik formal maupun nonformal.

Karena tidak adanya keseriusan orang tua dan pemerintah

setempat dan terpaksa anak tersebut tidak bisa bersekolah dan

harus membantu orang tuanya untuk bekerja untuk memnuhi

kebutuhan sehari – hari. Karena memang tekena himpitan

ekonomi yang serba kekurangan. Dan tidak semestinya beban

tersebut diberikaan juga kepada anak di bawah umur.

Yang ketiga hak atas hidup yang lebih layak, ekonomi bisa

tecukupi, fasilitas menunjang dan bisa menikmati masa kanak –

kanak dengan indah. Tetapi dalam realita hidup para orang tua

6

Page 7: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

dan lingkungan yang ada masih jauh dari pikiran – pikiran yang

positif. Bahkan yang sering dilakukan orang tua yang masih buta

akan pendidikan lebih mementingkan bekerja daripada

menyekolahkan anak. Bukannya orang tua tidak sayang kepada

anaknya, tetapi cara dan pemikiran orang tua di pedesaan yang

masih belum bisa keluar dari masalah – masalah yang dihadapi,

juga belum adanya penyuluhan – penyuluhan yang rutin

terhadap masyarakat dari pemerintah setempat membuat

keadaan semakin memburuk. Dalam kasus yang kita ketahui

untuk mempekerjakan anak dengan paksa lebih cenderung

tehadap anak laki – laki. Karena fisiknya yanglebih kuat dari anak

perempuan. Tetapi bukan berarti anak perempuan lebih untung

daripada anaklaki –laki. Sebaliknya lebih memprihatinkan

dikarenakan nilai investasi yang lebih besar dari anak laki – laki.

Maka dari itu, terjadilah perdagangan anak di bawah umur.

Kenapa anak perempuan lebih menjanjikan dan sangat

menguntungkan bagi orang tua? Karena anak perempuan bisa

dijual dan dipekerjakan di tempat lokalisasi yang ada di kota –

kota besar. Tidak bisa dipungkiri anak perempuan yang ada di

desa lebioh mudah dipekerjakan di tempat – tempat hiburan

karena dari orang tua anak tersebut yang tidak peduli terhadap

masa depan anaknya lebih mendukung anak bekerja daripada

bersekolah, karena mendapatkan hasil yang lebih banyak dan

menopang hidup untuk lebih baik secara ekonomi. Karena itu,

antara ekonomi, kemiskinan, pendidikan,pemerintah dan moral

saling berimplikasi satu sama lain. Berhubungan dengan kasus

yang berkembang kita melihat lagi sejauh mana hak – hak mesti

didapat oleh masyarakat, karena biar bagaimanapun hak asasi

manusia (HAM) yang seutuhnya masih sulit didapatkan

Menurut Duham, terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki oleh

setiapindividu; hak personel (hak jaminan kebutuhan pribadi);

hak legal (hak jaminan perlindungna hukum); hak sipil dan

7

Page 8: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

politik; hak subsistensi (hak jaminan adanya sumberdaya untuk

menunjang kehidupan, dan hak ekonomi, sosial, dan budaya.

8

Page 9: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Menurut pasal 3-21 DUHAM, hak personal, hak legal, hak sipil,

dan politik meliputi:

1. Hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi,

2. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan.

3. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun

hukuman yangkejam, tak berprikemanusiaan ataupun

merendahkan derajat kemanusiaan.

4. Hak untu memperoleh pengakuan hukum dimana saja

secara pribadi,

5. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif,

6. Hak bebas dari penangkapan, penahanan, dan

pembuangan yang sewenang – wenang;

7. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak;

8. Hak untuk praduga tak bersalah samapi bukti bersalah;

9. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang – wenang

terhadap kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal,

maupun surat – surat;

10. Hak bebas dari serangan – serangan terhadap

kehormatan dan nama baik;

11. Hak atas perlindungna hukum terhadap serangan

semacam itu;

12. Hak bergerak;

13. Hak memperoleh suaka;

14. Hak atas satu kebangsaan;

15. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga;

16. Hak untuk mempunyai hak milik;

17. Hak bebas berpikir, berkesadaran, dan beragama;

18. Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat;

19. Hak untuk berhimpun dan berserikat, dan;

20. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan

dan hak atas akses yang samaterhadap pelayanan

masyarakat.

9

Page 10: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

10

Page 11: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Adapun hak ekonomi, sosial, dan budaya meliputi:

1. Hak atas jaminan sosial;

2. Hak untuk bekerja;

3. Hak atas upah yangsama untuk pekerjaan yang sama;

4. Hak untuk bergabung ke dalam serikat – serikat buruh;

5. Haka atas istirahat dan waktu senggang;

6. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan

dan kesejahteraan;

7. Hak atas pendidikan, dan;

8. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang

berkebudayaan dari masyarakat.

Setelah Deklarasi Universal HAM 1928

Secara garis besar, perkembangan pemikiran tentang HAM

pasca Perang Dunia II dibagi menjadi empat kurun generasi:

Generasi pertama, Menurut generasi ini pengertian HAM

hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Dampak Perang

Dunia II sangat mewarnai pemikiran generasi ini, di mana

totaliterisme dan munculnya keinginan negara – negara yang

baru merdeka untuk menciptakan tertib hukum yang baru sangat

kuat. Seperangkat hukum yang disepakati sangat sarat dengan

hak – hak yuridis, seperti hak untuk hidup, hak untuk tidak

menjadi budak, hak untuk tidak disiksa dan ditahan, hak

kesamaan dan keadilan dalam proses hukum, hak praduga tak

bersalah, dan sebagainya. Selain dari hak – hak tersebut, hak

nasionalitas, hak pemelikian, hak pemikiran, hak beragama, hak

pendidikan, hak pekerjaan dan kehidupan budaya juga mewarnai

pemikiran HAM generasi pertama ini.

Generasi kedua. Pada era ini pemikiran HAM tidak saja

menuntut hak yuridis seperti yang dikampanyekan generasi

pertma, tetapi juga menyerukan hak – hak sosial, ekonomi,

11

Page 12: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

politik, dan budaya. Pada generasi kedua ini lahir dua konvensi

HAM Intenasional di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta

konvensi bidang sipil dan hak – hak politik sipil (International

covenant on economic, social, and cultural rights dan

International covenant on civil and political rights). Kedua

konvensi tersebut disepakati dalam sidang umum PBB 1966.

Generasi ketiga. Genersi ini menyerukan wacana

kesatuan HAM antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan

hukum dalam satu bagian integral yang dikenal dengan istilah

hak – hak melaksanakan pembangunan (the rights of

development), sebagaimana dinyatakan oleh Komisi Keadilan

Intenasional (Intenational Comission of Justicei). Pada era

generasi ketiga ini peranan negara tampak begitu dominan.

Generasi keempat. Di era ini ditandai oleh lahirnya

pemikiran kritis HAM. Pemikiran HAM generasi keempat

dipelopori oleh negara – negara di kawasan Asia yang pada

tahun 1983 melahirkan deklarasi HAM yang dikenal Declaration

of The Basic Duties of Asia People and Government. Lebih maju

dari generasi sebelumnya, deklarasi ini tidak saja mencakup

tuntutan struktural, teapi juga menyerukan teciptanya tatanan

sosial yang lebih berkeadilan. Tidak hanya masalah hak asasi,

Deklarasi HAM Asia ini juga berbicara tentang masalah kewajiban

asasi yang harus dilakukan oleh setiap negara. Secara positif

deklarasi ini mengukuhkan keharusan imperatif setiap negara

untuk memenuhi hak asasi manusia bukan saja urusan orang

perorangan, teta[pi juga merupakan tugas dan tanggung jawab

negara.

Dalam pengertian Islam tehadap HAM. Islam sendiri adalah

agama yang mengajarkan keadilan bagi manusia tanpa pandang

bulu. Sebagai agama kemanusiaan Islam meletakkan manusia

pada posisi yang sangat mulia. Dalam Al – Qur’an disebutkan

bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna dan harus

12

Page 13: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

dimuliakan. Bersandar dari pandangan kitab suci ini, pelindungan

dan penghormatana terhadap hak asasi manusia adlah tuntutan

dari ajaran Islam itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh

pemeluknya. Dalam Islam, seperti yang diungkapkan oleh Abu

A’la Al – Maududi, HAM adalah hak kodrati yang dianugerahkan

oleh Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut

atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak – hak

yang diberikan Allah tersebut bersifat permanen dan kekal.

Menurut kalangan ulama Islam, tedapat dua konsep

tentang hak dalam Islam: Hak manusia (haq al – insan) dan hak

Allah. Satu dan lainnya saling berkaitan dan saling melandasi.

Hak Allah melandasi hak manusia, demikian sebaliknya,

sehingga dalam praktiknya tidak bisa dipisahkan satu dari

lainnya. Misalnya, dalam melaksanakan hak Allah berupa ibadah

sholat, seorang muslim memiliki kewajiban untuk mewujudkan

pesan moral ibdah sholat dalm kehidupan sosialnya. Ucapan

mengagungkan nama Allah (takbir) di awal sholat dan salam

(kesejahteaan) di akhir sholat adalah tuntunan bagi setiap

muslim untuk menebar keselamatan bagi orang sekelilingnya

atas dasar keagungan Allah. Dengan ungkapan lain, hak Tuhan

dan hak manusia dalam Islam tekandung dalam ajaran ibadah

sehari – hari. Islam tidak memisahkan antara hak Allah dan hak

manusia.

Sedangkan hak manusia, seperti hak kepemilikan, setiap

manusia berhak mengelola harta yang dimilikinya. Namun

demikian, Islam menekankan bahwa pada setiap hak manusia

terdapat hak Allah; meskipun seseorang berhak memanfaatkan

harta yang dimilikinya, tetapi ia tidak boleh menggunakan

hartanya untuk hal yang bertentangan dengan ajran Allah.

Keadilan sebagai inti ajaran, Islam menekankan bahwa hak

kepemilikan harus memiliki nilai sosial. Harta kekayaan dalam

Islam harus berorientasi bagi kesejahteraan umat manusia. Hal

13

Page 14: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

ini didasari atas pandangan teologis bahwa hanya Allah-lah satu

– satunya pemilik absolut dari harta yang ada di tangan manusia.

Kewajiban mengeluarkan zakat bagi setiap muslim yang mampu

merupakan contoh lain dari ajaran Islam tentang kepedulian

sosial yang harus dijalankan oleh pemeluk Islam.

Wacana HAM bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam.

Para ahli Islam mengatakan wacana HAM dalam Islam jauh lebih

awal dibanding dengan konsep HAM yang muncul di barat.

Menurut mereka, Islam datang dengan membawa pesan

universal HAM. Menurut Maududi, ajaran tentang HAM yang

tekandung dalam piagam Magna harta tercipta 600 tahun

setelah kedatangan Islam di negeri Arabaia.

Terdapat tiga bentuk HAM dalam Islam. Pertama, hak dasar

(daruri), saesuatu dianggap dasar apabila hak tesebut dilanggar,

bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga kehilangan

eksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Contoh

sederhana hak ini diantaranya adalah hak untuk hidup, hak atas

keamanan, dan hak untuk memiliki harta benda. Kedua,

sekunder, yakni hak – hak yang a[abila tidak dipenuhiv akan

mengakibatkan hilangnya hak – hakdasar sebagai manusia.

Misalnya, jiika seseorang kehilangan haknya untuk men dapat

sandang pangan yang layak, maka akan berakibat pada

hilangnya hak untuk hidup. Ketiga, tesier, yakni hak yang

tingkatnanya lebih rendah dibanding dua hak sebelumnya.

Konsep Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber

utama ajaran Islam, yakni Qur’an dan Hadits. Sedangkan

implementasi HAM dapat dijumpai pada praktik kehidupan sehari

– hari Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai sunnah

(tradisi) Nabi Muhammad SAW. Tonggak sejarah peradaban Islam

sebagai agama HAMadalah lahirnya deklarasi Nabi Muhammad di

Madinah yang bisas dikenal dengan Piagam Madinah.

14

Page 15: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Terdapat dua prinsip pokok HAZM dala Piagam Madinah.

Pertama, semua pemeluk Islam adalah satu umat walaupun

mereka berbeda suku bangsa. Kedua, hubungan antara

komunitas muslim dan non-muslim didasarkan pada prinsip –

prinsip: (1) berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga, (2)

saling membantu dalam menghadapi musuh bersama; (3)

membela mereka yang teraniaya; (4) saling menasihati; (5)

menghormati kebebasan beragama. Pandangan inklusif

kemanusiaan Piagam Madinah kemudian menjadi semangat

deklarasi HAM di Kairo, deklarasi ini dikenal dengan nama

Deklarasi Kairo yang lahir pada 5 Agustus 1990.

Disemangati oleh pesan inklusif Piagam Madinah, lahirnya

Deklarasi Kairo mengandung ketentuan HAM sebagai berikut: (1)

Hak persamaan dan kebebasan; (2)Hak hidup; (3) Hak

perlindungan diri; (4) Hak kehormatan pribadi; (5) Hak

berkeluarga; (6) Hak kesetaraan wanita dengan pria; (7) Hak

anak dari orang tua; (8) Hak mendapatkan pendidikan; (9) Hak

kebebasan beragama; (10) Hak kebebasan mencari suaka; (11)

Hak memperoleh pekerjaan; (12) Hak memperoleh perlakuan

sama; (13) Hak kepemilikan, dan (14) Hak tahanan dan

narapidana.

Islam dan Gender

Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa

gender adalah suat konsep kultural yang berkembang di

masyarakat yang berupaya membuat perbedaan peran, perilaku,

mentalitas, dan karakter emosional antara laki – laki dan

permepuan. Perbedaan tersebut sudah lama melekat dalam

pandangan umum masyarakat sehingga melahirkan anggapan

bahwa perbedaan peran tersebut sebagai sesuatu yang bersifat

kodrati dan menimbulkan ketimpangan pola hubungan dan peran

sosial antara laki – laki dan perempuan. Konsep budaya yang

15

Page 16: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

telah dianggap sebagai sesuatu yang kodrati tesebut dapat

dilihat pada anggapan umum, misalnya bahwa perempuan

identik dengan urusan rumah tangga semata, sedangkan laki –

laki sebaliknya, identik dengan pengelola dan penanggung jawab

urusan ekonomi.

Ketimpangan ini terjadi karena adanya aturan, tradisi, dan

hubungan timal balik yang menentukan batas antara feminitas

dan masklinitas sehingga mengakibatkan adanya pembagian

peran, dan kekuasaan antara laki – laki dan perempuan. Dalam

kehidupan sosial misalnya, berkembang anggapan baha

kedudukan laki – laki lebih tinggi daripada perempuan, karena

laki – laki dianggap lebih cerdas, kuat, dan tidak emosaional.

Semua anggapan superioritas laki – laki tidak lain merupakan

produk budaya belaka. Produk atau konstruk budaya tentang

gender tersebut telah melahirkan ketidak adilan gender.

Ketidakadilan gender dapat dilihat dalam berbagai bentuk:

1. Marginalisasi perempuan, yakni pengucilan perempuan

dari kepemilikan akses, fasilitas dan kesempatan

sebagaimana yang dimiliki laki – laki. Misalnya,

kesempatan perempuan untuk meneruskan sekolah ke

jenjang lebih tinggi cenderung lebih kecil ketimbang laki –

laki. Di sektor pekerjaan, marginalisasi ini biasanya

ditemukan dalam bentuk pengucilan perempuan dari jenis

pekerjaan tertentu; peminggiran perempuan kepada jenis

pekerjaan yang tidak stabil, berupah rendah, dan kurang

mengandung ketrampilan; pemusatan perempuan pada

jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), dan

pembedaan upah perempuan.

2. Penempatan perempuan pada posisi tersubordinasi, yakni

menempatkan perempuan pada prioritas yang lebih rendah

dari laki – laki. Kasus iseperti ini kerap terjadi dalam hal

16

Page 17: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

pekerjaan, sehingga perempuan sulit memperoleh

kesempatan mendapatkan posisi sejajar dengan laki –laki.

3. Stereotipisasi perempuan, yakni pencitraan atas

perempuan yang berkonotasi negatif. Dalam banyak kasus

pelecehan seksual, misalnya perempuan sering kali

dijadikan penyebab karena pencitraan mereka yang suka

bersolek dan penggoda.

4. Kekerasan tehadap perempuan. Kekerasan ini timbul

akibat anggapan umum bahwa laki – laki pemegang

supremasi dan domiansi atas semua sektor kehidupan.

5. Beban kerja yang tidak propsional. Pandangan bahwa

perempuan sebagai makhluk Tuhan kelas dua yang

dibentuk oleh dominasi laki –laki pada akhirya

memarginalkan peran perempuan yang seharusnya

diperlakukan oleh manusia yang memiliki kesamaan hak

dan kewajiban. Pandangan ini tidak saja meminggirkan

peran perempuan tetapi juga ketidakadilan beban kerja

atas perempuan: selain menjalani fungsi reproduksi seperti

hamil, melahirkan, dan menyusui, perempuan juga

dibebani pekerjaan domestik lainnya seperti memasak,

mengurus keluarga, dan sebagainya.

Dalam hal pembahasan kasus ini, penulis sengaja

mengangkat tentang gender, karena kasus perdagangan anak

kebanyakan anak perempuan dikarenakan nilai investasi yang

lebih menjanjikan. Dalam pandangan dari segi gender terhadap

perempuan dengan laki – laki sangat banyak persamaan dengan

kasus yang berkembang saat ini mulai dari penjualan anak di

bawah umur, prostitusi, pelecehan seksual maupun pelanggaran

– pelanggran HAM lainnya, perempuan lah yang sering tekena

dampaknya atau menjadi korban.

17

Page 18: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Islam dan Hak Anak

Dalam Islam, anak bukan hanya merupakan anugerah, tetapi

juga amanat yang harus dijaga dan dicukupi kebutuhannya oleh

orang tua. Anak sebagai anugerah karena dengan adanya anak

tujuan berkeluarga sebagai penyambung generasi akan tecapai,

kebanggan orang tua ketika anak mencapai suatu harapan atau

cita – cita yang luhur, orang tua pun akan mendapat kemuliaan

dari anak. Dan harapan orang tua ketika sudah udzur dan tak

dapat lagi bekerja, anaklah yang harus mengganti posisi orang

tua. Serta harapan ketika orang tua telah meninggal dengan

harapan lantunan do’a anak untuk orang tuanya.

Tetapi anak juga amanat, yang harus senantiasa dijaga

keselamatannya, kehormatannya juga hak – haknya. Karena ada

hak – hak bagi anak yang harus dipenuhi oleh orang tuanya.

Semisal sandang, pangan maupun biaya lainnya harus dipenuhi

orang tua selama anak belum dirasa dapat mencari nafkahnya

sendiri. Begitupun tetntang pendidikan. Dimana sebagai manusia

anak pun mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang

layak, maka sebagai orang tua, tidak sepatutnya merampas hak

belajar anak karena belajar adalah kebutuhan primer setelah

sandang pangan dan papan bagi si anak dengan memaksanya

untuk bekerja pada waktu – waktu yang efektif untuk belajar

sebagai pada jam – jam sekolah, bahkan dengan menyuruhnya

berhenti bersekolah.

Dan selanjutnya, setiap anak di muka bumi ini kita yakin suka

akan permainan, petualangan dsb. Karena dengan bermain anak

dapat mengisi waktunya dengan gembira dan bahagia bersama

teman – teman sebayanya. Dan sebagai orang tua, tidak boleh

merenggut hak tesebut karena alasan bekerja.

Oleh karena itulah Islam sebagai agama yang mengajarkan

tentang menyayangi anak, melarang orang tua untuk

18

Page 19: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

mempekerjakan anak diluar kemampuan, dan mewajibkan beban

biaya untuk pendidikan anak kepada kedua orang tuanya.

Pengaruh tebesar dalam menanggulangi/mengurangi perilaku

mempekerjakan dan pedagangan anak di bawah umur adalah

dar pemerintah. Untuk menunjang masalah ekonomi dalam

kehidupan masyarakat. Hal yang paling bagus yang harus

diberikan adalah penyuluhan dalam hal pertanian dan

pendidikan. Karena mayoritas penduduk di daerah pedesaan

adalah petani, dan seharusnya dari Dinas Pertanian ataupun

pihak terkait meneliti tanaman apa yang sesuai dan berpotensi

di daerah tertentu sehingga penduduk setempat dapat

memperoleh hasil panen yang lebih baik dan pangsa pasar yang

lebih tinggi, sehingga tingkat ekonomi penduduk akan lebih baik

dan dapat menyekolahkan anaknya dan tidak lagi merampas hak

anak untuk belajar dan bermain, serta bagi anak perempuan

tidak lagi harus bekerja di kota yang menyebabkan ia terjerumus

dalam perdagangan anak dan bahkan prostitusi.

Dan berikutnya adalah pendidikan. Pendidikan baik kepada

orang tua maupun si anak karena kebanyakan anak di bawah

umur yang dipekerjakan adalah karena orang tuanya pun buta

akan pendidikan juga tidak mengerti akan pentingnya

pendidikan. Wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan

pemerintah haruslah lebih digiatkan lagi, dan untuk keluarga

yang kurang mampu program bantuan orang tua asuh sangatlah

tepat untuk membantu menyekolahkan anaknya.

Tapi masyarakat pedesaan umumnya masih enggan untuk

mendorong anaknya untuk mealnjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi. Sebaliknya mereka lebih suka jika

anaknya membantu pekerjaan di sawah ataupun ladang

meskipun pemerintah sudah mencanangkan program BOS

(Bantuan Operasional Sekolah) namun para orang tua masih

enggan membiarkan anaknya pergi ke sekolah. Hal ini

19

Page 20: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

disebabkan karena kurangnya wawasan orang tua akan

pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya maupun

keluarga. Juga kurangnya penyuluhan oleh pemerintah setempat

akan pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah. Inilah

kendala yang harus dihadapi oleh masyarakat yang berada di

pedesaan yang terpencil juga jauh dari akses informasi.

Di pedesaan juga masih sangat kental sekali dengan kultur

budaya yang sudah ada sejak jaman terdahulu. Tapi yang sangat

disayangkan budaya yang tidak bagus pun berimplikasi dengan

pola kehidupan masyarakat. Umumnya masyarakat awam sangat

sulit diberi pengertian dan arahan yang sifatnya membantu,

tetapi justru mereka anggap mempersulit dan mengatur hidup

masyarakat tersebut.

Pada intinya, anaklah yang menjadi korbandari

ketidakpahaman orang tua. Kalau tidak ada pengarahan dan

penyuluhan yang serius dari pemerintah untuk ksus ini, rasanya

sangat sulit untuk bangsa ini untuk mengurangi kasus tentang

mempekerjakan anak di bawah umur dan perdagangan anak di

bawah umur, apalagi untuk menghentikannya maupun misi

pengentasan kemiskinan yang sudah menjadi tradisi di

masyarakat pedesaan.

Karena tidak meratanya sistem pembangunan di negara ini

dan atas semua jaminan akan hak asasi manusia (HAM) sebagai

masyarakat sipil. Dan berimbas kepada generasi penerus yang

buta akan pendidikan akan menghambat lajunya pembangunan

di Indonesia. Dan akan terus belangsung tradisi mempekerjakan

dan perdagangan anak di bawah umur.

20

Page 21: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Kesimpulan

Dengan merebaknya kasus yang beredar tentang

perdagangan manusia khususnya anak di bawah umur, dapat

kita simpulkan bahwa kehidupan anak – anak di daerah

pedesaan masih jauh dari rasa kenyamanan dan kelayakan

sebagaimana kehidupan anak – anak pada umumnya. Hal

tersebut dikarenakan berbagai faktor yang ada pada kehidupan

masyarakat pedesaan, diantaranya tingkat ekonomi yang

memprihatinkan sehingga merelakan anaknya untuk bekerja

keluar kota atau merantau tanpa ada dasar pengetahuan yang

cukup, sehingga mungkin mereka tejebak pada praktek

pedagangan manusia yang melanggar hak – hak mereka sebagai

manusia yang wajib dilindungi dan dihormati. Khususnya anak

perempuan yang lebih rentan lagi karena anggapan nilai jualnya

yang lebih tinggi.

Dan juga fakta yang berbicara bahwa kebanyakan anak usia

sekolah di daerah pedesaan yang tidak melanjutkan sekolah dan

lebih memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga

meskipun tak jarang yang merasa tepaksa. Kita dapat simpulkan

kurangnya kesadaran si anak akan pentingnya pendidikan untuk

masa depannya, dan kurangnyan wawasan orang tua bahwa

anak mereka mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan

yang layak. Juga kurangnya pengertian agama yang telah

mewajibkan belajar mulai dari kandungan sampai akhir hayat.

Kesemua itu tentunya pun tidak lepas dari pengaruh sosial

budaya masyarakat setempat yang tidak mungkindapat

dipecahkan hanya dengan menyalahkan orang tua dan keadaan.

Teapi memang harus mendapat perhatian khusus dari

pemerintah setempat dan tokoh masyarakat. Diharapkan

pemerintah dan tokoh masyarakat bekerja sama untuk

menanggulangi perampasan hak asasi anak dengan memaksa

bekerja sehingga menyita waktu mereka belajar. Serta

21

Page 22: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

mangurangi kebiasaan merantau bagi keluarga yang miskin

sehingga memberikan ruang pada praktik perdagangan manusia

dan anak di bawah umur.

Pemerintah setempat dan tokoh masyarakat diharapkan

memberikan penyuluhan dan pengertian kepada masyarakat

akan HAM dan wawasan tentang pentingnya pendidikan untuk

masa depan, dan menanggulangi faktor penyebab tejadinya

perampasan hak anak dan perdagangan manusia, khususnya

anak perempuan. Faktor tersebut diantaranya ekonomi harus

dibenahi agar kehidupan masyarakat lebih baik. Kedua,

pendidikan, pendidikan adalah hak bagi anak – anak bangsa.

Dengan pendidikan anak – anak akan mendapatkan ilmu untuk

merubah kehidupannya, dan bisa memajukan desa tempat

kelahirannya. Yang ketiga, moral dan pola pikir masyarakat

pedesaan yang masih sangat sederhana, dengan mengadakan

penyuluhan dan pengajian – pengajian umum diharapkan dapat

merubah mindset atau pola pikir masyarakat akan hak – hak

asasi yang melekat pada anak mereka sehingga mereka akan

lebih mendorong anaknya untuk bersekolah dari pada bekerja.

Semua itu akan terwujud jika pemerintah dan tokoh

masyarakat dan juga masyarakat itu sendiri mau sadar dan

bekerja sama untuk memperbaiki kehidupan sehingga tidak akan

ada lagi anak yang terampas hak – haknya sebagai anak – anak.

Juga tidak ada lagi anak perempuan yang menjadi korban

perdangan manusia maupun praktik prostitusi demi membantu

ekonomi keluarga. Karena semua itu sangatlah merugikan anaki

itu sendiri, keluarga dan negara. Anak – anak haruslah

melewatkan waktunya sebagaimana anak – anak pada

umumnya, dengan bahagia.

Hak anak atas orang tua seperti yang disabdakan Nabi SAW

diantaranya ada tiga: (1) Memberikan nama yang bagus; (2)

22

Page 23: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Memberikan pendidikan yang layak, dan (3) Menikahkannya

ketika dewasa.

23

Page 24: MEMPERKERJAKAN DAN MEMPERDAGANGKAN

Daftar Rujukan

Al – Maududi, Abu A’la, 1998. Hak Asasi Manusia dalam Islam,

Jakarta:YAPI.

Ash – Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, 1999. Islam dan

HAM, Semarang: PT Pustaka Rizki Utama.

Bahar, Safroedin, 2002. Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia,

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Faqih, Mansour, dkk., 2003. Menegakkan Keadilan dan

Kemanusiaan: Pegangan untuk membangun Geakan HAM,

Yogyakarta: Insist Press.

Hussein, Syeikh Syaukat, 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam,

Jakarta: Gema Insani Press.

__________, 1999. Al – Qur’an dan Hak – hak Asasi Manusia,

Yogyakarta: PT Duta Bhakti Prima Yasa.

Nasution, Harun, dan Bahtiar Efendi, 1987. Hak Asasi Manusia

dalam Islam, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta, 2003. Pengantar Kajian

Gender, Jakarta

Sudjana, Eggi, 2002. HAM dalam Prespektif Islam: Mencari

Universalitas HAM bagi Tatanan Modernitas yang Hakiki,

Jakarta: Nuansa Madani.

Thayib, Anshari, et al, 1997. HAM dsn Pluralisme Agama,

Surabaya: Pusat Kajian Strategis dan Kebijakan.

24